Top Banner
LABORATORIUM KIMIA FISIKA Percobaan : TIMBAL BALIK FENOL-AIR Kelompok : VII A Nama : 1. May Saktianie Novitasari NRP. 2313 030 029 2. Evi Maya Odelia NRP. 2313 030 039 3. Bun Yan Marshush Al Wathon NRP. 2313 030 077 4. Brima Dewantoro NRP. 2313 030 085 Tanggal Percobaan : 9 Desember 2013 Tanggal Penyerahan : 16 Desember 2013 Dosen Pembimbing : Nurlaili Humaidah S.T., M.T. Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandri W. PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013
49

LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

Oct 23, 2015

Download

Documents

Dicky van Toell

Praktikum Kimia Fisika - D3KKIM 2013
Latar belakang atau alasan praktikum ini dilaksanakan adalah agar praktikan dapat mengetahui kelarutan dua jenis zat yang tidak saling campur ketika dicampurkan pada saat mencapai titik kritis maupun sebelum mencapai titik kritis. Selain itu percobaan timbal balik fenol-air juga dapat diterapkan untuk mencari titik kritis dari 2 larutan yang tidak saling bercampur
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

LABORATORIUM

KIMIA FISIKA

Percobaan : TIMBAL BALIK FENOL-AIR Kelompok : VII A

Nama : 1. May Saktianie Novitasari NRP. 2313 030 029 2. Evi Maya Odelia NRP. 2313 030 039 3. Bun Yan Marshush Al Wathon NRP. 2313 030 077 4. Brima Dewantoro NRP. 2313 030 085

Tanggal Percobaan : 9 Desember 2013

Tanggal Penyerahan : 16 Desember 2013

Dosen Pembimbing : Nurlaili Humaidah S.T., M.T.

Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandri W.

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2013

Page 2: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

i

ABSTRAK

Tujuan dari percobaan timbal balik fenol-air adalah untuk menentukan temperatur kritis dari

kelarutan fenol dan air. Dengan variabel berat fenol 2 gram; 2,5 gram dan variabel volume air

sebanyak 2 ml.

Prosedur yang digunakan dalam percobaan ini adalah dengan menimbang padatan fenol

dengan variabel 2 gram dan memasukkan 2 gram padatan fenol kedalam tabung reaksi. Selanjutnya

menambahkan aquadest sebanyak 2 ml menggunakan pipet tetes kedalam tabung reaksi yang berisi

padatan fenol dan mengaduk padatan fenol hingga larut dalam air. Setelah itu memanaskan gelas

beaker yang berisi aquadest yang didalamnya terdapat tabung reaksi fenol-air hingga larutan fenol-

air menjadi jernih dan mendinginkan tabung reaksi fenol-air sampai larutan fenol-air keruh kembali,

serta mencatat temperatur ketika larutan fenol-air jernih dan keruh. Menambahkan kembali aquadest

sebanyak 1ml dan mencatat temperatur saat larutan fenol-air menjadi jernih dan keruh. Begitu

seterusnya hingga volume aquadest 20 ml. Mengulangi prosedur kerja dengan menggunakan variabel

berat fenol 2,5 gram. Selanjutnya, menimbang padatan fenol dengan variabel 2 gram dan

memasukkan 2 gram padatan fenol ke dalam tabung reaksi. Kemudian menambahkan aquadest

sebanyak 2 ml menggunakan pipet tetes ke dalam tabung reaksi yang berisi padatan fenol dan

mengaduk padatan fenol hingga larut dalam air. Menghitung persentase berat fenol dalam larutan

fenol-air dengan cara membagi massa fenol sebesar 2 gram dengan jumlah massa fenol 2 gram dan 2

gram air. Lalu menambahkan kembali aquadest 2 ml dan menghitung persentase berat fenol dengan

cara yang sama hingga volume aquadest 20 ml. Menghitung persentase berat fenol dengan variabel

fenol 2,5 gram.

Dari percobaan ini, terjadi perubahan jumlah dimana pada fase awal jumlah fenol lebih

dominan dibandingkan air diikuti dengan kenaikan suhu dan kemudian jumlah air lebih dominan

dibandingkan dengan jumlah fenol diikuti dengan penurunan suhu pada. Dari hasil percobaan pada

variabel berat fenol 2 gram yaitu percobaan 1 memiliki suhu rata-rata 53,5oC, percobaan 2 memiliki

suhu rata-rata 60,5oC, percobaan 3 memiliki suhu rata-rata 54

oC, percobaan 4 memiliki suhu rata-

rata 62,5oC, percobaan 5 memiliki suhu rata-rata 59,5

oC, percobaan 6 memiliki suhu rata-rata 56

oC,

percobaan 7 memiliki suhu rata-rata 59,5oC, percobaan 8 memiliki suhu rata-rata 49

oC, percobaan 9

memiliki suhu rata-rata 46oC, dan percobaan 10 memiliki suhu rata-rata 43,5

oC. Pada variabel berat

fenol 2,5 gram yaitu percobaan 1 memiliki suhu rata-rata 66oC, percobaan 2 memiliki suhu rata-rata

62,5oC, percobaan 3 memiliki suhu rata-rata 62

oC, percobaan 4 memiliki suhu rata-rata 57,5

oC,

percobaan 5 memiliki suhu rata-rata 58,5oC, percobaan 6 memiliki suhu rata-rata 52,5

oC, percobaan

7 memiliki suhu rata-rata 48,5oC, percobaan 8 memiliki suhu rata-rata 45

oC, percobaan 9 memiliki

suhu rata-rata 41,5oC, dan percobaan 10 memiliki suhu rata-rata 40

oC, sehingga membentuk kurva

menyerupai parabola. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa temperatur akan semakin tinggi apabila

semakin banyak volume air yang ditambahkan tetapi akan turun kembali ketika larutan telah

mencapai titik kritis atau temperatur kritis.

Kata kunci : timbal balik fenol-air, fenol-air, kelarutan, temperatur

Page 3: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

ii

DAFTAR ISI

ABSTRAK .......................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................................... iv

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang ................................................................................................ I-1

I.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... I-1

I.3 Tujuan Percobaan ............................................................................................ I-2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori .................................................................................................... II-1

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Variabel Percobaan ....................................................................................... III-1

III.2 Bahan yang Digunakan ................................................................................ III-1

III.3 Alat yang Digunakan .................................................................................... III-1

III.4 Prosedur Percobaan ...................................................................................... III-2

III.5 Diagram Alir Percobaan ............................................................................... III-3

III.6 Gambar Alat Percobaan ................................................................................ III-4

BAB IV HASIL PERCOBAAN, PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan ............................................................................................. IV-1

IV.2 Pembahasan .................................................................................................. IV-2

BAB V KESIMPULAN ..................................................................................................... V-1

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... vi

DAFTAR NOTASI ............................................................................................................ vii

APPENDIKS ....................................................................................................................... viii

LAMPIRAN

Laporan Sementara

Fotokopi Literatur

Lembar Revisi

Page 4: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

iv

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Tabel Informasi dan Sifat-Sifat Air ........................................................... II-7

Tabel II.2 Tabel Sifat Fisika Air ................................................................................. II-10

Tabel IV.1.1 Pengaruh Penambahan Volume Terhadap Perubahan Suhu dan Persen Berat

Fenol dengan Massa Fenol 2 gram ........................................................... IV-1

Tabel IV.1.2 Pengaruh Penambahan Volume Terhadap Perubahan Suhu dan Persen Berat

Fenol dengan Massa Fenol 2,5 gram ........................................................... IV-1

Page 5: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik IV.2.1 Grafik Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 2 gram Fenol .................. IV-2

Grafik IV.2.2 Grafik Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 2,5 gram Fenol .............. IV-3

Grafik IV.2.3 Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 2 gram

dan 2,5 gram ............................................................................................ IV-4

Page 6: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang

Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut

(solute) untuk dapat larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan timbal balik fenol-air

adalah kelarutan dari larutan fenol dengan air yang bercampur sebagian bila

temperaturnya dibawah temperatur kritis. Temperatur kritis adalah kenaikan temperatur

tertentu dan akan diperoleh komposisi yang berada dalam kesetimbangan. Temperatur

kritis pada percobaan timbal balik fenol dapat diperoleh melalui suhu rata-rata maksimum

pada saat keadaan jernih dan keruh. Pada saat larutan tersebut mencapai temperatur kritis

maka larutan tersebut mencapai titik kritis.

