Top Banner
MENINGIOMA I. IDENTITAS PASIEN Nama : Jaena Said Jenis kelamin : Perempuan Umur : 38 tahun Alamat : Perintis daya khatulistiwa paccerakkang MR : 572569 MRS : 16 Oktober 2012 Status MRS : Jamkesmas Ruangan : Lontara 3 THT kamar 2 Bed 6 II. ANAMNESIS KU : Nyeri kepala AT : Dialami sejak ± 1 tahun yang lalu dan bertambah berat sejak 7 bulan. Nyeri terasa hilang timbul dan dirasakan terutama dibagian kepala sebelah kiri. Nyeri terasa berdenyut – denyut dan tegang hingga leher. Nyeri dirasakan bertambah berat bila pasien mengedan dan pada saat mengangkat beban berat. Pasien juga mengeluh pendengaran pada telinga kiri mulai berkurang sejak sejak ± 6 bulan yang lalu disertai nyeri pada telinga kiri dan berdengung, penglihatan mata kiri juga berkurang sejak sejak ± 6 bulan yang lalu dan semakin memberat hingga sekarang. Mual (-), Muntah (-), 1
52

Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

Nov 30, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

MENINGIOMA

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Jaena Said

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 38 tahun

Alamat : Perintis daya khatulistiwa paccerakkang

MR : 572569

MRS : 16 Oktober 2012

Status MRS : Jamkesmas

Ruangan : Lontara 3 THT kamar 2 Bed 6

II. ANAMNESIS

KU : Nyeri kepala

AT : Dialami sejak ± 1 tahun yang lalu dan bertambah berat sejak 7 bulan. Nyeri

terasa hilang timbul dan dirasakan terutama dibagian kepala sebelah kiri. Nyeri

terasa berdenyut – denyut dan tegang hingga leher. Nyeri dirasakan bertambah

berat bila pasien mengedan dan pada saat mengangkat beban berat. Pasien juga

mengeluh pendengaran pada telinga kiri mulai berkurang sejak sejak ± 6 bulan

yang lalu disertai nyeri pada telinga kiri dan berdengung, penglihatan mata kiri

juga berkurang sejak sejak ± 6 bulan yang lalu dan semakin memberat hingga

sekarang. Mual (-), Muntah (-), Gangguan daya ingat (-). Riwayat kejang (-),

riwayat sering meras lemas tiba-tiba seperti ingin pingsan (+). Riwayat penurunan

berat badan (-). Riwayat penggunaan kontrasepsi (pil KB + suntikan KB) selama

± 7 bulan. Riwayat HT (-) Riwayat DM (-)

Riwayat Trauma tahun 1989, pasien dipukul dengan menggunakan balok sampai

kepala pasien robek. Riwayat pingsan pada saat itu (+)

Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga (-)

Riwayat pengobatan sebelumnya (+), di dokter spesialis saraf di Ternate dan

dirujuk ke RS. Wahidin Sudirohusodo.

1

Page 2: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

III. PEMERIKSAAN FISIS

Status generalis : sakit sedang/ gizi lebih / compos mentis

BB = 75 kg TB = 162cm IMT = 28,5 kg/m2

Status vitalis :

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 36,90C

Status Mental:

Orientasi : dalam batas normal

Intelegensi : dalam batas normal

Affektifitas : dalam batas normal

Status Neurologis :

1. Kepala :

- Posisi : central

- Bentuk : normocephal

- Penonjolan: (-)

2. Leher :

- Rangsangan meninx : kaku kuduk (-), Kernig sign (-)/(-)

3. Columna vertebralis/badan :

- Inspeksi : Skoliosis (-), gibbus (-)

- Pergerakan : dalam batas normal

- Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)

- Perkusi : Nyeri ketok (-)

4. Nervi craniales :

- N I (Olfactorius) : Penciuman dalam batas normal

- N II (optikus) : Visus OS 1/60

: lapangan pandang : dalam batas normal

- N III ( okulomotorius) / N IV (Troklearis) / N VI (abdusen) :

Ptosis : (-)

2

Page 3: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

Posisi bola mata : central

Nystagmus : (-)

Pupil : isokor ø 2,5 mm/2,5 mm, RCL +/+, RCTL +/+

Pergerakan bola mata : kesegala arah

- N V (Trigeminus) :

Sensibilitas : N V1 : dalam batas normal

N V2 : dalam batas normal

N V3 : dalam batas normal

- N VII (facialis) : dahi dalam batas normal, tutup mata dalam batas

normal, bibir dalam batas normal

- N VIII (Vestibulokoklearis) : Pendengaran : terganggu

- N IX (Glossofaringeus) /N X (Vagus) :

Inspeksi arcus pharynx : dalam batas normal

Reflex telan : dalam batas normal

Suara : dalam batas normal

- N XI (Aksessorius) : memalingkan kepala dengan tahanan +/+

- N XII (Hipoglossus) : Lidah deviasi : (-)

5. Ekstremitas Superior Kanan Kiri

a. Motorik:

Pergerakan N N

Kekuatan 5 5

b. Tonus N N

c. Refleks fisiologis

Biceps N N

Triceps N N

Radius N N

Ulna N N

d. Refleks Patologis

Hoffman Tromner (-) (-)

e. Sensibilitas

Nyeri / Suhu dbn dbn

3

Page 4: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

Taktil dbn dbn

Diskriminasi dbn dbn

Proprioceptif dbn dbn

6. Ekstremitas Inferior Kanan Kiri

a. Motorik

Pergerakan N N

Kekuatan N N

b. Tonus N N

c. Reflex fisiologis

KPR N N

APR N N

d. Refleks Patologis

Babinski (-) (-)

Chaddock (-) (-)

Gordon (-) (-)

Oppenheim (-) (-)

e. Sensibilitas

Nyeri/Suhu dbn dbn

Tactil dbn dbn

Diskriminasi dbn dbn

Proprioceptif dbn dbn

7. Gait:

8. Pergerakan abnormal yang spontan

9. Gangguan koordinasi:

Test Romberg : dbn

Tes jari hidung : dbn

Tes tumit lutut : dbn

Tes pegang jari : dbn

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil Laboratorium

4

Page 5: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

WBC : 15,48

RBC : 5,73

HGB : 14,1

HCT : 43,1

PLT : 306

GDS : 137

Ur/Cr : 36/0,7

GOT/GPT :10/15

Asam urat : 5,1

Na/K/Cl : 147/3,1/107

HbsAg : Negatif

PT : 10,5

APTT : 22,0

CT / BT :8’00/3’00

Foto Thorax AP (20/10/2012)

