Top Banner
LINGKUNGAN PENGENDAPAN DELTA Delta merupakan garis pantai yang menjorok ke laut, terbentuk oleh adanya sedimentasi sungai yang memasuki laut, danau atau laguna dan pasokan sedimen lebih besar daripada kemampuan pendistribusian kembali oleh proses yang ada pada cekungan pengendapan (Elliot, 1986 dalam Allen, 1997). Menurut Boggs (1987), delta diartikan sebagai suatu endapan yang terbentuk oleh proses sedimentasi fluvial yang memasuki tubuh air yang tenang. Dataran delta menunjukkandaerah di belakang garis pantai dan dataran delta bagian atas didominasi oleh proses sungai dan dapat dibedakan dengan dataran delta bagian bawah didominasi oleh pengaruh laut, terutama penggenangan tidal. Delta terbentuk karena adanya suplai material sedimentasi dari sistem fluvial. Ketika sungai-sungai pada sistem fluvial tersebut bertemu dengan laut, perubahan arah arus yang menyebabkan penyebaran air sungai dan akumulasi pengendapan yang cepat terhadap material sedimen dari sungai mengakibatkan terbentuknya delta. Bersamaan dengan pembentukan delta tersebut, terbentuk pula morfologi delta yang khas dan dapat dikenali pada setiap sistem yang ada. Morfologi delta secara umum terdiri dari tiga, yaitu : delta plain, delta front dan prodelta. II.1. Delta Plain Delta plain merupakan bagian delta yang bersifat subaerial yang terdiri dari channel yang sudah ditinggalkan. Delta plain merupakan baigan daratan dari delta dan terdiri atas endapan
33

Lingkungan Pengendapan Delta

Dec 14, 2015

Download

Documents

Delta
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lingkungan Pengendapan Delta

LINGKUNGAN PENGENDAPAN DELTA

Delta merupakan garis pantai yang menjorok ke laut, terbentuk oleh adanya sedimentasi sungai

yang memasuki laut, danau atau laguna dan pasokan sedimen lebih besar daripada kemampuan

pendistribusian kembali oleh proses yang ada pada cekungan pengendapan (Elliot, 1986 dalam

Allen, 1997). Menurut Boggs (1987), delta diartikan sebagai suatu endapan yang terbentuk oleh

proses sedimentasi fluvial yang memasuki tubuh air yang tenang. Dataran delta

menunjukkandaerah di belakang garis pantai dan dataran delta bagian atas didominasi oleh

proses sungai dan dapat dibedakan dengan dataran delta bagian bawah didominasi oleh pengaruh

laut, terutama penggenangan tidal. Delta terbentuk karena adanya suplai material sedimentasi

dari sistem fluvial. Ketika sungai-sungai pada sistem fluvial tersebut bertemu dengan laut,

perubahan arah arus yang menyebabkan penyebaran air sungai dan akumulasi pengendapan yang

cepat terhadap material sedimen dari sungai mengakibatkan terbentuknya delta. Bersamaan

dengan pembentukan delta tersebut, terbentuk pula morfologi delta yang khas dan dapat dikenali

pada setiap sistem yang ada. Morfologi delta secara umum terdiri dari tiga, yaitu : delta plain,

delta front dan prodelta.

II.1. Delta Plain

Delta plain merupakan bagian delta yang bersifat subaerial yang terdiri dari channel yang sudah

ditinggalkan. Delta plain merupakan baigan daratan dari delta dan terdiri atas endapan sungai

yang lebih dominan daripada endapan laut dan membentuk suatu daratan rawa-rawa yang

didominasi oleh material sedimen berbutir halus, seperti serpih organik dan batubara.Pada

kondisi iklim yang cenderung kering (semi-arid),sedimen yang terbentuk didominasi oleh

lempung dan evaporit. Daratan delta plain tersebut digerus oleh channel pensuplai material

sedimen yang disebut fluvial distributaries dan membentuk suatu percabangan. Gerusan-gerusan

tersebut biasanya mencapai kedalaman 5-10 meter dan menggerussampai pada sedimen delta

front. Sedimen pada channel tersebut disebut sandy channel dan membentuk distributary channel

yang dicirikan oleh batupasir lempungan. Sublingkungan delta plain dibagi menjadi :

II.1.1. Upper Delta Plain

Pada bagian ini terletak diatas area tidal atau laut dan endapannya secara umum terdiri dari :

Page 2: Lingkungan Pengendapan Delta

a) Endapan distributary channel

Endapan distributary channel terdiri dari endapan braided dan meandering, levee dan endapan

point bar. Endapan distributary channel ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar

urutan fasies dan menunjukkan kecenderungan menghalus ke atas. Struktur sedimen yang

umumnya dijumpai adalah cross bedding, ripple cross stratification, scour and fill dan lensa-

lensa lempung. Endapan point bar terbentuk apabila terputus dari channel-ya. Sedangkan levee

alami berasosiasi dengan distributary channel sebagai tanggul alam yang memisahkan dengan

interdistributary channel. Sedimen pada bagian iniberupa pasir halus dan rombakan material

organik serta lempung yang terbentuk sebagai hasil luapan material selama terjadi banjir.

b) Lacustrine delta fill dan endapan interdistributary flood plain

Endapan interdistributary channel merupakan endapan yang terdapat diantara distributary

channel. Lingkungan ini mempunyai kecepatan arus paling kecil, dangkal, tidak berelief dan

proses akumulasi sedimen lambat. Pada interdistributary channel dan flood plain area terbentuk

suatu endapan yang berukuran lanau sampai lempung yang sangat dominan. Struktur sedimennya

adalah laminasi yang sejajar dan burrowing structure endapan pasir yang bersifat lokal, tipis dan

kadang hadir sebagai pengaruh gelombang.

