Top Banner

of 42

Longcase Gendis - Ht Grade II

Jul 12, 2015

Download

Documents

gendis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA LONG CASE HIPERTENSI GRADE II

Disusun Oleh : GENDIS AYU ARDIAS G1A211072

Pembimbing : Preseptor Fakultas : dr. Diah Krisnansari Preseptor Lapangan : dr. Hendro Harjito

KEPANITERAAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT JURUSAN KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 2011

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA LONG CASE HIPERTENSI GRADE II

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas/Ilmu Kesehatan Masyarakat Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Disusun Oleh : Gendis Ayu Ardias G1A211072

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan : Hari : Tanggal : November 2011

Preseptor Lapangan

Preseptor Fakultas

dr. Hendro Harjito NIP 19700914.200212.1.002

dr. Diah Krisnansari, M. Si. NIP. 19770202.200501.2.001

I.

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. A. Mudiardjo (Apin) Alamat lengkap Bentuk Keluarga : Dusun Kaliwadas, Desa Rawalo RT 2/RW 3, Kec. Rawalo, Kab. Banyumas, Jawa Tengah : Extended Family

Tabel 1.1 Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah No 1. 2. 3. 4. Nama Apin Kastem Aminah Status L Umur / P KK L 51 Istri P 44 Anak P 25 Pendidikan SD SD SMP SMP Pekerjaan Buruh tani Wiraswasta Ibu rumah tangga Ibu rumah tangga Pasien Klinik Y T T T T Ket

Nurul Anak P 15 Khotimah 5. Sugeng Cucu L 1,5 Saputra Sumber : Data Primer, Agustus 2011 Kesimpulan :

Kesimpulan dari demografi keluarga diatas adalah bentuk keluarga dari Tn. Mamat berbentuk extended family, dengan Tn. Apin sebagai kepala keluarga dan pekerjaannya sebagai buruh tani. Tn. Apin memiliki seorang istri, yaitu Ny.Kastem (44) dan memiliki dua orang anak yang tinggal bersama di rumahnya, Aminah (25) dan Nurul Khotimah (15) serta seorang cucu, Sugeng Saputra (1,5). Sedangkan, anak kedua Tn. Apin dan Ny. Kastem, Nur Hasanah (20) tinggal berbeda rumah bersama suami dan anaknya. Di dalam keluarga ini yang menderita hipertensi adalah Tn. Apin yang berobat ke Puskesmas Rawalo dan diantar oleh istrinya, Ny. Kastem. Dalam hal ini Tn. Apin mendapatkan perhatian dari seluruh anggota keluarga karena menderita hipertensi dengan gejala-gejala yang cukup mengganggu kualitas hidupnya.

II.

STATUS PENDERITA

A.

PENDAHULUAN Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang bapak berusia 51 tahun yang sedang melakukan pengobatan rawat jalan di Puskesmas Rawalo. Penyakit yang diderita bapak tersebut tersebut adalah hipertensi.

B.

ANAMNESIS 1. Identitas Penderita Nama Umur Jenis kelamin Status Pernikahan Agama Suku Kewarganeragaraan Pekerjaan Pendidikan Alamat : Tn. A. Mudiardjo (Apin) : 51 tahun : Laki-laki : Menikah : Islam : Jawa : Indonesia : Buruh Tani : SD : Dusun Kaliwadas, Desa Rawalo RT 2/RW 3, Kec. Rawalo, Kab. Banyumas, Jawa Tengah Pengantar Tanggal periksa : Ny. Kastem : 1 November 2011 Hubungan dengan pasien : Istri

2. 3.

Keluhan Utama: Sesak Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke balai pengobatan Puskesmas Rawalo diantar oleh istrinya dengan keluhan sesak. Keluhan ini dirasakan sejak 4 bulan yang lalu. Pasien mengaku bahwa keluhannya semakin memberat saat beraktivitas. Pasien merasa terganggu dengan keluhannya karena hal ini mengganggu aktivitas dan pekerjaannya sebagai buruh tani. Jika sesak

timbul, pasien beristirahat dan menghentikan kegiatannya agar rasa sesaknya terasa lebih ringan. Akibat keluhannya ini, pasien berhenti menjadi buruh tani dan terus berada di rumah agar keluhannya tidak semakin parah. Selain sesak, pasien mengeluh bengkak pada kedua tungkai dan nyeri kepala sejak 1 bulan yang lalu, serta sulit buang air besar sejak 4 hari yang lalu. Pasien didiagnosis hipertensi sejak 1 tahun yang lalu.

4.

Riwayat Penyakit Dahulu :-

Riwayat penyakit dahulu Riwayat imunisasi Riwayat mondok RS

: didiagnosis hipertensi sejak 1 tahun yang lalu : tidak jelas : pasien dirawat di RSMS Margono Purwokerto pada bulan Agustus karena keluhan yang sama

-

Riwayat alergi obat/makanan : disangkal

-

Riwayat operasi

: disangkal

5.

Riwayat Penyakit Keluarga :-

Riwayat keluarga dengan penyakit serupa Riwayat hipertensi Riwayat sakit gula Riwayat penyakit jantung

: disangkal : disangkal : disangkal : disangkal

6.

Riwayat Kebiasaan :-

Riwayat olah raga

: sangat jarang aktif di kegiatan RT

Riwayat pengisian waktu luang : berkumpul dengan keluarga dan

7.

Riwayat Sosial dan Exposure : a. Community Lingkungan rumah pasien merupakan perkampungan yang terletak di Dusun Kaliwadas, Desa Rawalo, Kecamatan Rawalo. Penduduk desa ini mayoritas bekerja sebagai buruh tani dan pekerja kasar dengan tingkat ekonomi dan pendidikan menengah

ke bawah. Pasien juga bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan yang tidak menentu, dan aktif dalam kegiatan RT di kampungnya. Pasien dikenal baik oleh tetangga sekitar dan memiliki hubungan baik dengan tetangga-tetangga di sekitarnya. b. Home Pasien tinggal di Dusun Kaliwadas, Desa Rawalo RT 2/RW 3, Kecamatan Rawalo. Pasien tinggal di sebuah rumah dengan bangunan permanen. Luas rumah 13 x 13 m2 dengan jumlah penghuni 5 orang. Lantai rumah pasien menggunakan semen. Dinding rumah sudah menggunakan tembok, sedangkan atap menggunakan asbes dan genteng. Rumah pasien memiliki 3 kamar tidur, 1 ruang tamu yang merangkap ruang keluarga, dapur, dan 1 ruangan yang digunakan sebagai warung tempat berjualan. Setiap ruangan memiliki jendela dan ventilasi yang cukup. Kesan pencahayaan cukup. Rumah sudah memiliki 1 kamar mandi sendiri dan memiliki jamban yang berbentuk dari leher angsa. Sumber air yang didapat berasal dari sumur pompa listrik. Saluran pembuangan limbah dialirkan langsung ke sungai. Terdapat tempat sampah di luar rumah dengan ukuran 1 x 1 m2 yang terletak 3 m dari belakang rumah. Kesan: kebersihan lingkungan rumah cukup. c. Hobby Tidak memiliki hobi tertentu. Sehari-hari pasien hanya berkumpul bersama keluarga dan perkumpulan RT di desanya.d.

