Top Banner
1. Embriologi hidung, telinga, dan sinus paranasal Embriologi Hidung Hidung dibentuk oleh 5 prominensia fasialis: Prominensia frontalis membentuk jembatan hidung, prominensia nasalis mediana yang menyatu membentuk lengkung dan ujung hidung, dan prominensia nasalis lateralis menghasilkan cuping hidung (alae) Perkembangan rongga hidung secara embriologi yang mendasari pembentukan anatomi sinonasal dapat dibagi menjadi dua proses. Pertama, embrional bagian kepala berkembang membentuk dua bagian rongga hidung yang berbeda ; kedua adalah bagian dinding lateral hidung yang kemudian berinvaginasi menjadi kompleks padat, yang dikenal dengan konka (turbinate), dan membentuk ronga-rongga yang disebut sebagai sinus. (Walsh WE, 2002) . Sejak kehamilan berusia empat hingga delapan minggu , perkembangan embrional anatomi hidung mulai terbentuk dengan terbentuknya rongga hidung sebagai bagian yang terpisah yaitu daerah frontonasal dan bagian pertautan prosesus maksilaris. Daerah frontonasal nantinya akan berkembang hingga ke otak bagian depan, mendukung pembentukan olfaktori. Bagian medial dan lateral akhirnya akan menjadi nares (lubang hidung). Septum nasal berasal dari pertumbuhan garis tengah posterior frontonasal dan perluasan garis tengah mesoderm yang berasal dari daerah maksilaris.(Walsh WE, 2002) .
40

LO minggu 5

Apr 13, 2016

Download

Documents

blok 1.3
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LO minggu 5

1. Embriologi hidung, telinga, dan sinus paranasal

Embriologi Hidung

Hidung dibentuk oleh 5 prominensia fasialis: Prominensia frontalis membentuk

jembatan hidung, prominensia nasalis mediana yang menyatu membentuk lengkung dan ujung

hidung, dan prominensia nasalis lateralis menghasilkan cuping hidung (alae)

Perkembangan rongga hidung secara embriologi yang mendasari pembentukan

anatomi sinonasal dapat dibagi menjadi dua proses. Pertama, embrional bagian kepala

berkembang membentuk dua bagian rongga hidung yang berbeda ; kedua adalah bagian

dinding lateral hidung yang kemudian berinvaginasi menjadi kompleks padat, yang dikenal

dengan konka (turbinate), dan membentuk ronga-rongga yang disebut sebagai sinus. (Walsh

WE, 2002) .

Sejak kehamilan berusia empat hingga delapan minggu , perkembangan embrional

anatomi hidung mulai terbentuk dengan terbentuknya rongga hidung sebagai bagian yang

terpisah yaitu daerah frontonasal dan bagian pertautan prosesus maksilaris. Daerah

frontonasal nantinya akan berkembang hingga ke otak bagian depan, mendukung

pembentukan olfaktori. Bagian medial dan lateral akhirnya akan menjadi nares (lubang

hidung). Septum nasal berasal dari pertumbuhan garis tengah posterior frontonasal dan

perluasan garis tengah mesoderm yang berasal dari daerah maksilaris.(Walsh WE, 2002) .

Ketika kehamilan memasuki usia enam minggu, jaringan mesenkim mulai terebentuk,

yang tampak sebagai dinding lateral hidung dengan struktur yang masih sederhana. Usia

kehamilan tujuh minggu, tiga garis axial berbentuk lekukan bersatu membentuk tiga buah

konka (turbinate). Ketika kehamilan berusia sembilan minggu, mulailah terbentuk sinus

maksilaris yang diawali oleh invaginasi meatus media. Dan pada saat yang bersamaan

terbentuknya prosesus unsinatus dan bula ethmoidalis yang membentuk suatu daerah yang

lebar disebut hiatus emilunaris. Pada usia kehamilan empat belas minggu ditandai dengan

pembentukan sel etmoidalis anterior yang berasal dari invaginasi bagian atap meatus media

dan sel ethmoidalis posterior yang berasal dari bagian dasar meatus superior. Dan akhirnya

Page 2: LO minggu 5

pada usia kehamilan tiga puluh enam minggu , dinding lateral hidung terbentuk dengan baik

dan sudah tampak jelas proporsi konka. Seluruh daerah sinus paranasal muncul dengan

tingkatan yang berbeda sejak anak baru lahir, perkembangannya melalui tahapan yang spesifik.

Yang pertama berkembang adalah sinus etmoid, diikuti oleh sinus maksilaris, sfenoid , dan sinus

frontal. (Walsh WE, 2002).

Embriologi Sinus Paranasal

Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung,

berupa tonjolan atau resesus epitel mukosa hidung setelah janin berusia 2 bulan, resesus inilah

yang nantinya akan berkembang menjadi ostium sinus. Perkembangan sinus paranasal dimulai

pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sphenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus

etmoid telah ada saat anak lahir, saat itu sinus maksila sudah terbentuk dengan sangat baik

dengan dasar agak lebih rendah daripada batas atas meatus inferior. Setelah usia 7 tahun

perkembangannya ke bentuk dan ukuran dewasa berlangsung dengan cepat. Sinus frontal

berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun.

Pneumatisasi sinus sphenoidalis dimulai pada usia 8 – 10 tahun dan berasal dari bagian postero-

superior rongga hidung. Sinus-sinus ini pada umumnya mencapai besar maksimal pada usia

antara 15-18 tahun. . (Ballenger JJ,1994 ; Mangunkusumo E., Soetjipto D. 2007)

A. Sinus maksila

Sinus maksila atau Antrum Highmore, merupakan sinus paranasal yang terbesar.

Merupakan sinus pertama yang terbentuk, diperkirakan pembentukan sinus tersebut terjadi

pada hari ke 70 masa kehamilan. Saat lahir sinus maksila bervolume 6-8 ml, yang kemudian

berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal yaitu 15 ml pada saat

dewasa. (Lund VJ,1997).

Pada waktu lahir sinus maksila ini mulanya tampak sebagai cekungan ektodermal yang terletak

di bawah penonjolan konka inferior, yang terlihat berupa celah kecil di sebelah medial orbita.