- Corakan bronkovaskuler dalam batas normal

- Tidak tampak proses spesifik dan lesi noduler pada kedua paru

- Cor: membesar dengan CTI 0,59

- Kedua sinus dan diafrgama baik

- Tulang-tulang intak

Kesan:

- Cardiomegaly

5

Page 6: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

Foto CT-Scan (08/10/2012)

- Tampak massa homogen, bentuk bulat, batas tegas ukuran 5x3,7 cm,

menyangat post kontras ( 49 HU) pada region frontotemporoparietal kiri

yang mendesak dan menyempitkan ventrikel lateralis kiri dan cornu

anterior ventrikel lateralis kanan serta midline shift ke kanan sejauh 1 cm

diserta perifokal edema disekitarnya

- Sulcy dan gyri dalam batas normal

- System ventrikel lainnya dan ruang subarachnoid dalam batas normal

- Kedua orbita, ruang retso orbita, sinus paranasalis dan air cell mastoid

yang terscan dalam batas normal

- Tulang-tulang intak

Kesan ; meningioma

V. RESUME

Seorang perempuan, usia 38 tahun datang ke Poliklinik RSWS

dengan keluhan cefalgia kronik yang dialami sejak ± 1 tahun yang lalu dan

bertambah berat sejak 7 bulan. Nyeri terasa hilang timbul dan dirasakan

terutama dibagian kepala sebelah kiri. Nyeri terasa berdenyut – denyut dan

tegang hingga leher. Nyeri dirasakan bertambah berat bila pasien

mengedan dan pada saat mengangkat beban berat. Pasien juga mengeluh

6

Page 7: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

pendengaran pada telinga kiri mulai berkurang sejak sejak ± 6 bulan yang

lalu disertai nyeri pada telinga kiri dan berdengung serta penglihatan mata

kiri berkurang. Riwayat sering meras lemas tiba-tiba seperti ingin pingsan

(+). Riwayat penggunaan kontrasepsi (pil KB + suntikan KB) selama ± 7

bulan. Riwayat HT (-) Riwayat DM (-.) Riwayat Trauma tahun 1989,

pasien dipukul dengan menggunakan balok sampai kepala pasien robek.

Riwayat pingsan pada saat itu (+) . Riwayat pengobatan sebelumnya (+),

di dokter spesialis saraf di Ternate dan dirujuk ke RS. Wahidin

Sudirohusodo.

Dari pemeriksaan fisis ditemukan status generalis sakit sedang/ gizi

cukup/ sadar, status vitalis dalam batas normal. Pemeriksaan internis

dalam batas normal. Sedangkan pemeriksaan neurologis ditemukan adanya

gangguan pendengaran telinga kiri, gangguan penglihatan mata kiri, serta

pemeriksaan neurologis lainnya dalam batas normal.

VI. DIAGNOSIS:

Meningioma

VII. PENATALAKSANAAN

- Head up 30 º

- IVFD RL 16 tts/mnt

- Dexamethasone 2 amp IV lanjut 1 amp / 6 jam IV

- Ranitidine 1 amp / 12 jam

- PDAK 3x1

- Eksisi meningioma

7

Page 8: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

VIII. FOTO OPERASI

Eksisi Meningioma (22 Oktober 2012)

8

Page 9: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

9

Page 10: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

10

Page 11: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

DISKUSI

MENINGIOMA

I. DEFINISI

Meningioma adalah tumor yang berasal dari meninges yang

berfungsi sebagai membran pelindung yang menutupi otak. Meningioma

berasal dari sel induk arachnoid yang terletak di lapisan arachnoid yang

menutupi permukaan dari otak yang dapat terjadi intrakranial atau antara

saluran spinal. Tumbuhnva meningioma kebanyakan di tempat yang

ditemukan banyak villi arachnoid. Meningioma dapat timbul pada tempat

manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi

di hemisfer otak di semua lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat

jinak (benign). Meningioma malignant jarang terjadi.1,2

II. EPIDEMIOLOGI

Meningioma merupakan neoplasma intrakranial nomor 2 dalam

urutan frekuensinya yaitu mencapai angka 20% dan 12 % dari semua

tumor medulla spinalis. Meningioma biasanya jinak, tetapi dapat kambuh

setelah diangkat. Tumor ini lebih sering ditemukan pada wanita dan

biasanya muncul pada usia 50-60 tahun, tetapi tidak tertutup kemungkinan

muncul pada masa kanak-kanak atau pada usia yang lebih lanjut, dan

memperlihatkan kecenderungan untuk ditemukan pada beberapa anggota

di satu keluarga. Paling banyak meningioma tergolong jinak (benign) dan

10 % malignan. Perbandingan antara wanita dan laki-laki adalah 3 : 2 ,

namun ada pula sumber yang menyebutkan 7 : 2. 2

Tempat predileksi di ruang kranium supratentorial ialah daerah

parasagital yang terletak di krista sphenoid, parasellar, dan baso-frontal

biasanya gepeng atau kecil bundar. Bilamana meningioma terletak

infratentorial, kebanyakan didapati di samping medial os petrosum di

dekat sudut serebelopontin. Meningioma spinalis mempunyai

kecenderungan untuk memilih tempat di bagian T.4 sampai T.8.

11

Page 12: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

Meningioma yang bulat sering menimbulkan penipisan pada tulang

tengkorak sedangkan yang gepeng justru menimbulkan hyperostosis. 3

Tabel 1. Tumor Otak yang berasal dari saraf.2

Meningioma dapat tumbuh di mana saja di sepanjang meningen

dan dapat menimbulkan manifestasi klinis yang sangat bervariasi sesuai

dengan bagian otak yang terganggu. Sekitar 40% meningioma berlokasi di

lobus frontalis dan 20% menimbulkan gejala sindroma lobus frontalis.

