Monday, 21 October 2013TRAUMA THORAX DAN PENATALAKSANAANNYA OLEH
HERRY SETYA YUDHA UTAMAPENDAHULUANDibawakan pada Seminar Trauma 26
Oktober 2013 di Rumah Sakit Mitra Plumbon Cirebon Thorax dapat
didefinisikan sebagai area yang dibatasi di superior oleh thoracic
inlet dan inferior oleh thoracic outlet; dengan batas luar adalah
dinding thorax yang disusun oleh vertebra torakal, iga-iga,
sternum, otot, dan jaringan ikat.Rongga thorax dibatasi dengan
rongga abdomen oleh diafragma. Rongga thorax dapat dibagi ke dalam
dua bagian utama, yaitu : paru-paru (kiri dan kanan) dan
mediastinum. Mediastinum dibagi ke dalam 3 bagian: superior,
anterior, dan posterior. Mediastinum terletak diantara paru kiri
dan kanan dan merupakan daerah tempat organ-organ penting thorax
selain paru-paru (yaitu: jantung, aorta, arteri pulmonalis, vena
cavae, esofagus, trakhea, dll.).Thoracic inlet merupakan pintu
masuk rongga thoraks yang disusun oleh: permukaan ventral vertebra
torakal I (posterior), bagian medial dari iga I kiri dan kanan
(lateral), serta manubrium sterni (anterior). Thoracic inlet
memiliki sudut deklinasi sehingga bagian anterior terletak lebih
inferior dibanding bagian posterior. Manubrium sterni terletak
kira-kira setinggi vertebra torakal II. Batas bawah rongga thoraks
atau thoracic outlet (pintu keluar thoraks) adalah area yang
dibatasi oleh sisi ventral vertebra torakal XII, lateral oleh batas
bawah iga dan anterior oleh processus xiphoideus.
Diafragma sebagai pembatas rongga thoraks dan rongga abdomen,
memiliki bentuk seperti kubah dengan puncak menjorok ke superior,
sehingga sebagian rongga abdomen sebenarnya terletak di dalam area
thoraks.Trauma paru merupakan komponen yang penting dalam trauma
thoraks. Cidera thoraks memberikan impak medis dan social yang
besar, dengan kontribusi terhadap trauma yang menyebabkan kematian
kira-kira 25% dan menyumbang secara signifikan sebanyak 25% dari
seluruh penyebab kematian.Trauma thoraks merupakan penyebab utama
kematian, cacat, rawat inap, pertambahan golongan kurang upaya pada
masyarakat di amerika dari umur 1 tahun sehingga umur pertengahan
decade 50. Sehingga kini, trauma merupakan masalah besar kesehatan
tingkat nasional.Kebanyakan trauma thoraks disebabkan oleh
kecelakaan lalulintas. Insiden dari trauma dadadi Amerika adalah 12
orang bagi setiap 1000 orang penduduk tiap harinya, dan 20-25%
kematian yang disebabkan oleh trauma adalah disebabkan oleh trauma
thoraks.Trauma thoraks diperkirakan bertanggung jawab atas kematian
16,000 kematian tiap tahunnya di Amerika. Trauma thoraks dapat
dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma tembus atau
tumpul.
BAB IITINJAUAN PUSTAKATrauma ThoraksDEFINISITrauma dada
adalahabnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru,
diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun
tumpul yang dapat menyebabkan gangguan system pernafasan. Trauma
dada adalah masalah utama yang paling sering terjadi pada bagian
emergency. Cidera pada dada dapat mengenai tulang-tulang sangkar
dada, pleura dan paru-paru, diagfragma atau organ-organ dalam
mediastinum.Cidera pada dada secara luas diklasifikasikan menjadi
dua kelompok yaitu, cidera penetrasi dan tumpul. Cidera penetrasi
(missal, pneumotoraks terbukaa, hemotoraks, cidera trakeobronklial,
kontusio pulmonal, ruptur diagfragma) menggangu intergritas dinding
dada dan mengakibatkan perubahan dalam tekanan intratoraks. Cidera
tumpul (missal, pneumotoraks tertutup, pneumotoraks tensi, cidera
trakeobronklial, fail chest, rupture diagfragma, cidera
mediastinal, fraktur rusuk) merusak struktur di dalam rongga dada
ntanpa mengganggu integritas dinding dada.Penyebab utama cidera
pada dada adalah kecelakaan kendaraan bermotor missal, sepeda motor
atau mobil. Pukulan benda-benda tumpul pada dada atau akibat
terjatuh juga dapat menyebabkan cidera dada nonpenetrasi.Luka
penetrasi umumnya diakibatkan oleh tusukan senjata tajam atau luka
akibat tembakan.
ANATOMI DAN FISIOLOGIAnatomi :Dinding dada.Tersusun dari tulang
dan jaringan lunak. Tulang yang membentuk dinding dada adalah
tulang iga, columna vertebralis torakalis, sternum, tulang
clavicula dan scapula. Jarinan lunak yang membentuk dinding dada
adalah otot serta pembuluh darah terutama pembuluh darah
intrerkostalis dan torakalis interna.Dasar torakDibentuk oleh otot
diafragma yang dipersyarafi nervus frenikus. Diafragma mempunyai
lubang untuk jalan Aorta, Vana Cava Inferior serta esofagusIsi
rongga torak.Rongga pleura kiri dan kanan berisi paru-paru. Rongga
ini dibatasi oleh pleura visceralis dan parietalis.Rongga
Mediastinum dan isinya terletak di tengah dada. Mediastinum dibagi
menjadi bagian anterior, medius, posterior dan superior.Batas-batas
Rongga dada1. Batas superior : Tulang Clavicula2. Batas inferior :
Diafragma3. Batas anterior : Tulang Sternum4. Batas posterior :
Tulang Vertebra5. Batas lateral : Dinding DadaFisiologi torak :
Inspirasi : dilakukan secara aktif Ekspirasi : dilakukan secara
pasif Fungsi respirasi : Ventilasi : memutar udara. Distribusi :
membagikan Diffusi : menukar CO2 dan O2 Perfusi : darah arteriel
dibawah ke jaringan.Patofisiologi trauma torak. Perubahan
patofisiologi yang terjadi pada dasarnya adalah akibat dari :1.
Kegagalan ventilasi2. Kegagalan pertukaran gas pada tingkat
alveolar.3. Kegagalan sirkulasi karena perubahan hemodinamik.
Ketiga faktor diatas dapat menyebabkan hipoksia. Hipoksia pada
tingkat jaringan dapat menyebabkan ransangan terhadap cytokines
yang dapat memacu terjadinya adult respiratory distress syndrome (
ARDS), systemic inflamation response syndrome (SIRS).Anatomi Rongga
Dada / TorakRongga dada dibagi menjadi 3 rongga utama yaitu ;1.
Rongga dada kanan (cavum pleura kanan )2. Rongga dada kiri (cavum
pleura kiri)3. Rongga dada tengah (mediastinum).Rongga
MediastinumRongga ini secara anatomi dibagi menjadi :1. Mediastinum
superior (gbr. 1), batasnya :Atas : bidang yang dibentuk oleh Vth1,
kosta 1 dan jugular notch.Bawah : Bidang yang dibentuk dari angulus
sternal ke Vth4Lateral : Pleura mediastinalisAnterior : Manubrium
sterni.Posterior : Corpus Vth1 - 42. Mediastinum inferior terdiri
dari :a. Mediastinum anteriorb. Mediastinum mediusc. Mediastinum
Posteriora. Mediastinum Anterior batasnya : Anterior : Sternum (
tulang dada ) Posterior : Pericardium ( selaput jantung ) Lateral :
Pleura mediastinalis Superior : Plane of sternal angle Inferior :
Diafragma.b. Mediastinum Medium batasnya : Anterior : Pericardium
Posterior ; Pericardium Lateral : Pleura mediastinalis Superior :
Plane of sternal angle Inferior : Diafragmac. Mediastinum
posterior, batasnya : Anterior : Pericardium Posterior : Corpus VTh
5 12 Lateral : Pleura mediastinalis Superior : Plane of sternal
angle Inferior : Diafragma.Anatomi PleuraPleura ( selaput paru )
adalah selaput tipis yang membungkus paru paru :Pleura terdiri dari
2 lapis yaitu ;1. Pleura visceralis, selaput paru yang melekat
langsung pada paru paru.2. Pleura parietalis, selaput paru yang
melekat pada dinding dada. Pleura visceralis dan parietalis
tersebut kemudian bersatu membentuk kantong tertutup yang disebut
rongga pleura (cavum pleura). Di dalam kantong terisi sedikit
cairan pleura yang diproduksi oleh selaput tersebutTrakea (batang
tenggorok) adalah tabung berbentuk pita seperti huruf C yang di
bentuk oleh tulang-tulang rawan yang di sempurnakan oleh selaput.
Trakea terletak di antara vertebrata servikalis ke-6 sampai ke tepi
bawah kartilago.Trakea mempunyai dinding fibroelastis yang panjang
nya sekitar 13 cm, berdiameter 2,5 cm dan dilapisi oleh otot polos.
Diameter trakea tidak sama pada seluruh bagian, pada daerah
servikal agak sempit, bagian pertengahan agak sedikit melebar dan
mengecil lagi dekat percabangan bronkus.Bagian dalam trakea
terdapat sel-sel bersilia untuk mengeluarkan benda asing yang
masuk. Bagian dalam trakea terdapat septum yang disebut karina yang
terletak agak ke kiri dari bidang median.Bronkus (cabang tenggorok)
merupakan lanjutan trakea yang terdapat ketinggian vertebrata
torakalis ke-4 dan ke-5. Bronkus memiliki struktur yang sama dengan
trakea, yang dilapisi oleh sejenis sel yang sama dengan trakea yang
berjalan ke bawah menuju tampuk paru-paru.Bronkus terbagi menjadi
dua cabang :a. Bronkus prinsipalis dekstra.Panjangnya sekitar 2,5
cm masuk ke hilus pulmonalis paru-paru kanan dan mempercabangkan
bronkus lobularis superior. Pada masuk ke hilus, bronkus
prinsipalis dekstra bercabang tiga menjadi bronkus lobularis
medius, bronkus lobularis inferior, bronkus lobularis superior.b.
