PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT LITERASI MODERASI BERAGAMA DALAM BINGKAI KEBERAGAMAN INDONESIA TIM PELAKSANA: Dr. Elly Yuliawati, M.Si (Ketua) NIDN: (0324077101) Dra. Irene Irawati S. M.Si (Anggota) NIDN: 0320106703 BIDANG ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA 2020
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PROPOSAL
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
LITERASI MODERASI BERAGAMA DALAM
BINGKAI KEBERAGAMAN INDONESIA
TIM PELAKSANA:
Dr. Elly Yuliawati, M.Si (Ketua)
NIDN: (0324077101)
Dra. Irene Irawati S. M.Si (Anggota)
NIDN: 0320106703
BIDANG ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2020
ii
HALAMAN PENGESAHAN
1. a. Judul Pengabdian : Literasi Moderasi Beragama dalam
Bingkai Keberagaman Indonesia
b. Judul Penelitian Terdahulu : Pengaruh Terpaan Konten Moderasi
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
8
LAMPIRAN
Biodata
iv
RINGKASAN PROPOSAL
Indonesia tumbuh diantara agama-agama, baik itu agama samawi maupun agama
yang tumbuh asli dari bumi nusantara. Ini menunjukkan bahwa toleransi beragama
sudah berlangsung sedemikian lama, bahkan jauh sebelum Indonesia berdiri. Akhir-
akhir ini dengan meleknya teknologi terjadilah transmisi budaya antar bangsa, terjadi
gegar budaya, pemahaman transnasional yang dapat merusak persatuan bangsa telah
masuk perlahan ke sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini menjadi
keprihatinan bersama, sehingga pemerintah menawarkan jalan yang lebih moderat
dalam berperilaku diantara para pemeluk agama yakni moderasi beragama.
Apakah masyarakat memahami tujuan moderasi beragama? Apakah ada
kesamaan makna antara pemerintah dengan masyarakat mengenai moderasi beragama?
Mengingat penerus bangsa ini adalah kaum muda milenial, maka pemahaman yang akan
diukur adalah pemahaman generasi muda (siswa/i), khususnya pelajar di SMKN 49 di
Jakarta Utara.
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terpaan konten moderasi
beragama di media sosial berpengaruh terhadap pemahaman baik dalam konteks
komunikasi interpersonal hingga sistem interaksi hubungan. Untuk itu diperlukan
literasi terhadap penggunaan media sosial, memilih dan memilah informasi secara benar
dan tepat, tidak serta merta mengadopsi tanpa literasi. Perlu pembekalan tentang konsep
moderasi beragama yang diperlukan dalam merawat keberagaman Indonesia.
Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat diharapkan bisa memberikan
kontribusi berupa deskripsi secara analitis pemahaman mengenai moderasi beragama
pada generasi milenial dalam konteks interpersonal hingga sistem interaksi hubungan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Keberagamaan dalam keberagaman memerlukan tenggang rasa yang cukup
memadai saat ini. Dimana setiap wilayah terhubung sedemikian mudah meski di jarak
dan waktu yang berbeda. Apa yang terjadi di daerah lain bisa dengan mudah diketahui
oleh orang di daerah lainnya lagi, melalui media sosial pesan berupa audio visual dapat
menyebarkan pesan dan peristiwa dengan cepat. Era global kali ini lebih dari apa yang
dibayangkan Marshall Mc Luhan tentang global village.
Hilangnya batas-batas privasi karena begitu mudah dan cepatnya broadcast dari
gawai yang ada dalam genggaman. Bagaimana ceramah agama di lingkungan tertutup
dan terbatas bisa membuat kegaduhan dan ketersinggungan pemeluk agama lain, atau
menjadi hiburan bagi agama lain. Pertentangan antar pemuka agama juga meramaikan
ruang yang masih samar antara ruang publik atau privat. Ditambah lagi miniblog seperti
facebook dan twitter penuh dengan caci maki terbuka. Sehingga teks cacian itu bisa
dibaca oleh awam bahkan anak remaja.
