LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE CAIR AKUTDI BANGSAL ANGREK
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Disusun Oleh:ARISYANUDIN PRASTYO3215002PROGRAM PENDIDIKAN
PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANJENDERAL ACHMAD YANIYOGYAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE CAIR AKUTDI BANGSAL ANGREK
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTULDisusun Oleh:
ARISYANUDIN PRASTYO
3215002
Yogyakarta, 2015
MahasiswaPembimbing KlinikPembimbing Akademik
( )( )( )
I. TINJAUAN TEORI
A. DEFINISIDiare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi
defekasi yang abnormal > 3 kali / hari, serta perubahan isi /
volume (>200 gr/hari) dan konsistensi feses cair (Nethina dkk,
2008)Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk
cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada
tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml/sekali
defekasi (etz Cecily, 2009)Diare adalah buang air besar encer atau
cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang
awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam atau
beberapa hari.
B. FAKTOR PREDISPOSISI1. Infeksi virus (Rotavirus, Adenovirus),
bakteri (E. Colli, Salmonella, Shigella, Vibrio dll), parasit
(protozoa : E. hystolitica, G. lamblia; cacing : Askaris, Trikurus;
Jamur : Kandida) melalui fecal oral : makanan, minuman,yang
tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita.
2. Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau
protein.
3. Makanan : alergi makanan, basi atau keracunan makanan
4. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids
dll
5. Faktor lingkungan dan perilaku
6. Psikologi : rasa takut dan cemasC. KLASIFIKASI1. Diare
Akut.Diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam
beberapa jam sampai 7 atau 14 hari. Penyebab utamanya adalah
bakteri, parasit maupun virus. Penyebab lain: toksin dan obat,
nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung lama, kemoterapi dan
berbagai kondisi lainnya.2. Diare Kronik.
Diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini
berlaku bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan
batas waktu dua minggu. Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal
pokok, yaitu konsistensi feses dan motilitas usus, umumnya terjadi
akibat pengaruh keduanya.D. PATOFISIOLOGI Spesies bakteri tertentu
menghasilkan eksotoksin yang mengganggu absorbsi usus dan dapat
menimbulkan sekresi berlebihan dari air dan elektrolit. Ini
termasuk baik enterotoksin kolera dan E. Coli. Spesies E. Coli
lain, beberapa Shigella dan salmonella melakukan penetrasi mukosa
usus kecil atau kolon dan menimbulkan ulserasi mikroskopis. Muntah
dan diare dapat menyusul keracunan makanan non bakteri. Diare dan
muntah merupakan gambaran penting yang mengarah pada dehidrasi,
akibat kehilangan cairan ekstrvaskuler dan ketidakseimbangan
elektrolit. Keseimbangan asam basa terpengaruh mengarah pada
asidosis akibat kehilangan natrium dan kalium dan ini tercermin
dengan pernafasan yang cepat (Qauliyah, 2010)Patogen usus
menyebabkan sakit dengan menginvasi mukosa usus, memproduksi
enterotoksin, memproduksi sitotoksin dan menyebabkan perlengketan
mukosa yang disertai dengan kerusakan di menbran mikrovili.
Organisme yang menginvasi sel epitel dan lamina propria menimbulkan
suatu reaksi radang local yang hebat. Enterotoksin menyebabkan
sekresi elektrolit dan air dengan merangsang adenosine monofosfat
siklik di sel mukosa usus halus. Sitotoksin memicu peradangan dari
sel yang cedera serta meluaskan zat mediator radang. Perlengketan
mukosa menyebabkan cedera mikrivili dan peradangan sel bulat di
lamina propria. Bakteri yang tumbuh berlebihan di usus halus juga
mengganggu mukosa usus. Bakteri menghasilkan enzim dan hasil
metabolisme untuk menghancurkan enzim glikoprotein pada tepi
bersilia dan menggangggu pengangkutan monosakarida dan elektrolit.
Cedera vili menyebabkan lesi mukosa di sana sini yang disertai
dengan segmen atrofi vili subtotal dan respon radang subepitel yang
mencolok.
E. PATHWAY Mikro Organisme
Radang usus Membentuk toksin
Mengganggu absorbsi usus
Menimbulkan sekresi berlebihan dari air dan elektrolit
Kurang pengetahuan
DIARE
Defisit volume cairan
Cemas orang tua Hospitalisasi PK : Syok
Hipertermi
kut
F. TANDA DAN GEJALA1. Anak sering buang air besar dengan
konsistensi tinja cair atau encer.
2. Anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
4. Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya
difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam
laktat.
5. Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas
kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan
darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas hingga
menyebabkan kesadaran menurun.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria) (Arjatmo, 2011)G.
TEORI MENGENAI TAHAPAN TUMBUH KEMBANGPertumbuhan (growth) adalah
merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh bagian tubuh
selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis
protein-protein baru, menghasilkan penambahan jumlah dan berat
secara keseluruhan atau sebagian. Pertumbuhan adalah suatu proses
alamiah yang terjadi pada individu,yaitu secara bertahap,berat dan
tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami
peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial
maupun spiritual (Moersintowarti, 2007).Perkembangan (development)
adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya
fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas seseorang
melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan (maturation), dan
pembelajaran (learning).1. Perkembangan Psikoseksual
Dalam perkembangan psikoseksual dalam tumbuh kembang dapat
dijelaskan beberapa tahap sebagai berikut :a. Tahap oral-sensori
(lahir sampai usia 12 bulan)Dalam tahap ini biasanya anak memiliki
karakter diantaranya aktivitasnya mulai melibatkan mulut untuk
sumber utama dalam kenyamanan anak, perasaannya mulai bergantung
pada orang lain (dependen), prosedur dalam pemberian makan
sebaiknya memberkan kenyamanan dan keamanan bagi anak.b. Tahap
anal-muskular (usia 1-3 tahun / toddler)
Dalam tahap ini anak biasanya menggunakan rektum dan anus
sebagai sumber kenyamanan, apabila terjadi gangguan pada tahap ini
dapat menimbulkan kepribadian obsesif-kompulsif seperti keras
kepala, kikir, kejam dan temperamen.c. Tahap falik (3-6 tahun / pra
sekolah)Tahap ini anak lebih merasa nyaman pada organ genitalnya,
selain itu masturbasi dimulai dan keinggintahuan tentang seksual.
Hambatan yang terjadi pada masa ini menyebabkan kesulitan dalam
identitas seksual dan bermasalah dengan otoritas, ekspresi malu,
dan takut.d. Tahap latensi (6-12 tahun / masa sekolah)
Tahap ini anak mulai menggunakan energinya untuk mulai aktivitas
intelektual dan fisik, dalam periode ini kegiatan seksual tidak
muncul, penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri muncul pada
waktu ini.e. Genital (13 tahun keatas / pubertas atau remaja sampai
dewasa)
Tahap ini genital menjadi pusat kesenangan seksual dan tekanan,
produksi horman seksual menstimulasi perkembangan heteroseksual,
energi ditunjukan untuk mencapai hubungan seksual yang teratur,
pada awal fase ini sering muncuul emosi yang belum matang, kemudian
berkembang kemampuan untuk menerima dan memberi cinta.2.
Perkembenagan Psikososial
Erikson mengatakan bahwa perkembangan itu memiliki prinsip
epigenetic, maksudnya adalah prinsip ini menjelaskan bahwa
kehidupan organisme yang baru itu berkembang dari sumber yang
memiliki identitas yang tidak berbeda dengan organisme yang baru
dan bagaimana pun perkembangannya itu bertahap. Perkembangan
individu meliputi perkembangan psikososial.
Ada 8 tahap perkembangan menurut erikson, yaitu : a. Trust vs
Mistrust (Kepercayaan vs Kecurigaan) Tahap ini berlangsung pada
masa oral, kira-kira terjadi pada umur 0-1 atau 1 tahun. Tugas yang
harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan
kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu
ketidakpercayaanb. Otonomi vs Perasaan Malu dan Ragu-ragu Pada
tahap kedua adalah tahap anus-otot (anal-mascular stages), masa ini
biasanya disebut masa balita yang berlangsung mulai dari usia 18
bulan sampai 3 atau 4 tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada
masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil
perasaan malu dan ragu-ragu.
c. Inisiatif vs Kesalahan Tahap ketiga adalah tahap
kelamin-lokomotor (genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut
tahap bermain. Tahap ini pada suatu periode tertentu saat anak
menginjak usia 3 sampai 5 atau 6 tahun, dan tugas yang harus
diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya
gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan.d.
Kerajinan vs Inferioritas Tahap keempat adalah tahap laten yang
terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun.
Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah
mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa
rendah diri. e. Identitas vs Kekacauan Identitas Tahap kelima
merupakan tahap adolesen (remaja), yang dimulai pada saat masa
puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun. melalui tahap ini
orang harus mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya
identitas pribadi berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana
cara seseorang terjun ke tengah masyarakat. f. Keintiman vs Isolasi
yaitu pada masa dewasa awal yang berusia sekitar 20-30 tahun.
Adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha
menghindar dari sikap menyendirig. Generativitas vs Stagnasi Masa
dewasa (dewasa tengah) berada pada posisi ke tujuh, dan ditempati
oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun. salah
satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna
keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan
tidak berbuat apa-apa (stagnasi).h. Integritas vs Keputusasaan
Tahap terakhir dalam teorinya Erikson disebut tahap usia senja yang
diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas.
Yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan
berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan. 3. Perkembangan
Kognitif
a. Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari
lahir hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada
tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar
dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan
sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan
tindakan-tindakan fisik. b. Tahap praoperasional (preoperational
stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7 tahun, merupakan tahap
kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan
kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme,
animisme, dan intuitif.Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan
untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif
oranglain dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi
dirinya. c. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage),
yang berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap
ketiga piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis
menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan
ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
d. Tahap operasional formal (formal operational stage), yang
terlihat pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan
terkahir dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia
nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak
dan lebih logis.H. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan Tinja2.
Makroskopis dan mikroskopis untuk mencari kuman penyebab dan uji
resistensi terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).3.
Pemeriksaan Darah4. Darah perifer lengkap, analisis gas darah dan
elektrolit.5. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk
mengetahui faal ginjal.6. Daudinal Intibatian7. Untuk mnengetahui
kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif terutama pada
diare kronik.I. PENATALAKSANAAN MEDIS1. Pemberian cairan Pemberian
cairan pada pasien diare dan memperhatiakn derajat dehidrasinya dan
keadaan umum. a. Pemberian cairan Pasien dengan dehidrasi rignan
dan sedang cairan diberikan per oral berupa cairan yang berisikan
NaCl dan Na HCO3, KCl dan glukosa untuk diare akut dan karena pada
anak di atas umur 6 bulan kadar natrium 90 ml g/L. pada anak
dibawah 6 bulan dehidrasi ringan / sedang kadar natrium 50-60
mfa/L, formula lengkap sering disebut : oralit. b. Cairan
parontenal Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang diperlukan
sesuai engan kebutuhan pasien, tetapi kesemuanya itu tergantugn
tersedianya cairan stempat. Pada umumnya cairan Ringer laktat (RL)
diberikan tergantung berat / rignan dehidrasi, yang diperhitugnkan
dengan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badanya.1)
Belum ada dehidrasi Per oral sebanyak anak mau minum / 1 gelas tiap
defekasi. 2) Dehidrasi ringan 1 jam pertama : 25 50 ml / kg BB per
oral, selanjutnya : 125 ml / kg BB / hari 3) Dehidrasi sedang 1 jam
pertama : 50 100 ml / kg BB per oral (sonde), selanjutnya 125 ml /
kg BB / hari4) Dehidrasi berat Tergantung pada umur dan berat badan
pasien. 2. Pengobatan dietetikUntuk anak di bawah 1 tahun dan anak
di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis makanan : a. Susu
(ASI adalah susu laktosa yang mengandung laktosa rendah dan asam
lemak tidak jenuh, misalnya LLM, al miron).b. Makanan setengah
padar (bubur) atau makanan padat (nasitim), bila anak tidak mau
minum susu karena di rumah tidak biasa.c. Susu khusus yang
disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan susu dengan tidak
mengandung laktosa / asam lemak yang berantai sedang / tidak
sejuh.3. Obat-obatan Prinsip pengobatan diare adalah mengganti
cairan yang hilang melalui tinja dengan / tanpa muntah dengan
cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa / karbohidrat lain
(gula, air tajin, tepung beras sbb).a. Obat anti sekresi Asetosal,
dosis 25 mg/ch dengan dosis minimum 30 mg. Klorrpomozin, dosis 0,5
1 mg / kg BB / harib. Obat spasmolitik, dll umumnya obat
spasmolitik seperti papaverin, ekstrak beladora, opium loperamia
tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras
tinja seperti kaolin, pektin, charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare sehingg tidak diberikan lagi.c.
Antibiotik Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada
penyebab yang jelas bila penyebabnya kolera, diberiakn tetrasiklin
25-50 mg / kg BB / hari. Antibiotik juga diberikan bile terdapat
penyakit seperti : OMA, faringitis, bronkitis / bronkopneumonia.II.
ASUHAN KEPERAWATANA. PENGKAJIAN 1. Identitas : umur, alamat
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian)
: muntah, diare, kembung, demam.
b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita
pasien saat masuk rumah sakit)
c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien) : diare, alergi
makanan, intoleransi, riwayat operasi.
d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak)
e. Riwayat Imunisasi : imunisasi campak ?f. Riwayat tumbuh
kembang
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi (BB, PB,
Usia)
b. Pemeriksaan persistem :
1) Sistem persepsi sensori :
a) Penglihatan : air mata ada / tidak, cekung / normal
b) Pengecapan : rasa haus meningkat/tidak, lidah lembab /
kering
2) Sistem persyarafan : kesadaran, kejang.
3) Sistem pernafasan : kusmaul, sianosis, cuping hidung
4) Sistem kardiovaskuler : takikardi, nadi lemah dan cepat / tak
teraba, kapilary refill lambat, akral hangat/dingin, sianosis
perifer.
5) Sistem Gastrointestinal :
a) Mulut : membrane mukosa lembab/kering, bibir
lembab/kering
b) Perut : turgor, kembung / meteorismus, distensi, peristaltik
meningkat, nyeri
c) Informasi tentang tinja : warna, volume, bau, konsistensi,
lendir, darah, sisa makanan
6) Sistem integumen : kulit kering/lembab, ubun-ubun
cekung/tidak, turgor, bibir kering/tidak, diaper rash/iritasi di
daerah perineal, ada lipatan kulit/keriput ?
7) Sistem perkemihan : bak 6 jam terakhir, oliguria/anuria
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : kebiasaan bab di
wc / jamban / sungai / kebun, personal hygiene, sanitasi, sumber
air minum.b. Pola nutrisi dan metabolisme : anoreksia, mual,
muntah, makanan / minuman terakhir yang dimakan, makan makanan yang
tidak biasa / belum pernah dimakan, alergi, minum ASI atau susu
formula, baru saja ganti susu, salah makan, makan berlebihan, efek
samping obat, jumlah cairan yang masuk selama diare, makan / minum
di warung ?
c. Pola eleminasi
a) Bab : frekuensi, warna, konsistensi, bau, lendir, darah
b) Bak : frekuensi, warna, bak 6 jam terakhir, oliguria,
anuria
5. Pola aktifitas dan latihan : travelling
6. Pola tidur dan istirahat
7. Pola kognitif dan perceptual
8. Pola toleransi dan koping stress
9. Pola nilai dan keyakinan
10. Pola hubungan dan peran
11. Pola persepsi diri dan konsep diri
12. Pola seksual dan reproduksiB. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL1.
Diare berhubungan dengan factor psikologis (tingkat stress dan
cemas tinggi), faktor situasional ( keracunan, penyalahgunaan
laksatif, pemberian makanan melalui selang efek samping obat,
kontaminasi, traveling), factor fisiologis (inflamasi, malabsorbsi,
proses infeksi, iritas, parasit)
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume
cairan aktif, kegagalan dalam mekanisme pengaturan.
3. Cemas orang tua berhubungan dengan proses penyakit
anaknya
4. Kurang pengetahuan tentang penyakit diare berhubungan denganm
kurang informasi, keterbatasan kognisi, tidak familiar dengan
sumber informasiC. RENCANA INTERVENSI KEPERAWATANNoDiagnosa
KeperawatanNOC / TUJUANNIC / INTERVENSI
1.Diare b.d faktor psiko-logis (stress, cemas), faktor
situasional (kera-cunan, kontaminasi, pem-berian makanan melalui
selang, penyalahgunaan laksatif, efek samping obat, travelling,
malab-sorbsi, proses infeksi, parasit, iritasi)Batasan
karakteristik :
Bab > 3 x/hari
Konsistensi encer / cair
Suara usus hiperaktif
Nyeri perut
Kram
Setelah dilakukan tindakan perawatan pasien tidak mengalami
diare / diare berkurang, dengan criteria :1. Bowel Elemination
Frekuensi bab normal < 3 kali / hari
Konsistensi feses normal (lunak dan berbentuk)
Gerakan usus tidak meningkat (terjadi tiap 10 -30 detik)
Warna feses normal
Tidak ada lendir, darah
Tidak ada nyeri
Tidak ada diare
Gambaran peristaltic tidak tampak
Bau fese normal (tidak amis, bau busuk)
Managemen Diarhea
1. Identifikasi faktor yang mungkin menyebabkan diare (bakteri,
obat, makanan, selang makanan, dll )
2. Ajari pasien menggunakan obat diare dengan tepat (smekta
diberikan 1-2 jam setelah minum obat yang lain)
3. Anjurkan pasien / keluarga untuk mencatat warna, volume,
frekuensi, bau, konsistensi feses.
4. Dorong klien makan sedikit tapi sering (tambah secara
bertahap)
5. Monitor tanda dan gejala diare
6. Observasi turgor kulit secara teratur
7. Monitor area kulit di daerah perianal dari iritasi dan
ulserasi
8. Ukur diare / keluaran isi usus
9. Konsultasikan dokter jika tanda dan gejala diare menetap.
10. Kolaborasi dokter jika ada peningkatan suara usus
11. Kolaborasi dokter jika tanda dan gejala diare menetap.
12. Anjurkan diet rendah serat
13. Anjurkan untuk menghindari laksatif
14. Ajari klien / keluarga bagaimana meme-lihara catatan
makanan
Nutrisiton managemen1. Hindari makanan yang membuat alergi
2. Hindari makanan yang tidak bisa di-toleransi oleh klien
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kebutuhan kalori
dan jenis makanan yang dibutuhkan
4. Berikan makanan secara selektif
5. Berikan buah segar (pisang) atau jus buah
6. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan
kien dan ba-gaimana cara makannya
Bowel Incontinence Care
1. Tentukan faktor fisik atau psikis yang menyebabkan diare.
2. Terangkan penyebab masalah dan alasan dilakukan tindakan.
3. Diskusikan prosedur dan hasil yang diharapkan dengan klien /
keluarga
4. Anjurkan klien / keluarga untuk mencatat keluaran feses
5. Cuci area perianal dengan sabun dan air dan keringkan setiap
setelah habis bab
6. Gunakan cream di area perianal
7. Jaga tempat tidur selalu bersih dan kering
Perawatan Perineal
1. Bersihkan secara teratur dengan teknik aseptik
2. Jaga daerah perineum selalu kering
3. Pertahankan klien pada posisi yang nyaman
4. Berikan obat anti nyeri / inflamasi dengan tepat
2.Kekurangan volume cairan b.d intake kurang, kehilangan volume
cairan aktif, kegagalan dalam mekanisme pengaturan
Batasan karakteristik :
Kelemahan
Haus
Penurunan turgor kulit
Membran mucus / kulit kering
Nadi meningkat, te-kanan darah menu-run, tekanan nadi
menurun
Penurunan pengisian kapiler
Perubahan status mental
Penurunan urin out-put
Peningkatan konsen-trasi urin
Peningkatan suhu tubuh
Hematokrit mening-kat
Kehilangan berat ba-dan mendadak.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan dan
elektrolit adekuat, dengan kriteria :
Status Hidration
Hidrasi kulit adekuat
Tekanan darah dalam ba-tas normal
Nadi teraba
Membran mukosa lembab
Turgor kulit normal
Berat badan stabil dan dalam batas normal
Kelopak mata tidak ce-kung
Fontanela tidak cekung
Urin output normal
Tidak demam
Tidak ada rasa haus yang sangat
Tidak ada napas pendek / kusmaul
fluid balance
Tekanan darah normal
Nadi perifer teraba
Tidak terjadi ortostatik hypotension
Intake-output seimbang dalam 24 jam
Serum, elektrolit dalam batas normal.
Hmt dalam batas normal
Tidak ada suara napas tambahan
BB stabil
Tidak ada asites, edema perifer
Tidak ada distensi vena leher
Mata tidak cekung
Tidak bingung
Rasa haus tidak berlebih-an
Membrane mukosa lem-bab
Hidrasi kulit adekuat
M fluid monitor1. Tentukan riwayat jenis dan banyaknya intake
cairan dan kebiasaan eleminasi
2. Tentukan faktor resiko yang menyebabkan ketidakseimbangan
cairan (hipertermi, diu-retik, kelainan ginjal, muntah, poliuri,
diare, diaporesis, terpapar panas, infeksi)
3. Menimbang BB secara teratur
4. Monitor vital sign
5. Monitor intake dan output
6. Periksa serum, elektrolit dan membatasi cairan bila
diperlukan
7. Jaga keakuratan catatan intake dan output
8. Monitor membrane mukosa, turgor kulit dan rasa haus
9. Monitor warna dan jumlah urin
10. Monitor distensi vena leher, krakles, odem perifer dan
peningkatan berat badan.
11. Monitor akses intravena
12. Monitor tanda dan gejala asites
13. Catat adanya vertigo
14. Pertahankan aliran infuse sesua advis dokter
Fluid management
1. Timbang berat badan dan monitor ke-cenderungannya.
2. Timbang popok
3. Pertahankan keakuratan catatan intake dan output
4. Pasang kateter bila perlu
5. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, denyut
nadi, tekanan darah)
6. Monitor vital sign
7. Monitor tanda-tanda overhidrasi / ke-lebihan cairan (krakles,
edema perifer, distensi vena leher, asites, edema pulmo)
8. Berikan cairan intravena
9. Monitor status nutrisi
10. Berikan intake oral selama 24 jam
11. Berikan cairan dengan selang (NGT) bila perlu
12. Monitor respon pasien terhadap terapi elektrolit
13. Kolaborasi dokter jika ada tanda dan gejala kelebihan
cairan
Hipovolemia management
1. Monitor status cairan intake dan output
2. Pertahankan patensi akses intravena
3. Monitor Hb dan Hct
4. Monitor kehilangan cairan (muntah dan diare)
5. Monitor tanda vital
6. Monitor respon pasien terhadap perubahan cairan
7. Berikan cairan isotonic / kristaloid (Na-Cl, RL, Asering)
untuk rehidrasi eks-traseluler
8. Monitor tempat tusukan intravena dari tanda infiltrasi atau
infeksi
9. Monitor IWL (misalnya : diaporesis)
10. Anjurkan klien untuk menghindari meng-ubah posisi dengan
cepat, dari tidur ke duduk atau berdiri
11. Monitor berat badan secara teratur
12. Monitor tanda-tanda dehidrasi ( turgor kulit menurun,
pengisian kapiler lambat, membrane mukosa kering, urin output
menurun, hipotensi, rasa haus meningkat, nadi lemah.
13. Dorong intake oral (distribusikan cairan selama 24 jam dan
beri cairan diantara waktu makan)
14. Pertahankan aliran infus
Monitoring Elektrolit
1. Monitor elektrolit serum
2. Kolaborasi dokter jika ada ketidak-seimbangan elektrolit
3. Monitor tanda dan gejala ketidak-seimbangan elektrolit
(kejang, kram perut, tremor, mual dan muntah, letargi, cemas,
bingung, disorientasi, kram otot, nyeri tulang, depresi pernapasan,
gangguan ira-ma jantung, penurunan kesadaran : apa-tis, coma)
Elektrolit managemnet
1. Pertahankan cairan infuse yang me-ngandung elektrolit
2. Monitor kehilangan elektrolit lewat suc-tion nasogastrik,
diare, diaporesis
3. Bilas NGT dengan normal salin
4. Berikan diet makanan yang kaya kalium
5. Berikan lingkungan yang aman bagi klien yang mengalami
gangguan neurologis atau neuromuskuler
6. Ajari klien dan keluarga tentang tipe, penyebab, dan
pengobatan ketidakse-imbangan elektrolit
7. Kolaborasi dokter bila tanda dan gejala ketidakseimbangan
elektrolit menetap.
8. Monitor respon klien terhadap terapi elektrolit
9. Monitor efek samping pemberian su-plemen elektrolit.
10. Kolaborasi dokter pemberian obat yang mengandung elektrolit
(aldakton, kalsium glukonas, Kcl).
11. Berikan suplemen elektrolit baik lewat oral, NGT, atau infus
sesuai advis dokter
3.Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya (diare,
muntah, panas, kembung)
Batasan karakteristik :
Orang tua sering bertanya
Orang tua meng-ungkapkan perasaan cemas
Khawatir
Kewaspadaan me-ningkat
Mudah tersinggung
Gelisah
Wajah tegang, me-merah
Kecenderungan me-nyalahkan orang lain
Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan orang tua
berkurang, dengan criteria :
Anxiety control
Tidur adekuat
Tidak ada manifestasi fisik
Tidak ada manifestasi perilaku
Mencari informasi untuk mengurangi cemas
Menggunakan teknik re-laksasi untuk mengurangi cemas
Berinteraksi sosial
Aggression Control
Menghindari kata yang meledak-ledak
Menghindari perilaku yang merusak
Mampu mengontrol ung-kapan verbal
Coping
Mampu mengidentifikasi pola koping yang efektif dan tidak
efektif
Mampu mengontrol ver-bal
Melaporkan stress / ce-masnya berkurang
Mengungkapkan mene-rima keadaan
Mencari informasi ber-kaitan dengan penyakit dan pengobatan
Memanfaatkan dukungan social
Melaporkan penurunan stres fisik
Melaporkan peningkatan kenyamanan psikisnya
Mengungkapkan membu-tuhkan bantuan
Melaporkan perasaan ne-gatifnya berkurang
Menggunakan strategi ko-ping efektif
Coping enhancement
1. Kaji respon cemas orang tua
2. Jelaskan orang tua tentang proses penyakit anaknya
3. Bantu orang tua untuk mengenali penyebab diare.
4. Terangkan orang tua tentang prosedur pemeriksaan dan
pengobatan
5. Beritahu dan jelaskan setiap perkem-bangan penyakit
anaknya
6. Dorong penggunaan sumber spiritual
Anxiety Reduction
1 Jelaskan semua prosedur termasuk pera-saan yang mungkin
dialami selama men-jalani prosedur
2 Berikan objek yang dapat memberikan ra-sa aman
3 Berbicara dengan pelan dan tenang
4 Membina hubungan saling percaya
5 Dengarkan dengan penuh perhatian
6 Ciptakan suasana saling percaya
7 Dorong orang tua mengungkapkan pera-saan, persepsi dan cemas
secara verbal
8 Berikan peralatan / aktivitas yang meng-hibur untuk mengurangi
ketegangan
9 Anjurkan untuk menggunakan teknik re-laksasi
10 Berikan lingkungan yang tenang, batasi pengunjung
4.Kurang pengetahuan klien / orang tua tentang diare b.d kurang
informa-si, keterbatasan kognisi, tak familier dengan sum-ber
informasi.
Batasan Karakteristik :
Mengungkapkan ma-salah
Tidak tepat mengiku-ti perintah
Tingkah laku yang berlebihan (histeris, bermusuhan, agitasi,
apatis)
Setelah dilakukan penjelasan keluarga mengetahui dan memahami
tentang penyakitnya, dengan criteria :
Knowledge : Disease Process :
Mengetahui jenis / nama penyakitnya
Mampu menjelaskan pro-ses penyakit
Mampu menjelaskan fak-tor resiko
Mampu menjelaskan efek penyakit
Mampu menjelaskan tan-da dan gejala penyakit
Mampu menjelaskan komplikasi
Mampu menjelaskan ba-gaimana mencegah kom-plikasi
Knowledge : Health be-havors
Mampu menjelaskan pola nutisi yang sehat
Mampu menjelaskan ak-tifitas yang bermanfaat
Mampu menjelaskan cara pencegahan diare
Mampu menjelaskan tek-nik manajemen stress
Mampu menjelaskan efek zat kimia
Mampu menjelaskan ba-gaimana mengurangi re-siko sakit
Mampu menjelaskan ba-gaimana menghindari lingkungan yang
berba-haya (sanitasi kurang)
Mampu menjelaskan cara pemakaian obat sesuai resep
Teaching : Disease Process
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien / orang
tua tentang proses penyakitnya
2. Jelaskan patofisiologi diare dan ba-gaimana hal ini
berhubungan dengan ana-tomi dan fisiologi dengan cara yang
sesuai.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada diare
dengan cara yang sesuai
4. Gambarkan proses penyakit diare dengan cara yang sesuai
5. Identifikasi kemungkinan penyebab de-ngan cara yang tepat
6. Bantu klien / orang tua mengenali faktor penyebab diare
7. Berikan informasi upaya-upaya mencegah diare : selalu merebus
air minum, mencuci tangan sebelum makan, tidak makan di sembarang
tempat, merebus dot / botol susu sebelum digunakan, memperhatikan
kebersihan lingkungan dll
8. Berikan informasi pada klien / orang tua tentang kondisi /
perkembangan kesehatan dengan tepat
9. Sediakan informasi tentang pengukuran diagnostik yang
tersedia
10. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan
untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
11. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
12. Gambarkan pilihan rasional rekomendasi manajemen terapi /
penanganan
13. Dukung klien/ orang tua untuk meng-eksplorasikan atau
mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat
14. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan dengan cara yang
tepat
15. Instruksikan klien / orang tua mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada pemberi perawatan
16. Kuatkan informasi yang disediakan tim kesehatan yang lain
dengan cara yang tepat
Teaching Procedur / Treatment
1. Informasikan kepada klien dan orang tua kapan prosedur
pengobatan akan di-laksanakan
2. Informasikan seberapa lama prosedur pengobatan akan
dilakukan
3. Informasikan tentang peralatan yang akan digunakan dalam
pengobatan
4. Informasikan kepada orang tua siapa yang akan melakukan
prosedur pengobatan
5. Jelaskan tujuan dan alasan dilakukan prosedur pengobatan
6. Anjurkan kepada klien untuk kooperatif saat dilakukan
prosedur pengobatan
7. Jelaskan tentang perasaan yang mungkin akan dialami selama
dilakukan prosedur pengobatan
DAFTAR PUSTAKA Arjatmo T. (2011). Keadaan Gawat yang mengancam
jiwa. Jakarta : Gaya baru.
Cecily L, Sowden Linda A. (2009). Buku Saku Keperawatan
Pediatik. Jakarta, EGC.
Moorhead et al. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC)
Ed. Fourth
Moorhead et al. (2008). Nursing Intervension Classification
(NIC) Ed. Fourth
Moersintowarti BN. (2007). Pertumbuhan dan Perkembangan Anak dan
Remaja. Surabaya: Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak FK.
UNAIR,
Nanda. (2014). Nursing Diagnosis Definition &
Classification. Philadelphia.
Nethina, Sandra, M. (2008). Pedoman Praktek Keperawatan. Alih
Bahasa oleh Setiawan, dkk. Jakarta : EGC.
Qauliyah, Asta. (2010). Patofisiologi, Gejala Klinik dan
Penatalaksanaan Diare. Artikel Kedokteran.Soetjiningsih. (2011).
Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Pada Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak.
Denpasar : FK UNUD.Jumlah
berlebihan
M
A
K
A
N
A
N
Sanitasi
kurang
Keracunan
Basi
Perilaku tak higienis
Alergi
Intoleransi :
laktosa,pro-tein, lemak)
Psikis