LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN AGRIBISNIS (Pembersihan, Sortasi dan Grading Bahan Hasil Pertanian) Oleh : Nama : Mila Dianiki NPM : 150610100133 Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 27 Maret 2013 Waktu : 18.00 – 19.00 WIB Co.Ass : 1. Rahmi Fathonah 2. Dwi Septiani L. 3. Tb. Gumilang Sinatria Nilai:
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN AGRIBISNIS
(Pembersihan, Sortasi dan Grading Bahan Hasil Pertanian)
Oleh :
Nama : Mila Dianiki
NPM : 150610100133
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 27 Maret 2013
Waktu : 18.00 – 19.00 WIB
Co.Ass : 1. Rahmi Fathonah
2. Dwi Septiani L.
3. Tb. Gumilang Sinatria
LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES
TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013
Nilai:
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan hasil pertanian yang telah dipanen, keadaan fisiknya masih kurang
baik karena terdapat banyak kotoran, seperti lumpur/tanah, sisa-sisa pupuk
atau pestisida sehingga perlu adanya proses penanganan bahan hasil pertanian
agar sampai ditangan konsumen dalam keadaan fisik yang baik. Proses
penanganan pasca panen bahan hasil pertanian dimulai dari pembersihan
kotoran yang menempel pada bahan dan juga mengeluarkan benda asing dari
bahan utama. Setelah itu, bahan hasil pertanian dipisahkan ke dalam fraksi
kualitas dan kemudian dilakukan pemilihan bahan berdasarkan permintaan
konsumen. Pemilihan bahan hasil pertanian ini biasanya dilakukan dengan
memilih bahan untuk kualitas baik, sedang dan kurang baik. Hal ini dilakukan
karena pemasaran produknya pun berbeda-beda, biasanya untuk kualitas yang
bagus biasanya dipasarkan di pasar swalayan sedangkan kualitas kurang baik
dipasarkan di pasar tradisional.
Bahan hasil pertanian yang paling utama di Indonesia adalah beras karena
merupakan makanan pokok yang dikonsumsi setiap hari oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia sehingga kualitas dan kuantitas dari BHP ini sering
disorot. Untuk meningkatkan kualitasnya, maka dilakukan proses sortasi dan
grading. Oleh karena itu, proses pembersihan, sortasi dan grading yang
dilakukan dalam praktikum ini sangat penting diketahui untuk pengetahuan
dan pemahaman mahasiswa.
1.2 Tujuan Praktikum
Mengukur dan mengamati proses sortasi dan grading bahan hasil
pertanian.
Melakukan perhitungan kualitas dan variabel kualitas untuk mengkaji
kelas kualitas (grade), kerusakan yang tampak (visible), kerusakan yang
tak tampak (invisible damager), bahan asing (foreign materials), keretakan
(sound grain and crack).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Dalam proses penanganan pasca panen, bahan hasil pertanian mengalami
beberapa proses sebelum sampai ditangan konsumen. Hal ini dilakukan agar
produk yang sampai ditangan konsumen dalam keadaan fisik yang baik,
proses penanganan pasca panen ini berupa pembersihan, sortasi dan grading.
Dengan adanya proses ini, maka bahan hasil pertanian dipisahkan
berdasarkan kualitasnya berdasarkan standar tertentu. Selain itu, dilakukan
pengelompokan bahan sesuai dengan permintaan konsumen.
2.1.1 Pembersihan
Pembersihan dalam penanganan bahan hasil pertanian adalah
mengeluarkan/memindahkan benda asing (kotoran) dan bahan-bahan yang
tidak diinginkan dari bahan utama (produk yang diinginkan). Pembersihan
bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoranyang menempel pada hasil
pertanian. Kebersihan sangat mempengaruhi kenampakan. Oleh karena itu
sebelum dipasarkan, hasil pertanian harus dibersihkan dari kotoran-kotoran
dan bagian-bagian yang tidak diperlukan.