Hasil survei nasional PPIM UIN Jakarta di tahun 2017 menunjukkan bahwa
internet berpengaruh besar terhadap meningkatnya intoleransi pada generasi milenial
atau generasi Z (Kemenag RI, 2019). Lebih jauh survei tersebut mengungkapkan,
“Siswa dan mahasiswa yang tidak memiliki akses internet lebih memiliki sikap moderat
dibandingkan mereka yang memiliki akses internet.” Penyebabnya antara lain: internet
yang tidak memiliki aturan baku ini layaknya pasar bebas, siapa saja dapat menuliskan
informasi apa pun bahkan catatan pribadi pun bisa dipublikasikan dan menjadi
komsumsi secara luas.
Melihat keprihatinan ini pemerintah melalui Kementerian Agama mencoba
mempopulerkan pemahaman apa yang disebut sebagai moderasi beragama, tujuannya
untuk pemeluk agama menghindarkan diri dari sikap atau perilaku ekstrim dalam
beragama. Akan tetapi, dalam praktik kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia yang
multikultural, kita masih menemukan problem-problem kehidupan umat beragama.
Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama mencatat dinamika kasus-kasus keagamaan tersebut dalam
2
Laporan Tahunan Kehidupan Keagamaan di Indonesia, misalnya yang menyangkut
aliran, paham, gerakan keagamaan, pembangunan rumah ibadah, hingga isu radikalisme,
ekstremisme, dan terorisme (Kemenag RI, 2019).
Salah satu faktornya adalah cara dan tingkat pemahaman yang dimiliki oleh
masing-masing pemeluk agama berbeda satu sama lain sehingga muncul corak
keberagamaan (Natalia, 2016). Kementerian Agama RI mensinyalir sejumlah
kesalahpahaman moderasi (jalan tengah), misalnya, seseorang yang bersikap moderat
dalam beragama berarti tidak teguh pendiriannya, tidak serius, atau tidak sungguh-
sungguh dalam mengamalkan ajaran agamanya. Moderat disalahpahami sebagai
kompromi keyakinan teologis beragama dengan pemeluk agama lain (Kemenag RI,
2019).
Berdasarkan uraian singkat di atas, bahwa kesalahpahaman merupakan salah satu
faktor dapat memicu konflik yang lebih luas. Untuk meredamnya, maka perlu
dikonstruksi kesepahaman atau shared meaning atau makna yang dipahami secara
bersama. Pada tataran komunikasi interpersonal, seorang pembicara selayaknya mampu
mempersepsi bahwa dirinya dipahami atau perceived understanding (Infante, Dominic
A. Rance, Andrew S, dan Womack, 2003). Hal ini akan berlanjut pada tataran
pengembangan hubungan, dan model sistem interaksi hubungan (relational interaction).
Begitu pula halnya tentang jalan moderasi, perlu diciptakan kesepahaman tentang
moderasi beragama. Mengacu pada Kementerian Agama RI, moderasi di sini meliputi:
1) komitmen kebangsaan; 2) toleransi; 3) antikekerasan; dan 4) akomodatif terhadap
kebudayaan lokal. Diskusi moderasi beragama juga menyoroti muatan nilai dan praktik
yang paling sesuai untuk mencegah radikalisme dan melestarikan kerukunan,
menciptakan relasi konstruktif di antara agama agama secara internal dan eksternal
sehingga terwujud harmoni antar umat beragama (Arifinsyah, Safria Andy, 2020).
Peran masyarakat dan dunia pendidikan berkontribusi dalam menghadirkan
moderasi beragama. Bentuk-bentuk moderasi kurikulum pendidikan di semua jenjang
baik pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi juga pendidikan
moderasi berbasis keluarga. Peta kurikulum yang moderat ini berguna untuk pembuatan
kebijakan dalam rangka membangun kesadaran inklusif-multikultural untuk
meminimalkan radikalisme agama.
3
1.2 Perumusan Masalah
Jika dikaitkan dengan survei nasional PPIM UIN Jakarta di tahun 2017 di atas,
muncul sejumlah pertanyaan: apakah siswa mengakses berita atau informasi tentang
moderasi beragama di media baru, khususnya media sosial? Seperti apakah konten
moderasi beragama di media sosial yang mereka konsumsi? Bagaimana siswa itu
memahami konten moderasi beragama tersebut?
