GANGGUAN ELIMINASI URINE A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses) (Potter & Perry, 2006). Eliminasi urine adalah pengeluaran cairan proses pengeluaran ini sangat tergantung pada fungsi organ-organ eliminasi seperti ginjal, ureter, bladder dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urin. Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bledder urine di tampung sampai mencapai batas tertentu yang kemudian di keluarkan melalui uretra (Fundamental Nursing Skills and Concepts. Hal 705, 2009). Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh yang berupa cairan yang tergantung dari fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Sehingga urine dapat keluar dengan baik (Chris Brooker, 2009). Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orang yang mengalami gangguan eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urine, yaitu tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih melalui 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
GANGGUAN ELIMINASI URINE
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa
urin atau bowel (feses) (Potter & Perry, 2006).
Eliminasi urine adalah pengeluaran cairan proses pengeluaran ini sangat
tergantung pada fungsi organ-organ eliminasi seperti ginjal, ureter, bladder
dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urin. Ureter
mengalirkan urine ke bladder. Dalam bledder urine di tampung sampai
mencapai batas tertentu yang kemudian di keluarkan melalui uretra
(Fundamental Nursing Skills and Concepts. Hal 705, 2009).
Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh
yang berupa cairan yang tergantung dari fungsi ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra. Sehingga urine dapat keluar dengan baik (Chris Brooker,
2009).
Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya
orang yang mengalami gangguan eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi
urine, yaitu tindakan memasukan selang kateter ke dalam kandung kemih
melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan urine (Azis, 2006)
a) Anatomi
Ginjal
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron.
Tiap - tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler.
Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh - pembuluh darah yaitu
glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam
komponen tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus - tubulus,
yaitu tubulus kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus
pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada medula.
1
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal
terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal
(medula), dan bagian rongga ginjal(pelvis renalis).
a. Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan
penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn
darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang
tersusun bergumpal - gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus
dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus
dengan simpai bownman disebut badan malphigi. Penyaringan
darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan
simpai bownman. Zat - zat yang terlarut dalam darah akan masuk
kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat - zat tersebut akan
menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai
bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.
b. Sumsum Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang
disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan
puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian
dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya
disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak
bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli
dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks
yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul
ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai
bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang
merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah
mengalami berbagai proses.
c. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal,
berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan
ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor,
2
yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks
minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks
minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari
Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke
ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula
urinaria).
Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen
dan sebagian terletak dalam rongga pelvis. Lapisan dinding ureter
terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik
tiap 5 menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam
kandung kemih (vesika urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin
melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam
bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung
kemih. Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia
muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter
terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan
pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik.
Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang
kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari :
3
1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan
bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale
yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan
prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu,
peritonium (lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika
submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung
kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki
uretra bewrjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah prostat
kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis
kebagia penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
1. Uretra Prostaria
2. Uretra membranosa
3. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling
dalam), dan lapisan submukosa. Uretra pada wanita terletak
dibelakang simfisis pubisberjalan miring sedikit kearah atas,
panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari Tunika
muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari
vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).Muara
uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan
vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran ekskresi.
b) Fisiologi
Tahap – tahap Pembentukan Urine
a. Proses filtrasi
4
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent
lebih besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah,
sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat,
bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginja.
b. Proses reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium,
klorida, fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara
pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus
atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali
penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan
diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya
terjadi secara aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya
dialirkan pada pupila renalis.
c. Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai
tubulus pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi
penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga terbentuklah urine
sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di
bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria
(kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine
sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan
dari tubuh melalui uretra.
d. Mikturisi
Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam
kandung kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan
penanbahan tekanan di dalam kandung kemih dimana
saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine. Miktruisi merupakan
gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat –
pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh
5
kontraksi otot abdominal yang menekan kandung kemih membantu
mengosongkannya.
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres
reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah
± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi).
Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan
pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh
relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan
kandung kemih. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung
kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut –
serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter
bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol
volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang menangani
kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan
terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa
disadari) dan retensi urine (kencing tertahan). Persarafan dan
peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan
kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi
untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan
ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan
membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi
penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari
umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah
kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis
sepanjang arteri umbilikalis (Potter & Perry, 2006).
c) Komposisi urine
Ginjal berfungsi sebagai organ ekskresi yang utama dari tubuh.
Organ ini membuang produk akhir metabolism tubuh. Urin terutama
tersusun atas air. Individu yang normal akan mengkonsumsi kurang
6
lebih 1-2 liter air perhari, dan dalam keadaan normal seluruh asupan
cairan ini akan diekskresikan keluar termasuk 400 – 500 ml yang akan
diekskresikan ke dalam urin. Sisanya akan diekskresikan lewat kulit,
paru-paru pada saat bernapas, dan feses. Elektrolit, yang mencakup
natrium, kalium, klorida, bikarbonat dan ion-ion lain yang jumlahnya
lebih sedikit juga diekskresikan melalui ginjal.