Bronkus prinsipalis sinistra.Lebih sempit dan lebih panjang serta
lebih horizontal disbanding bronkus kanan, panjangnya sekitar 5 cm
berjalan ke bawah aorta dan di depan esophagus, masuk ke hilus
pulmonalis kiri dan bercabang menjadi dua, yaitu bronkus lobularis
inferior, bronkus lobularis superior.Dari tiap-tiap bronkiolus
masuk ke dalam lobus dan bercabang lebih banyakdengan diameter
kira-kira 0,5 mm. bronkus yang terakhir membangkitkan pernapasan
dan melepaskan udara ke permukaan pernapasan di paru-paru.
Pernapasan bronkiolus membuka dengan cara memperluas ruangan
pembuluh alveoli yang merupakan tempat terjadinya pertukaran udara
antara oksigen dengan karbondioksida.Paru-paru adalah salah satu
organ system pernapasan yang berada di dalam kantong yang di bentuk
oleh pleura parietalis dan viseralis.Kedua paru sangat lunak,
elastic dan berada dalam rongga torak, sifatnya ringan dan terapung
di air. Masing-masing paru memiliki apeks yang tumpul yang menjorok
ke atas mencapai bagian atas iga pertama.a. Paru-paru kiri :Pada
paru-paru kiri terdapat satu fisura yaitu fisura obliges. Fisura
ini membagi paru-paru kiriatas menjadi dua lobus, yaitu : lobus
superior, bagian yang terletak di atas dan di depan fisura dan
lobus inferior, bagian paru-paru yang terletak di belakang dan di
bawah fisura.b. Paru-paru kanan :Pada paru-paru kanan terdapat dua
fisura, yaitu : fisura oblique (interlobularis primer) dan fisura
transversal (interlobularis sekunder).Kedua fisura ini membagi
paru-paru kanan menjadi tiga lobus, lobius atas, lobus tengah dan
lobus bawah.Pleura adalah suatu membaran serosa yang halus
membentuk suatu kantong tempat paru-paru berada yang jumlahnya ada
dua buah dan masing-masing tidak berhubungan.Pleura mempunyai dua
lapisan, parietalis dan viseralis.a)lapisan permukaan disebut
permukaan parietalis, lapisan ini langsung berhubungan dengan
paru-paru serta memasuki fisura dan memisahkan lobus-lobus dari
paru-paru.b)lapisan dalam disebut pleura viseralis, lapisan ini
berhubungan dengan fasia endotorakika dan merupakan permukaan
dalam, dari dinding toraks.Sinus pleura :Tidak seluruh kantong yang
dibentuk oleh lapisan pleura diisi secara sempurna oleh paru-paru,
baik kearah bawah maupun ke arah depan. Kavum pleura dibentuk oleh
lapisan pleura parietalis saja, rongga ini disebut sinus pleura.
Pada waktu inspirasi, bagian paru-paru memasuki sinus dan pada
waktu ekspirasi ditarik kembali dari rongga tersebut.
EPIDEMOLOGITrauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade
3 kehidupan diseluruh kota besar didunia dan diperkirakan 16.000
kasus kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma
toraks di Amerika. Sedangkan insiden penderita trauma toraks di
Amerika Serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per
hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25%
dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan
tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan
sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian. Canadian
Study dalam laporan penelitiannya selama 5 tahun pada "Urban Trauma
Unit" menyatakan bahwa insiden trauma tumpul toraks sebanyak 96.3%
dari seluruh trauma toraks, sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah
trauma tajam.Penyebab terbanyak dari trauma tumpul toraks masih
didominasi oleh korban kecelakaan lalu lintas (70%). Sedangkan
mortalitas pada setiap trauma yang disertai dengan trauma toraks
lebih tinggi (15.7%) dari pada yang tidak disertai trauma toraks
(12.8%). Lebih sering terjadi pada orang dewasa dibanding anak
anak.ETIOLOGI- Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada-
Penggunaan therapy ventilasi mekanik yang berlebihan- Penggunaan
balutan tekan pada luka dada tanpa pelonggaran balutan.-
Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga,
ruptur oleh vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari
PPOM.- Tusukan paru dengan prosedur invasif.- Kontusio paru-cedera
tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda berat.-
Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)-
Fraktur tulang iga- Tindakan medis (operasi)- Pukulan daerah
torakINSIDENSITrauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan
orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat
telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta
trauma yang disengaja atau tidak disengaja.KLASIFIKASI Trauma
Tembuso Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung
akibat penyebab trauma. Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau,
kaca, dsb) atau peluru. Sekitar 10-30% memerlukan operasi
torakotomi1. Pneumothoraks terbuka2. Hemothoraks3. Trauma
tracheobronkial4. ContusioParu5. Ruptur diafragma6. Trauma
Mediastinal Trauma Tumpulo Tidak terjadi diskontinuitas dinding
toraks. Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga,
crush atau blast injuries. Kelainan tersering akibat trauma tumpul
toraks adalah kontusio paru. Sekitar 3000 ft/sec) pada jarak dekat
akan mengakibatkan kerusakan dan peronggaan yang jauh lebih luas
dibandingkan besar lubang masuk peluru.Deselerasi Kerusakan yang
terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan. Biasanya terjadi
pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat trauma.
Kerusakan terjadi oleh karena pada saat trauma, organ-organ dalam
yang mobile (seperti bronkhus, sebagian aorta, organ visera, dsb)
masih bergerak dan gaya yang merusak terjadi akibat tumbukan pada
dinding thoraks/rongga tubuh lain atau oleh karena tarikan dari
jaringan pengikat organ tersebut.Torsio dan rotasi Gaya torsio dan
rotasio yang terjadi umumnya diakibatkan oleh adanya deselerasi
organ-organ dalam yang sebagian strukturnya memiliki jaringan
pengikat/fiksasi, seperti Isthmus aorta, bronkus utama, diafragma
atau atrium. Akibat adanya deselerasi yang tiba-tiba, organ-organ
tersebut dapat terpilin atau terputar dengan jaringan fiksasi
sebagai titik tumpu atau poros-nya.Blast injury Kerusakan jaringan
pada blast injury terjadi tanpa adanya kontak langsung dengan
penyebab trauma. Seperti pada ledakan bom. Gaya merusak diterima
oleh tubuh melalui penghantaran gelombang energi.Faktor lain yang
mempengaruhiSifat jaringan tubuh Jenis jaringan tubuh bukan
merupakan mekanisme dari perlukaan, akan tetapi sangat menentukan
pada akibat yang diterima tubuh akibat trauma. Seperti adanya
fraktur iga pada bayi menunjukkan trauma yang relatif berat
dibanding bila ditemukan fraktur pada orang dewasa. Atau tusukan
pisau sedalam 5 cm akan membawa akibat berbeda pada orang gemuk
atau orang kurus, berbeda pada wanita yang memiliki payudara
dibanding pria, dsb.Lokasi Lokasi tubuh tempat trauma sangat
menentukan jenis organ yang menderita kerusakan, terutama pada
trauma tembus. Seperti luka tembus pada daerah pre-kordial.Arah
trauma Arah gaya trauma atau lintasan trauma dalam tubuh juga
sangat mentukan dalam memperkirakan kerusakan organ atau jaringan
yang terjadi. Perlu diingat adanya efek ricochet atau pantulan dari
penyebab trauma pada tubuh manusia. Seperti misalnya : trauma yang
terjadi akibat pantulan peluru dapat memiliki arah (lintasan
peluru) yang berbeda dari sumber peluru sehingga kerusakan atau
organ apa yang terkena sulit diperkirakan.MEKANISME TRAUMA
TORAKSTrauma Tumpul Tiga jenis trauma tumpul yang menyebabkan
trauma toraks adalah kompresi, robekan, dan ledakan. Trauma
kompresi toraks seperti fraktur iga terjadi tekanan yang menumpu
dada melebihi kekuatan rongga toraks. Area dinding dada yang paling
lemah ditemukan didaerah 60 dari sternum, dimana iga iga didaerah
tersebut lebih datar dan kurang ditopang. Seringkali kompresi
tulang iga akan mengalami fraktur di dua tempat; satu di daerah 60
dari sternum dan bagian posterior.2 Kompresi antero-posterior dapat
pula menyebabkan gangguan costochondral, yang menghasilkan suatu
keadaan sterna flail.3Robekan akan menyebabkan cedera jaringan dan
vascular. Sebagai respon terhadap percepatan dan perlambatan,
jaringan dan pergerakan vascular organ dibatasi oleh gabungan
anatomi dan perkembangannya. Oleh sebab itu, jika kekuatan regang
dari keseluruhan jaringan terlampaui, maka dapat terjadi robekan
atau ruptur. Kemampuan untuk menahan regangan inilah yang
bertanggung jawab atas satu-satunya cedera toraks yang mematikan:
transeksi aorta. Karena aorta difiksasi oleh ligamentum arteriosum
