Top Banner
BAB I SUMBER DAN KOMPOSISI LIMBAH PADAT 1.1.1. Definisi Limbah padat Limbah padat adalah sisa aktifitas manusia yang bersifat padat terdiri atas zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Limbah padat umumnya dalam bentuk sisa makanan (limbah padat dapur), daun-daunan, ranting pohon, kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, logam, drum, debu sisa penyapuan, dsb (SNI 19-2454-1991). Limbah padat adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada menfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomi tidak ada harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup (Hadiwiyoto, 1983). 1.1.2. Sumber-Sumber Limbah padat Limbah padat rumah tangga Umumnya limbah padat rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan, perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, limbah padat kebun/halaman, dan lain-lain. Limbah padat dari pertanian
36

Limbah Padat

Nov 28, 2015

Download

Documents

asd
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Limbah Padat

BAB I

SUMBER DAN KOMPOSISI LIMBAH PADAT

1.1.1. Definisi Limbah padat

Limbah padat adalah sisa aktifitas manusia yang bersifat padat terdiri atas zat

organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak

membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Limbah padat

umumnya dalam bentuk sisa makanan (limbah padat dapur), daun-daunan, ranting pohon,

kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, logam, drum, debu sisa penyapuan, dsb

(SNI 19-2454-1991). Limbah padat adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-

perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau

karena sudah tidak ada menfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomi tidak ada

harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan

terhadap lingkungan hidup (Hadiwiyoto, 1983).

1.1.2. Sumber-Sumber Limbah padat

• Limbah padat rumah tangga

Umumnya limbah padat rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan,

perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, limbah padat

kebun/halaman, dan lain-lain.

• Limbah padat dari pertanian

Limbah padat dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami dan

sejenisnya.Sebagian besar limbah padat yang dihasilkan selama musim panen

dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk.Untuk limbah padat bahan kimia seperti

pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari

lingkungan.Limbah padat pertanian lainnya adalah lembaran plastik penutup

tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan

penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa didaur ulang.

Page 2: Limbah Padat

• Limbah padat dari industri

Limbah padat ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan

kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas, kayu,

plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan). Limbah padat

industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus

sebelum dibuang

• Limbah padat dari sisa bangunan dan konstruksi gedung

Limbah padat yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini

dapat berupa bahan organic maupun anorganik. Limbah padat organik, misalnya :

kayu, bamboo, triplek. Limbah padat anorganik, misalnya : semen, pasir, spesi,

batu bata, ubin, besi, baja, kaca, dan kaleng.

• Limbah padat yang berasal dari jalan raya

Limbah padat ini berasal dari pembersihan jalan yang umumnya terdiri dari kertas-

kertas, kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan

yang jatuh, daun-daunan, plastic dan sebagainya.

• Limbah padat yang berasal dari pertambangan

Limbah padat ini berasal dari daerah pertambangan tergantung dari jenis usaha

pertambangan itu sendiri misalnya batu-batuan, tanah cadas, pasir, sisa-sisa

pembakaran, dsb.

• Limbah padat yang berasal dari peternakan dan perikanan

Limbah padat yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa kotoran-

kotoran ternak, sisa makanan, bangkai binatang, dsb.

• Limbah padat dari perdagangan dan perkantoran

Limbah padat yang berasal dari daerah perdagangan seperti: toko, pasar tradisional,

warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan

organik termasuk limbah padat makanan dan restoran. Limbah padat yang berasal

dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta biasanya terdiri dari kertas,

alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy, pita printer, kotak

tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film,

komputer rusak, dan lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus

Page 3: Limbah Padat

dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena

berbahaya dan beracun.

1.1.3. Jenis Limbah padat

Berdasarkan sifat kimia terdapat dua jenis limbah padat, yaitu:

1. Limbah padat Organik, yang mengandung senyawa-senyawa organik dan

tersusun oleh unsur-unsur karbon,hidrogen, oksigen dan nitrogen. Bahan-bahan

ini mudah didegradasi oleh mikroba. Bahan-bahan yangtermasuk dalam jenis

limbah padat ini, antara lain daun-daunan, kayu, tulang, sisa makanan,

sayuran,buah-buahan dan sebagainya.

