Top Banner
Yuca Siahaan PENDAHULUAN Selama dasawarsa terakhir ini, para ekonom semakin menyadari betapa pentingnya implikasi-implikasi yang ditimbulkan oleh berbagai persoalan lingkungan hidup terhadap keberhasilan upaya-upaya pembangunan ekonomi. Sekarang kita mengetahui bahwa interaksi antara kemiskinan dan degradasi lingkungan itu dapat menjurus ke suatu proses perusakan tanpa henti. Pemanfaatan sumber-sumber daya alam secara berlebihan tanpa memperhatikan kelestariannya tersebut dengan sendirinya meningkatkan tekanan-tekanan terhadap kualitas lingkungan hidup yang pada akhirnya pasti akan mengancam swasembada atau kecukupan pangan segenap penduduk di negara terebut. Kerusakan atau degradasi lingkungan juga dapat menyusutkan laju pembangunan ekonomi. Hal ini dikarenakan kerusakan lingkungan hidup akan menurunkan tingkat produktivitas sumber daya alam serta memunculkan berbagai masalah kesehatan dan gangguan kenyamanan hidup. Dua puluh persen penduduk dunia yang paling miskin adalah kelompok yang pertama dan yang paling banyak menanggung beban kerusakan lingkungan. Kelompok ini memang merupakan kelompok yang rentan dan rawan. Mereka tidak mempunyai failitas-failitas kesehatan yang memadai atau sanitasi dan persediaan air yang buruk. Karena pemecahan masalah terebut dan berbagai bentuk persoalan lingkungan lainnya senantiasa menyaratkan adanya upaya peningkatan kualitas sumber daya dan taraf hidup penduduk yang paling miskin, maka pencapaian suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan yang sekaligu ramah terhadap lingkungan pada dasarnya merupakan suatu definsi yang paling fundamental dari istilah atau konsep “pembangunan ekonomi” itu sendiri. Berikutnya, kita akan memperluas jangkauan pembahasan mengenai lingkungan hidup ini dengan melibatkan persoalan yang lainnya yang tidak kalah penting nya. Yang terakhir, kita akan coba menarik kesimpulan-kesimpulan berdasarkan analisis yang sudah kita lakukan mengenai prospek-prospek penciptaan suatu agenda lingkungan hidup internasional dalam rangka mencapai pembangunan yang berkelanjutan bagi semua negara di dunia. Setidaknya terdapat tujuh permasalahan yang paling mendasar yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan pembangunan 1) Konsep pembangunan yang berkelanjutan dan kaitannya dengan masalah lingkungan hidup 2) Kependudukan dan sumber-sumber daya alam
25

Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

May 16, 2015

Download

Education

Yuca Siahaan

dalam Ekonomi Pembangunan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

PENDAHULUAN

Selama dasawarsa terakhir ini, para ekonom semakin menyadari betapa pentingnya

implikasi-implikasi yang ditimbulkan oleh berbagai persoalan lingkungan hidup terhadap

keberhasilan upaya-upaya pembangunan ekonomi. Sekarang kita mengetahui bahwa interaksi

antara kemiskinan dan degradasi lingkungan itu dapat menjurus ke suatu proses perusakan tanpa

henti. Pemanfaatan sumber-sumber daya alam secara berlebihan tanpa memperhatikan

kelestariannya tersebut dengan sendirinya meningkatkan tekanan-tekanan terhadap kualitas

lingkungan hidup yang pada akhirnya pasti akan mengancam swasembada atau kecukupan

pangan segenap penduduk di negara terebut.

Kerusakan atau degradasi lingkungan juga dapat menyusutkan laju pembangunan

ekonomi. Hal ini dikarenakan kerusakan lingkungan hidup akan menurunkan tingkat

produktivitas sumber daya alam serta memunculkan berbagai masalah kesehatan dan gangguan

kenyamanan hidup. Dua puluh persen penduduk dunia yang paling miskin adalah kelompok

yang pertama dan yang paling banyak menanggung beban kerusakan lingkungan. Kelompok ini

memang merupakan kelompok yang rentan dan rawan. Mereka tidak mempunyai failitas-failitas

kesehatan yang memadai atau sanitasi dan persediaan air yang buruk. Karena pemecahan

masalah terebut dan berbagai bentuk persoalan lingkungan lainnya senantiasa menyaratkan

adanya upaya peningkatan kualitas sumber daya dan taraf hidup penduduk yang paling miskin,

maka pencapaian suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan yang sekaligu ramah

terhadap lingkungan pada dasarnya merupakan suatu definsi yang paling fundamental dari istilah

atau konsep “pembangunan ekonomi” itu sendiri.

Berikutnya, kita akan memperluas jangkauan pembahasan mengenai lingkungan hidup ini

dengan melibatkan persoalan yang lainnya yang tidak kalah penting nya. Yang terakhir, kita

akan coba menarik kesimpulan-kesimpulan berdasarkan analisis yang sudah kita lakukan

mengenai prospek-prospek penciptaan suatu agenda lingkungan hidup internasional dalam

rangka mencapai pembangunan yang berkelanjutan bagi semua negara di dunia.

Setidaknya terdapat tujuh permasalahan yang paling mendasar yang berkaitan dengan

lingkungan hidup dan pembangunan

1) Konsep pembangunan yang berkelanjutan dan kaitannya dengan masalah lingkungan

hidup

2) Kependudukan dan sumber-sumber daya alam

Page 2: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

3) Kemiskinan

4) Pertumbuhan ekonomi

5) Pembangunan daerah pedesaan

6) Urbanisasi

7) Perekonomian global

Sebelum membahasnya secara mendalam, terlebih dahulu kami berikan gambaran secara singkat

permasalahan-permasalahan tersebut.

1) Pembangunan yang Berkelanjutan dan Perhitungan Nilai Lingkungan Hidup

Istilah ini sebenarnya mengacu pada pemenuhan kebutuhan generasi sekarang tanpa

merugikan kebutuhan generasi mendatang. Hal ini penting bahwa pertumbuhan ekonomi di

masa mendatang dan kualitas kehidupan manusia secara keseluruhan ditentukan oleh kualitas

lingkungan hidup di masa sekarang.

2) Kependudukan dan umber-umber Daya Alam

Lonjakan jumlah penduduk di kawasan termiskin di dunia telah mengakibatkan semakin

parahnya degradasi lingkungan hidup atau pengikian umber-umber daya alam yang

jumlahnya sudah sangat terbatas, sehingga mengakibatkan penduduk di kawasan tersebut

harus menghadapi kesulitan sekedar untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

3) Kemiskinan dan Lingkungan Hidup

Meskipun jelas bahwa kerusakan lingkungan dan tingkat kelahiran yang tinggi berjalan

beriringan, akan tetapi bobot pengaruhnya terhadap faktor kemiskinan absolut tidak selalu

sama.

4) Pertumbuhan Ekonomi vs Kelestarian Lingkungan Hidup

Kenaikan tingkat pendapatan dan tingkat konsumi penduduk dari lapisan kaya ataupun

miskin sama sama akan membawa konsekuensi berupa kenaikan neto kerusakan lingkungan

hidup.