Page 3: LO minggu 5

Celah ini kemudian akan berkembang menjadi tempat ostium sinus maksila yaitu di meatus

media. Dalam perkembangannya, celah ini akan lebih kea rah lateral sehingga terbentuk

rongga yang berukuran 7 x 4 x 4 mm, yang merupakan rongga sinus maksila. Perluasan rongga

tersebut akan berlanjut setelah lahir, dan berkembang sebesar 2 mm vertical, dan 3 mm

anteroposterior tiap tahun. Mula-mula dasarnya lebih tinggi dari pada dasar rongga hidung dan

pada usia 12 tahun, lantai sinus maksila ini akan turun, dan akan setinggi dasar hidung dan

kemudian berlanjut meluas ke bawah bersamaan dengan perluasan rongga. Perkembangan

sinus ini akan berhenti saat erupsi gigi permanen. Perkembangan maksimum tercapai antara

usia 15 dan 18 tahun. (Ballenger JJ,1994; Mangunkusumo E., Soetjipto D. 2007)

B. Sinus frontal

Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke empat fetus,

berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus

frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum

usia 20 tahun. . (Ballenger JJ,1994 ; Mangunkusumo E., Soetjipto D. 2007)

C. Sinus etmoid

Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling bervariasi dan akhir-akhir ini

dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-sinus lainnya.

(Mangunkusumo E., Soetjipto D. 2007)

Sel-sel etmoid, mula-mula terbentuk pada janin berusia 4 bulan, berasal dari meatus superior

dan suprema yang membentuk kelompok sel-sel etmoid anterior dan posterior. Sinus etmoid

sudah ada pada waktu bayi lahir kemudian berkembang sesuai dengan bertambahnya usia

sampai mencapai masa pubertas. Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti piramid

dengan dasarnya di bagian posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4

cm, dan lebarnya 0,5 cm di bagian anterior dan 1,5 cm di bagian posterior, volume sinus kira-

kira 14 ml. (Mangunkusumo E., Soetjipto D. 2007)

D. Sinus sfenoid

Page 4: LO minggu 5

Sinus sfenoid terbentuk pada janin berumur 3 bulan sebagai pasangan evaginasi

mukosa di bagian posterior superior kavum nasi. Perkembangannya berjalan lambat, sampai

pada waktu lahir evaginasi mukosa ini belum tampak berhubungan dengan kartilago nasalis

posterior maupun os sfenoid. Sebelum anak berusia 3 tahun sinus sfenoid masih kecil, namun

telah berkembang sempurna pada usia 12 sampai 15 tahun. Letaknya di dalam korpus os

etmoid dan ukuran serta bentuknya bervariasi. Sepasang sinus ini dipisahkan satu sama lain

oleh septum tulang yang tipis, yang letakya jarang tepat di tengah, sehingga salah satu sinus

akan lebih besar daripada sisi lainnya. (Ballenger JJ,1994).

Embriologi Telinga

Embriologi Telinga Dalam

Telinga pada manusia terdiri atas tiga daerah yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga

dalam. Telinga luar pada dasarnya merupakan corong pengumpul suara yang terdiri atas pinna

dan saluran pendengaran luar. Telinga tengah adalah bagian yang menyalurkan suara dari

telinga luar ke telinga dalam dan telinga dalam yang mengubah suara menjadi rangsangan

saraf. (Drake et all, 2004)

Telinga dalam adalah organ pertama dari tubuh yang dalam perkembangannya telah

terbentuk secara sempurna baik dalam ukuran maupun konfigurasinya yaitu pada kehamilan

trimester kedua. Perkembangan telinga dalam dimulai pada awal minggu ketiga yaitu

perkembangan intrauterin yang ditandai dengan tampaknya plakode ektoderm pada setingkat

miensefalon. Plakode auditori berinvaginasi membentuk lubang (pit) auditori sepanjang minggu

ke-4 yang kemudian menjadi vesikula auditori.

Pada tahap perkembangan selanjutnya vesikula otik (vesikula auditori) bagian ventral

membentuk sakulus dan koklearis sedangkan bagian dorsal membentuk utrikulus, kanalis

semisirkularis dan duktus endolimfatikus. Pembentukan saluran-saluran tersebut disebabkan

adanya bagian-bagian tertentu dari daerah tersebut yang berdegenerasi. Duktus koklearis yang

Page 5: LO minggu 5

sedang tumbuh menembus mesenkim di sekitarnya dan berpilin seperti membentuk spiral.

Selanjutnya duktus koklearis tetap berhubungan dengan sakulus melalui duktus reunien.

Duktus semisirkularis, duktus utrikulus, duktus sakulus dan duktus koklearis kemudian diisi

dengan cairan endolimfe sehingga semua struktur membran dari saluran tersebut dinamakan

membran labirin. Dinding sel membran labirin sangat tipis dan terdiri atas sel-sel epitel tunggal

yang ditutupi oleh lapisan serabut jaringan ikat yang dibentuk dari mesenkim di sekitarnya.

Beberapa dari sel epitel tersebut dimodifikasi menjadi sel-sel rambut (sel neuroepitel dan

beberapa sel pendukung). Struktur epitel yang terbentuk dikenal secara keseluruhan sebagai

labirin membranosa, kecuali duktus koklearis yang membentuk organ corti, semua struktur

yang berasal dari labirin membranosa berperan dalam keseimbangan

Dasar dari sel-sel neuroepitel dikelilingi oleh ujung serabut saraf yang datang dari ganglion

spinal dan ganglion vestibular. Ganglion-ganglion tersebut berhubungan dengan otak melalui

serabut saraf yang dibentuk oleh tulang yang disebut tulang labirin. Ruang diantara membran

labirin dan tulang labirin tersebut berisi cairan perilimfe.(Drake et all, 2004)

Embriologi Telinga Tengah

Telinga tengah yang terdiri dari kavitas timpani dan tuba auditiva, dilapisi oleh epitel

yang berasal dari endoderm dan berasal dari kantong faring pertama. Tuba auditiva

membentang antara kavitas timpani dan nasofaring. Tulang-tulang pendengaran yang

menyalurkan suara dari membrane timpanika ke fenestra vestibule, berasal dari arkus faring

pertama (maleus dan inkus ) dan kedua (stapes).

Embriologi Telinga Luar

Meatus Akustikus Eksternus terbentuk dari celah faring pertama dan dipisahkan dari kavitas

timpani oleh membrane timpanika (gendang telinga). Gendang telinga terdiri dari suatu lapisan

epitel ectoderm, lapisanmesenkim, lapisan endoderm dari kantong faring pertama.