Latar belakang atau alasan praktikum ini dilaksanakan adalah agar praktikan dapat

mengetahui kelarutan dua jenis zat yang tidak saling campur ketika dicampurkan pada saat

mencapai titik kritis maupun sebelum mencapai titik kritis. Selain itu percobaan timbal

balik fenol-air juga dapat diterapkan untuk mencari titik kritis dari 2 larutan yang tidak

saling bercampur.

Contoh aplikasi kelarutan timbal balik adalah pada proses pembuatan logam besi.

Ketika uap panas dimasukkan ke sebuah besi yang panas, uap panas ini akan bereaksi

dengan besi dan membentuk sebuah besi oksida magnetik berwarna hitam yang disebut

magnetit, Fe3O4. Hidrogen yang terbentuk oleh reaksi ini tersapu oleh aliran uap.

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan temperatur kritis dalam kelarutan timbal balik fenol-air dengan

variabel berat fenol sebesar 2 gram dan 2,5 gram beserta penambahan aquadest dengan

variabel 2 sampai 20 ml dengan kelipatan 2 ml?

2. Bagaimana hubungan temperatur kritis dalam kelarutan timbal balik fenol-air dengan

variabel berat fenol sebesar 2 gram dan 2,5 gram beserta penambahan aquadest dengan

variabel 2 sampai 20 ml dengan kelipatan 2 ml?

Page 7: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

I-2

BAB I Pendahuluan

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

I.3 Tujuan

1. Mengetahui hubungan temperatur kritis dalam kelarutan timbal balik fenol-air dengan

variabel berat fenol sebesar 2 gram dan 2,5 gram beserta penambahan aquadest dengan

variabel 2 sampai 20 ml dengan kelipatan 2 ml.

2. Mengetahui hubungan temperatur kritis dalam kelarutan timbal balik fenol-air dengan

variabel berat fenol sebesar 2 gram dan 2,5 gram beserta penambahan aquadest dengan

variabel 2 sampai 20 ml dengan kelipatan 2 ml.

Page 8: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori

Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serba sama (ukuran

partikelnya), tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan zat terlarut (tidak dapat

dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan zat terlarut), partikel-partikel

penyusunnya berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih.

Dalam larutan fase cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat yang terlarut di

dalamnya disebut zat terlarut (solute), bisa berwujud padat, cair, atau gas. Dengan

demikian, larutan = pelarut (solvent) + zat terlarut (solute). Khusus untuk larutan cair,

maka pelarutnya adalah volume terbesar (Kompasiania, 2009).

Ada dua reaksi dalam larutan, yaitu:

a) Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari

campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan

akan turun.

b) Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur kdari

campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan

akan naik.

(Kompasiania, 2009)

Larutan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang

diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel-

partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat).

Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan

belum jenuh ( masih dapat larut ).

b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan

mengadakan kesetimbangan dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan

yang partikel-partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi

maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti

larutan tepat jenuh.

c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih

banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain,

Page 9: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-2

BAB II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan

sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat

jenuh (mengendap).

(Kompasiania, 2009)

Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2,

yaitu:

a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding

solvent.

b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.

(Kompasiania, 2009)

Konsentrasi larutan dapat dibedakan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara

kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi larutan pekat dan larutan encer. Dalam larutan

encer, massa larutan sama dengan massa pelarutnya karena massa jenis larutan sama

dengan massa jenis pelarutnya. Secara kuantitatif, larutan dibedakan berdasarkan satuan

konsentrasinya. Ada beberapa proses melarut (prinsip kelarutan), yaitu:

a) Cairan-cairan

Kelarutan zat cair dalam zat cair sering dinyatakan “Like dissolver like”

maknanya zat-zat cair yang memiliki struktur serupa akan saling melarutkan satu sama

lain dalam segala perbandingan. Contohnya: heksana dan pentana, air dan alkohol =>

H- OH dengan C2H5- OH. Perbedaan kepolaran antara zat terlarut dan zat pelarut

pengaruhnya tidak besar terhadap kelarutan. Contohnya: CH3Cl (polar) dengan

CCl4 (non- polar). Larutan ini terjadi karena terjadinya gaya antar aksi, melalui gaya

dispersi (peristiwa menyebarnya zat terlarut di dalam zat pelarut) yang kuat. Di sini

terjadi peristiwa soluasi, yaitu peristiwa partikel-partikel pelarut menyelimuti

(mengurung) partikel terlarut. Untuk kelarutan cairan-cairan dipengaruhi juga oleh

ikatan Hidrogen.

b) Padat-cair

Padatan umumnya memiliki kelarutan terbatas di cairan hal ini disebabkan gaya

tarik antar molekul zat padat dengan zat padat > zat padat dengan zat cair. Zat padat

non- polar (sedikit polar) besar kelarutannya dalam zat cair yang kepolarannya rendah.

Contohnya: DDT memiliki struktur mirip CCl4 sehingga DDT mudah larut di dalam

non- polar (contoh minyak kelapa), tidak mudah larut dalam air (polar).

Page 10: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-3

BAB II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

c) Gas-cairan

Ada 2 prinsip yang mempengaruhi kelarutan gas dalam cairan, yaitu:

Makin tinggi titik cair suatu gas, makin mendekati zat cair gaya tarik antar

molekulnya. Gas dengan titik cair lebih tinggi, kelarutannya lebih besar.

Pelarut terbaik untuk suatu gas ialah pelarut yang gaya tarik antar molekulnya

sangat mirip dengan yang dimiliki oleh suatu gas.

(Kompasiania, 2009)

Titik didih gas mulia dari atas ke bawah dalam suatu sistem periodik, makin

tinggi, dan kelarutannya makin besar. Pengaruh temperatur (T) dan tekanan (P)

terhadap kelarutan, yaitu peningkatan temperatur menguntungkan proses endotermis,

sebaliknya penurunan temperatur menguntungkan proses eksotermis. Proses kelarutan

zat padat dalam zat cair umumnya berlangsung endoterm akibatnya kenaikan

temperatur menaikkan kelarutan. Proses kelarutan gas dalam cair berlangsung

eksoterm akibatnya kenaikan temparatur menurunkan kelarutan. Proses melarut

dianggap proses kesetimbangan. Faktor tekanan sangat besar pengaruhnya pada

kelarutan gas dalam cair. Hubungan ini dijelaskan dengan Hukum Henry, Cg = k . Pg

(tekanan berbanding lurus dengan konsentrasi) (Kompasiania, 2009).

Panas pelarutan yaitu banyaknya energi/panas yang diserap atau dilepaskan jika

suatu zat terlarut dilarutkan dalam pelarut. Ada 3 tahap pada proses melarutkan suatu zat,

yaitu:

Tahap 1

Baik zat terlarut maupun zat pelarut masih tetap molekul-molekulnya berikatan

masing-masing.