dan oleh tulang vertebra di bawahnya, maka penghubung yang membuat
aorta dapat lebih mobile dan statisnya aorta desenden menjadi
lokasi tersering yang mengalami gangguan. Robekan yang terjadi di
dalam parenkim paru dapat berupa laserasi, hematoma, kontusio, atau
pneumatocele.4Cedera ledakan paru primer terjadi ketika tekanan
gelombang yang meghantam dinding dada dan menciptakan suatu
perbedaan tekanan antara udara-jaringan sekitarnya. Semakin
besarnya perbedaan tekanan, maka akan semakin besarnya kekuatan
tekanan yang akan ditransmisikan ke paru paru. Berat ringannya
cedera paru adalah bergantung jarak jauh dekatnya korban dari
sumber ledakan.5Ledakan dalam ruang tertutup lebih parah, karena
tekanan gelombang dipantulkan kembali ke pasien, yang malah
memperhebat stimulus aslinya. Karakteristik patologi dari cedera
ledakan pada paru adalah suatu kontosio dengan adema dan perdarahan
alveoli.6,7Cedera ledakan sekunder dihasilkan dari beberapa objek
yang berhamburan akibat ledakan hebat, yang kemudian mengenai
pasien. cedera tersier disebabkan oleh individu yang sedang
dipindahkan. Cedera yang berhubungan dengan luka bakar, agen yang
terinhalasi, dan yang berhubungan dengan tergencet bangunan yang
kolaps secara sekunder.8Trauma TembusMayoritas adalah luka tusuk
atau luka tembak. 85% luka tembus dada dapat ditanggulangi dengan
tube thoracostomy dan terapi suportif.Luka yang masuk atau keluar
dari putting atau bagian bawah skapula akan menyebabkan perforasi
dari kubah diafragma. Jenis luka tembus yang seperti ini harus
dipikirkan adanya kemungkinan keterlibatan organ2 di
abdomen.9Mekanisme cedera dapat dikategorikan sebagai berikut yang
kecepatan rendah, sedang, dan tinggi. Kecepatan rendah termasuk
penusukan (misalnya, luka tusuk karena pisau), yang hanya mengenai
struktur jaringan sekitar yang ditusuk. Kecepatan sedang, seperti
luka tembus karena peluru dari sebagian besar jenis pistol dan
senapan angin yang mana ditandai dengan gambaran dekstruksi
jaringan yang lebih ringan jika dibandingkan cedera karena
kecepatan tinggi. Cedera akibat kecepatan tinggi yaitu seperti
cedera yang diakibatkan oleh rifle dan dari senjata api
militer.10KELAINAN YANG TIMBUL PADA TRAUMA TORAKS DAN
PENATALAKSANAANNYAPNEUMOTHORAXAdalah kelainan pada rongga pleura
ditandai dengan adanya udara yang terperangkap dalam rongga pleura
maka akan menyebabkan peningkatan tekanan negatif intrapleura
sehingga mengganggu proses pengembangan paru. Merupakan salah satu
dari trauma tumpul yang sering terjadi akibat adanya penetrasi
fraktur iga pada parenkim paru dan laserasi paru. Pneumothoraks
bisa juga terjadi akibat decelerasi atau barotrauma pada paru yang
tanpa disertai adanya fraktur iga. Pasien akan melaporkan adanya
nyeri atau dispnea dan nyeri pada daerah fraktur. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan melemahnya suara pernapasan. pneumothoraks terbagi
atas tiga yaitu: simple, open, dan tension pneumothorax.
PNEUMOTORAKS SEDERHANAPneumotoraks diakibatkan masuknya udara
pada ruang potensial antara pleura viseral dan parietal. Dislokasi
fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan
pneumotoraks. Laserasi paru merupakan penyebab tersering dari
pneumotoraks akibat trauma tumpul.Dalam keadaan normal rongga
toraks dipenuhi oleh paru-paru yang pengembangannya sampai dinding
dada oleh karena adanya tegangan permukaan antara kedua permukaan
pleura. Adanya udara didalam rongga pleura akan menyebabkan
kolapsnya jaringan paru. Gangguan ventilasi-perfusi terjadi karena
darah menuju paru yang kolaps tidak mengalami ventilasi sehingga
tidak ada oksigenasi. 11Ketika penumotoraks terjadi, suara nafas
menurun pada lesi yang terkena dan pada perkusi hipersonor. Foto
toraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosis. 11Terapi
terbaik pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest tube pada
sela iga ke 4 atau 5, anterior dari garis mid-aksilaris. Bila
pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau aspirasi saja, maka
akan mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan dihubungkan
dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan
untuk mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-paru. Anestesi umum
atau ventilasi dengan tekanan positif tidak boleh diberikan pada
penderita dengan penumotoraks traumatik atau pada penderita yang
mempunyai resiko terjadinya pneumotoraks intraoperatf yang tidak
terduga sebelumnya, sampai dipasang chest tube. Pneumotoraks
sederhana dapat menjadi life threatening tension pneumothorax,
terutama jika awalnya tidak diketahui dan ventilasi dengan tekanan
positif diberikan. Toraks penderita harus didekompresi sebelum
penderita di transportasi/rujuk.11
Simple PneumothoraxAdalah pneumotoraks yang tidak disertai
peningkatan tekanan intra toraks yang progresif.Ciri: Paru pada
sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total) Tidak ada
mediastinal shift PF: bunyi napas , hyperresonance (perkusi),
pengembangan dada Penatalaksanaan: WSDTENSION PNEUMOTORAKS Tension
pneumotoraks berkembang ketika terjadi one-way-valve (fenomena
ventil), kebocoran udara yang berasal dari paru paru atau melalui
dinding dada masuk ke dalam rongga pleura an tidak dapat keluar
lagi (one-way-valve). Akibat udara yang masuk ke dalam rongga
pleura yang tidak dapat keluar lagi, maka tekanan intrapleural akan
meninggi, paru paru menjadi kolaps , mediastinum terdorong ke sisi
berlawanan dan menghambat pengembalian darah vena ke jantung
(venous return) , serta menekan paru kontralateral.11 Penyebab
tersering dari tension pneumotoraks adalah komplikasi penggunaan
ventilasi mekanik (ventilator) dengan ventilasi tekanan positif
pada penderita dengan kerusakan pada pleura visceral. Tension
pneumotoraks dapat timbul sebagai komplikasi dari pneumotoraks
sederhana akibat trauma toraks tembus atau tajam dengan perlukaan
di parenkim paru tanpa robekan atau setelah salah arah pada
pemasangan kateter subklavia atau vena jugularis interna.
Kadangkala defek atau perlukaan pada dinding dada juga dapat
menyebabkan tension pneumotoraks, jika salah cara menutup defek
atau luka tersebut dengan pembalut (occlusive dressing) yang
kemudian akan menimbulkan mekanisme flap-valve. Tension
pneumotoraks juga dapat terjadi pada fraktur tulang belakang toraks
yang mengalami pergeseran (displaced thoracic spine fractures).
Diagnosis tension pneumotoraks ditegakkan berdasarkan gejala
klinis, dan terapi tidak boleh terlambat oleh karena menunggu
konfirmasi radiologi. Tension pneumotoraks ditandai dengan gejala
nyeri dada, sesak, distress pernapasan, takikardi, hipotensi,
deviasi trakea, hilangnya suara napas, pada satu sisi dan distensi
vena leher. Sianosis merupakan manifestasi lanjut. Karena ada
kesamaan gejala antara tension pneumotoraks dan tamponade jantung
maka sering membingungkan pada awalnya tetapi perkusi yang
hipersonor dan hilangnya suara napas pada hemitoraks yang terkena
pada tension pneumotoraks dapat membedakan keduanya. Tension
pneumotoraks membutuhkan dekompresi segera dan penanggulangan awal
dengan cepat berupa insersi jarum yang berukuran besar pada sela
iga dua garis midklavikular pada hemitoraks yang mengalami
kelainan. Tindakan ini akan mengubah tension pneumotoraks menjadi
pneumotoraks sederhana (catatan: kemungkinan terjadi pneumotoraks
yang bertambah akibat tertusuk jarum). Evaluasi ulang selalu
diperlukan. Terapi definitive selalu dibutuhkan dengan pemasangan
selang dada (chest tube) pada sela iga ke 5 (garis putting susu)
diantara garis anterior dan
midaksilaris.11TensionPneumothoraxAdalah pneumotoraks yang disertai
peningkatan tekanan intra toraks yang semakin lama semakin
bertambah (progresif). Pada pneumotoraks tension ditemukan
mekanisme ventil (udara dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak
dapat keluar).Ciri: Terjadi peningkatan intra toraks yang
progresif, sehingga terjadi : kolaps total paru, mediastinal shift
(pendorongan mediastinum ke kontralateral), deviasi trakhea venous
return hipotensi &respiratory distress berat. Tanda dan gejala
klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat, takipneu,
hipotensi, JVP , asimetris statis & dinamis Merupakan keadaan
life-threatening tdk perlu RoPenatalaksanaan:1. Dekompresi segera:
large-bore needle insertion (sela iga II, linea mid-klavikula)2.