Page 6: LO minggu 5

Aurikula (daun telinga ) terbentuk dari enam tonjolan mesenkim disepanjang arkus faring

pertama dan kedua yang mengelilingi celah faring pertama.

2. Anatomi Telinga, Hidung, dan Sinus Paranasal

Anatomi Hidung

Anatomi hidung luar

Hidung terdiri atas hidung luar dan hidung bagian dalam. Hidung bagian luar menonjol pada

garis tengah di antara pipi dan bibir atas ; struktur hidung luar dibedakan atas tiga bagian : yang

paling atas : kubah tulang yang tak dapat digerakkan; di bawahnya terdapat kubah kartilago

yang sedikit dapat digerakkan ; dan yang paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah

digerakkan. Bentuk hidung luar seperti piramid dengan bagian-bagiannya dari atas ke bawah :

1) pangkal hidung (bridge), 2) batang hidung (dorsum nasi), 3) puncak hidung (hip),4) ala nasi,5)

kolumela, dan 6) lubang hidung (nares anterior). Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan

tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk

melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang terdiri dari : 1) tulang hidung

(os nasal) , 2) prosesus frontalis os maksila dan 3) prosesus nasalis os frontal ; sedangkan

kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang tulang rawan yang terletak di bagian

bawah hidung, yaitu 1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior, 2) sepasang kartilago

nasalis lateralis inferior yang disebut juga sebagai kartilago ala mayor dan 3) tepi anterior

kartilago septum. (Soetjipto D & Wardani RS,2007)

Anatomi hidung dalam

Bahagian hidung dalam terdiri atas struktur yang membentang dari os.internum di sebelah

anterior hingga koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring. Kavum

nasi dibagi oleh septum, dinding lateral terdapat konka superior, konka media, dan konka

inferior. Celah antara konka inferior dengan dasar hidung dinamakan meatus inferior,

berikutnya celah antara konka media dan inferior disebut meatus media dan sebelah atas

konka media disebut meatus superior. (Ballenger JJ,1994 ; Dhingra PL, 2007; Hilger PA,1997)

Page 7: LO minggu 5

Septum nasi

Septum membagi kavum nasi menjadi dua ruang kanan dan kiri. Bagian posterior dibentuk oleh

lamina perpendikularis os etmoid, bagian anterior oleh kartilago septum (kuadrilateral) ,

premaksila dan kolumela membranosa; bagian posterior dan inferior oleh os vomer, krista

maksila , Krista palatine serta krista sfenoid. (Ballenger JJ,1994 ; Dhingra PL, 2007)

Kavum nasi

Kavum nasi terdiri dari:

Dasar hidung

Dasar hidung dibentuk oleh prosesus palatine os maksila dan prosesus horizontal os palatum. .

(Ballenger JJ,1994)

Atap hidung

Atap hidung terdiri dari kartilago lateralis superior dan inferior, os nasal, prosesus

frontalis os maksila, korpus os etmoid, dan korpus os sphenoid. Sebagian besar atap hidung

dibentuk oleh lamina kribrosa yang dilalui oleh filament-filamen n.olfaktorius yang berasal dari

Page 8: LO minggu 5

permukaan bawah bulbus olfaktorius berjalan menuju bagian teratas septum nasi dan

permukaan kranial konka superior. . (Ballenger JJ,1994)

Dinding Lateral

Dinding lateral dibentuk oleh permukaan dalam prosesus frontalis os maksila, os

lakrimalis, konka superior dan konka media yang merupakan bagian dari os etmoid, konka

inferior, lamina perpendikularis os platinum dan lamina pterigoideus medial. . (Ballenger

JJ,1994)

Konka

Fosa nasalis dibagi menjadi tiga meatus oleh tiga buah konka ; celah antara konka inferior

dengan dasar hidung disebut meatus inferior ; celah antara konka media dan inferior disebut

meatus media, dan di sebelah atas konka media disebut meatus superior. Kadang-kadang

didapatkan konka keempat (konka suprema) yang teratas. Konka suprema, konka superior, dan

konka media berasal dari massa lateralis os etmoid, sedangkan konka inferior merupakan

tulang tersendiri yang melekat pada maksila bagian superior dan palatum. (Ballenger JJ,1994)

Meatus superior

Meatus superior atau fisura etmoid merupakan suatu celah yang sempit antara septum dan

massa lateral os etmoid di atas konka media. Kelompok sel-sel etmoid posterior bermuara di

sentral meatus superior melalui satu atau beberapa ostium yang besarnya bervariasi. Di atas

belakang konka superior dan di depan korpus os sfenoid terdapat resesus sfeno-etmoidal,

tempat bermuaranya sinus sfenoid. (Ballenger JJ,1994)

Meatus media

Merupakan salah satu celah yang penting yang merupakan celah yang lebih luas dibandingkan

dengan meatus superior. Di sini terdapat muara sinus maksila, sinus frontal dan bahagian

anterior sinus etmoid. Di balik bagian anterior konka media yang letaknya menggantung, pada

dinding lateral terdapat celah yang berbentuk bulan sabit yang dikenal sebagai infundibulum.

Ada suatu muara atau fisura yang berbentuk bulan sabit yang menghubungkan meatus medius

dengan infundibulum yang dinamakan hiatus semilunaris. Dinding inferior dan medial

Page 9: LO minggu 5

infundibulum membentuk tonjolan yang berbentuk seperti laci dan dikenal sebagai prosesus

unsinatus. Di atas infundibulum ada penonjolan hemisfer yaitu bula etmoid yang dibentuk oleh

salah satu sel etmoid. Ostium sinus frontal, antrum maksila, dan sel-sel etmoid anterior

biasanya bermuara di infundibulum. Sinus frontal dan sel-sel etmoid anterior biasanya

bermuara di bagian anterior atas, dan sinus maksila bermuara di posterior muara sinus frontal.

