Page 1
BAB I
SUMBER DAN KOMPOSISI LIMBAH PADAT
1.1.1. Definisi Limbah padat
Limbah padat adalah sisa aktifitas manusia yang bersifat padat terdiri atas zat
organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan. Limbah padat
umumnya dalam bentuk sisa makanan (limbah padat dapur), daun-daunan, ranting pohon,
kertas/karton, plastik, kain bekas, kaleng-kaleng, logam, drum, debu sisa penyapuan, dsb
(SNI 19-2454-1991). Limbah padat adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-
perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau
karena sudah tidak ada menfaatnya yang ditinjau dari segi sosial ekonomi tidak ada
harganya dan dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan
terhadap lingkungan hidup (Hadiwiyoto, 1983).
1.1.2. Sumber-Sumber Limbah padat
• Limbah padat rumah tangga
Umumnya limbah padat rumah tangga berupa sisa pengolahan makanan,
perlengkapan rumah tangga bekas, kertas, kardus, gelas, kain, limbah padat
kebun/halaman, dan lain-lain.
• Limbah padat dari pertanian
Limbah padat dari kegiatan pertanian tergolong bahan organik, seperti jerami dan
sejenisnya.Sebagian besar limbah padat yang dihasilkan selama musim panen
dibakar atau dimanfaatkan untuk pupuk.Untuk limbah padat bahan kimia seperti
pestisida dan pupuk buatan perlu perlakuan khusus agar tidak mencemari
lingkungan.Limbah padat pertanian lainnya adalah lembaran plastik penutup
tempat tumbuh-tumbuhan yang berfungsi untuk mengurangi penguapan dan
penghambat pertumbuhan gulma, namun plastik ini bisa didaur ulang.
Page 2
• Limbah padat dari industri
Limbah padat ini berasal dari seluruh rangkaian proses produksi (bahan-bahan
kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan pengemasan produk (kertas, kayu,
plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan). Limbah padat
industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus
sebelum dibuang
• Limbah padat dari sisa bangunan dan konstruksi gedung
Limbah padat yang berasal dari kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung ini
dapat berupa bahan organic maupun anorganik. Limbah padat organik, misalnya :
kayu, bamboo, triplek. Limbah padat anorganik, misalnya : semen, pasir, spesi,
batu bata, ubin, besi, baja, kaca, dan kaleng.
• Limbah padat yang berasal dari jalan raya
Limbah padat ini berasal dari pembersihan jalan yang umumnya terdiri dari kertas-
kertas, kardus, debu, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan
yang jatuh, daun-daunan, plastic dan sebagainya.
• Limbah padat yang berasal dari pertambangan
Limbah padat ini berasal dari daerah pertambangan tergantung dari jenis usaha
pertambangan itu sendiri misalnya batu-batuan, tanah cadas, pasir, sisa-sisa
pembakaran, dsb.
• Limbah padat yang berasal dari peternakan dan perikanan
Limbah padat yang berasal dari peternakan dan perikanan ini berupa kotoran-
kotoran ternak, sisa makanan, bangkai binatang, dsb.
• Limbah padat dari perdagangan dan perkantoran
Limbah padat yang berasal dari daerah perdagangan seperti: toko, pasar tradisional,
warung, pasar swalayan ini terdiri dari kardus, pembungkus, kertas, dan bahan
organik termasuk limbah padat makanan dan restoran. Limbah padat yang berasal
dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta biasanya terdiri dari kertas,
alat tulis-menulis (bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy, pita printer, kotak
tinta printer, baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film,
komputer rusak, dan lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus
Page 3
dikumpulkan secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena
berbahaya dan beracun.
1.1.3. Jenis Limbah padat
Berdasarkan sifat kimia terdapat dua jenis limbah padat, yaitu:
1. Limbah padat Organik, yang mengandung senyawa-senyawa organik dan
tersusun oleh unsur-unsur karbon,hidrogen, oksigen dan nitrogen. Bahan-bahan
ini mudah didegradasi oleh mikroba. Bahan-bahan yangtermasuk dalam jenis
limbah padat ini, antara lain daun-daunan, kayu, tulang, sisa makanan,
sayuran,buah-buahan dan sebagainya.