Jenis kotoran pada bahan hasil pertanian, berdasarkan wujudnya dapat
dikelompokkan menjadi:
1. Kotoran Berupa Tanah
Kotoran ini biasanya merupakan kotoran hasil ikutan yang menempel
pada bahan hasil pertanian pada saat bahan dipanen. Kotoran ini dapat
berupa tanah, debu ataupun pasir. Tanah merupakan media yang baik
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme yang
dapat mengkontaminasi bahan hasil pertanian. Adanya tanah pada
bahan hasil pertanian kadang sukar untuk dihindarkan, karena
beberapa hasil pertanian seperti umbi-umbian terdapat di dalam tanah.
2. Kotoran Berupa Sisa Pemungutan Hasil
Kotoran jenis ini meliputi kotoran-kotoran sisa pemungutan hasil
tanaman yaitu bagian tanaman yang bukan bagian yang dipanen,
antara lain berupa dahan, ranting, biji dan kulit.
3. Kotoran Berupa Benda-Benda Asing
Adanya kotoran yang berupa benda-benda asing seperti unsur logam
akan memberi kesan ceroboh dalam penanganan bahan hasil panen.
4. Kotoran Berupa Serangga Atau Kotoran Biologis Lain
Adanya kotoran yang berupa serangga seperti kecoa dan kotoran
biologis lainnya yang tercampur dengan bahan hasil pertanian dapat
membawa bibit penyakit seperti kolera, tipus, desentri dan lain-lain.
5. Kotoran Berupa Sisa Bahan Kimia
Kotoran berupa sisa bahan kimia dapat berasal dari obat-obatan,
pestisida dan pupuk. Kotoran ini di samping mengganggu
penampakan hasil panen juga dapat menyebabkan keracunan pada
konsumen. Pada konsentrasi yang cukup tinggi, bahan kimia dapat
menyebabkan keracunan secara langsung. Sedangkan pada
konsentrasi yang rendah dan bila terus menerus, akan tertimbun di
dalam tubuh serta dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.
Secara umum, pembersihan dapat dilakukan dengan dua cara:
1) Metode kering (dry method) yang diantaranya meliputi:
Penyaringan (screening).
Pemungutan dengan tangan (hand picking).
2) Metode basah (wet method) yang diantaranya meliputi:
1. Perendaman (soaking)
Perendaman bahan hasil pertanian di dalam air atau cairan lain yang
diam atau mengalir akan efektif bila kotoran pada permukaan yag
tidak diinginkan pada bahan hanya sedikit. Metode ini sering
digabungkan dengan metode lain sebagai perlakuan awal
(precleaner).
2. Penyemprotan (water sprays)
Pembersihan kotoran dengan menyemprotkan air cocok untuk jumlah
bahan yang banyak tetapi intensitas dan tipe distribusi hasil
penyemprotan harus dipilih secara hati-hati, sebagai contoh semprotan
air untuk kentang yang bertekanan tinggi dan memusat jika digunakan
untuk daun selada maka akan merusak bahan tersebut.
3. Silinder berputar (rotary drum)
Pencuci tipe silinder berputar merupakan pencuci komersil karena
mekanisme pencuciannya sederhana, memiliki kapasitas yang tinggi,
hasilnya bersih, dan hanya sedikit kerusakan yang terjadi pada bahan.
Pencuci ini dapat menggunakan rendaman air atau penyemprot dan
dapat pula menggunakan keduanya. Pada prinsipnya, kinerja pencuci
ini bergantung pada kecepatan putaran silinder, kekasaran, atau
kerutan pada permukaan bahan, dan waktu pencucian.
4. Pembersih bersikat (brush washer)
Pencuci tipe pembersih bersikat sering digunakan dan sangat efektif
terutama untuk menghilangkan pasir atau tanah liat dan residu
pestisida yang melekat pada bahan hasil pertanian.
5. Pembersih bergetar (shuffle or shaker washer)
Pencuci ini memiliki mekanisme gerakan bolak-balik yang bertenaga
sehingga pencuci ini harus dibuat kasar (tidak rata) dan harus berhati-
hati dalam pemeliharaannya untuk menghindari gangguan mekanik.