Adakalanya sel-sel etmoid dan kadang-kadang duktus nasofrontal mempunyai ostium tersendiri

di depan infundibulum. (Ballenger JJ,1994 ; Dhingra PL, 2007)

Meatus Inferior

Meatus inferior adalah yang terbesar di antara ketiga meatus, mempunyai muara duktus

nasolakrimalis yang terdapat kira-kira antara 3 sampai 3,5 cm di belakang batas posterior

nostril. (Ballenger JJ,1994 ; Dhingra PL, 2007)

Nares

Nares posterior atau koana adalah pertemuan antara kavum nasi dengan nasofaring, berbentuk

oval dan terdapat di sebelah kanan dan kiri septum. Tiap nares posterior bagian bawahnya

dibentuk oleh lamina horisontalis palatum, bagian dalam oleh os vomer, bagian atas oleh

prosesus vaginalis os sfenoid dan bagian luar oleh lamina pterigoideus. (Ballenger JJ,1994)

Di bahagian atap dan lateral dari rongga hidung terdapat sinus yang terdiri atas sinus

maksila, etmoid, frontalis dan sphenoid. Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal terbesar di

antara lainnya, yang berbentuk piramid yang irregular dengan dasarnya menghadap ke fossa

nasalis dan puncaknya menghadap ke arah apeks prosesus zygomatikus os maksilla. (Ballenger

JJ,1994 ; Dhingra PL, 2007 ; Hilger PA,1997)

Sinus paranasal adalah rongga-rongga di dalam tulang kepala yang berisi udara yang

berkembang dari dasar tengkorak hingga bagian prosesus alveolaris dan bagian lateralnya

berasal dari rongga hidung hingga bagian inferomedial dari orbita dan zygomatikus. Sinus-sinus

tersebut terbentuk oleh pseudostratified columnar epithelium yang berhubungan melalui

ostium dengan lapisan epitel dari rongga hidung. Sel-sel epitelnya berisi sejumlah mukus yang

menghasilkan sel-sel goblet (Sobol SE, 2007).

Page 10: LO minggu 5

Kompleks ostiomeatal (KOM)

Kompleks ostiomeatal (KOM) adalah bagian dari sinus etmoid anterior yang berupa

celah pada dinding lateral hidung. Pada potongan koronal sinus paranasal gambaran KOM

terlihat jelas yaitu suatu rongga di antara konka media dan lamina papirasea. Struktur anatomi

penting yang membentuk KOM adalah prosesus unsinatus, infundibulum etmoid, hiatus

semilunaris, bula etmoid, agger nasi dan ressus frontal. (Nizar NW, 2000 ; Soetjipto D &

Wardani RS,2007).

Serambi depan dari sinus maksila dibentuk oleh infundibulum karena sekret yang keluar dari

ostium sinus maksila akan dialirkan dulu ke celah sempit infundibulum sebelum masuk ke

rongga hidung. Sedangkan pada sinus frontal sekret akan keluar melalui celah sempit resesus

frontal yang disebut sebagai serambi depan sinus frontal. Dari resesus frontal drainase sekret

dapat langsung menuju ke infundibulum etmoid atau ke dalam celah di antara prosesus

unsinatus dan konka media (Nizar NW, 2000).

Anatomi sinus Paranasal

Anatomi Sinus Paranasal

Ada empat pasang sinus paranasal yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan

sinus sfenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang

kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara ke rongga

hidung.

Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari invaginasi mukosa rongga hidung dan

perkembangannya dimulai pada fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal.

Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat anak lahir, sedangkan sinus frontal berkembang

dari dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus

sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian postero-superior rongga hidung.

Sinus-sinus ini umumnya mencapai besar maksila 15-18 tahun.

Page 11: LO minggu 5

Sinus Maksila

Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila

bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran

maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa.

Sinus maksila berbentuk segitiga. Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os

maksila yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra-temporal

maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung dinding superiornya adalah

dasar orbita dan dinding inferior ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila

berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui

infindibulum etmoid.

Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah

1. Dasar dari anatomi sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu

premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), kadang-kadang juga gigi taring (C) dan gigi molar

M3, bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi

mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis.

Page 12: LO minggu 5

2. Sinusitis maksila dapat menyebabkan komplikasi orbita.

3. Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainase kurang baik,

lagipula drainase juga harus melalui infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian

dari sinus etmoid anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah ini dapat

menghalangi drenase sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitus.

Sinus Frontal

Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke empat fetus,

berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus

frontal mulai berkembang pada usia 8-10 thn dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum

usia 20 thn.

Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari pada lainnya

dan dipisahkan oleh sekret yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya

mempunyai satu sinus frontal dan kurang lebih 5% sinus frontalnya tidak berkembang.

Ukurannya sinus frontal adalah 2.8 cm tingginya, lebarnya 2.4 cm dan dalamnya 2 cm.

Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berleku-lekuk. Tidak adanya gambaran

septumn-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto Rontgen menunjukkan adanya

infeksi sinus. Sinus frontal dipisakan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri

anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini.

Sinus frontal berdraenase melalui ostiumnya yang terletak di resesus frontal. Resesus

frontal adalah bagian dari sinus etmoid anteroir.

Sinus Etmoid

Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling bervariasi dan akhir-akhir ini

dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-sinus lainnya. Pada

orang dewasa bentuk sinus etomid seperti piramid dengan dasarnya di bagian posterior.

Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2.4 cmn dan lebarnya 0.5 cm di bagian

anterior dan 1.5 cm di bagian posterior.

Page 13: LO minggu 5

Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon, yang

terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak di antara konka media dan

dindingmedial orbita. Sel-sel ini jumlahnya bervariasi antara 4-17 sel (rata-rata 9 sel).

Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di

meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior. Sel-sel sinus

etmoid anterior biasanya kecil-kecil dan banyak, letaknya di bawah perlekatan konka media,

sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan

terletak di postero-superior dari perlekatan konka media.

Di bagian terdepan sinus etmoid enterior ada bagian yang sempit, disebut resesus

frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal. Sel etmoid yang terbesar disebut bula etmoid.

Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang disebut infundibulum, tempat

bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan di resesus frontal dapat

menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan

sisnusitis maksila.

Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribosa.

Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid

dari rongga orbita. Di bagian belakang sinus etmoid posterior berbatsan dengan sinus sfenoid.

