NurHaniyyah 04011381320021
TUBERCULOSISPenyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda,
laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap
tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC
dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan
oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan
masalah TBC di dunia.Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam
propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di
Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%. Sedangkan menurut laporan
Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun
2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus
(256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan
merupakan kasus baru.Penyebab Penyakit TBCPenyakit TBC adalah suatu
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini
pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882,
sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama
baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut
sebagai Koch Pulmonum (KP).
Bakteri Mikobakterium tuberkulosaCara Penularan Penyakit
TBCPathogenesis of TB Infection and Disease.Droplet nuclei
containing tubercle bacilli are inhaled, enter the lungs, and
travel to the alveoli.
Tubercle bacilli multiply in the alveoli.
A small number of tubercle bacill enter the bloodstream and
spread throughout the body. The bacilli may reach any part of the
body, including areas where TB disease is more likely to develop
(such as the lungs, kidneys, brain, or bone).
Within 2-10 weeks, the immune system produces special immune
cells called macrophages that surround the tubercle bacilli. The
cells form a hard shell that keeps the bacilli contained and under
control (TB infection)
If the immune system cannot keep the bacilli under control, the
bacilli begin to multiply rapidly (TB disease). This process can
occur in different places in the body, such as the lungs, kidneys,
brain, or bone (see diagram in box 3).
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat
penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya
berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk
dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi
banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah),
dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir
seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun
demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu
paru-paru.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru,
maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk
globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis
bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding
di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan
dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut
dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk
dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada
pemeriksaan foto rontgen.Pada sebagian orang dengan sistem imun
yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya.
Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga
tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk
sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi
sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi
sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel
berlebih dan positif terinfeksi TBC.Meningkatnya penularan infeksi
yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa
keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum
optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya
jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya
epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang
lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang
memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.Gejala
Penyakit TBCGejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum
dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat.
Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru,
sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.Gejala
sistemik/umum Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,
biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam.
Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama
lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak
enak (malaise), lemah.Gejala khusus Tergantung dari organ tubuh
mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran
yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah
yang disertai sesak. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus
paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai
tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di
atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada anak-anak
dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.Pada pasien anak yang
tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang
kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji
tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal
serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif,
dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
serologi/darah.Penegakan DiagnosisApabila dicurigai seseorang
tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosis adalah: Anamnesa baik terhadap pasien maupun
keluarganya. Pemeriksaan fisik. Pemeriksaan laboratorium (darah,
dahak, cairan otak). Pemeriksaan patologi anatomi (PA). Rontgen
dada (thorax photo). Uji tuberkulin.Uji Tuberkulin dan Klasifikasi
TBCPada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling
bermanfaat untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium
tuberkulosa dan sering digunakan dalam "Screening TBC". Efektifitas
dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari
90%.Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC
aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 12 tahun 92%, 24 tahun 78%,
46 tahun 75%, dan umur 612 tahun 51%. Dari persentase tersebut
dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji
tuberkulin semakin kurang spesifik.Ada beberapa cara melakukan uji
tuberkulin, namun sampai sekarang cara mantoux lebih sering
digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada bagian atas
lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam
kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872 jam setelah
penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang
terjadi.Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat
penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya
berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk
dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi
banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah),
dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir
seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran
pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun
demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu
paru-paru.1.Pembengkakan (Indurasi) :04mm,uji mantoux negatif.Arti
klinis : tidak ada infeksi Mikobakterium tuberkulosa.
2.Pembengkakan (Indurasi):39mm,uji mantoux meragukan.Hal ini
bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mikobakterium
atipik atau setelah vaksinasi BCG.
3.Pembengkakan (Indurasi) : 10mm,uji mantoux positif.Arti klinis
: sedang atau pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa.