II.1.2. Lower Delta Plain

Lower delta plain terletak pada daerah dimana terjadi interaksi antara sungai dengan laut, yaitu

dari low tidemark sampai batas kehadiran yang dipengaruhi pasang-surut. Pada lingkungan ini

endapannya meliputi endapan pengisi teluk (bay fill deposit) meliputi interdistributary bay,

tanggul alam, rawa dan crevasse slay, serta endapan pengisi distributary yang ditinggalkan.

II.2. Delta Front

Delta front merupakan sublingkungan dengan energi yang tinggi dan sedimen secara tetap

dipengaruhi oleh adanya proses pasang-surut, arus laut sepanjang pantai dan aksi gelombang.

Delta front terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan akumulasi sedimennya berasal dari

distributary channel. Batupasir yang diendapkan dari distributary channel tersebut membentuk

Page 3: Lingkungan Pengendapan Delta

endapan bar yang berdekatan dengan teluk atau mulut distributary channel tersebut. Pada

penampang stratigrafi, endapan bar tersebut memperlihatkan distribusi butiran mengkasar ke atas

dalam skala yang besar dan menunjukkan perubahan fasies secara vertikal ke atas, mulai dari

endapan lepas pantai atau prodelta yang berukuran butir halus ke fasies garis pantai yang

didominasi batupasir. Endapan tersebut dapat menjadi reservoir hidrokarbon yang baik. Diantara

bar pada mulut distributary channel akan terakumulasi lempung lanauan atau lempung pasiran

dan bergradasi menjadi lempung ke arah laut.

Menurut Coleman (1969) dan Fisher (1969) dalam Galloway (1990), lingkungan pengendapan

delta front dapat dibagi menjadi beberapa sublingkungan dengan karakteristik asosiasi fasies

yang berbeda, yaitu :

a) Subaqueous Levees

Merupakan kenampakan fasies endapan delta front yang berasosiasi dengan active channel

mouth bar. Fasies ini sulit diidentifikasi dan dibedakan dengan fasies lainnya pada endapan delta

masa lampau.

b) Channel

Channel ditandai dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menghalus ke

atas. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai adalah cross bedding, ripple cross stratification,

scoure and fill.

c) Distributary Mouth Bar

Pada lingkungan ini terjadi pengendapan dengan kecepatan yang paling tinggi dalam sistem

pengendapan delta. Sedimen umumnya tersusun atas pasir yang diendapkan melalui proses

fluvial. Strukur sedimen yang dapat dijumpai antara lain : current ripple, cross bedding dan

massive graded bedding.

d) Distal Bar

Pada distal bar, urutan fasies cenderung menghalus ke atas, umumnya ersusun atas pasir halus.

Struktur sedimen yang umumnya dijumpai antara lain : laminasi, perlapisan silang siur tipe

through.

II.3. Prodelta

Page 4: Lingkungan Pengendapan Delta

Prodelta merupakan sublingkungan transisi antara delta front dan endapan normal marine shelf

yang berada di luar delta front. Prodelta merupakan kelanjutan delta front ke arah laut dengan

perubahan litologi dari batupasir bar ke endapan batulempung dan selalu ditandai oleh zona

lempungan tanpa pasir. Daerah ini merupakan bagian distal dari delta, dimana hanya terdiri dari

akumulasi lanau dan lempung dan biasanya sendiri serta fasies mengkasar ke atas

memperlihatkan transisi dari lempungan prodelta ke fasies yang lebih batupasir dari delta front.

Litologi dari prodelta ini banyak ditemukan bioturbasi yang merupakan karakteristik endapan

laut. Struktur sedimen bioturbasi bermacam-macam sesuai dengan ukuran sedimen dan

kecepatan sedimennya. Struktur deformasi sedimen dapat dijumpai pada lingkungan ini,

sedangkan struktur sedimen akibat aktivitas gelombang jarang dijumpai. Prodelta ini kadang-

kadang sulit dibedakan dengan endapan paparan (shelf), tetapi pada prodelta ini sedimennya

lebih tipis dan memperlihatkan pengaruh proses endapan laut yang tegas.

Gambar VII.29 Fisiografi Delta (Allen dan Coadou, 1982)

III. KLASIFIKASI DELTA

Menurut Galloway (1975) dan Serra (1990), berdasarkan proses yang berpengaruhi didalamnya,

delta dapat diklasifikasikan menjadi 3 , yaitu :

Page 5: Lingkungan Pengendapan Delta

III.1. Fluvial Dominated Delta

Ini terjadi jika gelombang, arus pasang surut, dan arus sepanjang pantai lemah, volume sedimen

yang dibawa dari sungai tinggi, maka akan terjadi progradasi yang cepat ka arah laut dan akan

berkembang suatu variasi karakteristik dari lingkungan pengendapan yang didominasi sungai.

• Geometri : channel (delta plain) dan sheet (delta front). Kontinuitas tubuh batupasir jelek

(channel) sampai sedang (distributary mount bar).

• Litologi dan struktur :

Channel fasies : batupasir dengan cross bedding (through dan plannar), kontak dasar erosi,

rip-up clast/fragmen batubara, sekuen halus ke atas.

Marsh fasies : batubara, batulempung dengan rootles.

Bay fasies : batulempung dengan acak binatang.