5) Pembangunan Daerah Pedesaan dan Lingkungan Hidup

Peningkatan input-input pokok pertanian dan diperkenalkannya metode pertanian yang

berkelanjutan akan dapat menciptakan alternatif-alternatif pola produksi yang lebih baik

daripada pola pemanfaatan yang cenderung tidak ramah lingkungan.

6) Pembangunan Perkotaan dan Lingkungan Hidup

Page 3: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

Emisi dari kendaraan, rumah tangga, dan industri, buruknya fentilasi rumah tangga dapat

memperparah kondisi lingkungan perkotaan yang sudah sangat menyesakkan itu. Merosotnya

produktivitas karena pekerja sakit yang terkomtaminasi oleh sumber-sumber air tercemar,

rusaknya infrasturktur, baru sebagian kecil dari biaya sosial yang harus ditanggung

masyarakat karena buruknya lingkungan daerah perkotaan.

7) Lingkungan Hidup Global

Diperlukannya perhatian dan kerjasama Internasional dalam penyelesaian masalah

lingkungan hidup ini. Baik dari negara makmur dan negara yang sedang berkembang.

Page 4: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

PEMBAHASAN

Selama dekade 1980-an tingkat kesuburan tanah perkapita merosot 1,9 persen per tahun.

Masalah ini pada gilirannya memperparah kelangkaan lahan subur yang kemudian akan

memaksa penduduk miskin di daerah pedesaan untuk mengandalkan hidupnya pada lahan-lahan

marjinal yang produktivitas dan kesuburannya sangat terbatas. Sejauh ini diperkirakan bahwa

lebih dari 60 persen penduduk termiskin di berbagai negara-negara berkembang harus

mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan mengandalkan lahan-lahan marjinal yang sulit

ditanami. Kecenderungan negatif ini juga semakin diperburuk oleh ketimpangan kepemilikan

lahan sehingga jumlah petani yang tidak memiliki lahan garapan sendiri semakin banyak. Itu

berarti semakin banyak orang yang mengandalkan hidupnya pada lahan yang ukuran luas dan

produktivitasnya semakin terbatas. Keterbatasan lahan juga mendorong mereka untuk merambah

ke lahan-lahan yang secara ekologis sangat sensitif. Hutan-hutan yang jumlahnya semakin

sedikit segera dibabat dan diolah menjadi lahan garapan dan kebanyakan dari lahan itu

mengalami pengikisan kualitas dan kesuburan secara cepat sebagai akibat dari metode-metode

pertanian yang sama sekali tidak efisien. Setiap tahunnya, dunia kehilangan sekitar 270.000

kilometer persegi lahan subur. Secara keseluruhan, 1,2 miliar are lahan telah kehilangan

kesuburannya. Perununan produktivitas pertanian ini menghilangkan 0,5 -1,5 % GNP dunia

setiap tahunnya.

Konsekuensi-konsekuensi Kesehatan serta produktivitas yang Utama atas Terjadinya

Kerusakan Lingkungan

Masalah Lingkungan Dampak Terhadap

Kesehatan

Dampak Terhadap

Produktivitas

Polusi air dan kelangkaan

air bersih

Lebih dari 2 juta orang mati

dan miliaran penyakit terjadi

setiap tahunnya sebagai dari

akibat tercemarnya air;

kondisi kesehatan setiap

keluarga sangat buruk dan

rapuh akibat dari kelangkaan

air bersih

Kemerosotan hasil dari

budidaya perikanan; waktu

para penduduk di desa dan

kota banya yang terbuang

sekedar untuk mencari air;

sebagian kegiatan yang

produktif terpaksa ditunda

karena air bersih untuk

kebutuhan sehari-hari tidak

Page 5: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

tersedia

Polusi udara Aneka penyakit akut dan

kronis terutama saluran

pernafasan dan paru-paru;

300.000-700.000 manusia

khususnya anak-anak

meninggal secara dini per

tahun; 400 juta-700 juta

penduduk negara-negara

Dunia Ketiga, terutama wanita

dan anak-anak megalami

gangguan pernafasan karena

sistem ventilasi di rumah-

rumah yang sangat buruk dan

sering dipenuhi oleh kepulan

asap kotor yang sangat

menyesakkan

Penghentian aktifitas

transportasi dan industri pada

masa kritis; dampak hujan

asam terhadap hutan dan

sumber-sumber air di bawah

tanah, yang mengikis

kesuburan lahan dan segala

sesuatu yang terdapat di

atasnya

Limbah padat dan limbah

yang berbahaya

Aneka penyakit akibat banjir

dan limpahan sampah;

teracuninya air serta sumber-

sumbernya yang berskala

lokal tetapi sangat berbahaya

bagi kesehatan

Pencemaran atas sumber-

sumber air di bawah

permukaan tanah

Degradasi kualitas tanah Penyusutan kecukupan gizi

kalangan penduduk yang

paling miskin oleh karena

lahan mereka semaki tidak

mampu menyediakan bahan-

bahan pangan secara

memadai; kemungkinan

menjadi gurun pasir juga

semakin besar

Penyusutan GNP antara 0,5-

1,5 persen per tahun;

pengikisan sumber air di

bawah tanah; menyulitkan

kegiatan transportasi sungai;

dan memukul investasi

hidroelektrik

Pembabatan hutan atau

deforestasi

Banjir yang akan banyak

merenggut harta serta jiwa

manusia; risiko penyebaran

penyakit

Lenyapnya sumber daya yang

sangat berharga, bukan hanya

kayu, tetapi juga produk-

produk hutan lainnya yang

jenis dan nilainya tidak

terhitung besarnya

Kemerosotan biodiversitas Sumber obat-obatan potensial

yang sangat berharga lenyap

Penurunan kemampuan

adaptasi ekosistem dan

Page 6: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

hilangnya sejumlah besar

sumber daya lingkungan hidup

yang esensial, sehingga

perlindungan alam kian lemah

Perubahan kondisi atmosfer Kemungkinan penyebaran

bibit-bibit penyakit lama dan

baru; tekanan iklim, sinar

matahari langsung dan

berbagai resiko mengerikan

akibat penipisan lapisan ozon ;

300.000 kasus baru penyakit

dan kanker kulit per tahun ;

kasus katarak (penyakit mata)

akibat terpaan langsung sinar

ultraviolet

Kenaikan permukaan air laut

yang merusakkan investasi-

investasi di tepian dan daerah

sekitar pantai; perubahan-

perubahan produktivitas

pertanian secara tidak terduga;

gangguan mata rantai

kehidupan laut

Sumber: World Bank, World Development Report, 1992: Development and the Environment

(New York’ Oxford University Press, 1992) Tabel 1

Salah satu masalah lingkungan yang sama-sama dialami oleh penduduk miskin di daerah

pedesaan dan daerah perkotaan adalah buruknya kondisi kesehatan lingkungan atau pemukiman

yang diakibatkan oleh terbatasnya air bersih dan fasilitas sanitasi. Seperti telah disebutkan diatas,

masalah ini mengakibatakan begitu mudahnya berbagai jenis wabah penyakit berjangkit.