Sindroma lobus frontalis sendiri merupakan gejala ketidakmampuan

12

Page 13: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

mengatur perilaku seperti impulsif, apati, disorganisasi, defisit memori dan

atensi, disfungsi eksekutif, dan ketidakmampuan mengatur mood. 3

III. ANATOMI

Menings adalah suatu selaput jaringan ikat yang membungkus

ensefalon dam medulla spinalis. Terdiri dari duramater, arachnoid dan

piamater, yang letaknya berurutan dari superfisial ke profunda. Bersama-

sama, araknoid dan piamater disebut leptomening 4

Duramater terdiri dari jaringan fibrous yang kuat, berwarna putih,

terdiri dari lamina meningialis dan lamina endostealis. Pada medulla

spinalis lamina endostealis melekat erat pada dinding canalis vertebralis,

menjadi endosteum (periosteum), sehingga di antara lamina meningialis

dan lamina endostealis terdapat spatium extraduralis (spatium epiduralis)

yang berisi jaringan ikat longgar, lemak dan pleksus venosus. Antara dura

mater dan archnoid terdapat spatium subdurale yang berisi cairan limfe.

Pada enchepalon lamina endostealis melekat erat pada permukaan interior

cranium, terutama pada sutura, basis crania dan tepi foramen occipital

magnum. Lamina meningialis mempunyai permukaan yang licin dan

dilapisi oleh suatu lapisan sel, dan membentuk empat buah septa, yaitu 4;

1. Falx cerebri

2. Tentorium cerebella

3. Falx cerebella

4. Diaphragm sellae

13

Page 14: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

Gambar 1. Lapisan Meningen.3

Arachnoid bersama-sama dengan piamater disebut leptomeninges.

Kedua lapisan ini dihubungkan satu sama lain oleh trabekula

arachnoideae. Arachniod adalah suatu selubung tipis, membentuk spatium

subdurale dengan duramater. Antara archnoid dan piamater terdapat

spatium subarachnoideum yang berisi liquor cerebrospinalis. Arachnoid

yang membungkus basis serebri berbentuk tebal sedangkan yang

membungkus facies superior serebri tipis dan transparant. Arachnoid

membentuk tonjolan-tonjolan kecil disebut granulatio arachnoidea, masuk

kedalam sinus venosus, terutama sinus sagitallis superior 4.

Lapisan disebelah profunda, meluas ke dalam gyrus cerebri dan

diantara folia cerebri.Membentuk tela chorioidea ventriculi. Dibentuk oleh

serabut-serabut reticularis dan elastic, ditutupi oleh pembuluh-pembuluh

darah cerebral. Piamater terdiri dari lapisan sel mesodermal tipis seperti

endothelium. Berlawanan dengan arachnoid, membrane ini ini menutupi

semua permukaan otak dan medulla spinalis. 4

IV. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum

diketahui. Berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan penyebab

meningioma. Penyebab yang tersering adalah paparan radiasi antara 132-

14

Page 15: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

315 rontgen, dimana dosis ini sama dengan 1-3 Gy. Karakteristik dari

radiasi adalah radiasi yang memiliki periode laten 36-38 tahun bagi pasien

yang mendapatkan dosis radiasi yang rendah pada kepala, dimana pasien

yang menderita meningioma setelah terpapar dosis radiasi tinggi akan

menimbulkan tanda paling cepat 5 tahun sesudahnya. Meningioma yang

terjadi akibat adanya paparan radiasi lebih sering terjadi, dimana angka

kejadiannya mencapai 80%.5

Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma,

namun beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa

kromoson yang jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Para

peneliti sedang mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan asal usul

meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiomas berisi kromosom

22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2

merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada

40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2

sindrom familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma

multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen

yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma. 5

Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan

tumor. Penyebab kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga sering

memiliki salinan tambahan dari platelet diturunkan faktor pertumbuhan

(PDGFR) dan epidermis reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang

mungkin memberikan kontribusi pada pertumbuhan tumor ini. Berbagai

macam jaringan normal dan neoplastik mengekspresikan EGFR,

overekspresi dari EGFR ditemukan pada sejumlah tumor termasuk

payudara, paru-paru, kepala, leher, glioblastoma, dan karsinoma

kolorektal. Baru-baru ini, sebuah dugaan muncul dalam menilai ekspresi

EGFR dalam sejumlah keganasan SSP seperti meningioma dan glioma.

Wernicke dkk melaporkan tingginya ekspresi EGFR pada penderita

meningioma. Overekspresi EGFR diduga terlibat dalam proliferasi dan

diferensiasi meningothelial sel. 3

15

Page 16: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

Meningioma memiliki reseptor yang berhubungan dengan hormone

estrogen, progesteron, dan androgen, yang juga dihubungkan dengan

kaknker payudara. Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan ukuran

tumor pada fase luteal siklus haid dan kehamilan. Ekspresi progesteron

reseptor dilihat paling sering pada jinak meningiomas, baik pada pria dan

wanita. Fungsi reseptor ini belum sepenuhnya dipahami, dan demikian,

sering kali menantang bagi dokter untuk menasihati pasien perempuan

mereka tentang penggunaan hormon jika mereka memiliki sejarah suatu

meningioma. Meskipun peran tepat hormon dalam pertumbuhan

meningioma belum ditentukan, peneliti telah mengamati bahwa kadang-

kadang mungkin meningioma tumbuh lebih cepat pada saat kehamilan 3

Pada umumnya meningioma dianggap sebagai neoplasma yang

berasal dari glioblas di sekitar vili arachnoid. Sel di medulla spinalis yang

sebanding dengan sel tersebut ialah sel yang terletak pada tempat

pertemuan antara arachnoid dengan dura yang menutupi radiks. 3

V. FAKTOR RESIKO

Selain peningkatan usia, faktor lain yang dinilai konsisten

berhubungan dengan risiko terjadinya meningioma adalah sinar radiasi

pengion; faktor lingkungan berupa gaya hidup dan genetik telah dipelajari

namunnya perannya masih dipertanyakan. Faktor lain yang telah diteliti

yaitu penggunaan hormon endogen dan eksogen, penggunaan elepon

genggam, dan variasi genetik atau polimorfisme. Faktor lain yang dinilai

berperan adalah keadaan penyakit yang sudah ada seperti diabetes

mellitus, hipertensi, dan epilepsi; pajanan timbale, pemakaian pewarna

rambut; pajanan gelombang micro atau medan magnt, merokok; trauma

kepala; dan alergi. Sebagian faktor risiko diatas dinilai tidak signifikan

atau tidak konsisten bila dihubungkan dengan risiko yang ditemukan pada

pasien meningioma, hal ini dapat disebabkan jumlah sampel penelitian

16

Page 17: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

yang sedikit, waktu follow up yang singkat, dan adanya perbedaan kriteria

dan pajanan.6

Radiasi pengion

Faktor yang dinilai memiliki bukti kuat ilmiah dalam

meningkatkan risiko kejadian meningioma adalah pajanan radiasi pengion.