2.1.2 Sortasi
Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam berbagai
fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik (kadar air, bentuk, ukuran, berat
jenis, tekstur, warna, benda asing/kotoran), kimia (komposisi bahan, bau dan
rasa ketengikan) dan biologis (jenis dan jumlah kerusakan oleh serangga,
jumlah mokroba dan daya tumbuh khususnya pada bahan pertanian berbentuk
biji-bijian).
Tujuan Sortasi :
a) Untuk memperoleh simplisia yang dikehendaki, baik kemurnian
maupun kebersihannya (Widyastuti, 1997).
b) Memilih dan memisahkan simplisia yang baik dan tidak cacat.
c) Memisahkan bahan yang masih baik dengan bahan yang rusak akibat
kesalahan panen atau serangan patogen, serta kotoran berupa bahan
asing yang mencemari tanaman obat (Santoso, 2009).
Batasan Yang Disortir :
Pada dasarnya, penyortiran bahan tanaman obat dilakukan sesuai dengan
jenis simplisia yang akan digunakan. Hal tersebut dikarenakan perlakuan
terhadap setiap jenis simplisia berbeda. Berikut ini adalah beberapa
contoh batasan penyortiran terhadap beberapa simplisia :
a) Simplisia daun
Yang diambil adalah daun yang berwarna hijau muda sampai tua. Yang
dibuang adalah daun yang berwarna kuning atau kecoklatan.
b) Simplisia bunga
Misal pada simplisia bunga Srigading, yang dibuang adalah tangkai bunga
dan daun yang terikut saat panen (Widyastuti,1997).
c) Simplisia buah
Misal pada buah kopi, sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah
yang superior (masak, bernas, seragam) dari buah inferior (cacat, hitam,
pecah, berlubang dan terserang hama/penyakit). Kotoran seperti daun,
ranting, tanah dan kerikil harus dibuang, karena dapat merusak mesin
pengupas. Pada simplisia buah Adas, buah yang sudah kering dipisahkan
dari tangkainya dengan cara memukul batang atau tangkai buah sehingga
buah adas lepas ( Widyastuti,1997 ).
d) Simplisia rimpang
Biasanya, pada simplisia rimpang seringkali jumlah akar yang melekat
pada rimpang terlampau besar, sehingga harus dibuang (Anonim, 1985).
Peraturan Sortasi :
Menurut WHO Guidelines on Good Agricultural and Collection Practice
(GACP) for Madicinal Plants :
a) Pemeriksaan visual terhadap kontaminan yang berupa bagian-bagian
tanaman yang tidak dikehendaki/digunakan.
b) Pemeriksaan visual terhadap materi asing.
c) Evaluasi organoleptik, meliputi : penampilan, kerusakan, ukuran,
warna, bau, dan mungkin rasa.
2.1.3 Grading
Grading adalah proses pemilihan bahan berdasarkan permintaan
konsumen atau berdasarkan nilai komersilnya. Sortasi dan grading berkait
erat dengan tingkat selera konsumen suatu produk atau segmen pasar yang
akan dituju dalam pemasaran suatu produk. Terlebih apabila yang akan dituju
adalah segmen pasar tingkat menengah ke atas dan atau segmen pasar luar
negeri. Kegiatan sortasi dan grading sangat menentukan apakah suatu produk
laku pasar atau tidak.
Pada kegiatan grading, penentuan mutu hasil panen biasanya didasarkan
pada kebersihan produk, aspek kesehatan, ukuran, bobot, warna, bentuk,
kematangan, kesegaran, ada atau tidak adanya serangan/kerusakan oleh
penyakit, adanya kerusakan oleh serangga, dan luka/lecet oleh faktor
mekanis. Pada usaha budidaya tanaman, penyortiran produk hasil panenan
dilakukan secara manual, yaitu menggunakan tangan. Sedang grading dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan mesin penyortir. Grading secara
manual memerlukan tenaga yang terampil dan terlatih, dan bila hasil panen
dalam jumlah besar akan memerlukan lebih banyak tenaga kerja.