Occupational : Pasien merupakan buruh tani yang bekerja di sekitar Desa Rawalo. Namun, sejak didiagnosis hipertensi sejak 1 tahun yang lalu, pasien berhenti bekerja dan tinggal di rumah bersama keluarganya.

e.

Personal habit Sebelum sakit, pasien adalah perokok aktif. Setiap harinya pasien menghabiskan 1 bungkus rokok. Pasien juga dulunya mengkonsumsi kopi dan menyukai makanan yang asin.

f.

Drug Pasien dulunya sering mengkonsumsi obat-obatan Cina. Namun, untuk sekarang ini pasien tidak lagi mengkonsumsi obatobatan tersebut dan hanya mengkonsumsi obat dari dokter selama rawat jalan. Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat.

8.

Riwayat Gizi : Pasien makan rutin 3 kali sehari dengan nasi, sayur , dan laukpauk seperti tahu, tempe, atau telur. Pasien jarang mengkonsumsi daging sapi atau kambing. Kesan gizi cukup.

9.

Riwayat Ekonomi : Pasien tinggal bersama istri, anak pertama dan ketiganya, dan 1 orang cucunya. Pasien berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah yang pekerjaan sehari-harinya adalah buruh tani dan dibantu usaha warung oleh istrinya. Penghasilan pasien tidak tetap, rata-rata Rp 300.000,00 per bulan. Namun, sejak didiagnosis hipertensi 1 tahun yang lalu, penghasilan pasien dinilai semakin tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari karena keterbatasan aktivitas pasien untuk bekerja mencari nafkah.

10. Riwayat DemografiHubungan pasien dengan anggota keluarga cukup baik. Interaksi sesama anggota keluarga di dalamnya juga harmonis. Hal ini terlihat saat istri dan anak-anaknya memberikan perhatian yang lebih kepada pasien yang sakit.

11. Riwayat SosialSebelum sakit, pasien rutin berinteraksi dengan warga dan pamong desa dalam kegiatan RT di desa. Namun, sejak sakit pasien lebih sering berada di dalam rumah dan lebih intensif berinteraksi dengan keluarga di dalam rumahnya, khususnya istrinya yang membantu dan men-support proses kesembuhan pasien.

12. Anamnesis Sistem :a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n.

Kulit Kepala Mata Hidung Telinga Mulut Tenggorokan Pernafasan

: tidak ada keluhan : nyeri kepala (+) : tidak ada keluhan : tidak ada keluhan : tidak ada keluhan : tidak ada keluhan : tidak ada keluhan : sesak nafas (+)

Kardiovaskuler : berdebar-debar (+) Gastrointestinal : sulit buang air besar (+) Genitourinaria : tidak ada keluhan Neuropsikiatri : tidak ada keluhan Muskuloskeletal : tidak ada keluhan Ekstremitas : Atas : bengkak (-) Bawah : bengkak (+) pada kedua tungkai

C.

PEMERIKSAAN FISIK 1. 2. KU : Tampak sadar, kesadaran compos mentis, status gizi

kesan cukup Tanda Vital : Tanda Vital dan Gizi Status TD : 170/100 mmHg Nadi Suhu

: 84 x/menit : 36,5 oC TB: 158 cm

Pernafasan : 20 x/menit Status gizi (Kurva NCHS) : BB: 56 kg BMI = BB/(TB dlm meter)2 = 56/(1,58)2= 22,4 3. 4. Kulit Kepala Normoweight Status Gizi cukup : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-) : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-),

papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy 5. Mata (-) : Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek kornea (+/+), katarak (-/-), tanda-tanda 6. 7. 8. 9. 10 . 11 . Thoraks Hidung Mulut Telinga peradangan (-/-) : Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), mukosa hiperemis (-), deformitas hidung (-) : Bibir pucat (+), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-) : Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), cuping telinga kanan

dan kiri simetris Tenggorokan : Pembesaran tonsil (-), faring hiperemis (-) Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), kulit di sekitar leher DBN dan tidak ada tanda-tanda peradangan : Bentuk simetris, datar, retraksi (-) - Jantung : I : Tidak terlihat ictus cordis P : Teraba ictus cordis di SIC V LMCS P : Batas kiri bawah SIC V 2 jari medial LMCS Batas kiri atas SIC II LMCS Batas kanan atas SIC II LPSD Batas kanan bawah SIC IV LPSD A : S1> S2 reguler, gallop (-), murmur (-) - Pulmo : I : Dinding dada datar, retraksi (-), gerakan paru simetris, benjolan (-), tanda radang (-) P : Nyeri tekan (-), retraksi (-), gerakan nafas simetris P : Sonor di seluruh lapang paru kanan dan kiri A : suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan ronkhi (-/-), wheezing (-/-) : I : Datar, benjolan (-), lesi (-), jejas (-), tanda radang (-) A : Bising usus (+) meningkat P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba P : timpani seluruh lapang perut

13 .

Abdomen

14 . 15 . 16 . 17 .

Sistem Collumna Vertebralis Genitalia Anorektal Ektremitas

: I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-) P: nyeri tekan (-) : Tidak dilakukan : Tidak dilakukan : Superior Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (+/+) : Edema (+/+), jejas (-/-), akral dingin (+/+)

D.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. 2. EKG Foto thorax darah lengkap, tes fungsi ginjal (urin kreatinin)

3. Laboratorium:

E.

RESUME 1. Anamnesis Keluhan utama buang air besar Riwayat Sosial : Pasien Tn. Apin berusia 51 tahun dengan bentuk keluarga extended family. Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien mengeluh sesak, bengkak di kedua kaki, nyeri kepala, dan sulit buang air besar. Pasien sudah didiagnosis hipertensi sejak 1 tahun yang lalu dan pernah mondok di RSMS pada bulan Agustus karena keluhan sesaknya. Pasien bekerja sebagai buruh tani dengan penghasilan yang tidak menentu setiap bulannya. Status ekonomi pasien menengah ke bawah, tinggal di pemukiman perkampungan yang mayoritas penduduknya bekerja sebagai buruh tani juga dan pekerja kasar. Pasien tinggal di rumah yang sederhana bersama istri, anak pertama dan ketiganya, dan 1 orang cucunya. Kondisi psikologi keluarga cukup baik, yang terlihat dari dukungan keluarga dalam merawat pasien ketika sakit. Di lingkungan : sesak Keluhan tambahan : bengkak di kedua tungkai, nyeri kepala, dan sulit

rumahnya, pasien juga dikenal baik karena aktif dalam kegiatan RT. Namun, sejak jatuh sakit, aktivitas pasien di luar rumah terbatas dan lebih banyak tinggal di rumah. Sebelum sakit, pasien adalah perokok aktif dan rutin mengkonsumsi kopi serta menyukai makanan yang asin. Namun, sejak didiagnosis hipertensi 1 tahun yang lalu, pasien berhenti merokok dan tidak mengkonsumsi kopi serta membatasi makanan yang asin.2.

