BAGIAN DISIPLIN ILMU BEDAH Laporan Kasus FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2015 UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA STRUMA NODUSA NON TOKSIK OLEH : Sitti Jaifah Jalias, S.Ked 110 208 027 PEMBIMBING : dr. Bambang Triambodo, Sp.B, FINACS DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN DISIPLIN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2015
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAGIAN DISIPLIN ILMU BEDAH Laporan Kasus FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2015UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
STRUMA NODUSA NON TOKSIK
OLEH :
Sitti Jaifah Jalias, S.Ked110 208 027
PEMBIMBING :
dr. Bambang Triambodo, Sp.B, FINACS
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN DISIPLIN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR2015
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. MJK : PerempuanUmur : 34 tahunNo. RM : 212986MRS : 08 Mei 2015Alamat : Rajawali I no. 13 B
ANAMNESIS• Keluhan Utama: Benjolan di leher kanan• Anamnesis Terpimpin:
Disadari sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, awalnya benjolan timbul seperti kelereng kemudian membesar dengan cepat hingga seperti telur ayam, benjolan ikut gerakan menelan. Tidak nyeri, tidak ada gangguan menelan, tidak gangguan nafas, tidak ada riwayat jantung berdebar debar dan keringat berlebih, tidak demam, tidak ada riwayat DM dan hipertensi, riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada.
Status Generalisata : • Sakit sedang (keadaan umum lemah)• Gizi cukup (TB : 145 cm, BB : 47 kg, IMT : 22,3)• Composmentis GCS 15 (E4V5M6)
Terlihat benjolan di colli dextra, sebesar telur ayam, ikut gerakan menelan, bentuk reguler, warna kulit sesuai dengan sekitar, tidak ada edema atau hematom.• Palpasi :
Teraba massa tumor di colli dextra, berukuran 2,9x 2,8 x 1,8 cm, konsistensi padat kenyal, permukaan rata, batas tegas, dan benjolan mengikuti gerakan menelan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PARAMETER NILAI NILAI RUJUKAN
WBC 11,0 x 103/uL 4,00 – 10,0
RBC 4,87 x 106/uL 4,00 – 6,00
HGB 10,2 gr/dL 12 – 16
HCT 301 % 37,0 – 48,0
PLT 327 x 103/Ul 150 – 400
GDS 100 mg/dL 140
Ureum 27 mg/dL 10 – 50
Kreatinin 1,0 mg/dL L (<1,3) P (<1,1)
TSHs 0,239 mIU/ml 0,270 – 4,20
FT4 1,490 ng/dl 0,932 – 1,71
• Pemeriksaan USGtampak nodul pada tiroid dextra dengandegenerasi kistik dan kalsifikasi didalamnya dengan ukuran 2,9 x 2,8 x 1,8 cm, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening di para carotis
RESUME
• Perempuan usia 34 tahun MRS dengan keluhan benjolan pada colli dextra, disadari sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, awalnya benjolan timbul seperti kelereng kemudian membesar dengan cepat hingga seperti telur ayam, benjolan ikut gerakan menelan. Tidak nyeri, tidak ada gangguan menelan, tidak gangguan nafas, tidak ada riwayat jantung berdebar debar dan keringat berlebih, tidak demam, tidak ada riwayat DM dan hipertensi, riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada, tidak ada riwayat penurunan BB.
• Pada pemeriksaan fisis tanda vital dalam batas normal. Pada status lokalis pada regio colli anterior, pada inspeksi tampak benjolan sebesar telur ayam berukuran 2,9 x 2,8 x 1,8 cm, ikut gerakan menelan, bentuk regular, warna kulit sesuai dengan sekitar, tidak ada edema atau hematom. Palpasi teraba massa tumor pada leher kiri, berukuran seperti telur ayam, konsistensi padat kenyal, permukaan rata, batas tegas, dan benjolan ikut gerakan menelan.
• Hasil pemeriksaan USG, Tampak nodul pada thyroid kanan dengan degenerasi kistik dan kalsifikasi didalamnya dengan ukuran 2,9x2,8x1,8 cm. tidak ada pembesaran kelenjar getah bening di paracarotis.
DIAGNOSIS
• Struma Nodusa Non Toksik
• Terapi dengan tindakan operatif yaitu Isthmolobektomi.
DISKUSI
PENDAHULUAN
Struma adalah pembesaran kelenjar tiroid yang disebabkan oleh penambahan jaringan
kelenjar tiroid itu sendiri.
EPIDEMIOLOGI
Perbandingan Struma pada wanita : pria
4 : 1(wanita 26 % dan pria 7%)
ANATOMI
“thyroid” organ berbentuk perisai segi empat dan merupakan kelenjar endokrin yang paling banyak vaskularisasinyaDibungkus oleh capsula yang berasal dari lamina pretracheal fascia profunda.
• T3 dan T4 berperan dalam mengatur sekresi TSH (thyroid stimulating hormone).
• Fungsi hormon tiroid antara lain untuk meningkatkan kecepatan metabolisme, efek kardiogenik, simpatogenik, dan pertumbuhan dan sistem saraf.
KLASIFIKASI STRUMA
STRUMA
1.Struma Non-Toxic
Nodular non-toxic goiter
Diffuse non-toxic goiter
• Disebut juga Simple goiter atau endemic goiter
• umumnya terdapat di daerah yang kekurangan yodium dan disebabkan karena faktor herediter
DIFFUSE NON-TOXIC GOITER
• Tidak ada tanda-tanda klinis
• Pada pemeriksaan mikroskopis terjadi penimbunan koloid kental dan warnanya gelap
• Indikasi terapi alasan kosmetik
DIFFUSE NON-TOXIC GOITER
KLASIFIKSI STRUMA
STRUMA
1.Struma Non-Toxic
Nodular non-toxic goiter
• Disebut juga Struma Adenomatosa, • Terutama ditemukan di daerah pegunungan
yang airnya kurang yodium. • Etiologi umumnya multifactor.