2.2 Pasca Panen Beras
Persyaratan umum kualitas beras untuk pengadaan dalam negeri, yaitu
terbebas dari :
1. Hama dan Penyakit
Ada atau tidaknya kehadiran hama (serangga, ulat, dsb) dan atau penyakit
(cendawan dsb) yang hidup dan terdapat dalam contoh beras yang diperiksa
(contoh primer). Bebas hama dan penyakit berarti secara visual tidak ditemui
hama/penyakit yang hidup dalam contoh beras tersebut. Bangkai serangga
dikategorikan sebagai benda.
2. Bau
Menyangkut bau yang dapat ditangkap dengan indra pencium (hidung) pada
contoh beras yang diperiksa. bau yang ditolak adalah bau busuk, asam, apek,
atau bau-bau asing lainnya yang jelas berbeda dengan bau beras yang sehat.
3. Dedak dan Katul
Ada atau tidaknya dedak atau katul yang terlepas (bebas). Beras harus bersih
dari campuran dedak dan katul.
4. Bahan Kimia
Bebas tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan baik secara
visual maupun secara organoleptik. Sisa-sisa bahan kimia seperti pupuk,
pestisida dan bahan-bahan kimia lainnya yang membahayakan bagi kesehatan
manusia.
Persyaratan mutu khusus komponen kualitas beras penanganan dalam negeri
menurut SNI tahun 2008, adalah :
Tabel 1. Persyaratan mutu beras menurut SNI 6128-2008
Komponen mutu Satuan Mutu
I
Mutu
II
Mutu
III
Mutu
IV
Mutu
V
Derajat sosoh (min) (%) 100 100 95 95 85
Kadar air (max) (%) 14 14 14 14 15
Beras kepala (min) (%) 95 89 78 73 60
Butir patah (max) (%) 5 10 20 25 35
Butir menir (max) (%) 0 1 2 2 5
Butir merah (max) (%) 0 1 2 3 3
Butir kuning rusak
(max)
(%) 0 1 2 3 5
Butir kapur (max) (%) 0 1 2 3 5
Benda asing (max) (%) 0 0,02 0,02 0,05 0,20
Butir gabah (max) (butir/100
g)
0 1 1 2 3
Sumber: Badan Standardisasi Nasional (2008)
Gambar 1. Penampang beras
Keterangan:
- Beras utuh → 10/10
- Beras patah → 2/10 – 6/10
- Beras menir < 2/10
- Beras mengapur = berwarna putih
1. Beras Giling
Beras utuh atau patah yang diperoleh dari proses penggilingan gabah hasil
tanaman padi yang seluruh lapisan sekamnya terkelupas atau sebagian
tembaga dan katul telah dipisahkan serta memenuhi persyaratan kuantitatif
dan kualitatif seperti tercantum dalam persyaratan kualitas beras giling
pengadaan dalam negeri.
2. Derajat Sosoh
Tingkat terlepasnya lapisan katul (pericarp, testa dan aleuron) dan
lembaga dari butir beras.
a. Derajat Sosoh 100 % (Full Slyp)
Tingkat terlepasnya seluruh lapisan katul, lembaga, dan sedikit
endosperm dari butir beras.
b. Derajat Sosoh 95 %
Tingkat terlepasnya sebagian besar lapisan katul, lembaga dan sedikit
endosperm dari butir beras sehingga sisa yang belum terlepas sebesar
5%. Penilaian dilakukan secara visual dengan atau tanpa zat pewarna
yang kemudian dibandingkan dengan contoh baku dari varietas yang
bersangkutan.
3. Kadar Air (10%)
Jumlah kandungan air dalam butir beras yang dinyatakan dalam satuan
persen dari berat basah (wet basis).
4. Ukuran Butir Beras
a. Beras Kepala (Head Rice)
Beras Kepala merupakan penjumlahan Butir Utuh dan Butir Patah
Besar (Big Broken), yang mempunyai ukuran lebih besar atau sama
dengan 6/10 dari ukuran panjang rata-rata butir beras utuh yang dapat
melewati permukaan cekungan intented plate dengan persyaratan
ukuran lubang 4,2 mm.
b. Butir Utuh (Whole Kernel)
Butir beras baik, sehat maupun cacat, yang utuh (10/10) tanpa ada
bagian yang patah.