2. Limbah padat Anorganik, yang terdiri atas kaleng, plastik, besi, dan logam-

logam lainnya seperti gelas, mikaatau bahan-bahan yang tidak tersusun oleh

senyawa organik. Limbah padat ini sulit didegradasi olehmikroorganisme di

alam.

Berdasarkan sifat fisiknya, limbah padat digolongkan menjadi :

1. Limbah padat Basah (Garbage), terdiri dari bahan-bahan organik yang

mempunyai sifat mudah membusuk (sisamakanan, buah atau sayuran). Sifat

utama dari limbah padat basah ini banyak mengandung air dan cepatmembusuk

terutama pada daerah tropis seperti Indonesia.

2. Limbah padat Kering (Rubbish), tersusun dari bahan organik maupun

anorganik yang sifatnya lambat atau tidakmudah membusuk. Limbah padat

kering ini terdiri atas dua golongan:

- Metalic Rubbish, misalnya pipa besi tua, kaleng-kaleng bekas.

- Non Metalic Rubbish, misalnya kertas, kayu, sisa-sisa kain, kaca, mika,

keramik, dan batu-batuan.

3. Limbah padat Lembut, terdiri dari partikel-partikel kecil, ringan dan

mempunyai sifat mudah beterbangan, yang dapat membahayakan dan

mengganggu pernafasan serta mata.

- Debu, berasal dari penyapuan lantai rumah atau gedung, debu pengrajin

kayu, debu pabrik kapur,pabrik semen, pabrik tenun, dan lain-lain.

Page 4: Limbah Padat

- Abu berasal dari sisa pembakaran kayu, abu rokok, abu sekam, limbah

padat yang terbakar, dan lain-lain.

4. Limbah padat Besar (Bulky Waste), merupakan limbah padat yang berukuran

besar, misal: bekas furnitur (kursi,meja), peralatan rumah tangga (kulkas, TV),

dan lain-lain.

5. Limbah padat Berbahaya dan Beracun, B3 (Hazardous Waste), merupakan

limbah padat yang berbahaya baik terhadapmanusia, hewan maupun tanaman,

yang terdiri dari:

- Limbah padat patogen, berupa limbah padat yang berasal dari rumah sakit

dan klinik.

- Limbah padat beracun, berupa sisa-sisa pestisida, insektisida, kertas bekas

pembungkus bahan beracun,baterei bekas, dan lain-lain.

- Limbah padat radioaktif, berupa limbah padat bahan-bahan nuklir.

- Limbah padat ledakan, berupa petasan, mesiu dari limbah padat perang, dan

sebagainya.

Page 5: Limbah Padat

BAB II

SIFAT-SIFAT LIMBAH PADAT

2.2.1. Sifat-Sifat Kimia Limbah Padat

Informasi mengenai komposisi kimia yang terkandung di dalam limbah limbap

padat domestik adalah penting untuk mengevaluasi proses alternatif dan pilihan pemulihan.

Sebagai contoh, kelayakan dalam pembakaran limbah padat/ limbah padat bergantung pada

komposisi kimia dari limbah padat tersebut. Jika limbah padat akan digunakan sebagai

bahan bakar, maka karakteristik penting yang harus diketahui adalah :

a. Analisis Proksimat (Proximate Analysis)

Analisis proksimat meliputi 4 uji, yaitu kehilangan kelembapan ketika dipanaskan pada

suhu 105oC selama 1 jam, bahan volatile, senyawa karbon, dan abu (berat residu

setelah pembakaran).

Tabel 2.2.1 Nilai Analisis Proksimat (% berdasarkan berat)

Page 6: Limbah Padat

b. Titik Pengabuan (Pushing Point of Ash)

Titik pengabuan adalah suhu dimana abu dihasilkan dari pembakaran limbah padat

dengan suhu 1100oC -1200oC.

c. Analisis Unsur (Ultimate Analysis of Solid Waste Components)

Analisis unsure dari komponen limbah padat mencakup determinasi persentasi dari C

(karbon), H (hidrogen), S (sulfur), O (oksigen), N (nitrogen), dan abu. Hasil analisis ini

digunakan untuk karakteristik komposisi bahan organik limbah.Hal ini penting untuk

menentukan nilai C/N berkaitan dengan dekomposisi biologis.