Penelitian mengenai radiasi pengion sebagai faktor resiko dilakukan pada

kohort tinea capitis di Israel, korban bom atom yang masih hidup, dan

pasien dengan pajanan radiasi terapeutik atau diagnostik. Bukti terkuat

radiasi pengion dosis tinggi mempengaruhi insidensi meningioma

ditemukan pada indiviu yang mendapatkan pajanan radiasi dosis tinggi

dalam pengobatan tumor leher dan kepala, sedangkan contoh radiasi

pengion dosis rendah sebagai faktor risiko meningioma dapat diketahui

dalam penilitian kohort tinea kapitis. 6

Periode laten munculnya meningioma setelah pajanan radiasi

pengion bergantung pada dosis radiasi; sekitar 35,2 tahun untuk dosis

rendah, 26,1 tahun untuk dosis menengah, dan 19,5 tahun untuk radiasi

pengion dosis tinggi. Dengan kata lain, usia saat ditemukannya

meningioma pada seseorang semakin rendah bila dosis pajanan radiasi

pengion semakin besar; selain itu dosis radiasi yang semakin tinggi memili

kecendrungan akan munculnya tumor multipel atau sifat meningioma yang

atipikal atau malignan.6

Hormon

Melihat dari dominannya insidensi meningioma pada wanita

dibanding pria, adanya ekspresi hormone pada beberapa tumor tertentu,

kemungkinan adanya hubungan dengan kanker payudara dan laporan

perubahan ukuran tumor saat kehamilan, siklus menstruarsi, dan

menopause; beberapa peneleti menyatakan adanya hubungan antara

hormone sebagai faktor risiko meningioma.3

Pada sebuah penelitian telah meneliti mengenai hubungan antara

pemakaian kontrasepsi oral dan terapi pengganti hormone pada wanita pre-

menopause dan post-menopause untuk melihat risiko kemungkinan

17

Page 18: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

meningioma; secara umum data-data tidak memperlihatkan bukti yang

kuat bahwa kontrasepsi oral sebagai faktor risiko meningioma namun

sebaliknya pemakaian terapi pengganti hormone mengindikasikan

kemungkinan hubungan sebagai faktor risiko. Wigertz dan kawan-kawan

menemukan bahwa terdapat peningkatan signifikan risiko meningioma

pada wanita post-menopause di Swedia yang pernah menggunakan terapi

pengganti hormone (OR [95% CI] 1.7 [1.0–2.8]), hasil ini mengkonfirmasi

penemuan Jhawar dan kawan-kawan dalam penelitian Nurse health study.

Perlu diperhatikan bahwa tidak semua penelitian menunjukkan hubungan

antara pemakaian terapi pengganti hormone dengan meningioma.6

Pemakaian telepon genggam

Pertanyaan mengenai penggunaan telepon genggam dapat

menyebabkan meningioma sangat marak di masyarakat namun sampai

sekarang bukti yang menunjukkan hal tersebut masih sedikit. Berbagai

penelitian kasus kontrol sudah dilakukan di populasi Amerika Serikat,

Eropa, dan Israel untuk mencari hubungan pemakaian telepon genggam

dengan risiko tumor otak; semua penelitian di atas tidak menunjukkan

hubungan yang signifikan. Namun demikian beberapa penelitian

menunjukkan bahwa pemakaian telepon genggam jangka panjang (> 10

tahun) menunjukkan peningkatan risiko neuroma akustik, suatu tipe

glioma high grade.

Genetik

Sebagian besar meningioma merupakan tumor sporadik; pasien

dengan lesi sporadic tidak memilii riwayat tumor otak pada keluarganya.

Sindrom genetik yang diketahui menjadi faktor risiko pertumbuhan

meningioma hanya sedikit dan jarang. Meningioma dapat ditemukan pada

pasien dengan NF2, sebuah kelainan autosom dominan yang disebabkan

oleh mutasi pada gen NF2 di 22q12; kelainan ini memiliki insidensi 1 per

30.000 – 40.000 di Amerika Serikat.3 Namun demikian, terdapat

kemungkinan banyak gen disamping NF2 yang terlibat dalam meningioma

familial. Dilaporkan meningioma pada keluarga-keluarga di Swedia tanpa

18

Page 19: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

ditemukan adanya gen NF2, terdapat hubungan signifikan antara diagnosis

meningioma dengan riwayat meningioma pada orang tua ([95% CI] 3.06

[1.84–4.79]).3 Penelitian kohort tinea capitis, pasien meningioma yang

sebelumnya mendapat radiasi pengion lebih banyak insidensinya pada

pasien yang memliki orang tua dengan riwayat pajanan radiasi pengion;