c. Butir Patah Besar (Big Broken)
Butir Patah baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih
besar atau sama dengan 6/10 (BPB > 6/10) bagian dari ukuran panjang
rata-rata butir beras utuh yang dapat melewati permukaan cekungan
indented plate dengan persyaratan ukuran l lubang 4,2 mm.
d. Butir Patah
Butir beras patah, baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran
lebih kecil dari 6/10 bagian tetapi lebih besar dari 2/10 bagian
(2/10<BP<6/10) panjang rata-rata butir beras utuh.
e. Butir Menir
Butir beras patah, baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran
lebih kecil atau sama dengan 2/10 bagian butir utuhnya berarti BM <
2/10. Penggunaan ayakan menir standar dengan lubang berukuran
garis tengah minimal 1,8 mm dan maksimal 2,0 mm.
f. Butir Merah
Butir beras utuh, kepala, patah dan menir yang 25 % atau lebih
permukaannya diselaputi oleh kulit ari yang berwarna merah atau
seluruh endospermnya berwarna merah.
g. Butir Kuning/Rusak
Butir Kuning
Butir beras utuh, kepala, patah dan menir yang berwarna kuning,
kuning kecoklatan atau kekuning-kuningan (kuning semu).
Butir Rusak
Butir beras utuh, kepala, patah dan menir yang rusak dan berubah
warna karena air, hama/penyakit, panas dan sebab-sebab lain.
Beras yang berbintik kecil tunggal yang tidak potensial
(kemungkinan tidak menjadi rusak) tidak termasuk butir rusak.
h. Butir Hijau atau Mengapur
Butir Hijau
Butir beras yang berwarna kehijauan dan bertekstur lunak seperti
kapur akibat dipanen terlalu muda (sebelum proses pemasakan
buah sempurna), hal ini ditandai dengan patahnya butir-butir hijau
tadi. Butir berwarna hijau yang utuh dan keras dikategorikan
sebagai butir sehat (bukan butir hijau).
Butir Mengapur
Butir beras yang separuh bagiannya atau lebih berwarna putih
seperti kapur (chalky) dan bertekstur lunak.
Butir ketan
Butir beras yang berasal dari varietas Oriza Savita L glutinosa.
Butir ketan yang berwarna putih, utuh yang tercampur dalam beras
dikatagorikan sebagai butir beras baik, sedangkan butir beras
ketan putih yang tidak utuh dikategorikan sebagai butir kapur.
Untuk butir beras ketan hitam dikategorikan sebagai benda asing.
5. Campuran varietas lain
Varietas yang bukan merupakan varietas dominan dari gabah/beras
tersebut termasuk beras ketan (Oryzae sativa L glutinosa).
6. Benda Asing
Benda-benda asing yang tidak tergolong beras, misalnya butir-butir tanah,
potongan kayu, tangkai padi, biji-bijian lain, bangkai serangga hama dan
lain sebagainya.
7. Butir Gabah
Butir beras yang sekamnya belum terkupas atau hanya terkupas sebagian,
termasuk dalam kategori butir beras patah yang masih bersekam.
Bahan hasil pertanian disebut rusak bila terdapat kecacatan oleh panca indera
atau parameter lain yang bisa digunakan. Berdasarkan faktor penyebabnya, maka
kerusakan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu kerusakan biologis,
mikrobiologis, fisik dan mekanis, serta kerusakan kimia.
2.3 Hasil Praktikum Sebelumnya
Nama Praktikan : Wendi Irawan Dediarta
Judul : Laporan Praktikum Teknik Penanganan Hasil Pertanian;
Pembersihan, Sortasi dan Grading Bahan Hasil Pertanian
Kesimpulan :
- Beras yang ada di pasaran belum tentu memenuhi standar SNI
walaupun beras tersebut sudah dalam kondisi telah dilakukan
pembersihan, sortasi, dangrading dan memiliki label SNI. Hal ini
diakibatkan oleh berbagai faktor,diantaranya kemampuan dan
kondisi mesin, penanganan pasca panen, situasidan kondisi
penyimpanan, dll.