Tahap 2

Molekul- molekul yang terdapat pada zat terlarut memisahkan diri sehingga hanya

terdiri dari 1 molekul tanpa adanya ikatan lagi dengan molekul-molekul yang terdapat

di dalamnya, begitu pula molekul-molekul yang terdapat pada zat pelarut.

Tahap 3

Antara molekul pada zat terlarut akan mengalami ikatan dengan molekul pada zat

pelarut

(Kompasiania, 2009)

Page 11: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-4

BAB II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

Campuran terdiri dari beberapa jenis. Di lihat dari fasenya, pada sistem biner fenol–

air, terdapat dua jenis campuran yang dapat berupa pada kondisi tertentu. Suatu fase

didefenisikan sebagai bagian sistem yang seragam atau homogen diantara keadaan

submakroskopiknya, tetapi benar–benar terpisah dari bagian sistem yang lain oleh

batasan yang jelas dan baik. Campuran padatan atau dua cairan yang tidak saling

bercampur dapat membentuk fase terpisah. Sedangkan campuran gas-gas adalah satu

fase karena sistemnya yang homogen (Dogra SK & Dogra S, 2008 ).

Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari

selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air.

Istilah tak larut (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun

sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang

terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk

menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh yang metastabil atau mengendap

(Indah, 2011).

Sistem biner fenol–air merupakan sistem yang memperlihatkan sifat solubilitas

timbal balik antara fenol dan air pada suhu tertentu dan tekanan tetap. Solubilitas

(kelarutan) adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut (solute), untuk larut

dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan dalam jumlah maksimum zat terlarut

yang larut dalam suatu pelarut pada kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh.

Zat-zat tertentu dapat larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut.

Contohnya adalah etanol di dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya

disebut miscible. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni

ataupun campuran (Indah, 2011).

Kelarutan timbal balik adalah kelarutan dari suatu larutan yang bercampur sebagian

bila temperaturnya di bawah temperatur kritis. Jika mencapai temperatur kritis, maka

larutan tersebut dapat bercampur sempurna (homogen) dan jika temperaturnya telah

melewati temperatur kritis maka sistem larutan tersebut akan kembali dalam kondisi

bercampur sebagian lagi. Salah satu contoh dari temperatur timbal balik adalah kelarutan

fenol dalam air yang membentuk kurva parabola yang berdasarkan pada bertambahnya %

fenol dalam setiap perubahan temperatur baik di bawah temperatur kritis. Jika temperatur

dari dalam kelarutan fenol aquadest dinaikkan di atas 50°C maka komposisi larutan dari

sistem larutan tersebut akan berubah. Kandungan fenol dalam air untuk lapisan atas akan

Page 12: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-5

BAB II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

bertambah (lebih dari 11,8 %) dan kandungan fenol dari lapisan bawah akan berkurang

(kurang dari 62,6 %). Pada saat suhu kelarutan mencapai 66°C maka komposisi sistem

larutan tersebut menjadi seimbang dan keduanya dapat dicampur dengan sempurna

(Indah, 2011).

Fenol dan air memiliki sifat kelarutan timbal balik pada temperatur tertentu dan

tekanan tetap. Sistem yang memperlihatkan sifat kelarutan timbal balik ini disebut sistem

biner fenol-air (Wahyuni,2013).

Sistem ini disebut sistem biner karena komponen campurannya terdiri dari dua zat

yang berbeda. Kelarutan timbal balik fenol-air akan berubah bila kedalam sistem

ditambahkan salah satu komponen penyusunnya. Pada tekanan tetap, hubungan antara

komposisi campuran fenol-air terhadap temperatur dapat dilukiskan sebagai berikut:

Gambar II.1 Gambar Hubungan Komposisi Fenol-Air terhadap Temperatur

Keterangan:

L1 = fasa fenol dalam air

L2 = fasa air dalam fenol

xA = mol fraksi air mol

xF = mol fraksi fenol

xC = mol fraksi komponen pada titik kritis (TC)

(Khusnul, 2013)

Pada daerah di dalam kurva terdapat dua fasa. Titik-titik pasangan komposisi

temperatur di dalam kurva selalu menggambarkan dua fasa. Komposisi tiap fasa terletak

pada kurva. Diluar kurva hanya terdapat satu fasa. Titik maksimum kurva disebut titik

kritis maksimum atau temperatur konsulat atas. Diatas temperatur titik kritis tidak

mungkin terdapat dua fasa. Sistem ini mempunyai suhu kritis (TC) pada tekanan tetap

Page 13: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-6

BAB II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

yaitu suhu minimum pada saat dua zat bercampur secara homogen dengan komposisi CC.

Pada T1 dengan komposisi antara A2 dan B2, sistem berada pada dua fasa (keruh).

Sedangkan pada saat sistem berada pada satu fasa, campuran berubah dari keruh menjadi

jernih. Jika percobaan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi akan diperoleh batas

kelarutan yang berbeda. Semakin tinggi suhu, kelarutan masing-masing komponen

komponen satu sama lain meningkat sehingga daerah dua fasa semakin menyempit

(Khusnul, 2013).

Temperatur kritis (TC) merupakan batas temperatur saat terjadi pemisahan fase.

Diatas temperatur kritis, komponen-komponen campuran benar-benar bercampur dan

membentuk campuran satu fasa. Pada temperatur ini terjadi gerakan termal yang lebih

besar sehingga kemampuan bercampur komponen-komponen campuran munjadi lebih

besar (Atkins,1999).

Temperatur kritis dapat pula diartikan sebagai temperatur minimal agar kedua zat

seluruhnya berada dalam satu fasa (Khusnul, 2013).

Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu molekul air tersusun atas

dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak

berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100

kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat kimia ini merupakan suatu pelarut yang

penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti

garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik

(Wikipedia, 2013).

Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak umum dalam

kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan antara hidrida-hidrida lain

yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik, yang mengisyaratkan bahwa air

seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen sulfida. Dengan memperhatikan tabel

periodik, terlihat bahwa unsur-unsur yang mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor,

dan fosfor, sulfur dan klor. Semua elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen

akan menghasilkan gas pada temperatur dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen

berikatan dengan oksigen membentuk fase berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih

bersifat elektronegatif ketimbang elemen-elemen lain tersebut (kecuali flor)

(Wikipedia, 2013).

Page 14: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-7

BAB II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang

dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom

hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap

atom tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik

listrik antar molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing

molekul saling berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya

menaikkan titik didih air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai ikatan hidrogen

(Wikipedia, 2013).

Gambar II.2 Gambar Molekul Air dan Sifat-sifatnya

Tabel II.1 Tabel Informasi dan Sifat-sifat Air

Informasi dan Sifat-sifat air

Nama sistematis Air

Nama alternative Aqua, dihidrogen monoksida, hidrogen hidroksida

Rumus molekul H2O

Massa molar 18,0153 g/mol

Densitas dan fase 0,998 g/cm3

(cairan pada suhu 20oC); 0,92 g/cm

3 (padatan)

Titik beku 0oC

Titik didh 100oC

Kalor jenis 4184 J/(kg.K) (cairan pada susu 20oC)

(Wikipedia, 2013)

Tarikan atom oksigen pada elektron-elektron ikatan jauh lebih kuat dari pada yang

dilakukan oleh atom hidrogen, meninggalkan jumlah muatan positif pada kedua atom

hidrogen, dan jumlah muatan negatif pada atom oksigen. Adanya muatan pada tiap-tiap

atom tersebut membuat molekul air memiliki sejumlah momen dipol. Gaya tarik-menarik

listrik antar molekul-molekul air akibat adanya dipol ini membuat masing-masing

molekul saling berdekatan, membuatnya sulit untuk dipisahkan dan yang pada akhirnya

menaikkan titik didih air. Gaya tarik-menarik ini disebut sebagai ikatan hidrogen

(Wikipedia, 2013).