Pemeriksaan radiologis dapat memperkuat diagnosis, karena lebih
95% infeksi primer terjadi di paru-paru maka secara rutin foto
thorax harus dilakukan. Ditemukannya kuman Mikobakterium
tuberkulosa dari kultur merupakan diagnostik TBC yang positif,
namun tidak mudah untuk menemukannya.Klasifikasi TBC (menurut The
American Thoracic Society, 1981)Klasifikasi 0 Tidak pernah
terinfeksi, tidak ada kontak, tidak menderita TBC
Klasifikasi I Tidak pernah terinfeksi,ada riwayat kontak,tidak
menderita TBC
Klasifikasi II Terinfeksi TBC / test tuberkulin ( + ), tetapi
tidak menderita TBC (gejala TBC tidak ada, radiologi tidak
mendukung dan bakteriologi negatif).
Klasifikasi III Sedang menderita TBC
Klasifikasi IV Pernah TBC, tapi saat ini tidak ada penyakit
aktif
Klasifikasi V Dicurigai TBC
PENGOBATAN TBCPengobatan TBC Kriteria I (Tidak pernah
terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita TBC) dan II
(Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC
(gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi
negatif) memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 510
mg/kgbb/hari.1. Pencegahan (profilaksis) primerAnak yang kontak
erat dengan penderita TBC BTA (+).INH minimal 3 bulan walaupun uji
tuberkulin (-).Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji
tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah
tidak ada.2. Pencegahan (profilaksis) sekunderAnak dengan infeksi
TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit
TBC.Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.Obat yang digunakan
untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu : Obat primer : INH
(isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid.Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan
toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita
dapat disembuhkan dengan obat-obat ini. Obat sekunder : Exionamid,
Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan
Kanamisin.
Dosis obat antituberkulosis (OAT)Obat Dosis harian
(mg/kgbb/hari) Dosis 2x/minggu (mg/kgbb/hari) Dosis
3x/minggu(mg/kgbb/hari)
INH5-15 (maks 300 mg)15-40 (maks. 900 mg)15-40 (maks. 900
mg)
Rifampisin10-20 (maks. 600 mg)10-20 (maks. 600 mg)15-20 (maks.
600 mg)
Pirazinamid15-40 (maks. 2 g)50-70 (maks. 4 g)15-30 (maks. 3
g)
Etambutol15-25 (maks. 2,5 g)50 (maks. 2,5 g)15-25 (maks. 2,5
g)
Streptomisin15-40 (maks. 1 g)25-40 (maks. 1,5 g)25-40 (maks. 1,5
g)
Sejak 1995, program Pemberantasan Penyakit TBC di Indonesia
mengalami perubahan manajemen operasional, disesuaikan dengan
strategi global yanng direkomendasikan oleh WHO. Langkah ini
dilakukan untuk menindaklanjuti Indonesia WHO joint Evaluation dan
National Tuberkulosis Program in Indonesia pada April 1994. Dalam
program ini, prioritas ditujukan pada peningkatan mutu pelayanan
dan penggunaan obat yang rasional untuk memutuskan rantai penularan
serta mencegah meluasnya resistensi kuman TBC di masyarakat.
Program ini dilakukan dengan cara mengawasi pasien dalam menelan
obat setiap hari,terutama pada fase awal pengobatan.Strategi DOTS
(Direcly Observed Treatment Short-course) pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1996 dan telah diimplementasikan secara
meluas dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat. Sampai dengan
tahun 2001, 98% dari populasi penduduk dapat mengakses pelayanan
DOTS di puskesmas. Strategi ini diartikan sebagai "pengawasan
langsung menelan obat jangka pendek oleh pengawas pengobatan"
setiap hari.Indonesia adalah negara high burden, dan sedang
memperluas strategi DOTS dengan cepat, karenanya baseline drug
susceptibility data (DST) akan menjadi alat pemantau dan indikator
program yang amat penting. Berdasarkan data dari beberapa wilayah,
identifikasi dan pengobatan TBC melalui Rumah Sakit mencapai 20-50%
dari kasus BTA positif, dan lebih banyak lagi untuk kasus BTA
negatif. Jika tidak bekerja sama dengan Puskesmas, maka banyak
pasien yang didiagnosis oleh RS memiliki risiko tinggi dalam
kegagalan pengobatan, dan mungkin menimbulkan kekebalan obat.Akibat
kurang baiknya penanganan pengobatan penderita TBC dan lemahnya
implementasi strategi DOTS. Penderita yang mengidap BTA yang
resisten terhadap OAT akan menyebarkan infeksi TBC dengan kuman
yang bersifat MDR (Multi-drugs Resistant). Untuk kasus MDR-TB
dibutuhkan obat lain selain obat standard pengobatan TBC yaitu obat
fluorokuinolon seperti siprofloksasin, ofloxacin, levofloxacin
(hanya sangat disayangkan bahwa obat ini tidak dianjurkan pada anak
dalam masa pertumbuhan).Pengobatan TBC pada orang dewasa Kategori 1
: 2HRZE/4H3R3Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin,
pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4
bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam
seminggu (tahap lanjutan).Diberikan kepada: Penderita baru TBC paru
BTA positif. Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru)
berat. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3Diberikan kepada: Penderita kambuh.