Diperkirakan bibit-bibit penyakit dari air kotor dan kemudian menyebabkan penyakit tipus,

kolera, infeksi perut, disentri dan diare, telah menyebabkan 80 persen dari total penyakit yang

diderita penduduk Negara-negara Dunia Ketiga dan sekitar 90 persen kematian anak-anak yang

jumlahnya mencapai 13 juta jiwa tiap tahun. Meskipun begitu, jumlah oramg yang harus hidup

tanpa air bersihitasi ternyata justru meningkat. Pada periode antara tahun 1970-1984, jumlahnya

bertambah 135 juta jiwa. Kondisi- kondisi lingkungan hidup yang begitu buruk dipercaya

sebagai factor penyebab utama menyebarnya epidemic kolera di sejumlah Negara Amerika latin

dan Afrika pada tahun 1990-an.

Ledakan pertumbuhan penduduk dan migrasi desa-kota secara besar-besaran semakin

menyulitkan upaya perluasan jasa-jasa pelayanan social di daerah perkotaan. Sebagai contoh,

upaya untuk menyediakan air bersih bagi semua penduduk di berbagai daerah perkotaan di

Amerika Latin pada tahun 2030 mendatang boleh dikatakan merupakan suatu tugas yang

Page 7: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

mustahil. Dikatakan mustahil karena jumlah orang yang harus dilayani meningkat 250 persen ,

padahak sekarang pun belum semua orang telah menikmati fasilitas atau jasa-jasa pelayanan

sosial tersebut. Angka tersebut sudah membuat kita tercengang, padahal masih ada 1,2 miliar

penduduk di daerah-daerah pedesaan yang kebutuhan sanitasinya juga harus dipenuhi. Untuk

memenuhi semua kebutuhan itu, pemerintah dituntut untuk melipatgandakan jasa pelayanan

sosialnya antara 400 persen hingga 900 persen. Rata-rata di seluruh Negara-negara Dunia Ketiga,

72 persen rumah tangga baru di daerah perkotaan harus hidup di daerah-daerah pemukiman

kumuh. Di Afrika proporsinya bahkan lebih besar lagi, yakni mencapai 92 persen dan sebagian

besar diantaranya tidak pernah menikmati jasa pelayanan dari pemerintah.

Unsur-unsur polusi yang memenuhi udara juga akan mengancam kesehatan penduduk

Negara-negara Dunia Ketiga. Ketergantungan penduduk Negara-negara Dunia Ketiga,

khususnya yang tinggal di daerah-daerah pedesaan, terhadap bahan bakar biomas (biomas fuel)

seperti kayu kering, ranting-ranring, kotoran ternak, dan sampah merupakan salah satu

penyebabnya. Ketergantungan itu sendiri sulit dihapuskan sehubungan dengan belum teratasinya

kemiskinan absolut yang menjerat leher mereka. Pembakaran bahan bakar biomas (termasuk

kotoran ternak) untuk memasak makanan dan merebus air tentu saja menimbulkan polusi dalam

ruangan rumah yang cukup tinggi. Pencemaran udara dalam ruangan itu mengancam kesehatan

400 juta hingga 700 juta manusia yang sebagian besar adalah kaum wanita dan anak-anak.

Di daerah-daerah perkotaan, sumber polusi yang mengancam kesehatan lebih banyak

lagi. Menurut laporan WHO (World Health Organization), 1,3 miliar manusia yang hidup di

daerah-daerah perkotaan menjalani kehidupan sehari-hari secara berdampingan dengan aneka

rupa polutan yang bebahaya. Di masa-masa mendatang, kondisinya akan semakin mengerikan

karena diperkirakan bahwa pada tahun 2030 nanti jumlah pabrik di daerah-daerah perkotaan di

Negara-negara berkembang akan meningkat 600% dari jumlah yang ada pada saat ini. Tentu saja

nanti sumber-sumber polutan juga akan berlipat ganda. Sekedar untuk mempertahankan standar

kualitas udara perkotaan yang ada pada saat ini sampai dengan tahun 2030 mendatang saja

tingkat rata-rata emisi industri-industri di Negara-negara berkembang termasuk generator-

generator listriknya, harus diturunkan antara 90 % sampai 95% per unit output.

Page 8: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

Model-model Lingkungan Hidup dari Ilmu Ekonomi Tradisional

1. Sumber- Sumber Daya Milik Pribadi

Dalam model- model ini, teori neoklasik diterapkan untuk mencari pemecahan yang

dianggap paling baik guna mengatasi segala macam inefisiensi yang muncul.Teori-teori

neoklasik yang diterapkan terhadap masalah- masalah lingkungan hidup tersebut juga

menentukan syarat- syarat apa yang harus dipenuhi demi terciptanya alokasi sumber- sumber

daya secara efisien. Teori ini menguraikan pula bagaimana kegagalan- kegagalan pasar akan

menimbulkan berbagai bentuk inefesiensi lebih lanjut lebih parah. Yang terakhir, teori- teori

tersebut juga menyodorkan sejumlah usulan cara dalam rangka mengoreksi distorsi- distorsi

tersebut.Para pendukung teori pasar bebas neoklasik mengingatkan akan adanya berbagai bentuk

inefisiensi dalam alokasi sumber daya yang akan diakibatkan oleh berbagai hambatan terhadap

operasi mekanisme pasar secara bebas ataupun oleh masih bertahannya berbagai ketidak

sempurnaan dalam sistem hak kepemilikan. Selama semua benar daya dimiliki oleh pribadi,

maka para penganut teori ini berkeyakinan tidak akan ada distorsi pasar, sehingga segenap

sumber daya akan dialokasikan secara efisien. Pasar hak milik (property rights) yang sempurna

itu ditandai oleh empat karakteristik pokok sebagai berikut:

a. Universalitas (universality): semua sumber daya yang ada di dalam satu

perekonomian yang dimiliki oleh perorangan.

b. Ekslusivitas (exclusivity): setiap orang yang bukan merupakan pemilik suatu

sumber daya tidak akan diperkenankan untuk memenfaatkan begitu saja.

c. Tranferabilitas (transferability): pihak pemilik sumber daya bisa saja menjual

sumber- sumber daya miliknya apabila ia memang menghendakinya.

d. Enforsabilitas (enforceability): pengaturan distibusi pasar atau segenap manfaat

dari sumber- sumber daya tersebut yang harus ditegakkan secara hukum.

Berdasarkan karakteristik tersebut, pemilik suatu semberdaya yang langka akan

senantiasa mendapat suatu intensif ekonomi untuk memaksimalkan manfaat neto dari penjualan

atau pemanfaatan sumberdaya tersebut. Para penganut teori pasar bebas neoklasik itu juga

mengingatkan bahwa jika keempat karakteristik tersebut tidak terpenuhi secara serentak, maka

akan timbul inefisiensi. Dengan demikian, cara yang mereka pilih untuk mengoreksi misalokasi

Page 9: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

sumberdaya adalah dengan mengenyahkan setiap distorsi pasar. Sejumlah model telah

dikembangkan untuk menjelaskan proses terjadinya inefisiensi dalam aloksi sumberdaya.