Pemeriksaan Fisik Tekanan Darah Nadi RR Suhu Status Generalis : Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-) Punggung Thoraks Abdomen : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-), nyeri tekan (-) : Dinding dada datar, retraksi (-), gerakan paru simetris, benjolan (-), tanda radang (-) : Datar, benjolan (-), lesi (-), jejas (-), tanda radang (-), Bising usus (+) meningkat, supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, timpani seluruh lapang perut Ekstremitas : Edema di kedua tungkai (+) : 170/100 mmHg : 84x/menit : 20x/menit : 36,5 C

F.

DIAGNOSIS HOLISTIK1. Aspek a.

personal Idea : pasien mengeluh sesak sejak 4 bulan yang lalu, pasien berharap agar lekas membaik dan sembuh, sehingga dapat melakukan aktivitasnya sebagai buruh tani seperti sediakala.

b.

Concern

: pasien menginginkan perhatian dari

keluarganya untuk mendukung pengobatan dan perawatannya sampai sembuh.c.

Expectacy : pasien mempunyai harapan penyakitnya segera sembuh, agar dapat bekerja kembali mencari nafkah sebagai buruh tani.

d.

Anxiety

: Keluhan pasien mengganggu

aktivitasnya sehingga pasien tidak dapat bekerja maksimal sebagai buruh tani. 2. Aspek klinis Diagnosa : hipertensi grade II tungkai. Differential diagnosis3. Aspek

Gejala klinis yang muncul : sesak, nyeri kepala, dan bengkak di kedua : acute renal failure chronic heart failure Faktor Risiko Intrinsik Individu Pasien berjenis kelamin laki-laki Dari faktor usia, pasien berusia 51 tahun, yaitu usia yang Kebiasaan pasien adalah merokok, mengkonsumsi kopia.

b. c.4. Aspek

memiliki risiko tinggi untuk menderita hipertensi setiap hari, dan menyukai makanan yang asin Faktor Risiko Ekstrinsik Individu Pasien bekerja sebagai buruh tani yang sehari-hari Status ekonomi pasien menengah ke bawah sehingga pasien Pendidikan pasien dan keluarga rendah, sehinggaa.

pekerjaannya cukup berat.b.

tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan dengan mudah.c.

pengetahuan tentang penyakit masih minim.d.

Pasien tinggal di perkampungan, fasilitas pelayanan

kesehatan masih sedikit dan sulit untuk menjangkau rumah sakit yang lebih memadai.

5.

Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial Skala penilaian fungsi sosial pasien adalah 2, karena keluhannya pasien tidak dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari yaitu bekerja sebagai buruh tani dan kegiatan RT di desa, dan hanya tinggal di rumah.

G.

PENATALAKSANAAN 1. 2. Terapi farmakologis Furosemide a. b. c. d. e. f.3. a.

1-3 x sehari - 1 tablet (40 mg/tablet)

Terapi non farmakologis Berhenti merokok Diet rendah garam Mengurangi konsumsi kopi Menghindari stressor berlebih Latihan fisik Meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta diet rendah lemak Memberikan edukasi kepada pasien untuk berhenti merokok, mengurangi konsumsi kopi, dan menghindari stressor berlebih.b.

Faktor resiko instrinsik

Mengurangi keluhan pasien dengan mengurangi aktivitas yang berat dan berlebihan, serta melakukan latihan fisik ringan.

4.

Faktor resiko ekstrinsika.

Memberikan edukasi kepada keluarga, khususnya istri pasien agar memasak makanan yang rendah garam, rendah lemak, dan memperbanyak buah dan sayur.

b.

Memberikan edukasi kepada keluarga untuk mendukung proses pengobatan pasien dengan support dan perhatian agar pasien rajin kontrol ke pelayanan kesehatan terdekat dan meminimalisasi komplikasi dari penyakitnya .

H.

FOLLOW-UP PASIEN Tanggal 4 November 2011 S : sesak, nyeri kepala belakang, dan bengkak di kedua tungkai O : KU : tampak sadar Kesadaran : composmentis

Tanda vital : TD : 180/110 mmHg N A : hipertensi grade II BB : 56 kg

RR

: 24 x/menit

: 104 x/menit S : 36,5 0C TB : 158 cm

P : Lanjutkan obat yang diberikan, kurangi aktivitas yang berat. Tanggal 11 November 2011 S : sesak dan bengkak di kedua tungkai, nyeri kepala sudah berkurang O : KU : tampak sadar N A : hipertensi grade II P : Lanjutkan obat yang diberikan, kurangi aktivitas yang berat dan melakukan latihan fisik ringan. Tanggal 18 November 2011 S : sesak dan bengkak di kedua tungkai O : KU : sedang N A : hipertensi grade II P : Lanjutkan obat yang diberikan, diet rendah garam, kontrol bila obat habis. Kesadaran : composmentis RR : 24 x/menit : 84 x/menit S : 36,5 0C TB : 158 cm Tanda vital : TD : 170/100 mmHg BB : 56 kg Kesadaran : composmentis RR : 24 x/menit S : 36,5 0C TB : 158 cm Tanda vital : TD : 170/100 mmHg : 84 x/menit BB : 56 kg

I.

FLOW SHEET Nama : Tn. Apin

Diagnosis : Hipertensi Grade II Tabel 2.1 Flow Sheet No Tgl 1 4-112011 Problem sesak, nyeri kepala belakang, dan bengkak di kedua tungkai TD mmHg 180/11 0 N x/1' 104 RR T oC x/1' 24 36,5 Planning - Furosemide Target

Tekanan darah < 3 x 1 tab 40 130/80 mg mmHg

2

11-112011

3

18-112011

sesak dan 170/100 84 bengkak di kedua tungkai, nyeri kepala sudah berkurang sesak dan 170/100 84 bengkak di kedua tungkai

24

36,5

- Furosemide

Tekanan darah < 3 x 1 tab 40 130/80 mg mmHg Tekanan darah < 3 x 1 tab 40 130/80 mg mmHg

24

36,5

- Furosemide

III.

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK 1. Fungsi Biologis Keluarga Tn. Apin (51 tahun) merupakan keluarga dengan bentuk extended family karena Tn. Apin tinggal satu rumah bersama istri, anak pertama dan ketiganya, dan 1 orang cucunya. Keluarga pasien kurang sadar akan kesehatan karena saat pasien mengeluh sesak sejak 4 bulan yang lalu, keluarganya tidak langsung membawanya ke puskesmas. 2. Fungsi Psikologis Hubungan Tn. Apin dengan keluargaya cukup harmonis. Beliau tinggal bersama dengan istri, anak pertama dan ketiganya, dan 1 orang cucunya. Semua anggota keluarga memberi dukungan kepada pasien untuk sembuh dengan membantu aktivitas pasien sehari-hari. Saat datang ke puskesmas pasien didampingi oleh istri.3. Fungsi

Sosial Tn. Apin adalah pribadi yang dikenal baik oleh tetangga di

sekitarya. Sebelum sakit, beliau aktif dalam kegiatan RT di desanya. Walaupun aktivitasnya lebih banyak berada di rumah, Tn. Apin masih sering bertegur sapa dengan tetangga sekitar.4. Fungsi

Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Tn. Apin bekerja

sebagai buruh tani. Namun, sejak hipertensinya memberat dan memiliki banyak keluhan kesehatan, beliau tidak lagi bekerja. Untuk meng-cover kebutuhan sehari-hari, istrinya kini membuka warung dan menjual kebutuhan sehari-harinya di warungnya terseut. Kesimpulan : Penderita tinggal dalam suatu extended family. Hubungan kekeluargaan dan hubungan sosial dengan masyarakat terjalin baik dan berasal dari ekonomi menengah ke bawah.