Tabel 2.2.2. Data Analisis Unsur (berdasarkan % berat)

d. Kandungan Energi (Energy Content of Sokid Waste Components)

Kandungan energi komponen limbah (kJ/kg) dapat dideterminasi menggunakan boiler

system, laboratory bomb calorimeter, atau dengan menghitung komposisi elemen.

Kandungan energy oenting jika akan dilakukan proses pembakaran limbah.

Page 7: Limbah Padat

e. Nutrien Esensial (Essential Nutrients and Other Elements).

Analisa ini penting jika kandungan organic limbah digunakan untuk konversi biolpgi

seperti kompos, produksi metana atau etanol.Nutrien utama yang paling penting adalah

bentuk nitrogen (nitrat, ammonium), fosfor dan potassium.

2.2.3. Sifat Biologis Limbah

Fraksi organik limbah (tidak termasuk karet dan kulit), dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

Bahan yang larut terhadap air, seperti gula, pati, asam amino dan asam organik

Hemiselulosa

Selulosa

Lemak, minyak dan lilin, seperti ester dari alcohol dan asam lemak rantai panjang.

Lignin dan lignoselulosa

Protein, seperti rantai asam amino

Page 8: Limbah Padat

BAB III

PEMROSESAN LIMBAH PADAT

3.1 Pembuangan Akhir

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana limbah padat

mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber,

pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan

tempat dimana limbah padat diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan

terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan

yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.

TPA yang dulu merupakan tempat pembuangan akhir, berdasarkan UU no 18

Tahun 2008 menjadi tempat pemrosesan akhir didefinisikan sebagai pemrosesan akhir

limbah padat dalam bentuk pengembalian limbah padat dan atau residu hasil pengolahan

sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Selain itu di lokasi pemrosesan akhir tidak

hanya ada proses penimbunan limbah padat tetapi juga wajib terdapat 4 (empat) aktivitas

utama penanganan limbah padat di lokasi TPA, yaitu (Litbang PU, 2009):

• Pemilahan limbah padat

• Daur-ulang limbah padat non-hayati (an-organik)

• Pengomposan limbah padat hayati (organik)

• Pengurugkan/penimbunan limbah padat residu dari proses di atas di

lokasipengurugkan atau penimbunan (landfill)

Di Indonesia dikenal konsep controlled landfill sejak tahun 1990-an, yaitu metode

perbaikanopen dumping sebelum mampu mengoperasikan pengurugkan limbah padat

deangan sanitary landfill. Perbedaan antara kedua metode tersebut terlihat pada tabel

berikut.

Page 9: Limbah Padat

Tabel 3.1.1 Perbedaan controlled landfill dengan sanitary landfill

Landfill merupakan suatu kegiatan penimbunan limbah padat padat pada tanah.

Jika tanah memiliki muka air yang cukup dalam, tanah bisadigali, dan limbah padat bisa

Page 10: Limbah Padat

ditimbun didalamnya. Metode ini kemudian dikembangkanmenjadi sanitary landfill yaitu

penimbunan limbah padat dengan cara yang sehat dan tidak mencemari lingkungan.

Sanitary landfill didefinisikan sebagai sistem penimbunan limbah padat secara sehat

dimana limbah padat dibuang di tempat yang rendah atau parit yangdigali untuk

menampung limbah padat, lalu limbah padat ditimbun dengan tanah yang dilakukanlapis

demi lapis sedemikian rupa sehingga limbah padat tidak berada di alam terbuka

(Tchobanoglous, et al., 1993). Pada prinsipnya landfill dibutuhkan karena:

Pengurangan limbah di sumber, daur ulang atau minimasi limbah tidak dapat

menyingkirkan seluruh limbah

Pengolahan limbah biasanya menghasilkan residu yang harus ditangani lebih lanjut

Kadangkala limbah sulit diuraikan secara biologis, sulit diolah secara kimia, atau

sulit untuk dibakar.

Beberapa hal yang sangat diperhatikan dalam operasional sanitary landfill

adalahadanya pengendalian pencemaran yang mungkin timbul selama operasional dari

landfillseperti adanya pengendalian gas, pengolahan leachate dan tanah penutup

yangberfungsi mencegah hidupnya vector penyakit. Berdasarkan peletakkan limbah padat

di dalam sanitary landfill, maka klasifikasi dari landfilldapat dibedakan menjadi :

a. Mengisi Lembah atau cekungan.