2. Sumber- Sumber Daya Milik Umum

Jika sebuah sumberdaya langka dimiliki oleh masyarakat secara keseluruhan sehingga

bisa dimanfaatkan oleh siapa saja, maka sebutannya adalah sumberdaya milik umum (common

property resource). Dalam hal ini tidak tersedia laba potensial ataupun rente kelangkaan yang

bisa dipungut. Namun, perlu dikemukakan bahwa model- model neoklasik tersebut terlalu

memusatkan perhatiannya pada masalah efisiensi dan kurang memperhatikan hal- hal lain yang

sebenarnya tidak kalah penting, misalnya saja aspek pemerataan atas hasil- hasil yang diperoleh.

Distribusi pendapatan bahkan dianggap bukan merupakan suatu hal yang relevan dalam teori

tersebut. Akibatnya teori ini sebenarnya telah membutakan mata atas terciptanya distribusu

pendapatan yang sangat timpang, dimana hampir semua rente kelangkaan dan manfaa- manfaat

ekonomi hanya diterima oleh segelintir orang yang memiliki sumberdaya.

3. Kritik- kritik Terhadap Model Kepemilikan Umum Neoklasik

Model kepemilikan umum mengasumsikan bahwa penyerapan tenaga kerja secara penuh

telah tercipta dan bahwa setiap tambahan pekerja akan senantiasa meningkatkan total

produktivitas sehingga tingkat produktivitas marjinal mereka setidak- tidaknya sama besarnya

dengan upah yang ia terima. Namun, jika kita menyimak kenyataan perekonomian di negara-

negara masih banyak terdapat pengangguran di daerah perkotaan maupun pedesaan, maka kita

harus menolak asumsi tersebut. Jika pekerja baru datang dari sebuah keluarga petani yang

produk marjinalnya berada dibawah tingkat upah sedangkan lapangan kerja alternatif (diluar

pekerjaan yang tengah mereka geluti) tidak tersedia, maka produk marjinalnya memang bisa

meningkat, sehingga dengan sendirinya hal tersebut akan menaikkan produk rata-rata tenaga

kerja dan tingkat kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Asumsi yang tidak realitis berikutnya dari model ini adalah bahwasanya pemilik tanah

cenderung memaksimalkan laba sehingga ia akan selalu berusaha mencapai tingkat yang

optimal. Pada kenyataannya, para pemilik lahan yang luas justru seringkali tidak begitu efisien

dalam menggarap lahannya karena mereka cenderung menggunakan lahan- lahan tersebut untuk

mendapatkan kekuasaan atau prestise. Dengan demikian jelas bahwa pasar hak kepemilikan

(property market) yang sempurna bukan merupakan syarat yang penting bagi terciptanya

penggunaan lahan secara efisien. Hal yang sama juga berlaku terhadap faktor- faktor produksi

Page 10: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

sumberdaya lainnya. Selain itu seandainya petani harus berkumpul pada lahan marjinal

sebagaimana yang diisyaratkan oleh model tersebut, konsolidasi kepemilikan lahan ketangan

segelintir tuan tanah justru akan memeperparah tekanan populasi yang sudah terlampau berat

terhadap lahan- lahan yang telah kehilangan kesuburan sebagai akibat dari proses deforestasi

(penggundulan hutan) atau desertifikasi (pengubahan lahan menjadi padang yang gersang).

Kelemahan yang paling mendasar dari model tersebut ditinjau dari perspektif

pembangunan, adalah kegagalan dalam memperhatikan masalah- masalah yang sangat penting

seperti pemerataan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan- kebutuhan dasar bagi semua anggota

masyarkat secara adil. Jadi singkatnya, efisiensi pasar neoklasik kalaupun tercapai akan

menimbulkan banyak korban terutama dalam bentuk kemiskinan absolut yang sangat luas dan

ketimpangan kesejahteraan yang sangat mecolok. Dan meskipun para teoritisi neoklasik

terkadang menyatakan bahwa distribusi bisa diperbaiki melalui perpajakan dan redistribusi

pendapatan “secara langsung” (melalui mekanisme kebijakan pemerintah tertentu) yang akan

mengalihkan sebagian kekayaan dari kelompok penduduk yang paling makmur kelapisan

penduduk yang paling miskin tidak pernah terwujud secara memuaskan. Dengan demikian

swastanisasi komersial secara besar- besarpan tidaklah menjadi jaminan akan membaiknya

standar hidup mayoritas penduduk yang miskin.

4. Barang Publik dan Penyakit Publik: Degradasi Lingkungan Hidup Nasional dan Masalah

Penunggang Bebas

Disini barang publik diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan keuntungan

bagi setiap orang, dan kepuasan yang didapat oleh masing- masing orang tidaklah berkurang

meskipun barang publik tersebut dinilkmati secara bersama- sama. Contohnya adalah udara yang

bersih. Sedangkan yang dimaksud denang menurugan penyakit adalah setiap produk atau kondisi

yang menurunkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya secara terus- terus. Contohnya

adalah pencemaran udara.

Perbedaan yang paling mencolok antara konsumsi barang publik dan barang normal

(yang dimiliki oleh perorangan) adalah permintaan agregat terhadap sumberdaya publik tersebut

ditentukan oleh penjumlahan segenap kurva individu secara vertikal, bukan secara horisontal

seperti untuk barang- barang privat atau normal.

Page 11: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

D

B

A

PM MC

b (penawaran)

PA a A B A+B

0 QA QB Q*

0

Kuantitas Kuantitas

(a)Barang publik (penjumlahan secara vertikal) (b)Barang normal (penjumlahan

secara horisontal)

Perbedaan itu bersumber dari kenyataan bahwa banyak individu yang bisa menikmati

sebuah barang publik secara bersama- sama dan semua orang akan memperoleh kepuasan yang

besarnya sama. Tetapi kita tidak mungkin menikmati sebuah barang privat bersama dengan

orang lain dan dalam waktu bersama kita memperoleh kepuasan yang sama besarnya. Jadi,

penjumlahan secara vertikal tersebut pada dasarnya menunjukkan bahwa kita dapat menikmati

seluruh manfaat yang disediakan oleh sebuah barang publik secara bersama- sama dengan orang

lain. Misalnya, biaya marjinal yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan usaha pelestarian

terhadap setiap tambahan pohon, sama bengan biaya pemeliharaan hutan plus biaya oportunitas

(yakni, segala manfaat atau keuntungan dari pohon yang akan hilang jika pohon tersebut

ditebang, misalnya untuk kayu bakar, makan ternak, bahan bangunan, dsb) kurva diatas

mengilustrasikan penentuan harga barang- barang publik.

5. Kelemahan- Kelemahan Kerangka Analisis Barang Publik

Masalah utama yang meliputi mekanisme penentuan harga barang publik, tentu saja,

adalah bagaimana mengetahui tingkat harga yang harus dikenakan kepada masing- masing

anggota masyarakat. Masyarakat sendiri tidak memiliki insentif untuk repot- repot memikirkan

Harga

Harga c

PB

Page 12: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

berapa banyak kontribusi yang mereka berikan untuk mengadakan suatu barang publik, karena

mereka bisa menikmati dan memanfaatkannya secara cuma- cuma. Pemerintah bisa mengurangi

inefisiensi pasar, namun akan sulit untuk menciptakan alokasi sumberdaya yang sempurna

sehubungan dengan begitu terbatasnya informasi yang tersedia. Bagaimana mungkin pemerintah

bisa mengumpulkan pungutan dari masyarakat yang masih miskin dan banyak diantaranya tidak

memiliki pendapatan tetap secara memadai.

