Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amputasi merupakan pembedahan yang menghilangkan sebagian atau seluruh anggota tubuh bagian ekstremitas. Seringkali masyarakat merasa takut dan tidak mau untuk diamputasi karena masyarakat atau klien menggangap hal tersebut sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Padahal dalam konteks pembedahan, amputasi bertujuan untuk menyelamatkan hidup. Secara umum, amputasi merupakan pilihan pembedahan yang terakhir, dimana sedapat mungkin dilakukan prosedur bedah yang mempertahankan ekstremitas. Namun pada beberapa kondisi, antara lain pada sarkoma jaringan lunak yang sudah menginfiltrasi semua struktur lokal di ekstremitas, amputasi merupakan pilihan. Sebagai ukuran medis, amputasi digunakan untuk memeriksa rasa sakit atau proses penyebaran penyakit dalam kelenjar yang terpengaruh, misalnya pada malignancy atau gangrene. Dalam beberapa kasus amputasi dilakukan untuk mencegah penyakit tersebut menyebar lebih jauh dalam tubuh. Jadi, amputasi dilakukan sebagai pilihan terakhir jika segala pengobatan yang telah dilakukan tidak berhasil. 1.2 Tujuan Penulisan
48

LP Amputasi

Aug 02, 2015

Download

Documents

yudi_adx4969
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LP Amputasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Amputasi merupakan pembedahan yang menghilangkan sebagian atau seluruh

anggota tubuh bagian ekstremitas. Seringkali masyarakat merasa takut dan tidak mau untuk

diamputasi karena masyarakat atau klien menggangap hal tersebut sangat berbahaya dan

dapat menyebabkan kematian. Padahal dalam konteks pembedahan, amputasi bertujuan untuk

menyelamatkan hidup.

Secara umum, amputasi merupakan pilihan pembedahan yang terakhir, dimana

sedapat mungkin dilakukan prosedur bedah yang mempertahankan ekstremitas. Namun pada

beberapa kondisi, antara lain pada sarkoma jaringan lunak yang sudah menginfiltrasi semua

struktur lokal di ekstremitas, amputasi merupakan pilihan. Sebagai ukuran medis, amputasi

digunakan untuk memeriksa rasa sakit atau proses penyebaran penyakit dalam kelenjar yang

terpengaruh, misalnya pada malignancy atau gangrene. Dalam beberapa kasus amputasi

dilakukan untuk mencegah penyakit tersebut menyebar lebih jauh dalam tubuh. Jadi,

amputasi dilakukan sebagai pilihan terakhir jika segala pengobatan yang telah dilakukan

tidak berhasil.

1.2 Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan suatu gambaran, penjelasan

yang lebih mendalam mengenai amputasi. Diharapkan masyarakat dapat mengetahui tentang

amputasi itu sendiri, pengobatan setelah amputasi dengan cara yang tepat dan dukungan yang

perlu diberikan pada klien yang mengalami amputasi.

1.3 Rumusan Masalah

1) Apakah yang menyebabkan tindkan amputasi?

2) Bagaimana metoda dan klasifikasi dari amputasi?

Page 2: LP Amputasi

3) Bagaimana patofisiologi terjadinya amputasi?

4) Bagaimana Asuhan Keperawatan terhadap klien amputasi?

5) Bagaimana peran perawat dalam membantu menghadapi ganguan psikologis

yang dialami klien?

6) Bagaimana latihan ROM aktif dan pasif bagi klien ini?

1.4 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode

pustaka dan studi literatur, dengan mencari dan mengumpulkan data penting dari berbagai

sumber seperti website dan situs-situs internet serta buku-buku yang ada.

Page 3: LP Amputasi

BAB II

KONSEP

2.1 Konsep Amputasi

2.1.1 Pengertian Amputasi

Amputasi berasal dari kata “ amputare “ yang kurang lebih diartikan

“pancung”.Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh

sebagian atau seluruh bagian ekstremitas, atau dengan kata lain suatu tindakan

pembedahan dengan membuang bagian tubuh (Burner, 1988; 807 ). Tindakan ini

merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah

organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan

menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan

keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat

menimbulkan komplikasi infeksi.

Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh

seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten

cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan madsalah psikologis bagi klien

atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.

2.1.2 Etiologi

Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :

1. Iskemia

Iskemia karena penyakit reskulanisasi perifer, bisanya pada oang tua, seperti

klien dengan arteriosklerosis, diabetes mellitus.

2. Trauma amputasi

Bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan kendaraan bermotor, thermal injury

seperti (terbakar) , infeksi, gangguan metabolism seperti pagets deases dan

kelainan congenital.

3. Gas ganggren

Keadaan nyeri akut dan dimana otot dan jaringan subkutan menjadi terisi dengan

gas dan eksudat serosangiunosa; disebabkan infeksi luka oleh bakteri anaerob,

yang diantaranya adalah berbagai spesies clostridium.

4. Osteomielitis

Page 4: LP Amputasi

Peradangan pada tulang (bisa menyebabkan lumpuh) dan bias juga terjadi

assending infection.

5. Kehancuran jaringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki.

6. Keganasan

Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.

