Top Banner
LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD HAND SMOKE DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan RISNAWATI AK.116.139 PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG 2020
55

LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

Oct 01, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD

HAND SMOKE DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN

PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

RISNAWATI

AK.116.139

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2020

Page 2: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

i

Page 3: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

ii

Page 4: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

iii

Page 5: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

iv

Page 6: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

v

ABSTRAK

Balita merupakan kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang

sangat rentan terhadap berbagai penyakit. Masalah kesehatan berkaitan dengan

perilaku merokok, penyebab utama angka kesakitan pada balita didapat dari faktor

lingkungan karena paparan third hand smoke yang terhirup dapat memperberat

timbulnya ISPA dan kebanyakan menyerang balita sebagai perokok pasif. Third

hand smoke merupakan asap rokok bekas yang menempel pada benda di lingkungan

sekitar. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan antara paparan third

hand smoke dengan kejadian ISPA pada balita melalui studi literature. Jenis

penelitian menggunakan Literature Review pendekatan Systematic. Populasi 617

jurnal yang didapatkan dari situs pencarian google scholar, Pubmed, dan Microsoft

academic. Jumlah sampel 7 jurnal dengan recomendasi kuat (grade A) dari hasil

screening menggunakan Joanna Briggs Institute (JBI) Critical Appraisal tools

Checklist for Analytical Crossectional Studies yang disesuaikan dengan skala

FAME. Teknik sampling menggunakan teknik purposive sampling berdasarkan

kriteria inklusi dan ekslusi yang sudah ditetapkan. Hasil analisis penelitian

menunjukkan bahwa paparan third hand smoke yang terhirup oleh balita dapat

menyebabkan kejadian ISPA. Banyaknya orangtua dan anggota keluarga yang

memiliki kebiasaan merokok didalam rumah dapat meningkatkan angka kejadian

ISPA pada balita. Kesimpulan penelitian ini terdapat hubungan antara paparan third

hand smoke dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada balita

melalui studi literature.

Kata kunci : third hand smoke, paparan asap rokok, acute respiratory infections,

Kejadian ISPA pada balita.

Page 7: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

vi

ABSTRACT

Toddlers are a group that has an immune system that is very susceptible to

various diseases. Health problems related to smoking behavior, the main cause of

morbidity in children under five is environmental factors because exposure to

inhaled third-hand smoke can exacerbate the incidence of ARI and most of them

attack toddlers as passive smokers. Third-hand smoke is secondhand smoke that

sticks to objects in the environment. The purpose of this study was to identify the

relationship between exposure to third-hand smoke and the incidence of ARI in

toddlers through literature studies. This type of research uses a Systematic

Literature Review approach. A population of 617 journals obtained from the google

scholar search site, Pubmed, and Microsoft academic. The number of samples was

7 journals with strong recommendations (grade A) from the screening results using

the Joanna Briggs Institute (JBI) Critical Appraisal tools Checklist for Analytical

Crossectional Studies adjusted to the FAME scale. The sampling technique used a

purposive sampling technique based on predetermined inclusion and exclusion

criteria. The results of the research analysis showed that exposure to third-hand

smoke which was inhaled by toddlers can cause the incidence of ARI. The number

of parents and family members who smoke in the house can increase the incidence

of ARI among toddlers. This conclusion of this study is that there is a relationship

between exposure to third-hand smoke and the incidence of Acute Respiratory

Infection (ARI) in children under five through a literature study.

Keywords: third-hand smoke, exposure to cigarette smoke, acute respiratory

infections, the incidence of ARI in children under five.

Page 8: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat dah hidayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Literature Review : Hubungan Antara Paparan Third Hand Smoke

Dengan Kejadian ISPA Pada Balita” sebagai salah satu syarat untuk mencapai

gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Keperawatan Universitas

Bhakti Kencana Bandung.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan

dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyampaikan terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.

Ucapan terimakasih ini penulis tujukan kepada :

1. H. Mulyana SH,M.Pd,MH.Kes sebagai ketua Yayasan Adhi Guna Kencana

Bandung

2. Dr. Apt. Entris Sutrisno MH.Kes., sebagai ketua Universitas Bhakti

Kencana Bandung

3. R.Siti Jundiah S.Kep.,Ners.,M.Kep sebagai Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana Bandung

4. Lia Nurlianawati S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ketua Prodi Studi Sarjana

Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana Bandung

Page 9: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

viii

5. Sri Mulyati Rahayu S.Kp M.Kes sebagai pembimbing I yang telah

memberikan waktu, tenaga dan penuh kesabaran serta keikhlasan saat

membimbing, memberikan saran dan motivasi selama penyusunan skripsi

ini.

6. Nur Intan Hayati H.K, S.Kep.,Ners.,M.Kep sebagai pembimbing II yang

telah memberikan waktu, tenaga dan penuh kesabaran serta keikhlasan,

memberikan banyak nasehat dan motivasi selama penyusunan skripsi ini.

7. Almarhum ayah tercinta H.Abdul Majid dan mamah tersayang H.Yeyet

Suryani yang selalu memberikan segenap cinta dan kasih sayang serta

memberikan do’a dan semangat kepada penulis.

8. Kepada semua keluarga, kakak-kakak dan adik yang selalu memberikan

motivasi kepada penulis.

9. Kepada semua teman-teman angkatan 2016 nutrix fams, kelas C, sahabat

dan orang tersayang yang telah memberikan dukungan, do’a dan motivasi

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan yang pernah

dilakukan baik yang disengaja maupun tidak disengaja semoga dengan

keterbatasan yang ada dapat bermanfaat bagi semua yang berkepentingan.

Bandung, Agustus 2020

Peneliti

Risnawati

Page 10: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

ix

DAFTAR ISI

halaman

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

LEMBAR PLAGIARISME………………………………………………………iii

PERNYATAAN……….........................................................................................iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 7

1.3 Tujuan penelitian ........................................................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Merokok ......................................................................................... 10

2.1.1 Definisi Rokok ...................................................................................... 10

2.1.2 Jenis Asap Rokok.................................................................................. 10

2.2 Konsep Third Hand Smoke .......................................................................... 12

2.2.1 Definisi Third Hand Smoke .................................................................. 12

2.2.2 Zat Yang Terkandung Dalam Third Hand Smoke ................................ 13

2.2.3 Paparan Kontaminasi Third Hand Smoke ............................................. 16

2.2.4 Resiko Bahaya Paparan Third Hand Smoke Pada Anak-Anak ............. 17

2.2.5 Pencegahan Third Hand Smoke ............................................................ 19

2.2.6 Penyakit Yang Ditimbulkan Third Hand Smoke .................................. 21

Page 11: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

x

2.3 Konsep Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ........................................ 22

2.3.1 Definisi ISPA ........................................................................................ 22

2.3.2 Klasifikasi Penyakit ISPA .................................................................... 22

2.2.3 Gejala Penyakit ISPA .......................................................................... 23

2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ISPA ........................................... 24

2.3.5 Patofisiologi Terjadinya ISPA .............................................................. 25

2.3.6 Pencegahan Penyakit ISPA ................................................................... 27

2.4 Konsep Balita .............................................................................................. 28

2.4.1 Definisi Balita ....................................................................................... 28

2.4.2 Karakteristik Balita ............................................................................... 28

2.5 Teori Joanna Briggs Institute (JBI) ............................................................. 30

2.6 Peran Perawat .............................................................................................. 35

2.7 Teori Keperawatan Terkait Paparan Third Hand Smoke Dengan Kejadian

ISPA ................................................................................................................ 36

2.8 Hubungan Paparan Third Hand Smoke Dengan Kejadian Infeksi Saluran

Nafas Akut (ISPA) ............................................................................................ 37

2.9 Kerangka Teori ............................................................................................ 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian .................................................................................. 41