Crevasse-splay facies : sekuen kasar ke atas (sortasi baik ke atas).

Distributary mount bar : batupasir dengan cross laimnasi, paralel laminasi.

Bar facies : climbing ripple, mika melimpah, material karbon, struktur deformasi.

Distal bar fasies : batulanau dan batulempung, paralel laminasi, climbing ripple, material

karbon, struktur deformasi, acak binatang.

Prodelta facies : batulempung dengan struktur deformasi.

Refleksi seismik : oblique dan sigmoid clinoform.

Pada bagian ini mempunyai bentuk channel dan sheet dengan kontinuitas tubuh pasir jelek

sampai sedang. Delta yang didominasi sungai dicirikan dengan batupasir dan batulanau yang

masif sampai berlapis baik dan mungkin memperlihatkan graded bedding. Pasir delta front

memperlihatkan banyaknya pengaruh sungai dalam pengendapan distribusi lingkungan mouth

bar. Jumlah bioturbasi bervariasi tergantung pada rata-rata sedimentasi dan ukuran butir dari

suplai sedimen. Variasi pembelokan dalam sistem fluvial biasanya menghasilkan suatu

pengkasaran ke arah atas yang tidak teratur.

Progradasi ke arah laut yang sangat cepat membuat delta tipe ini memiliki sekuen coarsening

upward (mengkasar keatas). Geometri endapan yang dihasilkan dari tipe delta ini yaitu berbentuk

lobate dengan mekanisme akresi lateral yang kuat sehingga menghasilkan lentikuler units.

Batupasir cenderung menjadi lentikuler sampai tabular untuk distributary mount bar, bergradasi

menjadi sand sheets.

III.2. Wave Dominated Delta

Page 6: Lingkungan Pengendapan Delta

Delta yang didominasi gelombang dan biasanya terdiri dari rangkaian fasies yang saling

berhubungan dan mengkasar ke atas secara menerus yang merupakan karakteristik dari pantai

yang dipengaruhi gelombang. Struktur sedimen yang umum dijumpai antara lain : ripple dan

humocky yang merupakan indikator pengendapan yang tinggi.

Pada lingkungan dengan aktivitas gelombang kuat, endapan mount bar secara menerus

mengalami reworked menjadi suatu seri superimposed coastal barriers. Tubuh pasir akan

cenderung paralel terhadap garis pantai berbeda dengan delta dominasi sungai yang mendekati

tegak lurus terhadap pantai.

• Litologi dan struktur sedimen :

a. fasies pantai dan pantai penghalang (barrier beach) dominan.

b. Fasies distributary mount bar termodifikasi/reworked menjadi punggungan pantai.

c. Secara keseluruhan menunjukkan sekuen mengkasar ka atas.

d. Struktur yang dijumpai pada tipe ini adalah perlapisan tipis, paralel laminasi, dan cross

bedding satu arah, struktur flaser, slumps, struktur alga, bioturbasi dengan intensitas tinggi pada

bagian atas dan mudcrack pada shale.

III.3. Tide-Influence Delta

Merupakan area dimana tingkat pasang surut tinggi, sehingga aliran balik (yang terjadi dalam

distributary channel selama kondisi banjir dan surut) kemungkinan akan terjadi sumber energi

utama yang memisah sedimen.

• Geometri : channel dan ridge, kontinuits batupasir berukuran butir kasar-sedang, arah sebaran

tegak lurus panatai.

• Litologi dan struktur :

-Tidal channel dan ridge facies sangat dominan.

-Channel facies : batupasir dengan sortasi baik, herringbone, cross bedding.

-Sekuen yang dijumpai pada delta tipe ini yaitu coarsening upward yang diikuti dengan fining

upward, tanpa batas yang jelas, tergantung pada posisi delta.

Lingkungan ini menunjukkan kombinasi pengaruh dari sungai, gelombang dan proses pasang-

surut. Lingkungan ini mempunyai bentuk geometri channel dan ridge dengan kenampakan

kontinuitas batupasir jelek sampai sedang dengan penyebaran tegak garis pantai. Struktur

sedimen yang umumnya berkembang adalah laminasi dan ripple. Masuknya pasang-surut pada

Page 7: Lingkungan Pengendapan Delta

delta front yang berprogradasi, seperti pada Mahakam juga memeperlihatkan beberapa

pengasaran ke atas. Smith, et al (1990) dalam Allen (1997) telah mendiskripsikan ritme pasang-

surut dengan indikator pasang-surut dalam pasir delta front adalah hearingbone cross bedding.

DAUR SEDIMEN DELTA

Fasies delta termasuk fasies yang unik terbentuk oleh perulangan banyak sekuen susut delta dan

dapat membentuk endapan yang sangat tebal disebabkan akumulasi endapan dari puluhan

bahkan ratusan individu sekuen delta.Turun naiknya muka air laut yang tidak konstan

menyebabkan siklus penggenangan dan penurunan permukaan air laut yang tidak merata di

setiap bagian sekuen delta meskipun secara lateral jaraknya hanya terpisah beberapa meter.

Perulangan daur susut genang laut dengan ketebalan puluhan meter adalah tipe endapan pantai

dan endapan delta. Hal ini menunjukan bahwa dalam beberapa interval stratigrafi, garis pantai

dapat berpindah puluhan atau ratusan kilometer ke arah depan ataupun ke arah belakang dengan

perubahan lingkungan pengendapan dari lepas pantai ke arah dataran delta (delta plain) maupun

sebaliknya.