B.

FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R. SCORE) Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R. SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R. SCORE di sini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 jelek, 5-7 sedang dan 8-10 adalah baik. ADAPTATION Apabila ada masalah, pasien selalu mendiskusikan bersama-sama dengan keluarga. Apabila kesulitan untuk mengambil keputusan, pasien tidak jarang meminta pendapat kepada istri dan anak-anaknya. Keluarga pasien juga selalu berusaha meringankan beban pasien, khususnya keluhan kesehatannya saat ini. PARTNERSHIP Komunikasi antara anggota keluarga cukup baik. Karena sekarang pasien tidak bekerja lagi karena keluhan kesehatannya, pasien lebih sering beraktivitas di rumah dan berinteraksi dengan keluarganya. Setiap anggota keluarga terbuka satu sama lain dan berbagi cerita setiap harinya. GROWTH Walaupun status ekonominya menengah ke bawah, anggota keluarga pasien tidak mengeluh. Pasien merasa bersyukur karena keluarganya selalu mendukung dan memberikan perhatian yang baik di saat pasien sehat maupun sakit. AFFECTION Pasien merasa bahwa keluarganya memiliki hubungan kasih sayang yang cukup baik. Demikian sebaliknya, pasien juga sangat menyayangi keluarganya yang selalu ada untuk dirinya di kala sehat maupun sakit.

RESOLVE Pasien berinteraksi kepada seluruh anggota keluarganya setiap hari. Pasien merasa puas dengan keluarganya yang selalu meluangkan waktu untuk berkumpul bersama-sama. Tabel 3.1. A.P.G.A.R Tn. ApinA.P.G.A.R Ny. R Terhadap Keluarga Hampir selalu Kadang kadang Hampir tidak pernah

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama Total poin = 9 Tabel 3.2. A.P.G.A.R Ny. KastemA.P.G.A.R An. W

Hampir selalu

Kadang -kadang

Hampir tidak pernah

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru A Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama

Total poin = 9 A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (9+9)/2 = 9 Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang Secara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 18, sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 9. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam keadaan sehat dengan range sehat 7-10.C.

FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M) Fungsi patologis dari keluarga An. A dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M sebagai berikut :

SUMBER Social Cultural

Religion

Economic

Education

Medical

PATOLOGI Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan kurang aktif. Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan. Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang rutin menjalankan sholat lima waktu di masjid. Sebelum sakit penderita rutin mengaji di sore hari di masjid dekat rumah. Ekonomi keluarga ini tergolong rendah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan hidup Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Pendidikan dan pengetahuan penderita kurang. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas pendidikan seperti buku dan koran terbatas. Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan kartu ASKIN untuk berobat.

KET -

+

+

+

-

Keterangan :a.

Social (-) artinya keluarga pasien sudah berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

b.

Cultural (-) artinya pasien masih mengikuti tradisi budaya dalam masyarakat, sering mengikuti acara berupa hajatan, sunatan, dan masih menggunakan bahasa jawa, tata krama, dan kesopanan.

c.

Religion (+) artinya keluarga pasien masih kurang dalam menjalankan ketaatan beribadah. Economic (+) artinya keluarga pasien masih tergolong ekonomi rendah

d. e.

Education (+) artinya keluarga pasien masih memiliki pengetahuan yang kurang, khususnya mengenai kesehatan. Medical (-) artinya keluarga pasien sudah baik dalam mencari pelayanan kesehatan, yaitu menngunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan kartu ASKIN untuk berobat.

f.

Kesimpulan : Dalam keluarga An. A fungsi patologis yang positif adalah fungsi religion, economic, dan education.D.

INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA Diagram 1. Pola Interaksi Keluarga Tn. ApinTn. Apin (51)

Ny. Kastem (44)

Aminah (25)

Nurul Khotimah (15)

Sugeng Saputra (1,5)

Sumber : Data Primer, 4 November 2011 Keterangan : Kesimpulan : Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Tn. Apin baik dan sangat harmonis serta saling mendukung. hubungan baik

E. GENOGRAM Alamat Bentuk KeluargaSangkarjo 1970 Ramsah6 5

: Dusun Kaliwadas, Desa Rawalo RT 2/RW 3, Kec. Rawalo, Kab. Banyumas, Jawa Tengah : Extended FamilySantari 70 Lisem7 0

5 3

49

Suwarti

A. Muheni

4 4

5 4

51

45

42

Kastem

3 9

3 6

Rawen

Apin

Sumarjo 2010

Asmudi

Saiman Suminah Yatinah

2 5

2 0

1 5

Aminah

Nur Hasanah

Nurul Khotimah

Diagram 1. Genogram Keluarga Keterangan: = Laki-laki = Perempuan Atau = Pasien = Tinggal bersama dalam satu rumah = Meninggal

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN A. IDENTIFIKASI KELUARGA1.

FAKTOR

PERILAKU

DAN

NON

PERILAKU

Faktor Perilaku Keluarga Keluarga Tn. Apin berasal dari latar belakang pendidikan rendah, khususnya masalah kesehatan. Tn. Apin dan istrinya, Ny. Kastem, hanya lulusan SD. Sedangkan pendidikan terakhir anak-anaknya SMP. Pengetahuan tentang kesehatan dan menjaga pola hidup yang teratur belum diterapkan oleh keluarga pasien. Sebelum didiagnosis hipertensi, keluarga tidak mengingatkan pasien untuk membatasi jumlah rokok yang digunakan dalam sehari-harinya. Begitu pula pola konsumsi kopi dan makanan asin yang tidak terkontrol tidak dijaga. Hal-hal inilah yang mungkin memicu peningkatan tekanan darah pasien sehingga pasien menderita hipertensi grade II.

2.

Faktor Non Perilaku Rumah pasien tidak begitu jauh dari PUSKESMAS. Sehingga pasien tidak merasa kesulitan untuk menjangkau pelayanan kesehatan. Selain itu, pasien juga memiliki JAMKESMAS untuk biaya berobat. Namun, yang menjadi masalah pasien adalah keterbatasan biaya dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sejak pasien sakit, pasien tidak bisa bekerja secara maksimal sehingga penghasilan dalam keluarga berkurang. Hal ini yang menjadi stressor psikologis dan mungkin memicu untuk terjadinya peningkatan tekanan darah. Padahal, tidak ada riwayat hipertensi pada riwayat penyakit keluarga.

Diagram 2. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

Pengetahuan : Pengetahuan kesehatan dan penyebab penyakit kurang

Psikologis : Stressor pasien cukup tinggi

Keturunan : Tidak ada Keluarga Tn. Apin Pelayanan Kesehatan : Jarak dengan puskesmas cukup dekat Berobat ke puskesmas menggunakan JAMKESMAS Personal Habit : Kebiasaan dan pola hidup dan makan yang tidak teratur: merokok, mengkonsumsi kopi, dan diet tinggi garam

Ekonomi : Kelas menengah ke bawah, penghasilan semakin berkurang sejak pasien sakit

Keterangan : : Faktor Perilaku : Faktor Non PerilakuB.