3.2 Variabel penelitian ...................................................................................... 42

3.2.1 Variabel Independen ............................................................................. 42

3.2.2 Variabel Dependen ............................................................................... 42

3.3 Populasi Dan Sampel ................................................................................... 43

3.3.1 Populasi ........................................................................................... 43

3.3.2 Sampel ............................................................................................. 43

3.3.3 Teknik Sampling ............................................................................. 44

3.3.3.1 Kriteria Inklusi ................................................................................ 44

3.3.3.2 Kriteria Eksklusi.............................................................................. 44

3.4 Tahapan Literature Reviews ........................................................................ 45

2.4.1 Merumuskan Masalah ..................................................................... 45

2.4.2 Pengumpulan Data Literature ......................................................... 45

3.4.3 Mengevaluasi Kelayakan Data ............................................................. 47

Page 12: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

xi

3.4.3.2 Penilaian Kualitas............................................................................ 47

3.5 Analisa Data ................................................................................................ 52

3.5.1 Teknik Analisis Data ............................................................................ 53

3.6 Etika penelitian ............................................................................................ 55

3.7 Lokasi dan waktu penelitian ........................................................................ 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 57

4.2 Pembahasan ............................................................................................ 66

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ...................................................................................................... 78

5.2 Saran ............................................................................................................ 79

DAFTAR PUSTAKA

Page 13: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Table 3.1 hasil nilai recomendasi JBI 48

Table 4.1 tabel critical appraisal jurnal 59

Page 14: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

xiii

DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka teori 40

Bagan 3.1 Alur Proses dan Kriteria yag digunakan dalam pencarian

Artikel 51

Bagan 4.1 PRISMA Flow Diagram 58

Page 15: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Instrumen Kelayakan Data/ Literatur 80

Lampiran 2 Tabel Analisis JBI 81

Lampiran 3 Tabel Conqual Summary Of Findings 83

Lampiran 4 Penilaian Jurnal Menggunakan Instrumen Jbi 91

Lampiran 5 Hasil Penilaian JBI 98

Lampiran 6 Riwayat Hidup 100

Lampiran 7 Persyaratan Pendaftaran Sidang Skripsi 101

Lampiran 8 Catatan Bimbingan Skripsi 102

Lampiran 9 Bukti Acc Draft Dari Penguji 107

Lampiran 10 Bukti Menjadi Oponen 109

Lampiran 11 Bebas Administrasi Perpustakaan 111

Lampiran 12 Bebas Administrasi Keuangan 112

Lampiran 13 Bukti Bebas Plagiarism 113

Page 16: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang

melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian

bawah yang disebabkan oleh virus, jamur dan bakteri (Milo and Kallo 2015).

ISPA dibagi menjadi dua bagian yaitu ISPA atas dan ISPA bawah. ISPA atas

yang berbahaya yaitu radang saluran tenggorokan (pharyngitis) dan radang

telinga tengah (otitis). Sedangkan ISPA bawah yang berbahaya yaitu

pneumonia (Darsono, N, and Suwarni 2018). Secara umum terdapat tiga faktor

yang dapat mempengaruhi ISPA diantaranya faktor individu, faktor perilaku

dan faktor lingkungan (Milo and Kallo 2015).

Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan

ISPA pada balita, faktor lingkungan meliputi pencemaran udara didalam rumah,

ventilasi rumah dan kepadatan hunian, asap hasil pembakaran dan asap rokok

bekas (third hand smoke) yang menimbulkan gangguan kesehatan karena

tingginya pengaruh dari orangtua yang merokok sehingga paparan third hand

smoke dapat menempel dan terhirup pada benda di lingkungan sekitar

(Hermawati, Indarjo, and Sukendra 2019).

Penyebab utama angka kesakitan pada balita didapat dari faktor lingkungan

karena paparan third hand smoke yang terhirup dapat beresiko menyebabkan

penyakit bahkan pada orang yang tidak merokok akan tetapi menghirup asak

Page 17: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

2

rokok (perokok pasif) (Le, Xuan Thanh Thi, dkk 2018). Resiko paparan third

hand smoke pada balita 20 kali lebih berat dibandingkan orang dewasa. Hal

itu dikarenakan bayi dan anak-anak lebih sering memasukkan tangan ke mulut,

perilaku merangkak dan menyentuh benda-benda seperti mainan yang

tergeletak dan terpapar third hand smoke, balita yang bermain aktif di lantai

secara otomatis dapat menyatukan kembali debu rumah halus yang bisa dihirup

dan menetap di kulit (Jacob, Peyton, dkk 2017).

ISPA menempati urutan pertama penyebab kematian pada kelompok bayi

dan balita, ISPA berada pada 10 penyakit terbesar di rumah sakit. (Darsono, N,

and Suwarni 2018). Di Indonesia, ISPA merupakan salah satu penyebab utama

kunjungan pasien ke sarana kesehatan yaitu 40-60% dari seluruh kunjungan ke

puskesmas. Sedangkan kunjungan rawat jalan dan rawat inap rumah sakit

sekitar 15-30% (Darsono, N, and Suwarni 2018). Prevalensi ISPA di Jawa Barat

menduduki peringkat ke tujuh di Indonesia, Jawa Barat merupakan provinsi

dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia (Kemenkes, 2018).

Berdasarkan Dinas Kesehatan Kota Bandung (2018) terdapat 10.525 kasus

ISPA (pneumonia) pada balita. Penyakit ISPA tertinggi dengan jumlah 213.494

kasus temuan terdapat di wilayah puskesmas Kota Bandung (Profil Kesehatan

Kota Bandung) (2018). Kasus penyakit ISPA dapat mengakibatkan 28%

kematian dan 40% kecatatan (Hermawati, Indarjo, and Sukendra 2019).

Penggunaan tembakau dan meningkatnya jumlah perokok dapat

meningkatkan angka kejadian ISPA (Milo and Kallo 2015). New York State

Department of Health (2014) menyatakan bahwa salah satu penyakit yang

Page 18: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

3

disebabkan oleh paparan asap rokok yaitu infeksi saluran pernafasan akut

(ISPA) dengan jumlah penderita infeksi kebanyakan terjadi pada anak-anak.

Menurut Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia (SDKI) (2017)

menunjukkan tingginya angka kematian bayi di Indonesia, angka tertinggi

kematian bayi terdapat pada balita yaitu tiga puluh dua per seribu kelahiran

hidup, tingginya angka kematian bayi di Indonesia salah satunya diakibatkan

oleh penyakit ISPA.

Balita sangat beresiko terhadap dampak paparan third hand smoke karena

sistem kekebalan tubuh yang belum matang dan sistem pernafasan yang lebih

cepat dibandingkan orang dewasa (Arechavala et al. 2017) Third hand

smoke merupakan tembakau yang tidak terlihat, berbentuk debu dan

mengandung lebih dari 250 bahan kimia yang menetap di lingkungan setelah

rokok dipadamkan (Escoffery, Cam, dkk 2013).

Kandungan zat utama yang sangat berbahaya dalam third hand smoke salah

satunya nikotin. Nikotin dapat mengakibatkan perubahan fungsi organ yang

dapat meningkatkan kerentanan terhadap penyakit. Seseorang yang terpapar

asap tembakau lingkungan tingkat tinggi dapat menyerap jumlah nikotine yang

sebanding dengan merokok ringan, karena nikotin diserap dengan baik oleh

membran mulut, saluran pernapasan, saluran pencernaan, kandung kemih, dan

kulit. (Cuthbertson and Britton 2010). Third hand smoke dapat menyebar

melalui udara dan menetap hingga berbulan-bulan pada benda di lingkungan

sekitar seperti karpet, dinding, furniture (Jacob, Peyton, dkk 2017).

Page 19: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

4

WHO (2019) menyatakan lebih dari dari 22.000 orang meninggal dunia

karena penggunaan tembakau atau terpapar asap rokok setiap harinya. Sekitar

80% kematian terjadi di negara berkembang termasuk negara Indonesia

(Herawati et al, 2019). Saat ini diperkirakan bahwa lebih dari 1 miliar orang di

dunia merupakan perokok dan sekitar 30% populasi telah terpapar asap rokok,

bahkan lebih dari 700 juta anak-anak terpapar asap rokok (Le, Xuan Thanh Thi,

dkk 2018).

Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2018) menyatakan bahwa

proporsi konsumsi tembakau (hisap dan kunyah) pada penduduk usia 15 tahun

ke atas dalam rentang tahun 2016-2018 menunjukkan kenaikan konsumsi rokok

dari 32,8% (2016) naik menjadi 33,8% (Riskesdas, 2018). Data Riskesdas

(2018) menunjukkan jumlah perokok paling tinggi terdapat di provinsi Jawa

Barat, proporsi perokok terhadap jumlah penduduk 59.571 jiwa mencapai 32%.