Secara umum mekanisme daur progradasi dan peninggalan delta sebagai berikut :

1. Awalnya bagian delta tertentu adalah zona aktif pemasukan sedimen, delta berprogradasi di

atas paparan.

2. Kecepatan progradasi pada saat tertentu akan berkurang akibat delta yang berprogradasi di

atas paparan, meningkatnya jumlah channel dan pengangkutan material sedimennya,

meningkatnya laju penurunannya cekungan ke arah paparan. Hal ini mengakibatkan channel

akan berpindah secara lateral mengikuti kemiringan gradien hidroliknya dengan jarak tertentu

dari delta lama.

3. Pada saat yang sama delta lama mengalami penurunan sehingga gelombang pasang laut

mempengaruhi suplai endapan, dengan diendapkannya endapan genang laut berupa karbonat

atau serpih marine.

4. Berkembangnya endapan batubara tebal yang merupakan lapisan penanda (marker bed)

berakhirnya daur genang laut pada bagian darat delta lama (fluvial delta plain abadonment)

setelah mengalami penurunan maka endapan ini akan tertutup oleh endapan genang laut.

5. Dalam interval waktu tertentu, tempat pengendapan delta dapat kembali berpindah di atas

delta lama dengan terbentuknya endapan susut laut deltaik di atas endapan genang laut

Page 8: Lingkungan Pengendapan Delta

menghasilkan lobate (kuping delta).Mekanisme ini terus berlangsung sehingga terjadi daur

perentangan vertikal (vertikal stacking cycle) yang disusun oleh sistem susut-genang laut

setempat.

Page 9: Lingkungan Pengendapan Delta

Lingkungan Pengendapan Delta

Definisi

Pengertian delta adalah sebuah lingkungan transisional yang dicirikan oleh adanya material

sedimen yang tertransport lewat aliran sungai (channel), kemudian terendapkan pada kondisi di

bawah air (subaqueous), pada tubuh air tenang yang diisi oleh aliran sungai tersebut, sebagian

lagi berada di darat/subaerial (Friedman & Sanders, 1978, vide Serra, 1985). Delta terbentuk di

hampir semua benua di dunia kecuali di Antarika dan Greenland, yang daerahnya tertutup salju),

dimana terdapat pola penyaluran sungai dengan dimensi yang luas dan jumlah material sedimen

yang besar (Boggs, 1987). Pada umumnya, delta akan terbentuk apabila material sedimen dari

daratan yang terangkut lewat sungai dalam jumlah yang besar masuk ke dalam suatu tubuh air

yang tenang (standing body water). Sebagian material yang terendapkan di muara sungai tersebut

terendapkan pada kondisi subaerial (Barrel, 1912 vide Walker 1984). Proses pengendapan pada

delta menghasilkan pola progradasi yang menyebabkan majunya garis pantai. Litologi yang

dihasilkan umumnya mempunyai struktur gradasi normal pada fasies yang berasosiasi dengan

lingkungan laut (marine facies). Dalam pembentukan delta, material sedimen yang dibawa oleh

sungai merupakan faktor pengontrol utama.

Page 10: Lingkungan Pengendapan Delta

Gambar Delta Mississippi

Pembentukan delta dikontrol oleh interaksi yang rumit antara berbagai faktor yang

berasal/bersifat fluviatil, proses di laut dan kondisi lingkungan pengendapan. Faktor-faktor

tersebut meliputi iklim, pelepasan air, muatan sedimen, proses yang terjadi di mulut sungai,

gelombang (wave), pasang surut (tide), arus, angin, luas shelf, dan lereng (slope), tektonik, dan

geometri cekungan penerima (receiving basin) akan mengontrol distribusi, orientasi, dan

geometri internal endapan delta (Wright et al., 1974, vide Walker, 1984).

Hanya beberapa proses saja yang tergolong sangat penting dalam mengontrol geometri, proses

internal yang bersifat progradasi pada delta (progradational framework) serta kecenderungan

arah penyebaran (trend) delta, yaitu : pasokan sedimen, tingkat energi gelombang, dan tingkat

energi pasang surut (Galloway, 1975; Galloway & Hobday, 1983 vide Boggs, 1987). Ketiga

Page 11: Lingkungan Pengendapan Delta

faktor inilah yang nantinya akan sangat berperan dalam penggolongan delta ke dalam tiga tipe

dasar delta yang sangat fundamental yaitu (1) fluvial-dominated, (2) tide-dominated, dan (3)

wave-dominated (Boggs, 1987). Adanya dominasi diantara salah satu faktor pengontrol tersebut

akan mempengaruhi geometri delta yang terbentuk. Menurut Curray (1969) delta memiliki

beberapa bentuk yang umum, yaitu :

1. Birdfoot : Bentuk delta yang menyerupai kaki burung

2. Lobate : Bentuk delta seperti cuping

3. Cuspate : Bentuk delta yang menyerupai huruf (v)

4. Arcuate : Bentuk delta yang membundar

5. Estuarine : Bentuk delta tidak dapat berkembang dengan sempurna

Klasifikasi Delta menurut Galloway (1975) Vide Serra (1985)

Klasifikasi Delta

Klasifikasi merupakan suatu usaha pengelompokkan berdasarkan kesamaan sifat, fisik yang

