Top Banner
UNDANG- UNDANG LINGKUNGAN HIDUP: 1. Undang- Undang No.23 Tahun 1993, Tentang Pokok- Pokok Kesehatan. 2. Undang- Undang No.23 Tahun 1997, Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. 3. Undang- Undang N0.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan Dan Permukiman 4. Undang- Undang N0.1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman 5. Peraturan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan
28

Limbah Padat

Jul 28, 2015

Download

Engineering

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Limbah Padat

UNDANG- UNDANG LINGKUNGAN HIDUP:

1. Undang- Undang No.23 Tahun 1993, Tentang Pokok-

Pokok Kesehatan.

2. Undang- Undang No.23 Tahun 1997, Tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3. Undang- Undang N0.4 Tahun 1992 Tentang Perumahan

Dan Permukiman

4. Undang- Undang N0.1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan

Kawasan Permukiman

5. Peraturan Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan

Page 2: Limbah Padat

SAMPAH(Solid Waste)

DEFINISI- DEFINISI SAMPAH

Sampah adalah limbah padat yang terdiri- dari zat organik dan zat

anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola

agar tidak membahayakan bagi kesehatan masyarakat,

mencemari lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.

(Departemen PU, Direktorat PLP, 1991).

Sampah adalah limbah buangan padat atau semi padat yang

dihasilkan dari aktivitas manusia atau hewan yang dibuang

karena tidak diinginkan atau tidak digunakan lagi.

(Tchobanouglous, Theisen dan Vigil, 1993).

Sampah adalah merupakan limbah yang berasal dari aktivitas

manusia yang tidak terpakai baik organik maupun aorganik yang

apabila tidak dikelola akan mengganggu kesehatan manusia dan

menimbulkan dampak lingkungan (Keputusan Mentri Lingkungan

Hidup, nomor: Kep.37/Men/ LH/ 7/ 1995).

Page 3: Limbah Padat

Klasifikasi Sampah

Sampah dapat digolongkan menjadi beberapa golongan menurut

sumber, tipe, dan sifatnya:

1. Penggolongan Sampah Berdasarkan Sumbarnya:

Berdasarkan sumbernya (Tchobanouglous, Theisen dan Vigil,

1993)

Mengemukakan bahwa sampah berasal dari aktivits manusia,

fasilitas umum dan lokasi produksi dapat yang diklasifikasikan

menjadi bebepa katogori, antara lain:

1.1. Daerah Permukiman

Berdasasarkan dari aktivitas rumah tangga lainnya, maka jenis sampah yang

dihasilkan sampah basah dan sampah kering. Dengan bervariasinya kondisi

permukiman untuk mempermudah operasi pengelolaan persampahan

permukiman, maka dibedakan atas:

a.Rumah teratur, dengan kriteria:

Rumah yang ada tersusun rapi dan teratur di lengkapi dengan infrastruktur.

Jalan yang dapat dilalui kendaraan pengumpul.

Page 4: Limbah Padat

Kondisi rumah umumnya permanen.

Kepadatan penduduk relatif kurang padat (<50 jiwa/Ha).

b. Rumah tidak teratur, dengan kriteria:

Rumah tersusun tidak rapi dan tidak teratur.

Jalan relatif sempit

Kondisi rumah umumnya tidak permanen

Penghasilan masyarakat umumnya relatif rendah

Kepadatan penduduk relatif padat (>50 jiwa/Ha)

1.2. Daerah Komersial.

Berasal dari pasar, pertokoan, penginapan/perhotelan, rumah makan/ restoran dan lain-lain. Jenis sampah yang dihasilkan bervariasi tergantung dari jenis kegiatan.

1.3. Daerah Institusi

Berasal dari sampah perkantoran, sekolah, fasiltas kesehatan dan lainnya. Umumnya sampah dari sumber ini lebih banyak dari jenis sampah kering.