2. Limbah padat Anorganik, yang terdiri atas kaleng, plastik, besi, dan logam-
logam lainnya seperti gelas, mikaatau bahan-bahan yang tidak tersusun oleh
senyawa organik. Limbah padat ini sulit didegradasi olehmikroorganisme di
alam.
Berdasarkan sifat fisiknya, limbah padat digolongkan menjadi :
1. Limbah padat Basah (Garbage), terdiri dari bahan-bahan organik yang
mempunyai sifat mudah membusuk (sisamakanan, buah atau sayuran). Sifat
utama dari limbah padat basah ini banyak mengandung air dan cepatmembusuk
terutama pada daerah tropis seperti Indonesia.
2. Limbah padat Kering (Rubbish), tersusun dari bahan organik maupun
anorganik yang sifatnya lambat atau tidakmudah membusuk. Limbah padat
kering ini terdiri atas dua golongan:
- Metalic Rubbish, misalnya pipa besi tua, kaleng-kaleng bekas.
- Non Metalic Rubbish, misalnya kertas, kayu, sisa-sisa kain, kaca, mika,
keramik, dan batu-batuan.
3. Limbah padat Lembut, terdiri dari partikel-partikel kecil, ringan dan
mempunyai sifat mudah beterbangan, yang dapat membahayakan dan
mengganggu pernafasan serta mata.
- Debu, berasal dari penyapuan lantai rumah atau gedung, debu pengrajin
kayu, debu pabrik kapur,pabrik semen, pabrik tenun, dan lain-lain.
Page 4
- Abu berasal dari sisa pembakaran kayu, abu rokok, abu sekam, limbah
padat yang terbakar, dan lain-lain.
4. Limbah padat Besar (Bulky Waste), merupakan limbah padat yang berukuran
besar, misal: bekas furnitur (kursi,meja), peralatan rumah tangga (kulkas, TV),
dan lain-lain.
5. Limbah padat Berbahaya dan Beracun, B3 (Hazardous Waste), merupakan
limbah padat yang berbahaya baik terhadapmanusia, hewan maupun tanaman,
yang terdiri dari:
- Limbah padat patogen, berupa limbah padat yang berasal dari rumah sakit
dan klinik.
- Limbah padat beracun, berupa sisa-sisa pestisida, insektisida, kertas bekas
pembungkus bahan beracun,baterei bekas, dan lain-lain.
- Limbah padat radioaktif, berupa limbah padat bahan-bahan nuklir.
- Limbah padat ledakan, berupa petasan, mesiu dari limbah padat perang, dan
sebagainya.
Page 5
BAB II
SIFAT-SIFAT LIMBAH PADAT
2.2.1. Sifat-Sifat Kimia Limbah Padat
Informasi mengenai komposisi kimia yang terkandung di dalam limbah limbap
padat domestik adalah penting untuk mengevaluasi proses alternatif dan pilihan pemulihan.
Sebagai contoh, kelayakan dalam pembakaran limbah padat/ limbah padat bergantung pada
komposisi kimia dari limbah padat tersebut. Jika limbah padat akan digunakan sebagai
bahan bakar, maka karakteristik penting yang harus diketahui adalah :
a. Analisis Proksimat (Proximate Analysis)
Analisis proksimat meliputi 4 uji, yaitu kehilangan kelembapan ketika dipanaskan pada
suhu 105oC selama 1 jam, bahan volatile, senyawa karbon, dan abu (berat residu
setelah pembakaran).
Tabel 2.2.1 Nilai Analisis Proksimat (% berdasarkan berat)
Page 6
b. Titik Pengabuan (Pushing Point of Ash)
Titik pengabuan adalah suhu dimana abu dihasilkan dari pembakaran limbah padat
dengan suhu 1100oC -1200oC.
c. Analisis Unsur (Ultimate Analysis of Solid Waste Components)
Analisis unsure dari komponen limbah padat mencakup determinasi persentasi dari C
(karbon), H (hidrogen), S (sulfur), O (oksigen), N (nitrogen), dan abu. Hasil analisis ini
digunakan untuk karakteristik komposisi bahan organik limbah.Hal ini penting untuk
menentukan nilai C/N berkaitan dengan dekomposisi biologis.