Metode ini biasa digunakan untuk penimbunan limbah padat yang dilakukan

padadaerah lembah, seperti tebing, jurang, cekungan kering, dan bekas galian.Metode

ini dikenal dengan depression method.Teknik peletakan danpemadatan limbah padat

tergantung pada jenis material penutup yang tersedia,kondisi geologi dan hidrologi

lokasi, tipe fasilitas pengontrolan leachate dangas yang digunakan, dan sarana menuju

lokasi.

b. Mengupas Lahan secara bertahap

Pengupasan membentuk parit-parit tempat penimbunan limbah padat dikenalsebagai

metode trench.Metode ini digunakan pada area yang memiliki mukaair tanah yang

dalam.Area yang digunakan digali dan dilapisi dengan bahanyang biasanya terbuat dari

membran sintetis, tanah liat dengan permeabilitasyang rendah (low-permeability clay),

atau kombinasi keduanya, untukmembatasi pergerakan leachate dan gasnya.

Page 11: Limbah Padat

c. Menimbun Limbah padat di atas lahan.

Untuk daerah yang datar, dengan muka air tanah tinggi, dilakukan dengancara

menimbun limbah padat di atas lahan. Cara ini dikenal sebagai metode area.Limbah

padat dibuang menyebar memanjang pada permukaan tanah, dan tiap lapisdalam proses

pengisian (biasanya per 1 hari), lapisan dipadatkan, dan ditutupdengan material

penutup setebal 15-30 cm. Luas area penyebaran bervariasitergantung pada volume

timbulan limbah padat dan luas lahan yang tersedia.

Gambar 3.1.2. Klasifikasi Landfill Berdasarkan Metode Peletakkan Limbah padat

Page 12: Limbah Padat

Beberapa penelitian dan perencanaan sanitary landfill melakukan berbagai upaya inovasi

untuk memperbaiki proses degradasi limbah padat di dalam landfill, antara lain:

a. Landfill semi anaerobic, yang berfungsi untuk mempercepat proses degradasilimbah

padat dan mengurangi dampak negatif dari leachate dengan melakukan

prosesresirkulasi leachate ke dalam tumpukan limbah padat. Leachate dianggap

sebagai nutrisisebagai sumber makanan bagi mikoorganisme di dalam limbah padat.

b. Landfill aerobic, dengan menambahkan oksigen ke dalam tumpukan limbah padat

disanitary landfill yang berfungsi mempercepat proses degradasi limbah padat

sehinggamendapatkan material stabil seperti kompos.

c. Reusable landfill atau landfill mining and reclamation. Definisi dari proses ini

adalahsebuah sistem pengolahan limbah padat yang berkesinambungan dengan

menggunakanmetode Supply Ruang Penampungan Limbah padat. Proses ini sering

digunakan dalamrevitalisasi TPA, dimana material yang dapat digali dari TPA yang

lama akandimanfaatkan. Bekas galian TPA akan dirancang untuk menerima limbah

padat kembalidengan konsep sanitary landfill.

Gambar 3.1.3 Anaerobic Landfill

Page 13: Limbah Padat

Gambar 3.1.4 Sustainable Landfill

3.2 Metode Pengurugkan

Metode pengurugkan limbah padat berdasarkan kondisi topografi, sumber materi penutup

dan kedalaman air tanah dibedakan metode trench dan area.

1. Metode trench atau ditch

Metode ini diterapkan ditanah yang datar.Dilakukan penggalian tanah secara

berkalauntuk membuat parit sedalam dua sampai 3 meter.Tanah disimpan untuk

dipakai sebagai bahan penutup.Limbah padat diletakan di di dalam parit, disebarkan,

dipadatkandan ditutup dengan tanah.

Gambar 3.2.1 Pengurugkan Metode Trench atau Ditch

Page 14: Limbah Padat

2. Metode Area

Untuk area yang datar dimana parit tidak bisa dibuat, limbah padat disimpan langsung

diatas tanah asli smapai ketinggian beberapa meter.Tanah penutup bisa diambil

dariluar TPA atau diambil dari bagian atas tanah.