2.1.3 Jenis Amputasi

Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :

1. Amputasi selektif/terencana

Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat

penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan

sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir

2. Amputasi akibat trauma

Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan.

Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta

memperbaiki kondisi umum klien.

3. Amputasi darurat

Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya

merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma

dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.

2.1.4 Metode Pelaksanaan AmputasiAmputasi dilakukan dengan 2 metode yaitu :

1. Metode terbuka (guillotine amputasi)

Metode ini digunakan pada klien dengan infeksi yang mengemban. Bentuknya

benar-benar terbuka dan dipasang drainage agar luka bersih, dan luka dapa

ditutup setelah tidak terinfeksi, dan dilakukan pada kondisi infeksi yang berat

dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama

2. Metode tertutup

Pada metode ini kulit tepi ditarik

pada atas ujung tulang dan dijahit

pada daerah yang diamputasi.

Dilakukan dalam kondisi yang

Page 5: LP Amputasi

lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat

dengan memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.

Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi

perawatan luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah

kontraktur, mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese

(mungkin). Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang

mengalami amputasi maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien

sesuai dengan kompetensinya.

2.2 Batas dan Tingkatan Amputasi

2.2.1 Tingkatan amputasi ditentukan oleh luas dan jenis penyakit.

Pada cedera, ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat.

Pada tumor, ditentukan oleh daerah bebas tumor dan bebas resiko kekambuhan

lokal.

Pada penyakit pembuluh darah, ditentukan oleh vaskularisasi sisa ekstremitas dan

daya sembuh luka puntung

1. Ekstremitas atas

Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. Hal ini

berkaitan dengan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum, mandi,

berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan.

2. Ekstremitas bawah

Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-

jari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin kemampuannya.

Adapun amputasi yang sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua

letak amputasi yaitu :

Amputasi dibawah lutut (below knee amputation).

Ada 2 metode pada amputasi jenis ini yaitu amputasi pada nonischemic

limb dan inschemic limb. Hal ini dibedakan erhubungan dengan cara

menutup flap yang berbeda. Pada amputasi jenis ini dikenal tension

myodesis dan myoplasty. Tension myodesis adala mengikatkan group

otot tuang dengan tulang, sedangkan myoplasty adalah menjahitkan

otot dengan jaringan lunak pada sisi yang lain yaitu pada otot atau fasia

Page 6: LP Amputasi

sebelahnya. Cara ini berguan untuk menstabilkan stump dan sangat

ditekankan untuk penderita yang masih aktif dan masih muda.

Amputasi diatas lutut (above knee amputation)

Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien

dengan penyakit vaskuler perifer. Amputasi jenis ini merupkan

tebanyak kedua stelah amputasi bawah lutut. Pada amputasi jenis ini

persendian lutut hilang, maka harus dipikirkan yang terbaik yang dapat

menyangga berat badan. Prosthesis yang konvensional membutuhkan

jarak 9-10 cm dari distal stump sehingga bisa berfungsi seperti sendi

lutut. Amputasi tulang setinggi 5 cm atau kurang dari distal trochanter

minor akan mempunyai fungsi dan kekuatan penggunaan postesis sama

dengan hip disarticulation.

3. Nekrosis

Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif, bila tidak

berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi.

4. Kontraktur

Kontraktur sendi dapat dicegah dengan mengatur letak stump amputasi serta

melakukan latihan sedini mungkin. Terjadinya kontraktur sendi karena sendi

terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan

5. Neuroma

Terjadi pada ujung-ujung saraf yang dipotong terlalu rendah sehingga

melengket dengan kulit ujung stump. Hal ini dapat dicegah dengan memotong

saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam di dalam otot.

6. Phantom sentation

Hampir selalu terjadi dimana penderita merasakan masih utuhnya ekstremitas

tersebut disertai rasa nyeri. Hal ini dapat diatasi dengan obat-obatan, stimulasi

terhadap saraf dan juga dengan cara kombinasi.

Page 7: LP Amputasi

2.2.2 Batas dan Lokasi Amputasi

Pada ekstremitas atas, tidak dipakai batas amputasi tertentu, sedangkan pada

ekstremitas bawah lazim dipakai “ Batas Amputasi Klasik”

Penilaian batas amputasi :

1. Jari dan kaki

Pada amputasi jari tangan dan kaki penting untuk mempertahankan falanx dasar.

Amputasi transmetatarsal memberi puntung yang baik. Amputasi di sendi tarso-

Page 8: LP Amputasi

metatarsus lisfranc mengakibatkan per ekuinus dengan pembebanan berlebih pada

kulit ujung puntung yang sukar ditanggulangi.

2. Proksimal sendi pergelangan kaki

Amputasi transmaleolar baik sekali bila kulit tumit utuh dan sehat sehingga dapat

menutup ujung puntung.

3. Tungkai bawah

Panjang puntung tungkai bawah paling baik antara 12 dan 18 cm dari sendi lutut,

tergantung keadaan setempat, usia penderita dan tinggi badan. Bila jarak dari sendi

lutut kurang dari 5 cm, protesis mustahil dapat dikendalikan.

4. Eksartikulasi kulit

Eksartikulasi lutut menghasilkan puntung yang baik sekali. Amputasi ini dapat

dilakukan pada penderita geriatrik.