Tabel 2.2.2. Data Analisis Unsur (berdasarkan % berat)
d. Kandungan Energi (Energy Content of Sokid Waste Components)
Kandungan energi komponen limbah (kJ/kg) dapat dideterminasi menggunakan boiler
system, laboratory bomb calorimeter, atau dengan menghitung komposisi elemen.
Kandungan energy oenting jika akan dilakukan proses pembakaran limbah.
Page 7
e. Nutrien Esensial (Essential Nutrients and Other Elements).
Analisa ini penting jika kandungan organic limbah digunakan untuk konversi biolpgi
seperti kompos, produksi metana atau etanol.Nutrien utama yang paling penting adalah
bentuk nitrogen (nitrat, ammonium), fosfor dan potassium.
2.2.3. Sifat Biologis Limbah
Fraksi organik limbah (tidak termasuk karet dan kulit), dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Bahan yang larut terhadap air, seperti gula, pati, asam amino dan asam organik
Hemiselulosa
Selulosa
Lemak, minyak dan lilin, seperti ester dari alcohol dan asam lemak rantai panjang.
Lignin dan lignoselulosa
Protein, seperti rantai asam amino
Page 8
BAB III
PEMROSESAN LIMBAH PADAT
3.1 Pembuangan Akhir
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana limbah padat
mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber,
pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan
tempat dimana limbah padat diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan
terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan
yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.
TPA yang dulu merupakan tempat pembuangan akhir, berdasarkan UU no 18
Tahun 2008 menjadi tempat pemrosesan akhir didefinisikan sebagai pemrosesan akhir
limbah padat dalam bentuk pengembalian limbah padat dan atau residu hasil pengolahan
sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Selain itu di lokasi pemrosesan akhir tidak
hanya ada proses penimbunan limbah padat tetapi juga wajib terdapat 4 (empat) aktivitas
utama penanganan limbah padat di lokasi TPA, yaitu (Litbang PU, 2009):
• Pemilahan limbah padat
• Daur-ulang limbah padat non-hayati (an-organik)
• Pengomposan limbah padat hayati (organik)
• Pengurugkan/penimbunan limbah padat residu dari proses di atas di
lokasipengurugkan atau penimbunan (landfill)
Di Indonesia dikenal konsep controlled landfill sejak tahun 1990-an, yaitu metode
perbaikanopen dumping sebelum mampu mengoperasikan pengurugkan limbah padat
deangan sanitary landfill. Perbedaan antara kedua metode tersebut terlihat pada tabel
berikut.
Page 9
Tabel 3.1.1 Perbedaan controlled landfill dengan sanitary landfill
Landfill merupakan suatu kegiatan penimbunan limbah padat padat pada tanah.
Jika tanah memiliki muka air yang cukup dalam, tanah bisadigali, dan limbah padat bisa
Page 10
ditimbun didalamnya. Metode ini kemudian dikembangkanmenjadi sanitary landfill yaitu
penimbunan limbah padat dengan cara yang sehat dan tidak mencemari lingkungan.
Sanitary landfill didefinisikan sebagai sistem penimbunan limbah padat secara sehat
dimana limbah padat dibuang di tempat yang rendah atau parit yangdigali untuk
menampung limbah padat, lalu limbah padat ditimbun dengan tanah yang dilakukanlapis
demi lapis sedemikian rupa sehingga limbah padat tidak berada di alam terbuka
(Tchobanoglous, et al., 1993). Pada prinsipnya landfill dibutuhkan karena:
Pengurangan limbah di sumber, daur ulang atau minimasi limbah tidak dapat
menyingkirkan seluruh limbah
Pengolahan limbah biasanya menghasilkan residu yang harus ditangani lebih lanjut
Kadangkala limbah sulit diuraikan secara biologis, sulit diolah secara kimia, atau
sulit untuk dibakar.
Beberapa hal yang sangat diperhatikan dalam operasional sanitary landfill
adalahadanya pengendalian pencemaran yang mungkin timbul selama operasional dari
landfillseperti adanya pengendalian gas, pengolahan leachate dan tanah penutup
yangberfungsi mencegah hidupnya vector penyakit. Berdasarkan peletakkan limbah padat
di dalam sanitary landfill, maka klasifikasi dari landfilldapat dibedakan menjadi :
a. Mengisi Lembah atau cekungan.