Gambar 3.2.2 Pengurugkan Metode Area

3. Kombinasi kedua metode

Karena kedua cara ini sama dalam pengurugkannya, maka keduanya dapat

dikombinasikan agar pemanfaatan tanah dan bahan penutup yang baik

sertameningkatkan kinerja operasi.

Page 15: Limbah Padat

Gambar 3.2.3 Pengurugkan Metode Kombinasi

3.3 Alternatif Sistem Pengolahan Limbah padat

Melihat komposisi limbah padat di Indonesia yang sebagian besar adalah sisa-sisa

makanan, khususnyalimbah padat dapur, maka limbah padat jenis ini akan cepat

membusuk, atau terdegradasi oleh mikroorganisme yang berlimpah di alam ini.

Pengomposan merupakan salah satu teknik pengolahan limbah organik (hayati) yang

mudahmembusuk.Kompos dapat disebut berkualitas baik bila mempunyai

karakteristiksebagai humus dan bebas dari bakteri patogen serta tidak berbau yang tidak

enak.Limbah padat yang telah membusuk di sebuah timbunan limbah padat misalnya di

landfill sebetulnya adalah kompos anaerob yang dapat dimanfaatkan pada pasca

operasi.Alasan utama utama kegagalan pengomposan selama iniadalah pemasaran.

Salah satu jenis pengolah limbah padat yang sering digunakan sebagai alternatif

penanganan limbah padat adalahinsinerator.Saat ini teknologi insinerator dengan

penangkap panas (enersi) dikenal sebagai waste-toenergy. Khusus untuk limbah padat

kota, sebuah insinerator akan dianggap layak bila selama pembakarannya tidak dibutuhkan

subsidi enersi dari luar. Jadi limbah padat tersebut harus terbakar dengan sendirinya.

Page 16: Limbah Padat

Tabel 3.3.1 Kelebihan dan kelemahan alternatif sistem pengolahan limbah padat

Page 17: Limbah Padat

3.3.1 Insinerator

Teknologi insinerasi merupakan teknologi yang mengkonversi materi padat (dalam

hal ini limbah padat) menjadi materi gas (gas buang), serta materi padatan yang sulit

terbakar, yaitu abu (bottom ash) dandebu (fly ash). Panas yang dihasilkan dari proses

insinerasi juga dapat dimanfaatkan untukmengkonversi suatu materi menjadi materi lain

dan energi, misalnya untuk pembangkitan listrik dan airpanas. Insinerasi adalah metode

pengolahan limbah padat dengan cara membakar limbah padat pada suatutungku

pembakaran. Di beberapa negara maju, teknologi insinerasi sudah diterapkan dengan

kapasitasbesar (skala kota). Teknologi insinerator skala besar terus berkembang,

khususnya dengan banyaknyapenolakan akan teknologi ini yang dianggap bermasalah

dalam sudut pencemaran udara. Salah satukelebihan yang dikembangkan terus dalam

teknologi terbaru dari insinerator ini adalah pemanfaatanenersi, sehingga nama insinerator

cenderung berubah seperti waste-to-energy, thermal converter.

Meskipun teknologi ini mampu melakukan reduksi volume limbah padat hingga

70%, namun teknologi insinerasi membutuhkan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan

yang cukup tinggi.Fasilitaspembakaran limbah padat dianjurkan hanya digunakan untuk

memusnahkan/membakar limbah padat yang tidakbisa didaur ulang,ataupun tidak layak

untuk diurug. Alat ini harus dilengkapi dengan sistempengendalian dan kontrol untuk

memenuhi batas-batas emisi partikel dan gas-buangsehingga dipastikanasap yang keluar

dari tempat pembakaran limbah padat merupakan asap/gas yang sudah netral. Abu

yangdihasilkan dari proses pembakaran bisa digunakan untuk bahan bangunan, dibuat

bahan campurankompos, atau dibuang ke landfill.

Sedangkan residu dari limbah padat yang tidak bisa dibakar seperti sisalogam bisa

didaur ulang.Insinerasi merupakan proses pengolahan buangan dengan cara pembakaran

pada temperatur yangsangat tinggi (>800ºC) untuk mereduksi limbah padat yang tergolong

mudah terbakar (combustible), yangsudah tidak dapat didaurulang lagi. Sasaran insinerasi

adalah untuk mereduksi massa dan volumebuangan, membunuh bakteri dan virus dan

meredukdi materi kimia toksik, serta memudahkanpenanganan limbah selanjutnya.