Teori-teori neoklasik memang bermanfaat untuk menjelaskan mengapa kegagalan pasar

menjurus pada terciptanya alokasi sumberdaya yang tidak efisien dalam perekonomian komersial

yang sudah maju. Akan tetapi, aplikasi teori-teori tersebut sangatlah terbatas seandainya

dihadapkan pada masalah- masalah didalam perekonomian pasar campuran, apalagi

perekonomian yang sama sekali tidak mengenal pasar (perekonomian sosialialis yang serba

terencana). Teori tersebut juga tidak bisa diterapkan dikawasan yang penduduknya masih miskin

dan tidak memiliki sumberdaya lain kecuali sumberdaya alam yang ada disekeliling mereka.

Pembangunan Perkotaan dan Lingkungan Hidup

1. Ekologi Pemukiman Kumuh di Perkotaan

Kehidupan penduduk miskin di daerah pemukiman kumuh di kota mirip dengan

penduduk miskin di daerah pedesaan. Masing-masing keluarga harus bekerja sepanjang hari,

pendapatan serba tidak pasti, sulit mendapatkan gizi, pelayanan kesehatan dan pendidikan yang

kurang memadai.

Di berbagai pusat pemukiman kumuh di kawasan Asia, polutan yang mengancam

kesehatan bertebaran dimana-mana, baik di dalam maupun di luar rumah. Para wanita tidak

menyadari akan ancaman berbagai polusi dari kompor-kompor mereka bagi anak-anak. Dan

kalaupun para wanita menyadarinya, mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena kondisi ekonomi

yang buruk memaksa mereka untuk menggunakan bahan bakar yang mudah dan terjangkau.

Atau kadang asap rokok suami terhadap anak-anak dan istrinya juga.

Di lingkungan kerja juga para penghuni daerah kumuh menghadapi polutan yang

sangat berbahaya dari pabrik. Karena gizi yang tidak memadai, daya tahan tubuh mereka pun

sangat rendah. Penyakit diare menjadi hal yang biasa bagi mereka. Di keluarga paling miskin,

hanya anak laki-laki saja yang akan memperoleh perawatan ketika jatuh sakit. Hal ini

Page 13: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

berdasarkan pertimbangan bahwa semakin cepat sembuh, mereka semakin cepat dapat kembali

membantu orang tua mencari tambahan penghasilan. Sehingga tingkat kematian anak-anak

perempuan jauh lebih tinggi daripada laki-laki.

Tempat bermain di jalanan juga dipenuhi oleh emisi polutan dari mobil atau

kendaraan lain. Kondisi lingkungan fisik dan mental yang demikian buruk menyebabkan anak-

anak miskin tidak dapat memenuhi standar dasar akademis. Masa depan yang lebih cerah hanya

ada di awing-awang.

Pusat-pusat pemukiman kumuh di berbgai negara-negara Dunia Ketiga tersebut

menyerap lebih dari 80% lonjakan penduduk dunia.Awalnya implikasi terberat dari degradasi

lingkungan memang dialami daerah pedesaan. Namun dengan derasnya arus urbanisasi, ancaman

lingkungan paling berbahaya nantinya justru ada di daerah perkotaan. Proporsi penduduk yang

menghuni pemukiman kumuh kini telah mencapai 60%. Akan meningkat seiring terus

berlangsungnya migrasi.

Penyakit-penyakit seperti bronchitis dan diare, yang banyak di derita oleh negara

berkembang, akan memperberat beban hidup masyarakat miskin.Faktor penyebab lingkungan

hidup di daerah perkotaan yang sangat buruk dibagi menjadi 2 kategori pokok, yaitu: pertama,

faktor-faktor penyebab yang bersumber atau berkaitan dengan urbanisasi dan pertumbuhan

industri. Kedua, keterbatasan pengelolaan kawasan-kawasan pemukiman di daerah perkotaan itu

sendiri.

2. Industrialisasi dan Pencemaran Udara di Daerah-daerah Perkotaan

Analisis cross-sectional atas sejumlah negara pada berbagai tingkat pendapatan

memberikan hasil-hasil yang mirip dengan survey yang didasarkan pada koefisien Indeks Gini.

Studi itu mengungkapkan bahwa pencemaran di daerha perkotaan pada awalnya akan terus

meningkat seiring dengan kenaikan tingkat pendapatan nasional, untuk kemudian menurun

(dengan adanya pengembangan clean technologies).

Sumber utama pencemaran udara adalah penggunaan energy secara berlebihan,

emisi kendaraan, dan pencemaran limbah produksi industri. Industrialisasi selalu meningkatkan

buangan limbah baik dalam bentuk emisi langsung maupun melalui pengubahan pola konsumsi

Page 14: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

dan perlonjakan permintaan terhadap barang-barang manufaktur. Parah tidaknya, adalah

tergantung cara pembuangannya. Maka perlu peranan pemerintah dalam mengawasinya agar

pengusaha tidak seenaknya membuang limbah tanpa memerdulikan kesehatan penduduk sekitar.

Penanggung utama biaya kerusakan lingkungan hidup justru mereka yang

sebenarnya tidak terlibat atas tersebarnya polutan (eksternalitas). Dalam eksternalitas dikenal

beberapa istilah seperti “private cost,” “pollution tax,” “social cost.”

Sampai batas tertentu, lingkungan memiliki daya tahan atau absorptive capacity

yang memungkinkannya untuk menyerap sejumlah polutan secara aman.

Page 15: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

Menurut standar-standar dan penelitian WHO, diperkirakan pada dekade 1980-an, 1,3

miliar manusia yang hidup di kota harus menghirup udara yang penuh polutan, dan bahkan 1

miliar orang diantaranya bahkan harus mengisi paru-parunya dengan udara yang dipenuhi oleh

sulfur dioksida. Zat kimia lainnya juga meningkat. Semua limbah yang dihasilkan dari industri

mengancam kesejahteraan dan kesehatan manusia, sehingga jika tidak segera diatasi maka pada

akhirnya dampak negatif itu akan mengikis segenap mamfaat yang diberikan sector industry

tersebut bagi kemakmuran dan kemajuan ekonomi.

Sejumlah studi kasus menunjukkan bahwa polusi industri di banyak negara berkembang

telah mencapai taraf yang sangat membahayakan. Seperti keterbelakangan mental anak-anak di

Bangkok, tekanan darah tinggi di 70% anak-anak Mexico City, dan paru-paru kronis di 12,5%

penduduk Cubato-Brazil (1980).

Risiko pencemaran di Dunia Ketiga lebih tinggi karena daya tahan penduduk

lebih rendah sebagai akibat dari buruknya nutrisi dan pelayanan kesehatan pada umumnya. Yang

paling menderita adalah anak-anak karena menghirup polutan 2x lebih banyak daripada orang-

orang dewasa.