Metode ini biasa digunakan untuk penimbunan limbah padat yang dilakukan
padadaerah lembah, seperti tebing, jurang, cekungan kering, dan bekas galian.Metode
ini dikenal dengan depression method.Teknik peletakan danpemadatan limbah padat
tergantung pada jenis material penutup yang tersedia,kondisi geologi dan hidrologi
lokasi, tipe fasilitas pengontrolan leachate dangas yang digunakan, dan sarana menuju
lokasi.
b. Mengupas Lahan secara bertahap
Pengupasan membentuk parit-parit tempat penimbunan limbah padat dikenalsebagai
metode trench.Metode ini digunakan pada area yang memiliki mukaair tanah yang
dalam.Area yang digunakan digali dan dilapisi dengan bahanyang biasanya terbuat dari
membran sintetis, tanah liat dengan permeabilitasyang rendah (low-permeability clay),
atau kombinasi keduanya, untukmembatasi pergerakan leachate dan gasnya.
Page 11
c. Menimbun Limbah padat di atas lahan.
Untuk daerah yang datar, dengan muka air tanah tinggi, dilakukan dengancara
menimbun limbah padat di atas lahan. Cara ini dikenal sebagai metode area.Limbah
padat dibuang menyebar memanjang pada permukaan tanah, dan tiap lapisdalam proses
pengisian (biasanya per 1 hari), lapisan dipadatkan, dan ditutupdengan material
penutup setebal 15-30 cm. Luas area penyebaran bervariasitergantung pada volume
timbulan limbah padat dan luas lahan yang tersedia.
Gambar 3.1.2. Klasifikasi Landfill Berdasarkan Metode Peletakkan Limbah padat
Page 12
Beberapa penelitian dan perencanaan sanitary landfill melakukan berbagai upaya inovasi
untuk memperbaiki proses degradasi limbah padat di dalam landfill, antara lain:
a. Landfill semi anaerobic, yang berfungsi untuk mempercepat proses degradasilimbah
padat dan mengurangi dampak negatif dari leachate dengan melakukan
prosesresirkulasi leachate ke dalam tumpukan limbah padat. Leachate dianggap
sebagai nutrisisebagai sumber makanan bagi mikoorganisme di dalam limbah padat.
b. Landfill aerobic, dengan menambahkan oksigen ke dalam tumpukan limbah padat
disanitary landfill yang berfungsi mempercepat proses degradasi limbah padat
sehinggamendapatkan material stabil seperti kompos.
c. Reusable landfill atau landfill mining and reclamation. Definisi dari proses ini
adalahsebuah sistem pengolahan limbah padat yang berkesinambungan dengan
menggunakanmetode Supply Ruang Penampungan Limbah padat. Proses ini sering
digunakan dalamrevitalisasi TPA, dimana material yang dapat digali dari TPA yang
lama akandimanfaatkan. Bekas galian TPA akan dirancang untuk menerima limbah
padat kembalidengan konsep sanitary landfill.
Gambar 3.1.3 Anaerobic Landfill
Page 13
Gambar 3.1.4 Sustainable Landfill
3.2 Metode Pengurugkan
Metode pengurugkan limbah padat berdasarkan kondisi topografi, sumber materi penutup
dan kedalaman air tanah dibedakan metode trench dan area.
1. Metode trench atau ditch
Metode ini diterapkan ditanah yang datar.Dilakukan penggalian tanah secara
berkalauntuk membuat parit sedalam dua sampai 3 meter.Tanah disimpan untuk
dipakai sebagai bahan penutup.Limbah padat diletakan di di dalam parit, disebarkan,
dipadatkandan ditutup dengan tanah.
Gambar 3.2.1 Pengurugkan Metode Trench atau Ditch
Page 14
2. Metode Area
Untuk area yang datar dimana parit tidak bisa dibuat, limbah padat disimpan langsung
diatas tanah asli smapai ketinggian beberapa meter.Tanah penutup bisa diambil
dariluar TPA atau diambil dari bagian atas tanah.
Gambar 3.2.2 Pengurugkan Metode Area
3. Kombinasi kedua metode
Karena kedua cara ini sama dalam pengurugkannya, maka keduanya dapat
dikombinasikan agar pemanfaatan tanah dan bahan penutup yang baik
sertameningkatkan kinerja operasi.
Page 15
Gambar 3.2.3 Pengurugkan Metode Kombinasi
3.3 Alternatif Sistem Pengolahan Limbah padat
Melihat komposisi limbah padat di Indonesia yang sebagian besar adalah sisa-sisa
makanan, khususnyalimbah padat dapur, maka limbah padat jenis ini akan cepat
membusuk, atau terdegradasi oleh mikroorganisme yang berlimpah di alam ini.
Pengomposan merupakan salah satu teknik pengolahan limbah organik (hayati) yang
mudahmembusuk.Kompos dapat disebut berkualitas baik bila mempunyai
karakteristiksebagai humus dan bebas dari bakteri patogen serta tidak berbau yang tidak
enak.Limbah padat yang telah membusuk di sebuah timbunan limbah padat misalnya di
landfill sebetulnya adalah kompos anaerob yang dapat dimanfaatkan pada pasca
operasi.Alasan utama utama kegagalan pengomposan selama iniadalah pemasaran.
Salah satu jenis pengolah limbah padat yang sering digunakan sebagai alternatif
penanganan limbah padat adalahinsinerator.Saat ini teknologi insinerator dengan
penangkap panas (enersi) dikenal sebagai waste-toenergy. Khusus untuk limbah padat
kota, sebuah insinerator akan dianggap layak bila selama pembakarannya tidak dibutuhkan
subsidi enersi dari luar. Jadi limbah padat tersebut harus terbakar dengan sendirinya.
Page 16
Tabel 3.3.1 Kelebihan dan kelemahan alternatif sistem pengolahan limbah padat
Page 17
3.3.1 Insinerator
Teknologi insinerasi merupakan teknologi yang mengkonversi materi padat (dalam
hal ini limbah padat) menjadi materi gas (gas buang), serta materi padatan yang sulit
terbakar, yaitu abu (bottom ash) dandebu (fly ash). Panas yang dihasilkan dari proses
insinerasi juga dapat dimanfaatkan untukmengkonversi suatu materi menjadi materi lain
dan energi, misalnya untuk pembangkitan listrik dan airpanas. Insinerasi adalah metode
pengolahan limbah padat dengan cara membakar limbah padat pada suatutungku
pembakaran. Di beberapa negara maju, teknologi insinerasi sudah diterapkan dengan
kapasitasbesar (skala kota). Teknologi insinerator skala besar terus berkembang,
khususnya dengan banyaknyapenolakan akan teknologi ini yang dianggap bermasalah
dalam sudut pencemaran udara. Salah satukelebihan yang dikembangkan terus dalam
teknologi terbaru dari insinerator ini adalah pemanfaatanenersi, sehingga nama insinerator
cenderung berubah seperti waste-to-energy, thermal converter.
Meskipun teknologi ini mampu melakukan reduksi volume limbah padat hingga
70%, namun teknologi insinerasi membutuhkan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan
yang cukup tinggi.Fasilitaspembakaran limbah padat dianjurkan hanya digunakan untuk
memusnahkan/membakar limbah padat yang tidakbisa didaur ulang,ataupun tidak layak
untuk diurug. Alat ini harus dilengkapi dengan sistempengendalian dan kontrol untuk
memenuhi batas-batas emisi partikel dan gas-buangsehingga dipastikanasap yang keluar
dari tempat pembakaran limbah padat merupakan asap/gas yang sudah netral. Abu
yangdihasilkan dari proses pembakaran bisa digunakan untuk bahan bangunan, dibuat
bahan campurankompos, atau dibuang ke landfill.
Sedangkan residu dari limbah padat yang tidak bisa dibakar seperti sisalogam bisa
didaur ulang.Insinerasi merupakan proses pengolahan buangan dengan cara pembakaran
pada temperatur yangsangat tinggi (>800ºC) untuk mereduksi limbah padat yang tergolong
mudah terbakar (combustible), yangsudah tidak dapat didaurulang lagi. Sasaran insinerasi
adalah untuk mereduksi massa dan volumebuangan, membunuh bakteri dan virus dan
meredukdi materi kimia toksik, serta memudahkanpenanganan limbah selanjutnya.