Sinus Sfenoid

Sinus sfenoid terletak dalam os sfenoid di belakang sinus etmoid posterior. Sinus sfenoid

dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. Ukurannya adalag 2 cmn tingginya,

dalamnya 2.3 cm dan lebarnya 1.7 cm. Volumenya bervariasi dari 5-7.5 ml. Saat sinus

berkembang, pembuluh darah dan nerbus di bagian lateral os sfenoid akan menjadi sangat

berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai indentasi pada dinding sinus etmoid.

Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fosa serebri media dan kelenjar

hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus

kavernosus dan a.karotis interna (sering tampak sebagai indentasi) dan di sebelah posteriornya

berbatasan dengan fosa serebri posterior di daerah pons.

Page 14: LO minggu 5

Kompleks Ostio-Meatal

Di meatus medius, ada muara-muara saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus

etmoid anterior. Daerah ini rumit dan sempit dan dinamakan kompleks ostio-meatal (KOM),

terdiri dari infundibulum etmoid yang terdapat di belakang prosesus unsinatus, resesus

frontalis, bula etmoid dan sel-sel etmoid anterior dengan ostiumnya dan ostium sinus maksila.

Anatomi Telinga

I. Telinga Luar => merupakan bagian paling luar dari telinga.

Terdiri dari :

1. Daun telinga / Pinna/ Aurikula

=> merupakan daun kartilago

=> fungsinya : menangkap gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori

eksternal (lintasan sempit yang panjangnya sekitar 2,5 cm yang merentang dari aurikula

sampai membran timpani).

Klik untuk perbesar

2. Membran timpani (gendang telinga)

=> merupakan perbatasan telinga bagian luar dengan tengah. Berbentuk kerucut, dilapisi

kulit pada permukaan eksternal, dilapisi mukosa pada permukaan internal.

=>memiliki ketegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai untuk menghantarkan

gelombang bunyi secara mekanis.

Page 15: LO minggu 5

Bagian-bagiannya :

o Bagian atas atau Pars Flaksid (membran shrapnell), terdiri dari 2 lapisan :

o luar : lanjutan epitel telinga

o dalam : epitel kubus bersilia

Terdapat bagian yang diseut dengan atik. Ditempat ini terdapat auditus ad antrum

berupa lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.

o Bagian bawah atau Pars tensa(membran propria), terdiri dari 3 lapisan :

o tengah : terdiri dari serat kolangen dan sedikit serat elastin

Bayangan penonjolan bagian bawah malleus pada membran timpani disebut dengan

umbo. Dari umbo, bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah, yaitu pukul

7 pada membran timpani kiri dan pukul 5 pada membran timpani kanan. Pada membran

timpani terdapat 2 serat, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang mengakibatkan adanya

refleks cahaya kerucut. Bila refleks cahaya datar, maka dicurigai ada kelainan pada tuba

eustachius.

Membran timpani dibagi atas 4 kuadran untuk menentukan tempat adanya perforasi :

o atas depan

o atas belakang

o bawah depan

o bawah belakang => tempat dilakukannya miringotomi

II. Telinga Tengah => terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus (canalis facialis)

tulang temporal

Terdiri dari :

1. Tuba Eustachius

=> menghubungkan telinga tengah dengan faring

=> normalnya tuba ini menutup dan akan terbuka saat menelan, mengunyah, dan

Page 16: LO minggu 5

menguap.

=> berfungsi sebagai penyeimbang tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.

Bila tuba membuka => suara akan teredam.

2. Osikel auditori (tulang pendengaran)

=> terdiri dari 3 tulang, yaitu : Maleus (martil) , Inkus (anvill), Stapes (sanggurdi) => MIS.

=> berfungsi sebagai penghantar getaran dari membran timpani ke fenesta vestibuli

3. Otot

=> bantu mekanisme kompensasi tubuh untuk melawan suara dengan nada tinggi

(peredam bunyi).

o m. stapedius => berkontraksi => stapes jadi kaku => suara dipantulkan

o m. tensor timpani => menegangkan gendang telinga => suara teredam

III. Telinga dalam => berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal

Terdiri dari

1. Labirin

Terdiri dari:

o Labirin tulang => ruang berliku berisi perilimfe (cairan yang serupa dengan cairan

serebrospinal).

Page 17: LO minggu 5

Terdiri dari 3 bagian:

o Vestibular => bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan koklea dengan

saluran semisirkular.

o Saluran semisirkularis

o S. semisirkular anterior(superior) dan posterior mengarah pada bidang vertikal

di setiap sudut kanannya.

o S. semisirkular lateral => terletak horizontal

o Koklea => membentuk 2,5 putaran di sekitar inti tulang, mengandung reseptor

pendengaran (cabang N VIII = vestibulokoklear, pemb. darah. Frekuensi tertinggi

berada di bagian depan. Sekat membagi koklea menjadi 3 bagian :

o duktus koklear (skala medial) => bagian labirin membranosa yang terhubung ke

sakulus, berisi cairan endolimfe

Page 18: LO minggu 5

o dua bagian labirin tulang yang terletak di atas dan di bawah skala media =>

skala vestibuli dan skala timpani => mengandung cairan perilimfe dan terus

memanjang melalui lubang pada apeks koklea yang disebut helikotrema.

o membran reissner (membran vestibuler) => pisahkan skala media dari skala

vestibuli yang berhubungan dengan fenestra vestibuli

o membran basilar => pisahkan skala media dengan skala timpani,

berhubungan dengan fenestra koklear

o skala organ korti=> terletak pada membran basilar, terdiri dari reseptor yang

disebut sel rambut dan sel penunjang. Sel rambut tidak memiliki akson dan

langsung bersinaps dengan ujung saraf koklear

o Labirin membranosa => serangkaian tuba berongga dan kantong yang terletak di

dalam labirin tulang berisi cairan endolimfe (cairan yang serupa dengan cairan

intraseluler). Merupakan awal 2 kantong (utrikulus dan sakulus) yang dihubungkan

dengan duktus endolimfe. Setiap duktus mengandung reseptor untuk ekuilibrium statis

( bagaimana kepala berorientasi terhadap ruang bergantung gaya grafitasi) dan

ekuilibrium dinamis (apakah kepala bergerak atau diam, berapa kecepatan serta arah

gerakan).

Utrikulus terhubung dengan duktus semilunaris

Sakulus terhubung dengan duktus koklear di dalam koklea.