1.4. Sarana Umum.

Berasal dari jalan dan trotoar, area terbuka/ taman, pantai dan tempat rekreasi lainnya. Umumnya sampah dari sumer ini lebih banyak dari sampah kering.

Page 5: Limbah Padat

1.5. Industri

Berasal dari industri berat maupun ringan. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya tergantung dari pabrik/ industri itu sendiri atau bahan baku yang digunakannya.

1.6. Pertanian

Berasal dari sisa- sisa pertanian melipuiti perkebunan, perikanan dan peternakan. Sampah didominasi dari sisa- sisa hasil hasil kehgiatan berupa sampah organik dan non organik serta memiliki sampah B3 dari bahan kimia yang digunakan.

2. Penggolongan Sampah Berdasarkan Tipenya

Berdasarkan tipenya sampah dapat digolongkan menjadi

beberapa bagian (Peavy, 1985), yaitu:

Sampah basah, sampah kering, sampah lembut, sampah bangunan, sampah

jalan, sampah spesial, sampah pengelolaan air/ limbah, sampah B3, sampah

industri.

Page 6: Limbah Padat

3. Penggolongan sampah berdasarkan sifatnya.

Menurut sumbernya (Hadiwiyoto, 1993), sampah dapat digolongkan

dalam beberapa golongan menutur sifatnya:

3.1. Sampah organik

3.2. Sampah non organik

Sampah organik adalah sampah yang dapat terurai dalam waktu yang

tidak terlalu lama.

Misalnya: Sampah sayuran ---- mengalami pembusukan ---- menjadi tanah.

Contoh: Daun/ rumput, kayu, buah, sisa makanan, kertas, dll.

Sampah Anorganik adalah sampah yang dapat terurai dalam waktu yang

sangat lama.

Misalnya: Plastik ------ menjadi tanah.

Contoh: Plastik, logam,kayu, Kain. Kaca, Karet, dll.

Page 7: Limbah Padat

KARAKTERISTIK SAMPAH

Karakteristik sampah adalah sifat-sifat sampah yang meliputi sifat fisik, kimiawi, dan

biologinya.

3.1. Karakter Fisik

Komponen yang diperlukan dalam menentukan karekteristik sampah adalah

mencangkup:

a. Komponen Individual

Contoh sampel diambil pada saringan yang tertahan pada saringan 50 mm, dipilih

komponennya seperti: kertas, plastik, logam,kayu, kain, karet, makanan dan lain-lain.

b. Berat Jenis Sampah

Berat jenis sampah dapat dipengaruhi oleh keadaan geografis, iklim dan musim.

Berat (kg)

BJ (kg/liter) =

Volume sampah

Page 8: Limbah Padat

c. Kelembaban:

Kelembaban sampah dinyatakan sebagai berat awal per berat kering, yaitu:

a - b

Kelembaban (%) = x 100 %

a

a= berat awal sampah (kg)

b= berat sampah setelah dikeringkan (kg)

Page 9: Limbah Padat

TIMBULAN SAMPAH

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam masalah timbulan sampah adalah:

1. Faktor Yang Mempengaruhi Timbulan Sampah.Adapun faktor yang mempengaruhi Timbulan Sampah adalah:

Letak geografis (wilayah penggunungan, wilayah bantaran sungai, wilayah datar)

Klimatologis (musim hujan, musim panas)

Frekuensi pengumpulan sampah (2 x sehari, 1 kali 2 hari)

Karakteristik populasi (jumlah penduduk dan penyebarannya)

Kebiasaan masyarakat (pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan sampah/kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah).

2. Metode Perhitungan Timbulan Sampah.Kuantitas dan komponen sampah merupakan faktor penting dalam perencanaan dan

operasional sampah. Perhitungan jumlah perhitungan sampah dapat dilakukan dengan

cara (Peavy,1985) yaitu:

a. Analisa Cara Beban.