Insinerasi dapat mengurangi volume buangan padat domestik sampai 85-95% dan

pengurangan berat sampai 70-80 %.

Page 18: Limbah Padat

Proses insinerasi berlangsung melalui 3 (tiga) tahap, yaitu:

Mula-mula membuat air dalam limbah padat menjadi uap air, hasilnya limbah

menjadi kering yang akansiap terbakar.

Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna, dimana

temperatur belumterlalu tinggi

Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna.

Agar terjadi proses yang optimal maka ada beberapa aspek yang harus diperhatikan

dalam menjalankansuatu insinerator, antara lain:

Aspek keterbakaran: menyangkut nilai kalor, kadar air, dan kadar abu dari buangan

padat,khususnya limbah padat.

Aspek keamanan: menyangkut titik nyala, tekanan uap, deteksi logam berat, dan

operasionalinsinerator.

Aspek pencegahan pencemaran udara: menyangkut penanganan debu terbang, gas

toksik, danuap metalik.

Terdapat 3 parameter utama dalam operasi insinerator yang harus diperhatikan, yaitu

(Temperature,Time dan Turbulence) :

Temperature (Suhu): Berkaitan dengan pasokan oksigen (melalui udara). Udara

yang dipasok akan menaikkan temperatur karena proses oksidasi materi organik

bersifat eksotermis. Temperatur idealuntuk limbah padat kota tidak kurang dari

800oC.

Time (waktu): Berkaitan dengan lamanya fasa gas yang harus terpapar dengan

panas yang telahditentukan. Biasanya sekitar 2 detik pada fase gas, sehingga terjadi

pembakaran sempurna.

Turbulensi: Limbah harus kontak sempurna dengan oksigen. Insinerator besar

diatur dengan kisi-kisiatau tungku yang dapat bergerak, sedang insinerator kecil

(modular) tungkunya adalah statis.

Skema insinerator kapasitas besar untuk limbah padat kota umumnya terdiri atas bagian-

bagian sebagaiberikut

Page 19: Limbah Padat

Unit Penerima: perlu untuk menjaga kontinuitas suplai limbah padat.

Sistem Feeding/Penyuplai: agar instalasi terus bekerja secara kontinu tanpa tenaga

manusia.

Tungku pembakar: harus bisa mendorong dan membalik limbah padat.

Suplai udara: agar tetap memasok udara sehingga sistem dapat terbakar. Pasokan

udara daribawah adalah suplai utama. Udara sekunder perlu untuk membakar

bagian-bagian gas yang tidaksempurna.

Kebutuhan udara: tergantung dari jenis limbah

Pembubuhan air: mendinginkan residu/abu dan gas yang akan keluar stack agar

tidak mencemarilingkungan.

Unit pemisah: memisahkan abu dari bahan padat yang lain.

APC (Air Pollution Control): terdapat beragam pencemaran yang akan muncul,

khususnya:

- Debu atau partikulat

- Air asam

- Gas yang belum sempurna terbakar: CO

- Gas-gas hasil pembakaran seperti CO2, NOx , SOx,

- Dioxin

- Panas

Setiap jenis pencemar, membutuhkan APC yang sesuai pula, sehingga bila seluruh

jenis pencemarini ingin dihilangkan, maka akan dibutuhkan serangkaian unit-unit APC

yang sesuai. Padainsinerator modular yang sering digunakan di kota-kota di Indonesia,

dapat dikatakan sarana inibelum dilengkapi unit APC, paling tidak untuk mengurangi

partikel-partikel debu yang keluar.

Cerobong (stack): semakin tinggi akan semakin baik, terutama untuk daerah

sekitarnya, tetapi tidakberarti tidak mengotori udara. Dengan cerobong yang tinggi

maka terjadi pendinginan-pengenceran.

Dinding insinerator harus tahan panas, dan tidak menyalurkan panas keluar.