Page 15: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-8

BAB II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat

kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di bawah

tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan sebagai

sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion hidroksida

(Wikipedia, 2013).

Molekul air dapat diuraikan menjadi unsur-unsur asalnya dengan cara mengalirinya

menggunakan arus listrik. Proses ini disebut elektrolisis air. Pada katode, dua molekul air

bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidroksida

(OH-). Sementara itu pada anode, dua molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2),

melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katode. Ion H

+ dan OH

- mengalami

netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air (Wikipedia, 2013).

Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk gelembung

pada elektrode dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian dimanfaatkan untuk

menghasilkan hidrogen dan hidrogen peroksida (H2O2) yang dapat digunakan sebagai

bahan bakar kendaraan hidrogen (Wikipedia, 2013).

Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat kimia. Zat-zat yang

bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnyagaram-garam) disebut sebagai zat-

zat hidrofilik (pencinta air), dan zat-zat yang tidak mudah tercampur dengan air

(misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-zat hidrofobik (takut-air). Kelarutan

suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya

tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika

suatu zat tidak mampu menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-

molekul zat tersebut tidak larut dan akan mengendap dalam air (Wikipedia, 2013).

Air menempel pada sesamanya (kohesi) karena air bersifat polar. Air memiliki

sejumlah muatan parsial negatif (σ-) dekat atom oksigen akibat pasangan elektron yang

(hampir) tidak digunakan bersama, dan sejumlah muatan parsial positif (σ+) dekat atom

oksigen yang ada di dalam air. Hal ini terjadi karena atom oksigen yang bersifat

lebih elektronegatif dibandingkan atom hidrogen yang berarti, ia (atom oksigen) memiliki

lebih kekuatan tarik pada elektron-elektron yang dimiliki bersama dalam molekul,

menarik elektron-elektron lebih dekat ke arahnya (juga berarti menarik muatan negatif

elektron-elektron tersebut) dan membuat daerah di sekitar atom oksigen bermuatan lebih

negatif ketimbang daerah-daerah di sekitar kedua atom hidrogen (Wikipedia, 2013).

Page 16: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-9

BAB II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang disebabkan oleh kuatnya sifat

kohesi antar molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati saat sejumlah kecil air

ditempatkan dalam sebuah permukaan yang tak dapat terbasahi atau terlarutkan (non-

soluble), air tersebut akan berkumpul sebagai sebuah tetesan. Di atas sebuah permukaan

gelas yang amat bersih atau berpermukaan amat halus air dapat membentuk suatu lapisan

tipis (thin film) karena gaya tarik molekular antara gelas dan molekul air (gaya adhesi)

lebih kuat ketimbang gaya kohesi antar molekul air (Wikipedia, 2013).

Dalam sel-sel biologi dan organel-organel, air bersentuhan dengan membran dan

permukaan protein yang bersifat hidrofilik, yaitu permukaan-permukaan yang memiliki

ketertarikan kuat terhadap air. Irvin Langmuir mengamati suatu gaya tolak yang kuat

antar permukaan-permukaan hidrofilik. Untuk melakukan dehidrasi suatu permukaan

hidrofilik dalam arti melepaskan lapisan yang terikat dengan kuat dari hidrasi air perlu

dilakukan kerja sungguh-sungguh melawan gaya-gaya ini, yang disebut gaya-gaya

hidrasi. Gaya-gaya tersebut amat besar nilainya akan tetapi meluruh dengan cepat dalam

rentang nanometer atau lebih kecil. Pentingnya gaya-gaya ini dalam biologi telah

dipelajari secara ekstensif oleh V. Adrian Parsegian dari National Institute of Health.

Gaya-gaya ini penting terutama saat sel-sel terdehidrasi saat bersentuhan langsung

dengan ruang luar yang kering atau pendinginan di luar sel (extracellular freezing)

(Wikipedia, 2013).

Air merupakan cairan singular, oleh karena kapasitasnya untuk membentuk

jaringan molekul 3 dimensi dengan ikatan hidrogen yang mutual. Hal ini disebabkan

karena setiap molekul air mempunyai 4 muatan fraksional dengan arah tetrahedron, 2

muatan positif dari kedua atom hidrogen dan dua muatan negatif dari atom oksigen.

Akibatnya, setiap molekul air dapat membentuk 4 ikatan hidrogen dengan molekul

disekitarnya. Sebagai contoh, sebuah atom hidrogen yang terletak di antara dua atom

oksigen, akan membentuk satu ikatan kovalen dengan satu atom oksigen dan satu ikatan

hidrogen dengan atom oksigen lainnya, seperti yang terjadi pada es. Perubahan densitas

molekul air akan berpengaruh pada kemampuannya untuk melarutkan partikel. Oleh

karena sifat muatan fraksional molekul, pada umumnya, air merupakan zat pelarut yang

baik untuk partikel bermuatan atau ion, namun tidak bagi senyawa hidrokarbon

(Wikipedia, 2013).

Page 17: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-10

BAB II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

Tabel II.2 Tabel Sifat Fisika Air

0o 20

o 50

o 100

o

Massa jenis (g/cm3) 0.99987 0.99823 0.9981 0.9584

Panas jenis (kal/g•oC) 1.0074 0.9988 0.9985 1.0069

Kalor uap (kal/g) 597.3 586.0 569.0 539.0

Konduktivitas

termal (kal/cm•s•oC)

1.39 × 10-3

1.40 × 10-3

1.52 × 10-3

1.63 × 10-3

Tegangan

permukaan (dyne/cm) 75.64 72.75 67.91 58.80

Laju viskositas (g/cm•s) 178.34 × 10-4

100.9 × 10-4

54.9 × 10-4

28.4 × 10-4

Tetapan dielektrik 87.825 80.8 69.725 55.355

Air berikat dapat segera melarutkan ion, oleh karena tiap jenis ion akan segera

tertarik oleh masing-masing muatan fraksional molekul air, sehingga kation dan anion

dapat berada berdekatan tanpa harus membentuk garam. Ion lebih mudah terhidrasi oleh

air yang reaktif, padat dengan ikatan lemah, daripada air inert tidak padat dengan daya

ikat kuat. Hal ini menciptakan zona air, sebagai contoh, kation kecil yang sangat

terhidrasi akan cenderung terakumulasi pada fase air yang lebih padat, sedangkan kation

yang lebih besar akan cenderung terakumulasi pada fase air yang lebih renggang, dan

menciptakan partisi ion seperti serial Hofmeister (Wikipedia, 2013).

Energi pada molekul air menjadi tinggi ketika ikatan hidrogen yang dimiliki

menjadi tidak maksimal, seperti saat molekul air berada dekat dengan permukaan atau

gugus hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon kemudian disebut bersifat hidrofobik sebab

Page 18: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-11

BAB II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

tidak membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Daya ikat hidrogen pada kondisi

ini akan menembus beberapa zona air dan partisi ion (Wikipedia, 2013).

Gambar II.3 Gambar Struktur Molekul Fenol

Kata fenol juga merujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang

berikatan dengan gugus hidroksil. Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3

gram/100 ml. Fenol memiliki sifat yang cenderung asam, artinya ia dapat melepaskan ion

H+ dari gugus hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida

C6H5O− yang dapat dilarutkan dalam air (Wikipedia, 2013).

Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini

dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+.

Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu.

Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan

sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan

menstabilkan anionnya. Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau

asam benzoat dengan proses Raschig, Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari

oksidasi batu bara (Wikipedia, 2013).

Fenol dapat digunakan sebagai antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister

saat mempraktikkan pembedahan antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada

anstiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal sebagai TCP (trichlorofenol). Fenol juga

merupakan bagian komposisi beberapa anestitika oral, misalnya semprotan klorseptik

(Wikipedia, 2013).

Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin,

pembasmi rumput liar, dan lainnya). Selain itu fenol juga berfungsi dalam sintesis

senyawa aromatis yang terdapat dalam batu bara. Turunan senyawa fenol (fenolat)

banyak terjadi secara alami sebagai flavonoid alkaloid dan senyawa fenolat yang lain.

Page 19: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-12

BAB II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

Contoh dari senyawa fenol adalah eugenol yang merupakan minyak pada cengkeh

(Wikipedia, 2013).

Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit

yang terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan pada eksekusi mati. Penyuntikan

ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II. Suntikan fenol diberikan pada

ribuan orang di kamp-kamp konsentrasi, terutama di Auschwitz-Birkenau. Penyuntikan

ini dilakukan oleh dokter ke vena (intravena) di lengan dan jantung. Penyuntikan ke

jantung dapat mengakibatkan kematian langsung (Wikipedia, 2013).

Senyawa fenol dibedakan atas dua jenis utama, yaitu :

A. Berdasarkan jalur pembuatannya :

1. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat

2. Senyawa fenol yang berasal dari aseta malonat

3. Ada juga senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua jalur biosintesa

dari senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat dan Senyawa

fenol yang berasal dari aseta malonat yaitu senyawa-senyawa flavonoid.

B. Berdasarkan jumlah atom hidrogen yang dapat diganti oleh gugus hidroksil maka ada

tiga golongan senyawa fenol yaitu :

1. Fenol monovalen

Jika satu atom H dari inti aromatik diganti oleh satu gugusan OH.

2. Fenol divalen

Adalah senyawa yang diperoleh bila dua atom hidrogen pada inti aromatik diganti

dengan dua gugus hidroksil. Dan merupakan fenol bervalensi dua.

3. Fenol trivalen

Adalah senyawa yang diperoleh bila tiga atom hidrogen pada inti aromatik diganti

dengan tiga gugus hidroksil.

(Saputri, 2010)

Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang

memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus

hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Kata fenol juga merujuk pada

beberapa zat yang memiliki cincin aromatik yang berikatan dengan gugus hidroksil.

Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol memiliki sifat

yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus hidroksilnya.

Page 20: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-13

BAB II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang dapat dilarutkan

dalam air (Adi, 2011).

Dibandingkan dengan alkohol alifatik lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini

dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+.

Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu.

Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital antara satu-satunya pasangan oksigen dan

sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban negatif melalui cincin tersebut dan

menstabilkan anionnya (Adi, 2011).

Fenol didapatkan melalui oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat

dengan proses Raschig. Fenol juga dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara.

Fenol merupakan komponen utama pada antiseptik dagang, triklorofenol atau dikenal

sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa

anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik. Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-

obatan (bagian dari produksi aspirin, pembasmi rumput liar, dan lainnya). Fenol yang

terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka

(Adi, 2011).

Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol atau

dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi beberapa

anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik. Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-

obatan (bagian dari produksi aspirin) pembasmi rumput liar, dan lainnya. Fenol yang

terkonsentrasi dapat mengakibatkan pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka

(Adi, 2011).

Senyawa fenol dapat pula ditemukan di perairan. Keberadaanya dapat menjadi

sumber pencemar yang membahayakan kehidupan manusia maupun hewan air lainnya.

Batas maksimum yang diperbolehkan untuk air minum maupun air bersih adalah 0,0002

ppm. Berdasarkan beberapa percobaan, senyawa fenol dengan iodium monobromida,

reksinya dapat berlangsung dalam suasana asam maupun netral. Dalam suasana netral,

reaksinya berlansung lambat, yakni 85 menit pada suhu 45 oC dan 8-10 jam pada suhu

kamar. Namun dalam suasana asam kuat, reaksinya akan berlangsung cepat (hanya 10

menit). Mekanisme reaksi fenol dengan iodium monobromida adalah sebagai berikut:

Page 21: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-14

BAB II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

Gambar II.4 Gambar Mekanisme Reaksi Fenol dengan Iodium Monobromida

(Adi, 2011)

Ketertarikan akan fenol murni dalam tubuh hewan dimulai karena adanya

penemuan fenol dalam urin kuda, sapi dan manusia. Retensi fenol dalam jaringan hewan,

paling tidak telah dumulai penelitiannya sebelum tahun 1944 oleh deMeio dan Arnolt.

Dengan menggunakan media krebs’ solution dengan pH = 7.2, phosphate buffer, 0,2

gram glukosa per 100 ml., 0,5 mg fenol dalam 100 ml. Gas phase, oksigen; waktu

inkubasi, 2 jam. Volume larutan tiap, 15 ml (Adi, 2011).

Aktifitas fenol seringkali dimanfaatkan sebagai bahan untuk penelitian. Penelitian

tentang dampak asam-asam fenolic terhadap pertumbuhan dan kelangsungan

hidup Oenococcus oeni dan Lactobacillus hilgardii menunjukkan bahwa umumnya asam

fenolic tidak memiliki efek negatif terhadap pertumbuhan O. Oeni , sedangkan pada L.

hilgardii efeknya hanya dari jenis asam p-coumaric. Secara umum, O. Oeni lebih sensitif

dari L. hilgardii untuk asam fenolic inaktifasi (Adi, 2011).

Senyawa fenol seringkali digunakan untuk pengukuran konsentrasi karbohidrat dan

protein dalam metode asam sulfur 1, 10, percobaan uji sensitifitas biomarker pada ikan

medaka, Oryzias latipes untuk kemudian dilakukan pengukuran ekspresi gennya pada

level choriogenin, vitellogenin dan reseptor estrogen dengan reverse trancription-

polymerase chain reaction (RT-PCR), pencucian sel pada ikan atlantik salmon dalam

pengujian laboratorium, pencucian macrophage monolayer dalam uji chemiluminescence

(CL) pada ikan turbot (Scophthalmus maximus,L.) terhadap respon immun non spesifik

setelah diinfeksi dengan Vibrio pelagius, perendaman kelenjar pituitari ikan indian major

carp dalam larutan guanidium thiocyanate-phenolchloroform (GTC) untuk dalam tahapan

isolasi RNA, untuk mendapatkan ekstrak DNA dalam metode fenol-chloroform 4,11,19

atau pengujian ekspresi enzim metionin sulfoksid reduktase A (MsrA) yang terkandung

dalam bakteri (Adi, 2011).

Page 22: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-15

BAB II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

Penelitian lain adalah tentang uji toksisitas dari 11 bahan kimia sintetik dengan

menggunakan suspensi sel kultur. Kesebelas bahan kimia tersebut adalah benzentonium

klorid, sodium dodesilsulfat, captan, sodium linear-dodesilbenzen-supfonat, bentiocarb,

MEP, diazinon, asam asetat, fenol, anilin dan etanol. Berdasarkan hasil uji terhadap sel

CHSE-sp, senyawa fenol sebenarnya menduduki urutan ke-9 berdasarkan urutan

benzentonium klorid >sodium dodesilsulfat >captan >sodium linear-dodesilbenzen-

supfonat> bentiocarb> MEP> diazinon> asam asetat> fenol> anilin> etanol20

. Penelitian

tersebut memang belum berhasil mengungkap semua bahan kimia yang berbahaya bagi

sel ikan kultur yang disinyalir lebih dari 100 jenis bahan, namun paling tidak dapat

digunakan sebagai gambaran posisi toksisitas dari fenol terhadap sel ikan kultu

(Adi, 2011).