Pada metode ini, kuantitas dan komponen sampah ditentukan dengan menghitung

Volume dan komposisi fisik setiap beban sampah dalam priode waktu tertentu. Total

massa dan distribusi setiap komposisi ditentukan dengan menggunakan rata-rata data

densitas setiap katagori.

Page 10: Limbah Padat

b. Analisa Volume

Metode ini hampir sama dengan di atas dengan penambahan perhitungan massa

setiap beban. Jika densitas sampah tidak dianalis secara terpisah setiap

katagorinya, maka penentuan distribusi massa`berdasarkan komposisi berupa nilai

densitas.

3. Besaran Timbulan Sampah

Dalam SK-SNI -040 1993-03 ditetapkan suatu spesifikasi timbulan sampah untuk

kota sedang dan kota kecil di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Komponen- komponen sumber sampah.

Page 11: Limbah Padat

NO Komponnen Satuan Volume Berat

sumber sampah (ltr) (kg)

1. Rumah permanen Per orang/hari 2,25- 2,50 0,350-0,400

2. Rumah semi permanen Per orang/hari 2,00- 2,25 0,300-0,350

3. Rumah non permanen Per orang/hari 1,75- 2,00 0,250-0,300

4. Kontor Per orang/hari 0,50- 0,75 0,250-0,300

5. Toko/ruku Per orang/hari 2,50- 3,00 0,150-0,350

6. Sekolah Per orang/hari 0,10- 0,15 0,010-0,020

7. Jalan arteri sekunder Per orang/hari 0,10- 0,15 0,020-0,025

8. Jalan lokal Per orang/hari 0,05- 0,10 0,005-0,025

9. Pasar Per orang/hari 0,20- 0,60 0,100-0,300

b. Klasifikasi Kota

Besaran timbulan sampah berdasarkan klasifikasi kota seperti pada tabel di bawah ini:Satuan Volume Berat

No Klasifikasi (L/org/hari)

1 Kota Sedang 2,75-3,25 0,700-0,80

2 Kota Kecil 2,50-2,75 0,625-0,70

Page 12: Limbah Padat

Keterangan:

Kota sedang adalah kota yang mempunyai kota dengan jumlah penduduk 100.000

< P < 500.000 jiwa.

Kota kecil adalah kota yang mempunyai kota dengan jumlah penduduk < 100.000 jiwa.

TEKNIK OPERASIONAL SAMPAH

Teknik operasional sampah meliputi:

Perwadahan

Pengumpulan

Pengangkutan

Pengolahan

Pembuangan Akhir

Hubungan antara kegiatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Page 13: Limbah Padat

Skema operasonal Pengelolaan Sampah

Timbulan Sampah

Pemilahan, pewadahan, dan pengolahan di sumber

Pengumpulan

Pemilahan dan pengolahanPemindahan

Pengangkutan

Pembuangan Akhir

TPSTransferdepo

Dump Truk/ Arm Roll

TPA

Gerobak/pick up/ motor

Bin, kantong, dll

Rumah, Pasar, kantor,dll

Page 14: Limbah Padat

PERWADAHAN

Perwadahan merupakan tahap awal dalam pengelolaan sampah. Pada tahap ini sebenarnya sudah terjadi pemilahan jenis sampah yaitu jenis sampah basah dan kering untuk mempermudah dalam pengolahannya. Faktor yang harus diperhatikan dalam kegiatan perwadahan sampah (Peavy,1985):

Jenis sarana perwadahan yang digunakan

Pemilihan lokasi penempatan sarana

Keindahan dan kesehatan lingkungan

Model pengumpulan yang digunakan.

Untuk jenis dan kapasitas sampah wadah yang digunakan tergantung dengan karakteristik sampah, volume timbulan, frekuensi timbulan dan area yang digunakan sebagai lokasi penempatan wadah.

Sarana perwadahan sampah harus memenuhi syarat sebagai berikut (SK SNI T-13-1990 F)

Konstruksi kuat dan tidak mudah rusak, dan kedap air.