Page 12: Lingkungan Pengendapan Delta

dapat teramati (Tabel 4.1). Dalam hal klasifikasi delta, ada beberapa klasifikasi yang sering

digunakan. Klasifikasi delta yang sering digunakan adalah klasifikasi menurut Galloway, 1975

dan klasifikasi menurut Fisher, 1969

Dalam klasifikasi Galloway (1975) ditampilkan beberapa contoh delta di dunia yang mewakili

tipikal proses yang relatif dominan bekerja membentuk setiap tipikal delta, sebagai contoh

fluvial dominated delta akan membentuk delta yang berbentuk elongate contohnya adalah Delta

Missisipi, kemudian tide dominated delta akan membentuk delta yang berbentuk estuarine

contohnya Delta Gangga- Brahmaputra, selanjutnya wave dominated delta akan menghasilkan

delta yang  berbentuk cuspate contohnya Delta San Fransisco. Namun, pada dasarnya setiap

delta yang terdapat di dunia tidaklah murni dihasilkan oleh dominasi salah satu faktor pengontrol

di atas, namun lebih merupakan hasil interaksi antara dua atau bahkan tiga faktor pengontrol,

sebagai contoh Delta Mahakam dan Delta Ebro yang berbentuk lobate yang dihasilkan utamanya

dari proses fluvial dan tidal dengan sedikit pengaruh gelombang (wave),

Selain klasifikasi menurut Galloway, juga terdapat klasifikasi menurut Fisher (1969). Dalam

klasifikasi ini, Fisher menyimpulkan bahwa proses pembentukan delta dipengaruhi oleh dua

faktor pengontrol utama yaitu proses fluvial dan pasokan sedimen, serta proses asal laut (marine

processes). Berdasarkan dominasi salah satu faktor tersebut, Fisher dalam klasifikasinya

membagi delta menjadi dua kelompok yaitu delta yang bersifat high constructive, apabila proses

fluvial dan pasokan sedimen yang dominan mengontrol pembentukan delta dan delta yang

bersifat high desctructive apabila proses asal laut yang lebih dominan. Pada gambar klasifikasi

Fisher dapat dilihat beberapa geometri delta berdasarkan proses dominan yang

mengontrolnya menurut Fisher et al., (1969)

Page 13: Lingkungan Pengendapan Delta

Klasifikasi Delta menurut Fisher et Al., 1969 Vide Elliot (1982).

Sublingkungan Pengendapan Delta

Secara garis besar delta di bagi menjadi beberapa sublingkungan antara lain ;

1. Delta Plain

Merupakan bagian delta yang berada pada bagian lowland yang tersusun atas active channel dan

abandoned channel .yang dipisahkan oleh lingkungan perairan dangkal dan merupakan

permukaan yang muncul atau hampir muncul. Delta Plain dicirikan oleh suatu distributaries dan

interdistributaries area. Proses sedimentasi utama di delta plain adalah arus sungai, walaupun

arus tidal juga muncul. Pada daerah dengan iklim lembab, Delta plain mungkin

mengandung komponen organik penting (gambut yang kemudian menjadi batubara).

Gambut merupakan kemenerusan dari paleosol ke arah downdip (terletak pada

bidang kronostratigrafi yang sama) yang mewakili suatu periode panjang terbatasnya

influks sedimen klastik.

Kemudian Delta Plain Di bagi lagi menjadi 2 yaitu

- Upper Delta Plain

Merupakan bagian delta yang berada di atas area pengaruh pasang surut (tidal) dan laut yang

signifikan (pengaruh laut sangat kecil).

Page 14: Lingkungan Pengendapan Delta

- Lower Delta Plain

Sublingkungan ini terletak pada interaksi antara sungai dan laut yang terbentang mulai dari batas

surutnya muka air laut yang paling rendah hingga batas maksimal air laut pada saat pasang.

Bagian-bagian sand deposit pada sistem Delta (Coleman & Prior, 1982)

2. Delta Front

Delta front merupakan sublingkungan dengan energi tinggi, dimana sedimen secara konstan

dirombak oleh arus pasang surut (tidal), arus laut sepanjang pantai (marine longshore current)

dan aksi gelombang (kedalaman 10 meter atau kurang). Endapan pada delta front meliputi sheet

sand delta front, distributary mouth bar, endapan river-mouth tidal, near shore, longshore, dan

endapan stream mouth bar. Delta front terdiri dari zona pantai dangkal yang berbatasan dengan

delta plain

Delta front ditunjukkan oleh suatu sikuen yang coarsening upward berskala besar yang merekam

perubahan fasies vertikal ke arah atas dari sedimen offshore berukuran halus atau fasies prodelta

ke fasies shoreline yang biasanya didominasi batupasir. Sikuen ini dihasilkan oleh progradasi

delta front dan mungkin terpotong oleh sikuen fluvial distibutary channel atau tidal distributary

channel saat progradasi berlanjut (Serra, 1985).

Page 15: Lingkungan Pengendapan Delta

3. Pro Delta

Prodelta merupakan lingkungan transisi antara delta front dan endapan marine shelf. Merupakan

bagian dari delta di bawah kedalaman efektif erosi gelombang, terletak di luar delta front dan

menurun ke lantai cekungan sehingga tidak ada pengaruh gelombang dan pasang surut dimana

terjadi akumulasi mud, umumnya dengan sedikit bioturbasi . Sedimen yang ditemukan pada

bagian delta ini tersusun oleh material sedimen berukuran paling halus yang terendapkan

dari suspensi.

Struktur sedimen masif, laminasi, dan burrowing structure. Seringkali dijumpai cangkang

organisme bentonik yang tersebar luas, mengindikasikan tidak adanya pengaruh fluvial (Davis,

1983). Endapan prodelta terdiri dari marine dan lacustrine mud yang terakumulasi dilandas laut

(seaward). Endapan ini berada di bawah efek gelombang, pasang surut dan arus sungai.

