RSUD SALEWANGANG MAROS Minggu, 25 September 2011 Laporan Pendahuluan Diare LAPORAN PENDAHULUAN DIARE I. KONSEP MEDIK A. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997). Hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan ketidak nyamanan perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari kedua faktor ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
RSUD SALEWANGANG MAROS
Minggu, 25 September 2011
Laporan Pendahuluan Diare
LAPORAN PENDAHULUANDIARE
I. KONSEP MEDIKA. PengertianDiare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak; konsistensi feces encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997).Hal ini biasanya dihubungkan dengan dorongan ketidak nyamanan perianal, inkontinensia, atau kombinasi dari kedua faktor ini. Adanya kondisi yang menyebabkan perubahan pada sekresi usus, absorpsi mukosa atau motilitas dapat menimbulkan diare. Diare dapat bersifat akut atau kronis. Ini dapat diklasifikasikan sebagai volume tinggi, volume darah, sekresi, osmotik, atau campuran. Diare dengan volume banyak terjadi bila terdapat lebih dari 1 liter feces cair/hari. Diare dengan volume sedikit terjadi bila terdapat kurang dari 1 liter feces cair yang dihasilkan perhari.
Diare dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu (penggantian hormon thyroid, pelunak feces dan laksatif, antibiotik dan kemoterapi, dan antasida), pemberian makanan per selang, gangguan metabolik, dan endokrin (diabetes, adisson, thyrotoksikosis), serta proses infeksi oleh virus atau bakteri (disentri, shigellosis, keracunan makanan). Proses penyakit lain yang dihubungkan dengan diare adalah gangguan nutrisi dan malabsorpsi (sindrom usus pekak, kolitis ulseratif, enteritis regional, dan penyakit siliaka), defisit springter anal, sindrom Zollinger – Ellison, paralitik ileus dan obstruksi usus.
B. EtiologiPenyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :1. Faktor Infeksia. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut: Infeksi bakteri; Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobakter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya. Infeksi virus; Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Antrovirus dan lain-lain. Infeksi parasit; Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolitika, Giardia lambia, Trichomonas hominis), Jamur (Candida albicans).b. Infeksi Parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti; otitis media akut (OMA), tonsilitis/tonsilofaringitis, bronchopneumonia, enchefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.2. Faktor Malabsorpsi Malabsorpsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa): monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa. Malabsorpsi lemak Malabsorpsi protein3. Faktor MakananMakanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. 4. Faktor PsikologisRasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar)
C. PatogenesisMekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah :1. Gangguan osmotikAkibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.2. Gangguan sekresiAkibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 3. Gangguan motilitas ususHiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
D. PathofisiologiSebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehydrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basah (asidosis metabolik, hopokalemia).2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah).3. Hipoglikemia4. Gangguan sirkulasi darah
E. Gejala KlinikTergantung dari jenis diare, secara umum gejalanya :1. BAB lebih dari 4 kali dengan jumlah 200 – 250 gr.2. Anoreksia, pucat, iretable.3. Vomoting, kejang, feces encer.4. Terjadi perubahan perilaku.5. Nyeri saat BAB.6. Urine out put menurun.7. Awalnya anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, kemudian timbul diare. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.8. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja menjadi asam.9. BB menurun. Pada bayi ubun-ubun besar, cekung.10. Tonus dan turgor kulit berkurang.11. Selaput lendir mulut dan bibir kering.
F. KomplikasiAkibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat menjadi berbagai komplikasi sebagai berikut :1. Dehydrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).2. Renjatan hipovolemik.3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram).4. Hipoglikemia.5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktose.6. Kejang, terjadi pada dehydrasi hipertonik.7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
G. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikroskopis, pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).2. Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama natrium, kalium, kalsium dan phospor serum pada diare yang disertai kejang).3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik.
II. KONSEP KEPERAWATANA. PengertianKeperawatan adalah ilmu dan kiat yang berkenaan dengan masalah-masalah fisik, psikologis, sosiologis, udaya dan spiritual dari individu.Ilmu keperawatan didasarkan atas kerangka teori yang luas; kiatnya tergantung pada ketrampilan merawat dan kemampuan perawat secara individual. Pentingnya perawat dalam sistem perawatan kesehatan telah dikenal dalam banyak hal yang posiif, dan profesi keperawatan itu sendiri sedang mengatakan kebutuhan untuk para praktisinya agar menjadi profesional dan bertanggung jawab.