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH 1. Gambaran Lingkungan Rumah Pasien tinggal rumah pribadi yang terletakdi Dusun Kaliwadas, Desa Rawalo RT 2/RW 3, Kecamatan Rawalo. Pasien tinggal di sebuah rumah dengan bangunan permanen. Luas rumah 13 x 13 m2 dengan jumlah penghuni 5 orang. Lantai rumah pasien menggunakan semen. Dinding rumah sudah menggunakan tembok, sedangkan atap menggunakan asbes dan genteng. Rumah pasien memiliki 3 kamar

tidur, 1 ruang tamu yang merangkap ruang keluarga, dapur, dan 1 ruangan yang digunakan sebagai warung tempat berjualan. Setiap ruangan memiliki jendela dan ventilasi yang cukup. Kesan pencahayaan cukup. Rumah sudah memiliki 1 kamar mandi sendiri dan memiliki jamban yang berbentuk dari leher angsa. Sumber air yang didapat berasal dari sumur pompa listrik. Saluran pembuangan limbah dialirkan langsung ke sungai. Terdapat tempat sampah di luar rumah dengan ukuran 1 x 1 m2 yang terletak 3 m dari belakang rumah. Kesan: kebersihan lingkungan rumah cukup. 2. Denah Rumah

Kamar mandi+ wc

Pekarangan Bak sampah Dapur

U

Kamar tidur

Kamar tidur

Ruang makan

Kamar tidur

Ruang Tamu merangkap ruang keluargaWarung

Jalan

Gambar 4.1. Denah Rumah An. A Kesimpulan: Lingkungan rumah cukup memenuhi standar kesehatan.

DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA A. PROBLEM LIST Tabel 5.1. Master Problem List MASTER PROBLEM LIST No Approx. Date Active Problems Inactive/ Date of Problem Resolved Onset Recorded Problems 1. 2011 Agustus Sesak 2. 2011 Oktober Nyeri kepala, bengkak pada tungkai 3. 2011 28 Oktober Sulit buang air besar 4. 2011 1 November Sesak semakin memberat dan bengkak pada tungkai Tabel 5.2. Catatan Kemajuan Pasien HARI Subjective Objective Assessment TANGGAL 4-11-2011 Sesak, KU tampak sadar, Hipertensi nyeri compos mentis, gizi Grade II kepala kesan cukup belakang, Tanda vital: dan TD : 180/110 mmHg bengkak di N : 104x/menit kedua RR: 24 x/ menit tungkai S : 36,5 oC 11-11-11 Sesak dan bengkak di kedua tungkai, nyeri kepala sudah berkurang Sesak dan bengkak di kedua tungkai KU tampak sadar, Hipertensi compos mentis, gizi Grade II kesan cukup Tanda vital: TD : 170/100 mmHg N : 84x/menit RR: 24 x/ menit S : 36,5 oC KU sedang, compos mentis, gizi kesan cukup Tanda vital: TD : 170/100 mmHg N : 84x/menit RR: 24 x/ menit S : 36,5 oC Hipertensi Grade II

Date Resolved -

Plan - Furosemide 3 x 1 tab 40 mg-

Kurangi aktivitas yang berat.

- Furosemide 3 x 1 tab 40 mg - Latihan ringan fisik

18-11-11

- Furosemide 3 x 1 tab 40 mg - Diet garam rendah

B.

MASALAH NON MEDIS1. Keluarga

Tn. Apin memiliki pengetahuan yang rendah tentang hipertensi.

2. 3.

Pola hidup dan pola makan yang tidak teratur pada keluarga. Stressor psikologis Tn. Apin karena tidak dapat bekerja akibat penyakitnya. ekonomi keluarga adalah menengah kebawah dengan penghasilan

4. Kondisi

yang tidak menentu.C.

DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN (Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien) Diagram 3. Permasalahan Pasien

Keluarga Tn. Apin memiliki pengetahuan rendah tentang hipertensi

Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah kebawah dengan penghasilan tidak menentu.

Tn. Apin (51) dengan hipertensi grade II

Pola hidup dan pola makan yang tidak teratur

Stressor

psikologis

Tn.

Apin

karena tidak dapat bekerja karena penyakitnya

D.

MATRIKULASI MASALAH

Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks (Azrul, 1996). Tabel 5.3 Prioritas Masalah Pasien No Daftar Masalah I . P S 1. Keluarga Tn. Apin 5 5 memiliki pengetahuan rendah tentang hipertensi 2. Pola hidup dan pola 4 5 makan yang tidak teratur 3. Stressor psikologis Tn. 4 4 Apin karena tidak dapat bekerja karena penyakitnya 4. Kondisi ekonomi 4 5 keluarga adalah menengah kebawah dengan penghasilan tidak menentu. Keterangan : I P S SB T R : Importancy (pentingnya masalah) : Prevalence (besarnya masalah) : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah) : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah) : Technology (teknologi yang tersedia) : Resources (sumber daya yang tersedia) T SB 4 4 Mn 5 R Mo Ma 4 5 Jumlah IxTxR 40.000

5 3

5 4

3 3

4 3

5 5

30.000 8.640

3

3

4

4

4

11.520

Mn : Man (tenaga yang tersedia) Mo : Money (sarana yang tersedia) Ma : Material (pentingnya masalah) Kriteria penilaian : 1 2 3 4 5 : tidak penting : agak penting : cukup penting : penting : sangat penting

E.

PRIORITAS MASALAH Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn. Apin adalah sebagai berikut : 1. 2. Keluarga Tn. Apin memiliki pengetahuan rendah tentang hipertensi Pola hidup dan pola makan yang tidak teratur ekonomi keluarga adalah menengah kebawah dengan penghasilan tidak menentu. 4. Stressor psikologis Tn. Apin karena tidak dapat bekerja karena penyakitnya Kesimpulan : Prioritas masalah yang diambil adalah keluarga Tn. Apin memiliki pengetahuan rendah tentang hipertensi

3. Kondisi

F.

RENCANA PEMBINAAN KELUARGA 1. Tujuan Pembinaan keluarga untuk memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga agar lebih mengerti tentang hipertensi, penatalaksanaan dan pencegahannya. Tujuan Umum : Setelah diberikan konseling diharapkan keluarga dan penderita lebih memahami mengenai hipertensi dan mengetahui peran keluarga dalam perjalanan penyakit tersebut. Tujuan Khusus :a. b.

Pasien dapat mengerti apakah hipertensi itu Pasien dapat mengetahui pengobatan dan pencegahan

hipertensi. 2. Materia.

Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai hipertensi 1. Definisi 2. Etiologi 3. Tanda dan gejala

4. Komplikasi 5. Pengobatan dan pencegahan 3. Cara Pembinaan Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang telah ditentukan bersama. Pembinaan dilakukan dengan cara memberikan konseling dan edukasi kepada pasien dan keluarga, dalam suatu pembicaraan santai sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh pasien dan keluarga. 4.5.