WSDTension pneumotoraks Tanda : dispnoe, hilangnya bunyi napas,
sianosis, asimetri toraks, mediastinal shift Ro toraks (hanya bila
pasien stabil) : pneumotoraks, mediastinal shiftPNEUMOTORAKS
TERBUKA Defek atau luka yang besar pada dinding dada yang terbuka
menyebabkan pneumotoraks terbuka. Tekanan di dalam rongga pleura
akan segera menjadi sama dengan tekanan atmosfir. Jika defek pada
dinding dada mendekati 2/3 dari diameter trakea maka udara akan
cendereung mengalir melalui defek karena mempunyai tahanan yang
kurang atau lebih kecil dibandingkan dengan trakea. Akibatnya
ventilasi yang terganggu sehingga menyebabkan hipoksia dan
hiperkapnia.11 Langkah awal adalah menutup luka dengan kassa steril
yang diplester hanya pada 3 sisinya saja. Dengan penutupan seperti
ini diharapkan akan terjadi efek flutter Type Valve dimana saat
inspirasi kasa menutup akan menutup luka, mencegah kebocoran udara
dari dalam. Setelah itu maka sesegera mungkin dipasang selang dada
yang harus berjauhan dari luka primer. Menutup seluruh isi luka
akan menyebabkan tension pneumotoraks kecuali jika selang dada
sudah terpasang. Kasa penutup sementara yang dapat dipergunakan
adalah Plastic Wrap atau Petrolatum Gauze, sehingga penderita dapat
dilakukan evaluasi dengan cepat dan dilanjutkan dengan penjahitan
luka.11
Open PneumothoraxTerjadi karena luka terbuka yang cukup besar
pada dada sehingga udara dapat keluar dan masuk rongga intra toraks
dengan mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara
luar. Dikenal juga sebagai sucking-wound. Terjadi kolaps total
paru.Penatalaksanaan:1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat
menciptakan mekanisme ventil)2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka3.
Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau organ
intra toraks lain.4. Umumnya disertai dengan perdarahan
(hematotoraks)FLAIL CHEST Flail chest terjadi ketika segmen dinding
dada tidak lagi mempunyai kontinuitas dengan keseluruhan dinding
dada. Keadaan tersebut terjadi karena fraktur iga multiple pada dua
atau lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis fraktur. Adanya
segmen flail chest (segmen mengambang) menyebabkan gangguan pada
pergerakan dinding dada. Jika kerusakan parenkim paru dibawahnya
terjadi sesuai dengan kerusakan pada tulang maka akan menyebabkan
hipoksia yang serius. Kesulitan utama pada kelainan flail chest
yaitu trauma pada parenkim paru yang mungkin terjadi (kontusio
paru). Walaupun ketidak-stabilan dinding dada menimbulkan gerakan
paradoksal dari dinding dada pada inspirasi dan ekspirasi, defek
ini sendiri saja tidak akan menyebabkan hipoksia. Penyebab
timbulnya hipoksia pada penderita ini terutama disebabkan nyeri
yang mengakibatkan gerakan dinding dada yang tertahan dan trauma
jaringan parunya. Flail chest mungkin tidak terlihat pada awalnya,
karena splinting (terbelat) dengan dinding dada. Gerakan pernapasan
menjadi buruk dan toraks bergerak secara asimetris dan tidak
terkoordinasi. Palpasi gerakan pernapasan yang abnormal dan
krepitasi iga atau fraktur tulang rawan membantu diagnosis. Dengan
foto toraks akan lebih jelas karena akan terlihat fraktur iga yang
multiple, akan tetapi terpisahnya sendi costochondral tidak akan
terlihat. Pemeriksaan analisis gas darah yaitu adanya hipoksia
akibat kegagalan pernapasan, juga membantu dalam diagnosis Flail
Chest. Terapi awal yang diberikan termasuk pemberian ventilasi
adekuat, oksigen yang dilembabkan dan resusitasi cairan. Bila tidak
ditemukan syok maka pemberian cairan kristaloid intravena harus
lebih hati-hati untuk mencegah kelebihan pemberian cairan. Bila ada
kerusakan parenkim paru pada Flail Chest, maka akan sangat
sensitive terhadap kekurangan ataupun kelebihan resusitasi cairan.
Pengukuran yang lebih spesifik harus dilakukan agar pemberian
cairan benar benar optimal. Terapi definitive ditujukan untuk
mengembangkan paru paru dan berupa oksigenasi yang cukup serta
pemberian cairan dan analgesia untuk memperbaiki ventilasi. Tidak
semua penderita membutuhkan penggunaan ventilator. Pencegahan
hipoksia merupakan hal penting pada penderita trauma, dan intubasi
serta ventilasi perlu diberikan untuk waktu singkat sampai
diagnosis dan pola trauma yang terjadi pada penderita tersebut
ditemukan secara lengkap. Penelitian hati hati dari frekuensi
pernapasan, tekanan oksigen arterial dan penilaian kinerja
pernapasan akan memberikan suatu indikasi timing/waktu untuk
melakukan intubasi dan ventilasi.11FLAIL CHESTFlail
chestDefinisiFlail chest adalah area thoraks yang melayang (flail)
oleh sebab adanya fraktur iga multipel berturutan 3 iga , dan
memiliki garis fraktur 2 (segmented) pada tiap iganya dapat tanpa
atau dengan fraktur sternum. Akibatnya adalah: terbentuk area flail
segmen yang mengambang akan bergerak paradoksal (kebalikan) dari
gerakan mekanik pernapasan dinding dada.Area tersebut akan bergerak
masuk saat inspirasi dan bergerak keluar pada ekspirasi, sehingga
udara inspirasi terbanyak memasuki paru kontralateral dan banyak
udara ini akan masuk pada paru ipsilateral selama fase ekspirasi,
keadaan ini disebut dengan respirasi pendelluft. Fraktur pada
daerah iga manapun dapat menimbulkan flail chest.Dinding dada
mengambang (flail chest) ini sering disertai dengan hemothoraks,
pneumothoraks, hemoperikardium maupun hematoma paru yang akan
memperberat keadaan penderita. Komplikasi yang dapat ditimbul yaitu
insufisiensi respirasi dan jika korban trauma masuk rumah sakit,
atelectasis dan berikut pneumonia dapat berkembang.Karakteristik
Gerakan "paradoksal" dari (segmen) dinding dada saat
inspirasi/ekspirasi; tidak terlihat pada pasien dalam ventilator
Menunjukkan trauma hebat Biasanya selalu disertai trauma pada organ
lain (kepala, abdomen, ekstremitas)Komplikasi utama adalah gagal
napas, sebagai akibat adanya ineffective air movement, yang
seringkali diperberat oleh edema/kontusio paru, dan nyeri. Pada
pasien dengan flail chest tidak dibenarkan melakukan tindakan
fiksasi pada daerah flail secara eksterna, seperti melakukan
splint/bandage yang melingkari dada, oleh karena akan mengurangi
gerakan mekanik pernapasan secara keseluruhan.Penatalaksanaan
sebaiknya pasien dirawat intensif bila ada indikasi atau
tanda-tanda kegagalan pernapasan atau karena ancaman gagal napas
yang biasanya dibuktikan melalui pemeriksaan AGD berkala dan
takipneu pain control stabilisasi area flail chest (memasukkan ke
ventilator, fiksasi internal melalui operasi) bronchial toilet
fisioterapi agresif tindakan bronkoskopi untuk bronchial
toiletIndikasi Operasi (stabilisasi) pada flail chest:1. Bersamaan
dengan Torakotomi karena sebab lain (cth: hematotoraks masif,
dsb)2. Gagal/sulit weaning ventilator3. Menghindari prolong ICU
stay (indikasi relatif)4. Menghindari prolong hospital stay
(indikasi relatif)5. Menghindari cacat permanenTindakan operasi
adalah dengan fiksasi fraktur iga sehingga tidak didapatkan lagi
area "flail"Flail chest berat dengan kontusio paru Tanda: dispnoe,
syok, asimetris toraks, sianosis Ro toraks: fraktur iga multipel,
kontusio paru, pneumotoraks, effusi pleuraHEMOTORAKSPenyebab utama
dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh
darah interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh
trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra
torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hematoraks. Biasanya
perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi
operasi. 11Hemotoraks akut yang cukup banyak sehingga terlihat pada
foto toraks, sebaiknya diterapi dengan selang dada kaliber besar.
Selang dada tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura,
mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura,
dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah selanjutnya.
Evakuasi darah atau cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian
terhadap kemungkinan terjadinya ruptur diafragma
traumatik.11Walaupun banyak faktor yang berperan dalam memutuskan
perlunya indikasi operasi pada penderita hemotoraks, status
fisiologi dan volume darah yang keluar dari selang dada merupakan
faktor utama. Sebagai patokan bila darah yang dikeluarkan secara
cepat dari selang dada sebanyak 1500 ml, atau bila darah yang
keluar lebih dari 200 ml tiap jam untuk 2 sampai 4 jam, atau jika
membutuhkan transfusi darah terus menerus, eksplorasi bedah harus
dipertimbangkan.11HEMATOTHORAX Definisi: Terakumulasinya darah pada
rongga toraks akibat trauma tumpul atau tembus pada dada. Sumber
perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau A. mamaria
interna. Perlu diingat bahwa rongga hemitoraks dapat menampung 3
liter cairan, sehingga pasien hematotoraks dapat syok berat
(kegagalan sirkulasi) tanpa terlihat adanya perdarahan yang nyata,
oleh karena perdarahan masif yang terjadi terkumpul di dalam rongga
toraks. Penampakan klinis yang ditemukan sesuai dengan besarnya
perdarahan atau jumlah darah yang terakumulasi. Perhatikan adanya
tanda dan gejala instabilitas hemodinamik dan depresi
pernapasanPemeriksaan Ro toraks (yang boleh dilakukan bila keadaan
pasien stabil) Terlihat bayangan difus radio-opak pada seluruh
lapangan paru Bayangan air-fluid level hanya pada
hematopneumotoraksIndikasi OperasiAdanya perdarahan masif (setelah
pemasangan WSD): Ditemukan jumlah darah inisial > 750 cc, pada
pemasangan WSD < 4 jam setelah kejadian trauma. Perdarahan 3-5
cc/kgBB/jam dalam 3 jam berturut-turut Perdarahan 5-8 cc/kgBB/jam
dalam 2 jam berturut-turut Perdarahan > 8cc/kgBB/jam dalam 1
jamBila berat badan dianggap sebagai 60 kg, maka indikasi operasi,
bila produksi WSD: 200 cc/jam dalam 3 jam berturut-turut 300 cc/jam
dalam 2 jam berturut-turut 500 cc dalam 1 jamPenatalaksanaanTujuan:
Evakuasi darah dan pengembangan paru secepatnya. Penanganan
hemodinamik segera untuk menghindari kegagalan sirkulasi.Tindakan
Bedah : WSD (pada 90% kasus) atau operasi torakotomi cito
(eksplorasi) untuk menghentikan perdarahanHEMOTORAKS
MASIFTerkumpulnya darah dan cairan di salah satu hemitoraks dapat
menyebabkan gangguan usaha bernapas akibat penekanan paru paru dan
menghambat ventilasi yang adekuat. Perdarahan yang banyak dan cepat
akan lebih mempercepat timbulnya hipotensi dan syok dan akan
dibahas lebih lanjut pada bagian sirkulasi.11Hemotoraks massif
yaitu terkumpulnya darah dengan cepat > 1500 cc di dalam rongga
pleura. Hal ini sering disebabkan oleh luka tembus yang merusak
pembuluh darah sistemik atau pembuluh darah pada hilus paru. Hal
ini juga dapat disebabkan trauma tumpul. Kehilangan darah
menyebabkan hipoksia. Vena leher dapat kolaps (flat) akibat adanya
hipovolemia berat, tetapi kadang dapat ditemukan distensi vena
leher, jika disertai tension pneumotoraks. Jarang terjadi efek
mekanik dari darah yang terkumpul di intratoraks lalu mendorong
mediastinum sehingga menyebabkan distensi dari pembuluh vena leher.