Mudah untuk diperbaiki jika rusak

Ekonomis dan mudah diperoleh

Mudah dan cepat untuk dikosongkan

Jenis wadah: kantong plastik, bin, bak batako, dan lain-lain. Sebaiknya sudah ada pemisahan antara sampah basah dan kering.

Page 15: Limbah Padat

PENGUMPULAN SAMPAH

Kegiatan pengumpulan sampah ini adalah suatu kegiatan pengumpulan timbulan

sampah dari proses perwadahan yang telah dilakukan dalam proses sebelumnya

(perwadahan) untuk dikumpulkan pada suatu tempat pengumpulan sementara (TPS)

atau langsung ke tempat pembuangan akhir (TPA). Faktor yang penting dalam

kegiatan pengumpulan sampah adalah sistem dan pola pengumpulan.

Jenisnya: gerobak, mobil pick up, dll.

1. SISTEM PENGUMPULAN

a. Sistem Individual (door to door)

Sistem ini dilakukan dengan cara petugas mendatangi dari rumah kerumah dengan

membawa gerobak atau mobil pick up. Kemudian dikumpulkan di TPS terdekat.

b. Sistem Komunal.

Sistem ini pengumpulan dilakukan sendiri oleh masing- masing rumah tangga

ketempat yang telah disediakan. Tempat yang telah disediakan berupa TPS

(kontainer, maupun pasangan bak tetap bataco).

Page 16: Limbah Padat

POLA PENGUMPULANDapat dibedakan menjadi pola individual langsung dan pola individual tak langsung, pola komunal

langsung dan pola komunal tak lansung sera pola penyapuan jalan.

a. Pola Pengumpulan individual Langsung

adalah pengumpulan sampah dari sumbernya yang diangkut ke

TPA tanpa melalui proses pemilahan secara individual/ perorangan.

b. Pola individual tak lansung.

adalah dimana sampah diangkut ke TPS, kemudian diangkut ke

TPA secara perorangan.

c. Pola komunal tak langsung.

adalah sampah diangkut dari titik perwadahan secara komunal ke TPS, dan kemudian dibawa

ke TPA secara kelompok.

d. Pola pengumpulan komunal langsung

adalah pola pengumpulan sampah secara komunal yang

dikumpulkan dan langsung dibawa ke TPA tanpa proses

pengolahan secara kelompok.

e. Pola penyapuan jalan

Yaitu pola pengumpulan sampah yang dilakukan dengan

penyapuan, misal penyapuan jalan.

Page 17: Limbah Padat

PEMINDAHAN SAMPAH

Pemindahan sampah adalah proses pengelolaan sampah setelah dilakukan pengumpulan sampah.

Pemindahan sampah dapat dibedakan menjadi tiga kelompok (SK.SNI T-13-1990 F).

a. Transfer Stasion 1

adalah merupakan tempat pertemuan peralatan

pengumpul dengan peralatan pengangkut sampah dan

dapat digunakan sbg. Penyimpan alat, bengkel sederhana

dan kantor pengendali, memerlukan luas 200 m2.

b. Transfer Stasion 2

merupakan tempat pertemuan peralatan pengumpul

dengan peralatan pengangkut sebelum dilakukan pemindahan

dan dapat digunakan sbg. Parkir gerobak. Luas lokasi yg dibutuhkan

60 m2- 200 m2

b. Transfer Stasion 3

merupakan tempat pertemuan peralatan pengumpul dengan

kontainer (6 – 10 m3 ) atau merupak lokasi pertemuan kontainer

komunal 1- 10 m3. Lokasi yang dibutuhkan 10-20 m2

Page 18: Limbah Padat

PENGANGKUTAN SAMPAH

Adalah kegiatan membawa sampah yang telah dikumpulkan di TPS dan dipindahkan ke

peralatan pengangkut, kemudian dibawa ke TPA.

a. Sistem Pemindahan Transfer Depo

Yaitu kendaraan pengangkut sampah berangkat langsung dari pool menuju lokasi

pemindahan/ transfer depo untuk mengangkut sampah ke lokasi TPA, yang selanjutnya

kembali ke TPS untuk ritasi selanjutnya. Lihat Gbr. Dibawah ini.