Sasaran Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarganya. Target Waktu Hari / Tanggal Waktu Tempat : Jumat, 11 November 2011 : 11.30 : Dusun Kaliwadas, Desa Rawalo RT 2/RW 3, Kec. Rawalo, Kab. Banyumas, Jawa Tengah

6.

Cara Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan cara tanya jawab secara lisan. Tabel 5.4. Evaluasi kegiatan secara lisan

Tanggal

Kegiatan yang dilakukan

Anggota keluarga yang terlibat Pasien dan istrinya

Hasil kegiatan

Catatan untuk pembinaan selanjutnya

11-112011

18-112011

Memberikan edukasi tentang definisi, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, dan pencegahan komplikasi lanjut hipertensi Menganjurkan pasien untuk berobat rutin dan kontrol apabila obat sudah habis

Pasien memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang penyakitnya Pasien memiliki kesadaran untuk rutin berobat dan kontrol bila obatnya habis.

Pasien dan istrinya

IV.

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg, diastolik lebih dari 90 mmHg, diukur pada kesempatan yang berbeda dan spesifik terhadap umur tertentu (Gray et al, 2002). B. KLASIFIKASI a. Hipertensi primer (essensial) Lebih dari 90% pasien dengan hipertensi merupakan hipertensi essensial (hipertensi primer). Literatur lain mengatakan, hipertensi essensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Beberapa mekanisme yang mungkin berkontribusi untuk terjadinya hipertensi ini telah diidentifikasi, namun belum satupun teori yang tegas menyatakan patogenesis hipertensi primer tersebut. Hipertensi sering turun temurun dalam suatu keluarga, hal ini setidaknya menunjukkan bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada patogenesis hipertensi primer. Menurut data, bila ditemukan gambaran bentuk disregulasi tekanan darah yang monogenik dan poligenik mempunyai kecenderungan timbulnya hipertensi essensial. Banyak karakteristik genetik dari gen-gen ini yang mempengaruhi keseimbangan natrium, tetapi juga di dokumentasikan adanya mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal, dan angiotensinogen (Fagan, Hess, 2008). b. Hipertensi sekunder Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang bersangkutan atau

mengobati/mengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya sudah merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder (Fagan, Hess, 2008). Tabel 4.1. Klasifikasi Hipertensi untuk Dewasa (Di atas 18 tahun) Normal Prehipertensi Hipertensi grade 1 Hipertensi grade 2 (Hinderliter, Colinders, 2004) C. ETIOLOGI a) Hipertensi Primer (Essensial / Idiopatik) Hipertensi yang tidak diketahui penyebab yang mendasarinya. Hipertensi primer memiliki kecenderungan genetik kuat, yang dapat diperparah oleh faktor-faktor kontri busi, misalnya kegemukan, stres, merokok, dan ingesti garam berlebihan. Hal berikut ini menggambarkan kemungkinankemungkinan penyebab hipertensi primer : 1) Defek pada penanganan garam. Gangguan fungsi ginjal yang terlalu ringan untuk menimbulkan gejala-gejala penyakit ginjal, namun seeara bertahap dapat menyebabkan akumulasi garam dan air di dalam tubuh, sehingga terjadi peningkatan progresif tekanan arteri (Price, 2006) . 2) Kelainan membran plasma, misalnya gangguan pompa Na - K. Defek sema cam ini, dengan mengubah gradien elektrokimia di kedua sisi membran plasma, dapat mengubah eksitabilitas dan kontraktilitas jantung dan otot polos dinding pembuluh darah sedemikian rupa, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Selain itu, pompa Na+-K+ penting dalam penanganan garam oleh ginjal. Defek genetik pompa Na+-K+ pada tikus laboratorium yang rentan hipertensi adalah hubungan gen-hipertensi pertama yang dapat dibuktikan (Price, 2006) . Sistole (mmHg) 160 Diastole (mmHg) 100

3)

Tekanan fisik pada pusat kontrol kardiovaskuler di otak, yaitu berada di formasio retikularis yang terletak di medula oblongata bagian bawah dan pons (Price, 2006). 4) Zat mirip-digitalis endogen. Zat semacam ini serupa dengan obat digitalis untuk meningkatkan kontraktilitas jantung serta me kan konstriksi pembuluh darah dan men pengeluaran garam melalui urin, yang semuanya dapat menyebabkan hipertensi kronik 2006). 5) Perubahan pengaturan EDRF/NO atau zat kimia vasoaktif kerjalokal dapat berperan menimbulkan hipertensi. Apapun defek yang mendasarinya, jika sudah terjadi hipertensi tampaknya akan terus berlanjut. Pajanan terhadap tekanan darah yang meninggi menyeba bkan dinding pembuluh yang rentan mengalami aterosklerosis, yang semakin meningkatkan tekanan darah. Pada hipertensi, baroreseptor tidak berespons untuk mengembalikan tekanan darah ke tingkat normal karena mereka telah beradaptasi atau mengalami "reset" ( aturan ulang) untuk bekerja pada tingkat yang lebih tinggi. Pada tekanan darah yang meninggi secara kronik baroreseptor masih berfungsi mengatur tekanan darah tetapi mereka mempertahankannya pada tekanan rata yang lebih tinggi (Price, 2006; Isselbacher, 2007). - rata (Price,

b)

Hipertensi Sekunder Penyebab hipertensi sekunder digolongkan menjadi 4 jenis, yaitu : 1) Hipertensi kardiovaskular oleh aterosklerosis. 2) Hipertensi renal (ginjal) dapat terjadi akibat dua defek ginjal, yaitu oklusi parsial arteri renalis dan penyakit jaringan ginjal itu sendiri. biasanya berkaitan dengan peningkatan kronik resistensi perifer total yang disebabkan

a)

Lesi aterosklerotik yang menonjol ke dalam lumen areteri

renalis atau kompresi eksternal pembuluh oleh suatu tumor dapat mengurangi aliran darah ke ginjal. Ginjal berespons dengan mengaktifkan jalur hormonal yang melibatkan angiotensin II. Jalur ini meningkatkan retensi garam dan air selama pem ginjal. lngatlah bahwa angiotensin II bentukan urin, sehingga volume darah meningkat untuk mengkompensasi penurunan aliran darah juga merupa kan vasokonstriktor kuat. Walaupun kedua efek tersebut (peningkatan volume darah dan vasokon striksi akibat angiotensin) merupakan mekanisme kompensasi untuk memperbaiki aliran darah ke arteri renalis yang menyempit, keduanya juga me nyebabkan peningkatan tekanan arteri keseluruhan. b) Hipertensi renal juga terjadi jika ginjal sakit dan tidak mampu mengeliminasi beban garam normal. Terjadi retensi garam yang menginduksi retensi air, sehingga volume plasma bertambah dan timbul hipertensi. 3) Hipertensi endokrin terjadi akibat sedikitnva dua gangguan endokrin: feokromositoma dan sindrom a) Conn. nal Feokromositoma adalah suatu tumor medula adre

