BAB II
BAB ISTATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur: Ny. F/ Perempuan / 25 tahunb.
Pekerjaan/Pendidikan
: IRT / SDc. Alamat
: Buluran KenaliII. Latar Belakang
Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan
: Menikahb. Jumlah anak/saudara
: 2c. Status ekonomi keluarga: Penghasilan berasal dari suami
yang bekerja sebagai supir mobil truk dengan penghasilan perbulan
1.500.000d. Kondisi Rumah
: Pasien tinggal di daerah yang agak terpencil dan agak jauh
dari penduduk dan kawasannya masih dipenuhi dengan semak belukar.
Pasien dirumah tinggal bersama mertua nya, suami dan 2 orang
anaknya yang berusia 8 tahun dan 5 tahun . Rumah pasien semi
permanen berisi 1 ruang keluarga, 1 ruang makan dan 1 kamar yang
pencahayaan di dalam kamar sangat kurang karena sangat gelap dan
terkesan sangat lembab.Ventilasi dirumah pasien cukup memadai,
rumah pencahayaannya terang dan terkesan lembab, penataan rumah
tidak tertata rapi, perabotan rumah tangga kurang tersusun rapi.
Dirumah bagian belakang juga terdapat kamar mandi. Jarak antara
rumah pasien ke rumah penduduk lainnya lumayan jauh 30 meter.
Dirumah pasien sumber air bersih berasal dari air sumur sedangkan
sumber penerangan berasal dari PLN. lingkungan sekitar rumah pasien
kurang bersih karena terdapat beberapa tumpukan sampah yang terdiri
dari dedaunan kering dan ranting pohon yang bekas di tebang. e.
Kondisi Lingkungan Keluarga : Pasien dirumah tinggal bersama
mertuanya, suami dan 2 orang anaknya. Pasien tidak bekerja.
Keluarga pasien ini cukup harmonis. Sumber penghasilan keluarga
dari suami sebagai supir truk angkutan barang.
Rumah tampak depan
Dapur Pasien
Kamar pasien
Kamar mandi pasien
bersama pasienIII. Aspek Psikologis di Keluarga
:baik
IV. Riwayat menstruasi
Menarche 12 th, teratur, siklus haid 28 hari lamanya 5-7 hari,
banyaknya 3 pembalut/hari, nyeri haid tidak ada
HPHT: 28 Juni 2014V. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
Riwayat perdarahan pervaginam disangkal
Riwayat demam tidak ada, riwayat trauma tidak ada. Riwayat
penyakit yang sama di sangkal sebelumnya Tidak menggunakan
kontrasepsiVI. Keluhan Utama :
Ingin memeriksakan kandungannyaVII. Riwayat Penyakit Sekarang:
(autoanamnesa) Pasien datang kepuskesmas Simpang IV Sipin ingin
memeriksakan kandungannya. Pasien tidak merasakan keluhan seperti
nyeri perut menjalar kepinggang (-), keluar air-air (-), keluar
lendir bercampur darah (-). Sebelumnya pasien sudah pernah
melakukan USG dan hasilnya presentasi bokong. Kemudian pasien
disuruh kontrol setiap bulan kepuskesmas.VIII. Pemeriksaan
Fisik
:
Keadaan Umum
1. Keadaan umum
: tampak baik2. Kesadaran
: compos mentis
3. Suhu
: 36,6C
4. Nadi
: 96 x/menit
5. Tekanan Darah
: 110/70 mmHg
6. Pernafasan
- Frekuensi
: 23x/menit
- Irama
: reguler
- Tipe
: thorakoabdominal
7. Tinggi badan
: 153 cm
8. Berat badan
: 58 Kg
9. Kulit
- Turgor
: baik
- Lembab / kering
: lembab
- Lapisan lemak
: ada
Pemeriksaan Organ
1. Kepala
Bentuk : normocephal
Simetris: simetris
2. MataExopthalmus/enophtal: (-)
Kelopak
: normal
Conjungtiva
: anemis (-/-)
Sklera
: ikterik (-/-)
Kornea
: normal
Pupil
: bulat, isokor, RC +/+Lensa
: normal, keruh (-)
3. Hidung
: tak ada kelainan
4. Telinga
: tak ada kelainan
5. Mulut
Bibir
: basah, tidak pucat
Bau pernafasan: normal
Gigi geligi
: lengkap
Palatum
: deviasi (-)
Gusi
: warna merah muda, perdarahan (-)
Selaput Lendir
: normal
Lidah
: putih kotor (-), ulkus (-)6. Leher
KGB
: tak ada pembengkakan
Kel.tiroid
: tak ada pembesaran
JVP
: 5 - 2 mmHg7. ThoraxBentuk
: simetris
Pergerakan dinding dada: tidak ada yang tertinggal Pulmo
PemeriksaanKananKiri
Inspeksisimetris
PalpasiStem fremitus normalStem fremitus normal
PerkusiSonor
Batas paru-hepar :ICS VI kananSonor
AuskultasiWheezing (-), Ronkhi (-)Wheezing (-), Ronkhi (-)
Jantung