Insinerasi dapat mengurangi volume buangan padat domestik sampai 85-95% dan
pengurangan berat sampai 70-80 %.
Page 18
Proses insinerasi berlangsung melalui 3 (tiga) tahap, yaitu:
Mula-mula membuat air dalam limbah padat menjadi uap air, hasilnya limbah
menjadi kering yang akansiap terbakar.
Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna, dimana
temperatur belumterlalu tinggi
Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna.
Agar terjadi proses yang optimal maka ada beberapa aspek yang harus diperhatikan
dalam menjalankansuatu insinerator, antara lain:
Aspek keterbakaran: menyangkut nilai kalor, kadar air, dan kadar abu dari buangan
padat,khususnya limbah padat.
Aspek keamanan: menyangkut titik nyala, tekanan uap, deteksi logam berat, dan
operasionalinsinerator.
Aspek pencegahan pencemaran udara: menyangkut penanganan debu terbang, gas
toksik, danuap metalik.
Terdapat 3 parameter utama dalam operasi insinerator yang harus diperhatikan, yaitu
(Temperature,Time dan Turbulence) :
Temperature (Suhu): Berkaitan dengan pasokan oksigen (melalui udara). Udara
yang dipasok akan menaikkan temperatur karena proses oksidasi materi organik
bersifat eksotermis. Temperatur idealuntuk limbah padat kota tidak kurang dari
800oC.
Time (waktu): Berkaitan dengan lamanya fasa gas yang harus terpapar dengan
panas yang telahditentukan. Biasanya sekitar 2 detik pada fase gas, sehingga terjadi
pembakaran sempurna.
Turbulensi: Limbah harus kontak sempurna dengan oksigen. Insinerator besar
diatur dengan kisi-kisiatau tungku yang dapat bergerak, sedang insinerator kecil
(modular) tungkunya adalah statis.
Skema insinerator kapasitas besar untuk limbah padat kota umumnya terdiri atas bagian-
bagian sebagaiberikut
Page 19
Unit Penerima: perlu untuk menjaga kontinuitas suplai limbah padat.
Sistem Feeding/Penyuplai: agar instalasi terus bekerja secara kontinu tanpa tenaga
manusia.
Tungku pembakar: harus bisa mendorong dan membalik limbah padat.
Suplai udara: agar tetap memasok udara sehingga sistem dapat terbakar. Pasokan
udara daribawah adalah suplai utama. Udara sekunder perlu untuk membakar
bagian-bagian gas yang tidaksempurna.
Kebutuhan udara: tergantung dari jenis limbah
Pembubuhan air: mendinginkan residu/abu dan gas yang akan keluar stack agar
tidak mencemarilingkungan.
Unit pemisah: memisahkan abu dari bahan padat yang lain.
APC (Air Pollution Control): terdapat beragam pencemaran yang akan muncul,
khususnya:
- Debu atau partikulat
- Air asam
- Gas yang belum sempurna terbakar: CO
- Gas-gas hasil pembakaran seperti CO2, NOx , SOx,
- Dioxin
- Panas
Setiap jenis pencemar, membutuhkan APC yang sesuai pula, sehingga bila seluruh
jenis pencemarini ingin dihilangkan, maka akan dibutuhkan serangkaian unit-unit APC
yang sesuai. Padainsinerator modular yang sering digunakan di kota-kota di Indonesia,
dapat dikatakan sarana inibelum dilengkapi unit APC, paling tidak untuk mengurangi
partikel-partikel debu yang keluar.
Cerobong (stack): semakin tinggi akan semakin baik, terutama untuk daerah
sekitarnya, tetapi tidakberarti tidak mengotori udara. Dengan cerobong yang tinggi
maka terjadi pendinginan-pengenceran.
Dinding insinerator harus tahan panas, dan tidak menyalurkan panas keluar.