Page 19: LO minggu 5

2. Nervus

o Nervus vestibular

o Nervus koklear

Ekuilibrium dan aparatus vestibular

Aparatus vestibular merupakan istilah yang digunakan untuk utrikulus, sakulus, dan duktus

semisirkularis yang mengandung reseptor untuk ekuilibrium dan keseimbangan.

1. Ekuilibrium Statis

=> kesadaran akan posisi kepala terhadap gaya gravitasi jika tubuh tidak bergerak. Ini juga

merupakan kesadaran untuk merespon perubahan dalam percepatan linear seperti

kecepatan dan arah pergerakan kepala dan garis tubuh dalam suatu garis lurus.

o Makula adalah reseptor ekuilibrium statis. Satu makula terletak di dinding utrikulus dan

satu lagi terletak pada sakulus

o Setiap makula terdapat sel rambut yang mengandung endapan kalsium yang disebut

otolit (otokonia, statokonia).

o Aktivitas reseptor ditransmisikan ke ujunga saraf vestibular (CN VIII) yang melilit di

sekeliling dasar sel rambut.

2. Ekuilibrium Dinamis => kesadaran akan posisi kepala saat respon gerakan angular atau

rotasi

o Ampula merupakan reseptor untuk ekuilibrium dinamis. Setiap saluran semisirkularis

mengandung suatu bidang pembesaran, ampula, yang berisi krista (teridiri dari sel

penunjang dan sel rambut menonjol yang membentuk lapisan gelatin = disebut

kupula)

3. Histologi Hidung, Telinga, dan Sinus Paranasal

Page 20: LO minggu 5

Histologi Hidung

Stuktur histologi hidung, terdiri atas :

Jika dilihat pada mikroskop rongga hidung terdiri dari :

Tulang

Tulang rawan hialin

Otot bercorak

Jaringan ikat

Kulit luar Hidung, secara mikroskopis nampak:

Mempunyai lapisan sel yaitu Epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk

Terdiri atas Rambut -rambut halus

Mengandung Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat

Vestibulum nasi

Secara anatomi Vestibulum nasi merupakan bagian dari cavum nasi yang terletak tepat di

belakang nares anterior.

Secara histologi, vestibulum nasi terdiri atas :

Epitel berlapis gepeng

Terdapat vibrissae yaitu rambut-rambut kasar yang berfungsi menyaring udara pernafasan

Terdapat kelenjar sebasea dan kelenjar keringat

Konka nasalis

Secara anatomi Pada dinding lateral cavum nasi terdapat tiga tonjolan tulang disebut konka,

dimana ada empat buah konka yaitu Konka nasalis superior yang tersusun atas epitel khusus,

Page 21: LO minggu 5

Konka nasalis media, Konka nasalis inferior dan konka nasalis suprema yang kemudian akan

rudimenter.

Konka nasalis superior tersusun atas epitel khusus yaitu epitel olfaktorius untuk penciuman

Konka nasalis media dan Konka nasalis inferior dilapisi epitel bertingkat torak bersilia bersel

goblet.

Epitel yang melapisi konka nasalis inferior banyak terdapat plexus venosus yang disebut swell

bodies yang berperan untuk menghangatkan udara yang melalui hidung. Bila alergi akan terjadi

pembengkakan swell bodies yang abnormal pada kedua konka nasalis ,sehingga aliran udara

yang masuk sangat terganggu.

Dibawah konka inferior terdapat Plexus venosus berdinding tipis ,sehingga mudah perdarahan

Mukosa Hidung

Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologis dan fungsional dibagi atas mukosa

pernafasan (mukosa respiratori) dan mukosa penghidu (mukosa olfaktorius).

Regio Respiratorius

Tersusun atas Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet

Silia berperan mendorong lendir kearah belakang yaitu nasofaring sehingga kemudian lendir

tertelan atau dibatukkan

Pada lamina propria

Terdapat glandula nasalis yang merupakan kelenjar campur dimana Sekret kelenjar disini

menjaga kelembaban kavum nasi dan menangkap partikel partikel debu yang halus dalam

udara inspirasi

Terdapat noduli limfatisi

Page 22: LO minggu 5

Lamina propria ini menjadi satu dengan periosteum / perikondrium (dinding konka nasalis) oleh

karena itu membran mukosa di hidung sering disebut mukoperiosteum / mukoperikondrium /

membrana Schneider

Terdapat serat kolagen, serat elastin, limfosit, sel plasma , sel makrofag

Jadi Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya

dilapisi oleh Epitel bertingkat torak bersilia bersel goblet. Dalam keadaan normal mukosa

berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lendir pada permukaannya.

Regio Olfaktorius

Bagian dinding lateral atas dan atap posterior kavum nasi mengandung organ olfaktorius

Pada konka nasalis superior terdapat epitel khusus / epitel olfaktorius yang terdapat pada

pertengahan kavum nasi

Daerah epitel olfaktorius ini mencakup 8 – 10 mm ke bawah pada tiap sisi septum nasi dan

pada permukaan konka nasalis superior, dengan batas tidak teratur dan luas 500 mm2 dengan

mukosa warna coklat kekuningan

Tunika mukosa terdapat epitel olfaktorius yang tersusun atas empat macam sel, yaitu

Sel olfaktorius

Terletak diantara sel basal dan sel penyokong

Merupakan neuron bipolar dengan dendrit kepermukaan dan akson ke lamina propria

Ujung dendrit menggelembung disebut vesikula olfaktorius

Dari permukaan keluar 6 – 8 silia olfaktorius

Akson tak bermyelin dan bergabung dengan akson reseptor lain di lamina propia membentuk

Nervus Olfaktorius / N. II

Sel sustentakuler / sel penyokong

Page 23: LO minggu 5

Bentuk sel silindris tinggi dengan bagian apex lebar dan bagian basal menyempit

Inti lonjong

Pada permukaan terdapat mikrovili

Sitoplasma mempunyai granula kuning kecoklatan

Sel basal

Bentuk segitiga

Inti lonjong

Merupakan reserve cell / sel cadangan yang akan membentuk sel penyokong dan mungkin

menjadi sel olfaktorius

Sel sikat

Sel yang mempunyai mikrovili di bagian apikal

Lamina propria:

Mempunyai banyak vena

Mengandung kelenjar terutama jenis serosa / kelenjar Bowman,berperan untuk membasahi

epitel dan silia, dan juga sebagai pelarut zat – zat kimia yang dalam bentuk bau / dapat

melarutkan bau-bauan

Histologi Sinus Paranasal

Epitel sinus paranasalis merupakan kelanjutan epitel hidung dan epitel

bertingkat silindris bersilia

Lamina propria lebih tipis dan mengandung sedikit kelenjar dan tidak

mengandung jaringan erektil

Page 24: LO minggu 5

Lapisan terdalam bersatu dengan periosteum

Histologi Telinga

Histologi Telinga

Telinga luar, aurikula (pinna) terdiri atas tulang rawan elastin, yang ditutupi

kulit disemua sisinya. Meatus auditorius eksterna terdiri atas epitel berlapis skuamosa, terdapat

folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar seruminosa. Satu pertiga dinding luarnya terdiri

atas tulang rawan elastin dan dua pertiga dinding dalam terdiri atas tulang temporal. Membran

timpani terdiri atas dua bagian yaitu pars flaksida dan pars tensa. Pars flaksida merupakan

lapisan epidermis dan terdiri dari epitel selapis kuboid. Pars tensa adalah lapisan epidermis dan

terdiri dari epitel selapis kuboid.

Telinga tengah, dilapisi oleh selapis epitel gepeng. Di dekat tuba eustachius berangsur berubah

menjadi epitel bertingkat silindris bersilia. Tulang – tulang pendengaran ( maleus, incus, dan

stapes) memiliki sendi synovial dan dilapisi oleh epitel selapis gepeng. Telinga dalam, sakulus

dan utrikulus terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi gepeng. Makula, daerah kecil pada dinding

sakulus dan utrikulus dengan sel – sel neuroepitel.Makula terdiri atas 2 jenis reseptor dan sel

penyokong. Sel reseptor ( sel rambut) terdiri atas satu kinosilium dan streosilia. Sel penyokong

berada di antara sel – sel rambut berbentuk silindris. Otolit, endapan kristal di permukaan dan

terdiri atas kalsium karbonat. Duktus semisirkularis, daerah reseptor di dalam ampula

berbentuk tabung panjang dan disebut sebagai krista ampularis.Kupula berbentuk kerucut dan

tidak ditutupi otolit. Duktus koklearis terbagi menjadi tiga ruangan yaitu skala vestibularis,

media, dan timpani. Sria vaskularis adalah epitel vascular yang terletak pada dinding lateral

duktus koklearis dan bertanggungjawab atas komposisi ion di endolimfe. Organ korti

mengandung sel rambut sel rambut yang berespons terhadap berbagai frekuensi suara. Sel

rambut terdapat pada membrane basiliaris. Barisan streosilia berbentuk w pada bagian luar dan

Page 25: LO minggu 5

berbentuk v atau linier pada bagian dalam.Tidak terdapat kinosilium. Ujung streosilia terbenam

dalam membrane tektorial.

4. Fisiologi Telinga Hidung dan sinus paranasal

1.Telinga luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga (pinna, aurikula), saluran telinga luar (meatus akustikus

eksternus) dan selaput gendang (membrane tympani), bagian telinga ini berfungsi untuk

menerima dan menyalurkan getaran suara atau gelombang bunyi sehingga menyebabkan

bergetarnya membran tympani. Meatus akustikus eksternus terbentang dari telinga luar sampai

membrane tympani. Meatus akustikus eksternus tampak sebagai saluran yang sedikit sempit

dengan dinding yang kaku. Satu per tiga luas meatus disokong oleh tulang rawan elastis dan

sisanya dibentuk oleh tulang rawan temporal. Meatus dibatasi oleh kulit dengan sejumlah

rambut, kelenjar Sebasea, dan sejenis kelenjar keringat yang telah mengalami modifikasi

menjadi kelenjar seruminosa, yaitu kelenjar apokrin tubuler yang berkelok-kelok yang

mennnghasilkan zat lemak setengah padat berwarna kecoklat-coklatan yang dinamakan

serumen ( minyak telinga ). Serumen berfungsi menangkap debu dan mencegah infeksi.

Pada ujung dalam meatus akustikus eksternus terbentang membrane tympani. Dia diliputi oleh

lapisan luar epidermis yang tipis dan pada permukaan dalamnya diliputi oleh epitel selapis

kubus. Antara dua epitel yang melapisi terdapat jaringan ikat kuat yang terdiri atas serabut-

serabut kolagen dan elastin serta fibroblast. Pada kuadran depan atas membran atas tympani

tidak mengandung serabut dan lemas, membentuk membran shrapnell.

2.Telinga Tengah (kavum tympanikus)

Telinga tengah merupakan suatu rongga kecil dalam tulang pelipis (tulang temporalis) yang

berisi tiga tulang pendengaran (osikula), yaitu maleus (tulang martil), inkus (tulang landasan),

dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiganya saling berhubungan melalui persendian . Tangkai

maleus melekat pada permukaan dalam membran tympani, sedangkan bagian kepalanya

berhubungan dengan inkus. Selanjutnya, inkus bersendian dengan stapes. Stapes berhubungan

Page 26: LO minggu 5

dengan membran pemisah antara telinga tengah dan telinga dalam, yang disebut fenestra

ovalis (tingkap jorong/ fenestra vestibule). Di bawah fenesta ovalis terdapat tingkap bundar

atau fenesta kokhlea, yang tertutup oleh membran yang disebut membran tympani sekunder.

Telinga tengah dibatasi oleh epitel selapis gepeng yang terletak pada lamina propria yang tipis

yang melekat erat pada periosteum yang berdekatan. Dalam telinga tengah terdapat dua otot

kecil yang melekat pada maleus dan stapes yang mempunyai fungsi konduksi suara . maleus,

inkus, dan stapes diliputi oleh epitel selapis gepeng.

Telinga tengah berhubungan dengan rongga faring melalui saluran eustachius (tuba auditiva),

yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan antara kedua sisi membrane tympani.

Tuba auditiva akan membuka ketika mulut menganga atau ketika menelan makanan. Ketika

terjadi suara yang sangat keras, membuka mulut merupakan usaha yang baik untuk mencegah

pecahnya membran tympani. Karena ketika mulut terbuka, tuba auditiva membuka dan udara

akan masuk melalui tuba auditiva ke telinga tengah, sehingga menghasilkan tekanan yang sama

antara permukaan dalam dan permukaan luar membran tympani.