Sedangkan di kota Bandung jumlah perokok 3.153 jiwa, jumlah tersebut hampir

70% lebih tinggi dibandingkan kebanyakan kota di Indonesia ( laporan provinsi

Jawa Barat Riskesdas, 2018).

Perilaku kebiasaan orangtua yang merokok di dalam rumah dapat

meningkatkan kejadian ISPA sebesar 7,83 kali dibandingkan dengan orangtua

yang tidak merokok didalam rumah (Milo and Kallo 2015). Masalah kesehatan

berkaitan dengan perilaku merokok dan perubahan perilaku masyarakat yang

merokok sangat penting dalam penanganan penyakit ISPA pada balita, karena

ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari dan dapat menular kepada orang

Page 20: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

5

lain. Perubahan perilaku merokok dapat mencegah terjadinya kematian pada

perokok pasif (Asri Pangumpia, 2017).

Keberadaan perokok didalam rumah terbukti memiliki pengaruh terhadap

kejadian ISPA (Syahputra, dkk 2012). Hal ini didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Fatati Larasati, Arief Hargono (2018) menggunakan desain case

control dengan 50 responden menggunakan perbandingan 1:4 (10 kasus dan 40

kontrol, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa resiko terbesar kejadian ISPA

pneumonia pada anak usia dibawah 4 tahun yaitu tempat merokok anggota

keluarga, hal ini membuktikan bahwa keberadaan perokok dan tempat merokok

anggota keluarga didalam rumah dapat menyebabkan kejadian ISPA.

Third hand smoke memiliki efek negatif pada kesehatan balita, jumlah

penyakit pada kelompok balita karena paparan third hand smoke yang paling

sering dialami adalah ISPA (Hermawati, Indarjo, and Sukendra 2019).

Fenomena di lapangan didapatkan bahwa angka penyakit tertinggi yaitu ISPA,

dan salah satu faktornya disebabkan dari lingkungan orang tua yang masih

melakukan kebiasaan merokok (Data Puskesmas Panyileukan, 2019). Hal ini

umumnya terjadi di rumah karena balita menghabiskan banyak waktu di dalam

rumah. Paparan third hand smoke dari anggota keluarga dapat membahayakan

kesehatan anak-anak (Rahmayatul, 2013). Kebiasaan merokok didalam rumah

menjadi salah satu masalah yang belum teratasi untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat.

Page 21: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

6

Hasil penelitian lain oleh Salma Milo A. Yudi Ismanto Vandri D. Kallo

(2015) menggunakan desain crossectional dengan sampel 51 responden, hasil

penelitian dengan menggunakan statistik uji chi-square pada tingkat

kemaknaan 95% (α ≤ 0,05) didapatkan nilai p= 0,002 yang artinya terdapat

hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada anak.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Reni Riyanto, Anis

Kusumawati (2015) menggunakan desain observasional analitik dengan

pendekatan crosssectional dan sampel 52 responden, hasilnya menunjukkan

responden yang terpapar asap rokok ≤ 20 menit perhari sebanyak 21 balita

(40,38%), sedangkan balita yang terkena asap rokok ≥ 20 menit perhari

sebanyak 31 balita (59,62%). Hasil analisis diperoleh nilai ρ value sebesar

0,007. Hasil ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara terkena asap

rokok terhadap frekuensi penyakit ISPA pada balita.

Berdasarkan data di salah satu wilayah puskesmas kota Bandung tahun

2018, menyatakan bahwa pola penyakit terbanyak adalah penyakit infeksi

saluran pernafasan sebanyak 21,8% data ini menunjukkan penyakit tertinggi

yang ditemukan diikuti dengan dispepsia (14.3%), penyakit pulpa, jaringan

periapikal (14.3 %), dan faringitis (12,6%).

Berdasarkan data dari hasil screening pengabdian masyarakat oleh dosen

Universitas Bhakti Kencana dan Mahasiswa S1 Keperawatan Tingkat 3 di salah

satu UPTD Puskesmas di kota Bandung tahun 2019, bahwa dari 158 responden

hampir setengahnya (40,51%) responden memiliki pengetahuan yang kurang

Page 22: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

7

tentang third hand smoke, terdapat 71 responden (44,94%) masih merokok dan

(42,25%) merokok di dalam rumah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala UPTD Puskesmas tersebut

bahwa angka kejadian penyakit tertinggi pada penderita umum di wilayah

UPTD puskesmas tersebut yaitu infeksi saluran pernafasan dan penyakit ini

diperkirakan berkaitan dengan paparan asap rokok yang terjadi pada orang tua

yang masih merokok.

Dari data yang menunjang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai analisis Literature Review : Hubungan Antara Paparan

Third Hand Smoke Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Pada Balita.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini penulis

merumuskan masalah sebagai berikut “Adakah Hubungan Antara Paparan

Third Hand Smoke Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA )

Pada Balita?”

1.3 Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Mengidentifikasi hubungan antara paparan third hand smoke dengan

kejadian ISPA pada balita melalui studi literature.

Page 23: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

8

2. Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi paparan third hand smoke melalui studi literature.

2. Mengidentifikasi kejadian ISPA pada balita melalui studi literature

3. Menganalisis hubungan antara paparan third hand smoke dengan

kejadian ISPA pada balita melalui studi literature

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Data yang diperoleh dari hasil literature review dapat digunakan sebagai

sumber pengetahuan dan Informasi baru untuk membangun kerangka

konseptual tentang hubungan antara paparan third hand smoke dengan

kejadian ISPA pada balita.

2. Manfaat Praktis

1. Bagi bidang keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan sebagai

bahan pertimbangan khususnya perawat komunitas untuk ikut berperan

serta dalam menanggulangi paparan third hand smoke dengan kejadian

ISPA di masyarakat yang berperan sebagai pendidik, edukator dan

kolaborator.

2. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber informasi dasar atau

landasan penelitian dari hasil literature review ini untuk peneliti

selanjutnya agar dapat menambahkan faktor-faktor yang melatar

Page 24: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

9

belakangi kejadian ISPA pada balita, serta cara pencegahan third hand

smoke agar masyarakat mengetahui bahaya rokok terhadap kesehatan

dan menyadari dampak yang ditimbulkan dari asap rokok terutama pada

balita.

Page 25: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

10

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Merokok

2.1.1 Definisi Rokok

Rokok merupakan produk tembakau yang dibakar, dihisap atau

dihirup asapnya termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk

lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica,

atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa

bahan tambahan (Menkes RI, 2013). Orang yang mengonsumsi rokok disebut

sebagai merokok.

Merokok merupakan menghisap asap tembakau yang dibakar ke

dalam tubuh kemudian dihembuskan kembali ke luar. Definisi merokok

menurut WHO yaitu mereka yang merokok setiap hari dalam jangka waktu

minimal 6 bulan selama hidupnya.

2.1.2 Jenis Asap Rokok

Menurut (Cuthbertson and Britton 2010) Asap rokok dapat dibagi menjadi:

1. Asap tangan pertama (first smoke)

yaitu asap yang dihirup oleh seorang perokok, dihasilkan oleh

pembakaran unsur-unsur organic dalam tembakau yang mengalami

Page 26: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

11

variasi sesuai dengan suhu, karakteristik daun tembakau, dan jumlah

oksigen di udara.

2. Perokok pasif (second hand smoke)

campuran asap yang dipancarkan dari rokok yang terbakar dan asap

yang mengalir berhenti dari paru-paru perokok. Ini adalah asap yang

dihirup oleh non-perokok. Aliran sekunder (75%) berasal dari ujung

rokok yang menyala. Asap pembakaran yang ditimbulkan mengandung

konsentrasi zat toksik yang lebih tinggi daripada asap utama (tar,

nikotin, karbon monoksida, dan nitrat oksida).

3. Asap pihak ketiga (third hand smoke)

Bekas asap rokok yang tertinggal di permukaan dan debu setelah

tembakau dihisap, dipancarkan kembali ke fase gas atau bereaksi

dengan senyawa lain di lingkungan untuk membentuk polutan sekunder

termasuk asap yang tidak terlihat dan tertinggal di udara setelah

sebatang rokok padam. Asap ini menempel pada pakaian, rambut,

furnitur, gorden, karpet, mainan, dan permukaan lainnya dan menetap

selama beberapa minggu. Orang mungkin kemudian bersentuhan

dengan unsur-unsur berbahaya seperti fenol, kresol, formaldehida,

nikotin, napthalene, 3-ethinyl- piridin dan nitrosamin spesifik tembakau

melalui inhalasi atau konsumsi dan melalui kulit.