Diagnosis hemotoraks ditegakkan dengan adanya syok yang disertai
suara napas menghilang dan perkusi pekak pada sisi dada yang
mengalami trauma. Terapi awal hemotoraks massif adalah dengan
penggantian volume darah yang dilakukan bersamaan dengan dekompresi
rongga pleura. Dimulai dengan infuse cairan kristaloid secara cepat
dengan jarum besar dan kemudian pemberian darah dengan golongan
spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan
dalam penampungan yang cocok untuk autotransfusi. Bersamaan dengan
pemberian infuse, sebuah selang dada (chest tube) no.38 French
dipasang setinggi putting susu, anterior dari garis midaksilaris
lalu dekompresi rongga pleura selengkapnya. Ketika kita mencurigai
hemotoraks massif pertimbangkan untuk melakukan autotransfusi. Jika
pada awalnya sudah keluar 1500 cc, kemungkinan besar penderita
tersebut membutuhkan torakotomi segera.11Beberapa penderita yang
pada awalnya darah yang keluar 2 iga : waspadai kelainan lain
(edema paru, hematotoraks, pneumotoraks)3. Penatalaksanaan pada
fraktur iga multipel tanpa penyulit pneumotoraks, hematotoraks,
atau kerusakan organ intratoraks lain, adalah: Analgetik yang
adekuat (oral/ iv / intercostal block) Bronchial toilet Cek Lab
berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, dan analisa gas darah Cek Foto Ro
berkalaPenatalaksanaan fraktur iga multipel yang disertai penyulit
lain (seperti: pneumotoraks, hematotoraks dsb.), ditujukan untuk
mengatasi kelainan yang mengancam jiwa secara langsung, diikuti
oleh penanganan pasca operasi/tindakan yang adekuat (analgetika,
bronchial toilet, cek lab dan ro berkala), sehingga dapat
menghindari morbiditas/komplikasi.Komplikasi tersering adalah
timbulnya atelektasis dan pneumonia, yang umumnya akibat manajemen
analgetik yang tidak adekuat.FRAKTUR KLAVIKULA Cukup sering sering
ditemukan (isolated, atau disertai trauma toraks, atau disertai
trauma pada sendi bahu ). Lokasi fraktur klavikula umumnya pada
bagian tengah (1/3 tengah) Deformitas, nyeri pada lokasi taruma.
Foto Rontgen tampak fraktur klavikulaPenatalaksanaan1. Konservatif
: "Verband figure of eight" sekitar sendi bahu. Pemberian
analgetika.2. Operatif : fiksasi internalKomplikasi : timbulnya
malunion fracture dapat mengakibatkan penekanan pleksus brakhialis
dan pembuluh darah subklavia. FRAKTUR STERNUM Insidens fraktur
sternum pada trauma toraks cukup jarang, umumnya terjadi pada
pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan. Biasanya
diakibatkan trauma langsung dengan gaya trauma yang cukup besar
Lokasi fraktur biasanya pada bagian tengah atas sternum Sering
disertai fraktur Iga. Adanya fraktur sternum dapat disertai
beberapa kelainan yang serius, seperti: kontusio/laserasi jantung,
perlukaan bronkhus atau aorta.Tanda dan gejala: nyeri terutama di
area sternum, krepitasiPemeriksaan Seringkali pada pemeriksaan Ro
toraks lateral ditemukan garis fraktur, atau gambaran sternum yang
tumpang tindih. Pemeriksaan EKG : 61% kasus memperlihatkan adanya
perubahan EKG (tanda trauma jantung).Penatalaksanaan1. Untuk
fraktur tanpa dislokasi fragmen fraktur dilakukan pemberian
analgetika dan observasi tanda2 adanya laserasi atau kontusio
jantung2. Untuk fraktur dengan dislokasi atau fraktur fragmented
dilakukan tindakan operatif untuk stabilisasi dengan menggunakan
sternal wire, sekaligus eksplorasi adanya perlukaan pada organ atau
struktur di mediastinum.DISLOKASI SENDI STERNOKLAVIKULA Kasus
jarang Dislokasi anterior : nyeri, nyeri tekan, terlihat "bongkol
klavikula" (sendi sternoklavikula) menonjol kedepan Posterior :
sendi tertekan kedalam Pengobatan : reposisiKONTUSIO PARUKontusio
paru adalah kelainan yang paling sering ditemukan pada golongan
potentially lethal chest injury. Kegagalan bernafas dapat timbul
perlahan dan berkembang sesuai waktu, tidak langsung terjadi
setelah kejadian, sehingga rencana penanganan definitif dapat
berubah berdasarkan perubahan waktu. Monitoring harus ketat dan
berhati-hati, juga diperlukan evaluasi penderita yang
berulang-ulang.11Penderita dengan hipoksia bermakna (PaO2< 65
mmHg atau 8,6 kPa dalam udara ruangan, SaO2< 90 %) harus
dilakukan intubasi dan diberikan bantuan ventilasi pada jam-jam
pertama setelah trauma. Kondisi medik yang berhubungan dengan
kontusio paru seperti penyakit paru kronis dan gagal ginjal
menambah indikasi untuk melakukan intubasi lebih awal dan ventulasi
mekanik. Beberapa penderita dengan kondisi stabil dapat ditangani
secara selektif tanpa intuvasi endotrakheal atau ventilasi
mekanik.11Monitoring dengan pulse oximeter, pemeriksaan analisis
gas darah, monitoring EKG dan perlengkapan alat bantu pernafasan
diperlukan untuk penanganan yang optimal. Jika kondisi penderita
memburuk dan perlu ditransfer maka harus dilakukan intubasi dan
ventilasi terlebih dahulu.11KONTUSIO PARU Terjadi pada kecelakaan
lalu lintas dengan kecepatan tinggi, jatuh dari tempat yang tinggi
dan luka tembakdengan peluru cepat (high velocity) maupun setelah
trauma tumpul thoraks. Dapat pula terjadi pada trauma tajam dengan
mekanisme perdarahan dan edema parenkim. Penyulit ini sering
terjadi pada trauma dada dan potensial menyebabkan kematian. Tanda
dan gejalanya adalah sesak nafas/dyspnea, hipoksemia, takikardi,
suara nafas berkurang atau tidak terdengar pada sisi kontusio,
patah tulang iga, sianosis. Patofisiologi : kontusio/cedera
jaringan edema dan reaksi inflamasi lung compliance
ventilation-perfusion mismatch hypoxia & work of breathing
Diagnosis : ro toraks dan pemeriksaan lab (PaO2 )Manifestasi klinis
dapat timbul atau memburuk dalam 24-72 jam setelah
traumaPenatalaksanaanTujuan: Mempertahankan oksigenasi
Mencegah/mengurangi edemaTindakan : bronchial toilet, batasi
pemberian cairan (iso/hipotonik), O2, pain control, diuretika, bila
perlu ventilator dengan tekanan positif (PEEP > 5)TAMPONADE
JANTUNGTamponade jantung disebabkan oleh luka tembus. Walaupun
demikian, trauma tumpul juga dapat menyebabkan perikardium terisi
darah baik dari jantung, pembuluh darah besar maupun dari pembuluh
darah perikard. Perikard manusia terdiri dari struktur jaringan
ikat yang kaku dan walaupun relatif sedikit darah yang terkumpul,
namun sudah dapat menghambat aktivitas jantung dan mengganggu
pengisian jantung. 11 Diagnosis tamponade jantung tidak mudah.