Page 16: Lingkungan Pengendapan Delta

Morfologi Delta Mahakam secara keseluruhan (Modifikasi Allen & Chamber, 1998)

Referensi :

- Allen, G.P., Laurier, D., Thouvenin, J.M., 1976, Sediment Distribution Pattern In The Modern

Mahakam Delta, Indonesian Petroleum    Association, Proceedings 5th Annual Convention

Jakarta, p 159-178.

- Bachtiar, A., et.al., 1999, Geological Study on Semberah Block, Final Report. PT Intibumi

Sarana Makmur (GDA Group)

- Fisher, W.L., Brown, L.F., Scott, A.J., and McGowen, J.H., 1969. Delta System in The

Exploration for Oil & Gas. A research Colloquium, Bureau of Economic Geology, University of

Texas at Austin, Austin, Texas.

- Galloway, W.E., 1983, Depositional System and Sequence in The Exploration for Sandstone

and Stratigraphic Traps, Springer – Verlag, New York, USA.

- Koesoemadinata, R.P., 1978. Geologi Minyak dan Gas Bumi. ITB, Bandung.

Page 17: Lingkungan Pengendapan Delta

Lingkungan pengendapan peralihan antara lain :

1 LAGUN

Lagun adalah suatu kawasan berair dangkal yang masih berhubungan

dengan laut lepas, dibatasi oleh suatu punggungan memanjang (barrier) dan

relatif sejajar dengan pantai. Maka dari itu lagun umumnya tidak luas dan

dangkal dengan energi rendah. Beberapa lagun yang dianggap besar,

misalnya Leeward Lagoon di Bahama luasnya hanya 10.000 km dengan

kedalaman + 10 m (Jordan, 1978, dalam Bruce W. Sellwood, 1990).

Gambar 1. Skema rekonstruksi geomorfik lingkungan lagun dan sekitarnya (Einsele)

Transportasi material sedimen di lagun dilakukan oleh, air pasang

energi ombak, angin yang dengan sendirinya dikendalikan iklim sehingga

akan mempengaruhi kondisi biologi dan kimia lagun. Endapan delta (tidal

delta) dapat terbentuk dibagian ujung alur pemisah tanggul, yaitu didalam

lagun atau dibagian laut terbuka (Boggs, 1995). Material delta tersebut agak

Page 18: Lingkungan Pengendapan Delta

kasar sebagai sisipan pada fraksi halus, yaitu bila terjadi aktifitas gelombang

besar yang mengerosi tanggul dan terendapkan di lagun melalui celah

tersebut

Lingkungan lagun karena ada tanggul maka berenergi rendah sehingga

material yang diendapkan berupa fraksi halus, kadang juga dijumpai

batupasir dan batulumpur. Beberapa lagun yang tidak bertindak sebagai

muara sungai, maka material yang diendapkan didominasi oleh material

marin. Material pengisi lagun dapat berasal dari erosi barrier (wash over)

yang berukuran pasir dan lebih kasar.

Struktur sedimen yang berkembang umumnya pejal (pada batulempung

abu-abu gelap) dengan sisipan tipis batupasir halus (batulempung Formasi

Lidah di Kendang Timur), gelembur-gelombang dengan beberapa internal

small scale cross lamination yang melibatkan batulempung pasiran. Struktur

bioturbasi sering dijumpai pada batulempung pasiran ( siltstone ) yang

bersisipan batupasir dibagian dasar lagun (Boggs, 1995). Batupasir tersebut

ditafsirkan sebagai hasil endapan angin, umumnya berstruktur perarian

sejajar dan kadang juga berstruktur ripple cross-laminatio

2 DELTA

Sebagian besar Delta modern saat ini berbentuk segitiga dan sebagian

besar bentuknya tidak beraturan. Bila dibandingkan dengan Delta yang

pertama kali dinyatakan oleh Herodotus pada sungai nil. Ada istilah lain dari

Delta adalah seperti yang dikemukakan oleh Elliot dan Bhatacharya (Allen,

1994) adalah “ Discrette shoreline proturberance formed when a river enters

an ocean or other large body of water ”.

Proses pembentukan delta adalah akibat akumulasi dari sedimen

fluvial (sungai) pada “lacustrine” atau “marine coastline”. Delta merupakan

sebuah lingkungan yang sangat komplek dimana beberapa faktor utama

Page 19: Lingkungan Pengendapan Delta

mengontrol proses distribusi sedimen dan morfologi delta, faktor-faktor

tersebut adalah regime sungai, pasang surut (tide), gelombang, iklim,

kedalaman air dan subsiden (Tucker, 1981). Untuk membentuk sebuah delta,

sungai harus mensuplai sedimen secara cukup untuk membentuk akumulasi

aktif, dalam hal ini prograding system. Secara sederhana ini berarti bahwa

jumlah sedimen yang diendapkan harus lebih banyak dibandingkan dengan

sedimen yang terkena dampak gelombang dan pasang surut.

Berdasarkan sumber endapannya, secara mendasar delta dapat

dibedakan menjadi dua jenis (Nemec, 1990 dalam Boggs, 1995)

(Gambar VII.20), yaitu:

1. Non Alluvial Delta

a. Pyroklastik delta

b. Lava delta

2. Alluvial Delta

a. River Delta

Pembentukannya dari deposit sungai tunggal.

b. Braidplain Delta

Pembentukannya dari sistem deposit aliran

“teranyam”

c. Alluvial fan Delta

Pembentukannya pada lereng yang curam dikaki

gunung yang luas yang dibawa air.

d. Scree-apron deltas

Terbentuk ketika endapan scree memasuki air.