hal ini menggambarkan kerentanan genetik. Selain itu, sekitar 50% pasien

meningioma sporadic juga memiliki mutasi pada gen NF2 atau mutasi gen

lain yang melibatkan lengan kromosom 22q12.6

VI. PATOFISIOLOGI

Seperti banyak kasus neoplasma lainnya, masih banyak hal yang

belum diketahui dari meningioma. Tumor otak yang tergolong jinak ini

secara histopatologis berasal dari sel pembungkus arakhnoid (arakhnoid

cap cells) yang mengalami granulasi dan perubahan bentuk. Patofisiologi

terjadinya meningioma sampai saat ini masih belum jelas. Kaskade

eikosanoid diduga memainkan peranan dalam tumorogenesis dan

perkembangan edema peritumoral. 3

Meningioma juga berhubungan dengan hormon seks dan seperti

halnya faktor etiologi lainnya mekanisme hormon sex hingga memicu

meningioma hingga saat ini masih menjadi perdebatan. Pada sekitar 2/3

kasus meningioma ditemukan reseptor progesterone. Tidak hanya

progesteron, reseptor hormon lain juga ditemukan pada tumor ini

termasuk  estrogen, androgen, dopamine, dan reseptor untuk platelet

derived growth factor. Beberapa reseptor hormon sex diekspressikan oleh

meningioma. Dengan teknik imunohistokimia yang spesifik dan teknik

biologi molekuler diketahui bahwa estrogen diekspresikan dalam

konsentrasi yang rendah. Reseptor progesteron dapat ditemukan dalam

sitosol dari meningioma. Reseptor somatostatin juga ditemukan konsisten

pada meningioma.2

Pada meningioma multiple, reseptor progesteron lebih tinggi

dibandingkan pada meningioma soliter. Reseptor progesteron yang

19

Page 20: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

ditemukan pada meningioma sama dengan yang ditemukan pada

karsinoma mammae. Jacobs dkk (10) melaporkan meningioma secara

bermakna tidak berhubungan dengan karsinoma mammae, tapi beberapa

penelitian lainnya melaporkan  hubungan karsinoma mammae dengan

meningioma.2

Meningioma merupakan tumor otak yang pertumbuhannya lambat

dan tidak menginvasi otak maupun medulla spinalis. Stimulus hormon

merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan meningioma.

Pertumbuhan meningioma dapat menjadi cepat selama periode

peningkatan hormon, fase luteal pada siklus menstruasi dan kehamilan.2

Trauma dan virus sebagai kemungkinan penyebab meningioma

telah diteliti, tapi belum didapatkan bukti nyata hubungan trauma dan

virus sebagai penyebab meningioma. Philips et al melaporkan adanya

sedikit peningkatan kasus meningioma setelah trauma kepala.

VII. KLASIFIKASI

WHO mengembangkan sistem klasifikasi untuk beberapa tumor

yang telah diketahui, termasuk meningioma. Tumor diklasifikasikan

melalui tipe sel dan derajat pada hasil biopsi yang dilihat di bawah

mikroskop. Penatalaksanaannya pun berbeda-beda di tiap derajatnya.7

a. Grade I

Meningioma tumbuh dengan lambat . Jika tumor tidak menimbulkan gejala,

mungkin pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara

periodik. Jika tumor semakin berkembang, maka pada akhirnya dapat

menimbulkan gejala, kemudian penatalaksanaan bedah dapat

direkomendasikan. Kebanyakan meningioma grade I diterapi dengan tindakan

bedah dan observasi yang berkesinambungan.

b. Grade II

Meningioma grade II disebut juga meningioma atipical. Jenis ini tumbuh lebih

cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang

20

Page 21: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

lebih tinggi juga. Pembedahan adalah penatalaksanaan awal pada tipe ini.

Meningioma grade II biasanya membutuhkan terapi radiasi setelah

pembedahan.

c. Grade III

Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma

malignant atau meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung

kurang dari 1 % dari seluruh kejadian meningioma. Pembedahan adalah

penatalaksanaan yang pertama untuk grade III diikuri dengan terapi radiasi.

Jika terjadi rekurensi tumor, dapat dilakukan kemoterapi.

Tabel 2. Tipe meningioma berdasarkan pengelompokan WHO8

21

Page 22: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

Tabel 3. Kriteria grading secara histologi menurut WHO8

Gambar 2. Histologi meningioma grade 1 WHO8

22

Page 23: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

Gambar 3. Histologi meningioma grade 2 WHO8

Korelasi histologi yang paling dipercaya berhubungan dengan

kekambuhan adalah ditemukannya peningkatan aktivitas mitotik. Namun

demikian, jika tidak ditemukan gambaran peningkatan aktivitas mitosis,

gambaran histologi lain berhubungan dengan kemungkinan kekambuhan

dan dengan demikian memiliki implikasi juga. Menurut definisi dari WHO

pada tahun 2000, ditemukannya 3 dari 5 kriteria berikut mengarah pada

diagnosis meningioma atipikal, yakni peningkatan selularitas,

perbandingan yang tinggi antara inti dengan sitoplasma, nukleolus yang

menonjol, pertumbuhan tidak berpola, dan fokus nekrosis spontan (bukan

karena emboli). Masalah invasi otak kurang diperjelas dalam skema WHO,

meskipun implikasi klinis yang sama menunjukan bahwa hal ini dapat

digunakan sebagai kriteria lain untuk meningioma atipikal. Tipe

meningioma clear-cell dan kordoid dihubungkan dengan angka

kekambuhan yang lebih besar meskipun tidak memenuhi kriteria di atas.

Dengan demikian, meningioma tipe ini digolongkan dalam grade 2 WHO

berdasarkan definisinya. Meningioma clear-cell disusun oleh lembaran sel

poligonal dengan sitoplasma jernih kaya glikogen, positif untuk asam

periodat Schiff, dan perivaskular yang padat serta kolagenisasi interstisial.

Meningioma kordoid memiliki daerah yang secara histologi mirip dengan

kordoma, dengan untaian sel-sel tumor epiteloid kecil yang mengandung

sitoplasma eosinofilik atau bervakuola yang tertanam dalam matrix

basofilik kaya musin. Meningioma clear-cell sering timbul pada medula

23

Page 24: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

spinalis dan fossa posterior, sementara meningioma kordoid lebih sering

pada daerah supratentorial. Meskipun fitur genetik yang berkaitan dengan

meningioma clear-cell masih belum diketahui, suatu translokasi yang tidak

seimbang pada der(1)t(1;3)(p12-13;q11) diduga sebagai penanda

sitogenetik spesifik untuk tipe kordoid. Namun, penemuan ini masih harus

dibuktikan karena target gen dari translokasi tersebut masih belum

diketahui.8

Meningioma anaplastik (grade 3 WHO) terhitung sebanyak 1-3%

kasus dari keseluruhan kasus meningioma. Tumor ini memiliki

karakteristik klinik serupa dengan neoplasma ganas lainnya, yang dapat

menginfiltrasi jaringan sekitarnya secara luas dan membentuk deposit

metastasis. Meningioma anaplastik dikaitkan dengan angka kekambuhan

sekitar 50-80% setelah tindakan reseksi secara bedah dan nilai median

harapan hidup kurang dari 2 tahun. Secara histologis, meningioma

anaplastik memiliki gambaran keganasan dengan index mitosis sebesar 20

atau lebih mitosis per 10 lapang pandang mikroskopis. Beberapa

meningioma anaplastik sulit dikenali sebagai neoplasma meningotelial

karena mereka dapat menyerupai sarkoma, karsinoma atau bahkan

melanoma. Meningioma anaplastik biasanya memiliki daerah nekrosis

yang amat luas. Meskipun demikian, embolisasi terapeutik (iatrogenik)