Page 20: Limbah Padat

Nilai kalor limbah padat Indonesia mencapai 1.000 – 2.000 kkal/kg-kering. Dapat

dicapai proses insineras yang ekonomis bila limbah padat memiliki nilai kalor

paling tidak 2.000 kkal/kg-kering, sehingga tidakdibutuhkan enersi tambahan dari

luar. Kebutuhan oksigen dan nilai kalor yang dikandungnya dapatdihitung

berdasarkan metode pendekatan kadar unsur limbah padat, misalnya dengan rumus

kimia limbah padatIndonesia dengan dominasi rata–rata kandungan limbah padat

organik sekitar 60%,limbah padat plastik 17%, danlimbah padat kertas 16% adalah

C351,42H2.368,63O1.099,65N13,603S.

Di Indonesia, penggunaan insinerator skala kota baru dilaksanakan di Surabaya.

Namun karenapermasalahan teknis yang sejak awal telah terjadi, insinerator ini

cendererung kurang berfungsi.Insinerator skala modular (skala kecil), banyak dicoba di

beberapa kota di Indonesia, walaupun ternyatamengalami beberapa permasalahan, seperti

mahalnya biaya operasi, timbulnya permasalahanlingkungan yang terlihat nyata secara

visual seperti asap dan bau.

3.3.2 Pembentukan Leachate

Limbah padat yang dibuang ke landfill mengalami beberapa perubahan fisik, kimia

dan biologis secara simultan yang diantaranya menghasilkan cairan yang disebut

leachate.Leachate bisa didefinisikan sebagai cairan yang telah melewati limbah padat yang

telahmengekstrasi material terlarut/tersuspensi dari limbah padat tersebut

(Tchobanoglous,1993).Leachate diproduksi ketika cairan melakukan kontak dengan

limbah padat yangterutama berasal dari buangan domestik, dimana hal tersebut tidak dapat

dihindaripada lahan pembuangan akhir.Leachate dihasilkan dari infiltrasi air hujan ke

dalamtumpukan limbah padat di TPA dan dari cairan yang terdapat di dalam limbah padat

itu sendiri.Apabila tidak terkontrol, landfill yang dipenuhi air leachate dapat mencemari air

bawahtanah dan air permukaan.Pada umumnya karakteristik leachate adalah : cairan

berwarna coklat, mempunyaikandungan organik (BOD,COD) tinggi, kandungan logam

berat biasanya juga tinggidan berbau septik. Komposisi zat kimia dari leachate berubah-

ubah tergantung padabeberapa hal antara lain :

Karakteristik dan Komposisi limbah padat

Page 21: Limbah Padat

Secara alami, fraksi organik limbah padat dipengaruhi oleh degradasi limbah padat

dalamlandfill dan juga kualitas leachate yang diproduksi. Hadirnya zat-zat beracun

bagibakteri akan memperlambat proses degradasi.

Jenis tanah penutup landfill

Porositas tanah penutup landfill akan mempengaruhi banyak tidaknya air

hujanyang masuk ke dalamnya yang nantinya juga akan mempengaruhi jumlah

leachateyang dihasilkan. Untuk itu diperlukan persyaratan khusus bagi tanah

penutupharian maupun tanah penutup akhir.

Musim

Pergantian musim akan memberikan dampak yang berbeda pada jumlah

produksileachate dan juga konsentrasinya. Pada musim penghujan jumlah leachate

yangdihasilkan umumnya akan lebih besar namun memiliki konsentrasi yang

lebihrendah dibandingkan pada saat musim kemarau karena air hujan yang masuk

kedalam landfill akan berperan sebagai pengencer.

pH dan kelembaban

Nilai pH akan mempengaruhi proses kimia yang merupakan basis dari transfer

massa dalam sistem leachate limbah padat.

Umur Timbunan (Usia landfill)

Usia landfill dapat tercermin dari variasi komposisi leachate dan jumlah

polutanyang terkandung. Umur landfill berpengaruh penentuan karakteristik

leachate yang akan diatur oleh tipe proses stabilisasi.

Berdasarkan karakteristik dari leachate, pengolahan sangat diperlukan

sebelumleachate dibuang ke badan air.Pengolahan terutama bertujuan untuk

mengurangikandungan bahan organik di dalam leachate, mengurangi kandungan nutrient

sepertiNH4 dan kandungan logam berat yang diperkirakan ikut larut didalam leachate.