5. Tungkai atas

Puntung tungkai atas sebaiknya tidak kurang dari 10cm dibawah sendi panggul,

karena bisa menyebabkan kontraktur fleksi-abduksi-eksorotasi. Puntung juga tidak

boleh kurang dari 10 cm diatas sendi lutut karena ujung puntung sepanjang ini

sukar dibebani. Eksartikulasi dapat menahan pembebanan.

6. Sendi panggul dan hemipelvektomi

Eksartikulasi sendi panggul kadang dilakukan pada tumor ganas. Protesis akan

lebih sukar dipasang. Protesis untuk hemipelvektomi tersedia, tetapi memerlukan

kemauan dan motivasi kuat dari penderita.

7. Tangan

Amputasi parsial jari atau tangan harus sehemat mungkin setiap jari dengan

sensitibilitas kulit dan lingkup gerak utuh berguna sekali sebab dapat digunakan

untuk fungsi menggenggam atau fungi oposisi ibu jari.

8. Pergelangan tangan

Dipertahankan fungsi pronasi dan supinasinya. Tangan mioelektrik maupun

kosmetik dapat dipakai tanpa kesulitan.

9. Lengan bawah

Batas amputasi di pertengahan lengan bawah paling baik untuk memasang protesis.

Puntung harus sekurang-kurangnya distal insersi M. Biseps dan M. Brakhialis

untuk fleksi siku.

10. Siku dan lengan atas

Page 9: LP Amputasi

Ekssartikulasi siku mempunyai keuntungan karena protesis dapat dipasang tanpa

fiksasi sekitar bahu. Pada amputasi di diafisis humerus, protesis harus

dipertahankan dengan ikatan dan fiksasi pada bahu. Eksartikulasi bahu dan

amputasi intertorakoskapular , yang merupakan amputasi termausk gelang bahu,

ditangani dengan protesis yang biasanya hanya merupakan protesis kosmetik.

2.3 Patofisiologi

Dilampirkan

2.4 Pemeriksaan Diagnostik

2.4.1 Pemeriksaan Radiologi

- Radiologi (ST- Scan)

- X-ray

- Kultur jaringan

- Biopsy

- Laboratorik

Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau

melalui pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan

dioperasi yang meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar

dan fungsi jantung.

- Pemeriksaan pasca amputasi

2.4.2 Kondisi fisik

SISTEM TUBUH KEGIATAN

Integumen :

Kulit secara umum.

Lokasi amputasi

Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat

hidrasi.

Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut

atau kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan

progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi

terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus

return.

Page 10: LP Amputasi

Sistem Cardiovaskuler :

Cardiac reserve

Pembuluh darah

Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan

pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator

fungsi jantung.

Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian

terhadap elastisitas pembuluh darah.

Sistem Respirasi Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai

adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.

Sistem Urinari Mengkaji jumlah urine 24 jam.

Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.

Cairan dan elektrolit Mengkaji tingkat hidrasi.

Memonitor intake dan output cairan.

Sistem Neurologis Mengkaji tingkat kesadaran klien.

Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik

dan sensorik daerah yang akan diamputasi.

Sistem Mukuloskeletal Mengkaji kemampuan otot kontralateral.

2.5 Penatalaksanaan

Tujuan utama pembedahan adalah mencapai penyembuhan luka amputasi,

menghasilkan sisa tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang untuk

menggunakan prostesis. Lansia mungkin mengalami keterlambatan penyembuhan,

karena nutrisi yang buruk dan masalah kesehatan lain. Percepatan penyembuhan dapat

dilakukan dengan penanganan yang lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema

sisa tungkai dengan balutan kompres lunak atau rigid, dan menggunakan teknik

aseptic dalam perawatan luka untuk menghindari infeksi.

1. Balutan Rigid Tertutup

Digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga jaringan

lunak dan mengontrol nyeri, serta mencegah kontraktur. Segera setelah

pembedahan balutan gips rigid dipasang dan dilengkapi tempat memasang

ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki buatan.Pasang kaus kaki steril

Page 11: LP Amputasi

pada sisi steril, dan bantalan dipasang pada daerah peka tekanan. Sisa tungkai

(puntung) kemudian dibalut dengan gips elastisyang ketika mengeras akan

memberikan tekanan yang merata. Gips diganti sekitar 10-14 hari. Bila terjadi

peningkatan suhu tubuh, nyeri berat atau gips mulai longgar harus segera

diganti.

2. Balutan Lunak

Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan

inspeksi berkala sisa tungkai (puntung) sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi

dapat dibalutkan pada balutan.

3. Amputasi Bertahap

Dilakukan bila ada gangrene atau infeksi. Pertama-tama dilakukan amputasi

guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis. Luka

didebridemen dan dibiarkan mongering. Sepsis ditangani dengan antibiotik.

Dalam beberapa hari, bila infeksi telah terkontrol dank lien telah stabil,

dilakukan amputasi definitive dengan penutupan kulit.