Page 20: Lingkungan Pengendapan Delta

Gambar 2 Klasifikasi Delta didasarkan pada sumber endapannya

(Nemec, 1990 dalam Boggs, 1995)

Berdasarkan fisiografinya, delta dapat diklasifikasikan menjadi tiga

bagian utama, yaitu :

1. Delta plain. Front Delta

3. Prodelta

Delta plain merupakan bagian kearah darat dari suatu delta. Umumnya

terdiri dari endapan marsh dan rawa yang berbutir halus seperti serpih dan

bahan-bahan organik (batubara). Delta plain merupakan bagian dari delta

yang karakteristik lingkungannya didominasi oleh proses fluvial dan tidal.

Pada delta plain sangat jarang ditemukan adanya aktivitas dari gelombang

yang sangat besar. Daerah delta plain ini ditoreh (incised) oleh fluvial

distributaries dengan kedalaman berkisar dari 5–30 m. Pada distributaries

channel ini sering terendapkan endapan batupasir channel-fill yang sangat

baik untuk reservoir (Allen & Coadou, 1982).

Delta front merupakan daerah dimana endapan sedimen dari sungai

bergerak memasuki cekungan dan berasosiasi/berinteraksi dengan proses

cekungan (basinal). Akibat adanya perubahan pada kondisi hidrolik, maka

Page 21: Lingkungan Pengendapan Delta

sedimen dari sungai akan memasuki cekungan dan terjadi penurunan

kecepatan secara tiba-tiba yang menyebabkan diendapkannya material-

material dari sungai tersebut. Kemudian material-material tersebut akan

didistribusikan dan dipengaruhi oleh proses basinal. Umumnya pasir yang

diendapkan pada daerah ini terendapkan pada distributary inlet sebagai bar.

Konfigurasi dan karakteristik dari bar ini umumnya sangat cocok sebagai

reservoir, didukung dengan aktivitas laut yang mempengaruhinya (Allen &

Coadou, 1982).

Prodelta adalah bagian delta yang paling menjauh kearah laut atau

sering disebut pula sebagai delta front slope . Endapan prodelta biasanya

dicirikan dengan endapan berbutir halus seperti lempung dan lanau. Pada

daerah ini sering ditemukan zona lumpur (mud zone) tanpa kehadiran pasir.

Batupasir umumnya terendapkan pada delta front khususnya pada daerah

distributary inlet, sehingga pada daerah prodelta hanya diendapkan suspensi

halus. Endapan-endapan prodelta merupakan transisi kepada shelf -mud

deposite. Endapan prodelta umumnya sulit dibedakan dengan shelf -mud

deposite. Keduanya hanya dapat dibedakan ketika adanya suatu data

runtutan vertikal dan horisontal yang baik (Reineck & Singh, 1980).

3 ESTUARIN

Beberapa ahli geologi mengemukakan beberapa pengertian yang

bermacam-macam tentang estuarin. Pritchard, 1967 (Reineck & Singh, 1980)

mengemukakan bahwa estuarin adalah “a semi-enclosed coastal body of

water which has a free connection with the open sea and within which sea

water is measurably diluted with fresh water derived from land drainage”.

Ada dua faktor penting yang mengontrol aktivitas di estuarin, yaitu volume

air pada saat pasang surut dan volume air tawar (fresh water) serta bentuk

estuarin. Endapan sedimen pada lingkungan estuarin dibawa dua aktivitas,

yaitu oleh arus sungai dan dari laut terbuka. Transpor sedimen dari laut

Page 22: Lingkungan Pengendapan Delta

lepas akan sangat tergantung dari rasio besaran tidal dan disharge sungai.

Estuarin diklasifikasikan menjadi tiga daerah, yaitu :

1. Marine atau lower estuarin, yaitu estuarine yang secara bebas

berhubungan dengan laut bebas, sehingga karakteristik air laut sangat

terasa pada daerah ini.

2. Middle estuarin, yaitu daerah dimana terjadi percampuran antara fresh

water dan air asin secara seimbang.

3. Fluvial atau upper estuarin, yaitu daerah estuarin dimana fresh water

lebih mendominasi, tetapi tidal masih masih berpengaruh (harian)

Marine atau lower estuarin adalah estuarine yang secara bebas

berhubungan dengan laut bebas, sehingga karakteristik air laut sangat

terasa pada daerah ini. Daerah dimana terjadi percampuran antara fresh

water dan air asin secara seimbang disebut middle estuarin. Sedangkan

fluvial atau upper estuarin, yaitu daerah estuarin dimana fresh water lebih

mendominasi, tetapi tidal masih masih berpengaruh (harian). Friendman &

Sanders (1978) dalam Reineck & Singh mengungkapkan bahwa pada fluvial

estuarin konsentrasi suspensi yang terendapkan lebih kecil (<160mg/l)

dibanding pada sungai yang membentuk delta.