harus dikecualikan sebagai penjelasan alternatif sebelum dilakukan

penilaian.8

Gambar 4. Histologi meningioma grade 3 WHO8

24

Page 25: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

Beberapa tipe meningioma secara konsisten dikaitkan dengan

perilaku ganas dan karena itu sesuai dengan grade 3 WHO. Meningioma

papiler, yang biasanya menyerang anak-anak, menunjukan invasi ke otak

dan jaringan lokal pada 75% pasien, kekambuhan sekitar 55%, dan

metastasi pada 20% pasien. Meningioma papiler secara histologi dikenal

dari pertumbuhan diskohesif, yang menghasilkan bentuk perivaskuler

pseudopapiler dan struktur yang menyerupai pseudorosette yang mirip

dengan gambaran ependimoma. Meningioma agresif lainnya adalah

meningioma rabdoid, yang mengandung sel rabdoid dengan banyak

sitoplasma eosinofilik, nukleus yang terletak eksentris, dan inklusi

paranuklear yang secara ultrastruktur sesuai dengan bundel ulir dari

filamen intermediat. Gambaran rabdoid dan papiler keduanya dapat

terlihat sebagai perubahan yang berprogresi, karena keduanya biasanya

timbul pertama kali pada saat kambuh dan meningkat seiring perjalanan

waktu.8

Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtipe berdasarkan

lokasi dari tumor 3

1. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx adalah

selaputyang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan

kanan. Falx cerebri mengandung pembuluh darah besar. Parasagital

meningioma terdapat di sekitar falx

2. Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada

permukaan atas otak.

3. Meningioma Sphenoid (20%) Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah

belakang mata. Banyak terjadi pada wanita.

4. Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang

menghubungkan otak dengan hidung.

5. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan bawah

bagian belakang otak.

6. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah

kotak pada dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitary.

25

Page 26: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

7. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang

berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pda medulla spinbalis

setingkat thorax dan dapat menekan spinal cord. Meningioma spinalis dapat

menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling dinding dada,

gangguan kencing, dan nyeri tungkai.

8. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang pdaa atau di

sekitar mata cavum orbita.

9. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi cairan di

seluruh bagian otak.

Gambar 5. Lokasi Umum Meningioma.3

VIII. DIAGNOSIS

Gejala Klinis

Gejala meningioma dapat bersifat umum (disebabkan oleh tekanan

tumor pada otak dan medulla spinalis) atau bisa bersifat khusus

(disebabkan oleh terganggunya fungsi normal dari bagian khusus dari

otak). Secara umum, meningioma tidak bisa didiagnosa pada gejala awal 3.

Gejala umumnya seperti 3;

- Sakit kepala, dapat berat atau bertambah buruk saat beraktifitas atau pada pagi

hari.

- Perubahan mental

26

Page 27: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

- Kejang

- Mual muntah

- Perubahan visus, misalnya pandangan kabur.

Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi 3:

1. Lobus frontal

Menimbulkan gejala perubahan kepribadian

Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral,

kejang fokal

Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia

Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy

Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia

2. Lobus parietal

Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym

Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus

angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s

3. Lobus temporal

Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang

didahului dengan aura atau halusinasi

Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan hemiparese

Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala

choreoathetosis, parkinsonism.

4. Lobus oksipital

Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan

Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang

menjadi hemianopsia, objeckagnosia

5. Tumor di ventrikel ke III

Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan

obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan

intrakranial mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan

penurunan kesadaran

6. Tumor di cerebello pontin angie

27

Page 28: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

Dapat dibedakan dengan tumor di daerah lain karena gejala awalnya berupa

gangguan fungsi pendengaran

Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin

angel

7. Tumor Hipotalamus

Menyebabkan gejala PTIK akibat oklusi dari foramen Monroe

8. Tumor di cerebelum

Umumnya didapatkan gangguan berjalan dan gejala PTIK akan cepat terjadi

disertai dengan papil udem

Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari

otot-otot servikal

9. Tumor fosa posterior

Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan

nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.

Pemeriksaan Radiologi3

1. Foto polos.

Hiperostosis adalah salah satu gambaran mayor dari meningioma pada

foto polos. Diindikasikan untuk tumor pada menings. Tampak erosi

tulang dan dekstruksi sinus sphenoidales, kalsifikasi dan lesi litik pada

tulang tengkorak. Pembesaran pembuluh darah menings

menggambarkan dilatasi arteri menings yang mensuplai darah ke tumor.

Kalsifikasi terdapat pada 20-25% kasus dapat bersifat fokal maupun

difus.

2. CT-Scan.

CT-scan kontras dan CT-scan tanpa kontras memperlihatkan paling

banyak meningioma. Tanpa kontras gambaran meninioma 75%

hiperdens dan14,4% isodens. Gambaran spesifik dari meningioma

berupa enchancement dari tumor dengan pemberian kontras. Meninioma

tampak sebagai masa yang homogen dengan densitas tinggi, tepi bulat

dan tegas. Dapat terlihat juga adanya hiperostosis kranialis, destruksi

28

Page 29: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

tulang, udem otak yang terjadi sekitar tumor, dan adanya dilatasi

ventrikel.