yang mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin dalam jumlah berlebihan. Peningkatan abnormal kadar kedua hormon ini meneetuskan peningkatan eurah jantung dan vasokonstriksi umum, keduanya menimbulkan hipertensi yang khas untuk penyakit ini. b) Sindrom Conn berkaitan dengan peningkatan pem bentukan aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini adalah bagian dari jalur hormonal yang menyebabkan retensi garam dan air oleh ginjal (jalur renin-angiotensinaldosteron). Beban garam dan air yang berlebihan di dalam tubuh akibat peningkatan kadar aldosteron menyebabkan tekanan darah meningkat. 4) Hipertensi neurogenik terjadi akibat lesi saraf. Masalahnya mungkin adalah kesalahan kontrol tekanan darah akibat defek di pusat kontrol kardio vaskuler atau di

baroreseptor. Hipertensi neurogenik juga dapat terjadi sebagai respons kompensasi terhadap penurunan aliran darah otak sebagai contoh, karena sebuah pem buluh besar otak tertekan oleh tumor. Sebagai respons terhadap penurunan aliran darah otak, dimulai suatu refleks yang meningkatkan tekanan darah sebagai usaha untuk mengalirkan darah kaya O otak secara adekuat. (Sanjay, 2001; Riaz, 2010)D.2

ke jaringan

PATOFISIOLOGI Saat seseorang mengalami stress psikologis, maka akan merangasang saraf simpatis untuk mengeluarkan NE (norepinefrin). Pelepasan NE ini sendiri akan menyebabkan terjadinya reaksi ligand-reseptor, yang mana NE sebagai ligand dapat melekat pada reseptor di pembuluh darah (1), ginjal(1), jantung(1). Pada pembuluh darah (1) akan terjadi reaksi vasokonstriksi sehingga endotel2 di pembuluh darah merapat dan menyebabkan resistensi perifer meningkat & otomatis tekanan darah juga ikut meningkat. Hal tersebut menyebabkan hipertensi, jika sel endotel ini terus terpapar oleh Tekanan darah yang tinggi terus menerus maka akan menyebabkan sel endotel menjadi disfungsi, NO ( nitrit oxite) yang bias diproduksi oleh sel endotel menjadi berkurang sehingga sel endotel tidak dapat relaksasi dan akan terjadi terus vasokonstriksi, dan permeabelitasnya menjadi berkurang sehingga lama kelamaan dapat menimbulkan terjadinya arterosklerosis. Pada jantung adanya NE akan meningkatkan heart rate & kontraksi dari jantung yang mana dapat meningkatkan cardiac output (COP), COP ini sendiri akan menyebabkan resistensi perifer pada pembuluh darah sama halnya pada saat kejadian NE yag berikatan dengan reseptor (1) di pembuluh darah, jadi hal ini juga dapat menyebabkan arterosklerosis (Thomas, 2006). Pada reseptornya di ginjal, NE akan menyebabkan aktifasi sekresi rennin meningkat, dan kita tahu rennin akan menstimulasi perubahan angiotensin menjadi angiotensin I, angiotensin I akan berubah menjadi angiotensin II yang berpengaruh vasokonstriksi pada pembuluh darah, pada Pituitari Posterior akan merangsang pengeluaran ADH, dan ADHberperan dalam

resistensi air, pada adrenal cortex angiotensin merangsang pengeluaran aldosteron yag berperan sebagai retensi air & Na. akibat resistensi air & Na akan meningkatkan blood volume, yg akhirnya berpengaruh pada venous return yang meningkat dan juga COP (Thomas, 2006).OBESITAS ROKOK, INTAKE LEMAK, KOLESTER OL JARANG OLAH RAGA STRESS PSIKOLOGI

PANJANG PEMBULUH DARAH

NO

AKTIVITAS SIMPATIS

STRESS OKSIDATIF SEL ENDOTHEL 1 PD DISFUNGSI ENDOTHEL

NE

1 GINJAL SEKRESI RENIN

1 JANTUNG HR KONTRAKSI ESV

MEDIATOR VASODILATASI < VASOKONTRIKSI

ANG

ANG I

ANG II VASOKONTRIKSI PD RESISTENSI PERIFER PITUITARI POSTERIOR ADRENAL CORTEX ALDOSTERO N RETENSI NA+, H2O

INTAKE Na+

ADH

TD

ECV

RETENSI H2O

HIPERTENSI BLOOD VOLUME PERUBAHAN ENDOTHEL COP DISFUNGSI ENDOTHEL ATHEROSCLEROSIS STROKE VOLUME VENOUS RETURN

Diagram 3. Patofisiologi Hipertensi E. KOMPLIKASI Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan

penyakit ginjal. Tekanan darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun. Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi yang dapat dilihat di tabel 4.2. Tabel 4.2. Komplikasi Hipertensi No 1. 2. 3. 4. 5. Sistem Organ Jantung Sistem saraf pusat Ginjal Mata Pembuluh darah perifer Komplikasi Infark miokard, Angina pektoris, gagal jantung kongestif Stroke, ensefalopati hipertensif Gagal ginjal kronis Retinopati hipertensif Penyakit pembuluh darah perifer

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna (Palmer, 2002). Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan darah 115/75

mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali (Palmer, 2002). F. PENATALAKSANAAN Tujuan pengobatan penderita hipertensi adalah untuk mencegah morbiditas dan mortalitas hipertensi akibat dapat komplikasi dilakukan yang dengan ditimbulkan. terapi non Penatalaksanaan

farmakologis dan terapi farmakologis (Nefrialdi, 2007). Terapi non farmakologis yang dapat dilakukan adalah dengan merubah gaya hidup yang beresiko menjadi tidak beresiko seperti: a. b. c. d. e.f.

Tidak merokok. Mengurangi makan makanan yang berlemak dan tinggi natrium. Berolahraga teratur. Mempertahankan asupan kalium, calsium, dan magnesium yang memadai. Penurunan berat badan. Pembatasan asupan alkohol. Tujuan utama dari terapi non farmakologis adalah untuk mencapai

(Thomas, 2006) tekanan darah yang normal atau kurang dari 140/90 mm Hg. Apabila perubahan gaya hidup tidak cukup memadai untuk mendapatkan tekanan darah yang diharapkan, maka harus dimulai dengan terapi farmakologis (Nefrialdi, 2007). Terdapat 3 pendekatan utama dalam terapi farmakologis pada hipertensi yakni: a. b.c.

Menurunkan curah jantung Menurunkan resistensi perifer Menurunkan volume darah

(Thomas, 2006) Ketiga pendekatan utama diatas dapat diklasifikasikan jenis-jenis obat berdasarkan efek terapeutiknya yaitu: a. Obat yang menurunkan curah jantung

Obat yang digunakan untuk menurunkan curah jantung dapat digunakan obat-obat golongan beta bloker yang berfungsi untuk penghambat saraf adrenergik. Terdapat 4 reseptor adrenegik yang menerima sinyal dari SSP yakni: Tabel 4.3. Reseptor adrenergik yang menerima sinyal dari SSP Tipe Lokasi Reseptor 1` Otot polos arteriol. Otot polos vena Ujung Adrenergik saraf Respon Vasokontriksi Vasokontriksi Efek dari perangsangan Tahanan arteriol meningkat. Venous return meningkat Mencegah stimulasi yang berlebihan terhadap jaringan Output jantung meningkat. Stroke volume meningkat Variable dapat diabaikan aliran udara meningkat digunakan adalah