3. Masalah-masalah Pemukiman serta Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi

Keterbatasan air bersih dan fasilitas sanitasi juga menjadi penyebab utama atas

memburuknya kondisi kesehatan penduduk perkotaan di negara berkembang. Sekitar 1 m

orang di dunia tidak menikmati air bersih dan 1 m lagi harus hidup dengan hanya beberapa

tetes air per harinya. Di samping itu masih ada 1,7 m manusia lainnya hidup tanpa sanitasi.

Antara tahun 1970-1988, jumlah rumah tangga di Dunia Ketiga yang tidak dilengkapi

dengan sarana sanitasi telah melonjak sampai 247% dan keluarga yang tidak dilengkapi

dengan air bersih meningkat 56% dari total penghuni perkotaan di dunia harus hidup tanpa

air bersih dan fasilitas sanitasi. Mereka terpaksa meminum air dari danau atau sungai yang

semakin tidak memenuhi syarat kesehatan karena tercemar.

Biaya kesehatan dan ekonomi menjaga salah satu hambatan besar dalam upaya

perbaikan standar hidup, khususnya bagi masyarakat miskin. Berjangkitnya penyakit dan

epidemic berkaitan erat dengan ketersediaan air bersih dan kemampuan masyarakat

Page 16: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

tersebut dalam membatasi sumber-sumber penyakit itu sendiri. Penyediaan air bersih dan

sanitasi dapat menurunkan tingkat kematian.

Aneka biaya ekonomi yang sangat besar akibat lenyapnya sebagian produktivitas

dan biaya pengobatan bisa menyurutkan upaya pembangunan ekonomi. Orang miskin tidak

dapat menyekolahkan anaknya dan tidak bisa meningkatkan produktivitas kerjanya

sehingga mereka tidak bisa diharapkan memberi sumbangan yang berarti bagi kemajuan

ekonomi. Jika penyediaan air bersih dan sanitasi diperbaiki, sumber-sumber penyakit akan

jauh berkurang sehingga dana yang ada bisa digunakan untuk hal-hal lain yang akan lebih

produktif.

Status ilegal atas pemukiman yang dimiliki oleh masyarakat miskin / “pemukiman

liar” menidakmungkinkan kehadiran jasa-jasa pelayanan pemerintah, sementara swasta

merasa terlalu riskan untuk masuk ke situ. Akibatnya, penduduk miskin di pemukiman-

pemukiman tersebut terpaksa membeli air minum yang elah terkontaminasi, itu pun dengan

harga sepuluh kali lipat lebih mahal daripada air PAM. Ironisnya, pengeluaran untuk

membeli air minum itu masih harus ditambah lagi dengan biaya merebusnya dengan lebih

lama karena kualitas air yang lebih rendah. Di Jakarta sekitar $ 50 juta habis per tahun

hanya untuk biaya merebus air. Total belanja untuk air bisa diturunkan jika semua

masyarakat bisa mendapat air bersih dari pemerintah atau perusahaan swasta.

Para pengamat mengatakan bahwa biaya-biaya pencegahan kerusakan sumber air

(upaya preventif) itu sebenarnya jauh lebih murah daripada biaya rehabilitasi sumber-

sumber pendapatan, sumber daya, dan sarana-sarana infrastruktur yang rusak akibat

keterlambatan usaha preventif tersebut. Sehingga usaha-usaha untuk menyediakan fasilitas-

fasilitas yang diperlukan demi berlangsungnya perbaikan kondisi hidup perkotaan

(khususnya air bersih dan sanitasi) harus segera dilaksanakan.

Page 17: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

Perlunya Reformasi Kebijakan

Hampir semua pihak menyadari bahwa tindakan-tindakan yang sudah dilakukan dalam

rangka menanggulangi dampak-dampak negatif kerusakan lingkungan hidup belum

memadai.Penyediaan fasilitas kesehatan,pendidikan dan jasa penunjang kehidupan sehari-hari

seperti sanitasi dan air bersih juga masih memadai.Menurut suatu sumber,sekedar untuk

mempertahan kondisi yang ada pada saat ini saja,pembelanjaan untuk program-program itu harus

dilipatgandakan dalam waktu beberapa tahun mendatang.Namun,yang tidak kalah

pentingnya,struktur dasar dari sebagian program yang sudah ada itu sebenarnya bersifat anti

kemajuan.Dewasa ini sedikit sekali anggaran dana yang digunakan untuk penyediaan berbagai

bentuk pelayanan sosial yang benar-benar mengakar kepada kepentingan masyarakat luas.Setiap

tahunnya,sekitar US$ 10 miliar atau sekitar 0.5 persen dari total GDP negaa-negara

berkembang,dihabiskan untuk membiayai penyediaan sanitasi dan air bersih.80% diantarannya

digunakan untuk membiayai program-program yang kurang efisien dan hanya 20 % yang

efektif,yakni dengan biaya US$30 per kapita.Pola serupa juga dapat ditemui pada sektor

anggaran kesehatan.Berarti program-program bantuan dan pelayanan sosial hanya menjangkau

kelompok-kelompok tertentu saja.Sedangkan mayoritas penduduk miskin yang lebih

membutuhkannya justru terabaikan.Situasinya nampak makin ironis jika kita ingat bahwa

penduduk miskin itulah yang paling banyak terkena dampak negatif akibat kerusakan

lingkungan.

Guna memenuhi berbagai target pembenahan di tengah kelangkaan sumber

finansial,pemerintah harus mampu dan mau melaksanakan sejumlah perubahan radikal terhadap

pola pengelolaan sumber-sumber daya langka yang tersedia.Bila sumber daya yang langka

tersebut disajikan kepada para penerima dengan tarif yang sesungguhnya (misalnya pada kasus

penyediaan air PAM),maka berbagai macam kelangkaan artifisial negatif lainnya

bermunculan.Sebagai contoh,pada negara-negara berkembang,harga yang dibayarkan untuk air

PAM hanya meliputi 35 persen dari total biaya pengadaannya.Karena kapasitas terpasang PAM

sangat terbatas,maka subsidi pemerintah tersebut pada akhirnya justru jatuh ke orang yang

berpenghasilan tinggi.Kelompok penduduk miskin yang sebenarnya lebih membutuhkan

akhirnya justru terpaksa membeli air pada para penjaja yang harganya sepuluh kali lipat.Bahkan

banyak pemerintahan negara-negara berkembang menyediakan air PAM itu secara cuma-

Page 18: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

cuma,termasuk di daerah yang sumber airnya sangat terbatas.Niat baik ini justru mengakibatkan

pemborosan sumber-sumber daya yang sangat berharga tersebut.Biaya pengadaan air untuk

irigasi juga demikian.Ironisnya,sementara 2 miliar manusia kekurangan air tiap tahunnya,bahkan

di beberapa tempat terjadi kelebihan air.

Pola permasalahan serupa juga dapat dilihat dari penyediaan energi serta input-input

pertanian.Harga rata-rata yang dibayarkan oleh para konsumen untuk listrik di berbagai negara

kurang dari separuh pengadaannya.Selebihnya pemerintah yang menanggungnya.Sebagian besar

konsumen itu,lagi – lagi adalah yang berpenghasilan tinggi.Selain itu,pencurian sambungan

listrik masih sulit diberantas.

