BAB IPENDAHULUAN
Pengetahuan dasar tentang penyakit skabies diletakkan oleh Von
Hebra, bapak dermatologi modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali
oleh Benomo pada tahun 1687, kemudian oleh Mellanby dilakukan
percobaan induksi pada sukarelawan selama perang dunia II 1.Skabies
yang mempunyai sinonim berupa the itch, gudik, budukan, atau gatal
agogo merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varhominis, dan produknya
1.Terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia yang
menderita skabies. Skabies adalah penyakit endemik di seluruh
dunia, dapat menyerang seluruh ras dan berbagai tingkat sosial,
namun gambaran akurat mengenai prevalensinya sulit didapatkan.
Sebuah penelitian terbaru menyatakan bahwa prevalensi skabies
meningkat di United Kingdom, dan skabies lebih sering terjadi di
daerah perkotaan, pada anak-anak dan wanita, dan pada musim dingin
dibandingkan saat musim panas. Lingkungan padat penduduk, yang
sering terdapat pada negara-negara berkembang dan hampir selalu
berkaitan dengan kemiskinan dan higiene yang buruk, dapat
meningkatkan penyebaran skabies 2.Skabies ditularkan melalui kontak
langsung kulit dengan kulit maupun dengan kontak tidak langsung
melalui benda-benda yang dipakai bersama, misalnya handuk, pakaian,
sprei, dan sarung bantal. Semakin banyak jumlah parasit dalam satu
individu, maka semakin besar kemungkinan terjadinya penularan dalam
lingkungan yang sama. Terdapat berbagai gambaran klinis skabies
yang berbeda pada berbagai individu. Gambaran ini dapat menyulitkan
diagnosis sehingga menyebabkan terapi yang tidak tepat. Apabila
beberapa anggota keluarga mengeluhkan erupsi kulit yang gatal,
skabies harus dipikirkan sebagai salah satu diagnosis 2.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. DefinisiSkabies yang mempunyai sinonim berupa the itch,
gudik, budukan, atau gatal agogo merupakan penyakit kulit yang
disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes
scabiei varhominis, dan produknya 1.
2.2.EtiologiPenyebab penyakit skabies sudah dikenal lebih dari
100 tahun yang lalu sebagai akibat infestasi tungau yang dinamakan
Acarus scabieidan Sarcoptes scabiei varian hominis 3. Sarcoptes
scabiei termasuk kedalam filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo
Ackarima, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes
scabiei var. hominis 1.Kutu ini khusus menyerang dan menjalani
siklus hidupnya dalam lapisan tanduk kulit manusia.Selain itu
terdapat S. scabiei yang lain, yakni varian animalis. Sarcoptes
scabiei varian animalis menyerang hewan seperti anjing, kucing,
lembu, kelinci, ayam, itik, kambing, macan, beruang, dan monyet.
Sarcoptes scabiei varian hewan ini dapat menyerang manusia yang
pekerjaannya berhubungan erat dengan hewan tersebut diatas,
misalnya peternak, gembala, dll. Gejalanya ringan, sementara, gatal
kurang, tidak timbul terowongan-terowongan, tidak ada infestasi,
besar dan lama serta biasanya akan sembuh sendiri bila menjauhi
hewan tersebut dan mandi yang bersih.2Secara morfologik merupakan
tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian
perutnya rata. Tungau ini translusen, bewarna putih kotor dan tidak
bermata. Ukurannya, betina berkisar 330-450 mikron x 250-350
mikron, sedangkan jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x
150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang
kaki di depan sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua
pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan
pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir
dengan alat perekat yang dapat dilihat pada gambar berikut 1.
Gambar 2.1 Tungau skabies 4.
Tungau skabies tidak dapat terbang namun dapat berpindah secara
cepat saat kontak kulit dengan penderita. Tungau ini dapat merayap
dengan kecepatan 2,5 cm 1 inch per menit pada permukaan kulit.
Belum ada studi mengenai waktu kontak minimal untuk dapat
terjangkit penyakit skabies namun dikatakan jika ada riwayat kontak
dengan penderita, maka terjadi peningkatan resiko tertular penyakit
skabies 5.Yang menjadi penyebab utama gejala gejala pada skabies
ini ialah Sarcoptes scabiei betina. Bila tungau betina telah
mengandung (hamil), ia membuat terowongan pada lapisan tanduk kulit
di mana ia meletakkan telurnya.2 Untuk lebih memahaminya, berikut
siklus hidup tungau ini. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi
di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat
hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina.
Tungau betina yang telah dibuahi, menggali terowongan dalam stratum
korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil
meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40
atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal
dalam terowongan tetapi dapat juga ke luar. Setelah 2-3 hari larva
akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina
dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur
sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari tetapi ada
juga yang menyebutkan selama 8-17 hari 1. Studi lain menunjukkan
bahwa lamanya siklus hidup dari telur sampai dewasa untuk tungau
jantan biasanya sekitar 10 hari dan untuk tungau betina bisa sampai
30 hari 5. Berikut dipaparkan gambar siklus hidup skabies.
Gambar 2.2. Siklus hidup tungau skabies 6.
Tungau betina ini dapat hidup lebih lama dari tungau jantan
yaitu hingga lebih dari 30 hari 5. Tungau skabies ini umumnya hidup
pada suhu yang lembab dan pada suhu kamar (210C dengan kelembapan
relatif 40-80%) tungau masih dapat hidup di luar tubuh hospes
selama 24-36 jam 7. Sarcoptes scabiei varian hominis betina,
melakukan seleksi bagian-bagian tubuh mana yang akan diserang,
yaitu bagian-bagian yang kulitnya tipis dan lembab, seperti di
lipatan-lipatan kulit pada orang dewasa, sekitar payudara, area
sekitar pusar, dan penis. Pada bayi-bayi karena seluruh kulitnya
tipis, telapak tangan, dan kaki. Wajah dan kulit kepala juga dapat
diserang 4. Tungau biasanya memakan jaringan dan kelenjar limfe
yang disekresi dibawah kulit. Selama makan, mereka menggali
terowongan pada stratum korneum dengan arah horizontal 5.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan beberapa ahli
memperlihatkan bahwa tungau skabies khususnya yang betina dewasa
secara selektif menarik beberapa lipid yang terdapat pada kulit
manusia. Lipid tersebut diantaranya adalah asam lemak jenuh
odd-chain-length (misalnya pentanoic dan lauric) dan tak jenuh
(misalnya oleic dan linoleic) serta kolesterol dan tipalmitin. Hal
tersebut menunjukkan bahwa beberapa lipid yang terdapat pada kulit
manusia dan beberapa mamalia dapat mempengaruhi baik insiden
infeksi maupun distribusi terowongan tungau di tubuh. Bila telah
terbentuk terowongan maka tungau dapat meletakkan telur setiap
hari. Tungau dewasa meletakkan baik telur maupun kotoran pada
terowongan dan analog dengan tungau debu, tampaknya enzim
pencernaan pada kotoran adalah antigen yang penting untuk
menimbulkan respons imun terhadap tungau skabies 7.
2.3.PatogenesisSarcoptes scabiei dapat menyebabkan reaksi kulit
yang berbentuk eritem, papul atau vesikel pada kulit dimana mereka
berada. Timbulnya reaksi kulit disertai perasan gatal 3.Masuknya S.
scabiei ke dalam epidermis tidak segera memberikan gejala pruritus.
Rasa gatal timbul 1 bulan setelah infestasi primer serta adanya
infestasi kedua sebagai manifestasi respons imun terhadap tungau
maupun sekret yang dihasilkan terowongan di bawah kulit. Tungau
skabies menginduksi antibodi IgE dan menimbulkan reaksi
hipersensitivitas tipe cepat. Lesi-lesi di sekitar terowongan
terinfiltrasi oleh sel-sel radang. Lesi biasanya berupa eksim atau
urtika, dengan pruritus yang intens, dan semua ini terkait dengan
hipersensitivitas tipe cepat. Pada kasus skabies yang lain, lesi
dapat berupa urtikaria, nodul atau papul, dan ini dapat berhubungan
dengan respons imun kompleks berupa sensitisasi sel mast dengan
antibodi IgE dan respons seluler yang diinduksi oleh pelepasan
sitokin dari sel Th2 dan/atau sel mast.5Di samping lesi yang
disebabkan oleh Sarcoptes scabiei secara langsung, dapat pula
terjadi lesi-lesi akibat garukan penderita sendiri 3. Dengan
garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi
sekunder 1.
2.4.Beberapa Bentuk SkabiesTerkadang diagnosis skabies sukar
ditegakkan karena lesi kulit bisa bermacam-macam. Selain bentuk
skabies yang klasik, terdapat pula bentuk-bentuk khusus skabies
antara lain :1. Skabies NodulaBentuk ini sangat jarang dijumpai dan
merupakan suatu bentuk hipersensitivitas terhadap tungau skabies,
dimana pada lesi tidak ditemukan Sarcoptes scabiei. Lesi berupa
nodul yang gatal, merah cokelat, terdapat biasanya pada genitalis
laki-laki, inguinal dan ketiak yang dapat menetap selama
berbulan-bulan. Untuk menyingkirkan dengan limfoma kulit diperlukan
biopsi. Bentuk ini juga terkadang mirip dengan beberapa dermatitis
atopik kronik. Apabila secara inspeksi, kerokan atau pun biopsi
tidak jelas, maka penegakan diagnosis dapat melalui adanya riwayat
kontak dengan penderita skabies atau lesi membaik denngan
pengobatan khusus untuk skabies 7.
1. Skabies IncognitoSeperti semua bentuk dermatitis yang
meradang, skabies juga memberi respons terhadap pengobatan steroid
baik topikal maupun sistemik. Pada kebanyakan kasus, skabies
menjadi lebih parah dan diagnosis menjadi lebih mudah ditegakkan.
Tetapi pada beberapa kasus, pengobatan steroid membuat diagnosis
menjadi kabur, dan perjalanan penyakit menjadi kronis dan meluas
yang sulit dibedakan dengan bentuk ekzema generalisata. Penderita
ini tetap infeksius, sehingga diagnosis dapat ditegakkan dengan
adanya anggota keluarga lainnya 3,7.
1. Skabies pada BayiSkabies pada bayi dapat menyebabkan gagal
tumbuh atau menjadi ekzema generalisata. Lesi dapat mengenai
seluruh tubuh termasuk kepala, leher, telapak tangan dan kaki. Pada
anak-anak seringkali timbul vesikel yang menyebar dengan gambaran
suatu impetigo atau infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus
yang menyulitkan penemuan terowongan7.
Gambar 2.3. Skabies pada bayi (regio pedis) 8.
1. Skabies NorwegiaSkabies jenis ini sering disebut juga skabies
berkrusta (crusted scabies) yang memiliki karakteristik lesi
berskuama tebal yang penuh dengan infestasi tungau. Istilah skabies
Norwegia merujuk pada Negara yang pertama mendeskripsikan kelainan
ini yang kemudian diganti dengan istilah skabies berkrusta. Bentuk
lesi jenis skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta pada
tangan dan kaki, pada kuku dan kepala. Penyakit ini dikaitkan
dengan penderita yang memiliki defek imunologis misalnya usia tua,
debilitas, disabilitas pertumbuhan, contohnya seperti sindrom Down,
juga pada penderita yang mendapat terapi imunosupresan. Tidak
seperti skabies pada umumnya, penyakit ini dapat menular melalui
kontak biasa. Masih belum jelas apakah hal ini disebabkan jumlah
tungau yang sangat banyak atau karena galur tungau yang berbeda.
Studi lain menunjukkan pula bahwa transmisi tidak langsung seperti
lewat handuk dan pakaian paling sering menyebabkan skabies
berkrusta. Terapi yang dapat diberikan selain skabisid adalah
terapi suportif dan antibiotik 7.
1. Skabies Pada Penderita HIV/AIDSGejala skabies pada umumnya
tergantung pada respons imun, karena itu tidak mengherankan bahwa
spektrum klinis skabies penderita HIV berbeda dengan penderita yang
memiliki status imun yang normal. Meskipun data yang ada masih
sedikit, tampaknya ada kecenderungan bahwa penderita dengan AIDS
biasanya menderita bentuk skabies berkrusta (crusted scabies).
Selain itu, skabies pada penderita AIDS biasanya juga menyerang
wajah, kulit, dan kuku dimana hal ini jarang didapatkan pada
penderita status imunologi yang normal 7. Gambaran klinis yang
tidak khas ini kadang membingungkan dengan diagnosis penyakit
Darier White atau keratosis folikularis, yaitu suatu penyakit
dengan lesi popular yang berskuama pada area seboroik termasuk
badan, wajah, kulit kepala dan daerah lipatan. Skabies juga harus
dipikirkan sebagai diagnosis banding penderita AIDS dengan lesi
psoriasiform, yang terkadang didiagnosis sebagai ekzema. Pada
penderita dengan status imunologi yang normal, pruritus merupakan
tanda khas, sedangkan pada beberapa penderita AIDS, pruritus tidak
terlalu dirasakan. Hal ini mungkin disebabkan status imun yang
berkurang dan kondisi berhubungan dengan konversi penyakit menjadi
bentuk lesi berkrusta 7.Seperti pada penderita umumnya, lesi
skabies berkrusta pada penderita AIDS mengandung tungau dalam
jumlah besar dan sangat menular. Beberapa kasus penularan
nosokomial kepada penderita lain dan juga petugas kesehatan pernah
dilaporkan. Pada penderita AIDS, skabies berkrusta juga berhubungan
dengan bakteremia, yang biasanya disebabkan oleh S. aureus, dan
Streptococcus grup A, Streptococcus grup lain bakteri gram negatif
seperti Enterobacter cloacae dan Pseudomonas aeroginosa. Sebagian
ahli menyarankan pemberian antibiotika profilaksis pada penderita
AIDS dengan skabies untuk mencegah sepsis sedangkan sebagian lain
menganjurkan tindakan yang tepat ada dengan pengawasan ketat 7.
Pengobatan skabies berkrusta pada penderita AIDS memerlukan waktu
yang lebih lama. Pada beberapa aplikasi lindane selama 6 minggu
dengan dosis seminggu sekali berhasil dengan baik, seperti halnya
aplikasi 2 atau 3 kali dengan interval 48 atau 72 jam. Permetrin
juga pernah dipakai pada beberapa kasus. Selain itu, secara
bersamaan dianjurkan penggunaaan keratolitik seperti asam salisilat
6%. Akibat tebalnya krusta, penetrasi topikal skabisid pada
penderita AIDS terkadang tidak begitu baik. Selain itu, jumlah
tungau yang banyak juga membuat obat topikal kurang efektif.
Sehingga dianjurkan untuk penggunaan terapi skabisid orang yaitu
ivermektin 7.
2.5.Gejala KlinisAda 4 tanda kardinal, yaitu: 1. Pruritus
nokturnal, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan
panas 1. Pada awalnya gatal terbatas hanya pada lesi tetapi
seringkali menjadi menyeluruh. Pada infeksi inisial, gatal timbul
setelah 3 sampai 4 minggu, tetapi paparan ulang menimbulkan rasa
gatal hanya dalam waktu beberapa jam 7.1. Penyakit ini menyerang
secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh
angota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut 1. 1. Adanya
terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul
atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi
polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain) 1. Berikut dipaparkan
gambaran kelainan kulit pada skabies.
Gambar 2.4. Skabies pada sela jari 9.Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu
: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mamae (wanita),
umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan perut bagian
bawah. Skabies jarang ditemukan di telapak tangan, telapak kaki,
dibawah kepala dan leher namun pada bayi dapat menyerang telapak
tangan dan telapak kaki 1.Berikut dipaparkan gambaran tempat
predileksi skabies.
Gambar 2.5. Tempat predileksi skabies 10.1. Menemukan tungau,
merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau
lebih stadium hidup tungau ini. Berikut merupakan gambaran
mikroskopik tungau skabies 1.
2.6.Penegakan DiagnosisDiagnosis pasti skabies ditegakkan dengan
ditemukannya tungau melalui pemeriksaan mikroskop, yang dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain 7:1. Kerokan
kulitKerokan kulit dilakukan dengan mengangkat atap terowongan atau
papula menggunakan scalpel nomor 15. Kerokan diletakkan pada kaca
objek, diberi minyak mineral atau minyak imersi, diberi kaca
penutup dan dengan pembesaran 20X atau 100X dapat dilihat tungau,
telur atau fecal pellet.1. Mengambil tungau dengan jarumJarum
dimasukkan ke dalam terowongan pada bagian yang gelap (kecuali pada
orang kulit hitam pada titik yang putih) dan digerakkan tangensial.
Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar.1.
Epidermal shave biopsyMenemukan terowongan atau papul yang
dicurigai antara ibu jari dan jari telunjuk, dengan hati-hati
diiris puncak lesi dengan scalpel nomor yang 15 dilakukan sejajar
dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial
sehingga tidak terjadi perdarahan dan tidak perlu anestesi.
Spesimen diletakkan pada gelas objek lalu ditetesi minyak mineral
dan diperiksa dengan mikroskop.1. Kuretase terowonganKuretase
superfisial mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papula
kemudian kerokan diperiksa dengan mikroskop, setelah diletakkan di
gelas objek dan ditetesi minyak mineral.1. Tes tinta BurowiPapul
skabies dilapisi dengan tinta pena, kemudian segera dihapus dengan
alkohol, maka jejak terowongan akan terlihat sebagai garis yang
karakteristik, berbelok-belok, karena ada tinta yang masuk. Tes ini
tidak sakit dan dapat dikerjakan pada anak dan pada penderita yang
non-kooperatif.1. Tetrasiklin topikalLarutan tetrasiklin dioleskan
pada terowongan yang dicurigai. Setelah dikeringkan selama 5 menit
kemudian hapus larutan tersebut dengan isopropilalkohol.
Tetrasiklin akan berpenetrasi ke dalam melalui stratum korneum dan
terowongan akan tampak dengan penyinaran lampu wood, sebagai garis
linier berwarna kuning kehijauan sehingga tungau dapat ditemukan.1.
Apusan kulitKulit dibersihkan dengan eter, kemudian diletakkan
selotip pada lesi dan diangkat dengan gerakan cepat. Selotip
kemudian diletakkan di atas gelas objek (enam buah dari lesi yang
sama pada satu gelas objek) dan diperiksa dengan mikroskop.1.
Biopsi plong (punch biopsy)Biopsy berguna pada lesi yang atipik,
untuk melihat adanya tungau atau telur. Yang perlu diperhatikan
adalah bahwa jumlah tungau hidup pada penderita dewasa hanya
sekitar 12, sehingga biopsi berguna bila diambil dari lesi yang
meradang. Secara umum digunakan punch biopsy, tetapi biopsy
mencukur epidermis adalah lebih sederhana dan biasanya dilakukan
tanpa anestetik local pada penderita yang tidak kooperatif.Selain
itu, alat lain yang dapat dipakai untuk diagnostik adalah
dermoskopi. Argenziano melaporkan bahwa alat ini cukup efektif.
Pembesaran gambar menunjukkan struktur triangular kecil berwarna
gelap yang berhubungan dengan bagian anterior tungau yang
berpigmen, dan suatu segmen linier haus di belakang segitiga yang
mengandung gelembung udara kecil, dimana kedua gambaran ini
menyerupai jet with contrail dan dianggap sebagai bentuk terowongan
beserta telur dan fecal pellet. Dilaporkan juga oleh Bezold bahwa
penggunaan polymerase chain reaction (PCR) untuk membuktikan adanya
skabies pada penderita yang secara klinis menunjukkan eczema
atipikal. Skuama epidermal positif untuk DNA Sarcoptes scabiei
sebelum terapi dan menjadi negatif 2 minggu setelah terapi 7.
2.7.TerapiTerapi skabies harus segera dilakukan setelah
penegakan diagnosis. Penundaan terapi dapat menyebabkan infestasi
tungau yang semakin banyak dan kemungkinan peningkatan keparahan
gejala. Terapi skabies ini juga harus tuntas bagi penderita dan
juga dilakukan bagi keluarga penderita yang memiliki gejala yang
sama karena skabies yang tidak terobati biasanya memiliki hubungan
dengan peningkatan kejadian pyoderma oleh Streptococcus pyogenes
Terdapat sejumlah terapi skabies yang efektif dan pemilihannya
tergantung pada biaya dan potensi toksiknya. Terkadang penderita
menggunakan obat lebih lama dari waktu yang dianjurkan, sehingga
mengetahui kuantitas obat yang tepat untuk diresepkan akan dapat
mencegah timbulnya iritasi akibat pemakaian obat yang berlebihan,
yang pada akhirnya disalahartikan sebagai kegagalan terapi.
Skabisid topikal sebaiknya dipakai di seluruh tubuh kecuali wajah.
Obat harus segera dibersihkan secara menyeluruh setelah periode
waktu yang dianjurkan. Pagi hari setelah terapi, pakaian, sprei,
dan handuk dicuci menggunakan air panas. Tungau akan mati pada suhu
130oC. Pasien dapat diberikan edukasi untuk meningkatkan kebersihan
lingkungan dan perorangan 7. Penderita hendaknya diberikan
pengertian bahwa meskipun penyakit telah diobati secara adekuat,
rasa gatal akan tetap ada sampai beberapa bulan. Seluruh anggota
keluarga yang memiliki gejala harus diterapi, termasuk pasangan
seksual. Para ahli merekomendasikan terapi untuk anggota keluarga
bersifat simultan, karena angka kesembuhan setelah 10 minggu lebih
tinggi 7. Terapi topikal untuk skabies yang sering digunakan adalah
sebagai berikut 1,10:1. Sulfur presipitatum 2-5% dalam bentuk salep
atau krim. Obat ini efektif jika dicampur dengan asam salisilat 2%.
Dioleskan di seluruh tubuh sesudah mandi dan dipakai 3-4 hari
berturut-turut.1. Emulsi benzil benzoat 20-25% selama 24 jam.1.
Gama benzen heksaklorida (gameksan) 0,5 1% dalam salep atau krim
dioleskan selama 24 jam.1. Krotamiton 10% dalam bentuk salep atau
krim dipakai selama 24 jam.1. Krim permetrin 5% dapat memberikan
hasil yang baik.2.8. PrognosisDengan memperhatikan pemilihan dan
cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan menghilangkan
faktor prediposisi (antara lain higiene), maka penyakit ini dapat
diberantas dan memberikan prognosis yang baik. Oleh karena manusia
merupakan penjamu (hospes) definitif, maka apabila tidak diobati
dengan sempurna, Sarcoptes scabiei akan tetap hidup tumbuh pada
manusia 1,3.
BAB IIILAPORAN KASUS
3.1. IdentifikasiNama:FbrJenis kelamin:Laki -LakiUmur:3
tahunAlamat:Komp. RSK Rivai AbdullahTanggal kunjungan / jam:21
April 2014 / 09.30 WIB
3.2.AnamnesisKeluhan utama : Terdapat bintil merah pada daerah
sela-sela jari 4 dan 5 yang terasa gatal sejak 1 minggu yang
lalu.
Keluhan tambahan :Gatal-gatal bertambah sering pada malam
hari.
Riwayat Perjalanan Penyakit :Sejak kurang lebih 1 minggu yang
lalu, penderita mengeluh terdapat bintil merah yang disertai gatal
pada tangan kanan. Bintil merah pada tangan tangan tersebut mulanya
berisi cairan,kemudian karena rasa gatal yang terus menerus
tersebut mengakibatkan penderita sering menggaruk bintil tersebut
sehingga pecah. Rasa gatal yang dirasakan oleh penderita dirasakan
terus menerus dan bertambah sering pada malam hari. Pasien belum
pernah berobat untuk mengatasi keluhannya.
Riwayat penyakit dahulu :Keluhan seperti ini baru pertama kali
dirasakan oleh penderita.Penderita tidak memiliki alergi terhadap
makanan. Riwayat atopi disangkal.
Riwayat penyakit dalam keluarga :Keluhan serupa tidak dialami
oleh anggota keluarga yang lainnya. Riwayat atopi disangkal.
Riwayat penyakit dalam lingkungan :Penderita mengatakan banyak
tetangga di sekitar rumahnya menderita keluhan gatal yang sama.
Riwayat Hyegine :Penderita mandi secara rutin 2 kali dalam sehari.
Tidak menggunakan handuk dan sabun bergantian dengan anggota
keluarga yang lainnya.
3.3.Pemeriksaan FisikKeadaan UmumTanda Vital Kesadaran:kompos
mentis Nadi :105 x/menit Suhu:36,80C Pernapasan:23 x/menit
Status Generalisataa. Kepala Wajah : normochepali Mata :
konjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-) Hidung : sekret
(-)/(-) Telinga : sekret (-)/(-)
b. Leher JVP 5-2 cmH2O Pembesaran tiroid (-) Pembesaran KGB
(-)
c. Thorax PulmoInspeksi :simetris, interkosta tidak melebar,
retraksi tidak adaPalpasi : vokal fremitus dextra = sinistraPerkusi
: sonor pada semua lapang paruAuskultasi:vesikuler (+)/(+) normal,
wheezing (-)/(-), ronki (-)/(-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampakPalpasi : teraba iktus
kordis pada ICS IV linea aksilaris anterior sinistraPerkusi : batas
atas : ICS II linea mid klavicularis sinistra batas kanan:ICS IV
linea parasternalis dextra batas kiri :ICS IV-V linea aksilaris
anterior sinistraAuskultasi:S1/S2 normal, gallop (-), murmur
(-)
d. Abdomen Inspeksi : datar, lemas Palpasi : teraba massa (-),
nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar lien tidak teraba Perkusi :
timpani Auskultasi : BU (+) normal
e. Ekstremitas Superior : tidak ada kelainan fungsi pergerakan
maupun deformitas Inferior : tidak ada kelainan fungsi pergerakan
maupun deformitasf. Kulit: lihat status dermatologikus
Status Dermatologis :1. Regio palmar sinistra interdigiti 4 dan
5, terdapat papul eritem multipel ukuran miliar, sebagian tampak
erosi.
terdapat papul eritem multipel ukuran miliar, sebagian tampak
erosi.3.4.Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan Penunjang
DermatologisAnjuran pemeriksaan : Burrow Test- Uji
tetrasiklinTetrasiklin dioleskan pada kanalikuli yang dicurigai,
kemudian dibersihhkan dan diperiksan dengan lampu Wood, dinyatakan
positif (+) jika floresensi kuning keemasan pada kanalikuli.
-Burrow Ink TestPapul diusap dengan tinta, sampai seluruh papul
tertutup, kemudian dengan cepat dibersihkan dengan alkohol,
dinyatakan positif bila jejak tinta masuk ke dalam kanalikuli
dengan membentuk garis yang karakteristik, gelap, dan
berkelok-kelok.
b. Pemeriksaan Laboratorium DermatologisAnjuran pemeriksaan:-
Kerokan kulit dengan KOHPapul yang baru dibentuk dan utuh ditetesi
dengan KOH, kemudian dikerok dengan scalpel steril. Hasil kerokan
diletakkan di gelas obyek dan ditutup dengan lensa mantap, lalu
diperiksa di bawah mikroskop.Dinyatakan positif (+) jika ditemukan
Sarcoptes scabiei dewasa, larva, telur atau skibala dalam
kerokan.
-Epidermal shave biopsyPapul yang dicurigai diiris dengan
scalpel No. 15 sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan
sangat superfisial sehingga perdarahan tidak terjadi dan tidak
perlu anestesi. Spesimen diletakkan pada gelas objek, ditetesi
dengan KOH, dan diperiksa di bawah mikroskop.
3.5.Resume Fbr, seorang anak laki-laki usia 3 tahun, sejak
kurang lebih 1 minggu yang lalu,mengeluh terdapat bintil merah yang
disertai gatal pada sela jari 4 dan 5 tangan kiri. Bintil merah
pada tangan tersebut mulanya berisi cairan,kemudian karena rasa
gatal yang terus menerus tersebut mengakibatkan penderita sering
menggaruk bintil tersebut sehingga pecah. Rasa gatal yang dirasakan
oleh penderita dirasakan terus menerus dan bertambah sering pada
malam hari. Keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan oleh
penderita.Penderita tidak memiliki alergi terhadap makanan. Tidak
ada anggota keluarga penderita yang memiliki alergi makanan. Tidak
ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan serupa, tetapi
penderita mengatakan banyak tetangga di sekitar rumahnya menderita
keluhan gatal yang sama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan status
generalis dalam batas normal. Untuk pemeriksaan dermatologis
didapatkan pada sela jari 4 dan 5 tangan kiri terdapat papul eritem
multipel ukuran miliar, sebagian tampak erosi. Pada hasil
pemeriksaan wood lamp didapatkan floresensi kuning keemasan pada
kanalikuli.
3.6. Diagnosis Banding1. Skabies2. Dermatitis Atopik3. Prurigo
Hebra
3.7.Diagnosis KerjaSkabies
3.8.Penatalaksanaana. Umum1. Menjelaskan kepada penderita
(ibunya) bahwa penyakit ini sangat menular sehingga harus
meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan serta pengobatan
harus dilakukan kepada semua anggota keluarga.2.Menjelaskan kepada
penderita untuk mencegah infeksi agar penderita mengurangi garukan
pada lesi sehingga tidak terjadi luka dan menyebar ke daerah tubuh
yang lain. Dan menyarankan kepada ibu penderita agar kuku anaknya
sering dipotong agar tidak sampai panjang, sehingga mengurangi
risiko luka akibat garukan.3.Menjelaskan kepada penderita untuk
mencuci semua pakaian, handuk, dan semua peralatan tidur, seperti
seprei dengan air panas serta dijemur dibawah sinar
matahari.5.Menyarankan kepada penderita untuk tidak menggunakan
sabun, pakaian maupun handuk bersama diantara semua anggota
keluarga.
b. Khusus1.TopikalKrim permetrin 5% untuk satu kali pemakaian,
dioleskan tebal terutama pada lesi 8 10 jam pada malam hari sebelum
tidur kemudian dicuci keesokan harinya. Bila belum terdapat
perbaikan diulangi setelah 1 minggu pengobatan1.
2.Sistemik-antihistamin : clorfeniramin maleat 3 x 1 mg
3.9.Prognosisa. quo ad vitam: bonamb.quo ad functionam:
bonamc.quo ad sanationam: dubia ad bonamd.quo ad cosmetica: dubia
ad bonam
BAB IVPEMBAHASAN
Tabel 4.1. Anamnesis secara teori dan kasus.Anamnesis
Teori1,10Kasus
Banyak menyerang anak-anak, walaupun orang dewasa dapat pula
terkena.
Frekuensi yang sama pada pria dan wanita.
Mengeluh gatal, terutama pada malam hari.
Menyerang manusia secara berkelompok, misalnya sebuah keluarga
terkena infeksi. Begitu pula sebuah perkampungan yang padat
penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang
tungau tersebut.
Adanya kanalikuli pada tempat predileksi berupa papul atau
vesikel.
Tempat predileksi: sela jari tangan, pergelangan tangan, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areolar mammae, umbilikus,
bokong, genetalia eksterna, dan perut bagian bawah. Anak -anak
Laki - laki
Mengeluh gatal, terutama pada malam hari
Keluhan seperti ini baru pertama kali dirasakan oleh penderita.
Penderita mengaku tetangga dekatnya banyak menderita keluhan yang
sama.
Lesi terdapat di sela jari 4 dan 5 tangan kiri
Berdasarkan kedua data tersebut, maka mengarah ke skabies.
Kemudian dilakukan pengkajian lebih lanjut berdasarkan status
dermatologis.
Tabel 4.2. Status dermatologis berdasarkan teori dan
kasus.Status Dermatologis
Teori 1,10Kasus
Lokalisasi: sela jari tangan, pergelangan tangan, ketiak,
sekitar pusat, paha bagian dalam, genetalia pria, dan bokong. Pada
bayi: kepala, telapak tangan, dan kaki.
Efloresensi : papula dan vesikel miliar sampai lentikular
disertai ekskoriasi. Jika terjadi infeksi sekunder tampak pustula
lentikular. Lesi yang khas adalah kanalikulus miliar, tampak
berasal dari salah satu papula atau vesikel, panjang kira-kira 1
cm, bewarna putih abu-abu. Di sela jari 4 dan 5 tangan kiri
terdapat papul eritem ukuran miliar, sebagian tampak erosi.
Pada status dermatologis diatas sesuai dengan teori yang ada,
bahkan telah mengarah kepada skabies sehingga diagnosis pada pasien
ini menjadi lebih kuat.
Tabel 4.3. Diagnosis Banding.Diagnosis Banding
TeoriSkabies 1,10Dermatitis Atopik11Prurigo Hebra12
DefinisiPenyakit kulit akibat infeksi dan sensitisasi tungau
Sarcoptes Scabiei jenis manusia dan produknya pada tubuhDermatis
yang timbul pada individu dengan riwayat atopi pada dirinya sendiri
ataupun keluargaReaksi kulit yang bersifat kronik residif dengan
efloresensi beragam.
Anamnesis Banyak menyerang anak-anak, walaupun orang dewasa
dapat pula terkena. Frekuensi yang sama pada pria dan wanita.
Higiene yang buruk. Mengeluh gatal, terutama pada malam hari.
Menyerang manusia secara berkelompok, misalnya sebuah keluarga
terkena infeksi. Semua usia bisa terkena wanita adalah 1,3 kali
lipat dibanding pada laki-laki Mengeluh rasa gatal sepanjang
sehingga hari, umumnya lebih hebat pada malam hari akibatnya
penderita menggaruk sehingga timbul berbagai macam kelainan kulit.
Menyerang anak-anak sampai dewasa muda. Pencetus: infeksi kronik
dan keganasan, serta kekurangan makan protein dan kalori Higiene
kurang, dan ditemukan faktor keturunan, serta hormonal berperan
menimbulkan penyakit. Mengeluh didahului gigitan serangga kemudian
timbul bentol dengan rasa gatal dan digaruk. Karena gatal yang
kronik sampai kulit menjadi hitam dan menebal.
EtiologiSarcoptes scabieiTidak diketahui pasti, faktor genetik
merupakan dasar pertamaBelum jelas, diduga pengaruh luar seperti
gigitan serangga, sinar matahari, udara dingin, dan infeksi
kronik
Tempat Predileksisela jari tangan, pergelangan tangan, siku
bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areolar mammae, umbilikus,
bokong, genetalia eksterna, dan perut bagian bawah.Dapa mengenai
semua bagian tubuh, pada dewasa umumnya mengenai tangan dan
pergelangan tanagan, dapat ditemukan pula setempat. Kadang erupsi
meluas. Prurigo mitis: ekstensor ekstremitas, dahi, dan abdomen
Prurigo feroks: lebih luas sampai belakang telinga, dan sekitar
pusar.
Efloresensipapul dan vesikel miliar sampai lentikular disertai
ekskoriasi. Jika terjadi infeksi sekunder tampak pustul lentikular.
Lesi yang khas adalah kanalikuli miliar, tampak berasal dari salah
satu papul atau vesikel, panjang kira-kira 1 cm, bewarna putih
abu-abu.Pada umumnya, kelainan dimulai dengan eritema,
papula-papula, vesikel sampai erosi dan likenifikasi.Lesi kering,
agak menimbul, papul datar cenderung bergabung menjadi plak
likenifikasi dengan sedikit skuama.Sering terjadi erosi dan
ekskoriasi karena garukan. Lambat laun jadi hiperpigmentasi Prurigo
mitis: papul bewarna merah (urtikaria papular), selanjutnya papula
menjadi runcing dan timbul vesikel, ekskoriasi, dan likenifikasi,
bersifat multiformis.
Prurio feroks: papul lebih besar, keras menonjol di atas kulit,
hiperpigmentasi, dan likenifikasi tampak lebih luas dan
menonjol.
Berdasarkan diagnosis banding, maka pada pasien ini menunjukkan
skabies.
Tabel 4.4. Penatalaksanaan berdasarkan teori dan
kasus.Penatalaksanaan
Teori 1,10Kasus
Umum a. Meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkunganb.
Menghindari orang-orang yang terkenac. Mencuci/menjemur alat-alat
tidurd. Jangan memakai pakaian/handuk bersama. Khusus e. Sulfur
presipitatum 2-5% dalam bentuk salep atau krim. Obat ini efektif
jika dicampur dengan asam salisilat 2%. Dioleskan di seluruh tubuh
sesudah mandi dan dipakai 3-4 hari berturut-turut.f. Emulsi benzil
benzoat 20-25% selama 24 jam.g. Gama benzen heksaklorida (gameksan)
0,5 1% dalam salep atau krim dioleskan selama 24 jam.h. Krotamiton
10% dalam bentuk salep atau krim dipakai selama 24 jami. Krim
permetrin 5% dapat memberikan hasil yang baik. Umum 1. Menjelaskan
kepada penderita bahwa penyakit ini sangat menular sehingga harus
meningkatkan kebersihan perorangan dan lingkungan serta pengobatan
harus dilakukan kepada semua anggota keluarga.2.Menjelaskan kepada
penderita untuk mencegah agar penderita mengurangi garukan pada
lesi sehingga tidak terjadi luka dan menyebar ke daerah tubuh yang
lain.3.Menjelaskan kepada penderita untuk mencuci semua pakaian,
handuk, dan semua peralatan tidur, seperti seprei dengan air panas
serta dijemur di bawah sinar matahari. 4.Menyarankan kepada
penderita untuk tidak menggunakan pakaian maupun handuk bersama
diantara semua anggota keluarga.
Khusus1. TopikalKrim permetrin 5% untuk satu kali pemakaian,
dioleskan tebal terutama pada lesi selama 8 10 jam pada malam hari
sebelum tidur kemudian dicuci keesokan harinya. Bila belum terdapat
perbaikan diulangi setelah 1 minggu pengobatan 1.
2.Sistemik-antihistamin : CTM 3 x 1 mg tab
Pengobatan untuk skabies pada kasus ini diberikan antihistamin
untuk mengurangi rasa gatal karena dengan garukan akan memperberat
lesi. Pengobatan topikal untuk mengembalikan kulit yang sakit dan
jaringan sekitarnya dalam keadaan fisiologis stabil
secepatnya.Prognosis pada pasien ini bonam. Prognosis akan baik
selama pengobatan sesuai dan teratur dengan anjuran.
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko RP. 2011. Skabies. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi Ke-6. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta, Indonesia, hal. 122-125.2. Stone SP, Goldfarb
JN, Bacalieri RF. 2008. Scabies, Other Mites, and Pediculosis.
Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS,
Leffell DJ, (ed.). Fitzpatricks Dermatology in General Medicine.
7th ed. Mc-Graw Hill, New York, United States of America, p.
2029-2032.3. Makatutu H. 1990. Penyakit Kulit oleh Parasit dan
Insekta. Dalam: Harahap M. Penyakit Kulit. Gramedia, Jakarta,
Indonesia, hal. 100-104.4. Kettle DS. 1995. Scabies. Medical and
Veterinary Entomology, CAB International, Wallingford,
(http://medent.usyd.edu.au/fact/scabies.html/, diunduh 16 November
2012, 23:55).5. Beggs J, et al. 2005. Scabies Prevention and
Control Manual. Michigan Department of Community Health, United
States of America, pp. 4-6, 10.6. Centers for Disease Control &
Prevention. 2009. Parasites and Health: Scabies. Laboratory
Identification of Parasites of Public Health Concern, Atlanta,
United States of America, (http:// http://www.dpd.cdc.gov/, diunduh
16 November 2012, 23:55).7. Murtiastutik D. 2005. Buku Ajar Infeksi
Menular Seksual: Skabies. Edisi 1. Airlangga University Press,
Surabaya, Indonesia, hal. 202-208.8. American Academy of
Dermatology. 2012. Scabies: Sign and Symptoms. Washington DC,
United States of America,
(http://www.aad.org/skin-conditions/dermatology-a-to-z/scabies/signs-symptoms/,
diunduh 16 November 2012, 23:00).9. Hardin. 2010. Scabies. Hardin
Library for the Health Sciences, University of Iowa, United States
of America, (http://hardinmd.lib.uiowa.edu/cdc/, diunduh 16
November 2012, 23:00).10. Siregar RS. 2004. Penyakit Kulit Karena
Parasit dan Insekta: Skabies. Dalam: Atlas Berwarna Saripati
Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC, Jakarta, Indonesia, hal. 164-167.11.
_______________. Dermatitis Atopik. Dalam: Atlas Berwarna Saripati
Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC, Jakarta, Indonesia, hal 115-117.12.
_______________. Penyakit Kulit Alergi: Prurigo Hebra. Dalam: Atlas
Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC, Jakarta, Indonesia,
hal 133-135.25