Penderita gagal terapi. Penderita dengan pengobatan setelah lalai
minum obat. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3Diberikan kepada: Penderita BTA
(+) dan rontgen paru mendukung aktif.Pengobatan TBC pada anakAdapun
dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6 atau 9 bulan,
yaitu:1. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan
pertama, kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali seminggu
selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga ada resistensi
terhadap INH).2. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap
hari selama 2 bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari
atau 2 kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila
diduga ada resistensi terhadap INH).Pengobatan TBC pada anak-anak
jika INH dan rifampisin diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari
INH 10 mg/kgbb dan rifampisin 15 mg/kgbb.Dosis anak INH dan
rifampisin yang diberikan untuk kasus:TB tidak berat
INH : 5 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari
TB berat (milier dan meningitis TBC)
INH : 10 mg/kgbb/hari
Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari
Dosis prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)
OBAT TBCTuberkulosis (TBC) dapat menyerang berbagai organ tubuh
tetapi yang akan dibahas adalah obat TBC untuk paru-paru. Tujuan
pengobatan TBC ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat
dan mencegah kambuh. Idealnya pengobatan dengan obat TBC dapat
menghasilkan pemeriksaan sputum negatif baik pada uji dahak maupun
biakan kuman dan hasil ini tetap negatif selamanya.Obat yang
digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu : Obat
primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan
toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita
dapat disembuhkan dengan obat-obat ini. Obat sekunder : Exionamid,
Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan
Kanamisin.Meskipun demikian, pengobatan TBC paru-paru hampir selalu
menggunakan tiga obat yaitu INH, rifampisin dan pirazinamid pada
bulan pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih
obat TBC primer ini.IsoniazidIsoniazid atau isonikotinil hidrazid
yang disingkat dengan INH. Isoniazid secara in vitro bersifat
tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri) dan tuberkulosid
(membunuh bakteri).Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada
lemak, biosintesis asam nukleat,dan glikolisis. Efek utamanya ialah
menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan
unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan
sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh
metanol dari mikobakterium.Isoniazid mudah diabsorpsi pada
pemberian oral maupun parenteral. Kadar puncak diperoleh dalam
waktu 12 jam setelah pemberian oral. Di hati, isoniazid mengalami
asetilasi dan pada manusia kecepatan metabolisme ini dipengaruhi
oleh faktor genetik yang secara bermakna mempengaruhi kadar obat
dalam plasma. Namun, perbedaan ini tidak berpengaruh pada
efektivitas dan atau toksisitas isoniazidbila obat ini diberikan
setiap hari.Efek sampingMual, muntah, anoreksia, letih, malaise,
lemah, gangguan saluran pencernaan lain, neuritis perifer, neuritis
optikus, reaksi hipersensitivitas, demam, ruam, ikterus, diskrasia
darah, psikosis, kejang, sakit kepala, mengantuk, pusing, mulut
kering, gangguan BAK, kekurangan vitamin B6, penyakit pellara,
hiperglikemia, asidosis metabolik, ginekomastia, gejala reumatik,
gejala mirip Systemic Lupus Erythematosus.ResistensiResistensi
masih merupakan persoalan dan tantangan. Pengobatan TBC dilakukan
dengan beberapa kombinasi obat karena penggunaan obat tunggal akan
cepat dan mudah terjadi resistensi. Disamping itu, resistensi
terjadi akibat kurangnya kepatuhan pasien dalam meminum obat. Waktu
terapi yang cukup lama yaitu antara 69 bulan sehingga pasien banyak
yang tidak patuh minum obatselama menjalani terapi.Isoniazid masih
merupakan obat yang sangat penting untuk mengobati semua tipe TBC.