Pengaturan harga yang lebih baik serta serangkaian upaya peningkatan efisiensi mutlak

dilakukan demi memperbaiki alokasi sumber-sumber daya dan menghemat devisa ynag semula

digunakan untuk mengimpor energi.Kebijakan subsidi pupuk dan pestisida yng biasanya hanya

menguntugkan petani-petani besar selain memboroskan dana anggaran pemerintah juga

cenderung mempromosikan pertanian monokultur yang mengikis kesuburan tanah dan

menyisihkan digunakannya metode-metode pertanian yang berkelanjutan seperti manajemen

pengendalian hama secara integratif.

Faktor berikutnya yang memerlukan pertimbangan lebih masak dalam penyusunan

rencana kebijakan lingkungan adalah peranan penting yang dimainkan kaum wanita dalam

manajemen sumber daya.Sehubungan dengan peran-peran penting yang mereka lakukan sebagai

pengelola sumber-sumber air dan bahan bakar,produsen pertanian khususnya bahan pangan dan

pelindung kesehatan keluarga,maka pada dasarnya kaum wanita lah yang mengendalikan atau

menentukan nasib sejumlah besar sumber daya ini.Sayangnya peran mereka yang sedemikian

pentng dan luas sering sekali tidak mendapatkan perhatian dan cenderung diabaikan.Kondisi dan

peluang untuk maju yang sangat timpang tersebut selamanya tidak akan berubah,kecuali

seandainya kaum wanita memang dimungkinkn dan dibantu untuk itu.

Lingkungan Hidup Global : Kerusakan Hutan Hujan dan Efek Rumah Kaca

Meskipun prediksi prediksi Malthus yang meramalkan akan terjadinya kerusakan

lingkungan hidup akan total tidak akan terjadi pada kenyataannya.Namun kita belum bisa

menarik nafas lega,karena pada kenyaataannya baru-baru ini dikemukakan bahwa daya dukung

Page 19: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

bumi bagi kelangsungan hidup manusia kini terancam.Banyak aspek-aspek ekosistem telah rusak

dan regenerasinya kini terbatas.Terjadinya penipisan lapisan ozon (ozone depletion) dan terus

berlangsungya pemanasan global (global warming) yang mengisyaratkan bahwa iklim global

telah berada dalam bahaya.

Perubahan pola penggunaan tanah di banyak negara berkembang itu sendiri lah yang

menyebabkan terjadinya efek rumah kaca (greenhouse gases).Diperkirakan proses

penggundulan hutan bertanggung jawab atas 25 persen dari total kenaikan emisi CO2 di seluruh

dunia.Penggundulan hutan pada dasarnya merupakan pengikisan sumber oksigen terbesar di

dunia.

Sebagian besar hutan hujan di dunia ini sudah terkikis.Sekitar 60 persennya telah di babat

untuk membuka lahan baru oleh para petani kecil.Setiap tahun 4,5 juta hektar gutan hanya untuk

ditebang dan dibakar sementara untuk membuka ladang baru.Sembilan puluh persen diantaranya

ulahan yang tidak begitu subur,dan hanya dimanfaatkan beberapa musim panen saja.Setelah

tidak ditanami lahan-lahan tersebut dibiarkan begitu saja hingga kemudian dipenuhi oleh alang-

lang dan kemudian disewakan sekedar untuk tempat menggembalakan ternak.Pihak pemerintah

sendiri pun,kadang-kadang turut memperburuk masalah dengan menyediakan subsidi.Jika pada

akhirnya rumput ilalang pada lahan tersebut habis,maka petani-petani tersebut akan merambah

hutan lagi dan membuka lahan baru.Sejak beberapa saat yang lalu pemerintah negara Dunia

Ketiga (negara-negara di Asia,Afrika dan Amerika Latin) telah menjalankan program

penghijauan yang sering kali ditunjang oleh bantuan finansial dari bank-bank pembangunan

internasional.Sebuah kajian yang dilakukan oleh Bank Dunia untuk mengevaluasi program

bantuannya sendiri untuk melakukan penghijauan tersebut sangatlah mahal.Rata-rata rumah

tangga peladang menghabiskan US$10.000 dan itu pun tidak akan menjamin bahwa perilaku

untuk tidak merusak lingkungan berhenti secara permanen.

Karena biaya politik dan ekonomi atas upaya pelestarian hutan seringkali tidak nampak

jelas atau bahkan ambivalen,maka upaya tersebut kelihataannya bisa dilakukan tanpa memakan

banyak biaya.Pada kenyataanya karena peran hutan hujan tropis yang begitu penting,dalam

menjalankan perekonomian domestik negara-negara berkembang,biaya pelestarian hutan itu

sebenarnya sangat tinggi (apalagi jika diperhitungkan biaya oportunitasnya).Biaya oportunitas

yang muncul dari dari upaya pelestarian hutan hujan selain sangat besar nilainya juga bervariasi

Page 20: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

bentuknya yakni mulai dari hilangnya salah satu sumber terpenting bahan bakar

domestik,berkurangnya sumber pendapatan devisa dari ekspor kayu dan produk-produk hutan

lainnya serta hilangnya solusi yang cukup efektif dalam masalah kelangkaan lahan garapan dan

tekanan-tekanan populasi.

Beberapa langkah nyata yang harus segera dilakukan dalam rangka melestarikan hutan

hujan.Negara-negara Dunia Ketiga perlu meningkatkan efisiensi pemanfaatan ekonomi hutan

hujan melalui penyempurnaan pengelolaannya.Pemerintah juga harus berusaha mencari berbagai

macam produk alternatif dari hutan yang bsa menghasilkan secara teruss-menerus tanpa perlu

merusak hutan.Masyarakat Internasional harus berusaha membantu upaya-upaya

tersebut.Banyak cara yang bisa dilakukan oleh negara-negara maju dalam rangka membantu

negara-negara berkembang dalam rangka menyelamatkan hutan antara lain,adalah pengurangan

hambatan-hambatan perdagangan terhadap produk-produk alternatif yang disebutkan

diatas,penyediaaan bantuan finansial tambahan agar negara-negara berkembang tersebut lepas

dari metode-metode produksi yang tidak berlanjut.Masyarakat dunia khususnya melalui

lembaga-lembaga internasional perlu membentuk dana khusus bagi keperluan reservasi dan

pemeliharaan hutan hujan tropis.

Di banyak negara Dunia Ketiga yang utang luar negerinya sedemikian besarnya tentu saja

pihak pemerintah sulit untuk menyelengggarakan program pelestarian hutan.Karena hampir

semua perhatiannya tertuju pada upaya-upaya untuk membayar utang.Penurunan tingkat fertilitas

di sejumlah negara hanya berlangsung sesaat karena begitu dana anggaran untuk keluarga

berencana dan kesehatan umum dikurangi,fertilitas mulai merayap naik lagi.Pemotongan sektor-

sektor anggaran tersebut dikarenakan untuk disisihkan demi membayar utang ke luar

negeri.Penanggulangan kemiskinan terabaikan dan tekanan ppulasi dan praktek pemanfaatan

lingkungan yang cenderung merusak lingkungan pun terus berlanjut pula.Kerja keras negara

berkembang yang ingin membayar kembali utang-utangnya pun justru menurunkan kepercayaan

kreditor untuk memberi pinjaman baru.