Senyawa fenol yang lain sebenarnya banyak terdapat dalam daun teh atau ekstrak

teh. Salah satu jenisnya adalah katesin (catechin). Keberadaannya sebagai antioksidan

telah banyak diteliti dampak fisiologisnya terhadap kesehatan manusia. Katesin juga

banyak dijumpai dalam anggur, cokelat, buah-buahan, sayuran dan rumput laut Jepang

21, 22. Penelitian di Indonesia dilakukan terhadap tanaman lada, nilam dan terung dalam

hal kandungan fenol dan hubungannya dengan ketahanan terhadap penyakit yang biasa

menyerang jenis tanaman tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang

tahan mempunyai kandungan fenol dan lignin yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan

tanaman yang rentan (Adi, 2011).

Dalam bentuknya sebagai betulinol yang biasa terdapat dalam kayu, telah

dicobakan untuk mengetahui dampaknya dalam reproduksi zebrafish, Danio

rerio (Hamilton). Pada dosis 5 μg/l selama 8 minggu pada ikan betina, mampu

meningkatkan intensitas pemijahan, sedangkan pada jantan mampu meningkatkan

munculnya perubahan struktur dalam testes. Namun demikian, setelah ikan-ikan tersebut

diinfeksi dengan bakteri maka dapat diketahui bahwa daya immunenya melemah. Studi

ini mengindikasikan bahwa betulinol diduga memiliki efek pengganguan-endokrin pada

zebrafish, namun meningkatnya kecendrungan terjadinya kelainan secara struktural

dalam testes diduga disebabkan oleh aksi sinergitik antara komponen dalam testes dan

adanya infeksi bakteri (Adi, 2011).

Sebagai senyawa dengan sifat toksisitas tertentu, Jepang telah melakukan penelitian

untuk mengetahui proses degradasi senyawa nonilfenol (NP) di beberapa perairannya

Page 23: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-16

BAB II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

dengan menggunakan mikroba consortia. Penelitian dilakukan di teluk Tokyo dan unit

pengolahan limbah. Senyawa NP didegradasi dalam waktu 45 hari pada suhu 25 oC

dalam medium mengandung NP (1000 ppm) sebagai sumber karbon. Penelitian dengan

sample mikroba lain, menunjukkan bahwa proses degradasinya selama 30 hari. Dengan

medium yang mengandung NP/glukosa dengan rasio 1, aktivitas degradasinya ternyata

tidak dipengaruhi oleh adanya glukosa (Adi, 2011).

Bagi Indonesia, industri yang berkembang cepat, limbah rumah tangga yang

semakin berlimpah ruah berakibat pada munculnya pencemaran dan dapat dipastikan

akan meningkat pula dari tahun ke tahun. Walaupun sejumlah usaha telah dilakukan

Pemerintah untuk mengatasi masalah ini, namun kesadaran masyarakat yang masih

rendah merupakan kendala utama, sehingga tidak berjalannya beberapa program

Pemerintah dalam penanggulangan limbah tersebut (Adi, 2011).

Fenol dan derivat-derivatnya merupakan polutan yang sangat berbahaya di

lingkungan karena bersifat racun dan sangat sulit didegradasi oleh organisme pengurai.

Fenol adalah senyawa kimia yang bersifat korosif yang dapat menyebabkan iritasi

jaringan, kulit, mata dan mengganggu pernapasan manusia. Nilai ambang batas senyawa

fenol untuk baku mutu air minum sebesar 0,001 ppm, mutu buangan air industri sebesar

0,3 ppm serta di lingkungan para pekerja gas fenol adalah 0,3 ppm. Fenol di alam

mengalami transformasi kimia, biokimia, dan fisika. Namun proses alami saja tidak

cukup untuk menuntaskan permasalahan yang timbul. Hal yang menimbulkan

permasalahan harus segera diatasi sehingga fenol dan derivat-derivatnya perlu ditiadakan

atau dikurangi sampai dengan nilai batas ambangnya. Manfaatnya adalah mencoba

mengurangi bahaya yang ditimbulkan oleh fenol, yaitu terbentuknya senyawa hasil

degradasi yang tidak membahayakan atau menimbulkan racun di alam (Adi, 2011).

Penelitian biodegradasi ini dilakukan pada skala laboratorium, yang difokuskan pada

pemecahan komponen tunggal dengan menggunakan kultur murni. Fenol merupakan

racun protoplasmik yang toksik terhadap segala jenis sel. Kadar fenol yang tinggi akan

mengendapkan protein, sedangkan kadar rendah akan mendenaturasi protein tanpa

koagulasi. Biodegradasi fenol adalah terjadinya pengrusakkan cincin aromatik oleh

mikroba pada proses anaerobik dan aerobik. Senyawa aromatik baik secara total maupun

sebagian dapat didegradasi oleh mikroorganisme tergantung pada jumlah cincin dan jenis

substituennya (Adi, 2011).

Page 24: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

II-17

BAB II Tinjauan Pustaka

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

Reaksi-reaksinya meliputi:

1. Infiltrasi kedalam sel, apabila tidak ada resistensi dalam terhadap transportasi massa

dan biomassa terdistribusi serba sama melalui medium.

2. Transformasi sisi rantai.

3. Modifikasi pensubstitusi dan perubahan senyawa-senyawa aromatik.

(Adi, 2011)

Page 25: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

III-1

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Variabel Percobaan

a) Variabel Bebas : Penambahan aquadest sebanyak 2 sampai 20 ml dengan

kelipatan 2 ml.

b) Variabel Terikat : 2 gram dan 2,5 gram fenol.

c) Variabel Kontrol : Suhu, tekanan, jenis zat terlarut, dan zat pelarut.

III.2 Bahan Percobaan

1. Padatan fenol (C6H5OH )

2. Aquadest

III.3 Alat Percobaan

1. Beaker glass

2. Gelas ukur

3. Kaca arloji

4. Masker

5. Pemanas elektrik

6. Pengaduk

7. Pipet tetes

8. Sarung tangan

9. Tabung reaksi besar

10. Termometer

11. Timbangan elektrik

III.4 Prosedur Percobaan

III.4.1 Prosedur Mencari Temperatur Kritis

1. Menimbang 2 gram fenol dan memasukkan ke dalam tabung reaksi besar yang telah

dilengkapi dengan termometer dan pengaduk.

2. Menambahkan 2 ml aquadest.

3. Memanaskannya dalam beaker glass.

4. Mencatat suhu ketika larutan mulai jernih.

Page 26: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

III-2

BAB III Metodologi Percobaan

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

5. Mengangkatnya dari beaker glass.

6. Mencatat suhu ketika larutan mulai keruh.

7. Menambahkan aquadest sesuai variabel volume 2 ml.

8. Mengulangi tahap 2 sampai 6 hingga volume aquadest 20 ml.

9. Mengulangi tahap 1-8 dengan variabel berat fenol sebesar 2,5 gram.

III.4.2 Prosedur Menghitung Persentase Berat Fenol

1. Menimbang 2 gram fenol dan memasukkan ke dalam tabung reaksi besar yang telah

dilengkapi dengan termometer dan pengaduk.

2. Menambahkan 2 ml aquadest.

3. Menghitung persentase berat fenol dalam larutan fenol-air dengan cara membagi 2

gram fenol dengan 2 gram fenol ditambah 2 gram air.

4. Mengulangi tahap 2 sampai 3 hinggal volume aquadest 20 ml.

5. Mengulangi tahap 1 sampai 4 dengan variabel berat fenol sebesar 2,5 gram.

III.5 Diagram Alir Percobaan

III.5.1 Prosedur Mencari Temperatur Kritis

Mulai

Menimbang 2 gram fenol dan memasukkan ke dalam tabung reaksi

besar yang telah dilengkapi dengan termometer dan pengaduk.

Menambahkan 2 ml aquadest.