- Proses sortasi yang dilakukan dengan manual dan mesin akan
menghasilkan nilai yang berbeda dikarenakan kemampuan
manusia yang berbeda dibandingkan mesin.
- Derajat sosoh dari beras ditentukan oleh massa awal beras yang
dikurangi massa butir hijau, butir kuning, benda asing dan butir
gabah.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat :
1. Wadah, digunakan untuk menyimpan beras yang sudah disortasi.
2. Timbangan analitik, digunakan untuk menimbang berat dari bahan.
3. Moisture tester, digunakan untuk mengukur kadar air dari beras.
4. Rice Standard Chart
3.1.2 Bahan :
1. Beras
3.2 Prosedur Percobaan
1. Menyiapkan bahan dan ditimbang seberat 100 gram.
2. Memisahkan bahan ke dalam fraksi kualitas berdasarkan karakteristik
fisik (bentuk, ukuran, warna, benda asing dan kotoran).
3. Menimbang masing-masing bahan yang sudah dipisahkan berdasarkan
karakteristik fisiknya.
4. Menghitung derajat sosoh dari bahan.
5. Mengukur kadar airnya menggunakan moisture tester dengan tiga
sampel.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
Tabel 2. Pembersihan, Sortasi dan Grading Bahan Hasil Pertanian
No. Komponen Massa (g) Hasil % Standar
1 Derajat Sosoh - 95 % Min 85 %
2 Butir Utuh 31,25 62,4 % Min 60 %
3 Butir Patah 10,74 21,4 % Max 35 %
4 Butir Menir 5,67 11,3 % Max 5 %
5 Butir Hijau/ mengapur 1,89 3,8 % Max 5 %
6 Butir kuning/ rusak 0,2 0,4 % Max 5 %
7 Benda Asing 0,03 0,06 % Max 0,02 %
8 Butir Gabah 0 0 Max 3 butir
TOTAL 49,78
Beras Hilang 0,3 0,6 %
Kadar air
1) 13,2%
2) 13,4% x=(13,2+13,4+13,9 )%
3=40,5 %
3=13,5 %
3) 13,9%
Massa Total
Massa Total = 31,25 + 10,74 + 5,67 + 1,89 + 0,2 + 0,03 = 49,78 gram
Massa Hilang
Massa Hilang = Massa Awal – Massa Akhir
= 50,08 gram – 49,78 gram
= 0,3 gram atau 0,6 %
Derajat Sosoh
Derajat sosoh=[ Massa Awal – (Butir hijau+Butir kuning+Benda asing+Butir gabah ) gr ]
Massa awalx 100%
Derajat sosoh=[50,08 gr−(1,89+0,2+0,003+0)gr ]
50,08 grx 100 %
Derajat sosoh=[50,08 gr−2,093 ]
50,08 grx100 %
Derajat sosoh=95 , 8%
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam percobaan kali ini mengenai sortasi pada bahan hasil pertanian beras
yang kemudian dibandingkan dengan data dari rice standart chart. Beras pada
mulanya dipisahkan berdasarkan ukuran dan warnanya yaitu beras yang utuh,
beras yang patah, beras menir, beras yang mengapur, beras yang berwarna
kuning/rusak serta pemisahan dari benda asing dan gabah. Kemudian hasil
pemisahan pada beras tersebut ditimbang beratnya masing-masing. Setelah itu,
data diolah untuk menghitung persentase derajat sosoh.
Data dari sortasi ini dapat dilihat pada tabel 2. Dalam tabel tersebut, butir
utuh beras adalah 62,4 %. Hal ini berarti bahwa jumlah butir utuh dalam beras
memenuhi standar SNI yang termasuk ke dalam mutu V karena jumlah minimum
butir utuhnya adalah 60 %. Sortasi selanjutnya adalah butir patah, persentase butir
patah dalam tabel adalah 21,4 % yang berarti memenuhi standar mutu SNI karena
dalam tabel SNI persentase maksimumnya yaitu 35% yang termasuk ke dalam
mutu V. Lalu butir menir dalam tabel persentasenya yaitu 5,67, dalam hal ini
beras tidak memenuhi standar karena melebihi batas maksimum butir menir yaitu
5%. Selanjutnya yaitu butir hijau/ mengapur yang persentasenya 3,8% yang
berarti memenuhi standar yang termasuk ke dalam mutu V yaitu maksimum 5%.