4. Prostesis

Sementara kadang diberikan pada hari pertama pascabedah, sehingga latihan

segera dapat dimulai. Keuntungan menggunakan prostesis sementara adalah

membiasakan klien menggunakan prosthesis sedini mungkin. Kadang

prosthesis darurat baru diberikan setelah satu minggu luka menyembuh tanpa

penyulit. Pada amputasi karena pembuluh darah, prosthesis sementara

diberikan setelah empat minggu.

Prostesis bertujuan untuk mengganti bagian ekstremitas yang hilang. Artinya

defek system musculoskeletal harus diatasi, termasuk defek faal. Pada

ekstremitas bawah, tujuan prosthesis ini sebagian besar dapat dicapai.

Sebaliknya untuk ekstremitas atas, tujuan itu sulit dicapai, bahkan dengan

tangan mioelektrik canggih yang bekerja atas sinyal mioelektrik dari otot

biseps dan triseps.

2.5.1 Proses Perawatan Luka

Perawatan luka umum

Perawatan luka mencakup pembersihan luka dan debridemen, pengolesan preparat

antibiotik topikal serta pembalutan. Kasa yang dibuat dari bahan biogik, biosintetik,

dan sintetik dapat digunakan.

Pembersihan luka

Page 12: LP Amputasi

Pembersihan luka harus dilakukan secara berkala untuk mengcegah terjadinya

infeksi dan kelainan yang lain yang bisa diakibatkan oleh perawatan luka yang

kurang tepat. Luka dapat dibersihak menggunkan larutan NaCl atau betadine

sebagia antisepti luar.

Terapi antibiotik topikal

Terapi ini digunakan untuk mencegah timbulnya invasi mikroorganisme yang

akan memeprberat dari kondisi klien

Penggantian balutan

Balutan basah

Balutan basah biasanya dilakukan untuk lesi inflamasi yang akut dan

mengeluarkan sekret. Kompres tersebut bisa steril ataupun nonsteril

menurut keadaannnya. Komprees basah akan:

1. Mengurangi inflamasi dengan menimbulkan konstriksi pada pembuluh

darah (sehingga menguarangi vasodilatasi dan aliran darah setempat

pada daerah inflamasi);

2. Membersihkan kulit dari eksudat, kusta dll;

3. Mempertahankan drainase pada daerah yang terinfeksi;

4. Meningkatkan proses kesembuhan dengan memfasilitasi gerakan

bebas ael-sel epidermis lewat kulit yang sakit sehingga terbentuk

jaringan granulasi yang baru.

Kompres basah umunya mengandung air ledenga yang bersih atau larutan

salin dengan suhu kamar. Meskipun sebagian kompres basah harus

ditutupi untuk mencegah evaporasi, kebanyakan kompres ini dibiarkan

terbuka terhadap udara.kompres terbuka memerlukan penggantian yang

sering karena evaporasi berlangsung dengan cepat. Kompres tertutup lebih

jarang diganti. Namun demikian, bahaya selalu ada karena bentuk

kompres ii bukan hanya melunakkan tetapi juga dapat menimbulkan

maserasi pada kulit yang ditutupi.

Kompres basah hingga kering dilakukan untuk menghilangkan eksudat.

Kasa dibiarkan pada tempatnya sanapai kasa tersebut mengering.

Balutan oklusif

Balutan oklusif dapt dibuat atau diproduksi secara komersila dari

potongan kain penutup atau kasa yang steril atau nonsteril. Kasa dipkai

untuk menutupi obat topikal yang dioleskan pada kulit yang luka. Daerah

Page 13: LP Amputasi

lesi dibuat kedap udara dengan memekai lembaran plastik yang tipis.

Lembaran plastik tersebut tipis dan mudah beradaptasi dengan tubuh serta

permukaan kulit. Plester bedah dari plastik ynag mengandung

kortikosteroid pada lapisan perekat dapat dipotong menjadi ukran tertentu

dan dapat ditempelkan di bagian luka. Umunya plastik pembalut ini tidak

boleh digunakan lebih dari 12 jam.

Untuk memesang kasa di rumah, klien harus mendapatkan intruksi :

1. Mencuci daerah yang sakit, kemudian mengeringkannya;

2. Mengoleskan obat pada lesi ketika kulit tersebut berada dalam keadaan

basah;

3. Menutupu dengan lembaran plastik;

4. Menutupi dengan pembalut elastik, kasa tau plester kertas agar bagian

tepi tersegel.

Kasa harus dilepas setelah 12 jam dari setipa 24 jam untuk mencegah

penipisan kulit, striae (guratan mirip sabuk), talangiektasia dan maserasi.

Terapi intralesi

Terapi intralesi terdiri atas penyuntikan suspensi obat yang steril ke dalam

atau tepat di bawah lesi. Meskipun terapi ini mungkin memberikan efek

antiinflamasi, atrifi lokal dapat terjadi bila obat tersebu dimasukkan ke

dalam jaringan subkutan.

2.5.2 ROM

ROM adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan

otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik

secara aktif ataupun pasif. Latihan Range of motion berfungsi antara lain utuk mencegah

kontraktur, meningkatkan tonus, massa, dan kekuatan otot, serta melancarkan

sirkulasi perifer.

Latihan ROM Pasif dan Aktif.