Asap rokok juga dapat dibagi menjadi dua fase sesuai dengan

komponennya. Fase gas (60%) terutama terdiri dari nitrogen (73%), oksigen

(10%), karbon dioksida (9,5%) dan karbon monoksida (4,2%) juga

Page 27: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

12

mengandung nitrogen oksida, nitrosamin, asetaldehida, hidrazin, asam

hidrosianat, amonia, vinilklorida,dan akroleid.

2.2 Konsep Third Hand Smoke

2.2.1 Definisi Third Hand Smoke

American Thoracic Society (2013) mengartikan third hand smoke

sebagai tembakau yang tidak terlihat atau berbentuk debu serta

mengandung lebih dari 250 bahan kimia yang mengendap di lingkungan dan

menetap meski sebatang rokok telah padam.

Third-hand smoke merupakan kontaminasi yang menetap setelah asap

tembakau tersebar di udara dan melekat pada benda seperti karpet, dinding,

furnitur, selimut, dan mainan (Jacob, Peyton, dkk 2017). Anak-anak yang

telah terpapar asap rokok sangat beresiko karena mempunyai tingkat cotinine

yang lebih tinggi (produk sampingannya nikotin) dalam urin dan darah.

Bahan kimia berbahaya ini tetap ada di tangan,pakaian, rambut, permadani,

tirai, mainan, dan mantel setiap permukaan di rumah dan mobil. Bayi dan

anak-anak dapat dirugikan karena mereka bernafas atau makan racun saat

merangkak di lantai, duduk di kursi mobil, atau memeluk orang dewasa,

dimana racun mungkin menumpuk dari waktu ke waktu. Hewan peliharaan

juga berisiko karena racunnya tetap ada di bulu mereka.

Third hand smoke mengacu pada residu tembakau atau asap rokok

bekas. Third hand smoke tidak sepenuhnya merokok melainkan residu yang

ditinggalkan oleh perokok. Ini mengacu pada kontaminasi permukaan yang

Page 28: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

13

bersentuhan dengan senyawa yang dipancarkan dalam Second hand smoke,

produk yang dihasilkan oleh transformasi kimia dari komponen-komponen

ini, dan pelepasan gas dengan komponen yang mudah menguap ke udara.

Konstituen third hand smoke dapat tetap terabsorpsi ke permukaan dan

partikel debu, sering menembus jauh ke dalam bahan-bahan seperti papan

dinding atau pelapis, karena mereka bertahan mereka dapat bereaksi dengan

oksidan atmosfer untuk menghasilkan produk sampingan yang berpotensi

berbahaya.

2.2.2 Zat Yang Terkandung Dalam Third Hand Smoke

Asap tembakau mengandung 250 jenis gas beracun, kimia, dan logam,

termasuk hydrogen cyanide, karbonmonoksida, butane, amonia, toluene,

arsenik, timah, kromium, cadmium, dan polonium-210. Pembakaran rokok

menghasilkan ribuan zat agresif yang mempengaruhi organisme baik dengan

tindakan langsung pada jaringan, mengganggu reaksi enzimatik dengan

diendapkan, atau secara tidak langsung bereaksi dengan lingkungan

(Cuthbertson and Britton 2010) Diantaranya :

1. Nikotin

Nikotin adalah basa tidak berwarna yang mudah menguap yang

diekstraksi dari daun tembakau yang menghasilkan warna kecoklatan

ketika berpose di udara. Ini diklasifikasikan sebagai zat psikoaktif

karena aksinya pada parasimpatis dan sistem simpatetik, meningkatkan

pelepasan adrenalin oleh kelenjar adrenalin dengan demikian mewakili

Page 29: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

14

substansi adiktif. Orang yang terpapar asap tembakau lingkungan

tingkat tinggi dapat menyerap jumlah nikotine sebanding dengan

merokok ringan atau non-harian. Nikotin diserap dengan baik oleh

membran mulut, saluran pernapasan, saluran pencernaan, kandung

kemih,dan kulit. Karena lemah berikatan dengan protein, ia dapat

didistribusikan ke seluruh jaringan, juga melintasi penghalang mental

dan diekskresikan melalui ASI. Nikotin dimetabolisme oleh hati (90%),

paru-paru,ginjal, otak, dan epitel pernapasan. Ini bertindak sebagai

penstabil suasana hati, meningkatkan kemampuan untuk berkonsentrasi

dan kinerja intelektual, juga memiliki efek antidepresan kronis yang

mengarah pada konsumsi yang diinduksi oleh pengguna.

Ketika dihirup, efeknya pada sistem saraf pusat dapat diamati dalam

waktu kurang dari 7 detik. Pada ibu menyusui, nikotin memiliki waktu

paruh 90 menit dan konsentrasinya dapat mencapai 0,5 mg / liter di

antara wanita yang merokok lebih dari 20 batang per hari, karena wanita

memiliki kapasitas lebih rendah untuk memetabolisme nikotin daripada

pria. Nikotin menyebabkan perubahan struktur dan fungsi organ, dengan

demikian meningkatkan kerentanan terhadap penyakit dan juga bereaksi

dengan gas oksidan yang ada di lingkungan dan memberikan asal

nitrosamin dan nitrosorcotinine, yang merupakan karsinogen paru.

Perubahan utama disebabkan oleh nikotin dalam organisme

diantaranya mual muntah, diare, perubahan denyut jantung, peningkatan

tekanan arteri, tremor, vasokonstriksi perifer, eksitasi pernapasan,

Page 30: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

15

bronkokonstriksi, peningkatan bronkial dan sekresi saliva, serta kejang-

kejang. Anak-anak menunjukkan tingkat nikotin relatif lebih tinggi

selama dan setelah paparan asap tembakau lingkungan daripada orang

dewasa.

2. Karbon monoksida

Karbon monoksida adalah salah satu dari berbagai gas yang

dihasilkan oleh rokok yang menyala yang mengurangi 20 hingga 60 ribu

ppm, ketika standar yang dapat diterima untuk udara berkualitas baik

hingga 9 ppm. Itu tidak berwarna, gas tidak berbau, tidak berasa dan

beracun yang dibentuk oleh pembakaran bahan organik. Dalam

kombinasi dengan nikotin, salah satu faktor utama yang bertanggung

jawab atas toksisitas akut tembakau yang cepat diserap dalam darah dan

dapat menyebabkan kerusakan jaringan langsung atau hipoksia jaringan

karena afinitas tinggi untuk hemoglobin, memberikan asal ke

karboksihemoglobin dan menyebabkan berkurangnya pelepasan

oksigen ke jaringan.

3. Agen kanker

Asap mengandung lebih dari 60 zat dengan aksi kanker yang

dikonfirmasi, dan yang utama adalah benzo-pyrene, dibenzoanthracene,

nitrosamin, formaldehyde,acetaldehyde, tar, dibenzoacridine, arsenik,

polonium210, kadmium, nikel, toluena, xylene, benzophenanthrene,

dibenzefluorethane dan asam levulinic dengan langsung atau tindakan

Page 31: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

16

tidak langsung pada sel, memperkuat aktivitas enzimatik dan / atau

memiliki tindakan aditif dengan polutan vironmental.

Risiko dari third hand smoke bagi kesehatan hampir sama dengan

Second Hand Smoke, seperti kanker paru, TBC (tuberculosis), dan risiko

dari paparan Third-Hand Smoke lebih berbahaya bagi anak kecil atau bayi

dibandingkan orang dewasa. (Cuthbertson and Britton 2010)

2.2.3 Paparan Kontaminasi Third Hand Smoke

Paparan third hand smoke menurut (Jacob, Peyton, dkk 2017) :

1. Third Hand Smoke Di Udara

Ukuran udara third hand smoke di dunia nyata lingkungan sampai saat

ini terutama diukur dari nikotin sebagai penanda, meskipun penelitian

menunjukkan bahwa racun bahan kimia lainnya yang mudah menguap

seperti akrolein VOC yang mengiritasi dan beracun hadir selama

penuaan third hand smoke.