Efek sampingnya dapat menimbulkan anemia sehingga dianjurkan juga
untuk mengkonsumsi vitamin penambah darah seperti piridoksin
(vitamin B6).TB vit B6 sudah mengandung isoniazid dan vitamin B6
dalam satu sediaan, sehingga praktis hanya minum sekali saja. TB
vit B6 tersedia dalam beberapa kemasan untuk memudahkan bila
diberikan kepada pasien anak-anak sesuai dengan dosis yang
diperlukan. TB Vit B6 tersedia dalam bentuk:1. TabletMengandung INH
400 mg dan Vit B6 24 mg per tablet2. SirupMengandung INH 100 mg dan
Vit B6 10 mg per 5 ml, yang tersedia dalam 2 kemasan : Sirup 125 ml
Sirup 250 ml
Bagaimana penyebab dan mekanisme batuk darah pada kasus?batuk
darah Alergi dan asthma Infeksi paru-paru seperti pneumonia atau
bronkitis akut. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau
bronkitis kronik, emphysema Sinusitis yang menyebabkan postnasal
drip. Penyakit paru seperti bronkiektasis, tumor paru. Merokok
Terpapar polutan udaraBatuk darah biasanya berupa garis atau bercak
bercak darah, gumpalan gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah
sangat banyak. Terjadinya batuk darah ini dikarenakan ekskavasi dan
ulserasi pembuluh darah pada dinding kavitas. Kavitas yang
berdinding tebal dinamakan kaverne. Keradangan arteri yang terdapat
didinding kaverne akan menimbulkan anuerisma yang disebut aneurisma
dari Rasmussen, pada arteri yang berasal dari cabang arteria
pulmonalis. Bila aneurisma ini pecah maka akan menimbulkan batuk
darah.Batuk darah yang massif terjadi bila ada robekan dari
aneurisma Rasmussen pada dinding kavitas atau ada perdarahan yang
berasal dari bronkiektasis atau ulserasi trakeo-bronkial. Keadaan
ini dapat menyebabkan kematian karena penyumbatan saluran pernafaan
oleh bekuan darah.Klasifikasi berat ringannya didasarkan dari
jumlah darah yang dibatukkan:a. Bercak ( streaking ) : darah
bercampur dengan sputum hal yang sering terjadi, paling umum pada
bronchitis. Volume darah berkisar 15-20 mL/hari.b. Hemoptisis :
total volume darah yang dibatukkan 20-600 mL/hari, biasanya terjadi
pada kanker paru, pneumonia, TB atau emboli paru.c. Hemoptisis
massif : darah yang dibatukkan > 600 mL/hari, biasanya kanker
paru, kavitas pada TB, bronkiektasis.d. Pseudohemoptisis : batuk
darah dari struktur saluran nafas bagian atas dan saluran cerna
atas.EtiologiInsidensi
Infeksi : TB, abses, bronchitis, bronkiektasis, jamur, parasit,
pneumonia60 %
Neoplasma : Ca bronkogenik, lesi metastasis, adenoma bronkus20
%
CV : emboli paru, MS, AV malformation, aneurisma aorta, edem
paru5-10 %
Lain : bronkolitiasis, Goodpasture, hemosiderosis idiopatik2-10
%
Bagaimana hubungan jk usia dan pekerjaan dengan keluhan diatas?
Usia produktif yaitu 20-49 tahun. Namun, saat ini tengah terjadi
pergeseran prevalensi kasus ke usia tua di atas 60 tahun Jenis
kelamin Sebenarnya, tidak terdapat korelasi secara langsung antara
penyakit pada kasus ini dengan jenis kelamin tertentu, seperti pada
kasus ini, yaitu pria. Namun, beberapa data statistik menunjukkan
penderita pria lebih banyak jumlahnya daripada penderita wanita.
Hal ini mungkin disebabkan karena kebanyakan pria lebih dekat
dengan faktor-faktor risiko tertentu. Tbc lebih tinggi terjadi pada
orang yang bekerja di daerah yang tinggi prevalensi Tb nya, pada
pekerjaan yang mengharuksan melakukan perjalanan, dan pada
pekerjaan yang mudah terpajan dengan iritan saluran nafas.Bagaimana
interpretasi dari pemeriksaan fisik? Keadaan Umum : Sakit berat dan
pucat TD : 100/70mmHg hipotensi ringan HR : 112x/menit relative
meningkat (normal 60-100) RR : 36x/menit takipneu (normal: 16-24)
Temperatur : 37.6oC febris, ada infeksi tato di tangan kiri factor
resiko penularan HIV lymphadenopathy peningkatan poliferasi sel
imun, ada infeksi stomatitis ada infeksi pada rongga mulut
Stomatitisadalah radang mukosa mulut, akibat faktor-faktor lokal
atau sistemik, yang dapat mengenai mukosa pipi dan bibir, palatum,
lidah, dasar mulut, dan gusi. Stomatitis bisa disebabkan oleh
beberapa hal : makanan yang terlalu pedas, obat-obatan, reaksi
alergi, terapi radiasi, dan infeksi, bisa juga disebabkan oleh
cigarettes Pada auskultasi: terdengar bunyi vesikuler yang
meningkat pada paru-paru kanan atasBunyi Vesikular adalah Bunyi
napas, dimana fase inspirasi terdengar lebih panjang dan lebih
keras dibanding fase ekspirasi. Pada kondisi normal, bunyi
vesikular akan terdengar pada semua lapangan paru, kecuali pada
daerah interscapularis. Bunyi vesikular dapat menurun pada
kerusakan alveoli (gangguan sumber suara), efusi pleura (jarak
sumber suara ke dinding dada menjauh) atau tumor paru dan emfisema
(media penghantar yang jelek, jarak menjauh). Bunyi vesikular akan
meningkat pada TB paru lesi minimal, oleh karena sumber suaranya
(alveoli) masih baik dan infiltrat (lesi TB) adalah media
penghantar suara yang baik. Juga terdengar moderate rales:Rale:
bunyi yang terputus, terdiri dari rangkaian bunyi nonmusikal
pendek, terdengar terutama selama inhalasiSuara yang terdengar
jelas inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara terdengan
perlahan, nyaring, dan suara ngorok terus menerus, berhubungan
dnengan sekresi kental dan produksi sputum.Bagaimana mekanisme
abnormalitas yang terjadi dari hasil pemeriksaan fisik, radiologi
dan laboratorium? Pucat. Pucat terjadi akibat tuan Y mengalami
anemia sehingga jumlah oksigen dalam hb yang dibawa ke jaringan
perifer akan menurun sebagai mekanisme kompensasi untuk memenuhi
kebutuhan oksigen pada organ utama tubuh. Akibat berkurangya jumlah
hemoglobin dan oksigen maka kulit akan terlihat pucat. Penurunan
berat badan dalam kasus ini terjadi akibat pasien mengalami
anorexia. Pada infeksi M. Tbc, system imun akan menghasilkan TNF
alpha dan IL-2 yang pada akhirnya akan menyebabkan anorexia dan
penurunan berat badan, selain itu M. Tbc akan menghasilkan cachexin
yang juga akan menekan nafsu makan sehingga berat badan turun dan
BMI jatuh di b awah normal. RR : 36 x/minute Peningkatan nafas
terjadi sebagai upaya kompensasi akibat anemia. Pada kasus kita
ketahui bahwa pasien mengalami anemia. Akibat rendahnya jumlah hb,
maka tubuh akan melakukan kompensasi berupa peningkatan kecepatan
nafas supaya jumlah oksigen yang diikat oleh hb yang rendah
tersebut menjadi meningkat. Selian itu akibat adanya infeksi dan
terbentuknya jaringan parut pada paru akibat mekanisme imun, akan
terjadi peningkatan ventilasi akibat menurunya kemampuan difusi
oksigen dan CO2 pada paru yang mengalami kerusakan Temp : 37,6 C
Suhu meningkat akibat terjadinya proses inflamasi. Infeksi akan
mengakibatkan dihasilkanya prostaglandin yang me naikan thermostat
suhu di hipotalamus sehingga suhu naik sebagai upaya kompensasi
menghambat pertumbuhan bakteri. Demam khas pada Tb adalah demam
ringan, hal ini dikarenakan M.Tb dapat hidup dalam makrofag dan
menghindari system imun selular maupun humoran karena menghasilkan
beberapa factor virulensi yang akan menghambat peran system imun
yang dalam kelanjutanya akan menghambat pembentukan prostaglandin.