Jenis ROM

ROM pasif

Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang

normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %

ROM aktif

Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan

Page 14: LP Amputasi

pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien

aktif). Keuatan otot 75%

Pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma

memerlukan latihan sendi untuk mengurangi bahaya imobilitas. Latihan berikut

dilakukan untuk memelihara dan mempertahankan kekuatan otot serta memelihara

mobilitas persendian.

Flexi dan Extensi Pergelangan Tangan

Cara :

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan

lengan.

Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang

pergelangan tangan pasien.

Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin

Flexi dan Extensi Siku

Cara :

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak tangan

mengarah ke tubuhnya

Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya dengan tangan lainnya

Tekuk siku pasien sehingga tangannya mendekat bahu

Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya

Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah

Cara :

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk

Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan pasien dan pegang tangan pasien

dengan tangan lainnya

Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya

Kembalikan ke posisi semula

Abduksi dan Adduksi

Cara :

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Page 15: LP Amputasi

Atur posisi lengan pasien disampinga badannya

Letakkan satu tangan perawat di atas pasien dan pegang tangan pasien dengan

tangan lainnya

Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kea rah perawat

Kembalikan ke posisi semula

Flexi dan Extensi jari-jari

Cara :

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Pegang jari-jari kaki pasien dengan satu tangan sementara tangan lain memegang kaki

Bengkokkan (tekuk) jari-jari ke bawah

Luruskan jari-jari kaki ke belakang

Kembalikan ke posisi semula

Catat perubahan yang terjadi

Flexi dan Extensi Pergelangan Kaki Siku

Cara :

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di

atas pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rileks

Tekuk pergelangan kaki, arahkan di atas siku pasien

Catat perubahan yang terjadi

Rotasi pangkal paha

Cara :

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain di atas

lutut

Putar kaki menjauhi perawat

Putar kaki kearah perawat

Kembalikan ke posisi semula

Catat perubahan yang terjadi

2.6 Komplikasi

1. Kecepatan metabolisme

Page 16: LP Amputasi

Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan

pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga

menurunkan kecepatan metabolisme basal.

2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari

anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini

menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada

bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas

menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan kecemasan yang

akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat

pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis.

3. Sistem respirasi

a. Penurunan kapasitas paru

Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot

intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi

maksimal dan ekspirasi paksa.

b. Perubahan perfusi setempat

Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio

ventilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi

peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia.

c. Mekanisme batuk tidak efektif

Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga

sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu

gerakan siliaris normal.

4. Sistem Kardiovaskuler

a. Peningkatan denyut nadi

Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan

mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada

pasien dengan immobilisasi.

b. Penurunan cardiac reserve

Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan

waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup.

c. Orthostatik Hipotensi

Page 17: LP Amputasi

Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana anterior

dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih panjang dari

pada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah,

volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat

diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah

menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat

juga merasakan pingsan.

5. Sistem Muskuloskeletal

a. Penurunan kekuatan otot

Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan

suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan

pembuangan sisa metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan

otot.

b. Atropi otot

Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan

fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot.

c. Kontraktur sendi

Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya

keterbatasan gerak.

d. Osteoporosis

Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan

organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi

keropos.

6. Sistem Pencernaan

a. Anoreksia

Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi

kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan

kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu makan.

b. Konstipasi

Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter

anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon,

menjadikan faeces lebih keras dan orang sulit buang air besar.

7. Sistem perkemihan

Page 18: LP Amputasi

Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada

dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis

renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan :

- Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal.

- Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biaknya kuman

dan dapat menyebabkan ISK.

8. Sistem integumen

Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong

akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke

jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal

kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai

darah.

2.7 Gangguan Psikososial

2.8 Pencegahan dan Pendidikan Kesehatan

2.9 Peran perawat

Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri yang langsung menggunakan

putung : perawatan luka, mandi, menggunakan pakaian.hal itu dapat mendorong

antisipasi meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh

Berikan dukungan moral untuk meningkatkan status mental klien

Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima dirinya di amputasi

Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan

pada gaya hidup karena itu dapat mengurangi rasa tertekan dalam diri klien,

menghindarkan depresi, meningkatkan dukungan mental.

Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan

pemilihan amputasi. Hal itu dapat membantu klien menggapai penerimaan

terhadap kondisinya melalui teknik rasionalisasi.

Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki

kondisi klien dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan

atau kondisi yang lebih parah.itu sangat di butuhkan untuk meningkatkan

dukungan mental

Page 19: LP Amputasi

2.10 Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Nama : Tn.M

Umur : 34 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Diagnosa Medis : Amputasi above knee

Keluahan Utama : Nyeri bila stump digerakkan

Riwayat Penyakit Sekarang :

P : Nyeri bila stump digerakkan

Q :

R : Kaki Kanan

S :

T :

Riwayat Penyakit Masa Lalu : -

Riwayat Penyakit Keluarga : -

Pemeriksaan Fisik :

TTV

TD : 110/80 mmHg S : 37,60C

HR : 92x/menit RR : 18x/menit

Pemeriksaan Head to toe :

Inspeksi : tampak tulang femur yang dikelilingi luka berwarna kemerahan, pada

bagian tepi luka tampak masih mengeluarkan pus (5cc) berwarna

kuning kental. Terdapat 10 jahitan.

Palpasi : kulit sekitar luka teraba hangat.

Perkusi : -

Auskultasi : -

Pemeriksaan Diagnostik : -

B. Analisa Data

Page 20: LP Amputasi

No Data Etiologi Diagnosa

1. DO : tampak tulang

femur yang dikelilingi

luka berwarna

kemerahan, tepi luka

mengeluarkan pus dan

terdapat 10 jahitan, klien

juga masih bedrest di

tempat tidur

DS : Klien mengatakan

lemah dan nyeri bila

stump digerakkan

Amputasi

Terputusnya continuitas tulang, otot dan saraf

Ujung saraf

Hipotalamus

Persepsi nyeri

Phantom limb

Pasang stump

Nyeri

Gangguan Rasa Nyaman :

Nyeri

2. DO : klien masih bedrest

di tempat tidur karena

lemah dan nyeri bila

stump digerakkan

Amputasi

Terputusnya kontinuitas

tulang, otot, saraf

Hilangnya organ

(ekstremitas)

Gangguan mobilitas

Gangguan Mobilitas Fisik

3. DO : klien dilakukan

amputasi above knee

Amputasi

Terputusnya kontinuitas

tulang, otot, saraf

Hilangnya organ

(ekstremitas)

Perubahan fisik

Gangguan citra diri

Gangguan Citra Diri

Page 21: LP Amputasi

4. DO : terlihat tulang

femur dengan luka

kemerahan,

mengeluarkan pus

kuning kental, kulit

sekitar luka teraba hangat

Amputasi

Luka pasca operasi

Invasi bakteri

Infeksi

Infeksi

C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

tulang ditandai dengan nyeri pada stump

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hilangnya ekstremitas ditandai

dengan bedrest.

3. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan fisik ditandai dengan

hilangnya anggota tubuh.

4. Infeksi berhubungan dengan luka pasca operasi ditandai dengan pus purulen.

D. Rencana Asuhan Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Gangguan rasa

nyaman : nyeri

b.d terputusnya

kontinuitas

tulang d.d nyeri

pada stump

nyeri hilang /

berkurang dengan

kriteria hasil :

Klien

menyatakn

nyeri hilang

Skala nyeri

berkurang

Ekspresi wajah

klien rileks

Kaji TTV dan

skala nyeri

Ajarkan tekhik

napas dalam,

relaksasi dan

distraksi

Untuk menentukan

intervensi

selanjutnya

Napas dalam

merupakan

tekhnik relaksasi

untuk mengurangi

rasa nyeri,

distraksi akan

membantu

mengalihkan focus

klien terhadap

nyeri

Page 22: LP Amputasi

     Tinggikan

stump

Berikan

kompres hangat

Berikan

massage

Kolaborasi :

Berikan

analgetik

Memperlancar

peredaran darah

sehingga

mengurangi rasa

nyeri.

Mengurangi rasa

nyeri, tapi tidak

boleh dilakukan

jika pada luka

terbuka karena

akan membuat

pembuluh darah

bervasodilatasi

Mengurangi rasa

nyeri dan

membuat klien

lebih nyaman,

jangan massage

pada area luka

Obat pereda nyeri

2. Gangguan

mobilitas fisik

b.d hilangnya

ekstremitas d.d

bedrest.

Mencapai mobilitas

mandiri dengan

kriteria hasil sbb :

Memperlihatkan

rentang gerak

aktif.

Tetap seimbang

saat duduk dan

berpindah

tempat.

Mandiri :

Kaji derajat

imobilisasi.

Dorong

partisipasi pada

aktivitas

terapeutik,

misalnya

perubahan

Mengetahui

kemampuan klien

dalam aktivitas.

Mempercepat

klien untuk dapat

bermobilisasi.

Page 23: LP Amputasi

Meningkatkan

kekuatan dan

ketahanan.

Mampu

menggunakan

prostesis

dengan aman.

Mempu

menggunakan

alat bantu saat

mobilisasi.

posisi : berdiri

setelah duduk

atau berdiri

dengan satu kaki

Dekatkan alat-

alat yang

dibutuhkan

klien.

Dorong klien

untuk

melakukan

latihan gerak

sendi (ROM) :

latihan panggul

dan lutut pada

klien amputasi

bawah lutut,

latihan pinggul

untuk klien

amputasi atas

lutut dan latihan

pada tungkai

yang

diamputasi.

Dorong klien

untuk

melakukan

latihan otot.

Merubah posisi

setiap 3-4 jam

Memudahkan

klien dalam

memenuhi

kebutuhannya

secara mandiri.

Mencegah

kontraktur sendi.

Menguatkan otot

dan mencegah

atrofi.

Menghindari

dekubitus.

Page 24: LP Amputasi

sekali dan

gunakan kasur

busa.

Bantu klien

dalam

mobilisasi

dengan kursi

roda, kruk, atau

tongkat.

Ajarkan klien

menggunakan

prostesis.

Kolaborasi :

Ahli fisioterapi

dan ahli

prostesis.

Membantu klien

dalam mobilisasi.

Memudahkan

mobilisasi.

Membantu

penyembuhan

klien.

3. Gangguan citra

diri b.d

perubahan fisik

d.d hilangnya

anggota tubuh.

Memperlihatkan

peningkatan citra

diri dengan kriteria

hasil sbb :

Menerima

perubahan citra

diri.

Berpartisipasi

dalam aktivitas

perawatan diri.

Memperlihatkan

peningkatan

kemandirian.

Memperlihatkan

rasa percaya

diri.

Mandiri :

Identifikasi

sikap positif

klien.

Jalin hubungan

saling percaya

dengan klien.

Dorong klien

untuk melihat,

merasakan,

kemudian

melakukan

perawatan pada

sisa tungkai.

Sertakan

keluarga dalam

Memfasilitasi

rehabilitasi.

Klien mau

mengungkapkan

perasaannya.

Melatih

penerimaan diri

klien.

Memberi

dukungan agar

Page 25: LP Amputasi

mendukung

klien.

Bantu klien

mencapai tujuan

realistik secara

bertahap.

Kolaborasi

Konsultasi

dengan psikolog

jika diperlukan.

klien tidak merasa

sendiri.

Klien mempunyai

kekuatan dan

percaya diri untuk

mencegah frustasi.

Membantu klien

dalam penerimaan

dirinya.

4. Infeksi b.d luka

pasca operasi d.d

pus purulen

Infeksi berhenti dan

tidak menyebar

dengan kriteria :

Nilai Leukosit

normal

Luka tidak

kemerahan

Luka tidak

mengeluarkan

pus

Luka tidak

bengkak

Luka tidak

panas

Kaji adanya

tanda-tanda

infeksi dan

derajat

keparahan

infeksi

Ganti balutan

secara teratur

dengan tekhnik

steril

Cuci tangan

sebelum dan

sesudah

melakukan

perawatan luka

Jaga lingkungan

pasien agar

aman, bersih dan

nyaman

Untuk

menentukan

intervensi

selanjutnya

Mencegah

masuknya

mikroorganisme

lain penyebab

infeksi

Menghindari

penyebaran infeksi

Mencegah infeksi

dan mencegah

luka pada pasien

bertambah

BAB III

Page 26: LP Amputasi

SEVEN JUMP

Kasus

Tn. M, 34 tahun, mengalami kecelakaan lalu lintas 2 bulan yang lalu. Kaki kanannya remuk, kemudian klien berobat ke alternative namun setelah 1,5 bulan tidak mengalami penyembuhan. Akhirnya klien dibawa ke emergency RSHS. Klien didiagnosa gas ganggren pada femur dexstra. Setelah mendapat informant consent, klien dilakukan amputasi above knee. Saat ini tampak luka amputasi dengan kondisi luka sebagai berikut: tampak tulang femur yang dikelilingi luka berwarna kemerahan, pada bagian tepi luka tampak masih mengeluarkan pus (5 cc) berwarna kuning kental, terdapt 10 jahitan luka, kulit sekitar luka teraba hangat, klien masih bedrest di tempat tidur karena lemah dan nyeri bila stump digerakkan. TTV: TD = 110/80 mmHg, N = 92x/menit, S = 37,6˚C, RR = 18x/menit.

Step 1

1. Stump : tarikan kulit yang bentuknya bulat.

2. Gas gangren : kematian jaringan yang berbau busuk dan bisa berasal dari pus itu sendiri.

3. Above knee : bagian lutut ke atas.

4. Femur dexstra : bagian paha sebelah kanan.

Step 2

1. Bagaimana cici-ciri luka setelah diamputasi?

2. Apakah ada infeksi bakteri?

3. Kenapa disekitar luka hangat?

4. Indikasi amputasi?

5. Apa luka diperparah karena pengobatan alternatif?

6. Perawatan luka buat amputasi?

7. Dampak psikososial akibat amputasi?

8. Etiologi gas gangren?

Page 27: LP Amputasi

9. Kenapa pus kuning kental?

10. Apa saja inform consent?

11. Komplikasi?

12. Penatalaksanaan (farmako dan nonfarmako)?

13. Berapa lam penyembuhan kembali jaringan normal setelah amputasi?

14. Peran perawat dan universal precaution?

15. Mengapa stump bila digerakkan timbul nyeri?

16. Pada awal fraktur, klsifikasi fraktur apa?

17. tampak femur, jahitannya di bagian mana?

18. Pemeriksaan diagnostik?

19. Setelah amputasi apakah masih gas gangren?

20. Faktor resiko?

21. Dampak negative pengobatan alternatif?

22. Penanganan fraktur/remuk?

23. Apakah amputasi yang dilakukan terlalu dini?

24. Bagaimana tindakan perawat supaya tidak menyinggung klien ketika merawat pasien?

25. Diagnosis medis?

Step 3

23. 1,5 bulan tidak terlalu dini karena sudah ada gas gangren → adanya jaringan mati dan berbau maka harus diamputasi.

21. Udah patah malah dipijat bisa mengakibatkan urat tertarik dan bisa makin parah, bisa juga remuk terus angulsi dan dapat terjadi pecahnya pembuluh darah.

4. Indikasinya nekrosis jaringan.

10. Akibat tidak dilakukan amputasi, bagaimana bentuk tubuh klien, harus ada persetujuan dari klien dan keluarga.

24. Menggunakan masker sebelum bertemu klien dan melakukan interaksi dengan klien, tidak memperlihatkan ekspresi yang kurang baik dan berlebihan (jijik).

Page 28: LP Amputasi

7. Syok dan merasa kehilangan → stress, cita diri ↓. Spiritual ditingkatkan, meningkatkan kepercayaan diri klien agar klien tidak malu dalam melaksanakan mekanisme koping dari keluarga, menggali perasaan klien.

14. Sarung tangan steril, pakai gaun, masker, sanitasi baik dan prinsipnay harus steril.

Peran perawat : mempersiapkan klien dalam menghadapi amputasi, mempersiapkan ruangan dan peralatan, balutan pasien, dll.

16. Fraktur communitued

3. Karena adanya inflamasi dan responnya kalor, rubor, dan adanya pus juga, dari hipermetabolisme dan darah juga panas.

2. Adanya pus karena infeksi.

12. Tongkat dan kursi roda, kaki palsu. Antibiotik dan analgetik, Vit. C, diet TKTP. Terapi jalan untuk meningkatkan spasme otot.

20. DM semakin cepat, parah, dan luas.

25. Amputasi.

18. Radiologi, CT Scan, MRI, pemeriksaan serologi, X-Ray, pemeriksaan lab, angiografi.

19. Tidak ada gas gangrene setelah amputasi.

8. Penatalaksanaan yang salah dan tidak steril, hormon insulin (DM), gangguan vaskuler, karena stress jaringan.

5. Iya, karena tidak steril dan pengobatan yang salah.

22. - Adanya bone graft → cangkok tulang (diambil dari iliaka)

- Kompres dingin, balutan luka/bidai yang ketat dan tidak ada pijatannya.

- Fiksasi internal

9. Adanya invasi bakteri. Bau berasal dari racun bakteri yang keluar, pus dari makrofag.

17. Dijahitnya 1/3 distal, dengan jahitan kosmetik.

11. Infeksi, DIC, perdarahan, sakit meskipun sudah tidak ada angota tubuh itu tapi merasa masih ada.

15. Karena ditarik stumpnya nyeri, ada pengaruh rangsangan saraf.

6. Prinsipnya steril, universal precaution dijaga, balutan steril, immobilisasi, balutan gak boleh bash dan harus kering, pakai kasa steril dan perban.

Page 29: LP Amputasi

Step 4

Kecelakaan

Trauma

Fraktur communitif

Penanganan yang kurang tepat (alternatif)

Gas gangren

Amputasi

Antibiotik →Invasi bakteri Stump Imflamasi

↓ ↓

Keluar pus & bau ←Inflamasi Nyeri ← analgesic

Nyeri ← Histamine, bradikinin

Kalor, rubor

Step 5

LO no 1 dan 14.

Askep dan patof

Penkes

Phantom limb

Latihan ROM aktif dan pasif

Page 30: LP Amputasi

Alat bantu apa saja

IV

PENUTUP

Page 31: LP Amputasi

4.1 Kesimpulan

Amputasi adalah merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir

manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat

diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat

membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang

lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.

amputasi merupakan pilihan pembedahan yang terakhir, dimana sedapat mungkin

dilakukan prosedur bedah yang mempertahankan ekstremitas. Namun pada beberapa

kondisi, antara lain pada sarkoma jaringan lunak yang sudah menginfiltrasi semua

struktur lokal di ekstremitas, amputasi merupakan pilihan.

4.2 Saran

Untuk mencegah amputasi maka kita harus mengobati luka yang ada dengan tepat

karena kalau tidak diobati akan terjadi gangguan vaskuler dan akan mengakibatkan

nekrosis jaringan yang kalau di biarkan harus di amputasi untuk mencegah

penyebaran nekrotik

V

DAFTAR PUSTAKA

Page 32: LP Amputasi

Suratun.dkk.2008.klien gangguan sistem muskuloskeletal seri Asuhan

Keperawatan.Jakarta: EGC

Brunner & suddart.2001. Kep.Medikal Bedah,Jakarta:EGC

Guyton hall.2002.Fisiologi kedokteran.Jakarta : EGC

Amputasi http//:www.Nursingspirit.blogspot.com/2009/07/ (Diakses Senin, 13

Desember 2010)

Asuhan Keperawatan Amputasi http//: www.kardi-blogspot.com/2008/11/akept-

amputasi.Html (Diakses Selasa, 14 Desember 2010)

Page 33: LP Amputasi

LAMPIRAN

PATOFISIOLOGI

Kecelakaan lalu lintas

Fraktur

Defisit pengetahuan Penanganan yang salah

Page 34: LP Amputasi

Informasi Nekrosis jaringan

Gas ganggren

terputusnya kontinuitas tlg otot saraf amputasi

hilang organ luka pasca amputasi

gangguan citra diri invasi bakteri infeksi

inflamasi kalor, rubor, dolor

saraf terputus vasokontriksi dilatasi histamine, bradikinin

ujung saraf makrofag, leukosit menekan saraf

merangsang hipotalamus menempel pada jaringan luka Nyeri

persepsi nyeri pus yang purulen

phantom limb

pasang stump

gangguan mobilitas fisik