InspeksiIctus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula
kiri
PalpasiIctus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
PerkusiBatas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI linea midclavicula kiri
AuskultasiBJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
8. Ekstremitas Atas
Kekuatan: 5 / 5, Edema: (-) / (-)9. Ekstremitas bawah
Kekuatan: 5 / 5, Edema : (-) / (-)10. Status ObstetriMuka :
Kloasma gravidarum (+)
Mammae : Membesar, A/P hiperpigmentasi,
Abdomen :
Pemeriksaan Luar Leopold I:Tinggi fundus 31 cm, teraba bagian
keras, melenting. Leopold II: Teraba bagian besar (punggung) di
perut kanan dan bagian kecil (ektremitas) di bagian perut kiri
Leopold III: Teraba bagian lunak, tidak melenting Leopold IV: Letak
bokong, belum masuk PAP IX. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan HB 11 g/dlX. Pemeriksaan anjuran
UrinalisisXI. Diagnosis Kerja :
G3P2 A0, Gravida 38-39 minggu belum inpartu JTH intrauterin
presboXII. Manajemen
a. Promotif : Menjelaskan kepada pasien tentang keadaan dan
posisi dari kandungannya. Menjelaskan tanda-tanda dan tindakan yang
akan dilakukan saat mau persalinan.b. Preventif :
Selalu kontrol setiap bulan kepuskesmas Rutin melakukan senam
ibu hamilc. Kuratif
Non Medikamentosa Melakukan senam Ibu hamil yang telah
dijadwalkan oleh puskesmas.Medikamentosa
Sulfas ferosus 1 x 300 mg B complek 1 x 1 tab Rencanakan
persalinan pervaginamd. Rehabilitatif Jika terdapat tanda-tanda
inpartu segera datang kerumah sakitDinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Simpang IV Sipin
Dokter : Lili Suryani
SIP : No.12/SIK/2015
Tanggal : 19 Maret 2015 R/ Sulfas ferosus 300 mg No. XXX S1 dd
tab 1 pc R/ B complek No.XXX S1 dd tab 1
Pro : Ny.F/ 25 tahun
Alamat : Buluran KenaliResep Tidak Boleh Ditukar Tanpa
Sepengetahuan Dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang/membujur dengan kepala difundus uteri dan bokong dibagian
bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni:1a.
Presentasi bokong (frank breech) (50-70%)
Pada presentasi bokong akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua
kaki terangkat ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu
atau kepala janin. Dengan demikian pada pemeriksaan dalam hanya
dapat diraba bokong.1b. Presentasi bokong kaki sempurna (complete
breech) ( 5-10%)
Pada presentasi bokong kaki sempurna disamping bokong dapat
diraba kaki.1c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna dan
presentasi kaki (incomplete or footling) (10-30%). 1Pada presentasi
bokong kaki tidak sempurna hanya terdapat satu kaki di samping
bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Pada presentasi
kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.12.2.
Prevalensi
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh
persalinan tunggal. Presentasi bokong adalah suatu keadaan pada
letak janin memanjang dimana presentasi bokong dengan atau tanpa
kaki merupakan bagian terendahnya. Angka kejadiannya adalah 3-4%
dari seluruh kehamilan. Beberapa peneliti lain seperti Greenhill
melaporkan kejadian persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%.
Di Parkland Hospital 3,5 persen dari 136.256 persalinan tunggal
dari tahun 1990 sampai 1999 merupakan letak sungsang. Sedangkan di
RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sendiri pada tahun 2003-2007
didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.2Mortalitas
perinatal : kematian perinatal 13 kali lebih tinggi daripada
kematian perinatal pada presentasi kepala. Morbiditas perinatal :
5-7 kali lebih tinggi daripada presentasi kepala. Gambaran ini
dipengaruhi usia kehamilan, berat janin dan jenis presentasi
bokong. Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong :
hipoksia, trauma persalinan, prematuritas dan kelainan kongenital.
Kelainan kongenital terdapat 6-18% pada presentasi bokong,
dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala.22.3. Etiologi
Faktor-faktor yang memegang peranan dalam terjadinya letak
sungsang diantaranya ialah prematuritas, rnultiparitas, hamil
kembar, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul
sempit. Kadang-kadang juga disebabkan oleh kelainan uterus (seperti
fibroid) dan kelainan bentuk uterus (malformasi). Plasenta yang
terletak didaerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan letak
sungsang, karena plasenta mengurangi luas ruangan didaerah fundus.
Kelainan fetus juga dapat menyebabkan letak sungsang seperti
malformasi CNS, massa dileher, aneuploidi.1,2,32.4.
Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih
32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau
letak lintang.1,4Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh
dengan cepat dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Karena
bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus
uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen
bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada
kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi,
sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala. Sayangnya, beberapa fetus tidak
seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi
sungsang.1,42.5. Tanda dan gejala
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil
dinyatakan bahwa kehamilannya terasa lain dari kehamilan
sebelumnya, karena perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan
lebih hanyak dibagian bawah. Pada kehamilan pertama kalinya mungkin
belum bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari riwayat
kehamilan sebelumnya apakah ada yang sungsang.5Pada pemeriksaan
luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I
difundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala.
Leopold II teraba punggung disatu sisi dan bagian kecil disisi
lain. Leopold III-IV teraba bokong dibagian bawah uterus.
Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan
seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah
kepala. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi pusat
atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.5Pada pemeriksaan
dalam pada kehamilan letak sungsang apabila didiagnosis dengan
pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut
tebal, uterus berkontraksi atau air ketuban banyak. Setelah ketuban
pecah dapat lebih jelas adanya bokong vang ditandai dengan adanya
sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki,
maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit,
sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari vang letaknya tidak
sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama
dengan panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong
mengalami edema sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan
bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong
dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus
mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan kedalam
mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan,
mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus dan
tuberosis iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong kaki
sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada
presentasi bokong kaki tidak sempuma hanya teraba satu kaki
disamping bokong. Informasi yang paling akurat berdasarkan lokasi
sakrum dan prosesus untuk diagnosis posisi.52.6. Pemeriksaan
penunjang
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan
dalam, sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografik atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)Pemeriksaan
ultrasonografik diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila
pemeriksaan fisik belum jelas, menentukan letak placenta, menemukan
kemungkinan cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk
menentukan posisi tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta
fleksi kepala, menentukan adanya kelainan bawaan anak.62.7.
Diagnosis
Diagnosis letak sungsang pada umumnya tidak sulit. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau
penunjang yang telah dilakukan. Dari anamnesis didapatkan kalau ibu
hamil akan merasakan perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan
anak lebih banyak dibagian bawah rahim. Dari riwayat kehamilan
mungkin diketahui pernah melahirkan sungsang. Sedangkan dari
pemeriksaan fisik Leopold akan ditemukan dari Leopold I difundus
akan teraba bagian bulat dan keras yakni kepala, Leopold II teraba
punggung dan bagian kecil pada sisi samping perut ibu, Leopold
III-IV teraba bokong di segmen bawah rahim. Dari pemeriksaan dalam
akan teraba bokong atau dengan kaki disampingnya. Disini akan
teraba os sakrum, kedua tuberosis iskii dan anus. Pemeriksaan
penunjang juga dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis seperti
ultrasonografik atau rontgen.62.8. Diagnosis banding
Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan
kehamilan dengan letak muka. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi
Leopold masih ditemukan kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan
dalam yakni pada letak sungsang akan didapatkan jari yang
dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot dan anus dengan
tuberosis iskii sesuai garis lurus. Pada letak muka, jari masuk
mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa hambatan serta
mulut dan tulang pipi membentuk segitiga. Sedangkan dengan USG atau
rontgen sangatlah dapat dibedakan.72.9. Penatalaksanaana. Dalam
KehamilanPada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada
letak sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan
kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus. Jlka tidak ada
kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest position atau
dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi)
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada
umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan
karena kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri,
sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena
janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang.
Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak janin harus pasti
sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik.
Kontraindikasi untuk melakukan versi luar; panggul sempit,
perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa.
Keberhasilan versi luar 35-86 % (rata-rata 58 %). Peningkatan
keberhasilan terjadi pada multiparitas, usia kehamilan, frank
breech, letak lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan versi
luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like
score).7Skor0123
Pembukaan serviks01-23-45+
Panjang serviks (cm)3210
Station-3-2-1+1,+2
Konsistensi KakuSedangLunak
PositionposteriorMidanterior
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai 9Kalau versi luar gagal
karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut, penggunaan
narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain:
narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan
sakit dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan
narkosis dihindari pada versi luar.7b. Dalam PersalinanMenolong
persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan
kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama
hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi
indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau
adanya tumor dalam rongga panggul.8Pada kasus dimana versi luar
gagal/janin tetap letak sungsang, maka penatalaksanaan persalinan
lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat dilakukan
pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam dilakukan
jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan bokong (1,4).
Syarat persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna
(complete) atau bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis
yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada riwayat seksio
sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi. Mekanisme persalinan
letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu:81. Persalinan
bokong Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang
atau miring. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul,
terjadi putaran paksi dalam sehingga trokanter depan berada di
bawah simfisis. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya
berlanjut, sehingga distansia bitrokanterika janin berada di pintu
bawah panggul. Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan
sebagai hipomoklion. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi
fleksi lateral janin untuk persalinan trokanter depan, sehingga
seluruh bokong janin lahir. Terjadi putar paksi luar, yang
menempatkan punggung bayi ke arah perut ibu. Penurunan bokong
berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.2. Persalinan
bahu
Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang
atau miring. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar
panggul. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan
dibawah simpisis dan bertindak sebagai hipomoklion. Bahu belakang
lahir diikuti lengan dan tangan belakang. Penurunan dan persalinan
bahu depan diikuti lengan dan tangan depan sehingga seluruh bahu
janin lahir. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi
melintang atau miring. Bahu melakukan putaran paksi dalam.
Persalinan kepala janin Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam
keadaan fleksi dengan posisi dagu berada dibagian posterior.
Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang
tertahan oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan
menempatkan suboksiput sebagai hipomiklion. Persalinan kepala
berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi dan muka
seluruhnya. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga
seluruh kepala bayi dapat lahir. Setelah bayi lahir dilakukan
resusitasi sehingga jalan nafas bebas dari lendir dan mekoneum
untuk memperlancar pernafasan. Perawatan tali pusat seperti biasa.
Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih dari delapan menit.8c.
Jenis-jenis persalinan sungsang
Persalinan PervaginamBerdasarkan tenaga yang dipakal dalam
melahirkan janin pervaginam, persalinan pervaginam dibagi menjadi
3, yaitu :9
Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan
kekuatan dan tenaga ibu sendiri.Cara ini lazim disebut cara,
Bracht. Manual aid (partial breech extraction; assisted breech
delivery), janin dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan
kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong. Ekstraksi
sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya
dengan memakai tenaga, penolong.Persalinan perabdominam (seksio
sesaria)Prosedur pertolongan persalinan spontan
Tahap pertama : fase lambat, yaitu mulai melahirkan bokong
sampai pusat (skapula depan).
Tahap kedua : fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusat sampai
lahirnya mulut.
Tahap ketiga : fase lambat, yaitu mulai lahirnya mulut sampai
seluruh kepala lahir.
Teknik :1. Sebelum melakukan pimpinan persalinan penolong harus
memperhatikan sekali lagi persiapan untuk ibu, janin, maupun
penolong. Pada persiapan kelahiran.janin harus selalu disediakan
cunam Piper.2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, sedang penolong
berada didepan vulva. Ketika timbul his ibu disuruh mengejan dan
merangkul kedua pangkal paha. Pada saat bokong mulai membuka vulva
(crowning) disuntikan 2-5 unit oksitosin intramuskuler.3.
Episiotomi dikerjakan saat bokong membuka vulva. Segera setelah
bokong lahir, bokong dicengkram secara Bracht, yaitu kedua ibu jari
penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jani-jari lain
memegang panggul.4. Pada setiap his, ibu disuruh mengejan. Pada
waktu tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan.
Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin guna
mengikuti gerakan rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan
ke punggung ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa
melakukan tarikan, sehingga gerakan tersebut disesuaikan dengan
gaya berat badan janin. Bersamaan dengan dilakukannya
hiferlordossis, seorang asisten melakukan ekspresi Kristeller pada
fundus uteri sesuai dengan sumbu panggul. Dengan gerakan
hiperlordossis ini berturut-turut lahir pusar, perut, badan lengan,
dagu, mulut dan akhirnya kepala.5. Janin yang baru lahir segera
diletakan diperut ibu. Bersihkan jalan nafas dan rawat tali
pusat.Keuntungan :Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh
karena tangan penolong tidak ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan
juga cara ini yang paling mendekati persalinan fisiologik, sehingga
mengurangi trauma pada janin.9Kerugian :Dapat mengalami kegagalan
sehingga tidak semua persalinan letak sungsang dapat dipimpin
secara Bracht. Terutama terjadi peda keadaan panggul sempit, janin
besar, jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan
menjungkit atau menunjuk.9Prosedur Manual Aid
Indikasi :
Dilakukan jika pada persalinan dengan cara Bracht mengalami
kegagalan, misalnya terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau
kepala. Dan memang dari awal sudah direncanakan untuk manual
aid.9Tahapan :1. Tahap pertama :lahirnya bokong sampai pusar yang
dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri.2. Tahap kedua :
lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong. Cara/teknik
untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :a) Klasik
(Deventer)
b) Mueller
c) Lovset
d) Bickenbach.
3. Tahap ketiga : lahirnya kepala, dapat dengan, cara
a) Mauriceau (Veit-Smellie)
b) Najouks
c) Wigand Martin-Winckel
d) Parague terbalik
e) Cunam piperCara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan
lengan belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang
yang luas (sacrum), kemudian melahirkan lengan depan yang berada di
bawaah simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan
penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh
mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Bersamaan dengan
itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan
jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa
kubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah
lengan bawah mengusap muka janin. Untuk melahirkan lengan depan,
pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan
ditarik curam ke bawah sehingga punggung janin mendekati punggung
ibu. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan. Keuntunga cara
klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua persalinan
letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relative tinggi
didalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan
lahir yang dapat manimbulkan infeksi.1,5,7,8Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah
melahirkan bahu dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru
kemudian melahirkan bahu dan lengan belakang. Bokong janin dipegang
dengan femuro-pelvik yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan
sejajar spina sakralis media dan jari telunjuk pada krisat iliaka
dan jari-jari lain mencengkram bagian depan. Kemudian badan ditarik
ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan tampak di bawah
simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan
bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan janin ke
atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke
dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi. 1,5,7,8Cara
lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan
janin dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi
curam ke bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang
akhirnya lahir dibawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan.
Keuntungannya yaitu sederhana dan jarang gagal, dapat dilakukan
pada semua letak sungsang, minimal bahay infeksi. Cara lovset tidak
dianjurkan dilakukan pada sungsang dengan primigravida, janin
besar, panggul sempit. 1,5,7,8Cara Bickhenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller
dengan cara klasik. Tahap ketiga : melahirkan kepala yang menyusul
(after coming head)Cara Mauriceau
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke
dalam jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari
telunjuk dan jari keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari
lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan bawah
penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari
ketiga penolong yang lain mencengkeram leher janin dari punggung.
Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil
seorang asisten melakukan ekspresi kristeller. Tenaga tarikan
terutama dilakukan oleh penolong yang mencengkeram leher janin dari
arah punggung. Bila suboksiput tampak dibawah simpisis, kepala
dielevasi keatas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga
berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi, ubun-ubun
besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.1,2,3,4,5Cara
Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari
penolong tidak dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan
penolong yang mencengkeram leher janin menarik bahu curam kebawah
dan bersamaan dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin
kearah bawah. Cara ini tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan
trauma yang berat. 1,2,3,4,5Cara Prague Terbalik
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di
belakang dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu
tangan penolong mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin
diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain
memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik keatas bersamaan
dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut janin mendekati perut
ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin dapat
dilahirkan. 1,2,3,4,5Cara Cunam Piper
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua
lengan janin diletakkan dipunggung janin. Kemudian badan janin
dielevasi ke atas sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
Pemasangan cunam piper sama prinsipnya dengan pemasangan pada letak
belakang kepala. Hanya saja cunam dimasukkan dari arah bawah
sejajar dengan pelipatan paha belakang. Setelah oksiput tampak
dibawah simpisis, cunam dielevasi ke atas dan dengan suboksiput
sebagai hipomoklion berturut-turut lahir dagu, mulut, muka, dahi
dan akhirnya seluruh kepala lahir. 1,2,3,4,5Prosedur Ekstraksi
Sungsang
Teknik ekstraksi kaki
Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan
menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan
abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi
fleksi. Tangan yang dikuar mendorong fundus uterus ke bawah.
Setelah kaki bawah fleksi pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua
dan jari ketiga dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
Kedua tangan memegang betis janin, kaki ditarik curam kebawah
sampai pangkal paha lahir. Pangkal paha dipegang kemudian tarik
curam ke bawah trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan
pegangan yang sama dielevasi keatas sehingga trokhanter belakang
lahir dan bokong pun lahir. Setelah bokong lahir maka untuk
melahirkan janin selanjutnya dipakai teknik pegangan
femuro-pelviks, badan janin ditarik curam kebawah sampai pusat
lahir. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lainnya
dilakukan cara persalinan yang sama seperti pada manual
aid.8,9Teknik ekstraksi bokongDilakukan pada letak bokong murni
(frank breech) dan bokong sudah berada di dasar panggul sehingga
sukar menurunkan kaki. Jari telunjuk tangan penolong yang searah
bagian kecil janin dimasukkan ke dalam jalan lahir dan diletakkan
di pelipatan paha depan. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha
dikait dan ditarik curam kebawah, sehingga trokhanter tampak
dibawah simpisis, maka jari telunjuk penolong yang lain segera
mengait pelipatan paha ditarik curam kebawah sampai bokong lahir.
Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro-pelviks
kemudian janin dapat dilahirkan dengan cara manual aid. 8,9Prosedur
Persalinan Sungsang PerabdominamPersalinan letak sungsang dengan
seksio sesaria sudah tentu merupakan yang terbaik ditinjau dari
janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan letak sungsang
pervaginam memberi trauma yang sangat berarti bagi janin. Namun hal
ini tidak berarti bahwa semua letak sungsang harus dilahirkan
perabdominam. Persalinan diakhiri dengan seksio sesaria bila: 8,9
Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya (disproporsi
feto pelvic atau skor Zachtuchni Andros 3).Skor Zachtuchni
Andros
ParameterNilai
012
ParitasPrimimulti-
Pernah letak sungsangTidak1 kali2 kali
TBJ> 3650 g3649-3176 g< 3176 g
Usia kehamilan> 39 minggu38 minggu< 37 minggu
Station< -3-2-1 atau >
Pembukaan serviks2 cm3 cm4 cm
Arti nilai:
3 : persalinan perabdominam
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan janin,
bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam.
>5 : dilahirkan pervaginam.
1. Tali pusat menumbung pada primi/multigravida.
2. Didapatkan distosia
3. Umur kehamilan:
Prematur (EFBW=2000 gram)
Post date (umur kehamilan 42 minggu)
4. Nilai anak (hanya sebagai pertimbangan)
Riwayat persalinan yang lalu: riwayat persalinan buruk, milai
social janin tinggi.5. Komplikasi kehamilan dan persalinan:
Hipertensi dalam persalinan dan Ketuban pecah dini
2.10. Komplikasi
a. Dari faktor ibu
Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa
placenta.
Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma
(endometritits)
Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.b.
Dari faktor bayi
Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial,
perdarahan alat-alat vital intra-abdominal.
Infeksi karena manipulasi
Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas,
persendian leher, rupture alat-alat vital intraabdominal, kerusakan
pleksus brachialis dan fasialis, kerusakan pusat vital di medulla
oblongata, trauma langsung alat-alat vital (mata, telinga, mulut),
asfiksisa sampai lahir mati2.11. Prognosis
Kelahiran kepala janin yang lebih lama dari 8 menit umbilicus
dilahirkan akan membahayakan kehidupan janin. Selain itu bila janin
berbafas sebelum hidung dan mulut lahir dapat membahayakan karena
mucus yang terhisap dapat menyumbat jalan nafas. Bahaya asfiksia
janin juga terjadi akibat tali pusat menumbung, hal ini sering
dijumpai pada presentasi bokong kaki sempurna atau bokong kaki
tidak sempurna, tetapi jarang dijumpai pada presentasi bokong.9BAB
IIIANALISIS KASUSTelah dilaporkan seorang pasien wanita umur 25
tahun dengan diagnosa G3P2A0 hamil 38-39 minggu belum inpartu JTH
intrauterin presbo. Dari anamnesis didapatkan pasien ingin
memeriksakan kandungannya. Pasien tidak merasakan keluhan seperti
nyeri perut menjalar kepinggang (-), keluar air-air (-), keluar
lendir bercampur darah (-). Sebelumnya pasien sudah pernah
melakukan USG dan hasilnya presentasi bokong. Kemudian pasien
disuruh kontrol setiap bulan kepuskesmas. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan bahwa tinggi fundus 31 cm, PU-KA dan Presentasi Bokong.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat ditegakkan diagnosanya
adalah G3P2A0 hamil 38-39 minggu belum inpartu JTH intrauterin
presbo.
Dari pemeriksaan USG pasien ini didapatkan hasilnya presentasi
bokong. Maka tindakan yang dapat dilakukan pada pasien ini adalah
rencana persalinan pervaginam3.1 Hubungan diagnosis dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik, keadaan rumah dan lingkungan
sekitar
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, Didapatkan hubungan
diagnosis dengan hasil pemeriksaan fisik dari pasien
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai keadaan rumah Os, dapat
disimpulkan bahwa keadaan/ kondisi rumah Os tidak mempengaruhi atau
memperberat kondisi kandungan oleh Os saat ini.
Hubungan diagnosis dengan lingkungan sekitar pada kasus ini,
diagnosis penyakit pada Os ini tidak ada kaitannya terhadap
lingkungan disekitarnya, karena penyakit Os ini bukan penyakit
berbasis lingkungan.
3.2 Hubungan diagnosis dengan keadaan lingkungan keluarga dan
hubungan keluarga
Diagnosis penyakit Os saat ini tidak berhubungan langsung dengan
keadaan keluarga. Tetapi hubungan keluarga memiliki peranan dalam
keadaan emosional si ibu yang sedang hamil. Dikarenakan keadaan
pasien bisa berhubungan dengan faktor psikologik, seperti keretakan
rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan
dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan lain
sebagainya.Pada os tidak ada masalah keluarga, jadi tidak ada
hubungan keadaan lingkungan keluarga, hubungan kelurga dengan
diagnosis.3.3 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam
keluarga dan lingkungan sekitar
Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya perilaku kesehatan dan lingkungan di sekitar tempat
tinggal kita. Diantara faktor faktor tersebut pengaruh perilaku
terhadap status kesehatan, baik kesehatan individu maupun keluarga
sangatlah besar.
Lingkungan rumah dan lingkungan disekitar rumah Os tidak
memberikan pengaruh terhadap kondisi kesehatan kandungan pada Os.
Hal tersebut menunjukkan lingkungan rumah dan sekitarnya tidak
memiliki peranan terhadap perkembangan kondisi kandungan dari
pasien.DAFTAR PUSTAKA1. Cunningham, F.G et al. 2005. Breech
Presentation and Delivery In: Williams Obstetrics.22st edition. New
York: Mc Graw Hill Medical Publising Division, 509-536.
2. Kampono, Nugroho, dkk. 2008. Persalinan Sungsang. Available
from: http://geocities.com/abudims/cklobpt9.html. (Accessed: 2015,
maret 19).
3. Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Malpresentation. In:
Obstetrics normal and problem pregnancies. 3rd ed. New York:
Churchill Livingstone. Ltd. 2000:478-90.
4. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of
delivery and outcome of 699 term singleton breeech deliveries at a
single center. Am J Obstet Gynecol 2002;187:1694-8.
5. Manuaba, I.B. 1995. Persalinan Sungsang dalam: Operasi
Kebidanan Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Dokter Umum.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 174-201.
6. Supono. Pimpinan persalinan letak sungsang. Dalam: Ilmu
kebidanan bagian patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi/Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Pusat dr.
Mohammad Hoesin, Palembang, 1983;15-33.
7. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2006. Letak Sungsang, dalam Ilmu
kebidanan, edisi keenam. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 606-622
8. Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan edisi
pertama, cetakan kelima. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 103-132.
9. Wiknjosastro H. 2002. Patologi Persalinan dan Penanganannya
dalam Ilmu Kebidanan, edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka:
607-622.22