2

umpan balik menghambat pelepasan noradrenalin Denyut jantung meningkat. Kontraktilitas meningkat. Sekresi renin meningkat Vasodilatasi bronkodilatasi yang sering

3

Pacemaker

jantung (SA node) Miokardium. Korteks ginjal 3

Otot polos vskuler Otot polos bronkhus Obat-obatan beta bloker

propanolol dan atenol, selain beta bloker obat yang digunakan sebagai anti adrenergik adalah jenis alpha blocker (prazosin, fentolamin); penghambat saraf adrenergik (reseroin, guanetidin), penghambat reseptor alfa dan beta (labetolol); dan penghambat ganglion simpatis (trimetafan) (Griffin, Tropol, 2004). b. Obat yang menurunkan tahanan perifer 1) Diuretik Obat diuretik diberikan dengan berfungsi untuk menambah kecepatan pembentukan urin dengan meningkatkan ekskresi air, natrium, klorida di ginjal dengan tujuan menurunkan volume darah sehingga dapat

menurunkan tekanan darah akibat berkurangnya tahanan perifer. Obat yang sering digunakan adalah thiazide (HCT / hidroklorotiazid), loop diuretic (furosemid), dan diuretika hemat kalium (amilorid). 2) Vasodilator Obat-obat golongan vasodilator mempengaruhi penurunan tekanan darah dengan cara mamacu dilatasi dari pembunuh darah sehingga tahanan perifer menjadi berkurang. Obat yang sering digunakan adalah hidralazin, minoxidil ( bekerja pada arteri ) dan nitroprusida ( bekerja pada arteri dan vena ). Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat golongan ini adalah bisa menyebabkan takikardi, sakit kepala, dan pusing. 3) Antagonis kalsium/ kalsium channel blocker Obat-obatan jenis antagonis calcium / calcium channel blocker bekerja dalam menghambat masuknya ion Ca2+ melewati slow channel yang terdapat dalam membran sel dan akan meyebabkan: a) b) Dilatasi arteriol perifer dan koroner sehingga menyebabkan Menghambat kontraksi otot jantung. turunnya tahanan perifer. Contoh obat yang sering digunakan adalah verapamil, ditiazem, dan nifedipin dan obat-obat jenis ini bisa menimbulkan efek samping berupa konstipasi, mual, hipotensi, dan edema. 4) Penghambat enzim konversi angiotensin / ACE inhibitor Obat-obatan jenis ACE inhibitor bekerja menghambat pembentukan angiotensin II dan angiotensin I yang dapat dilihat dalam gambar dibawah ini. Dengan terbentuknya angiotensin I dan II maka akan dapat mengakibatkan beberapa reaksi yang akan meningkatkan tekanan darah. Dengan adanya ACE inhibitor maka kerja dari pembentukan angiotensin I dan II dapat dihambat sehingga akan menurunkan tekanan darah. Contoh obat jenis ini adalah captopril, enalapril, lisinopril, ramipril, dan quinapril dan dosis yang diberikan antara 1 hingga 2 kali sehari.

Obat jenis ini dapat menimbulkan efek samping berupa batuk kering, angiodema, hiperkalemia, rash, leukopeni, dan gangguan pengecapan. 5) Obat yang menurunkan volume darah. Prinsip kerja obat sebenarnya sama dengan prinsip obat yang digunakan untuk menurunkan tahanan perifer. Obat yang digunakan adalah obat jenis diuretik yang efeknya adalah meningkatkan ekskresi natrium, klorida, dan air sehingga menurunkan volume plasma dan cairan ekstrasel. (Griffin, Tropol, 2004) Modifikasi Gaya Hidup Penerapan gaya hidup sehat kepada semua orang merupakan kunci dari pencegahan tekanan darah tinggi dan bagian tidak terpisahkan dari penangan hipertensi. Modifikasi gaya hidup yang terutama menurunkan tekanan darah dengan cara meliputi pengurangan berat badan pada individu yang obesitas, menerapkan rencana diet sesuai dengan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) yakni diet tinggi kalium dan kalsium, pengurangan natrium, aktivitas fisik, konsumsi alcohol secukupnya. Modifikasi gaya hidup mengurangi tekanan darah, di samping efikasi dari obat-obatan antihipertensi, dan pengurangan risiko penyakit kardiovaskular. Sebagai contoh, 1.6 mg Natrium memiliki efek serupa dengan terapi obat tunggal. Kombinasi dari dua atau lebih modifikasi gaya hidup dapat menghasilkan efek yang lebih baik (Karyadi, 2002).

V. A.

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Diagnosis Holistik : Tn. Apin dengan hipertensi grade II.1. 2.

Segi Biologis : Tn. Apin dengan hipertensi grade II. Segi Psikologis : Kondisi pskologis kurang baik karena stressor ekonomi yang pasien rasakan. Segi Sosial : Hubungan sosial pasien dengan keluarga dan tetangga sekitar baik.

3.

B. SARAN Untuk mengatasi kasus yang diderita pasien maka harus : 1. 2. 3. 4. 5. Memperbaiki pola hidup, yaitu dengan tidak merokok dan tidak membiasakan diri untuk minum kopi Diet rendah garam dan rendah lemak Tidak beraktivitas berat dan boleh melakukan latihan fisik ringan Hindari stress yang berlebihan Kontrol berobat apabila obat sudah habis

DAFTAR PUSTAKA

Fagan, S.C., and Hess, F.D., 2008, Cardiovascular Disorders: Stroke, Editor: DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells, B.G., Posey, L. M., Pharmacotherapy A Pathophysiological Approach, Sixth Edition, MCGRAW-HILL Medical Publishing Division, New York. Gray, et al. 2002. Hipertensi. Lecture Notes: Kardiologi. Jakarta: Erlangga. 57-63. Griffin, B.P., and Topol, E.J. 2004. Manual of Cardiovascular Medicine Second Edition. New York: Lippincot Williams & Wilkins. Hinderliter, A.L., R.E. Colinders. 2004. Hypertention in Netters Cardiology. USA: p. 376. Isselbacher, dkk. 2007. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam vol 1. Editor Ahmad H. Asdie. Jakarta. EGC. Jakarta. 77-86 Karyadi, E. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner. Jakarta: Penerbit PT Intisari Media Utama. Nafrialdi. 2007. Antihipertensi. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: FKUI. 342-3. Palmer, B.F. 2002. Renal Dysfunction Complicating The Treatment of Hypertension. N Engl J Med, Vol. 347, No. 16. Available at: www.nejm.org/content/347/16.full.pdf+html. diakses 12 November 2011. Price, S. 2006. Penyakit Aterosklerotik Koroner. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit Edisi 6. Jakarta : EGC; 583-5. Riaz, K.. 2010. Hypertensive Heart Disease. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/162449-overview. diakses 2 November 2011. Sanjay Vikrant, S.C. Tiwari. 2001. Essential Hypertension-Pathogenesis and Pathophysiology; Leading Article. Journal, Indian Academy of Clinical Medicine:2(3):p.141-59. Stefan Silbernagl, dkk. 2007. Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta. EGC. 208-13 Thomas, S. 2006. Hypertension. Editor; Walker, R., and Clive, E. Clinical Pharmacy and Therapeutics, Third Edition. New York: Churchill Living Stone.