Pool kendaraan

Transfer depo 1,2.. TPA

Page 19: Limbah Padat

b. Sistem Pengosongan Kontainer

Sistem pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer dapat dibedakan dengan 2 cara:

1. Hauled Container System (HCS), yaitu sistem kontainer angkat/tidak tetap.Terbuat dari Baja yang dilengkapi dengan kait dan roll.

2. Stasionary Container System (SCS), sistem kontainer tetap. Terbuat dari beton atau pasangan batu bata, dll yang tidak bisa dipin-pindahkan.

1. Sistem Kontainer Angkat (HCS)

Ada 3 pola sistem kontainer angkat/ Tidak Tetap, yaitu:

1.a. Sitem Pengosongan kontainer Cara Angkat 1.

Pada sistem ini kendaraan tanpa kontainer keluar dari pool menuju lokasi kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA. Kontainer kosong kemudian dikembalikan ke lokasi TPS semula dan kendaraan menuju kontainer isi berikutnya untuk melakukan kegiatan hal yang sama.

Lihat gambar dibawah ini.

Page 20: Limbah Padat

Cara angkat 1

TPA

isi

kosong

Pool/Garasi

TPS 1TPS 2

TPS 3

Page 21: Limbah Padat

1.b. Sitem Pengosongan kontainer Cara Angkat 2.

Pada sistem ini kendaraan tanpa kontainer keluar dari pool menuju lokasi kontainer isi

pertama untuk mengangkut sampah ke TPA. Kontainer kosong kemudian dibawa ke lokasi

berikutnya untuk ditukar dengan kontainer isi dan diangkut ke TPA, dan begitu seterusnya

sampai ritasi terakhir. Lihat Gbr.

TPAisi

kosong

Pool/garasi

TPS.1

TPS.2

TPS 3

Page 22: Limbah Padat

1.c. Sitem Pengosongan kontainer Cara Angkat 3.

Pada sistem ini kendaraan dengan kontainer keluar dari pool menuju lokasi kontainer

isi pertama dengan membawa kontainer kosong untuk ditempatkan kelokasi TPS

pertama dan ditukar dengan kontainer isi diangkut ke TPA, dan begitu seterusnya

sampai keritasi terakhir. Lihat Gbr.

TPAisi

kosong

pool

1 2 3

Page 23: Limbah Padat

Waktu Dan Jumlah Ritasi Kendaraan Pengangkut Sampah dapat dihitung dengan

persamaan sebagai berikut (Tcobanogluos,1993):

T hcs = P hcs + h + S ………………………………. 2.3

Dimana:

T hcs = Waktu pertrip (jam/trip)

P hcs = Waktu yang diperlukan untuk menuju lokasi kontainer berikutnya setelah

meletakkan kontainer kosong dilokasi sebelumnya, waktu

untuk mengambil kontainer penuh, dan waktu untuk

mengembalikan kontainer kosong (jam).

h = Waktu yag diperlukan menuju lokasi yang akan diangkut

kontainernya (jam)

S = Waktu menunggu dan membongkar di TPA (jam).

Untuk hauled container system, nilai Phcs dan S relatif konstan tetapi waktu di TPS – TPA

tergantung pada kecepatan dan jarak. Dari suatu analisa terhadap dari sejumlah kecepatan

dan jarak TPS – TPA beberapa kendaraan sampah, nilai h dapat ditentukan dengan

persamaan sbb:

Page 24: Limbah Padat

h = a + bx

Dimana:

a = Emperical hauled time constant (jam/trip)

b= Emperical hauled time constant (jam/trip)

x= Jarak rata- rata lokasi constan/TPS-TPA (km/trip)

Substitusi persamaan 2.3 ke persamaan 2.4, maka diperoleh persamaan:

P hcs = pc + uc + dbc …………………………… 2.5

dimana:

Pc = waktu mengambil kontainer penuh (jam/trip)

uc = waktu mletakkan kontainer kosong (jam/trip)

dbc= waktu rata- rata antara kontainer (jam/trip)

Jumlah trip perhari yang dapat dilakukan setiap kendaraan dihitung dgn persamaan sbb:

Nd = { (1-w) H- (t1 – t2) } / T hcs …………………….. 2.6

Dimana:

Nd = Jumlah trip perhari

H = waktu kerja perhari

t1 = waktu dari pool ke lokasi kontainer pertama (jam).

Page 25: Limbah Padat

t2 = waktu dari lokasi kontainer pertama (jam)

T hcs = Waktu pertrip (jam)

W = Faktor waktu non produktif mencangkup waktu untuk

cheking pagi dan sore, perbaikan dan hal- hal tak terdiga.

2. Sistem kontainer Tetap (Stasionary Container System/SCS).

Sistim pengangkutan sampah dimana kontainer yang digunakan adalah kontainer tetap.

Kendaraan keluar dari pool menuju lokasi TPS pertama untuk memindahkan sampah ke truk

pengangkut, jika belum penuh kendaraan pengangkut menuju lokasi TPS yang kedua, dan

begitu seterusnya sampai kendaraan penuh. Setelah truk penuh langsung menuju ke TPA

untuk membongkar muatan. Hal tersebut dapat dilhat pada gambar dibawahn ini.

Page 26: Limbah Padat

Sistem pengosongan dengan SCS (stasionery container system)

TPA

isi

kosong

1 2 3

Page 27: Limbah Padat

a. Pengumpulan Mekanis

Waktu pertrip dapat dihitung dalam persamaan:

Tscs = Pscs + s + bx ………………………………………………….2.7

P scs= C1 + Uc + (np) (dbc) …………………………………………2.8

Dimana:

Pscs = waktu yang diperlukan untuk memuat sampah dari lokasi pertama ke lokasi terakhir.

C1 = Jumlah kontainer dikosongkan pertrip (kontainer/trip)

Uc = Waktu rata-rata untuk mengosongkan kontainer (jam/kontainer)

np = Jumlah kontainer pertrip (lokasi/trip)

Dbc = waktu rata- rata antara lokasi kontainer (jam/lokasi)

C1 = vr / cf

Dimana:

v =volume alat angkut (m3/trip)

r = rasio kompeksi

c = volume kontainer (m3/kontainer)

f = weight kontainer utizalition factor.

Dengan diperoleh jumlah trip perhari (dibulatkan), waktu yang

sebenarnya dibutuhkan adalah:

H = { (t1-t2) + Nd . T scs } / ( 1 - w ) …………………………….. 2.10

Page 28: Limbah Padat

Dimana :

t1 = waktu tempuh dari pool (garasi) ke kontainer 1. (jam)

t2 = waktu tempuh dari TPA ke pool (jam)

b. Pengumpulan ManualJika digunakan pengumpulan manual, maka jumlah lokasi dalam 1 trip

dengan persamaan:

Nd = 60 Pscs . n /tp ………………………………………………… 2.11

Dimana:

Nd = jumlah lokasi per trip

60 = faktor koefisien jam ke menit

N = Jumlah pengumpul (orang)

tp= waktu pengambilan perlokasi

Jumlah volume sampah yang dapat terangkut/ trip dapat dihitung

dengan persamaan:

v (m3) = (Vp. Np) / ( r ) ……………………………………………..2.12

Dimana:

V = volume yg dpt dikumpulkan pertrip (m3)

Vp = Vol.sampah terkumpul perlokasi TPS (m3)

NP= Jlm.lokasi TPS,

r = faktor kepdatan.