2. Third Hand Smoke Di Permukaan

Third hand smoke juga telah diukur permukaan di rumah, mobil pribadi,

hotel dan ruang public lainnya.Nikotin dan senyawa lain dari third hand

smoke dapat dengan cepat melakukan perpindahan ke perabotan,

dinding, dan permukaan lainnya yang kemudian dapat bertindak

sebagai waduk, sedangkan untuk melepaskan bahan kimia kembali ke

lingkungan dapat dilakukan selama berbulan-bulan bahkan bertahun-

tahun. Tingkat nikotin bisa tinggi pada permukaan seperti debu.

Page 32: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

17

3. Third Hand Smoke Dalam Debu Atau Ruangan

Debu dari rumah perokok mengandung kadar racun yang secara

signifikan lebih tinggi termasuk nikotin, PAH, dan TSNA. Rumah-

rumah perokok memiliki konsentrasi nikotin yang lebih tinggi per gram

debu dan lebih banyak pemuatan debu (jumlah per luas permukaan).

Debu di dalam mobil yang merokok juga dapat sangat terkontaminasi

dengan nikotin yang menandakan adanya racun Third hand smoke. PAH

terbentuk selama pembakaran dan beberapa lainnya. PAH dikenal

sebagai karsinogen manusia. Asap rokok mengandung PAH, dan third

hand smoke dapat menghadirkan risiko pajanan tambahan.

2.2.4 Resiko Bahaya Paparan Third Hand Smoke Pada Anak-Anak

Anak-anak, terutama bayi kemungkinan besar termasuk yang paling

banyak populasi rentan sehubungan dengan paparan dan efek dari Third

hand smoke. Anak kecil mungkin sangat terpapar third hand smoke dalam

debu rumah dan muncul melalui rute berikut (Jacob, Peyton, dkk 2017):

a. Oral

Paparan oral ditingkatkan pada anak-anak melalui perilaku tangan ke

mulut yang sering dilakukan.

b. Dermal

Eksposur dermal ditingkatkan dengan perilaku merangkak dan

menyentuh. Anak-anak juga memiliki kulit lebih tipis daripada orang

dewasa.

Page 33: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

18

c. Inhalasi

Paparan inhalasi didapat dari anak-anak yang bermain aktif di

dekat lantai, dimana mereka dapat menyatukan kembali debu rumah

halus yang kemudian bisa dihirup atau menetap di kulit. Anak-

anak menghirup lebih banyak udara daripada orang dewasa, sehingga

anak-anak terkena dampak yang lebih besar bahkan di lingkungan yang

sama daripada orang dewasa. Anak-anak juga memiliki luas permukaan

yang lebih besar dengan rasio berat badan daripada orang dewasa.

Anak-anak mungkin lebih rentan terhadap racun efek third hand

smoke karena fakta bahwa sistem organ mereka berkembang pesat, dan

anak-anak dapat berbeda dari orang dewasa untuk kemampuan

mendetoksifikasi polutan. Anak kecil juga tinggal dekat dengan orang tua

dan pengasuh, yang berarti mereka tidak dapat menghindari Second hand

smoke dan Third hand smoke jika pengasuh merokok. Sumber paparan

lingkungan untuk anak-anak pekerja terkena polutan lain seperti timah,

yang bisa masuk rumah dengan pakaian orang tua dan secara signifikan

mengekspos anak-anak.

Menurut (Cuthbertson and Britton 2010) Di antara banyak efek

rokok pada anak, beberapa hal yang harus diperhatikan seperti :

1. Kerusakan akibat oksidan radikal bebas dihasilkan melalui asap

rokok.

Page 34: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

19

2. Menghambat proliferasi dan diferensiasi limfosit termasuk

penekanan pembentukan antibodi dapat meningkatkan peradangan

melalui stres oksidatif.

3. Mendistorsi adaptif Imunitas yang dimediasi sel-T.

4. Merusak respons terhadap patogen, dan menekan fungsi sel imun

anti-tumor.

5. Dapat mengubah perkembangan paru-paru dan otak pada anak-anak.

6. Mengurangi aktivitas mukosiliar mengubah permeasi vascularbility

epitel pernapasan.

7. Menyebabkan hiperplasia kelenjar.

2.2.5 Pencegahan Third Hand Smoke

Paparan pada anak didapatkan dari orang tua, sekolah, dan sarana

publik. Aturan tidak merokok di rumah berhubungan signifikan dengan

penurunan penanda biokimia paparan tembakau dan menurunkan risiko

kesehatan perokok pasif. Kadar kotinin urin anak yang tinggal dalam rumah

dengan aturan tidak boleh merokok di dalam rumah enam kali lebih rendah

daripada anak yang tinggal dalam rumah yang tidak mempunyai aturan

tersebut. Third hand smoke terdapat di rumah, apartemen, atau hotel setelah

perokok keluar. Konsentrasi nikotin akan berkurang signifikan setelah

perokok keluar dari rumah atau berhenti (Marciano 2018)

1. Menciptakan lingkungan yang 100% bebas rokok. Hal itu bisa

dilakukan dengan tidak mengizinkan seseorang merokok di rumah

Page 35: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

20

atau di kendaraan. Penting untuk diingat, membuka saluran

ventilasi tidak mencegah penyebaran kontaminasi third hand smoke.

Penelitian menyebutkan bahwa pada rumah yang sudah kosong selama

2 bulan, masih terdapat residu third hand smoke yang ditinggalkan

oleh perokok sebelumya. Jika sudah telanjur terpapar third hand smoke

segera bersihkan rumah dan kendaraan dengan seksama (bisa dengan

bantuan cuka).

2. Jika anda merokok, pastikan mencuci tubuh (mandi, keramas, sikat

gigi) juga mengganti seluruh pakaian anda sebelum bersinggungan

dengan keluarga anda khususnya sebelum menggendong anak. Jika

anda merokok 10 batang sehari, maka anda perlu mengulang ritual

tersebut 10 kali sehari.

3. Menghindari dan menutup hidung ketika ada yang merokok

4. Ibu tidak membiarkan suami merokok didekat anak dan ibu tidak diam

saja ketika suami merokok dirumah

5. Solusi yang paling baik adalah dengan berhenti merokok atau

membantu agar orang-orang terdekat anda untuk berhenti merokok.

(Tiara Budi Indrajati, Tinuk Istiarti 2017)

Page 36: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

21

2.2.6 Penyakit Yang Ditimbulkan Third Hand Smoke

Kerusakan organ tubuh merupakan dampak buruk dari paparan Third-

Hand Smoke, seperti :

1. Kanker

2. kerusakan fungsi liver

3. Paru-paru

4. Gangguan pernapasan : ISPA

Resiko dari paparan third hand smoke bagi bayi 20 kali lebih

berat dibandingkan orang dewasa. Hal itu dikarenakan bayi dan anak-anak

lebih sering memasukkan tangan mereka ke mulut, mengambil dan

memakan benda-benda seperti mainan juga makanan yang tergeletak dan

terpapar third hand smoke, dan juga lebih sering bermain, duduk, berguling

di lantai. Bayi dan anak lebih mudah mempunyai risiko lebih tinggi karena

mereka lebih banyak terpapar benda-benda yang telah ditempeli Third hand

smoke. Mereka juga lebih sensitif terhadap polutan daripada dewasa, laju

napas pada anak lebih tinggi, dan faktor imaturitas sistem pernapasan dan

imun.

Ukuran partikel asap tembakau yang kecil dan berpenetrasi di jalan

napas berhubungan dengan ISPA, paparan asap tembakau pada anak

merupakan faktor risiko mayor. Tingginya paparan asap tembakau dan

paparan timah dapat mempengaruhi kognitif anak dan berhubungan dengan

nilai membaca anak karena efek neurotoksik. Asap tembakau juga

meningkatkan masalah kognitif, sifat, dan pertumbuhan anak. Melalui

Page 37: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

22

paparan asap tersebut, terjadi pula penurunan aktivitas imun dan memicu

respons inflamasi alergi.

Paparan pasif ini berpengaruh signifikan pada morbiditas, mortalitas,

dan berhubungan dengan penyakit kanker anak. Bayi dan anak-anak

menanggung resiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit-penyakit

yang diakibatkan oleh residu rokok, Misalnya Kanker, ISPA.