NODULAR NON-TOXIC GOITER
• Struma dapat menjadi besar tanpa memberikan gejala, selain adanya benjolan di leher
• Nodul dapat tunggal tetapi kebanyakan berkembang atau berubah menjadi multinoduler tanpa perubahan fungsi
• T3 dan T4 normal
NODULAR NON-TOXIC GOITER
KLASIFIKSI STRUMA
STRUMA
Diffuse toxic goiter (Grave’s disease)
Nodular toxic goiter (Plummer’s disease)
2. Struma Toxic
• Penyebab tersering tirotoksikosis adalah penyakit Graves (50 – 60 %) .
• Wanita > pria, usia tersering 20-50 tahun pada wanita
• Biasa disebut exophthalmus goiter/ tyrotoxicosis/ grave's disease atau penyakit Basedow
DIFFUSE TOXIC GOITER(Grave’s disease)
• Penyakit Graves merupakan gangguan autoimun spesifik organ yang ditandai dengan berbagai antibodi bersirkulasi, termasuk antibodi autoimun, seperti anti-thyroid perooxidase (anti-TPO) dan antithyroglobulin (anti-TG)
DIFFUSE TOXIC GOITER(Grave’s disease)
• Etiologi Penyakit Graves tidak diketahui• Tampaknya terdapat peran dari suatu antibodi
yang dapat ditangkap oleh reseptor TSH yang menimbulkan stimulus terhadap peningkatan produksi hormone tiroid.
• Penyakit ini juga ditandai dengan peningkatan absorbsi yodium radioaktif oleh kelenjar tiroid.
DIFFUSE TOXIC GOITER(Grave’s disease)
• Trias dari penyakit Graves Disease: – adanya struma berupa pembesaran difus, – hipertiroid– Exopthalmus
DIFFUSE TOXIC GOITER(Grave’s disease)
• Penyakit ini lebih sering ditemukan pada orang muda dengan gejala klinis :– gugup, – keringat berlebihan, – tremor tangan, – Intoleransi terhadap panas, – takikardi, – hiperdefekasi – berat badan menurun, – ketidakstabilan emosi, – ganguan menstruasi berupa amenore, (jarang)
DIFFUSE TOXIC GOITER(Grave’s disease)
• Penatalaksanaan ditujukan untuk pengendalian keadaan tirotoksikosis/hipertiroid dengan pemberian antitiroid, seperti propil-tiourasil (PTU) atau karbimazole.
• Terapi definitive dapat dipilih antara pengobatan antitiroid jangka panjang, yodium radioaktif atau tiroidektomi.
DIFFUSE TOXIC GOITER(Grave’s disease)
KLASIFIKSI STRUMA
STRUMA
Nodular toxic goiter (Plummer’s disease)
2. Struma Toxic
• Merupakan penyebab kedua yang paling umum hipertiroid setelah penyakit Graves
• Lebih sering terjadi pada wanita > pria, kebanyakan pada pasien yang berumur > 50 tahun.
NODULAR TOXIC GOITER(PLUMMER’S DISEASE)
• Gejala Tirotoksik pada Plummer disease biasanya menimbulkan gejala tipikal dari hipertiroid misalnya:– intolerasnsi panas, – palpitasi, – tremor, – BB menurun, – rasa lapar – pergerakan usus yang sering
NODULAR TOXIC GOITER(PLUMMER’S DISEASE)
• Gambaran Laboratorium pada umumnya yaitu Supressiv TSH dan dan T4 normal.(5,3-14,5 ug/dI).
• Pada scan skintigrafi nuclear struma multinoduler toksik terlihat pembesaran kelenjar tiroid dengan daerah yang aktivitasnya meningkat dan ada pula yang menurun
NODULAR TOXIC GOITER(PLUMMER’S DISEASE)
KLASIFIKSI STRUMA
STRUMA
3. Struma Neoplastik
Jinak ( Adenoma)
Ganas( Adenocarsinoma)
• Adenoma tiroid merupakan pertumbuhan baru monoclonal yang terbentuk sebagai respon terhadap suatu rangsangan.
- Tiroidektomi total - Tiroidektomi subtotal / parsial- Tiroidektomi near total - Lobektomi subtotal- Lobektomi Total (Hemitiroidektomi = ismolobektomi)
INDIKASI OPERASI
• Struma difus toksik yang gagal dengan terapi medikamentosa.
• Struma uni atau multinoduer dengan kemungkinan keganasan
• Struma dengan gangguan kompresi pernafasan.
• Gangguan Kosmetik (atas permintaan pasien)
KONTRAINDIKASI OPERASI
• Struma toksik yang belum dipersiapkan sebelumnya• Struma dengan dekompensasi kordis dan penyakit
sistemik yang lain yang belum terkontrol (misalnya DM, hipertensi, dsb)
• Struma besar yang melekat erat ke jaringan leher, sehingga sulit digerakkan (biasanya karena karsinoma).
• Struma (karsinoma) yang disertai vena cava superior syndrorne
KOMPLIKASI
1. Perdarahan dari A. Tiroidea superior2. Dispneu3. Paralisis N. Rekurens Laryngeus. Akibatnya
otot-otot laring terjadi kelemahan4. Paralisis N. Laryngeus Superior5. Tetani hipokalsemia6. Krisis tiroid (thyroid strom)
PROGNOSIS
• Prognosis dari Struma biasanya baik• Semua struma harus diamati dengan uji dan