1.3 Tujuan Kegiatan
Mengenalkan keberagaman keagamaan di Indonesia
Memberikan pemahaman tentang konsep moderasi beragama dan
pentingnya sikap moderasi dalam beragama
Memberikan literasi penggunaan media sosial, memilih dan memilah
informasi secara benar dan tepat, tidak serta merta mengadopsi tanpa
literasi.
1.4 Manfaat Kegiatan
Pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan bisa memberikan kontribusi berupa
pemahaman masyarakat terkait pentingnya memiliki sikap moderasi dalam hidup
beragama, terutama di kalangan remaja. Dari pemahaman yang terbentuk diharapkan
bisa menjadi bahan pertimbangan bagi pengambilan kebijakan terkait pencegahan dan
penanganan sikap intoleransi di kalangan remaja Indonesia.
4
BAB II
TARGET DAN LUARAN
Target: melalui sosialisasi ini diharapkan peserta dapat menyadari akan bahaya
intoleransi, memiliki sikap moderat dalam hidup bermasyarakat, dan upaya pencegahan
pemahaman radikalisme pada generasi Z atau generasi milenial.
Luaran: setelah mengikuti pelatihan, peserta lebih memiliki pengetahuan dan
pemahaman terkait bahaya sikap intoleransi dalam hidup bermasyarakat. Dengan
adanya peningkatan, pengetahuan dan pemahaman terkait bahaya intoleransi diharapkan
siswa dapat menerapkan sikap moderat dalam kehidupan beragama di masyarakat.
No Jenis Luaran
Indikator Capaian 1 Publikasi ilmiah pada jurnal ber ISSN/prosiding
2 Publikasi pada media masa cetak/online/repocitory PT √
3 Peningkatan daya saing (peningkatan kualitas, kuantitas,
serta nilai tambah barang, jasa, diversifikasi produk,
atau sumber daya lainnya)
4 Peningkatan penerapan iptek di masyarakat (mekanisasi,
IT, dan manajemen)
5 Perbaikan tata nilai masyarakat (seni budaya, sosial,
politik, keamanan, ketentraman, pendidikan, kesehatan)
√
6 Publikasi di jurnal internasional 7 Jasa, rekayasa sosial, metode atau sistem, produk/barang 8 Inovasi baru TTG 9 Hak kekayaan intelektual (Paten, Paten sederhana, Hak
Cipta, Merek dagang, Rahasia dagang, Desain
Produk Industri, Perlindungan Varietas Tanaman,
Perlindungan Desain Topografi Sirkuit Terpadu)
10 Buku ber ISBN
5
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan pengabdian akan di lakukan di SMKN 49 Kelurahan
Cilincing, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. Waktu pelaksanaan direncanakan
pada bulan Februari 2021.
3.2 Khalayak Sasaran
Siswa dan siswi dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 49 di Jakarta
Utara, dengan alamat lengkap RT.2/RW.5, Marunda, Kec. Cilincing, Kota Jakarta
Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14120.
3.3 Jenis Kegiatan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa sosialisasi pemahaman dan
pembekalan konsep literasi penggunaan media sosial untuk memilah informasi
tentang moderasi beragama, yang diperlukan dalam merawat budaya keberagaman
masyarakat Indonesia
3.4 Teknik Kegiatan
Tahapan 1: Sosialisasi tentang literasi penggunaan media social dalam memilah
infomasi terkait moderasi beragama.
Tahapan 2: Pemahaman tentang konsep moderasi beragama dan pengaruhnya
terhadap komunikasi interpersonal dan interaksi hubungan diantara
mereka.
6
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya UMB
No Komponen Biaya yang diusulkan (Rp)
1 Honorarium instruktur None
2 Snack 35 org Rp. 1.000,000,
3 Transportasi dan tol Rp. 300.000,
4 Bahan Ajar dan alat praktek Rp. 300.000,
5 Bahan habis pakai Rp. 300.000,
6 Pembuatan banners, Adm Rp. 500.000,
7 Akomodasi @Rp 600,000 Rp. 1.200,000,
8 Pembuatan laporan Rp. 400.000, TOTAL Rp. 4.000.000,