Memanaskan dalam beaker glass.

Mencatat suhu ketika larutan mulai jernih.

Mengangkat larutan dari beaker glass.

A

Page 27: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

III-3

BAB III Metodologi Percobaan

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

III.5.2 Prosedur Menghitung Persentase Berat Fenol

Mencatat suhu ketika larutan mulai keruh.

Mengulangi tahap 2 sampai 6 hingga volume aquadest 20 ml.

Mengulangi tahap 1-8 dengan variabel berat fenol sebesar 2,5 gram.

Menambahkan aquadest sesuai variabel volume 2 ml.

A

Mulai

Menimbang 2 gram fenol dan memasukkan ke dalam tabung reaksi

besar yang telah dilengkapi dengan termometer dan pengaduk.

Menambahkan 2 ml aquadest.

Menghitung % berat fenol dalam larutan fenol-air dengan cara

membagi 2 gram fenol dengan 2 gram fenol ditambah 2 gram air.

.

Mengulangi tahap 2 sampai 3 hingga volume aquadest 20 ml.

Mengulangi tahap 1 sampai 4 dengan variabel berat fenol sebesar

2,5 gram.

Selesai

Selesai

Page 28: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

III-4

BAB III Metodologi Percobaan

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

III.6 Gambar Alat Percobaan

Beaker glass Gelas ukur Kaca arloji

Masker Pemanas elektrik Pengaduk

Pipet tetes Sarung tangan Tabung reaksi

Termometer Timbangan elektrik

Page 29: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

IV-1

BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan

Tabel IV.1.1 Pengaruh Penambahan Volume Terhadap Perubahan Suhu dan Persen Berat

Fenol dengan Massa Fenol 2 gram

Volume

Aquadest

(ml)

% Berat

Fenol

(%)

Suhu

(oC)

Jernih Keruh Rata – rata ( )

2 50 57 50 53,5

4 33,3 63 58 60,5

6 25 58 50 54

8 20 68 57 62,5

10 16,6 67 52 59,5

12 14,3 64 48 56

14 12,5 67 52 54,5

16 11,1 56 42 49

18 10 50 42 46

20 9,1 48 39 43,5

Tabel IV.1.2 Pengaruh Penambahan Volume Terhadap Perubahan Suhu dan Persen Berat

Fenol dengan Massa Fenol 2,5 gram

Volume

Aquadest

(ml)

% Berat

Fenol

(%)

Suhu

(oC)

Jernih Keruh Rata – rata ( )

2 55,5 68 64 66

4 38,4 64 61 62,5

6 29,4 63 61 62

8 23,8 62 53 57,5

10 20 63 54 58,5

12 17,2 58 47 52,5

14 15,1 53 44 48,5

16 13,5 49 41 45

18 12,1 46 37 41,5

20 11,1 44 36 50

IV.2 Pembahasan

Tujuan dari percobaan timbal balik fenol-air adalah untuk menentukan temperatur

kritis dari kelarutan timbal balik fenol-air merupakan percampuran antara air dan fenol yang

membentuk larutan biner tidak menyatu, air berada dilapisan atas dan fenol berada dilapisan

bawah. Hal ini dikarenakan massa jenis air lebih rendah dari massa jenis fenol. Jika larutan

Page 30: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

IV-2

BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

fenol-air dipanaskan dan mencapai temperatur kritis, maka larutan akan menjadi satu fasa atau

dapat disebut homogen. Namun jika larutan fenol-air telah melewati temperatur kritis, maka

akan membentuk dua fasa atau dapat disebut heterogen, sama seperti sebelum dipanaskan.

Dalam percobaan ini, variabel yang digunakan adalah variabel massa fenol dan penambahan

aquadest. Massa fenol yang digunakan sebanyak 2 dan 2,5 gram, sedangkan untuk

penambahan aquadest dimulai dengan 2 ml dan kemudian kelipatannya hingga penambahan

mencapai 20 ml.

Dari hasil percobaan yang telah kami lakukan, telah didapatkan grafik sebagai berikut :

Grafik IV.2.1 Grafik Timbal Balik Fenol-Air Pada Variabel 2 gram Fenol

Pada Grafik IV.2.1, dapat dilihat bahwa pada saat persen berat fenol 9,1%

memiliki temperatur 43,5oC, 10% memiliki temperatur sebesar 46

oC, 11,1% memiliki

temperatur 49oC, 12,5% memiliki temperatur 59,5

oC, dan 14,3% memiliki temperatur

56oC. 16,6% memiiki temperatur 59,5

oC, 20% memiliki temperatur 62,5

oC, 25%

memiliki temperatur 54oC, 33,5% memiliki temperatur 6,5

oC, dan 50% memiliki

temperatur 53,5oC. Pada grafik IV.2.1 dapat dilihat bahwa puncak kurva tersebut berada

pada temperatur 62,5oC dengan persentase berat fenol 20%, titik puncak kurva

merupakan temperatur kritis. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa

penambahan air menyebabkan kenaikan suhu karena semakin luas zat permukaan yang

35

40

45

50

55

60

65

70

0 10 20 30 40 50 60

Su

hu

(oC

)

Presentase Berat Fenol (%)

Page 31: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

IV-3

BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

dipanaskan semakin banyak kalor yang dapat diserap sehingga suhu larutan timbal balik

fenol-air meningkat (Yistika, 2012).

Selain itu grafik IV.2.1 membuktikan bahwa grafik timbal balik fenol-air pada

variabel 2 gram fenol tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa grafik

timbal balik fenol air berbentuk parabola (Yistika, 2012).

Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu, kurangnya ketelitian pada saat

penimbangan berat fenol sehingga mempengaruhi berat fenol yang ditambahkan kepada

larutan air. Kemudian kurangnya variabel penambahan air sehingga kurva yang

dihasilkan semakin naik. Selain itu disebabkan oleh larutan fenol-air yang telah lewat

jenuh sehingga tidak dapat dilarutkan dengan air dan tanpa pemanasan larutan fenol-air

sudah jernih (Yistika, 2012).

Grafik IV.2.2 Grafik Timbal Balik Fenol-Air pada Variabel 2,5 gram Fenol

Pada Grafik IV.2.2, dapat dilihat bahwa pada saat persentase berat fenol 11,1%

memiliki temperatur 40oC, 12,1% memiliki temperatur sebesar 41,5

oC, 13,5% memiliki

temperatur 45oC, 15,1% memiliki temperatur 48,5

oC, 17,2% memiliki temperatur

52,5oC, 20% memiliki temperatur 58,5

oC, 23,8% memiliki temperatur 57,5

oC, 29,4%

memiliki temperatur 62oC, 38,4% memiliki temperatur 62,5

oC

oC, dan 55,5% memiliki

temperatur 66oC. Pada grafik IV.2.2 dapat dilihat bahwa puncak kurva tersebut berada

pada temperatur 66oC dengan persentase berat fenol 55,5%, titik puncak kurva

35

40

45

50

55

60

65

70

10 20 30 40 50 60

Su

hu

(oC

)

Presentase Berat Fenol (%)

Page 32: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

IV-4

BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

merupakan temperatur kritis. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa

penambahan air menyebabkan kenaikan suhu karena semakin luas zat permukaan yang

dipanaskan semakin banyak kalor yang dapat diserap sehingga suhu larutan timbal balik

fenol-air meningkat (Yistika, 2012).

Selain itu grafik IV.2.2 membuktikan bahwa grafik timbal balik fenol-air pada

variabel 2,5 gram fenol tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa grafik

timbal balik fenol air berbentuk parabola (Yistika, 2012).

Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu, kurangnya ketelitian pada saat

penimbangan berat fenol sehingga mempengaruhi berat fenol yang ditambahkan pada

larutan air. Kemudian kurangnya variabel penambahan air sehingga kurva yang

dihasilkan semakin naik. Selain itu disebabkan oleh larutan fenol-air yang telah lewat

jenuh sehingga tidak dapat dilarutkan dengan air dan tanpa pemanasan larutan fenol-air

sudah jernih (Yistika, 2012).

Grafik IV.2.3 Perbandingan Timbal Balik Fenol-Air Pada Variabel 2 gram dan 2,5 gram

Pada grafik IV.2.3 dapat dilihat bahwa kesamaan antara kurva timbal balik fenol-

air dengan variabel 2 gram dan kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 2,5 gram,

pada kurva timbal balik fenol-air dengan variabel 2 gram dan 2,5 gram tidak membentuk

parabola. Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa grafik timbal

balik fenol air berbentuk parabola (Yistika, 2012).

35

40

45

50

55

60

65

70

0 10 20 30 40 50 60

Su

hu

(0C

)

Persentase Berat Fenol (%)

2 gram

2,5 gram

Page 33: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

IV-5

BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan

Laboratorium Kimia Fisika

Program Studi D3 Teknik Kimia

FTI - ITS

Selain itu, temperatur fenol dengan variabel berat 2,5 gram lebih tinggi

dibandingkan dengan 2 gram, karena temperatur pada percobaan timbal balik fenol

dipengaruhi oleh zat terlarut dan pelarut. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa, semakin

banyak zat yang terlarut maka semakin lama larutan tersebut untuk mendidih sehingga

suhunya menjadi lebih besar. Zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 2,5 gram

lebih banyak daripada zat terlarut dalam larutan timbal balik fenol-air 2 gram. Sehingga,

semakin banyak zat terlarut maka semakin lama larutan tersebut untuk mendidih

sehingga suhunya menjadi lebih besar. Selain itu titik didih zat terlarut dan pelarut pun

mempengaruhi temperatur larutan (Yistika, 2012).

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dibuktikan bahwa kelarutan timbal

balik fenol-air kelarutanya akan berubah apabila ke dalam campuran itu ditambahkan

dengan salah satu komponen penyusunnya yaitu fenol dan air. Perubahan warna larutan

dari keruh menjadi jernih dan dari jernih menjadi keruh menandakan kalau zat

mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi oleh perubahan suhu.

Page 34: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

V-1

BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada hasil percobaan larutan fenol-air berat fenol 2 gram diperoleh temperatur kritis

sebesar 62,5oC dengan persentase berat fenol 20,57%, sedangkan pada larutan fenol-air

diperoleh temperatur kritis berat fenol 2,5 gram temperatur 66oC dengan persentase berat

fenol 55,5%.

2. Temperatur fenol dengan variabel massa 2,5 gram lebih tinggi dibanding variabel massa

2 gram, karena temperatur pada percobaan timbal balik fenol-air dipengaruhi oleh zat

terlarut dan zat pelarut. Massa zat terlarut dalam timbal balik fenol-air 2,5 gram lebih

banyak daripada massa zat terlarut dalam timbal balik fenol-air 2 gram. Sehingga,

semakin besar massa zat terlarut, maka semakin lama larutan tersebut mendidih, sehingga

suhunya menjadi besar. Selain itu, titik didih zat terlarut dan pelarut pun mempengaruhi

temperatur larutan.

3. Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan pada percobaan ini adalah kurangnya

ketelitian pada saat penimbangan berat fenol sehingga mempengaruhi berat fenol yang

ditambahkan kepada larutan air. Kemudian kurangnya variabel penambahan air sehingga

kurva yang dihasilkan semakin naik. Selain itu disebabkan oleh larutan fenol-air yang

telah lewat jenuh sehingga tidak dapat dilarutkan dan tanpa pemanasan larutan fenol-air.

.

Page 35: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

vi

DAFTAR PUSTAKA

Adi. (2012, 2). http://www.adisucipto.com/2012/02/fenol-keberadaan-dan-pengaruhnya-

dalam-aktivitas-enzim/. Diakses pada 12 25, 2013, dari http://www.adisucipto.com.

Indah. (2011, 11). http://ezzamogy.blogspot.com/2011/11/laporanpraktikum-kimia-fisika.html.

Diakses pada 12 14, 2013, dari http://ezzamogy.blogspot.com.

Khusnul. (2013, 11). http://4301411010.blogspot.com/2013/11/laporan-praktikum-kelarutan-

timbal.html. Diakses pada 12 14, 2013, dari http://4301411010.blogspot.com.

Kompasiania. (2009, 12 18). http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/18/kimia-larutan-kimia-

dasar-39481.html. Diakses pada 12 14, 2013, dari http://edukasi.kompasiana.com.

Saputri. (2010, 10 8). http://fatmakyoshiuzumaki.wordpress.com/2010/10/18/15/. Diakses

pada 12 25, 2013, dari http://fatmakyoshiuzumaki.wordpress.com.

Wikipedia. (2013, september 22). wikipedia. Diakses pada 10 3, 2013, dari wikipedia website:

http://id.wikipedia.org/wiki/Air

Yistika. (2012, 12 27). Blogger. Diakses pada 11 10, 2013, dari http://yustikaforict.wordpress

.com

Page 36: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

vii

DAFTAR NOTASI

No Simbol Satuan Keterangan

1. N Normal Normalitas

2. V ml Volume

3. e - Ekuivalen

4. m gram Massa

5. ρ gram/ml Massa jenis

6. M Molar Molaritas

7. T oC Suhu

Page 37: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

viii

APPENDIKS

Menghitung massa air dengan volume 2 ml

m = 2 gram

Menghitung massa air dengan volume 4 ml

m = 4 gram

Menghitung massa air dengan volume 6 ml

m = 6 gram

Menghitung massa air dengan volume 8 ml

m = 8 gram

Menghitung massa air dengan volume 10 ml

m = 10 gram

Page 38: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

Menghitung massa air dengan volume 12 ml

m = 12 gram

Menghitung massa air dengan volume 14 ml

m = 14 gram

Menghitung massa air dengan volume 16 ml

m = 16 gram

Menghitung massa air dengan volume 18 ml

m = 18 gram

Menghitung massa air dengan volume 20 ml

m = 20 gram

Page 39: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 2 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 2

gram

= 53,5

oC

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 4 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 4

gram

= 60,5

oC

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 6 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 6

gram

= 54

oC

Page 40: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 8 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 8

gram

= 62,5

oC

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 10 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 10

gram

= 59,5

oC

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 12 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 12

gram

= 56

oC

Page 41: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 14 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 14

gram

= 54,5

oC

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 16 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 16

gram

= 49

oC

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 18 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 18

gram

= 46

oC

Page 42: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 20 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2 gram dan massa air 20

gram

= 43,5

oC

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 2 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 2

gram

= 66

oC

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 4 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 4

gram

= 62,5

oC

Page 43: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 6 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 6

gram

= 62

oC

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 8 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 8

gram

= 57,5

oC

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 10 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 10

gram

= 58,5

oC

Page 44: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 12 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 12

gram

= 52,5

oC

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 14 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 14

gram

= 48,5

oC

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 16 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 16

gram

= 45

oC

Page 45: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 18 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 18

gram

= 41,5

oC

Menghitung % berat fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 20 gram

Menghitung temperatur rata-rata fenol dengan massa fenol 2,5 gram dan massa air 20

gram

= 40

oC

Page 46: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A
Page 47: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A
Page 48: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

Menghitung % berat fenol dengan massa 2,5 gram

= 55,5 %

Page 49: LAPRES - Timbal Balik Fenol Air - VII A

Menghitungtemperaturrata-rata fenoldenganmassa 2 gram

= 66oC