Page 20
Nilai kalor limbah padat Indonesia mencapai 1.000 – 2.000 kkal/kg-kering. Dapat
dicapai proses insineras yang ekonomis bila limbah padat memiliki nilai kalor
paling tidak 2.000 kkal/kg-kering, sehingga tidakdibutuhkan enersi tambahan dari
luar. Kebutuhan oksigen dan nilai kalor yang dikandungnya dapatdihitung
berdasarkan metode pendekatan kadar unsur limbah padat, misalnya dengan rumus
kimia limbah padatIndonesia dengan dominasi rata–rata kandungan limbah padat
organik sekitar 60%,limbah padat plastik 17%, danlimbah padat kertas 16% adalah
C351,42H2.368,63O1.099,65N13,603S.
Di Indonesia, penggunaan insinerator skala kota baru dilaksanakan di Surabaya.
Namun karenapermasalahan teknis yang sejak awal telah terjadi, insinerator ini
cendererung kurang berfungsi.Insinerator skala modular (skala kecil), banyak dicoba di
beberapa kota di Indonesia, walaupun ternyatamengalami beberapa permasalahan, seperti
mahalnya biaya operasi, timbulnya permasalahanlingkungan yang terlihat nyata secara
visual seperti asap dan bau.
3.3.2 Pembentukan Leachate
Limbah padat yang dibuang ke landfill mengalami beberapa perubahan fisik, kimia
dan biologis secara simultan yang diantaranya menghasilkan cairan yang disebut
leachate.Leachate bisa didefinisikan sebagai cairan yang telah melewati limbah padat yang
telahmengekstrasi material terlarut/tersuspensi dari limbah padat tersebut
(Tchobanoglous,1993).Leachate diproduksi ketika cairan melakukan kontak dengan
limbah padat yangterutama berasal dari buangan domestik, dimana hal tersebut tidak dapat
dihindaripada lahan pembuangan akhir.Leachate dihasilkan dari infiltrasi air hujan ke
dalamtumpukan limbah padat di TPA dan dari cairan yang terdapat di dalam limbah padat
itu sendiri.Apabila tidak terkontrol, landfill yang dipenuhi air leachate dapat mencemari air
bawahtanah dan air permukaan.Pada umumnya karakteristik leachate adalah : cairan
berwarna coklat, mempunyaikandungan organik (BOD,COD) tinggi, kandungan logam
berat biasanya juga tinggidan berbau septik. Komposisi zat kimia dari leachate berubah-
ubah tergantung padabeberapa hal antara lain :
Karakteristik dan Komposisi limbah padat
Page 21
Secara alami, fraksi organik limbah padat dipengaruhi oleh degradasi limbah padat
dalamlandfill dan juga kualitas leachate yang diproduksi. Hadirnya zat-zat beracun
bagibakteri akan memperlambat proses degradasi.
Jenis tanah penutup landfill
Porositas tanah penutup landfill akan mempengaruhi banyak tidaknya air
hujanyang masuk ke dalamnya yang nantinya juga akan mempengaruhi jumlah
leachateyang dihasilkan. Untuk itu diperlukan persyaratan khusus bagi tanah
penutupharian maupun tanah penutup akhir.
Musim
Pergantian musim akan memberikan dampak yang berbeda pada jumlah
produksileachate dan juga konsentrasinya. Pada musim penghujan jumlah leachate
yangdihasilkan umumnya akan lebih besar namun memiliki konsentrasi yang
lebihrendah dibandingkan pada saat musim kemarau karena air hujan yang masuk
kedalam landfill akan berperan sebagai pengencer.
pH dan kelembaban
Nilai pH akan mempengaruhi proses kimia yang merupakan basis dari transfer
massa dalam sistem leachate limbah padat.
Umur Timbunan (Usia landfill)
Usia landfill dapat tercermin dari variasi komposisi leachate dan jumlah
polutanyang terkandung. Umur landfill berpengaruh penentuan karakteristik
leachate yang akan diatur oleh tipe proses stabilisasi.
Berdasarkan karakteristik dari leachate, pengolahan sangat diperlukan
sebelumleachate dibuang ke badan air.Pengolahan terutama bertujuan untuk
mengurangikandungan bahan organik di dalam leachate, mengurangi kandungan nutrient
sepertiNH4 dan kandungan logam berat yang diperkirakan ikut larut didalam leachate.