Sedangkan untuk butir kuning/ rusak yaitu 0,4% memenuhi standar SNI karena
persentase maksimumnya adalah 5% dalam mutu V. Sedangkan untuk benda
asing yang terdapat didalam beras yaitu sebesar 0,03% yang berarti tidak
memenuhi standar karena batas maksimum dalam standar adalah 0,02%. Selain
itu, pengukuran kadar air yang menghasilkan rata-rata 13,5% memenuhi standar
karena dalam kadar air maksimum 15%. Dengan mengetahui data di atas maka
didapatkan perhitungan derajat sosoh yaitu sebesar 95,8% sehingga derajat sosoh
ini memenuhi standar karena minimal 85% pada mutu V. Hal ini menunjukan
bahwa beras ini sudah memenuhi standar tetapi bila dilihat dari komponen mutu
lainnya, beras ini tidak masuk ke dalam kategori persyaratan mutu diatas karena
butir menirnya melebihi batas maksimum yaitu 5,67% dan juga benda asing yang
terkandung 0,03% melebihi batas maksimum 0,02% padahal komponen lainnya
sudah memenuhi standar yaitu termasuk ke dalam mutu V. Standar SNI yang
digunakan dalam parameter ini adalah 6128-2008.
Beras yang hilang dalam proses sortasi ini sebesar 0,3 gram atau sekitar 0,6%,
hal ini dapat disebabkan oleh beras jatuh saat proses sortasi terjadi, kesalahan
dalam pembacaan nilai beras yang ditimbang dan pembulatan dalam nilai hasil
yang ditimbang.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari hasil percobaan diatas yaitu :
Pembersihan adalah mengeluarkan/memindahkan benda asing (kotoran)
dan bahan-bahan yang tidak diinginkan dari bahan utama (produk yang
diinginkan).
Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam
berbagai fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik , kimia dan
biologis.
Grading adalah proses pemilihan bahan berdasarkan permintaan
konsumen atau berdasarkan nilai komersilnya.
Beras yang di sortasi sudah memenuhi standar tetapi beberapa kategori
mutu tidak memenuhi standar yaitu butir menirnya melebihi batas
maksimum yaitu 5,67% dan juga benda asing yang terkandung 0,03%
melebihi batas maksimum 0,02% padahal komponen lainnya sudah
memenuhi standar.
Kadar air rata-rata yang dikandung oleh beras dalam praktikum ini
adalah 13,5% yang artinya memenuhi standar mutu SNI 6128-2008.
6.2 Saran
Saran yang harus diperhatikan dalam praktikum ini adalah :
Ketelitian dalam perhitungan harus ditingkatkan lagi agar hasil yang
didapat lebih akurat.
Alat – alat yang dipakai kurang lengkap
Dalam penulisan laporan, format yang digunakan harus disamakan
kembali agar mengurangi kesalahan dalam penulisan.
DAFTAR PUSTAKA
IPB. 2011. Terminologi Pasca Panen Padi. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47328/F11ayp_BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=6 diakses pada tanggal 2 April 2013, pukul 21.30 WIB.
Irawan Dediarta Wendi. 2011. Laporan Praktikum Teknik Penanganan Hasil Pertanian Pembersihan, Sortasi dan Grading Bahan Hasil Pertanian. http://www.scribd.com/doc/76403694/Pembersihan-Sortasi-dan-Grading-Bahan-Hasil-Pertanian diakses pada tanggal 31 Maret 2013, pukul 20.00 WIB
R.N.E Soerjandoko. 2010. Teknik Pengujian Mutu Beras Skala Laboratorium. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt152102.pdf diakses pada tanggal 2 April 2013, pukul 22.00 WIB.
Rusendi, Dadi. Sudaryanto. Nurjanah, Sarifah. Widyasanti, Asri. 2013. PenuntunPraktikum Mata Kuliah Teknik Penanganan Hasil Pertanian Agribisnis. Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor.