Top Banner
EDISI 2 -- JUNI 2016 SAMPAH !! SAJIAN UTAMA MAU PAKAI KANTONG PLASTIK K A K ? Uji Coba Kantong Plastik Berbayar PURNAMA PUTRA HIJRAH Sampah = Peluang PROFIL TIDAK TAHU ATAU TIDAK MAU TAHU ? OPINI DI ANTARA TUMPUKAN SAMPAH SEKELUMIT KISAH Mendengar Kabar dari TPST Piyungan KOLOM EKSKLUSIF
28

Lestari Magazine #2

Aug 01, 2016

Download

Documents

Dalam rangka perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, KOPHI Yogyakarta kembali menerbitkan e-Magazine yang bertemakan "Strategi Pengelolaan Sampah".
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lestari Magazine #2

EDISI 2 -- JUNI 2016

SAMPAH !!SAJIAN UTAMA

MAU PAKAIKANTONGPLASTIKK A K ?Uji Coba KantongPlastik Berbayar

PURNAMAP U T R A

H I J R A H

Sampah = Peluang

PROFIL

T I D A KT A H UATAU TIDAKM A UT A H U ?

OPINI

DI ANTARATUMPUKANSAMPAH

SEKELUMIT KISAH

Mendengar Kabar dariTPST Piyungan

KOLOM EKSKLUSIF

Page 2: Lestari Magazine #2

Gilang Ariya PratamaKetua Umum

Imam Bahi MubarokSekretaris Umum

Dewi HandayaniBendahara Umum

ArdiantoKetua Divisi Litbang

Yudo Suryo HapsoroKetua Divisi Medkom

Farhan FabillahKetua Divisi Kewirausahaan

Andika FaiizalhaqiArdha Kurniawan NasutionArisma Kusuma DewiAyu Sya�triAzka Yahdiyani PutriBagus PutroDio PranandaHendri YudisaiLuthfan FauzanMaulana Azkaa S.Muhammad Khoerul FadhliNurul FikriPepy Hapita SariSiska FitrianaTrisno AnugrahUmmi Adha KhoirunnisaYudha FarizkyYurzam AbdillahYuyun WulandariZulharis Prasetyo

LITBANGAhmad Ni’am ShidqiAlifa KhoirunnisaAl�an NurhidayatAnisa Destiyan PutriArief Ganang SaputraBustomi LaimeheriwaDiah NurainiFaisal ArsyadGalang GumilangHartian Aprilianan PutriHelga Yohana SimatupangIrfani PrabaningrumIrvan FitriansyahKartika Setyaningsih SunardiMuhammad Haikal MubarokSatriya AdeSepthiadi WirawanTriani Yuni Putri UtamiTutik Jani Ariska

PSDMAgil MubarokAhmad Agung MasykuriAnanda YudhistiraBryan BimantoroFaizal MalikGiffari Rizky IzzaniHa�dzah Sri UtamiHarya Bima PratitakusumaHeti Nur IsnainiIntan Roudhotus SyarifahLalu Lomba Ajie KharismaMaria Denok LukmanasariMa’ruf Yorici RamadhanMuhibbul KhoiriRizqi Mahfudz PrasetyoTau�k HidayatViecintia Rina PratomoZulhilmi Hanif

MEDKOMAnnisa Yuni Noor IndahEkta So�anaFadri Purnama MokolintaFatika MarjatiningrumHangga Agung BramantyoInmas JafarIntan EffendiMargaretha ToulasikMaria Yolanda Clara AnggitaMerti AfridinMufradatul RiadhahNuri Jannati Wahyu EkaningsihRamadani Candra PuspitasariRidho Dimas PratamaRosiana IndahYohana Sekar

KEWIRAUSAHAAN

KOALISI PEMUDA HIJAU INDONESIA YOGYAKARTA2015 - 2017

Tiara ElizaKetua Divisi PSDM

Page 3: Lestari Magazine #2

SALAM REDAKSI

SALAM REDAKSI

2016w w w . k o p h i y o g y a . o r g

Puji syukur selalu terucap kepada Tuhan Yang Maha Esa, seiring terbitnya edisi kedua Majalah Lestari oleh �m redaksi Divisi Media dan Komunikasi KOPHI (Koalisi Pemuda Hijau Indonesia) Yogyakarta pada tahun 2016 ini.

Pada edisi ini kami mengangkat tema Strategi Pengelolaan Sampah. Pemilihan tema tersebut didasari dari sebuah kesadaran bahwa manusia hidup haruslah bedampingan lingkungan. Manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan akal dan pikiran juga memiliki tanggunng jawab untuk menjaga dan melestari lingkungan. Tetapi, tanpa sadar se�ap hari pula kita mengotori lingkungan dengan sampah-sampah yang kita hasilkan. Padahal kita sudah mengetahui dengan pas� dampak yang di�mbulkan dari sampah-sampah tersebut.

SALAM LESTARI

Sampah merupakan satu hal yang menarik untuk diulas. Karena manusia �dak mungkin melewatkan satu hari pun tanpa menghasilkan sampah. Sementara itu, penanganannya masih belum terkelola dengan baik. Akibatnya, sebagian besar sampah hanya menumpuk tak terurus dan membawa pengaruh buruk bagi lingkungan di sekitarnya.

Oleh karena itu, kami berharap majalah ini akan membuka mata pembaca tentang realita pengelolaan sampah yang ada di masyarakat. Kami juga berharap, pembaca akan terinspirasi untuk ikut serta dalam pelestarian lingkungan dengan mulai mengelola sampah yang dihasilkan. Kami selaku redaksi juga selalu mengharapkan saran dan kri�k dari seluruh pembaca majalah LESTARI demi kemajuan dan perkembangan majalah ini.

TIM REDAKSIPENANGGUNG JAWABGilang Ariya PratamaYudo Suryo H.

PEMIMPIN REDAKSIRizqi Mahfudz Prasetyo

LAYOUTERFaizal Malik

FOTOGRAFERLalu Lomba Ajie Kharisma

REPORTERHarya BimaTaufik Hidayat

Intan Roudhotus SyarifahBryan Bimantoro

Viecintia Rina PratomoHa�dzah Sri UtamiMa’ruf Yorici Ramadhan

LINE@ KOPHI YOGYAKARTA

Page 4: Lestari Magazine #2

GAMBAR

SAJIAN UTAMA

2016

1

w w w . k o p h i y o g y a . o r g

MAU PAKAI KANTONG PLASTIK KAK ?Uji Coba Kantong Plastik Berbayar

Indonesia, sebuah negara yang terkenal akan keadaan alam yang menakjubkan dengan kombinasi lebih dari 1700 pulau, hutan tropis yang sarat akan keanekaragaman haya�, dan kenampakan geografis pantai & laut terkaya di dunia.Tidak hanya itu, Indonesia juga rumah bagi lebih dari 700 etnis yang masing-masing memiliki ragam budaya bahasa, kesenian, serta adat yang sangat khas. Tentu kita patut bangga menjadi salah satu warga negara yang kaya ini. Tetapi, bagaimana jika negara kita “dicap” sebagai negara penghasil sampah? Masihkah kita merasa bangga?

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Jenna Jambeck, seorang peneli� lingkungan dunia, pada tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat kedua penyumbang sampah plas�k ke lautan dibawah Tiongkok. Bagaimana �dak? Se�ap 10 Milyar lembar kantong plas�k yang kita pakai, hanya setengah milyar saja yang kita gunakan lagi dan daur ulang. Sementara 9,5 milyar sisanya menjadi sampah tak berguna.

Page 5: Lestari Magazine #2

KAJIAN UTAMA

2016

2

w w w . k o p h i y o g y a . o r g

Oleh karena itu, pada tanggal 17 Februari 2016, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), melalui Derektorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3, mengeluarkan Surat Edaran Nomor S.1230/PSLB3-PS/2016 yang mengatur tentang harga dan mekanisme Penerapan Kantong Plas�k Berbayar. Kebijakan tersebut secara resmi diujicobakan secara serentak di 22 kota dan 1 provinsi di seluruh Indonesia pada tanggal 21 Februari 2016. Se�ap kantong plas�k dikenakan biaya sebesar Rp 200,00 di ritel modern di daerah yang ditunjuk.

Melalui kebijakan ini, pemerintah Indonesia mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam p e n g g u n a a n ka nto n g p l a s� k d a n m u l a i menggunakan tas belanja yang dapat dipakai berulang-ulang (reusable). Selain itu, pemerintah juga mengajak untuk memulai pengelolaan sampah yang baik, sehinga sampah dapat menjadi barang yang bernilai ekonomi.

Sementara itu, uang 200 rupiah dari �ap kantong plas�k selanjutnya akan dikumpulkan dan digunakan untuk konservasi lingkungan yang dikelola langsung oleh para peritel.

Dalam masa uji coba kebijakan ini, tentu saja �dak mudah mengubah kebiasaan masyarakat yang telah terbiasa menggunakan kantong plas�k. Tidak sedikit masyarakat yang mengeluh dan merasa keberatan untuk membayar kantong plas�k yang dulunya dapat diperoleh secara gra�s. Meskipun begitu, dari hasil Monitoring dan Evaluasi (Monev) pada April lalu, sebanyak 70% masyarakat setuju akan adanya kebijakan ini dan memilih untuk membawa kantong belanja reusable sendiri.

Uji coba kebijakan ini rencananya dilaksanakan hingga tanggal 30 Mei. Berdasarkan hasil Monev, KLHK sedang melakukan finalisasi kaitannya dengan kebijakan ini. Apabila kebijaan ini berjalan efek�f, maka akan “diketok palu” untuk dijadikan sebuah peraturan.

Hal yang �dak kalah pen�ng adalah bagaimana sikap kita menghadapi kebijakan ini. Berapapun harga kantong plas�k yang ditetapkan dan/atau bagaimanapun strategi pemerintah yang digunakan, apabila diri kita sendiri �dak ada kenginan untuk berubah, maka akan menjadi sia-sia saja. Maka, mari kita ubah perilaku dan kebiasaan kita untuk menjaga Indonesia tetap lestari. -- RIZQI, GILANG

Page 6: Lestari Magazine #2

R E P O R T A S E

2016

3

w w w . k o p h i y o g y a . o r g

PERJALANAN PANJANG BERBUAH MANIS :

LEGALISASI

Koal is i Pemuda Hi jau Indonesia (KOPHI) merupakan sebuah organisasi kepemudaan yang berfokus kepada aspek pelestarian lingkungan di Indonesia. KOPHI sudah mempunyai 17 KOPHI daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. KOPHI berdiri pada tanggal 28 Oktober 2010 oleh �ga orang, yakni Yudithia dari Universitas Indonesia, Lidwina Marcella dari LSPR, dan Agusman Pranata dari President University. Ide awal mereka mendirikan KOPHI adalah untuk menjadi wadah bagi berbagai komunitas atau organisasi lingkungan yang terdapat di berbagai kampus.

Menurut Oke Fify Febriani, Ketua Umum KOPHI 2015/2016, pada tahun 2010 lalu, hampir sebagian besar kegiatan organisasi lingkungan di �ap kampus dilakukan secara mandiri tanpa koordinasi dengan komunitas kampus lainnya. Kemudian, lanjut Fify, para pendiri ini berpikir apabila se�ap kegiatan dan program dapat terkoordinasi antar kampus, maka sebuah aksi lingkungan yang lebih nyata dan berkelanjutan pas� dapat terwujud.

Hingga saat ini, KOPHI dengan tangan dingin mereka ber�ga berkembang menjadi sebuah organisasi kepemudaan yang bisa diperhitungkan di kancah nasional. Hal ini juga �dak terlepas dari perjuangan KOPHI untuk mendapatkan legalisasi atau berbadan hukum atas organisasi ini. Fify bercerita bahwa perjuangan KOPHI untuk mendapatkan legalisasi bermula dari tahun 2011 akhir hingga 2012 awal pada saat Kongres Nasional KOPHI. Namun, karena beberapa kendala, seper� mencari notaris yang cocok dengan KOPHI dan m e n c a r i p e n d a n a a n u n t u k m e n g u r u s administrasinya, akhirnya prosesnya pun mandeg hingga tahun 2016. Berkat perjuangan berbagai pihak, termasuk KOPHI daerah dan badan usaha yang mencari dana selama lima tahun, akhirnya pada tanggal 25 Januari 2016 KOPHI resmi disahkan menjadi perkumpulan/organisasi berbadan hukum oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Page 7: Lestari Magazine #2

“Sangat bersyukur karena KOPHI bisa menjadi organisasi berbadan hukum pada tahun ini. Terima kasih atas semua pihak yang telah berkontribusi atas ini semua,” kata Fify.

Menurut Fify, banyak sekali manfaat yang bisa diperoleh KOPHI karena statusnya tersebut. KOPHI menjadi lebih diperhitungkan oleh berbagai pihak, termasuk oleh pemerintahan dan perusahaan swasta. Terbuk� dari m e n ga l i r d e ra s nya u n d a n ga n -undangan kepada KOPHI untuk turut serta dalam acara pemerintahan, seper� diminta menjadi mitra oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan K e h u t a n a n d a n U N D P u n t u k penyelenggaraan workshop media sosial dan perubahan iklim dalam acara Fes�val Iklim. Selain itu, KOPHI juga diundang sebagai salah satu perwakilan komunitas anak muda untuk hadir dalam Bali Clean Energy F o r u m y a n g d i a d a k a n o l e h Kementerian ESDM, lalu KOPHI juga pernah diundang secara khusus oleh Menteri ESDM, Sudirman Said untuk foto bersama sebagai perwakilan anak muda yang mendukung kampanye Kementerian ESDM “Potong 10%”

R E P O R TA S E

2016

4

w w w . k o p h i y o g y a . o r g

Dengan status barunya ini, Fify berharap bisa menggaungkan nama KOPHI ke jajaran pemerintahan supaya bisa berkontribusi dan aksi nyata secara penuh untuk kelestarian lingkungan di Indonesia. “Harapannya KOPHI bisa turut andil dalam membantu pemerintah untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan lingkungan yang ada di Indonesia,” tegas Fify. Fify juga berpesan kepada pemuda Indonesia untuk bersama-sama selalu berusaha untuk berpikir posi�f dan memberikan solusi dalam berbagai hal. “Kri�k merupakan suatu hal yang baik, namun alangkah lebih baik jika sebuah kri�k dilengkapi dengan sebuah solusi. Dengan demikian, kita, masyarakat, dan lingkungan dapat tumbuh bersama ke arah yang lebih baik,” tutup Fify. -- BRYAN

Page 8: Lestari Magazine #2

K O L O M E K S K L U S I F

2016

5

w w w . k o p h i y o g y a . o r g

Laju pembangunan di Yogyakarta juga bisa terb i lang cepat akh i r-akh i r in i . Banyak k o n g l o m e r a t d a n m i l y u n e r b e r l o m b a menanamkan modalnya di Yogyakarta karena kota ini dianggap sebagai kota strategis dengan prospek yang menjanjikan di masa depan. Akibatnya, laju pembangunan pun tak terkontrol, hotel dan mall-mall besar menjamur dikawasan Yogyakarta hal tersebut lalu memberikan efek domino di kota ini. Bertambah banyaknya penduduk, hotel dan mall-mall tentunya menimbulkan masalah baru bukan? Ya, salah satunya yang mencolok dewasa ini adalah semakin banyaknya sampah yang berserakan di kawasan Yogyakarta. Slogan Yogyakarta Berha� Nyaman pun perlahan mulai pudar, bahkan bukan

�dak mungkin suatu hari nan� hal tersebut hanya �nggal sekedar slogan belaka, dan tanpa disadari kita sekarang sedang berproses menuju hal tersebut.

Pemerintah pun �dak �nggal diam dengan masalah tersebut, pemerintah Yogyakarta telah menyiapkan progam untuk menanggulangi masalah sampah yang menumpuk seper� sekarang ini , bahkan sebelum invasi tak terbendung para investor ke Yogyakarta seper� akhir-akhir ini. Pemerintah telah membangun Tempat Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) untuk Yogyakarta sejak awal tahun 90-an, di mana TPST yang luasnya mencapai 10 Hektar ini terletak

SEKELUMIT KISAHDI ANTARA TUMPUKAN SAMPAH

Mendengar Kabar dari TPST Piyungan

Page 9: Lestari Magazine #2

kurangnya kesadaran masyarakat Yogyakarta untuk mematuhi kebi jakan yang dibuat oleh pemerintah. Melihat pada fakta y a n g t e r j a d i , m a s y a r a k a t Yo g y a k a r t a s u d a h m a m p u membuang sampah berdasarkan kategorinya. Namun, ke�ka sampah-sampah tersebut berada di TPST Piyungan ditumpuk menjadi satu. Tentu saja upaya yang d i lakukan masyarakat Yogyakarta menjadi sia-sia, dan kebi jakan yang dibuat oleh pemerintah Yogyakarta �dak dapat berjalan dengan baik.

S e l a i n i t u , l a h a n u n t u k menampung sampah di TPST Piyungan hanya seluas 12 hektar, 10 hektar untuk menampung sampah dan 2 hektar sisanya untuk mengolah sampah. Jika dibandingkan dengan jumlah sampah yang masuk se�ap harinya, lahan 10 hektar tentu �dak akan mampu menampung. Memang, TPST Piyungan masih mempunyai 2 hektar lagi untuk m e n go l a h s a m p a h . N a m u n kembali lagi pada jumlah sampah yang ada, lahan keseluruhan TPST Piyungan �dak akan mampu menampung dan mengelola sampah beberapa tahun ke depan. Selain itu, keterbatasan alat-alat untuk mengolah sampah di TPST Piyungan juga menjadi hambatan. Hal ini terjadi karena b i ay a p e ra l a t a n - p e ra l a t a n tersebut cukup mahal dan TPST Piyungan belum mendapatkan dukungan biaya yang cukup dari pemerintah.

di desa Si�mulyo, Piyungan, Bantul. TPST ini menampung kiriman sampah dari 3 wilayah di Yogyakarta yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta.

Sudah kurang lebih 24 tahun TPST ini beroperasi, sudah semakin b a nya k p u l a s a m p a h ya n g menumpuk. Sehingga tanpa diketahui masyarakat luas, TPST t e r s e b u t h a n y a m a m p u menampung sampah kurang lebih 5 tahun lagi, terhitung mulai dari tahun 2012. Jumlah sampah yang se�ap harinya dikirim ke TPST piyungan mencapai sekitar 400-500 ton. Menurut kesaksian warga, ada sekitar hampir 200-300 truk besar (belum termasuk mobil pickup) berlalu lalang se�ap hari untuk mengangkut sampah dari �ga wilayah di Yogyakarta.

J u m l a h s a m p a h y a n g t a k t e r k o n t r o l s e i r i n g l a j u pembangunan memang menjadi masalah pelik di kota is�mewa ini. G r a fi k j u m l a h s a m p a h d i Yogyakarta terus meningkat s e � a p t a h u n y a m e m b u a t p e n g e l o l a T P S T P i y u n g a n k u a l a h a n . K e b i j a k a n y a n g dikeluarkan oleh pemerintah Yogyakarta tentang pengelolaan sampah dengan cara reduce, re-use, dan recycle serta anjuran u n t u k m e m b u a n g s a m p a h berdasaran kategorinya hasilnya masih nampak nihil bila dilihat d a r i b a ny a k ny a t u m p u ka n s a m p a h y a n g a d a d i T P S T Piyungan. Hal ini bukan karena

K O L O M E K S K L U S I F

2016

6

w w w . k o p h i y o g y a . o r g

Page 10: Lestari Magazine #2

K O L O M E K S K L U S I F

2016

7

w w w . k o p h i y o g y a . o r g

Satu lagi permasalahan di TPST Piyungan adalah polusi udara. Tidak hanya bau menyengat dari s a m p a h m e n g ga n g g u w a r ga , t a p i j u ga mengundang lalat yang menyebar hingga ke permukiman. Pernah ada peris�wa yang terjadi sekitar sembilan bulan lalu, ke�ka bau menyengat dan lalat dari TPST �dak lagi terkontrol, warga sekitar melakukan protes dan meminta adanya penyemprotan untuk mengurangi bau menyengat dari sampah. Tapi apa yang terjadi? Pemerintah malah mengambil kebijakan untuk meneruskan proses penimbunan sampah lagi sampai bau sampah dirasa �dak mengganggu. Tentu saja ini bukan solusi yang tepat. Bahkan, dapat menjadi awal bagi bencana yang lebih besar bagi warga di sekitarnya.

Layaknya koin dengan dua s is i , d i bal ik permasalahan di TPST Piyungan, tentu ada pihak yang diuntungkan. Tidak lain adalah para pengepul dan “anggota” pemulungnya. Satu orang pengepul atau “juragan”, dapat memiliki “anggota” hingga 30 orang dan menduduki suatu kawasan di lokasi. Mereka mengeksplorasi tumpukan sampah untuk mencari apa saja yang bisa dijual kembali. Bahkan, di dalam kawasan TPST, banyak berdiri gubuk-gubuk liar para pemulung melepas lelah dan berlindung dari terik kala mengais rezeki di lautan sampah itu.

Di balik peliknya masalah-masalah di TPST P i y u n g a n , m a s i h b a n y a k l a g i m a s a l a h “persampahan” di negeri ini. Apabila kita telusuri hingga ke akarnya, masalah-masalah tersebut pada akhirnya akan kembali kepada diri kita masing-masing. Sadar atau �dak, kita adalah aktor utama penyebab masalah-masalah sampah. Oleh karena itu, kita juga harus terlibat dalam upaya penyelesaiannya juga. Dengan melakukan hal kecil, seper� mengurangi jumlah sampah atau memilah sampah sebelum dibuang, maka kita d a p a t m e n g u ra n g i p e l u a n g m u n c u l nya permasalahan sampah dan menginspirasi adanya pengolahan sampah �ngkat lanjut yang lebih baik.-- CACANG, REVA

Page 11: Lestari Magazine #2

HARI

HIDUP

LINGKUNGAN

aml ae tS

05 JUNI

Ù

Page 12: Lestari Magazine #2

LENSA KOPHI

2016

9

w w w . k o p h i y o g y a . o r g

FOTOGRAFER : LALU LOMBA AJIE K.

LOKASI : TPST PIYUNGAN, BANTUL

Page 13: Lestari Magazine #2

LENSA KOPHI

2016

10

w w w . k o p h i y o g y a . o r g

Page 14: Lestari Magazine #2

LENSA KOPHI

2016w w w . k o p h i y o g y a . o r g

11

Page 15: Lestari Magazine #2

LENSA KOPHI

2016w w w . k o p h i y o g y a . o r g

12

Page 16: Lestari Magazine #2

LENSA KOPHI

2016w w w . k o p h i y o g y a . o r g

13

Page 17: Lestari Magazine #2

2016

Seandainya dunia ini bebas sampah, barangkali tulisan ini �dak perlu ada. Kenyataannya, s a m p a h s e l a l u a d a d a l a m kehidupan kita sehari-hari. Pada hakikatnya, se�ap manusia pas� akan menghasilkan sampah. Berbagai masalah pun �mbul akibat sampah di lingkungan kita. Mulai dari sampah yang dibuang sembarangan, sampah yang dibakar, hingga sampah yang menjadi bencana di tempat p e m b u a n g a n a k h i r d a n merenggut nyawa manusia

Sampah merupakan bahan yang terbuang dari hasil ak�vitas manusia maupun proses alam dan �dak memiliki nilai ekonomi lagi. Selama ini, sampah di berbagai daerah Indonesia menjadi salah satu masalah lingkungan yang memerlukan penanganan yang serius. Sebagian besar masyarakat masih memandang sampah

sebagai barang sisa yang �dak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Hal yang perlu diperbaiki adalah paradigma masyarakat terhadap sampah yang sulit diubah.

Paradigma masyarakat dalam mengelola sampah umumnya hanya di�mbun dan/atau dibakar begitu saja. Hal ini dianggap bisa mengurangi sampah yang ada, tapi, pada kenyataannya hanya akan menimbulkan permasalahan baru, yaitu dapat mencemari lingkungan dengan gas-gas dari hasi l penimbunan dan/atau pembakaran. Di antaranya gas metana (CH4), karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), dan sulfida (SO2). Pada akhirnya, manusia sendirilah yang terkena dampaknya, berupa berbagai g a n g g u a n ke s e h a t a n y a n g di�mbulkan.

I n i l a h y a n g m e n j a d i a k a r permasalahan dari pengeloaan sampah. Masyarakat masih bertumpu pada paradigma lama dalam pengeloaan sampah. Padahal, sejak tahun 2008, pemerintah telah meresmikan UU Nomor 18 tentang pengeloaan s a m p a h , d i m a n a d a l a m pelaksanaan pengeloaan sampah harus ada proses pemilahan jenis sampah. Masyarakat seper� berpangku tangan terhadap sampah yang dia hasilkan sendiri, padahal bukan tanpa usaha, sudah banyak sekali sosialisasi dan pela�han yang dibuat dan digerakan oleh pemerintah, p e rg u r u a n � n g g i , m a u p u n komunitas lingkungan yang �dak bosan-bosannya membuat suatu program atau kegiatan mengenai pengelolaan sampah untuk mengedukasi masyarakat. Maka perlu dipertanyakan, apakah masyarakat �dak tahu mengenai pengelolaan sampah atau �dak peduli terhadap pengelolaan sampah?

Salah satu pengolahan sampah terbaik adalah dengan memilah sampah di sumber (rumah) secara langsung. Metode yang p a l i n g t e r ke n a l a d a l a h 3 R (Reduce, Reuse, Recycle), yang p e r t a m a a d a l a h R e d u c e (Mengurangi) yaitu mengurangi sega la sesuatu yang dapat menyebabkan �mbulnya sampah, c o n t o h n y a k e � k a s e d a n g b e r b e l a n j a k i t a m e m b a w a kantong/keranjang dari rumah, ini berguna untuk mengurangi

14

Page 18: Lestari Magazine #2

2016

kemasan yang �dak perlu pada s a a t b e r b e l a n j a . R e u s e (menggunakan kembali) yaitu kegiatan penggunaan kembali sampah yang masih dapat digunakan baik untuk fungsi yang sama maupun fungs i la in , contohnya berupa botol bekas minuman yang diubah fungsinya menjadi tempat minyak goreng. Recycle (mendaur ulang) yaitu mengolah sampah menjadi produk baru, contohnya sampah plas�k diolah menjadi tempat pensil, sampah organik diolah menjadi kompos. Keuntungan secara umum dari pengelolaan sampah dengan berbasis 3R adalah :1.Mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA.

2. Membuat sampah mempunyai nilai ekonomi.3 . M e n c e g a h k e r u s a k a n lingkungan.

Masih banyak lagi keuntungan yang diambil dari mengelola sampah kita sendiri. Masih enggan mengelola sampah yang kita hasilkan? Mulailah dari mengubah paradigma lama kita dalam pengelolaan sampah, yaitu :

Paradigma Lama :1. Kumpul dari sumber dan/atau TPS2. Angkut dari sumber dan/atau TPS ke TPA3. Timbun di TPA dan dibakar

Menjadi paradigma baru :Paradigma Baru Pengelolaan Sampah (UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah) :

1. Batasi sejak dari sumber2.Pilah dan olah di sumber d a n / a t a u d i T P S u n t u k dimanfaatkan3.Kumpul dari sumber dan TPS secara terpilah4.Angkut dari sumber dan TPS ke tempat pengolahan, TPST, atau TPA secara terpilah5. Olah di tempat pengolahan d a n / a t a u d i T P S T u n t u k dimanfaatkan6. Sampah di TPA harus diproses agar aman bagi lingkungan

15

Page 19: Lestari Magazine #2

2016

Perbandingan Paradigma Pengelolaan Sampah

Pada dasarnya, di negara maju manapun, pemerintah �dak akan pernah sanggup menangani permasalahan sampah sendiri, karena begitu kompleks dan terintegrasinya pengeloaan sampah yang ada, oleh karena itu harus ada campur tangan dari berbagai macam pihak yang mendukung program pemerintah, seper� pihak swasta, akademisi, komunitas, maupun masyarakat itu sendiri. Karena sampah merupakan masalah kita bersama. -- TAUFIK

16

Page 20: Lestari Magazine #2

2016

PROFIL

6w w w . k o p h i y o g y a . o r g

Jogjakarta merupakan salah satu tujuan

kota des�nasi bagi wisatawan domes�k maupun

mancanegara. Di mana banyak sekali pendatang

baru yang datang ke kota Jogja, baik itu untuk

menuntut ilmu, mencari kerja, maupun hanya

sebatas liburan untuk mengetahui seberapa

is�mewanya kota Jogja. Begitu besar daya pikat kota

Jogja bagi siapapun yang pernah mengunjunginya,

�dak terkecuali bagi pria yang bernama lengkap

Hijrah Purnama Putra.

Seorang perantau dari provinsi terbarat Indonesia,

yaitu provinsi Aceh, tepatnya di kota Banda Aceh.

Pria kelahiran 24 Nopember 1983 ini mulai

mengadu nasib ke Jogja pada tahun 2002 untuk

menuntut ilmu di salah satu perguruan �nggi

swasta yang ada di Jogjakarta, yaitu Universitas

Islam Indonesia dengan mengambil Jurusan Teknik

Lingkungan. Disnilah mulai muncul kecintaan

beliau terhadap permasalahan- permasalahan

lingkungan yang ada, terutama pada isu sampah.

17

Page 21: Lestari Magazine #2

PROFIL

2016w w w . k o p h i y o g y a . o r g

Burjo dan sangat iden�k dengan

mahasiswa Jogja karena rumah

makan ini biasa buka selama 24 jam.

Beliau mengambil sampah-sampah

tersebut dengan cara membelinya,

dengan system dihitung per lembar.

Pada tahun 2010, sampah-sampah

plas�k kemasan yang beliau beserta

t e m a n n y a k u m p u l k a n t e l a h

memenuhi kira-kira 1 ruangan 3

meter x 3 meter, karena selama kurun

waktu dua tahun sampah-sampah

tersebut belum ada pengolahan

apapun, maka dibuatlah sampah-

sampah plas�k tersebut menjadi

suatu kerajinan tangan, dan awal

pesanan kerajinan tersebut adalah

berupa goodie bag seminar kit untuk

suatu acara. Dari sana, beliau melihat

bahwa sampah bukan merupakan

suatu masalah, tetapi merupakan

suatu peluang.

B e l i a u p u n s a a t i n i s u d a h

mengembangkan Bank Sampah. Di

mana sampah-sampah tersebut

m e n j a d i b a h a n b a k u d a l a m

pembuatan kerajinan, dari awalnya

h a n y a s a t u p r o d u k , s e i r i n g

bejalannya waktu, sekarang sudah

ada puluhan produk yang bisa dibuat

dari sampah kemasan tersebut.Tidak

hanya itu, sekarang Project B

Indonesia sudah memiliki showroom

dengan nama Bu�k Daur Ulang, yaitu

berupa ruko yang di dalamnya

merupakan terdapat puluhan jenis

hasil produk dengan berbahan dasar

sampah cukup signifikan.

Setelah lulus pada tahun 2006

dengan meraih gelar S.T, dia pulang ke

kampung halamannya Aceh selama 1

tahun, tetapi karena telah merasa

nyaman �nggal di jogja selama

menempuh studi S1, akhirnya beliau

kebali lagi ke Jogja untuk menempuh

S2 di Universitas Gajah Mada. Karena

memang beliau sangat tertarik

terhadap isu lingkungan terutama

sampah, dia melanjutkan studi S2 nya

dengan konsentras i Teknologi

P e n g e l o l a a n & P e m a n f a a t a n

Sampah/Limbah Perkotaan. Tidak

hanya itu, karena melihat semakin

parahnya lingkungan dan semakin

menumpuknya sampah yang ada di

Jogjakarta, maka pada tahun 2008

beliau beserta ke�ga temannya

mendirikan Project B Indonesia, yang

dimana Project B Indonesia ini fokus

pada permasalahan sampah plas�k

kemasan. Salah satu alasan mengapa

beliau lebih fokus terhadap sampah

plas�k kemasan adalah karena

sampah plas�k butuh seratus hingga

ribuan tahun untuk ter-biodegradasi,

dan juga sampah plas�k kemasan

�dak laku jika dijual kembali seper�

botol kemasan.

Beliau beserta teman-temannya

mulai mengumpulkan sampah plas�c

kemasan yang ada di rumah makan

dengan mendatangi burjo-burjo di

sekeliling kampus.

18

Page 22: Lestari Magazine #2

PROFIL

2016w w w . k o p h i y o g y a . o r g

Bu�k Daur Ulang merupakan suatu usaha sociopreneurship, yang dimana �dak hanya mencari keuntungan, tapi juga ada dampak sosial yang ditujukan kepada masyarakat. Dengan aksi sosialnya tersebut, beliau berhasil mendapatkan beberapa penghargaan �ngkat nasional . Penghargaan terakhir yang beliau dapatkan yaitu Juara 1 Wirausaha Sosial Kategori Pariwisata dan Kre a� f, W i ra u s a h a M u d a M a n d i r i ya n g disenggarakan oleh Bank Mandiri pada tahun 2016.

Semangat yang diperlihatkan oleh beliau dalam menjaga lingkungan, menjadi teladan yang dapat di�ru untuk kita semua. Dari sini pula kita bisa mendapatkan pelajaran, bahwasanya apapun yang kita kerjakan, apapun yang kita hadapi, jangan cepat menyerah, dan lakukanlah semua dengan ikhlas. Karena jika suatu hal yang kita lakukan bermanfaat bagi orang lain, maka pas� bermanfaat bagi kita juga. -- TAUFIK

19

Page 23: Lestari Magazine #2

INFO GRAFIS

2016w w w . k o p h i y o g y a . o r g

20

Page 24: Lestari Magazine #2

2016

INTERNASIONAL

6w w w . k o p h i y o g y a . o r g

ISWAInternational Solid Waste Association

G l o b a l W a s t e M a n a g e m e n t O r g a n i z a t i o n

21

Page 25: Lestari Magazine #2

Interna�onal Solid Waste Associa�on (ISWA) merupakan organisasi independen yang memfokuskan pekerjaannya pada bidang promosi dan pengembangan pengelolaan sampah berkelanjutan dan profesional. Visi dari asosiasi ini adalah, bumi yang baik adalah bumi yang �dak terdapat banyak l imbah di dalamnnya. Limbah yang ada harus digunakan kembali dan dikurangi seminimal mungkin, kemudian dikumpulkan, didaur ulang dan digunakan dengan baik agar �dak merusak lingkungan. Sisa-sisa dari limbah tersebut harus dibuang, tapi jangan sampai merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan penduduk. Hal ini harus dilaksanakan karena semua orang di bumi ini mempunyai hak untuk menikma� lingkungan, udara, air, laut, dan tanah yang bersih.

I S WA m e r u p a ka n a s o s i a s i ya n g b e ra s a l d a r i penggabungan dua organisasi internasional, yaitu organisasi yang bergerak di bidang limbah padat dan organisasi yang bergerak di bidang pembersihan umum. Pada saat kongres internasional The Interna�onal Research Group on Refuse Disposal (IRGRD) keempat yang diselenggarakan pada tahun 1969 di Basel, Swiss, Presiden Kongres Prof. Dr O. Yaag menyatakan bahwa ia akan menggabungkan organisasi Interna�onal Associa�on of Public Cleansing (INTAPUC) dan IRGRD. Sehingga, pada 1 Januari 1970, terbentuklah ISWA dengan Presiden pertamanya adalah R. Koje�nsky dari Austria. Sampai tahun 2012 kemarin, ISWA telah bergan� 14 kali masa kepemimpinan. Anggota ISWA terdiri dari beberapa negara di Benua Amerika, Asia, Australia, Afrika dan Eropa, dengan dibagi menjadi empat kategori, yaitu Na�onal Members, Pla�num Members, Gold Members, Silver Members.

Peran Indonesia dalam ISWA diwakili oleh organisasi nasional yang bernama InSWA (Indonesian Solid Waste Associa�on). InSWA fokus bergerak sebagai penghubung dan mediator antara masyarakat, komunitas, dan pemerintah dalam bidang kebijakan dan pengelolaan sampah kota dan peningkatan kapasitas. Pada April 2015, InSWA bekerja sama dengan WMAM Malaysia menyelenggarakan ISWA Beacon Conference dengan tema Waste to Energy. Konferensi tersebut membahas regulasi, potensi, dan kendala Indonesia dalam mengaplikasikan Waste to Energy.

ISWA menjalin kerjasama dengan organisasi-organisasi internasional lainnya, seper� United Na�ons Environment Programme – Division Of Technology Industry And Economies (UNEP-DTIE), Global Partnership on Waste Management (GPWM), Climate & Clean Air Coali�on (CCAC), United Na�ons Industrial Development Organisa�on (UNIDO), World Health Organisa�on (WHO), Global Methane Ini�a�ve (GMI), dan lainnya. Dengan terjalinnya kerjasama antara ISWA dengan organisasi-organisasi lainnya, diharapkan dapat membantu memperbaiki kondisi bumi yang sudah �dak stabil akibat dari limbah sampah dan juga membantu negara berkembang yang mengalami keterbatasan sumber daya untuk mengembangkan negaranya. -- BIMA

22

Page 26: Lestari Magazine #2

2016

BILIK SAINS

Masalah sampah yang sangat kompleks sudah menjadi tantangan bagi kota-kota besar di Indonesia. Produksi sampah yang terus meningkat di berbagai wilayah telah memberi dampak pada lingkungan, seper� polusi udara, lingkungan yang kotor, dan pencemaran tanah dan air. Dampak-dampak tersebut menjadi keluhan di kalangan masyarakat. Perlu diketahui juga, 53% sampah yang dihasilkan adalah sampah rumah tangga sedangkan 47% berasal dari sampah industri. Kini, ada sebuah terobosan baru untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu penanganan sampah dengan ATM (Anjungan Tunai Mandiri) sampah yang sudah diterapkan di Denpasar, Bali.

Di bawah kepemimpinan Walikota I. B. Rai Dharmawijaya Mantra dan Wakil Walikota I G. N. Jaya Negara, Kota Denpasar sekarang memiliki ATM sampah yang diberi nama TOMRA. Mesin yang dirancang khusus layaknya ATM ini telah resmi dioperasikan pada tanggal 31 Agustus 2015 dan sekarang telah tersebar di 26 ��k tempat strategis ruang publik di Kota Denpasar melipu� rumah sakit, pasar tradisional, terminal dan bank-bank sampah yang ada di desa/kelurahan di Kota Denpasar.

Penggunaa TOMRA cukup sederhana. Masyarakat cukup mengumpulkan dan memasukan sampah plas�k atau a l u m u n i u m ke d a l a m m e s i n . Kemudian, mesin canggih ini akan mengeluarkan voucher yang dapat ditukarkan dengan uang tunai. Mesin ini mampu menampung 15 kg sampah plas�k dan alumunium. Satu

Satu botol plas�k dihargai 100 rupiah. Sementara sampah yang terkumpul akan diolah dan nan�nya akan diekspor ke Tiongkok dan Korea Selatan. Dengan beroperasinya mesin ATM ini, Pemkot Denpasar juga telah mempersiapkan agen penukaran voucher yang bekerja sama dengan beberapa pihak perbankan di Kota Denpasar. Sehingga, masyarakat dapat menukarkan voucher dengan mudah.

Langkah smart Walikota Rai Mantra dengan menggandeng pihak-pihak swasta lewat cetusan TOMRA ini telah berhasil meningkatkan peran serta masyarakat dalam kebersihan Kota Denpasar. Mesin ini memberikan langkah mudah kepada masyarakat untuk �dak membuang sampah sembarangan dan mampu mengelola sampah yang dihasilkannya secara baik. Apabila selama ini masyarakat

datang ke ATM untuk menarik uang, kini masyarakat datang membawa sampah untuk ditukarkan dengan uang lewat kehadiran TOMRA. Pola ini, menurut Walikota Rai Mantra, b e r t u j u a n u n t u k d a n m a m p u mengubah life style masyarakat terhadap pengelolaan sampah.

P e n g g u n a a n T O M R A d i K o t a Denpasar merupakan pertama kalinya di Indonesia. Walikota I. B. Rai Dharmawijaya Mantra berharap, ATM ini dapat menyadarkan masyarakat untuk menerapkan pola bersih dan sehat sebagai life style masyarakat Kota Denpasar serta menghapus kesan sampah sebagai barang kotor. Sehingga muncul paradigma baru terhadap sampah jika sampah dapat menjadi barang yang berguna dan memiliki nilai ekonomi. -- YORICI

23

Page 27: Lestari Magazine #2
Page 28: Lestari Magazine #2