Pengolahan leachate bisanya merupakan kombinasi baik pengolahan fisik, kimia dan
biologis. Pengolahan leachate merupakan salah satu dari penanganan effluen leachate yang
dapat dilakukan. Alternatif lainnya yang dapat dilakukan antara lain:
Page 22
Memanfaatkan sifat-sifat hidrolis dengan pengaturan air tanah sehingga aliran
leachate tidak menuju air tanah
Mengisolasi lahan urug landfill sehingga air eksternal tidak masuk danleachatenya
tidak keluar
Mencari lahan yang mempunyai tanah dasar dengan kemampuan yang baikuntuk
menetralisir cemaran
Mengembalikan (resirkulasi) leachate ke arah timbunan limbah padat
Mengalirkan leachate menuju pengolahan air buangan domestic
Mengolah leachate dengan unit pengolahan sendiri.
Gambar 3.3.2 Sistem Penyaluran Leachate dengan Pipa dan Gambar Detail Pipa
Pengolahan leachate merupakan pengolahan kombinasi antara fisik-kimia dan
biologi.Pengolahan fisik bertujuan mengurangi zat padat baik tersuspensi maupun terlarut
didalam leachate.Pengolahan ini biasanya digabungkan dengan pengolahan kimia
danbiologis. Pengolahan secara kimiawi bertujuan mengurangi kandungan ion-ion di
Page 23
dalamleachate dan proses koagulasi dan flokulasi untuk mengurangi kandungan zat
padattersuspensi di dalam leachate. Proses pengolahan biologis tertutama gabungan
daripengolahan anerobik dan aerobik bertujuan mengurangi kandungan bahan organic
didalam leachate. Alternatif sistem pengolahan yang dapat digunakan untuk
mengolahleachate adalah sebagai berikut (Hermana, 2007):
1. Pengolahan dengan Proses Biologis
a. Kombinasi Kolam Stabilisasi, untuk lokasi dengan ketersediaan lahan yang
memadai, dengan alternatif kombinasi sebagai berikut:
Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan Biofilter (alternatif 1).
Kolam Anaerobik, Fakultatif, Maturasi dan land treatment atau Wetland
(alternatif 2).
b. Kombinasi Proses Pengolahan Anaerobik – Aerobik, untuk lokasi dengan
ketersediaan lahan yang lebih terbatas, yaitu kombinasi antara Anaerobic Baffled
Reactor (ABR) dengan Aerated Lagoon (alternatif 3).
2. Pengolahan dengan Proses Fisika-Kimia
Pengolahan ini tepat digunakan apabila dikehendaki kualitas efluen leachate yang
lebih baik sehingga dapat digunakan untuk proses penyiraman atau pembersihan
peralatan dalam lokasi TPA atau dibuang ke badan air Kelas II (PP No. 82 Tahun
2001). Kombinasi sistem pengolahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi, Kolam Anaerobik atau ABR
(alternatif 4).
Proses Koagulasi - Flokulasi, Sedimentasi I, Aerated Lagoon, Sedimentasi II
(alternatif 5).
BAB 4
KESIMPULAN
Page 24
o Konsep utama yang diterapkan untuk menanggulangi limbah padat adalah reduksi
limbah padat sebelum masuk ke landfill di sumbernya sehingga mengurangi beban
operasional pengelolaan limbah padat di tempat pengolahannya.
o Sistem pembuangan akhir limbah padat dibagi menjadi dua bagian yaitu, sanitary
landfill dan controlled landfill.
o Pengolahan limbah padat dilakukan dengan berbagai macam proses alternatif,
diantaranya yaitu composting, baling, incineration dan recycle.
DAFTAR PUSTAKA
Page 25
G.H. Tchobanoglous, H. Theissen, S.A. Vigil: Integrated Solid Waste Management,
McGraw Hill, 1993
SNI 19-2454-2002: Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Limbah Padat
SNI S 04‐1993‐03: Standar Spesifikasi Timbulan Limbah padat untuk Kota Kecil dan Kota
Sedang di Indonesia
http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/No.28%20Tulisan
%20di%20Koran%20PR%2013%20MEI%202004.pdf
http://pplpdinciptakaru.jatengprov.go.id/limbah
padat/file/539062504_pewadahan_pengumpulan_dan_pengangkutan.pdf
http://blog.elearning.unesa.ac.id/m-saikhul-arif/merubah-pola-pikir-dan-cara-pandang-
masyarakat-terhadap-limbah padat-sekitar