Diagnosis klasik adalah adanya Trias Beck yang terdiri dari
peningkatan tekanan vena, penurunan tekanan arteri, dan suara
jantung yang menjauh. Penilaian suara jantung menjauh sulit dinilai
jika ruang UGD dalam keadaan berisik, distensi vena leher tidak
ditemukan jika keadaan penderita hipovolemi dan hipotensi sering
disebabkan oleh hipovolemia. Pulsus paradoksus yaitu keadaaan
fisiologis dimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik selama
inspirasi spontan. Bila penurunan tersebut lebih dari 10 mmHg, maka
ini merupakan tanda lain dari tamponade jantung. Tanda Kusssmaul
(peningkatan vena pada saat inspirasi biasa) adalah kelainan
paradoksal tekanan vena yang sesungguhnya dan menunjukkan adanya
tamponade jantung. Pemeriksaan USG dengan Echocardiography
merupakan metode invasif yang dapat membantu penilaian perikardium,
tetapi banyak penelitian yang melaporkan angka negatif yang tinggi
yaitu sekitar 50%. 11 Evakuasi cepat darah dari perikard merupakan
indikasi bila penderita dengan syok hemoragik tidak memberikan
respon pada resusitasi cairan dan mungkin ada tamponade jantung.
Tindakan ini menyelamatkan nyawa dan tidak boleh diperlambat untuk
mengadakan pemeriksaan diagnostik tambahan. Metode sederhana untuk
mengeluarkan cairan dari perikard adalah dengan perikardiosintesis.
Kecurigaan yang tinggi adanya tamponade jantung pada penderita yang
tidak memberikan respon terhadap usaha resusitasi, merupakan
indikasi untuk melakukan tindakan perikardiosintesis melalui metode
subksifoid. Tindakan alternatif lain, adalah dengan melakukan
operasi jendela perikard atau torakotomi dengan perikardiotomi oleh
seorang ahli bedah. Prosedur ini akan lebih baik dilakukan di ruang
operasi jika kondisi penderita memungkinkan.11 Walaupun kecurigaan
besar akan adanya tamponade jantung pemberian cairan infus awal
masih dapat meningkatkan tekanan vena dan cardic output untuk
sementara, sambil melakukan persiapan untuk tindakan
perikardiosintesis melalui subksifoid. Pada tindakan ini
menggunakan plastic-sheated-needle atau insersi teknik Seldinger
merupakan cara yang paling baik, tetapi dalam keadaan yang lebih
gawat, prioritas adalah aspirasi darah dari kantung perikard.
Monitoring EKG dapat menunjukkan tertusuknya miokard (peningkatan
voltase gelombang T, ketika jarum perikardiosintesis menyentuh
epikardium) atau terjadinya disritmia. 11 TRAUMA JANTUNGTamponade
jantung terdapat pada 20% penderita dengan trauma thoraks yang
berat, trauma tajam yang mengenai jantung akan menyebabkan
tamponade jantung dengan gejala trias Beck yaitu distensi vena
leher, hipotensi dan menurunnya suara jantung. Kontusio miokardium
tanpa disertai ruptur dapat menjadi penyebab tamponade
jantung.Kecurigaan trauma jantung : Trauma tumpul di daerah
anterior Fraktur pada sternum Trauma tembus/tajam pada area
prekordial (parasternal kanan, sela iga II kiri, grs mid-klavikula
kiri, arkus kosta kiri)Diagnostik Trauma tumpul : EKG, pemeriksaan
enzim jantung (CK-CKMB / Troponin T) Foto toraks : pembesaran
mediastinum, gambaran double contour pada mediastinum menunjukkan
kecurigaan efusi perikardium Echocardiography untuk memastikan
adanya effusi atau tamponadePenatalaksanaan1. Adanya luka tembus
pada area prekordial merupakan indikasi dilakukannya torakotomi
eksplorasi emergency2. Adanya tamponade dengan riwayat trauma
toraks merupakan indikasi dilakukannya torakotomi eksplorasi.3.
Adanya kecurigaan trauma jantung mengharuskan perawatan dengan
observasi ketat untuk mengetahui adanya tamponadeKomplikasiSalah
satu komplikasi adanya kontusio jantung adalah terbentuknya
aneurisma ventrikel beberapa bulan/tahun pasca trauma.Tamponade
Tanda: dispnoe, Trias Beck (hipotensi, distensi vena, suara jantung
menjauh), CVP > 15 Ro toraks: pembesaran bayangan jantung,
gambaran jantung membulatRUPTUR AORTARuptur Aorta sering
menyebabkan kematian penderitanya, dan lokasi ruptur tersering
adalah di bagian proksimal arteri subklavia kiri dekat ligamentum
arteriosum. Hanya kira-kira 15% dari penderita trauma thoraks
dengan ruptur aorta ini dapat mencapai rumah sakit untuk
mendapatkan pertolongan. Kecurigaan adanya ruptur aorta dari foto
thoraks bila didapatkan mediastinum yang melebar, fraktur iga 1 dan
2, trakea terdorong ke kanan, gambaran aorta kabur, penekanan
bronkus utama kiri.Ruptur aorta Tanda: tidak spesifik, syok Ro
toraks: pelebaran mediastinum, penyempitan trakhea, efusi
pleuraTRAUMA DIAFRAGMARuptur diafragma traumatik lebih sering
terdiagnosis pada sisi kiri, karena obliterasi hepar pada sisi
kanan atau adanya hepar pada sisi kanan sehingga mengurangi
kemungkinan terdiagnosisnya ataupun terjadinya ruptur diafragma
kanan. Sementara itu adanya usus, gaster atau selang diagnostik
mempermudah mendeteksi pada hematortaks kiri. Prevalensi
sesungguhnya (untuk kejadian sisi kiri atau kanan) belum diketahui.
Trauma tumpul menghasilkan robekan besar yang menyebabkan timbulnya
herniasi organ abdomen. Sedangkan trauma tajam menghasilkan
perforasi kecil yang sering memerlukan waktu bisa sampai tahunan
untuk berkembang menjadi hernia diafragmatika.11Perlukaan ini bisa
terlewatkan pada awalnya jika salah menginterpretasikan foto toraks
sebagai elevasi diafragma, dilatasi gaster akut, penumohemotoraks
lokal atau hematom subpulmonal. Jika curiga adanya laserasi pada
diafragma kiri, selang gaster harus dipasang. Bila selang gaster
tampak didalam rongga toraks pada foto toraks, maka tidak
diperlukan pemeriksaan spesial dengan kontras. Kadang, diagnosis
tidak dapat ditegakkan dengan foto ronsen ataupun setelah
pemasangan selang dada pada hemitoraks kiri. Pada keadaan ini
pemeriksaan gastrointestinal bagian atas dengan kontras harus
dilakukan jika diagnosis masih ragu-ragu/tidak jelas. Bila
ditemukan cairan peritoneum keluar dari selang dada juga dapat
mengkonfirmasi diagnosis. Prosedur minimal invasif endoskopi
(torakoskopi) dapat membantu dalam mengevaluasi diafragma pada
kasus-kasus yang diagnosisnya sulit ditegakkan.11Ruptur diafragma
kanan jarang terdiagnosa pada periode awal setelah trauma. Hepar
sering mencegah terjadinya herniasi dari organ abdominal lainnya
masuk ke rongga toraks. Gambaran elevasi diafragma kanan pada x-ray
toraks mungkin dapat ditemukan. Ruptur diafragma sering ditemukan
secara kebetulan, karena operasi untuk trauma abdominal lain.
Terapinya adalah penjahitan langsung.11 RUPTUR DIAFRAGMA Ruptur
diafragma pada trauma toraks biasanya disebabkan oleh trauma tumpul
pada daerah toraks inferior atau abdomen atas. Trauma tumpul di
daerah toraks inferior akan mengakibatkan peningkatan tekanan intra
abdominal mendadak yang diteruskan ke diafragma. Ruptur terjadi
bila diafragma tidak dapat menahan tekanan tersebut. Dapat pula
terjadi ruptur diafragma akibat trauma tembus pada daerah toraks
inferior. Pada keadaan ini trauma tembus juga akan melukai
organ-organ lain (intratoraks atau intraabdominal). Ruptur umumnya
terjadi di "puncak" kubah diafragma (sentral) ataupun dapat kita
curigai bila terdapat luka tusuk dada yang didapatkan pada: dibawah
ICS 4 anterior, didaerahh ICS 6 lateral, didaerah ICS 8 posterior.
Kejadian ruptur diafragma sebelah kiri lebih sering daripada
diafragma kanan Akan terjadi herniasi organ viseral abdomen ke
toraks Kematian dapat terjadi dengan cepat setelah terjadinya
trauma oleh karena shock dan perdarahan pada cavum pleura kiri.
Dapat terjadi ruptur ke intra perikardialDiagnostik: Riwayat trauma
tumpul toraks inferior atau abdomen Tanda dan gejala klinis
(sesak/respiratory distress), mual-muntah, tanda abdomen akut) Ro
toraks dengan NGT terpasang (pendorongan mediastinum kontralateral,
terlihat adanya organ viseral di toraks) CT scan
toraksPenatalaksanaan:Torakotomi eksplorasi (dapat diikuti dengan
laparotomi)7. Ruptur diafragma disertai herniasi visera Tanda:
respiratory distress yang progresif, suara usus terdengar di toraks
Ro toraks : gastric air bubble di toraks, fraktur iga-iga terbawah,
mediastinal shiftLASERASI PARUDefinisi : Robekan pada parenkim paru
akibat trauma tajam atau trauma tumpul keras yang disertai fraktur
iga, sehingga dapat menimbulkan hemothoraks dan pneumothoraks.
Mekanisme terjadinya pneumothoraks oleh karena meningkatnya tekanan
intraalveolar yang disebabkan adanya tubrukan yang kuat pada
thoraks dan robekan pada percabangan trakeobronchial atau
esophagus. Perdarahan dari laserasi paru dapat berhenti, menetap,
atau berulang.Manifestasi klinik umumnya adalah : hemato +
pneumotoraksPenatalaksanaan umum : WSDIndikasi operasi :
Hematotoraks masif (lihat hematotoraks) Adanya contiuous buble pada
WSD yang menunjukkan adanya robekan paru Distress pernapasan berat
yang dicurigai karena robekan luasRUPTUR TRAKEA DAN BRONKUSRuptur
trakea dan bronkus utama dapat disebabkan oleh trauma tajam maupun
trauma tumpul dimana angka kematian akibat penyulit ini adalah 50%.