Gambar 6. Hasil CT scan meningioma parasagital9

Gambar 7. Hasil CT scan meningioma konveksitas9

29

Page 30: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

Gambar 8. Hasil CT scan meningioma sphenoid9

Gambar 9. Hasil CT scan meningioma tentorial9

30

Page 31: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

3. MRI

MRI merupakan pencitraan yang sangat baik digunakan untuk

mengevaluasi meningioma. MRI memperlihatkan lesi berupa massa,

dengan gejala tergantung pada lokasi tumor berada.

4. Angiografi

Umumnya meningioma merupakan tumor vascular. Dan dapat

menimbulkan gambaran “spoke wheel appearance”. Selanjutnya arteri

dan kapiler memperlihatkan gambaran vaskuler yang homogen dan

prominen yang disebut dengan mother and law phenomenon.

IX. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan meningioma terganting dari lokasi dan ukuran

tumor itu sendiri. Terapi meningioma masih menempatkan reseksi operatif

sebagai pilihan pertama. Beberapa faktor yang mempengaruhi operasi

removal massa tumor ini antara lain lokasi tumor, ukuran dan konsistensi,

vaskularisasi dan pengaruh terhadap sel saraf, dan pada kasus rekurensi,

riwayat operasi sebelumnya dan atau radioterapi. Lebih jauh lagi, rencana

operasi dan tujuannya berubah berdasarkan faktor resiko, pola, dan

rekurensi tumor. Tindakan operasi tidak hanya mengangkat seluruh tumor

tetapi juga termasuk dura, jaringan lunak, dan tulang untuk menurunkan

kejadian rekurensi. 2,3

Pembedahan

Pembedahan merupakan penatalaksanaan primer untuk

meningioma. Tujuan utamanya adalah mengangkat jaringan tumor

sebanyak-banyaknya tanpa kehilangan fungsi otak.7 Eksisi komplit dapat

menyembuhkan kebanyakan meningioma. Faktor-faktor yang berperan

dalam pembedahan meliputi lokasi dari tumor, defisit nervus kranialis

preoperasi, vaskularitas, invasi dari sinus venosus, dan keterlibatan arteri.

Reseksi sebagian dapat menjadi pilihan jika pengangkatan seluruh tumor

dapat mengakibatkan kehilangan banyak fungsi otak.9

31

Page 32: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

Sebelum dilakukan tindakan pembedahan, meningioma

digolongkan ke dalam 3 grup berdasarkan resiko pembedahannya. Cara

penggolongannya menggunakan algoritme CLASS, yakni Comorbidity

(komorbiditas), Location (lokasi), Age (umur pasien) Size (ukuran tumor),

Symptoms and signs (tanda dan gejala). Grup 1 dengan skor CLASS lebih

dari +1, memiliki angka keberhasilan yang tinggi, yakni pada 98,1%

kasus. Grup 2 dengan skor 0 sampai -1 memiliki hasil yang buruk pada

sekitar 4% kasus. Sementara grup 3 dengan skor di bawah -2 memiliki

hasil paling buruk yakni 15% dari seluruh kasus.5

Teknik terbaru saat ini adalah dengan memanfaatkan rekonstruksi

3 dimensi dengan komputer untuk membantu ahli bedah dalam

merencanakan prosedur operasi. MRI intraoperasi dapat menunjukan

gambaran langsung selama pembedahan. Embolisasi preoperasi dilakukan

untuk mengurangi vaskularitas tumor, memfasilitasi pengangkatan tumor,

dan mengurangi resiko perdarahan. Embolisasi pada ekor dura dapat

mengurangi resiko kekambuhan. Namun prosedur ini tidak banyak

dilakukan mengingat tidak semua rumah sakit memiliki fasilitas maupun

personel yang terlatih dalam bidang ini.9

Tindakan pembedahan mampu menghilangkan beberapa gejala neurologis,

kecuali neuropati kranial yang seringkali sulit dihilangkan. Angka morbiditas

akibat pembedahan bervariasi antara 1-14%. Setelah reseksi komplit, angka

kekambuhan untuk meningioma grade rendah adalah sekitar 20% dalam 5 tahun

pertama dan 25% dalam 10 tahun. Jika tumor muncul kembali, harus

dipertimbangkan untuk dilakukan reseksi ulang. Secara umum, angka harapan

hidup 5 tahun untuk pasien berusia di bawah 65 tahun adalah sekitar 80%, dan

menurun mendekati 50% untuk pasien di atas 65 tahun.9

Rencana preoperative.

Pada pasien dengan meningioma supratentorial, pemberian

antikonvulsan dapat segera diberikan, deksametason diberikan dan

dilindungi pemberian H2 antagonis beberapa hari sebelum operasi

dilaksanakan. Pemberian antibiotik perioperatif digunakan sebagai

32

Page 33: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

profilaksis pada semua pasien untuk organisme stafilokokkus, dan

pemberian cephalosporin generasi III yang memiliki aktifitas terhadap

organisem pseudomonas, serta pemberian metronidazol (untuk organisme

anaerob) ditambahkan apabila operasi direncanakan dengan pendekatan

melalui mulut, sinus paranasal, telinga, atau mastoid.3.

Klasifikasi Simptom dari ukuran reseksi pada meningioma

intrakranial 3.

- Grade I Reseksi total tumor, perlekatan dural dan tulang abnormal

- Grade II Reseksi total tumor, koagulasi dari perlekatan dura

- Grade III Reseksi total tumor, tanpa reseksi atau koagulasi dari perlekatan

dura, atau mungkin perluasan ekstradural (misalnya sinus yang terserang atau

tulang yang hiperostotik)

- Grade IV Reseksi parsial tumor

- Grade V Dekompresi sederhana (biopsi)

Radioterapi

Penggunaan external beam radiation pada meningioma semakin

banyak dipakai untuk terapi. External beam irradiation dengan 4500-6000

cGy dilaporkan efektif untuk melanjutkan terapi operasi meningioma

reseksi subtotal, kasus-kasus rekurensi baik yang didahului dengan operasi

sebelumnya ataupun tidak. Pada kasus meningioma yang tidak dapat

dioperasi karena lokasi yang sulit, keadaan pasien yang buruk, atau pada

pasien yang menolak dilakukan operasi, external beam irradiation masih

belum menunjukkan keefektifitasannya. Teori terakhir menyatakan terapi

external beam irradiation tampaknya akan efektif pada kasus meningioma

yang agresif (atipical, malignan), tetapi informasi yang mendukung teori

ini belum banyak dikemukakan 3.