Pengolahan leachate bisanya merupakan kombinasi baik pengolahan fisik, kimia dan

biologis. Pengolahan leachate merupakan salah satu dari penanganan effluen leachate yang

dapat dilakukan. Alternatif lainnya yang dapat dilakukan antara lain:

Page 22: Limbah Padat

Memanfaatkan sifat-sifat hidrolis dengan pengaturan air tanah sehingga aliran

leachate tidak menuju air tanah

Mengisolasi lahan urug landfill sehingga air eksternal tidak masuk danleachatenya

tidak keluar

Mencari lahan yang mempunyai tanah dasar dengan kemampuan yang baikuntuk

menetralisir cemaran

Mengembalikan (resirkulasi) leachate ke arah timbunan limbah padat

Mengalirkan leachate menuju pengolahan air buangan domestic

Mengolah leachate dengan unit pengolahan sendiri.

Gambar 3.3.2 Sistem Penyaluran Leachate dengan Pipa dan Gambar Detail Pipa

Pengolahan leachate merupakan pengolahan kombinasi antara fisik-kimia dan

biologi.Pengolahan fisik bertujuan mengurangi zat padat baik tersuspensi maupun terlarut

didalam leachate.Pengolahan ini biasanya digabungkan dengan pengolahan kimia

danbiologis. Pengolahan secara kimiawi bertujuan mengurangi kandungan ion-ion di

Page 23: Limbah Padat

dalamleachate dan proses koagulasi dan flokulasi untuk mengurangi kandungan zat

padattersuspensi di dalam leachate. Proses pengolahan biologis tertutama gabungan

daripengolahan anerobik dan aerobik bertujuan mengurangi kandungan bahan organic

didalam leachate. Alternatif sistem pengolahan yang dapat digunakan untuk

mengolahleachate adalah sebagai berikut (Hermana, 2007):

1. Pengolahan dengan Proses Biologis

a. Kombinasi Kolam Stabilisasi, untuk lokasi dengan ketersediaan lahan yang

memadai, dengan alternatif kombinasi sebagai berikut:

Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Biofilter (alternatif 1).

Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan land treatment atau Wetland

(alternatif 2).

b. Kombinasi Proses Pengolahan Anaerobik – Aerobik, untuk lokasi dengan

ketersediaan lahan yang lebih terbatas, yaitu kombinasi antara Anaerobic Baffled

Reactor (ABR) dengan Aerated Lagoon (alternatif 3).

2. Pengolahan dengan Proses Fisika-Kimia

Pengolahan ini tepat digunakan apabila dikehendaki kualitas efluen leachate yang

lebih baik sehingga dapat digunakan untuk proses penyiraman atau pembersihan

peralatan dalam lokasi TPA atau dibuang ke badan air Kelas II (PP No. 82 Tahun

2001). Kombinasi sistem pengolahan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi, Kolam Anaerobik atau ABR

(alternatif 4).

Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi I, Aerated Lagoon, Sedimentasi II

(alternatif 5).

BAB 4

KESIMPULAN

Page 24: Limbah Padat

o Konsep utama yang diterapkan untuk menanggulangi limbah padat adalah reduksi

limbah padat sebelum masuk ke landfill di sumbernya sehingga mengurangi beban

operasional pengelolaan limbah padat di tempat pengolahannya.

o Sistem pembuangan akhir limbah padat dibagi menjadi dua bagian yaitu, sanitary

landfill dan controlled landfill.

o Pengolahan limbah padat dilakukan dengan berbagai macam proses alternatif,

diantaranya yaitu composting, baling, incineration dan recycle.

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: Limbah Padat

G.H. Tchobanoglous, H. Theissen, S.A. Vigil: Integrated Solid Waste Management,

McGraw Hill, 1993

SNI 19-2454-2002: Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Limbah Padat

SNI S 04‐1993‐03: Standar Spesifikasi Timbulan Limbah padat untuk Kota Kecil dan Kota

Sedang di Indonesia

http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/No.28%20Tulisan

%20di%20Koran%20PR%2013%20MEI%202004.pdf

http://pplpdinciptakaru.jatengprov.go.id/limbah

padat/file/539062504_pewadahan_pengumpulan_dan_pengangkutan.pdf

http://blog.elearning.unesa.ac.id/m-saikhul-arif/merubah-pola-pikir-dan-cara-pandang-

masyarakat-terhadap-limbah padat-sekitar