3.Telinga Dalam (labirin)

Telinga dalam merupakan struktur yang kompleks, terdiri dari serangkaian rongga-rongga

tulang dan saluran membranosa yang berisi cairan. Saluran-saluran membranosa membentuk

labirin membranosa dan berisi cairan endolimfe, sedangkan rongga-rongga tulang yang di

dalamnya berada labirin membranosa disebut labirin tulang (labirin osseosa). Labirin tulang

berisi cairan perilimfe. Rongga yang terisi perilimfe ini merupakan terusan dari rongga

subarachnoid selaput otak, sehingga susunanz peri limfe mirip dengan cairan serebrospinal.

Labirin membranosa dilekatkan pada periosteum oleh lembaran-lembaran jaringan ikat tipis

yang mengandung pembuluh darah. Labirin membranosa sendiri tersusun terutama oleh

selapis epitel gepeng dikelilingi oleh jaringan-jaringan ikat.

Labirin terdiri atas tiga saluran yang kompleks, yaitu vestibula, kokhlea (rumah siput) dan 3

buah kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran).

Vestibula merupakan rongga di tengah labirin, terletak di belakang kokhlea dan di depan kanalis

semisirkularis. Vestibula berhubungan dengan telinga tengah melalui fenesta ovalis (fenestra

Page 27: LO minggu 5

vestibule). Vestibule bagian membran terdiri dari dua kantung kecil, yaitu sakulus dan utikulus.

Pada sakulus dan utikulus terdapat dua struktur khusus yang disebut makula akustika, sebagai

indra keseimbangan statis (orientasi tubuh terhadap tarikan gravitasi). Sel-sel reseptor dalam

organ tersebut berupa sel-sel rambut, yang didampingi oleh sel-sel penunjang. Bagian atas sel

tersebut tertutup oleh membran yang mengandung butir-butiran kecil kalsium karbonat

(CaCO3) yang disebut otolit. Perubahan posisi kepala yang menimbulkan tarikan gravitasi,

menyebabkan akan menyampaikan impuls saraf ke cabang vestibular dari saraf

vestibulokokhlear yang terdapat pada bagian dasar sel-sel tersebut, yang akan meneruskan

impuls saraf tersebut ke pusat keseimbangan di otak.

Kanalis semisiskularis merupakan 3 saluran bertulang yang terletak di atas belakang vestibula.

Salah satu ujung dari masing-masing saluran tersebut menggembung, disebut ampula. Masing-

masing ampula berhubungan dengan utrikulus. Pada ampula terdapat Krista akustika, sehingga

organ indra keseimbangan dinamis (untuk mempertahankan posisi tubuh dalam melakukan

respon terhadap gerakan). Seperti pada vestibula sel-sel reseptor dalam krista akustika juga

berupa sel-sel rambut yang didampingi oleh sel-sel penunjang, tetapi di sini tidak terdapat

otolit. Sel-sel reseptor disini distimulasi oleh gerakan endolimfe. Ketika kepala bergerak akibat

terjadinya perputaran tubuh, endolimfe akan mengalir di atas sel-sel rambut. Sel-sel rambut

menerima ransangan tersebut dan mengubahnya menjadi impuls saraf. Sebagai responnya,

otot-otot berkonsraksi untuk mempertahankan keseimbangan tubuh pada posisi yang baru.

Kokhlea membentuk bagian anterior labirin, terletak di depan vestibula. Berbentuk seperti

rumah siput, berupa saluran berbentuk spiral yang terdiri dari 2 ¾ lilitan, mengelilingi bentukan

kerucut yang disebut mediolus. Penampang melintang kokhlea menunjukkan bahwa kokhlea

terdiri dari tiga saluran yang berisi cairan. Tiga saluran tersebut adalah:

Saluran vestibular (skala vestibular): di sebelah atas mengandung perilimfe, berakhir pada

tingkap jorong.

Saluran tympani (skala tympani): di sebelah bawah mengandung perilimfe berakhir pada

tingkap bulat.

Saluran kokhlear (skala media): terletak di antara skala vestibular dan skala tympani,

mengandung endolimfe.

Page 28: LO minggu 5

Skala media dipisahkan dengan skala vestibular oleh membran vestibularis (membran reissner),

dan dipisahkan dangan skala tympani oleh membran basilaris.

Pada membran basilaris inilah terdapat indra pendengar, yaitu organ corti. Sel reseptor bunyi

pada organ ini berupa sel rambut yang didimpingi oleh sel penunjang. Akson-akson dari sel-sel

rambut menyusun diri membentuk cabang kokhlear dari saraf vestibulokokhlear (saraf kranial

ke VIII) yang menghantarkan impuls saraf ke pusat pendengaran/ keseimbangan di otak.

Getaran suara dapat sampai pada organ corti melalui lintasan sebagai berikut: Getaran suara

memasuki liang telinga Menekan membran tympani melintas melalui tulang-tulang

pendengaran Menekan tingkap jorong Menimbulkan gelombang pada jaringan perilimfe

Menekan membran vestibularis dan skala basilaris merangsang sel-sel rambut pada organ corti.

Di sinilah mulai terjadi pembentukan impuls saraf.

Fisiologi hidung dan sinus paranasal

. Fisiologi Hidung

· Jalan napas

Udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka media dan kemudian turun

ke bawah ke arah nasofaring, dan seterusnya. Pada ekspirasi terjadi hal sebaliknya.

· Alat pengatur kondisi udara (air condition-ing)

Mukus pada hidung berfungsi untuk mengatur kondisi udara

· Penyaring udara

Mukus pada hidung berfungsi sebagai penyaring dan pelindung udara inspirasi dari debu dan

bakteri bersama rambut hidung, dan silia.

· Sebagai indra penghidu

Fungsi utama hidung adalah sebagai organ penghidu, dilakukan oleh saraf olfaktorius.

· Untuk resonansi udara

Page 29: LO minggu 5

Fungsi sinus paranasal antara lain sebagai pengatur kondisi udara, sebgai penahan suhu,

membantu keseimbangan kepala, membantu resonansi suara, sebagai peredam perubahan

tekanan udara, membantu produksi mukus dan sebagainya.

· Turut membantu proses berbicara

· Refleksi nasal.