2.3 Konsep Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

2.3.1 Definisi ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi

akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai

dari hidung hingga kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya

seperti sinus/rongga di sekitar hidung, rongga telinga tengah dan pleura

(Hayati 2014). ISPA dibagi menjadi dua yaitu Infeksi Saluran Pernafasan

Atas dan Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Bawah. Pneumonia merupakan

infeksi saluran pernafasan bawah akut (Hayati 2014).

2.3.2 Klasifikasi Penyakit ISPA

Klasifikasi penyakit ISPA dibagi berdasarkan jenis dan derajat keparahannya.

Terdapat 3 klasifikasi ISPA (Asri Pangumpia 2017) yaitu :

1. ISPA ringan bukan Pneumonia : Mencakup kelompok pasien balita

dengan batuk yang tidak menunjukan gejala peningkatan frekuensi

nafas dan tidak menunjukan adanya tarikan dinding dada bagian bawah

Page 38: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

23

kearah dalam. Contohnya adalah common cold, faringitis, tonsillitis dan

otitis.

2. ISPA Sedang Pneumonia : Didasarkan pada adanya batuk dan kesukaran

bernafas. Diagnosis gejala ini berdasarkan usia. Batas frekuensi nafas

cepat pada anak berusia dua bulan sampai <1 tahun adalah 50 kali

permenit dan untuk anak usia 1 sampai <5 tahun adalah 40 kali permenit.

3. ISPA berat atau Pneumonia berat : Didasarkan pada adanya batuk dan

kesukaran bernafas disertai sesak nafas atau tarikan dinding dada bagian

bawah ke arah dalam (chest indrawing) pada anak berusia dua bulan

sampai <5 tahun. Untuk anak berusia <2 tahun diagnosis pneumonia

berat ditandai dengan adanya nafas cepat yaitu frekuensi pernafasan

sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat

pada dinding dada bagian bawah kearah dalam (severe chest indrawing).

2.2.3 Gejala Penyakit ISPA

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernafasan atas dimulai dari

keluhan-keluhan dan gejala yang ringan. Gejala infeksi saluran pernapasan

atas biasanya muncul kurang lebih 3 hari setelah seseorang terkena infeksi

dan mereda secara komplit sekitar 1 sampai 2 minggu.Gejala yang paling

umum adalah batuk, namun gejala dapat bervariasi tergantung dari

penyebabnya. ISPA dapat menimbulkan beberapa gejala berdasarkan dari

masing-masing faktor penyebabnya :

Page 39: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

24

1. Gejala ISPA ringan

Tanda atau gejala penyakit ISPA ringan yaitu Batuk, Serak, anak bersuara

parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara atau

menangis), pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung, Panas

atau demam, suhu badan lebih dari 37ᵒC atau jika dahi anak diraba dengan

punggu tangan terasa panas.

2. Gejala ISPA sedang

Pernafasan lebih dari 50 kali/menit pada umur kurang dari satu tahun atau

lebih dari 40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih. Suhu badan lebih

dari 39ᵒC, Tenggorokan berwarna merah, timbul bercak-bercak pada kulit

menyerupai bercak campak, telinga sakit dan mengeluarkan nanah dari

lubang telinga, pernafasan berbunyi seperti berdengkur dan menciut-ciut.

3. Gejala ISPA berat

Bibir atau kulit membiru, lubang hidung kembang kempis (dengan cukup

lebar) pada waktu bernafas, anak tidak sadar atau kesadarannya menurun,

pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah, sela iga tertarik

kedalam pada waktu bernafas, nadi cepat lebih dari 60 kali/menit atau tidak

teraba, tenggorokan berwarna merah.

2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dapat disebabkan oleh tiga faktor

(Milo and Kallo 2015) yaitu :

Page 40: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

25

1. Faktor individu

Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat badan lahir, status

gizi, vitamin A dan status imunisasi.

2. Faktor perilaku

Faktor perilaku meliputi perilaku pencegahan dan penanggulangan

ISPA pada bayi atau peran aktif keluarga/masyarakat dalam

menangani penyakit ISPA.

3. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan meliputi pencemaran udara di dalam rumah seperti

asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan

konsentrasi yang tinggi), ventilasi rumah dan kepadatan hunian serta

asap rokok bekas (third hand smoke) yang menempel di lingkungan

sekitar kemudian terhirup dan mengakibatkan gangguan kesehatan

(Milo and Kallo 2015)

2.3.5 Patofisiologi Terjadinya ISPA

Awal terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bagian atas

dimulai dari masuknya virus dan bakteri dari beberapa genus lalu berinteraksi

dengan tubuh. Akibat dari masuknya virus menyebabkan silia yang ada di

permukaan saluran pernapasan akan berusaha mendorong ke atas. Jika usaha

ini gagal maka virus akan merusak epitel dan lapisan mukosa saluran

pernapasan, karena rusaknya epitel dan lapisan mukosa menyebabkan

aktifitas kelenjar mukus mengalami peningkatan dan menyebabkan

Page 41: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

26

pengeluaran cairan mukosa diatas batas normal dan mekanisme pengeluaran

cairan ini menyebabkan batuk, sakit kepala, demam dan sebagainya (Sita

2019).

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah

tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, oleh

karena itu penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease.

Penularan melalui udara adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak

dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar

penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung,

namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah

karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau

mikroorganisme penyebab (Masriadi,2017).

ISPA dapat menular melalui beberapa cara, yaitu (Rosana,E.N. 2016) :

a. Transmisi droplet

Droplet berasal dari orang (sumber) yang telah terinfeksi atau yang telah

menderita ISPA. Droplet dapat keluar selama terjadinya batuk, bersin

dan berbicara. Penularan terjadi bila droplet yang mengandung

mikroorganisme ini tersembur dalam jarak dekat (<1m) melalui udara

dan terdeposit di mukosa mata, mulut, hidung, tenggorokan, atau faring

orang lain karena droplet tidak terus melayang di udara.

Page 42: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

27

b. Kontak Langsung

Yaitu kontak langsung atau bersentuhan dengan bagian tubuh yang

terdapat pathogen, sehingga pathogen berpindah ke tubuh yang

bersentuhan.

2.3.6 Pencegahan Penyakit ISPA

Upaya penatalaksanaan penderita penyakit ISPA terdiri dari 4 bagian (Asri

Pangumpia 2017) yaitu sebagai berikut :

1. Pemeriksaan

2. Penentuan ada tidaknya tanda bahaya

3. Penentuan klasifikasi penyakit

4. Pengobatan dan tindakan

Adapun upaya pencegahan ISPA meliputi langkah dan tindakan sebagai

berikut :

1. Menjaga keadaan gizi balita agar tetap baik

2. Imunisasi secara lengkap

3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan serta sirkulasi udara di

sekitar rumah

4. Jangan merokok di dekat anak

5. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA

6. Pengobatan segera

Usia 1 sampai 5 tahun pada balita merupakan daur dalam kehidupan

dimana pertumbuhan tidak sepesat pada masa bayi karena aktivitas mereka

Page 43: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

28

sangat banyak. Anak berumur diatas 2 tahun sampai 5 tahun mempunyai

resiko terserang infeksi saluran pernafasan akut dan juga pada anak dibawah

2 tahun mempunyai resiko yang sama untuk terserang infeksi saluran

pernafasan akut, karena keadaan pada anak dibawah umur 2 tahun

imunitasnya belum sempurna dan lumen saluran nafasnya relative sempit

(Asri Pangumpia 2017).

2.4 Konsep Balita

2.4.1 Definisi Balita

Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu

penduduk yang berada dalam rentang usia tertentu. Balita juga merupakan

salah satu periode usia manusia setelah bayi. Rentang usia balita dimulai

dari dua sampai dengan lima tahun, atau biasa digunakan perhitungan bulan

yaitu usia 24-60 bulan. Balita merupakan generasi yang perlu mendapatkan

perhatian, karena balita merupakan generasi menerus dan modal dasar untuk

kelangsungan hidup bangsa, balita amat peka terhadap penyakit, tingkat

kematian balita sangat tinggi (Asri Pangumpia 2017).

Balita diharapkan tumbuh dan berkembang dalam keadaan sehat

jasmani, sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.