Kelompok ketiga substansi yang muncul dalam urin terbentuk dari
berbagai produk akhir metabolism protein. Produk akhir yang utama
adalah ureum, dengan jumlah 25 g, diproduksi dan di ekskresikan setiap
harinya. Produk lain dari metabolism protein yang harus diekskresikan
antara lain,kreatinin, fosfat dan sulfat. Asam urat hasil dari metabolism
asam nukleat juga di ekskresikan.
Dalam keadaan normal glukosa dan asam amino akan diabsorsi
secara hampir sempurna, sehingga kedua substansi ini tidak
diekskresikan ke dalam urin. Protein dalam keadaan normal juga tidak
akan ditemukan dalam urin, karena tidak di filtrasi di glomerulus karena
ukurannya yang besar.
2. Penyebab/faktor predisposisi
a. Pertumbuhan dan Perkembangan
Seorang anak tidak dapat mengontrol pola berkemihnya secara
volunter sampai ia berusia 18-24 bulan. Proses penuaan juga
mengganggu proses eliminasi urin. Masalah mobilitas, kelemahan dan
lansia juga mungkin akan mengalami kehilangan kemampuan untuk
merasakan bahwa kandung kemihnya penuh. Perubahan fungsi ginjal
dan kandung kemih juga terjadi seiring dengan proses penuaan.
Kecepatan filtrasi glomerulus menurun disertai penurunan kemampuan
ginjal untuk memekatkan urin, sehingga lansia sering mengalami
nokturia (urinasi berlebihan pada malam hari).
b. Faktor Psikologis
Ansietas dan stress emosional dapat menimbulkan dorongan untuk
berkemih dan frekuensi berkemih meningkat. Ansietas juga dapat
7
membuat individu tidak mampu berkemih sampai tuntas. Ketegangan
emosional membuat relaksasi otot abdomen dan otot perineum menjadi
sulit. Apabila sfingter uretra eksterna tidak berelaksasi secara total,
buang air dapat menjadi tidak tuntas dan terdapat sisa urin di dalam
kandung kemih.
c. Faktor sosiokultural
Adat istiadat tentang privasi berkemih berbeda-beda. Peraturan
sosial mempengaruhi waktu berkemih seperti istirahat sekolah.
d. Kebiasaan pribadi
Privasi dan waktu yang adekuat untuk berkemih. Beberapa individu
memerlukan distraksi seperti membaca untuk rileks.
e. Intake cairan dan makanan
Alkohol mengahambat Anti Diuretik Hormon (ADH) untuk
meningkatkan pembuangan urine, kopi, teh, coklat, cola (mengandung
kafein) dapat meningkatkan pembuangan dan ekskresi urine.
f. Tonus Otot
Lemahnya otot abdomen dan otot dasar panggul merusak kontraksi
kandung kemih dan kontrol sfingter uretra eksterna. Kontrol mikturisi
yang buruk dapat diakibatkan oleh otot yang tidak dipakai, yang
merupakan akibat dari lamanya imobilitas, peregangan otot selama
melahirkan, atrofi otot setelah menopause, dan kerusakan otot akibat
trauma.
g. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan system perkemihan dapat mempengaruhi berkemih.
Pembatasan asupan cairan umumnya akan mengurangi haluaran urine.
h. Kondisi Penyakit
Adanya luka pada saraf perifer yang menuju ke kandung kemih
menyebabkan hilangnya tonus kandung kemih, berkurangnya sensasi
penuh kandung kemih, dan individu mengalami kesulitan untuk
mengontrol urinasi. Misalnya diabetes mellitus dan sklerosis multiple
menyebabkan kondisi neuropatik yang mengubah fungsi kandung
kemih. Penyakit juga dapat memperlambat aktivitas fisik mengganggu
8
kemampuan berkemih. Artritis reumatoid, penyakit sendi degeneratif,
dan parkinson merupakan contoh-contoh kondisi yang membuat individu
sulit mencapai dan menggunakan fasilitas kamar mandi. Penyakit-
penyakit yang menyebabkan kerusakan ireversible pada glomerulus atau
tubulus menyebabkan perubahan fungsi ginjal yang permanen.
i. Obat – obatan
Diuretik mencegah reabsorpsi air dan elektrolit tertentu untuk
meningkatkan haluaran urin. Retensi urin dapat disebabkan oleh
penggunaan obat antikolinergik (mis. atropin), antihistamin (mis.
sudafed), antihipertensi (mis. aldomet), dan obat penyekat beta -
adrenergic (mis. Inderal).
j. Prosedur Bedah
Klien post bedah sering memiliki perubahan keseimbangan cairan
analgetik narkotik dan anestesi dapat memperlambat laju filtrasi
glomerolus, mengurangi haluaran urin. Anastesi spinalis terutama
menimbulkan risiko retensi urin. Perubahan struktur panggul dan
abdomen bagian bawah dapat merusak urinasi akibat trauma local pada
jaringan sekitar. Pembentukandiversi urinarius melalui pembedahan di
daerah kandung kemih atau uretra yang bersifatsementara (kanker
kandung kemih), memiliki stoma untuk mengeluarkan urin (Potter &
Perry, 2006).
3. Patofisiologi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine
adalah ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara
progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai
ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks
saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha
mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya
menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks
9
miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga
dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
Kandung kemih dipersarafi saraf sakral (S-2) dan (S-3). Saraf sensori
dari kandung kemih dikirim ke medula spinalis (S-2) sampai (S-4)
kemudian diteruskan ke pusat miksi pada susunan saraf pusat. Pusat miksi
mengirim signal pada kandung kemih untuk berkontraksi. Pada saat
destrusor berkontraksi spinter interna berelaksasi dan spinter eksternal
dibawah kontol kesadaran akan berperan, apakah mau miksi atau ditahan.
Pada saat miksi abdominal berkontraksi meningkatkan kontraksi otot
kandung kemih, biasanya tidak lebih 10 ml urine tersisa dalam kandung
kemih yang disebut urine residu. Pada eliminasi urine normal sangat
tergantung pada individu, biasanya miksi setelah bekerja, makan atau
bangun tidur. Normal miksi sehari 5 kali.
Gangguan pada eliminasi sangat beragam. Masing-masing gangguan
tersebut disebabkan oleh etiologi yang berbeda. Pada pasien dengan trauma
yang menyebabkan cedera medulla spinalis, akan menyebabkan gangguan
dalam mengkontrol urine/inkontinensia urine. Gangguan traumatik pada
tulang belakang bisa mengakibatkan kerusakan pada medulla spinalis.
Kerusakan pusat miksi di medulla spinalis menyebabkan kerusaan saraf
simpatis dan parasimpatis sebagian atau seluruhnya sehingga tidak terjadi
koneksi dengan otot detrusor yang mengakibatkan tidak adanya atau
menurunnya relaksasi otot spingter internal. Hipertrofi prostate, tumor atau
kekakuan leher vesika, striktur, bekuan darah, dan batu kencing
menyebabkan obstruksi urethra sehingga urine sisa meningkat dan terjadi
dilatasi bladder kemudian distensi abdomen, dapat merusak penghantaran
impuls sensorik dan motorik dan meyebabkan kemampuan otot detrusor
dan spingter dalam merespon keinginan untuk berkemih menjadi
terganggu. Selain itu analgesik narkotik dan anestesi dapat menyebabkan
rusaknya impuls sensorik dan motorik yang berjalan di antara kandung
kemih, medula spinalis, dan otak. Otot kandung kemih dan otot sfingter
juga tidak mampu merepons terhadap keinginan berkemih (Sylvia,2006).
10
PATHWAY
11
Operasi pada abdomen
bawah
Terdapat efek anestesi & analgesik
narkotik
Obstruksi saluran kemih
Trauma tulang
belakang
Luka pada medulla spinalis
(S2-S3)
Kemampuan otot detrusor dan spingter
untuk merespon keinginan berkemih
Inkontinensia urine
Kesulitan untuk mengontrol urinasi
Impuls sensorik dan motorik terganggu
Gangguan eliminasi
Adanya bekuan darah/ batu
Pengeluaran urine terhambat
penimbunan urine di dalam vesika urinaria
BPH, karsinoma prostat, striktur uretra,
trauma uretra
Terjadi penyempitan saluran kemih
Retensi urine
kerusaan saraf simpatis dan parasimpatis
4. Klasifikasi
a.Retensi Urine
Retensi urine adalah akumulasi urine yang nyata di dalam kandung
kemih akibat ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih. Urine terus
berkumpul di kandung kemih, merenggangkan dindingnya sehingga
timbul perasaan tegang, tidak nyaman, nyeri tekan pada simfisis pubis,
gelisah, dan terjadi diaphoresis (berkeringat). Tanda - tanda retensi urine
akut ialah tidak adanya haluaran urine selama beberapa jam dan terdapat
distensi kandung kemih. Pada retensi urine yang berat, kandung kemih
dapat menahan 2000 - 3000 ml urine . Retensi terjadi terjadi akibat
obstruksi uretra, trauma bedah, perubahan stimulasi saraf sensorik dan