Page 23: Lingkungan Pengendapan Delta

Gambar 3. Skema system lingkungan pengendapan estuarin yang sangat dipengaruhi gelombang

(Dalrymple, 1992)

Berdasarkan aktivitas dari tidal yang mempengaruhinya, estuarin dapat

diklasifikasikan menjadi tiga (Hayes, 1976 dalam Reading, 1978), yaitu :

1. Mikrotidal estuarin

2. Mesotidal estuarin

3. Makrotidal estuarin

Pada mikrotidal estuarin, perkembangan daerahnya sering ditandai

dengan kemampuan disharge dari sungai untuk menahan arus tidal yang

masuk ke dalam sungai, meskipun kadang-kadang pada saat disharge

sungai sangat kecil, arus tidal dapat masuk sampai ke sungai. Pada

mesotidal estuarin, efektivitas dari tidal lebih efektif dibanding pada

mikrotidal, khususnya ini terjadi pada sungai bagian bawah. Pada makrotidal

Page 24: Lingkungan Pengendapan Delta

estuarin sering ditemukan funnel shaped dan linier tidal sand ridges . Arus

tidal sangat efektif dalam sirkulasi daerah ini, serta endapan suspensi

umumnya diendapkan pada dataran (flats) intertidal pada daerah batas

estuarin (Reading, 1978).

Endapan pada daerah estuarin umumnya aggradational dengan alas

biasanya berupa lapisan erosional hasil scour pada mulut sungai. Hal ini

berbeda dengan endapan delta yang umumnya progadational yang sering

menunjukan urutan mengkasar keatas. Pada daerah estuarin yang sangat

dipengaruhi oleh tidal, endapannya akan sangat sulit dibedakan dengan

daerah lingkungan pengendapan tidal, untuk membedakannya harus didapat

informasi dan runtunan endapan secara lengkap (Nichols, 1999).

4 TIDAL FLAT

Tidal flat merupakan lingkungan yang terbentuk pada energi gelombang

laut yang rendah dan umumnya terjadi pada daerah dengan daerah pantai

mesotidal dan makrotidal. Pasang surut dengan amplitudo yang besar

umumnya terjadi pada pantai dengan permukaan air yang sangat besar/luas.

Danau dan cekungan laut kecil yang terpisah dari laut terbuka biasanya

hanya mengalami efek yang kecil dari pasang surut ini, seperti pada laut

mediterania yang ketinggian pasang surutnya hanya berkisar dari 10 – 20

cm. Luas dari daerah tidal flat ini berkisar antara beberapa kilometer sampai

25 km (Boggs, 1995). Berdasarkan pada elevasinya terhadap tinggi

rendahnya pasang surut, lingkungan tidal flat dapat dibagi menjadi tiga

zona, yaitu subtidal, intertidal dan supratidal

Zona subtidal meliputi daerah dibawah rata-rata level pasang surut

yang rendah dan biasanya selalu digenangi air secara terus menerus. Zona

ini sangat dipengaruhi oleh tidal channel dan pengaruh gelombang laut,

sehingga pada daerah ini sering diendapkan bedload dengan ukuran pasir

(sand flat). Pada zona ini sering terbentuk subtidal bar dan shoal .

Page 25: Lingkungan Pengendapan Delta

Pengendapan pada daerah subtidal utamanya terjadi oleh akresi lateral dari

sedimen pasiran pada tidal channel dan bar. Migrasi pada tidal channel ini

sama dengan yang terjadi pada lingkungan sungai meandering.

Zona intertidal meliputi daerah dengan level pasang surut rendah

sampai tinggi. Endapannya dapat tersingkap antara satu atau dua kali dalam

sehari, tergantung dari kondisi pasang surut dan angin lokal. Pada daerah ini

biasanya tidak tumbuh vegetasi yang baik, karena adanya aktifitas air laut

yang cukup sering (Boggs, 1995). Karena intertidal merupakan daerah

perbatasan antara pasang surut yang tinggi dan rendah, sehinnga

merupakan daerah pencampuran antara akresi lateral dan pengendapan

suspensi, maka daerah ini umumnya tersusun oleh endapan yang berkisar

dari lumpur pada daerah batas pasang surut tinggi sampai pasir pada batas

pasang surut rendah (mix flat). Pada daerah dengan pasang surut lemah

disertai adanya aktivitas ombak pada endapan pasir intertidal dapat

menyebabkan terbentuknya asimetri dan simetri ripples. Facies intertidal

didominasi oleh perselingan lempung, lanau dan pasir yang memperlihatkan

struktur flaser, wavy dan lapisan lentikular. Facies seperti ini menunjukan

adanya fluktuasi yang konstan dengan kondisi energi yang rendah (Reading,

1978)

Zona supratidal berada diatas rata-rata level pasang surut yang tinggi.

Karena letaknya yang lebih dominan ke arah darat, zona ini sangat

dipengaruhi oleh iklim. Pada daerah sedang, daerah ini kadang-kadang

ditutupi oleh endapan marsh garam, dengan perselingan antara lempung

dan lanau (mud flat) serta sering terkena bioturbasi (skolithtos). Pada daerah

beriklim kering sering terbentuk endapan evaporit flat. Daerah ini umumnya

ditoreh oleh tidal channel (incised tidal channel) yang membawa endapan

bedload di sepanjang alur sungainya.

Pengendapan pada tidal channel umumnya sangat dipengaruhi oleh

arus tidal sendiri, sedangkan pada daerah datar di sekitarnya (tidal flat),

Page 26: Lingkungan Pengendapan Delta

pengendapannya akan dipengaruhi pula oleh aktivitas dari gelombang yang

diakibatkan oleh air ataupun angin. Suksesi endapan pada lingkungan tidal

flat umumnya memperlihatkan sistem progadasi dengan penghalusan ke

atas sebagai refleksi dari batupasir pada pasang surut rendah (subtidal) ke

lumpur pada pasang surut tinggi (supratidal dan intertidal bagian atas).