Pada trauma tumpul ruptur terjadi pada saat glottis tertutup dan
terdapat peningkatan hebat dan mendadak dari tekanan saluran
trakeobronkial yang melewati batas elastisitas saluran
trakeobronkial ini. Kemungkinan kejadian ruptur bronkus utama
meningkat pada trauma tumpul thoraks yang disertai dengan fraktur
iga 1 sampai 3, lokasi tersering adalah pada daerah karina dan
percabangan bronkus. Pneumothoraks, pneumomediatinum, emfisema
subkutan dan hemoptisis, sesak nafas,dan sianosis dapat merupakan
gejala dari ruptur ini. 6. Ruptur trakheobronhial Tanda: Dispnoe,
batuk darah Ro toraks: tidak spesifik, dapat pneumotoraks,
hilangnya air-bronchogramsTRAUMA ESOFAGUSPenyebab trauma/ruptur
esofagus umumnya disebabkan oleh trauma tajam/tembus.Pemeriksaan Ro
toraks: Terlihat gambaran pneumomediastinum atau efusi
pleuraDiagnostik: EsofagografiTindakan: Torakotomi eksplorasi9.
Perforasi esofagus Tanda: Nyeri, disfagia, demam, pembengkakan
daerah servikal Ro toraks: udara dalam mediastinum, pelebaran
retrotracheal-space, pelebaran mediastinum, efusi pleura,
pneumotoraksKondisi Yang Berbahaya LainnyaObstruksi jalan napas
Tanda: dispnoe, wheezing, batuk darah PF:stridor, sianosis,
hilangnya bunyi nafas Ro toraks: non-spesifik, hilangnya
air-bronchogram, atelektasisDIAGNOSA Anamnesa dan pemeriksaan
fisikAnamnesa yang terpenting adalah mengetahui mekanisme dan pola
dari trauma, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas,
kerusakan dari kendaraan yang ditumpangi, kerusakan stir mobil /air
bag dan lain lain.GEJALAKLINIS Nyeri pada tempat trauma, bertambah
pada saat inspirasi. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat
palpasi. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek. Dyspnea,
takipnea Takikardi Tekanan darah menurun. Gelisah dan agitasi
Kemungkinan cyanosis. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit. Ada jejas pada
thorak Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh
distensi vena leher Bunyi muffle pada jantung Perfusi jaringan
tidak adekuat Pulsus paradoksus ( tekanan darah sistolik turun dan
berfluktuasi dengan pernapasan ) dapat terjadi dini pada tamponade
jantung.PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan foto toraksPemeriksaan
ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada pasien dengan
trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu dihubungkan dengan
hasil pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90% kelainan serius
trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari pemeriksaan foto toraks.
CT ScanSangat membantu dalam membuat diagnose pada trauma tumpul
toraks, seperti fraktur kosta, sternum dan sterno clavikular
dislokasi. Adanya retro sternal hematoma serta cedera pada vertebra
torakalis dapat diketahui dari pemeriksaan ini. Adanya pelebaran
mediastinum pada pemeriksaan toraks foto dapat dipertegas dengan
pemeriksaan ini sebelum dilakukan Aortografi
EkhokardiografiTranstorasik dan transesofagus sangat membantu dalam
menegakkan diagnose adanya kelainan pada jantung dan esophagus.
Hemoperikardium, cedera pada esophagus dan aspirasi, adanya cedera
pada dinding jantung ataupun sekat serta katub jantung dapat
diketahui segera. Pemeriksaan ini bila dilakukan oleh seseorang
yang ahli, kepekaannya meliputi 90% dan spesifitasnya hampir 96%.
ElektrokardiografiSangat membantu dalam menentukan adanya
komplikasi yang terjadi akibat trauma tumpul toraks, seperti
kontusio jantung pada trauma . Adanya abnormalitas gelombang EKG
yang persisten, gangguan konduksi, tachiaritmia semuanya dapat
menunjukkan kemungkinan adanya kontusi jantung. Hati hati, keadaan
tertentu seperti hipoksia, gangguan elektrolit, hipotensi gangguan
EKG menyerupai keadaan seperti kontusi jantung. AngiografiGold
Standard untuk pemeriksaan aorta torakalis dengan dugaan adanya
cedera aorta pada trauma tumpul toraks.KOMPLIKASIa. Surgical
Emfisema SubcutisKerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan
iga yang tajam memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura
dari jaringan dinding dada, paru. Tanda-tanda khas: penmbengkakan
kaki, krepitasi.b. Cedera VaskulerDi antaranya adalah cedera pada
perikardium dapat membuat kantong tertutup sehingga menyulitkan
jantung untuk mengembang dan menampung darah vena yang kembali.
Pembulu vena leher akan mengembung dan denyut nadi cepat serta
lemah yang akhirnya membawa kematian akibat penekanan pada
jantung.c. PneumothorakAdanya udara dalam kavum pleura. Begitu
udara masuk ke dalam tapi keluar lagi sehingga volume pneumothorak
meningkat dan mendorong mediastinim menekan paru sisi laind. Pleura
EffusionAdanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan
efusi pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat
tetapi nyeri dada lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka
pasien akan syok.Akibat adanya cairan udara dan darah yang
berlebihan dalam rongga pleura maka terjadi tanda tanda :1) Dypsnea
sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu istirahatpun bisa
terjadi dypsnea.2) Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.3)
Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.4) Dapat terjadi
pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).e. Flail ChestPada
trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan bagian
tersebut. Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan saat
ekspirasi keluar, ini menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan
pernafasan yang berlawanan)f. HemopneumothorakHemopneumothotak
yaitu penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.g.
HipoksemiaAkibat gangguan jalan napas, cedera pada parenkim paru,
sangkar iga, dan otot pernapasan, kolaps paru, dan pneumotoraks.h.
Hipovolemiaakibat kehilangan cairan massif dari pembuluh besar,
ruptur jantung, atau hemotoraks.i. Gagal jantung akibat tamponade
jantung, kontusio jantung, atau tekanan intratoraks yang
meningkat.PENATALAKSANAAN TRAUMA THORAXPrinsip Penatalaksanaan
mengikuti prinsip penatalaksanaan pasien trauma secara umum
(primary survey - secondary survey) Tidak dibenarkan melakukan
langkah-langkah: anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
diagnostik, penegakan diagnosis dan terapi secara konsekutif
(berturutan) Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa
dilakukan bila pasien stabil), adalah : portable x-ray, portable
blood examination, portable bronchoscope. Tidak dibenarkan
melakukan pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang
emergency. Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan
tetapi terutama untuk menemukan masalah yang mengancam nyawa dan
melakukan tindakan penyelamatan nyawa. Pengambilan anamnesis
(riwayat) dan pemeriksaan fisik dilakukan bersamaan atau setelah
melakukan prosedur penanganan trauma. Penanganan pasien trauma
toraks sebaiknya dilakukan oleh Tim yang telah memiliki sertifikasi
pelatihan ATLS (Advance Trauma Life Support). Oleh karena
langkah-langkah awal dalam primary survey (airway, breathing,
circulation) merupakan bidang keahlian spesialistik Ilmu Bedah
Toraks Kardiovaskular, sebaiknya setiap RS yang memiliki trauma
unit/center memiliki konsultan bedah toraks kardiovaskular.PRIMARY
SURVEYAirwayAssessment : perhatikan patensi airway dengar suara
napas perhatikan adanya retraksi otot pernapasan dan gerakan
dinding dadaManagement : inspeksi orofaring secara cepat dan
menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw thrust, hilangkan benda yang
menghalangi jalan napas re-posisi kepala, pasang collar-neck
lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral /
nasal)BreathingAssesment Periksa frekwensi napas Perhatikan gerakan
respirasi Palpasi toraks Auskultasi dan dengarkan bunyi
napasManagement: Lakukan bantuan ventilasi bila perlu Lakukan
tindakan bedah emergency untuk atasi tension pneumotoraks, open
pneumotoraks, hemotoraks, flail chestCirculationAssesment Periksa
frekwensi denyut jantung dan denyut nadi Periksa tekanan darah
Pemeriksaan pulse oxymetri Periksa vena leher dan warna kulit
(adanya sianosis)Management Resusitasi cairan dengan memasang 2 iv
lines Torakotomi emergency bila diperlukan Operasi Eksplorasi
vaskular emergencyPENATALAKSANAAN1.Konservatifa.Pemberian
analgetikb. Pemasangan plak/plesterc. Jika perlu
antibiotikaAntibiotika yang digunakan disesuaikan dengan tes
kepekaan dan kultur.Apabila belum jelas kuman penyebabnya,
sedangkan keadaan penyakit gawat, maka penderita dapat diberi broad
spectrum antibiotic, misalnya Ampisillin dengan dosis 250 mg 4 x
sehari.d. Fisiotherapy2. Operatif/invasifa. Pamasangan Water Seal
Drainage (WSD).WATER SEALED DRAINAGEFungsi WSD sebagai alat:1.
Diagnostik2. Terapeutik3. Follow-upTujuan:1. Evakuasi darah/udara2.
Pengembangan paru maksimal3. MonitoringIndikasi pemasangan:
Pneumotoraks Hematotoraks Empiema Effusi pleura lainnya Pasca
operasi toraks Monitoring perdarahan, kebocoran paru atau bronkhus,
dsb.Tindakan : Lokasi di antara garis aksilaris anterior dan
posterior pada sela iga V atau VI. Pemasangan dengan teknik digital
tanpa penggunaan trokard.Indikasi pencabutan WSD :1. Tercapai
kondisi: produksi < 50 cc/hari selama 3 hari berturut-turut, dan
undulasi negatif atau minimal, dan pengembangan paru maksimal.2.