Seperti adanya cord factor yang menghambat migrasi PMN, kadar lipid
yang tinggi di sel yang membuat M. Tb tahan terhadap antibody,
lisis osmotic via komplemen, dan leptoarabinominan yang membuat M.
Tb bisa hidup dalam makrofag dan tidak terdeteksi oleh imun.
Pembesaran KGB terjadi akibat meluasnya Tb atau disebut Tb ekstra
paru. Saat mikobakterium berhasil lolos dari jaringan granuloma
yang dibentuk makrofag di paru, maka mikobakterium dapat menyebar
ke percabangan trakeobronkial dan masuk ke pembuluh limfe para
hilus. Dari pembuluh limfe ini mikobakterium akan dibawa ke kgb di
leher. Akibat besarya infeksi yang terjadi di KGB sebagai
pertahanan pertama tubuh terhadap infeksi, maka KGB akan membesar.
KGB di leher merupakan salah satu lini pertama dari menetralisir
infeksi. Stomatitis merupakan infeksi oportunis yang terjadi di
mukosa mulut akibat rendahnya kadar CD4 peningkatan suara
veskikular pada salah satu bidang paru terjadi akibat adanya
kelainan pada bagian paru yang bersangkutan dan atau juga karena
adanya infiltrate pada bagian paru tersebut. Ronki basah sedang
terdengar ketika suara inspirasi melewati paru yang tertimbun oleh
cairan yang dibentuk pada proses inflamasi berupa timbunan bakteri
yang mati, PMN atau makrofag yang mati dan juga jaringan yang
dilisiskan. Hb ; 8,5 menunjukkan adanya anemia. Hal ini dapat
terjadi akibat penurunan nafsu makan sehingga rendahnya asupan
nutrisi dalam hal ini protein yang dib utuhkan untuk membuat
globin. Adanya muntah darah massif juga dapat mengkibatkan
terjadinya anemia. Adanya tb ekstra paru ke sumsum tulang dapat
juga mengakibatkan anemia karena penekanan pada produksi RBC.
Peningkatan LED terjadi akibat adanya infeksi Peningkatan neutrofil
juga menunjukkan adanya infeksi. HIV + dan CD4 120 adalah bukti
bahwa pada penderita telah mengalami HIV. Penurunan kadar CD4
terjadi akibat virus HIv yang menyerang CD4 dan men jadikanya
sebagai inang. Ketika replikasi telah berhasil, maka CD4 akan
dilisiskan. Inilah mengapa CD4 menjadi menurun.
Apa komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien? Komplikasi
HIVPulmonary complications Pneumonia Tuberculosis Mycobacterium
avium complex Fungal infection (Cryptococcus)CNS complication
Cryptococcal meningitis Cerebral toxoplasmosis Peripheral
neuropathy and myelopathy Ocular disease CMV retinitisTumors Caposi
sarcoma Non-Hodgkins lymphomaOesophageal candidiasis
Komplikasi TB TB paru yang tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura,
empiema, laryngitis, poncets arthropathy Komplikasi lanjut :
obstruksi jalan nafas SOFT, kerusakan parenkim berat fibrosis paru,
kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal nafas
dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.
Bagaimana skdi untuk kasus ini? Kemampuan 4 yaitu, mampu membuat
diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya
: pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat
memutuskan dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga
tuntas.