Kebijakan-kebijakan stabilisasi dan program penyesuaian perekonomian secara struktural

dilakukan oleh negara-negara pengutang atas saran IMF dan Bank Dunia yang mengharuskan

dikuranginya dana anggaran untuk berbagai bantuan pelayanan sosial secara besar-

besaran.Dalam beberapa tahun terakhir ini sejunlah lembaga pemberi bantuan internasional telah

Page 21: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

membentuk divisi khusus lingkungan hidup yang bertujuan untuk mempromosikan penyediaaan

pinjaman khusus untuk upaya-upaya pelestarian lingkungan.

Pilihan-pilihan kebijakan bagi negara-negara maju dan negara-negara berkembang

1. Apa yang bisa dilakukan oleh negara-negara berkembang

Ada sejumlah pilihan kebijakan yang tersediabagi pemerintahan di negara negara

berkembang, dianataranya :

a) Penentuan harga sumber daya secara memadai

Bidang yang paling menuntut reformasi agaknya adalah kebijakan penentuan sumber-

sumber daya dari pemerintah. Selama ini kebijakan-kebijakan pengaturan harga yang ada justru

cenderung memboroskan sumber-sumber daya yang langka dan mendorong pula metode-metode

industri produksi yang tidak berkelanjutan (tidak ramah lingkungan).

b) Partisipasi masyarakat

Efektifitas program perbaikan kondisi lingkungan hidup akan mencapai taraf optimal

apabila didukung oleh masyarakat secara keseluruhan. Dukungan semacan ini sangat penting,

karena selain dapat menghemat biaya juga akan lebih menjamin tercapainya hasil yang

diinginkan.

c) Hak milik dan kepemilikan sumber daya yang lebih jelas

Apabila hak milik dan kepemilikan atas sumber daya itu tidak dilindungi maka akibat

yang ditimbulkan akan sangat buruk. Hilangnya sumber daya yang telah diperjuangkan selama

bertahun-tahun tentu saja merupakan pukulan berat bagi keluarga atau rumah tangga yang

bersangkutan.

d) Program-program untuk memperbaiki dan meningkatkan alternatif-alternatif ekonomi bagi

penduduk miskin

Rusaknya lingkungan di daerah-daerahpedesaan sebenarnya dapat dihindari melalui

investasi sarana-sarana infrastruktur pertanian seperti pembangunan saluran irigasi dan

pengenalan teknik-teknik pertanian yang berkelanjutan

e) Peningkatan status ekonomi kaum wanita

Page 22: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

Perbaikan pendidikan bagi kaum wanitaseperti upaya peningkatan alternatif-alternatif dan

status ekonomi merekaakan meningkatkan biaya oprtunitas waktu kaum wanita itu sendiri,

sehingga pada gilirannya akan meneurunkan jumlah anak per keluarga

f) Kebijakan penanggulangan emisi indudtri

Kebijakan ini perlu dipertimbangkan oleh pemerintah negara-negara berkembang dalam

rangka melestarikan lingkungan hidup.

2. Apa yang bisa dilakukan oleh negara-negara maju untuk membantu negara-negara

berkembang

Negara-negara industri dapat membantu negara-negara dunia ketiga dalam rangka

memperbaiki lingkungan hidup, diantaranya yaitu :

a) Kebijakan perdagangan negara-negara dunia pertama

Fokus dari sejumlah besar diskusi mengenai upaya penyelamatan lingkungan hidup

bertumpu pada kebutuhan-kebutuhan yang mendesak guna menyelamatkan lingkungan hidup

dan penaggulangan kemisikan di negara-negara berkembang.

b) Pemberian keringanan utang

Penghapusan atau paling tidak peringanan beban kembali utang luar negeri sangat

dibutuhkan demi memberi keleluasan yang lebih besar kepada pemerintahan negara-negara

berkembang guna melakukan serangkaian perubahan dan penyesuaiaan dalam rangka mencapai

pembangunan yang berkelanjutan

c) Bantuan dari negara-negara dunia pertama

Dana bantuan yang berupa investasi diperlukan bagi negara-negara berkembang untuk

membiayai program-program pengentasan kemiskinan, usaha peningkatan pelayanan sosial, serta

mempromosikan pola-pola produksi yang berkelanjutan atau ramah lingkungan hidup

3. Apa yang bisa dilakukan oleh negara-negara maju untuk menyelamatkan lingkungan

hidup

Langkah nyata yang dapat dilakuakan oleh negara-negara maju untuk menyelamatkan

lingkungan hidup adalah :

a) Pengendalian emisi

Page 23: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

Kontribusi terbesar yang dapat dilakukan oleh negara-negara maju untuk menyelamatkan

lingkungan hidup adalah dengan membuktikan komitmen mereka dalam mencapai lingkungan

hidup yang lebih sehat.

b) Penelitian dan Pengembangan (R&D)

Negara-negara maju juga harus menjalankan peran kepemimpinannya dalam

melangsungkan kegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan. Inovasi yang bersumber dari

kegiatan penelitian dan pengembanganakan membantu negara-negara berkembang guna

mengurangi emisi.

c) P embatasan Impor

Melalui impor yang dihasilkan melalui metode yang tidak berkelanjutan dari negara-

negara berkembang, negara-negara maju telah menciptakan dampak secara tidak langsung

namun sangat besar pengaruhnya terhadap lingkungan hidup. Kerusakan hutan tidak akan terjadi

apabila permintaan negara-negara maju terhadap produk yang sensitif terhadap kondisi

lingkungan.

Page 24: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

PENUTUP

Degradasi lingkungan hidup yang terjadi semakin parah dan meluas, di wilayah

perkotaan, pedesaan dan wilayah hutan. Beberapa indikator, di wilayah kota, semakin kotornya

air sungai, semakin meluasnya daerah kumuh (Stum areas), tak terkendalinya penggunaan ruang

kota (City Space), tercemarnya air tanah/sumur dan semakin meningkatnya kadar CO2 di udara.

Di daerah pedesaan; semakin meluasnya penggunaan tanah negara untuk pertanian (secara

ilegal), semakin banyaknya species flora dan fauna yang hilang/punah dan semakin meluasnya

tanah miskin (semak belukar dan tanah gundul) serta bencana longsor dan banjir..

Bila kita menggunakan segenap sumber daya alam secara lebih efisien, kondisi

lingkungan hidup akan lebih terjaga dan tentu saja merupakan penghematan secara ekonomis.

Sebenarnya dalam taraf individual banyak yang bisa kita lakukan tanpa harus mengeluarkan

biaya ekstra demi menyelamatkan lingkungan. Namun dalam skala besar dibutuhkan sejumlah

investasi pengembangan teknologi antipolusi dan penyempurnaan manajemen sumber daya.

Page 25: Lingkungan dan Permasalahannya (dalam Ekonomi Pembangunan)

Yuca Siahaan

DAFTAR PUSTAKA

Todaro,Michael.2000.Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Edisi Ketujuh.Jakarta:Erlangga