Masalah kesehatan balita merupakan masalah nasional, mengingat angka

kesakitan dan angka kematian pada balita masih cukup tinggi. Angka

kesakitan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya karena penyebab

Page 44: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

29

utamanya berhubungan dengan faktor lingkungan dan lainnya (Asri

Pangumpia 2017).

2.4.2 Karakteristik Balita

Septriati (2012) menyatakan bahwa karakteristik balita dibagi menjadi dua,

yaitu :

a. anak usia 1-3 tahun

usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif yang artinya anak menerima

makanan yang disediakan orangtuanya. Laju pertumbuhan balita lebih

besar dibandingkan anak usia prasekolah . perut yang lebih kecil

menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali

makan lebih kecil dibandingkan dengan anak yang usia nya lebih besar.

b. anak usia prasekolah (3-5 tahun )

usia 3-5 tahun merupakan konsumen aktif, anak sudah mulai memilih

makanan yang disukainya. Pada usia ini, berat badan anak cenderung

mengalami penurunan disebabkan karena aktivitas lebih banyak.

c. pertumbuhan dan perkembangan

pertumbuhan bersifat kuantitatif seperti pertambahan sel, pertambahan

tinggi, dan berat badan. Sedangkan perkembangan bersifat kualitatif dan

kuantitatif. Contohnya adalah kematangan suatu organ tubuh

(Soetjiningsih 2015).

Page 45: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

30

Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

diantaranya adalah lingkungan, lingkungan akan menentukan bagaimana

potensi anak akan terpenuhi.

2.5 Teori Joanna Briggs Institute (JBI)

Joanna Briggs Institute (JBI) adalah penelitian dan pengembangan berbasis

keanggotaan internasional organisasi dalam Fakultas Ilmu Kesehatan di

Universitas Adelaide. Sintesis bukti adalah tinjauan sistematis literatur dari

intervensi tertentu, kondisi atau masalah.

Tinjauan sistematis pada dasarnya adalah analisis literatur yang tersedia

(yaitu bukti) dan penilaian efektivitas atau praktik, yang melibatkan

serangkaian kompleks. JBI mengambil pandangan tertentu tentang apa yang

dianggap sebagai bukti dan metode yang digunakan untuk mensintesis berbagai

jenis bukti. Sejalan dengan pandangan bukti yang lebih luas, Institut telah

berkembang teori, metodologi dan proses yang ketat untuk penilaian kritis dan

sintesis ini beragam bentuk bukti untuk membantu pengambilan keputusan

klinis dalam perawatan kesehatan. Tujuan dari penilaian ini adalah untuk

menilai kualitas metodologis suatu penelitian dan untuk menentukan sejauh

mana penelitian telah membahas kemungkinan bias dalam desain, pelaksanaan

dan analisisnya.

Alat Penilai Kritis Analytical Crossectional Studies

1. Apakah kriteria untuk dimasukkan dalam sampel didefinisikan dengan

jelas?

Page 46: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

31

Para penulis harus memberikan kriteria inklusi dan eksklusi yang jelas yang

mereka kembangkan sebelum rekrutmen peserta penelitian. Kriteria inklusi

/ pengecualian harus ditentukan (mis.,risiko, tahap perkembangan penyakit)

dengan detail yang cukup dan semua informasi yang diperlukan.

2. Apakah subyek penelitian dan pengaturannya dijelaskan secara rinci?

Sampel penelitian harus dijelaskan secara cukup rinci sehingga peneliti lain

dapat melakukannya. Tentukan apakah itu sebanding dengan populasi yang

diminati mereka. Para penulis harus menyediakan deskripsi yang jelas

tentang populasi dari mana peserta studi dipilih atau direkrut, termasuk

demografi, lokasi, dan periode waktu.

3. Apakah paparan diukur dengan cara yang valid dan dapat diandalkan?

Studi harus secara jelas menggambarkan metode pengukuran paparan.

Menilai validitas mensyaratkan bahwa 'standar emas' tersedia untuk

mengukur apa yang dapat dibandingkan. Validitas pengukuran paparan

biasanya berkaitan dengan apakah tindakan saat ini sesuai atau apakah

ukuran paparan masa lalu diperlukan. Keandalan mengacu pada proses yang

termasuk dalam studi epidemiologis untuk memeriksa pengulangan

pengukuran eksposur.

4. Apakah objektif, kriteria standar digunakan untuk pengukuran kondisi?

Hal ini berguna untuk menentukan apakah pasien dilibatkan dalam

penelitian berdasarkan salah satu yang ditentukan diagnosis atau definisi.

Ini lebih cenderung mengurangi risiko bias. Karakteristik adalah hal lain

pendekatan yang berguna untuk kelompok yang cocok, dan studi yang tidak

Page 47: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

32

menggunakan metode diagnostik yang ditentukan atau definisi harus

memberikan bukti tentang kecocokan dengan karakteristik utama.

5. Apakah faktor perancu diidentifikasi?

Perancu telah terjadi di mana perkiraan efek paparan bias oleh adanya

beberapa perbedaan antara kelompok pembanding (terlepas dari paparan

diselidiki / diminati). Perancu yang khas meliputi karakteristik dasar,

prognostic faktor, atau paparan yang bersamaan (mis. merokok). Perancu

adalah perbedaan antara kelompok pembanding dan itu mempengaruhi arah

hasil penelitian.

6. Apakah strategi untuk menangani faktor pembaur dinyatakan?

Strategi untuk menangani efek faktor perancu dapat ditangani dalam desain

studi atau dalam analisis data. Dengan mencocokkan atau mengelompokkan

sampel partisipan, efek dari perancu faktor dapat disesuaikan untuk. Saat

berhadapan dengan penyesuaian dalam analisis data, nilai statistik yang

digunakan dalam penelitian ini. Sebagian besar akan menjadi beberapa

bentuk analisis regresi multivariate menjelaskan faktor perancu yang

diukur.

7. Apakah hasil diukur dengan cara yang valid dan dapat diandalkan?

Jika misalnya kanker paru dinilai berdasarkan definisi atau kriteria

diagnostik, maka jawaban untuk pertanyaan ini cenderung ya. Tentukan

apakah alat pengukuran yang digunakan adalah instrumen yang divalidasi

karena ini memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil validitas

penilaian.

Page 48: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

33

8. Apakah analisis statistik yang sesuai digunakan?

Seperti halnya pertimbangan analisis statistik, pertimbangan harus

diberikan untuk apakah ada metode statistik alternatif yang lebih tepat yang

bisa digunakan. Itu Bagian metode harus cukup rinci bagi pengulas untuk

mengidentifikasi analitis mana teknik yang digunakan (khususnya, regresi

atau stratifikasi) dan bagaimana perancu tertentu diukur.

Nilai Rekomendasi JBI

- GRADE A

Rekomendasi 'kuat' untuk strategi manajemen kesehatan tertentu

dimana :

1. jelas itu efek yang diinginkan lebih besar daripada efek yang tidak

diinginkan dari strategi

2. dimana ada bukti yang memadai kualitas yang mendukung

penggunaannya

3. ada manfaat atau tidak ada dampak pada penggunaan sumber daya, dan

4. nilai, preferensi dan pengalaman pasien telah diperhitungkan.

- GRADE B

Rekomendasi 'lemah' untuk strategi manajemen kesehatan tertentu

dimana :

1. efek yang diinginkan tampaknya lebih besar daripada efek yang

tidak diinginkan dari strategi, meskipun ini tidak jelas

2. dimana ada bukti yang mendukung penggunaannya, meskipun ini

mungkin tidak berkualitas tinggi

Page 49: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

34

3. ada manfaat, tidak ada dampak atau dampak minimal pada

penggunaan sumber daya, dan

4. nilai, preferensi dan pengalaman pasien mungkin atau mungkin

belum diperhitungkan.

Skala FAME (Kelayakan, Ketepatan, Makna, dan Efektivitas) dapat membantu

menginformasikan kata-kata dan kekuatan rekomendasi.

1. F - Kelayakan; khusus :

a. Apa efektivitas biaya praktik ini?

b. Apakah sumber daya / praktik tersedia?

c. Apakah ada pengalaman / tingkat kompetensi yang memadai?

2. A - Kesesuaian; secara khusus:

a. Apakah itu dapat diterima secara budaya?

b. Apakah ini dapat ditransfer / berlaku untuk mayoritas populasi?

c. Apakah mudah beradaptasi dengan berbagai keadaan?

3. M - Makna; secara khusus:

a. Apakah ini terkait dengan pengalaman positif?

b. Apakah itu tidak terkait dengan pengalaman negatif?

4. E - Efektivitas; secara khusus:

a. Apakah ada efek yang menguntungkan?

b. Apakah aman? (yaitu apakah ada kekurangan yang terkait dengan praktik

ini?

Page 50: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

35

Rangking system :

a. 4-5 “YA” tanggapan : temuan tetap dan tidak berubah

b. 2-3 “YA” tanggapan : bergerak ke bawah 1 level

c. 0-1 “YA” tanggapan : bergerak ke bawah 2 level

2.6 Peran Perawat

Peran Perawat merupakan tingkah laku seseorang yang diharapkan sesuai

dengan kedudukan dalam system. Tingkah laku dapat dipengaruhi oleh keadaan

social didalam maupun luar profesi perawat yang bersifat spontan (Potter &

Perry, 2010).

1. Pendidik

Perawat berperan dalam memberikan pendidikan mengenai pentingnya

kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan klien, serta melakukan

evaluasi untuk melihat kemajuan dalam pembelajaran klien dan sejauh

mana klien memahami penjelasan yang telah diberikan.

2. Educator

Perawat berperan dalam membantu klien meningkatkan tingkat

pengetahuan kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan yang harus

dilakukan sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien.

3. Kolaborator

Perawat berperan dalam pemenuhan kebutuhan keamanan keluarga yang

optimal. Khususnya perawat komunitas dapat bekerja sama dengan lintas

Page 51: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

36

program maupun sectoral dengan pelayanan rumah sakit atau anggota tim

kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.

2.7 Teori Keperawatan Terkait Paparan Third Hand Smoke Dengan

Kejadian ISPA

Konsep teori keperawatan Florence Nightingale dengan teori

lingkungannya menjelaskan bahwa lingkungan merupakan faktor eskternal

yang mempengaruhi individu baik yang sehat maupun yang sakit. Jika

kebutuhan lingkungan tidak terpenuhi dengan baik atau lingkungan berada

dalam kondisi tidak higienis, maka lingkungan tersebut dapat menyebabkan

suatu penyakit pada individu. (Israfil, Yuni Sufyanti Arief 2012).

Berdasarkan pendekatan komponen Critical Thinking with Nightingales’s

Theory, penyakit ISPA pada balita dapat disebabkan oleh faktor lingkungan

yaitu paparan asap rokok third hand smoke yang didapatkan dari orang tua

atau anggota keluarga yang merokok. Faktor lingkungan merupakan

penyebab utama yang dapat menyebabkan penyakit ISPA serta tinggi nya

pengaruh orang tua yang merokok dapat meningkatkan kejadian ISPA.

Menurut Nightingale faktor lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan baik

yang sehat maupun yang sakit. Hal ini berkaitan dengan paparan third hand

smoke dengan kejadian ISPA. Ketika perokok aktif meningkat maka secara

tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan masyarakat disekitar yang

tidak merokok (perokok pasif).

Page 52: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

37

2.8 Hubungan Paparan Third Hand Smoke Dengan Kejadian Infeksi Saluran

Nafas Akut (ISPA)

Third hand smoke dapat menyebabkan resiko gangguan pernafasan

terutama pada anak dan balita yang sering dekat dengan perokok. Secara

umum, hal ini terjadi di rumah karena balita lebih banyak menghabiskan

banyak waktu dengan orang tua dan anggota keluarga yang merokok di dalam

rumah (Salma Milo, 2015). Paparan third hand smoke merupakan

pencemaran di dalam ruangan yang menetap sehingga menimbulkan resiko

kesehatan salah satunya penyakit ISPA. (Hermawati, Indarjo, and Sukendra

2019).

Faktor lingkungan menjadi penyebab utama terjadinya ISPA, salah

satunya asap rokok third hand smoke yang ditimbulkan dari anggota keluarga

yang merokok di dalam rumah (Milo and Kallo 2015). Paparan third hand

smoke yang terus-menerus terhirup dapat memperberat timbulnya ISPA

terutama pada balita, karena balita sangat rentan terhadap efek berbahaya

third hand smoke (Wahyuningsih et al. 2014).

Paparan third hand smoke pada balita didapatkan melalui paparan oral

pada anak-anak dari perilaku tangan ke mulut yang sering dilakukan balita,

perilaku merangkak dan menyentuh, atau dari paparan inhalasi ketika balita

bermain aktif di dekat lantai, dimana mereka dapat menyatukan kembali

debu rumah halus yang kemudian bisa dihirup atau menetap di kulit.

Balita menghirup lebih banyak udara daripada orang dewasa, sehingga

pada balita lebih besar resikonya bahkan di lingkungan yang sama

Page 53: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

38

dibandingkan dengan orang dewasa (Jacob, Peyton, dkk 2017). Peningkatan

jumlah perokok aktif diimbangi dengan meningkatnya jumlah perokok pasif

yang menghirup asap rokok, hal ini memberikan resiko terhadap kejadian

ISPA (Cuthbertson and Britton 2010). Analisis WHO, menunjukkan bahwa

efek buruk asap rokok lebih besar bagi perokok pasif dibandingkan perokok

aktif (Milo and Kallo 2015). Terbukti bahwa Asap tembakau mengandung

250 jenis kimia yang dapat membahayakan kesehatan dibandingkan asap

utama (Winickoff et al. 2009).

Sumber paparan third hand smoke pada balita bisa masuk ke dalam rumah

dengan pakaian orang tua dan secara signifikan terhirup oleh balita. (Jacob et

al. 2017). Hal ini didukung dengan penelitian Hermawati, Indarjo dan

Sukendra (2019) menggunakan jenis penelitian desain Cross sectional . Hasil

penelitian diketahui bahwa anak-anak yang terpapar third hand smoke dapat

meningkatkan angka kejadian ISPA. Keluarga harus lebih menyadari dampak

dari paparan third hand smoke yang sangat mengganggu kesehatan terutama

bagi balita, keluarga hendaknya menciptakan lingkungan yang sehat, bersih

dari asap rokok dan membantu menjaga anak-anak agar terhindar dari

paparan third hand smoke dengan menjadi panutan yang baik.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Oktaviani Supriyatin, Sulistyaningsih

(2015) survei case control menggunakan 76 responden, hasil penelitian

menunjukan bahwa ada hubungan paparan asap rokok dengan kejadian ISPA

(pneumonia) balita (p value = 0,00 dan nilai Odds Ratio 18,480) hasilnya

menunjukkan bahwa ada hubungan antara rumah tidak sehat dengan kejadian

Page 54: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

39

ISPA (pneumonia) anak balita (p value = 0,00 Odds Ratio 21,267). Dapat

disimpulkan bahwa anak balita yang telah terpapar asap rokok dan tinggal

dirumah yang tidak sehat lebih banyak mengalami pneumonia, anak balita

yang terpapar asap rokok beresiko 18,840 kali terkena pneumonia sedangkan

anak balita yang tinggal di rumah tidak sehat berisiko 21,267 kali lebih

terkena pneumonia, paparan asap rokok dan rumah tidak sehat meningkatkan

resiko kejadian ISPA (pneumonia)pada anak balita di Puskesmas Wirobrajan.

Page 55: LITERATURE REVIEW : HUBUNGAN ANTARA PAPARAN THIRD …

40

2.9 Kerangka Teori

Bagan 2.1

Hubungan Antara Paparan Third Hand Smoke Dengan Kejadian ISPA

Pada Balita

Gambar 1 : kerangka teori (Cuthbertson and Britton 2010) (Milo and Kallo 2015)

(Hermawati, Indarjo, and Sukendra 2019) (Oktaviani Supriyatin, Sulistyaningsih

2015)

Third hand smoke mengandung

250 jenis kimia termasuk nikotin,

hydrogen cyanide,

karbonmonoksida, butane,

amonia, toluene, arsenik, timah,

kromium, cadmium, dan

polonium-210.

Paparan third hand smoke

Infeksi

Mukosa hidung bengkak

Menghasilkan banyak lendir

Menghambat

aliran udara

Batuk, pilek, demam, nyeri

tenggorokan, sakit kepala,

lemas, wheezing

Infeksi saluran pernafasan

akut (ISPA)