Fungsi WSD tidak efektif lagi (misal: adanya sumbatan, clot pada
selang, dsb.)WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga
thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung.
Indikasia. Pneumothoraksb. Hemothoraksc. Thorakotomyd. Efusi
pleurae. Emfiema Tujuana.Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari
rongga pleura dan rongga thorakb.Mengembalikan tekanan negative
pada rongga pleurac.Mengembangkan kembali paru yang
kolapsd.Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
Tempat Pemasangan WSDa. Bagian apex paru (apical) anterolateral
interkosta ke 1-2 fungsi : untuk mengeluarkan udara dari rongga
pleurab. Bagian basal postero lateral interkosta ke 8-9 fungsi :
untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga
pleuraJenis-jenis WSDa. WSD dengan sistem satu botol Sistem yang
paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple
pneumothoraks Terdiri dari botol dengan penutup segel yang
mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk
ke dalam botol Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung
selang terendam 2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung
yang menyebabkan kolaps paru Selang untuk ventilasi dalam botol
dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura
keluar Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :- Inspirasi
akan meningkat- Ekpirasi menurunb. WSD dengan sistem 2 botol
Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol
ke-2 botol water seal Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage
yang awalnya kosong dan hampa udara, selang pendek pada botol 1
dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal Cairan
drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga
pleura masuk ke water seal botol 2 Prinsip kerjasama dengan sistem
1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke botol
WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD
Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks,
efusi peuralc. WSD dengan sistem 3 botol Sama dengan sistem 2
botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang
digunakan Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan Yang terpenting
adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah
hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam
air botol WSD Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang
ditambahkan Botol ke-3 mempunyai 3 selang : Tube pendek diatas
batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua Tube pendek
lain dihubungkan dengan suction Tube di tengah yang panjang sampai
di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer Komplikasi
Pemasangan WSD Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension
pneumothoraks, atrial aritmia Komplikasi sekunder : infeksi,
emfiema Prosedur pemasangan WSDa. Pengkajian Memeriksa kembali
instruksi dokter Mencek inform consent Mengkaji status pasien; TTV,
status pernafasanb. Persiapan pasien Siapkan pasien Memberi
penjelasan kepada pasien mencakup : Tujuan tindakan Posisi tubuh
saat tindakan dan selama terpasang WSD.Posisi klien dapat duduk
atau berbaring Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri
seperti nafas dalam, distraksi Latihan rentang sendi (ROM) pada
sendi bahu sisi yang terkenac. Persiapan alat Sistem drainage
tertutup Motor suction Slang penghubung steril Botol berwarna
putih/bening dengan kapasitas 2 liter, gas, pisau jaringan/silet,
trokart, cairan antiseptic, benang catgut dan jarumnya, duk bolong,
sarung tangan , spuit 10cc dan 50cc, kassa, NACl 0,9%, konektor,
set balutan, obat anestesi (lidokain, xylokain), maskerd.
PelaksanaanProsedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu
agar prosedur dapat dilaksanakan dengan baik, dan perawat member
dukungan moril pada pasien.e. Tindakan setelah prosedur Perhatikan
undulasi pada selang WSD Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi
dapat terjadi antara lain : - Motor suction tidak berjalan - Slang
tersumbat - Slang terlipat - Paru-paru telah mengembangOleh karena
itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi
sistem drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas Cek ruang
control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar. Cek
batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang
telah ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air.
Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk
mengetahui jumlah cairan yg keluar. Observasi pernafasan, nadi
setiap 15 menit pada 1 jam pertama. Perhatikan balutan pada insisi,
apakah ada perdarahan. Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman
dengan memperhatikan jangan sampai slang terlipat. Anjurkan pasien
untuk memegang slang apabila akan merubah posisi. Beri tanda pada
batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu. Ganti botol WSD
setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang
dibuang. Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran.
Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis,
emphysema subkutan. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan
bimbing cara batuk efektif. Botol WSD harus selalu lebih rendah
dari tubuh. Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di
atas WSD. Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali
sehari melakukan latihan gerak pada persendian bahu daerah
pemasangan WSD Perawatan pada pasien yang menggunakan WSDa. Kaji
adanya distress pernafasan & nyeri dada, bunyi nafas di daerah
paru yg terkena & TTV stabilb. Observasi adanya distress
pernafasanc. Observasi : Pembalut selang dada. Observasi selang
untuk melihat adanya lekukan, lekukan yang menggantung, bekuan
darah. Sistem drainase dada. Segel air untuk melihat fluktuasi
inspirasi dan ekspirasi klien. Gelembung udara di botol air
bersegel atau ruang. Tipe & jumlah drainase cairan. Catat warna
& jumlah drainase, TTV & warna kulit. Gelembung udara dalam
ruang pengontrol penghisapan ketika penghisap digunakand. Posisikan
klien : Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara
(pneumothorak) Posisi fowler untuk mengeluarkan cairan
(hemothorak)e. Pertahankan hubungan selang antara dada dan selang
drainase utuh dan menyatuf. Gulung selang yang berlebih pada matras
di sebelah klien. Rekatkan dengan plesterg. Sesuaikan selang supaya
menggantung pada garis lurus dari puncak matras sampai ruang
drainase. Jika selang dada mengeluarkan cairan, tetapkan waktu
bahwa drainase dimulai pada plester perekat botol drainase pada
saat persiaan botol atau permukaan tertulis sistem komersial yang
sekali pakaih. Urut selang jika ada obstruksii. Cuci tanganj. Catat
kepatenan selang, drainase, fluktuasi, TTV klien, kenyamanan klien
Cara mengganti botol WSDa. Siapkan set yang baruBotol berisi cairan
aquadest ditambah desinfektanb. Selang WSD di klem duluc. Ganti
botol WSD dan lepas kembali klemd. Amati undulasi dalam slang WSD
Pencabutan selang WSDIndikasi pengangkatan WSD adalah bila :a.
Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan :o Tidak ada
undulasio Cairan yang keluar tidak adao Tidak ada gelembung udara
yang keluaro Kesulitan bernafas tidak adao Dari rontgen foto tidak
ada cairan atau udarao Dari pemeriksaan tidak ada cairan atau
udarab. Slang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling
atau pengurutan pada slangb. Pemasangan alat bantu nafas.c.
Pemasangan drain.d. Aspirasi (thoracosintesis).e. Operasi (bedah
thoraxis)f. Tindakan untuk menstabilkan dada:1) Miring pasien pada
daerah yang terkena.2) Gunakan bantal pasien pada dada yang
terkenag. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir
positif, didasarkan pada kriteria sebagai berikut:1) Gejala
contusio paru2) Syok atau cedera kepala berat.3) Fraktur delapan
atau lebih tulang iga.4) Umur diatas 65 tahun.5) Riwayat penyakit
paru-paru kronis.h. Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila
tension Pneumothorak mengancam.i. Oksigen tambahan.
BAB IIIKESIMPULAN
Trauma adalah penyebab kematian yang paling banyak di AS pada
orang usia 40tahun,sampai seperempat semua kematian traumatic
adalah akibat dari trauma thorax.Trauma dada dapat karena cedera
tumpul atau cedera tembus dan termasuk cedera pada
komponen-komponen dinding dada serta kerusakan pada struktur
visceral yang lebih dalam .trauma dada umumnya disebabkan oleh
kecelakaan dan bersifat trauma tumpul .cedra toraks sering disertai
dengan cedera perut ,cedera kepala ,ekstremitas sehingga lebih
sering bersifat majemuk.cedera dinding dada terdiri dari kerusakan
jaringan lunak dari kerusakan kulit yang sederhana sampai
kehilangan kulit,jaringan subkutan dan otot yang luas serta dapat
termasuk hilangnya struktur tulang,cedera yang luas bisa karena
ledakan atau tembakan jarak dekat.Pada cedera yang berat seperti
fraktur iga multiple /fail chest ,dibutuhkan perawatan yang lebih
intensif dalam waktu yang cukup lama.
DAFTAR PUSTAKA1. Lukitto, P., K.B. Rachmad, dan T.W. Manuaba.
2004. Dinding Thoraks dan Pleura.Hal. 4040-14. Dalam : W.
Karnadihardja, R. Sjamsuhidajat. Dan W. de Jong (Eds.). Buku Ajar
Ilmu Bedah.EGC, Jakarta.Bruncardi,F.Charles.Schwartzs Principles of
surgery.8th edition McGraw Hill.Amerika Serikat,2005Dr.Halim
Danusantoso,buku saku ilmu penyakit paru.jakarta,2000Augustin
Besson and Frederic Saegesser,Color Atlas of Chest Trauma and
Associated injuries,volume1,Oradell,New Jersey,19835. American
College of Surgeons Committee on Trauma (ACSCOT). 2008. Rujukan.
Dalam: Advanced Trauma Life Support for Doctors, ATLS Student
Course Manual . Eight Edition. Chicago.6. Eyolfson, D. 2010.
Thoracic Injuries.Paramedic Association of Canada.4-18.7. Martini,
Ric. 2000. Fundamentals of Anatomy and Physiology. Pearson
Company.8. Wanek, S. and J.C. Mayberry. 2008. Blunt Thoracic
Trauma. Critical Care Clinics. 20: 71-81.9.
http://www.dokterbedahherryyudha.com/2012/08/trauma-thoraks-dan-kegawatdaruratan_2.html
(diakses tanggal 19 sep 2013).