B. Proses KeperawatanProses keperawatan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai proses yang meliputi tiga tahap yaitu pengkajian, perencanaan, dan evaluasi yang berdasarkan pada metode ilmiah yaitu mengobservasi, mengukur, mengumpulkan data dan menganalisis temuan-temuan tertentu. Dengan penelitian, penggunaan data dan perbaikaan selama bertahun-tahun telah menghantarkan perawat untuk memperluas proses keperawatan menjadi 5 tahap yang memberikan metode proses berpikir yang terorganisasi untuk pengambilan keputusan klinik, pemecahan masalah, dan memberikan perawatan yang berkualitas, perawatan klien secara individual. Tahap-tahap proses keperawatanProses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaang spesifik yaitu :1. PengkajianPengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan diare dehydrasi adalah: a. Data Subyektif;- Frekuensi BAB 3 – 4 kali/hari atau lebih.- Napsu makan berkurang.- Nyeri perut.- Konsistensi feces encer yang terjadi perubahan warna.- Mual.- Vomoting- Lemas, lemah.- Orang tua cemasb. Data Obyektif- Feces encer mungkin disertai lendir atau darah.- Anak menjadi cengeng dan gelisah.- Suhu badan meningkat (36ºC - 37ºC)- Muntah- Anus dan daerah sekitarnya lecet/iritasi karena seringnya BAB.- BB menurun.- Turgor kulit menurun atau jelek.- Selaput lendir dan bibir kering.- Peristaltik meningkat.
2. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurun, membatasi, mencegah, dan mengubah (A. Carpenito, 200) Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi;1) Masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit.2) Faktor-faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologis); dan 3) Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah. Langkah-langkah menentukan diagnosa keperawatanLangkah-langkah dalam diagnosa keperawatan dapat dibedakan menjadi :1) Klasifikasi dan analisa data.2) Interpretasi data.3) Validasi data.4) Penentuan diagnosa keperawatanBerdasarkan hasil pengkajian, maka ditemukan beberapa diagnosa keperawatan pada anak dengan diare yaitu :1) Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare.2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada usus.4) Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus akibat diare.5) Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB.6) Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.7) Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit anaknya.
3. Intervensi Keperawatan1) Gangguan keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare.Tujuan : Klien dapat mempertahankan volume cairan yang adekuat dengan keseimbangan input dan out put serta bebas dari tanda dehidrasi.Intervensi :- Observasi TTV, takikardia dan demam. Kaji turgor kulit dan kelembabab membran mukosa.Rasional : Merupakan indikator adanya dehidrasi/hipovolemia dan untuk menentukan intervensi selanjutnya.- Pantau input dan out put cairan, catat/ukur diare dan kehilangan cairan melalui oral.Rasional : Untuk mengidentifikasi tingkat dehidrasi dan pedoman untuk penggantian cairan .- Penuhi kebutuhan cairan individu dengan menentukan jadwal pemberian.Rasional : Pemberian cairan yang teratur dapat membantu mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit klien .- Timbang BB klien secara teratur/sesuai jadwal.Rasional : Penurunan BB menunjukan adanya kehilangan cairan yang berlebihan .- Anjurkan ibu klien untuk meningkatkan masukan oral bila mampu.Rasional : Memungkinkan penghentian tindakan dukungan cairan invasif dan membantu mengembalikan fungsi usus normal.- Berikan cairan tambahan infus sesuai indikasi.Rasional : Menggantikan kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan.
- Observasi tetesan infus secara ketat.Rasional : Memberikan informasi tentang status cairan. Kecenderungan keseimbangan cairan negatif dapat menunjukan terjadinya defisit.- Penatalaksanaan pemberian obat sesuai instruksi.Rasional : Mempercepat proses penyembuhan dan berguna untuk meminimalkan kehilangan cairan.2) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.Tujuan : Klien akan mempertahankan intake makanan dan minuman yang adekuat untuk mepertahankan berat badan dalam rangka pertumbuhan dengan kriteria hasil porsi makan dihabiskan, BB meningkat atau dipertahankan.Intervensi :- Buat jadwal masukan tiap jam, anjurkan mengukur cairan atau makanan dan minuman sedikit demi sedikit.Rasional : Pemberian makanan dan minuman yang teratur dapat membantu mempertahankan keseimbangan nutrisi klien.- Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.Rasional: Merupakan indikator terhadap asupan makanan yang adekuat.- Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen.Rasional : Gangguan keseimbangaan cairan elektrolit dapat menurunkan motilitas/fungsi lambung.- Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan dan elektrolit dengan segera jika klien dapat mentoleransinya melalui pemberian cairan oral.Rasional : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika klien sadar dan fungsi ganstrointestinalnya baik.- Libatkan keluarga (ibu klien) pada perencanaan makanan sesuai indikasi.Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatan keluarga dalam perawatan klien dan memberikan informasi untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.3) Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi pada usus.Tujuan : Anak menunjukan suhu tubuh dalam batas normal (36-37˚C)Intervensi :- Pantau suhu tubuh klien setiap 1 jam, perhatikan apakah klien menggigil.Rasional : Untuk memantau peningkatan suhu tiba-tiba. Suhu 38,9˚ C – 41,1˚ C menunjukan proses infeksi. Menggigil sering mendahului puncak peningkatan suhu.- Pertahankan lingkungan yang sejuk.Rasional : Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahakan suhu mendekati normal.- Beri kompres hangat dan hindari penggunaan alkohol/es.Rasional : Membantu mengurangi demam. Alkohol / air es dapat menyebabkan kedinginan dan mengeringkan kulit.- Kolaborasi untuk memberikan antipiretik (asetaminofen, ibuprofen) sesuai indikasi.Rasional : Mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus. 4) Resiko terjadi infeksi sekunder berhubungan dengan iritasi pada anus akibat diare.Tujuan : Tidak terjadi infeksi sekunder dengan kriteria klien bebas dari tanda-tanda infeksi sistemik atau lokal.Intervensi :-Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.Rasional :Mencegah terjadinya kontaminasi dan penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
-Pertahankan teknik aseptik dalam melakukan tindakan invasif.Rasional :Menurunkan resiko terjadinya infeksi silang.-Kolaborasi untuk pemberian antimikrobial/antibiotik sesuai indikasi.Rasional :Menurunkan kolonisasi bakteri atau jamur disekitar anus.-Libatkan keluarga dalam program perawatan klien untuk mempertahankan kulit tetap kering.Rasional :Membantu meningkatkan peran keluarga dan memberikan pemahaman tentang perawatan klien.5)Resiko terjadi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan seringnya BAB.Tujuan : Klien dapat mempertahankan integritas kulit dalam keadaan normal.Intervensi :-Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih.Rasional :Mencegah terjadinya kontaminasi dan iritasi.-Berikan perawatan kulit secara rutin, observasi pakaian klien agar tetap kering dan steril.Rasional : Mencegah terjadinya kerusakan dan meningkatkan penyembuhan.-Pertahankan keadaan kulit sekitar anus tetap kering dan bersih. Observasi ketat pada lipatan kulitRasional :Kelembaban atau akskroriasi meningkatkan pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.-Ajarkan kepada keluarga untuk tidak memberikan tekanan pada bagian tubuh tertentu.Rasional :Menurunkan tekanan sehingga dapat meningkatkan sirkulasi perifer dan menurunkan resiko kerusakan kulit.6)Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan aktivasi RAS.Tujuan : Klien dapat beristirahat dan tidur sesuai dengan kebutuhan secara teratur.Intervensi :-Kaji kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi.Rasional:Mengidentifikasi dan menentukan intervensi yang tepat.-Ciptakan tempat tidur yang nyaman.Rasional: Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologi – psikologis. -Ciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengurangi kebisingan. Rasional: Memberikan situasi yang kondusif untuk tidur/istirahat.-Hindari mengganggu klien bila mungkin (misalnya; membangunkan untuk obat dan terapi)Rasional: Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan klien mungkin tidak dapat tidur setelah di bangunkan.7)Kecemasan (orang tua) berhubungan dengan kurangnya kurangnya pengetahuan tentang penyakit anaknya.Tujuan : Kecemasan orang tua berkurang yang ditandai dengan meningkatnya kemampuan mereka dalam mendampingi dan memberi dukungan pada anak dengan menjelaskan kondisinya.Intervensi :-Berikan informasi yang adekuat pada orang tua dan keluarga.Rasional :Informasi yang adekuat merupakan suatu aspek penting dalam membantu proses perawatan klien.-Biarkan orang tua tetap mendampingi klien selama hospitalisasi.Rasional :Orang tua dapat mengetahui perkembangan informasi tentang kondisi anaknya.-Kaji pehaman orang tua tentang kondisi anaknya dan gambaran perawatan.Rasional :Mengetahui seberapa jauh pemahaman orang tua tentang konsi anaknya dan gambaran perawatan sehingga dapat membantu dalam melaksanakan intervensi selanjutnya.
-Jelaskan semua prosedur pada orang tua (keluarga).Rasional :Untuk meminimalkan rasa takut/cemas terhadap hal-hal yang tidak diketahui.-Beri dukungan emosional pada orang tua selama anak masih dirawat di RS.Rasional :Diharapkan orang tua dapat mengenal dan menghadapi rasa cemas dengan adanya dukungan dan konseling.DAFTAR PUSTAKA1.Arif Mansjoer, 2002, Kapita Salekta Kedoktern, Edisi 3 Jilid 2, EGC, Jakarta.2.Brunner & Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol. 2, EGC, Jakarta.3.Doenges, moorhouse & Burley, 2001, Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta.4.Yusuf M., 2004, Diktat Kebutuhan Dasar Manusia I, Makassar.5.Nursalam, 2001, Proses dan Dokumentasi Keperawatan; konsep dan Praktik Edisi I, Salemba Medika, Jakarta.6.Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.7.Syahar Yakup, SKp., 2004, Dikatat PPKDM II, Makassar.
Keperawatan Profesional Islami
Perawat yang handal serta bereligius
Kamis, 07 Maret 2013
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE
A. PENGERTIAN.Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.Sedangkan menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
B. PENYEBAB Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.b) Kurang kalori protein.c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:1. Faktor infeksia) Infeksi enteralMerupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.2. Faktor malaborsiMalaborsi karbohidrat, lemak dan protein.3. Faktor makanan4. Faktor psikologis
C. PATOFISIOLOGIMekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya
makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:1. Kehilangan air (dehidrasi)Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.3. HipoglikemiaHipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan giziTerjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.5. Gangguan sirkulasiSebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
D. MANIFESTASI KLINIS DIARE1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan. 6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Pemeriksaan tinjaa) Makroskopis dan mikroskopisb) PH dan kadar gula dalam tinjac) Bila perlu diadakan uji bakteri 2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
E. KOMPLIKASI1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).2. Renjatan hipovolemik.3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).4. Hipoglikemia.5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.F. DERAJAT DEHIDRASIMenurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:a. Kehilangan berat badan1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%b. Skor Mavrice KingBagian tubuh
Yang diperiksa Nilai untuk gejala yang ditemukan 0 1 2Keadaan umum
G. KEBUTUHAN CAIRAN ANAKTubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti protein, lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila terganmggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan sebagai berikut :
Umur Berat Badan Total/24 jam Kebutuhan Cairan/Kg BB/24 jam3 hari10 hari3 bulan6bulan9 bulan1 tahun2 tahun4 tahun6 tahun10 tahun14 tahun18 tahun 3.03.25.47.38.69.511.816.220.028.745.054.0 250-300400-500750-850950-11001100-12501150-13001350-15001600-1800
Whaley and Wong (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil 1998), Suharyono, Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI (1988), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :Derajat Dehidrasi PWL NWL CWL JumlahRinganSedangBerat 5075125 100100100 252525 175200250
Keterangan :PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
H. PATHWAYSFaktor infeksi Faktor malabsorbsi Gangguan peristaltik
Endotoksin Tekanan osmotik ↑ Hiperperistaltik Hipoperistaltik merusak mukosausus Pergeseran cairan Makanan tidak Pertumbuhan bakteri dan elektrolit ke sempat diserap lumen usus Endotoksin berlebih Hipersekresi cairan dan elektrolit Isi lumen usus ↑
Kurang volume cairan (dehidrasi) Hiponatremia Hipokalemia Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia, Penurunan klorida serum mual, muntah, haus, oliguri, turgor kulit kurang, mukosa mulut kering, mata dan Hipotensi postural, kulit dingin, ubun-ubun cekung, peningkatan suhu tremor tubuh, penurunan berat badan kejang, peka rangsang, denyut jantung cepat dan lemah(Horne & Swearingen, 2001; Smeltzer & Bare, 2002
I. PENTALAKSANAAN1. MedisDasar pengobatan diare adalah:a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.1) Cairan per oralPada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap
karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.2) Cairan parentralDiberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg• 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).• 7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).• 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg• 1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg• 1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).• 7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).• 16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg• Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).• Untuk bayi berat badan lahir rendahKebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).b. Pengobatan dietetikUntuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.c. Obat-obatanPrinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.2. KeperawatanMasalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
a. Data fokus1) Hidrasi- Turgor kulit- Membran mukosa- Asupan dan haluaran2) Abdomen - Nyeri- Kekauan- Bising usus- Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik- Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik- Kram- Tenesmusb. Diagnosa keperawatan - Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara intake dan out put.- Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus dengan mikroorganisme.- Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang disebabkan oleh peningkatan frekuensi BAB.- Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak mengenal lingkungan, prosedur yang dilaksanakan.- Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau kurangnya pengetahuan.c. Intervensi1) Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit- Pantau cairan IV- Kaji asupan dan keluaran- Kaji status hidrasi- Pantau berat badan harian- Pantau kemampuan anak untuk rehidrasi - Melalui mulut2) Cegah iritabilitas saluran gastro intestinal lebih lanjut- Kaji kemampuan anak untuk mengkonsumsi melalui mulut (misalnya: pertama diberi cairan rehidrasi oral, kemudian meningkat ke makanan biasa yang mudah dicerna seperti: pisang, nasi, roti atau asi.- Hindari memberikan susu produk.- Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pemilihan makanan.3) Cegah iritasi dan kerusakan kulit- Ganti popok dengan sering, kaji kondisi kulit setiap saat.- Basuh perineum dengan sabun ringan dan air dan paparkan terhadap udara.- Berikan salep pelumas pada rektum dan perineum (feses yang bersifat asam akan mengiritasi kulit).4) Ikuti tindakan pencegahan umum atau enterik untuk mencegah penularan infeksi (merujuk pada kebijakan dan prosedur institusi).5) Penuhi kebutuhan perkembangan anak selama hospitalisasi.
- Sediakan mainan sesuai usia.- Masukan rutinitas di rumah selama hospitalisasi.- Dorong pengungkapan perasaan dengan cara-cara yang sesuai usia.6) Berikan dukungan emosional keluarga.- Dorong untuk mengekspresikan kekhawatirannya.- Rujuk layanan sosial bila perlu.- Beri kenyamanan fisik dan psikologis.7) Rencana pemulangan.- Ajarkan orang tua dan anak tentang higiene personal dan lingkungan.- Kuatkan informasi tentang diet.- Beri informasi tentang tanda-tanda dehidrasi pada orang tua.- Ajarkan orang tua tentang perjanjian pemeriksaan ulang.DAFTAR PUSTAKA
1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatik, Jakarta, EGC2. Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa : Manulang R.F. Jakarta, EGC4. Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru
Asuhan Keperawatan Aplikasi NANDA Silahkan berkunjung keblog saya, semoga bermanfaat bagi kita semua dan dapat memajukan dunia keperawatan.
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE
Diposkan oleh Rizki Kurniadi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan penyakit yang
masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu penyakit yang
banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima tahun (balita).
Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal yang wajar dan
harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang tua yang
bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare.
Misalnya, pada sebagian kalangan masyarakat, diare dipercaya atau dianggap sebagai
pertanda bahwa anak akan bertumbuh atau berkembang. Kepercayaan seperti itu
secara tidak sadar dapat mengurangi kewaspadaan orang tua. sehingga mungkin saja
diare akan membahayakan anak. (anaksehat.blogdrive.com).
Menurut data United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada
balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF
memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare