Top Banner
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN “LAMBIOSCHISIS” A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Labioschisis adalah adanya gangguan fusi maxillary swelling dengan medial nasal swelling pada satu sisi akan menimbulkan kelaianan berupa labioschisis unilateral. Bila kegagalan fusi ini menimbulkan celah di daerah prealveolaris, maka celah tersebut dikatakan inkomplet, sedang selebihnya dikatakan labioschisis komplet. Celah bibir adalah kelainan kongenital pada bibir yang disebabkan oleh kegagalan struktur fasial embrionik yang tidak komplet, kelainan ini dapat diasosiasikan dengan anomali lain juga. Insidensi kalainan ini adalah 1 di antara 750 kelahiran hidup. Celah bibir, lebih sering terjadi pada anak laki-laki, dapat muncul berupa indentasi ringan hingga celah terbuka. (Kathleen Morgan Speer. 2007) 2. Epidemiologi Insiden bibir sumbing di Indonesia belum diketahui diketahui secara pasti, hanya disebutkan terjadi satu kejadian setiap 1000 kelahiran. Hidayat dan kawan-kawan di propinsi Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi pada 1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di antara 3 juta penduduk. 1
33

LP ASKEP Labioschisis

Jan 17, 2016

Download

Documents

laporan pendahuluan labioschisis/ bibir sumbing
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LP ASKEP Labioschisis

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN “LAMBIOSCHISIS”

A.   Konsep Dasar Penyakit

1.    Pengertian

Labioschisis adalah adanya gangguan fusi maxillary swelling dengan medial nasal

swelling pada satu sisi akan menimbulkan kelaianan berupa labioschisis unilateral. Bila

kegagalan fusi ini menimbulkan celah di daerah prealveolaris, maka celah tersebut dikatakan

inkomplet, sedang selebihnya dikatakan labioschisis komplet.

Celah bibir adalah kelainan kongenital pada bibir yang disebabkan oleh kegagalan

struktur fasial embrionik yang tidak komplet, kelainan ini dapat diasosiasikan dengan

anomali lain juga. Insidensi kalainan ini adalah 1 di antara 750 kelahiran hidup. Celah bibir,

lebih sering terjadi pada anak laki-laki, dapat muncul berupa indentasi ringan hingga celah

terbuka. (Kathleen Morgan Speer. 2007)

2.    Epidemiologi

Insiden bibir sumbing di Indonesia belum diketahui diketahui secara pasti, hanya

disebutkan terjadi satu kejadian setiap 1000 kelahiran. Hidayat dan kawan-kawan di propinsi

Nusa Tenggara Timur antara April 1986 sampai Nopember 1987 melakukan operasi pada

1004 kasus bibir sumbing atau celah langit-langit pada bayi, anak maupun dewasa di antara 3

juta penduduk.

Bibir Sumbing memiliki frekuensi yang berbeda-beda pada berbagai budaya dan ras

serta negara. Diperkirakan 45% dari populasi adalah non-Kaukasia. Fogh Andersen di

Denmark melaporkan kasus bibir sumbing dan celah langit-langit 1,47/1000 kelahiran hidup.

Hasil yang hampir sama juga dilaporkan oleh Woolf dan Broadbent di Amerika Serikat serta

Wilson untuk daerah Inggris. Neel menemukan insiden 2,1/1000 penduduk di Jepang.

3.    Etiologi

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing. faktor tersebut

antara lain, yaitu :

1

Page 2: LP ASKEP Labioschisis

a. Faktor Genetik atau keturunan

Dimana material genetik dalam kromosom yang mempengaruhi. Dimana dapat terjadi

karena adanya mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal

mempunyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex (kromosom

1 s/d 22) dan 1 pasang kromosom sex (kromosom X dan Y) yang menentukan jenis

kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau

dimana ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total

kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan

bibir sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan otak, jantung,

dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi dengan frekuensi 1 dari 8000-

10000 bayi yang lahir.

b. Kurang Nutrisi, contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu hamil,

kekurangan asam folat.

c. Radiasi.

d. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.

e. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi rubella dan

sifilis, toxoplasmosis dan klamidia.

f. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat toksisitas

selama kehamilan, misalnya kecanduan alkohol, terapi penitonin.

g. Multifaktoral dan mutasi genetik.

h. Diplasia ektodermal.

4.    Klasifikasi

Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk, tingkat kelainan bibir sumbing

bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang

diketahui adalah :

a. Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan

tidak memanjang hingga ke hidung.

b. Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir

dan memanjang hingga ke hidung.

c. Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang

hingga ke hidung

2

Page 3: LP ASKEP Labioschisis

5.    Patofisiologi

Secara umum, labioschisis bisa terjadi karena :

a. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama fase

embrio pada trimester I.

b. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nosal medial dan

maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.

c. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh

kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.

d. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa kehamilan.

Penyebab terjadinya labioschisis belum diketahui dengan pasti. Kebanyakan ilmuwan

berpendapat bahwa labioschisis muncul sebagai akibat dari kombinasi faktor genetik dan

factor-faktor lingkungan. Di Amerika Serikat dan bagian barat Eropa, para peneliti

melaporkan bahwa 40% orang yang mempunyai riwayat keluarga labioschisis akan

mengalami labioschisis.

Kemungkinan seorang bayi dilahirkan dengan labioschisis meningkat bila keturunan

garis pertama (ibu, ayah, saudara kandung) mempunyai riwayat labioschisis. Ibu yang

mengkonsumsi alcohol dan narkotika, kekurangan vitamin (terutama asam folat) selama

trimester pertama kehamilan, atau menderita diabetes akan lebih cenderung melahirkan bayi/

anak dengan labioschisis.

Menurut Mansjoer dan kawan-kawan, hipotesis yang diajukan antara lain:

a. Insufisiensi zat untuk tumbuh kembang organ selama masa embrional dalam hal

kuantitas (pada gangguan sirkulasi feto-maternal) dan kualitas (defisiensi asam folat,

vitamin C, dan Zn)

b. Penggunaan obat teratologik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal

c. Infeksi, terutama pada infeksi toxoplasma dan klamidia.

d. Faktor genetic

Kelainan ini terjadi pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak

terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (prosesus

nasalis dan maksilaris) pecah kembali.

Pada hewan percobaan vitamin A dikenal sebagai "teratogen universal". Namun

kemungkinan teratogenitas pada manusia yang mengkonsumsi suplemen vitamin A masih

kontroversi.

 Vitamin B-6 memiliki peran vital dalam metabolisme asam amino. Defisiensi vitamin

B-6 tunggal telah terbukti dapat menyebabkan langit-langit mulut sumbing dan kelainan

3

Page 4: LP ASKEP Labioschisis

defek lahior lainnya pada tikus percobaan. Dan Miller (1972) menunjukkan bahwa pemberian

vitamin B-6 dapat mencegah terjadinya celah orofasial. Salah satu penyebab terjadinya celah

orofasial ialah heterogenitas, sebanyak sekitar 20% menyertai sindrom yang disebabkan

mutasi yang spesifik. Namun juga terjadinya celah orofasil juga berhubungan dengan asam

folat dan multivitamin lainnya. Beberapa mungkin memiliki etiologi karena asam folat

namun sebagian lagi tidak, sehingga menyulitkan untuk mencari efeknya.

6.    Pathway

(Terlampir)

7.    Tanda dan Gejala

Ada beberapa gejala dari bibir sumbing / labioschisis yaitu :

a. Terjadi pemisahan langit – langit.

b. Terjadi pemisahan bibir.

c. Terjadi pemisahan bibir dan langit – langit.

d. Infeksi telinga berulang.

e. Berat badan tidak bertambah.

f. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air susu dari

hidung.

8.    Komplikasi

Keadaan kelainan pada wajah seperti bibir sumbing ada beberapa komplikasi

karenannya, yaitu :

a. Masalah asupan makanan

Merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioschisis. Adanya

labioschisis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada payudara ibu

atau dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan

kemampuan hisapan oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek

menelan pada bayi dengan labioschisis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap

lebih banyak udara pada saat menyusu. Memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin

dapat membantu proses menyusu bayi. Menepuk-nepuk punggung bayi secara berkala juga

dapat membantu. Bayi yang hanya menderita labioschisis atau dengan celah kecil pada

palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis biasanya

membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot ini dapat keluar dengan

4

Page 5: LP ASKEP Labioschisis

tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio-palatoschisis dan bayi dengan

masalah pemberian makan/ asupan makanan tertentu.

b. Masalah Dental

Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah tertentu yang

berhubungan dengan kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi pada arean dari

celah bibir yang terbentuk.

c. Infeksi telinga

Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena

terdapatnya abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan

penutupan tuba eustachius.

d. Gangguan berbicara

Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas pada

perkembangan otot-otot yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat

menutup ruang/ rongga nasal pada saat bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada

yang lebih tinggi (hypernasal quality of 6 speech). Meskipun telah dilakukan reparasi

palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk menutup ruang/ rongga nasal pada saat

bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Penderita celah palatum memiliki

kesulitan bicara, sebagian karena palatum lunak cenderung pendek dan kurang dapat bergerak

sehingga selama berbicara udara keluar dari hidung.  Anak mungkin mempunyai kesulitan

untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh, dan ch", dan terapi bicara (speech

therapy) biasanya sangat membantu.

    9.    Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan prabedah rutin (misalnya hitung darah lengkap

b. Pemeriksaan Diagnosis

1) Foto Rontgen

2) Pemeriksaan fisik

3) MRI untuk evaluasi abnormal

5

Page 6: LP ASKEP Labioschisis

   10.    Therapy

Terapi untuk pasien dengan labioschisis meliputi perbaikan melalui pembedahan,

untuk memperbaiki penampilan anak, biasanya antara usia 1-3 bulan

11.  Penatalaksanaan

Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini dilakukan

setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat, dan bebas dari infeksi oral

pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan

operasi bibir sumbing dilakukan hukum Sepuluh (rules of Ten)yaitu, Berat badan bayi

minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan kadar leukosit

minimal 10.000/ui.

Perawatan

a. Menyusu ibu

Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi dengan bibir

sumbing tidak menghambat penghisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit

menekan payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga menggunakan pompa

payudara untuk mengeluarkan susu dan memberikannya kepada bayi dengan

menggunakan botol setelah dioperasi, karena bayi tidak menyusu sampai 6 mgg.

b. Menggunakan alat khusus :

1) Dot domba

Karena udara bocor disekitar sumbing dan makanan dimuntahkan melalui hidung,

bayi tersebut lebih baik diberi makan dengan dot yang diberi pegangan yang menutupi

sumbing, suatu dot domba (dot yang besar, ujung halus dengan lubang besar), atau

hanya dot biasa dengan lubang besar.

2) Botol peras

Dengan memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di bagian belakang mulut

hingga dapat dihisap bayi.

3) Ortodonsi

Pemberian plat/ dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum agar

memudahkan pemberian minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum

sebelum dapat dilakukan tindakan bedah definitive.

c. Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi atau

belakang lidah bayi.

6

Page 7: LP ASKEP Labioschisis

d. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena cenderung untuk menelan banyak

udara.

e. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang luka terbentuk pada

bagian pemisah lobang hidung.

f. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika hal ini

terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut untuk memberikan kesempatan pada kulit

yang lembut tersebut untuk sembuh.

g. Setelah siap menyusu, perlahan-lahan bersihkan daerah sumbing dengan alat berujung

kapas yang dicelupkan dala hydrogen peroksida setengah kuat atau air.

Pengobatan

a. Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan

selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki kelainan, tetapi waktu

yang tepat untuk operasi tersebut bervariasi.

b. Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule

often yaitu umur > 10 mgg, BB > 10 pon/ 5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui.

c. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan/palatoplasti dikerjakan sedini

mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mampu bicara lengkap seingga pusat bicara

otak belum membentuk cara bicara. Pada umur 8-9 tahun dilaksanakan tindakan

operasi penambahan tulang pada celah alveolus/maxilla untuk memungkinkan ahli

ortodensi mengatur pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal.

d. Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah pertumbuhan tulang-tulang

muka mendeteksi selesai.

e. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki “kerusakan horseshoe”

yang lebar. Dalam hal ini, suatu kontur seperti balon bicara ditempl pada bagian

belakang gigi geligi menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik.

f. Anak tersebut juga membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit sangat penting

untuk pembentukan bicara, perubahan struktur, juga pada sumbing yang telah

diperbaiki, dapat mempengaruhi pola bicara secara permanen.

Prinsip perawatan secara umum :

a. Lahir : bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (Naso Gastric Tube) bila perlu

untuk membantu masuknya makanan kedalam lambung.

7

Page 8: LP ASKEP Labioschisis

b. Umur 1 minggu : pembuatan feeding plate untuk membantu menutup langit-langit dan

mengarahkan pertumbuhan, pemberian dot khusus.

c. Umur 3 bulan : labioplasty; tindakan operasi untuk bibir, alanasi (untuk hidung) dan

evaluasi telingga.

d. Umur 18 bulan - 2 tahun : palathoplasty atau tindakan operasi langit-langit bila

terdapat sumbing pada langit-langit.

e. Umur 4 tahun : dipertimbangkan repalatorapy atau pharingoplasty.

f. Umur 6 tahun : evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.

g. Umur 11 tahun : alveolar bone graft augmentation (cangkok tulang pada pinggir

alveolar untuk memberikan jalan bagi gigi caninus), perawatan otthodontis.

h. Umur 12-13 tahun : final touch; perbaikan-perbaikan bila diperlukan.

i. Umur 17-18 tahun : orthognatik surgery bila perlu.

A.   Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.    Pengkajian

a. Mata, telinga, hidung dan tenggorokan

1) Pemisahan abnormal bibir atas

2) Pemisahan gusi bagian atas

3) Kerusakan gigi-geligi

4) Kerusakan wicara

5) Mudah tersedak

6) Peningkatan otitis

b. Respirasi

1) Kegawatan pernapasan disertai aspirasi

2) Kemungkinan dispnea

c. Muskuloskeletal

1) Gagal bertumbuh

d. Gastrointestinal

1) Kesulitan pemberian makan

8

Page 9: LP ASKEP Labioschisis

e. Psikososial

1) Gangguan ikatan antara orang tua-bayi

2) Gangguan citra tubuh

2.    Diagnosa Keperawatan

a. Prabedah

1) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

gangguan dalam pemberian makan

2) Risiko infeksi yang berhubungan dengan kelainan

3) Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan pembedahan

b. Post-bedah

1) Ketidakefektifan jalan napas yang berhubungan dengan efek anestesia, edema

pascaoperasi, serta produksi lendir yang berlebihan

2) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan teknik

pemberian makan yang baru dan perubahan diet pascaoperasi

3) Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan insisi bedah

4) Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan

5) Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di rumah

    3.    Intervensi

Pra-Bedah

No

Dx

Tujuan dan Kriteria

hasil

Intervensi Rasional

1 Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama ...x24 jam

diharapkan berat badan

seimbang dengan

kriteria hasil :

         Bayi

mempertahankan status

nutrisi yang ditandai

     Tempatkan dot botol di

dalam mulut bayi, pada sisi

berlawanan dari celah, ke arah

belakang lidah.

     Posisikan bayi tegak atau

semi-Fowler, namun tetap

rileks selama pemberian

         Meletakkan dot botol dengan

cara ini dapat menstimulasi

tindakan ” stripping” bayi

(menekan dot botol melawan lidah

dan atap mulut untuk

mengeluarkan susu).

         Posisi ini mencegah tersedak

dan regurgitasi per nasal.

9

Page 10: LP ASKEP Labioschisis

oleh kenaikan berat

badan bulanan (1/2

hingga 1 kg)

makan.

     Serdawakan bayi setelah

setiap pemberian 15 hingga

30 ml susu, tetapi jangan

pindahkan dot botol terlalu

sering selama pemberian

makan.

     Coba untuk memberi

makan selama kira-kira 45

menit atau kurang untuk

setiap kali makan.

     Apabila bayi tidak makan

tanpa tersedak atau

teraspirasi, letakkan dalam

posisi tegak, dan beri makan

dengan menggunakan spuit

serta slang karet lunak.

         Bayi perlu disendawakan

dengan frekuansi yang sering

karena kelainan tersebut dapat

menyebabkan menelan udara lebih

banyak sehingga menimbulkan

rasa tidak nyaman. Melepas dot

botol terlalu sering dapat

melelahkan, atau membuat bayi

frustasi sehingga menyebabkan

pemberian makan tidak komplet.

         Pemberian makan yang lebih

lama dapat melelahkan bayi

sehingga dapat menyebabkan

pencapaian berat badan yang

sangat kurang.

         Posisi tegak mengurangi risiko

aspirasi; menggunakan sebuah

spuit dan slang karet lunak yang

mampu menampung cairan di

bagian belakang mulut bayi dapat

mengurangi aspirasi melalui celah.

2 Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama ...x24 jam

diharapkan tidak terjadi

infeksi dengan kriteria

hasil :

     Beri minum bayi sebanyak

5-10 ml air, setelah setisp

pemberian makan.

         Air dapat membersihkan

pasase nasal dan palatu, serta dapat

mencegah susu mengumpul di

saluran eustasia, yang pada

gilirannya dapat mencegah

pertumbuhan bakteri yang dapat

10

Page 11: LP ASKEP Labioschisis

         Bayi tidak

menunjukkan tanda-

tanda infeksi yang

ditandai oleh suhu

tubuh kurang dari 37,80

C dan tidak ada tanda-

tanda draynase telinga,

batuk, ronchi kasar di

lapangan paru, atau

iritabilitas

     Buang formula atau susu

yang mengering dengan

menggunakan aplikator yang

berujung kapas basah.

     Setelah setiap pemberian

makan, letakkan bayi di

ayunan bayi atau baringkan

bayi di tempat tidurnya

dengan posisi miring kanan

dengan kepala tempat tidur

ditinggikan 300.

     Kaji bayi untuk

menentukan bila ada tanda

infeksi, termasuk drainase

telinga yang berbau dan

demam. Beri obat antibiotik

sesuai program.

mengarah pada terjadinya infeksi.

         Merontokkan dan melepaskan

matero yang berkerak dalam botol,

dapat menjaga agar celah tersebut

bersih dan bebas dari bakteri

sehingga mengurangi risiko

infeksi.

         Mengatur posisi bayi dengan

cara ini dapat mencegah aspirasi

yang dapat menimbulkan

pneumonia.

         Kekambuhan otitis media yang

terjadi akibat saluran eustasia yang

tidak normal dapat dikaitkan

dengan celah bibir.

3 Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama ...x24 jam

diharapkan :

Orang tua mengajukan

pertanyaan yang tepat

tentang kondisi bayi,

dapat melibatkan

perawatan bayi ke

     Beri kesempatan pada

orang tua untuk menggendong

serta memeluk bayi, dan dapat

mempraktikkan tugas

pemberian perawatan sebelum

pemulangan.

     Anjurkan orang tua untuk

mempersiapkan anggota

keluarga, termasuk saudara

         Kesempatan ini meningkatkan

ikatan dan mempersiapkan orang

tua dalam perawatan bayi di

rumah.

         Mempersiapkan anggota

keluarga untuk kedatangan bayi

memungkinkan mereka

11

Page 12: LP ASKEP Labioschisis

dalam gaya hidup

normal mereka, serta

mengekspresikan

perasaan mereka

tentang penampilan

bayi

kandung dan kerabat lain,

untuk menyambut kehadiran

bayi di rumah. Nasihatkan

mereka untuk menjelaskan ke

seluruh anggota keluarga,

tentang penampilan bayi

dengan menggunakan istilah

sederhana, memperlihatkan

kepada mereka gambar, dan

meminta mereka mengunjungi

bayi di rumah sakit.

     Anjurkan orang tua untuk

memperlakukan bayi

layaknya anggota keluarga

yang normal, dan

menjadwalkan kegiatan

perawatan mereka ke dalam

rutinitas sehari-hari.

     Anjurkan orang tua untuk

meminta bantuan dari anggota

keluarga yang lain atau dari

teman saat memberi makan

dan perawatan bayi.

     Rujuk orang tua ke

kelompok pendukung yang

tepat serta pusat kraniofasial,

jika ada.

beradaptasi dengan penampilan

bayinya, dan memungkinkan

orang tua berfokus pada kebutuhan

bayi yang mendesak.

         Orang tua perlu memiliki

pemikiran bahwa bayi mereka

merupakan individu yang normal,

yang menderita celah bibir bukan

sebagai individu yang sedang sakit

sehingga dapat memberi

perawatan di rumah yang adekuat,

dan menjaga kebutuhan keluarga.

         Meminta bantuan orang lain

dalam perawatan bayi dan

pemberian makan dapat memberi

orang tua kesempatan beristirahat,

serta berfokus pada kebutuhan

mereka sendiri.

         Kelompok pendukung

memberi kesempatan pada orang

tua untuk berbagi perasaan dan

pengalaman dengan orang tua lain,

yang juga memiliki situasi sama,

12

Page 13: LP ASKEP Labioschisis

dapat mengurangi kecemasan dan

meningkatkan keterampilan

koping serta keterampilan

penyelesaian masalah. Pusat

kraniofasial memiliki pangalaman

dalam memberi perawatan bagi

anak-anak dengan celah bibir.

4 Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama ...x24 jam

diharapkan tidak

adanya ansietas dengan

kriteria hasil :

         Orang tua

mengalami penurunan

rasa cemas yang

ditandai oleh

mengekspresikan

pemahaman tentang

kebutuhan pembedahan

dan berpatisipasi dalam

perawatn pra dan pasca

bedah anak atau bayi

     Kaji pemahaman orang tua

tentang kelainan anak dan

kebutuhan pembedahan.

     Jelaskan kepada orang tua

prosedur pembedahan,

termasuk prosedur

pembedahan itu sendiri, lama

pembedahan, serta

penampilan anak yang

diharapkan saat pascaoperasi.

     Demonstrasikan kepada

orang tua teknik pemberian

makan yang benar, untuk

dipraktikkan setelah

pembedahan (meletakkan

slang pada mukosa bukal dan

mengalirkan cairan sedikit

demi sedikit melalui spuit);

minta mereka mempraktikkan

teknik tersebut. Juga

demonstrasikan pengunaan

restrain yang benar pada

lengan sehingga mencegah

         Pengkajian ini merupakan

dasar untuk penyuluhan.

         Penjalasan yang demikian

mempersiapkan orang tua tentang

prosedur perioperasi dan hasil

yang diharapkan sehingga dapat

mengurangi kecemasan.

         Mendemonstrasikan teknik

pemberian makan yang benar dan

pengguanaan restrain lengan

membantu orang tua mengenal

perawatan pascaoperasi sehingga

dapat mengurangi rasa cemas.

13

Page 14: LP ASKEP Labioschisis

bayi atau anak menyentuh dan

mengganggu insisi.

               

Post-bedah

N

O

Dx

Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi Rasional

1 Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama ...x24 jam

diharapkan jalan nafas

efektif dengan kriteria

hasil :

         Bayi atau anak tetap

bebas dari komplikasi

pernapasan yang

ditandai oleh

memepertahankan

pernapasan lancar, serta

frekuensi teratur

     Kaji status pernapasan bayi

atau anak setiap 4 jam untuk

mendeteksi suara napas yang

abnormal, sianosis, retraksi,

mendengkur, atau pernapasan

cuping hidung.

     Atur ulang posisi bayi atau

anak setiap 2 jam. Setelah

pembedahan celah bibir, bayi

atau anak dapat diletakkan

dengan baik di ayunan bayi

atau dalam posisi terlentang

atau miring dengan kepala

ditinggikan.

     Tempatkan bayi atau anak

dalam tenda lembap, sesuai

program. Pertahankan bayi

diselimuti dan ganti sprei

dengan teratur.

         Tanda distres

pernapasan ini dapat

mengindikasikan

pneumonia, yang

membutuhkan terapi

antibiotik.

         Pengaturan-kembali

posisi dapat meningkatkan

drainase sekresi paru.

         Udara yang sejuk dan

yang dilembapkan

membantu mencairkan

sekresi sehingga dapat

membantu bayi atau anak

bernapas dengan lebih

mudah. Menutupi tubuh

dengan selimut dapat

14

Page 15: LP ASKEP Labioschisis

     Pertahankan bayi atau anak

dalam posisi tegak selama

pemberian makan.

mencegah anak dari

menggigil.

         Posisi tegak

mengurangi risiko tersedak

dan aspirasi.

2 Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama ...x24 jam

diharapkan berat badan

seimbang dengan

kriteria hasil :

         Bayi atau anak dapat

mempertahankan nutrisi

adekuat yang ditandai

oleh dapat beradaptasi

terhadap diet dan

metode pemberian

makan yang baru, serta

terus mengalami

peningkatan berat badan

     Apabila bayi atau anak

telah menjalani perbaikan

celah bibir, beri mereka

makan melalui spuit dan

slang karet lunak yang

ditempatkan di dalam pipi

dan jauh dari alur jahitan.

Jangan gunakan dot botol.

Seiring anak mengalami

kemajuan dari diet cair murni,

gunakan sendok untuk

pemberian makan, bukan

garpu.

     Mula-mula anjurkan

pemberian makan dengan

frekuensi yang sering dalam

porsi kecil; kemudian

lanjutkan dengan asupan

cairan sesuai-usia.

         Mengisap dot botol

menyebabkan terlalu

banyak tekanan pada alur

jahitan; penggunaan garpu

atau sedotan dapat

merusak alur jahitan.

         Bayi atau anak

membutuhkan pemberian

makan dengan porsi lebih

kecil, sambil beradaptasi

terhadap metode

pemberian makan.

3 Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama ...x24 jam

diharapkan integritas

kulit baik dengan

     Lakukan perawatan alur

sutura berikut ini setelah

pemberian makan, dan sesuai

kebutuhan :

- Bersihkan garis sutura

         Perawatan alur jahitan

yang tepat menjamin

tercapainya kebersihan,

mencegah pemisahan

sutura, mengurangi risiko

15

Page 16: LP ASKEP Labioschisis

kriteria hasil :

         Bayi atau anak tidak

menderita kerusakan

pada integritas kulit

yang ditandai oleh insisi

tetap utuh, tidak ada

tanda infeksi dan tanda

pemulihan

dengan menggunakan larutan

salin dan aplikator berujung

kapas basah.

- Oleskan salep antibiotik

sesuai program untuk

melembabkan mulut dan

mencegah pemisahan sutura.

- Pantau tanda dan gejala

infeksi.

- Beri sedikit air setelah

pemberian makan untuk

membersihkan mulut dari

setiap sisa susu, yang dapat

menyebabkan pertumbuhan

bakteri.

     Pasang restrain lengan,

sesuai program. Evaluasi

sirkulasi dan latihan

pergerakan sendi (ROM)

setiap 2 jam.

     Setelah pembedahan celah

bibir, posisikan bayi atau

anak dengan baik, berbaring

miring atau telentang-bukan

posisi telungkup-pertahankan

infeksi, dan mengurangi

jumlah materi berkerak di

sekitar alur jahitan, yang

mungkin mengakibatkan

pembesaran jaringan parut.

         Restrain lengan

mencegah bayi atau anak

menggaruk alur jahitan

atau meletakkan objek

dalam mulutnya sampai

insisi memulih. Evaluasi

memastikan sirkulasi yang

adekuat, dan latihan ROM

mencegah kekakuan dan

kontraktur otot.

         Duduk di tempat

duduk bayi atau berbaring

miring atau telentang

setelah pembedahan celah

bibir, mencegah anak

16

Page 17: LP ASKEP Labioschisis

kepala tempat tidur

ditinggikan.

     Antisipasi perlunya anak

mengurangi menangis.

menggesekkan bibirnya

pada linen tempat tidur,

mengurangi risiko ruptur.

        Menangis

menyebabkan tegangan

pada alur jahitan, yang

dapat menyebabkan ruptur.

4 Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama ...x24 jam

diharapkan nyeri

berkurang dengan

kriteria hasil :

         Bayi atau anak dapat

mempertahankan

tingkat kenyamanan

yang ditandai oleh

tangisan dan iritabilitas

yang berkurang

     Kaji bayi atau anak untuk

mengetahui iritabilitas,

kehilangan selera makan, dan

kegelisahan setiap 2 jam

setelah pembedahan.

     Beri obat analgesik, sesuai

program.

     Lakukan aktivitas

pengalihan, misalnya,

permainan, kartu, videotapes,

dan membaca buku untuk

anak yang lebih besar.

         Bayi atau anak

mungkin terlalu muda

usianya untuk

mengespresikan rasa tidak

nyaman melalui kata-kata;

petunjuk perilaku adalah

satu-satunya indikasi nyeri

         Obat analgesik dapat

mengurangi nyeri.

         Aktivitas pengalihan

memfokuskan kembali

perhatian anak,

mengurangi persepsinya

terhadap nyeri.

5 Setelah diberikan

asuhan keperawatan

selama ...x24 jam

diharapkan :

         Orang tua

mengekspresikan

pemahaman tentang

     Ajarkan orang tua tentang

teknik pemberian makan

berikut ini :

- Gunakan sendok, bukan

garpu, untuk memberi makan

lunak, serta spuit berujung

karet atau mengkuk (jika

         Menggunakan sendok

makanan padat, dan spuit

berujung karet untuk

cairan dapat mengurangi

risiko trauma pada alur

jahitan. Menggunakan

sedotan dapat

17

Page 18: LP ASKEP Labioschisis

instruksi perawatan pra

bedah dan pasca bedah

di rumah dan

mendemonstrasikan

prosedur perawatan di

rumah

memungkinkan) untuk

memberi bayi atau anak

cairan.

- Jangan biarkan anak

menggunakan sedotan.

     Ajarkan orang tua cara

merawat alur jahitan :

- Gunakan larutan salin dan

aplikator berujung kapas

untuk membersihkan alur

jahitan.

- Oleskan salep antibiotik

sesuai program untuk

menutup insisi.

- Periksa area insisi bedah

untuk melihat tanda infeksi,

misalnya, kemerahan,

pembengkakan, dan drainase

purulen, dan laporkan temuan

tersebut kepada dokter.

- Beri air sedikit-sedikit

setelah pemberian makan,

untuk membuang sisa susu

yang menempel, mengingat

ini merupakan media yang

baik bagi pertumbuhan

bakteri dan infeksi.

     Sampaikan kepada orang

tua bahwa mereka harus

mempertahankan lengan bayi

atau anak terfiksasi. Jelaskan

bahwa mereka harus melepas

membahayakan alur

jahitan.

         Perawatan alur jahitan

dapat memastikan

kebrsihan sehingga

mengurangi risiko infeksi,

dan mengurangi

pembentukan kerak yang

dapat menyebabkan

jaringan parut membesar;

infeksi membutuhkan

intervensi medis.

         Restrain lengan

mencegah bayi atau anak

menggaruk alur jahitan,

atau memasukkan benda di

dalam mulutnya.

18

Page 19: LP ASKEP Labioschisis

restrain secara berkala,

mempertahankan agar bayi

atau anak tetap diawasi.

     Setelah pembedahan celah

bibir, instruksikan orang tua

untuk mengatur posisi bayi

atau anak pada ayunan bayi,

atau dalam posisi miring atau

telentang-jangan menekan

daerah abdomen-dengan

kepala tempat tidur

ditinggikan.

     Beri tahu oranng tua untuk

mengantisipasi perlunya bayi

atau anak mengurangi

tangisan.

     Jelaskan kepada orang tua

pentingnya perawatan tidak

lanjut, termasuk perlunya

inspeksi telinga dan evaluasi

pendengaran setiap 2-4 bulan

dan pemeriksaan rutin serta

imunisasi.

Melepaskan restrain

memungkinkan ROM dan

mencegah gangguan neuro

vaskular.

         Mengatur posisi bayi

atau anak melalui cara ini,

mencegahnya

menggosokkan bibir ke

linen tempat tidur.

         Menangis yang lama

menyebabkan tegangan

pada alur jahitan.

         Inspeksi telinga dan

evaluasi pendengaran

sangat penting, karena

perkembangan saluran

eustaki yang abnormal

dapat mempredisposisi

bayi atau anak pada

serangan otitis media yang

lebih sering, yang dapat

mengarah pada kehilangan

pendengaran. Pemeriksaan

rutin dan imunisasi

membantu

mempertahankan

19

Page 20: LP ASKEP Labioschisis

kesehatan optimal.

    

4.    Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi

5.  Evaluasi

NO.DX EVALUASI

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi dapat  mempertahankan

status nutrisi adekuat yang ditandai oleh kenaikan berat badan bulanan (1/2

hingga 1 kg)

Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi tidak menunjukkan tanda-

tanda infeksi yang ditandai oleh suhu tubuh kurang dari 37,80 C dan tidak ada

tanda-tanda draynase telinga, batuk, ronchi kasar di lapangan paru, atau

iritabilitas

Orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat tentang kondisi bayi, dapat

melibatkan perawatan bayi ke dalam gya hidup normal mereka, serta

mengekspresikan perasaan mereka tentang penampilan bayi

Orang tua mengalami penurunan rasa cemas yang ditandai oleh

mengekspresikan pemahaman tentang kebutuhan pembedahan dan

berpatisipasi dalam perawatan pra dan pasca bedah anak atau bayi.

Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi atau anak tetap bebas dari

komplikasi pernapasan yang ditandai oleh memepertahankan pernapasan

lancar, serta frekuens

Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi atau anak dapat

mempertahankan nutrisi adekuat yang ditandai oleh dapat beradaptasi

terhadap diet dan metode pemberian makan yang baru, serta terus mengalami

peningkatan berat badan.

Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi atau anak tidak menderita

20

Page 21: LP ASKEP Labioschisis

7.

8.

9.

kerusakan pada integritas kulit yang ditandai oleh insisi tetap utuh, tidak ada

tanda infeksi dan tanda pemulihan

Perawatan dapat dikatakan berhasil apabila bayi atau anak dapat

mempertahankan tingkat kenyamanan yang ditandai oleh tangisan dan

iritabilitas yang berkurang

Orang tua mengekspresikan pemahaman tentang instruksi perawatan pra

bedah dan pasca bedah di rumah dan mendemonstrasikan prosedur

perawatan di rumah

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E., Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.EGC : Jakarta.

Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC.

21

Page 22: LP ASKEP Labioschisis

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.

Smeltzer C. Suzanne, Bare G. Brendo, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, vol. 3, EGC :

Jakarta.

Speer, Kathleen Morgan. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Wilkinson, J.M, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan

Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta.

Wong, Dona L.2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EEC.

22