Efektifitas dosis yang lebih tinggi dari radioterapi harus dengan

pertimbangan komplikasi yang ditimbulkan terutama pada meningioma.

Saraf optikus sangat rentan mengalami kerusakan akibat radioterapi.

33

Page 34: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

Komplikasi lain yang dapat ditimbulkan berupa insufisiensi pituitari

ataupun nekrosis akibat radioterapi. 3

Radiasi Stereotaktik

Terapi radiasi tumor menggunakan stereotaktik pertama kali

diperkenalkan pada tahun 1960an menggunakan alat Harvard proton

beam. Setelah itu penggunaan stereotaktik radioterapi ini semakin banyak

dilakukan untuk meningioma. Sumber energi yang digunakan didapat

melalui teknik yang bervariasi, yang paling sering digunakan adalah sinar

foton yang berasal dari Co gamma (gamma knife) atau linear accelerators

(LINAC) dan partikel berat (proton, ion helium) dari cyclotrons. Semua

teknik radioterapi dengan stereotaktik ini dapat mengurangi komplikasi,

terutama pada lesi dengan diameter kurang dari 2,5 cm. 3

Kemoterapi

Modalitas kemoterapi dengan regimen antineoplasma masih belum

banyak diketahui efikasinya untuk terapi meningioma jinak maupun

maligna. Kemoterapi sebagai terapi ajuvan untuk rekuren meningioma

atipikal atau jinak baru sedikit sekali diaplikasikan pada pasien, tetapi

terapi menggunakan regimen kemoterapi (baik intravena atau intraarterial

cis-platinum, decarbazine (DTIC) dan adriamycin) menunjukkan hasil

yang kurang memuaskan (DeMonte dan Yung), walaupun regimen

tersebut efektifitasnya sangat baik pada tumor jaringan lunak. Laporan dari

Chamberlin pemberian terapi kombinasi menggunakan cyclophosphamide,

adriamycin, dan vincristine dapat memperbaiki angka harapan hidup

dengan rata-rata sekitar 5,3 tahun. Pemberian obat kemoterapi lain seperti

hydroxyurea sedang dalam penelitian. Pertumbuhan sel pada meningioma

dihambat pada fase S dari siklus sel dan menginduksi apoptosis dari

beberapa sel dengan pemberian hydroxyurea. Dan dilaporkan pada satu

kasus pemberian hydroxyurea ini memberikan efek pada pasien-pasien

dengan rekurensi dan meningioma yang tidak dapat direseksi. Pemberian

Alfainterferon dilaporkan dapat memperpanjang waktu terjadinya

34

Page 35: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

rekurensi pada kasus meningioma yang agresif. Dilaporkan juga terapi ini

kurang menimbulkon toksisitas dibanding pemberian dengan kemoterapi. 3

X. PROGNOSIS

Pada umumnya prognosa meningioma adalah baik, karena

pengangkatan tumor yang sempurna akan memberikan penyembuhan yang

permanen. Orang dewasa memiliki harapan hidup yang relatif lebih tinggi

dibandingkan pada anak-anak, dilaporkan survival rate lima tahun adalah

75%. Pada anak-anak meningioma bersifat lebih agresif, perubahan

menjadi keganasan lebih besar dan tumor dapat menjadi sangat besar. Pada

penelitian, lebih dari 10% meningioma akan mengalami keganasan dan

kekambuhannya tinggi. 2,3

Sejak 18 tahun meningioma dipandang sebagai tumor jinak, dan

bila letaknya mudah dapat diangkat seluruhnya. Degenerasi keganasan

tampak bila ada2:

- invasi dan kerusakan tulang

- tumor tidak berkapsul pada saat operasi

- invasi pada jaringan otak.

Angka kematian (mortalitas) meningioma sebelum operasi jarang

dilaporkan, dengan kemajuan teknik dan pengalaman operasi para ahli

bedah maka angka kematian post operasi makin kecil. Diperkirakan angka

kematian post operasi selama lima tahun (1942–1946) adalah 7,9% dan

(1957–1966) adalah8,5%. Sebab-sebab kematian menurut laporan-laporan

yang terdahulu yaitu perdarahan dan edema otak. 2

35

Page 36: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi , D. K., et. al. Schwartz's Principles of Surgery. 8th ed. USA:

McGraw Hill. 2004.

2. Fauiziah B, Widjaja D. Meningioma intrakranial in Cermin Dunia

Kedokteran. Vol.16. 1989.

3. Pamir M, Black P. Meningiomas: A comprehensive text. Philadelphia:

Saunders Elsevier. 2010.

4. Luhulima JW. Menings in Anatomi susunan saraf pusat. Makassar: Bagian

Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2003.

5. Black, P., et al. Meningiomas: Science and Surgery in Clinical

Neurosurgery. Vol.54. Philadelphia: Saunders Elsevier. 2007.

6. Jill, S., et al. Meningiomas: causes and risk factors in Neurosurgery

Focus. Vol. 23. Oktober, 2007.

7. Newell F, Beaman T. Ocular Sign of Meningioma. Chicago: Departement

of Surgery University of Chicago. 1990.

8. Riemenschneider, Markus J, et al. Histological Classification and

Molecular Genetics of Meningiomas in The Lancet Neurology. 5th ed.

2006.

9. Rowland, L. P. Merritt’s Neurology. 11th ed. New York : Lippincott

Williams & Wilkins. 2005.

36

Page 37: Longcase Meningioma SARAF( Updated ) FIX

SUBDIVISI BEDAH SARAF

LONG CASE

BAGIAN ILMU BEDAH

OKTOBER 2012

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MENINGIOMA

Oleh :

TENGKU NURSHAHRIL C 111 07 351

RAZAN SYAZANA C 111 07 280

DIAN PRATIWI AKBAR C 111 07 225

PARAMITA C 111 06 093

ALBERTUS M. M. H. C 111 08 298

Pembimbing :

dr. Pasarella

Supervisor:

Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK

BAGIAN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

37