Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN AGRIBISNIS (Pembersihan, Sortasi dan Grading Bahan Hasil Pertanian) Oleh : Nama : Mila Dianiki NPM : 150610100133 Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 27 Maret 2013 Waktu : 18.00 – 19.00 WIB Co.Ass : 1. Rahmi Fathonah 2. Dwi Septiani L. 3. Tb. Gumilang Sinatria Nilai:
32

Laprak Mila 4

Apr 25, 2015

Download

Documents

Mila Dianiki
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laprak Mila 4

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN AGRIBISNIS

(Pembersihan, Sortasi dan Grading Bahan Hasil Pertanian)

Oleh :

Nama : Mila Dianiki

NPM : 150610100133

Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 27 Maret 2013

Waktu : 18.00 – 19.00 WIB

Co.Ass : 1. Rahmi Fathonah

2. Dwi Septiani L.

3. Tb. Gumilang Sinatria

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES

TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

Nilai:

Page 2: Laprak Mila 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan hasil pertanian yang telah dipanen, keadaan fisiknya masih kurang

baik karena terdapat banyak kotoran, seperti lumpur/tanah, sisa-sisa pupuk

atau pestisida sehingga perlu adanya proses penanganan bahan hasil pertanian

agar sampai ditangan konsumen dalam keadaan fisik yang baik. Proses

penanganan pasca panen bahan hasil pertanian dimulai dari pembersihan

kotoran yang menempel pada bahan dan juga mengeluarkan benda asing dari

bahan utama. Setelah itu, bahan hasil pertanian dipisahkan ke dalam fraksi

kualitas dan kemudian dilakukan pemilihan bahan berdasarkan permintaan

konsumen. Pemilihan bahan hasil pertanian ini biasanya dilakukan dengan

memilih bahan untuk kualitas baik, sedang dan kurang baik. Hal ini dilakukan

karena pemasaran produknya pun berbeda-beda, biasanya untuk kualitas yang

bagus biasanya dipasarkan di pasar swalayan sedangkan kualitas kurang baik

dipasarkan di pasar tradisional.

Bahan hasil pertanian yang paling utama di Indonesia adalah beras karena

merupakan makanan pokok yang dikonsumsi setiap hari oleh sebagian besar

masyarakat Indonesia sehingga kualitas dan kuantitas dari BHP ini sering

disorot. Untuk meningkatkan kualitasnya, maka dilakukan proses sortasi dan

grading. Oleh karena itu, proses pembersihan, sortasi dan grading yang

dilakukan dalam praktikum ini sangat penting diketahui untuk pengetahuan

dan pemahaman mahasiswa.

1.2 Tujuan Praktikum

Mengukur dan mengamati proses sortasi dan grading bahan hasil

pertanian.

Melakukan perhitungan kualitas dan variabel kualitas untuk mengkaji

kelas kualitas (grade), kerusakan yang tampak (visible), kerusakan yang

tak tampak (invisible damager), bahan asing (foreign materials), keretakan

(sound grain and crack).

Page 3: Laprak Mila 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Dalam proses penanganan pasca panen, bahan hasil pertanian mengalami

beberapa proses sebelum sampai ditangan konsumen. Hal ini dilakukan agar

produk yang sampai ditangan konsumen dalam keadaan fisik yang baik,

proses penanganan pasca panen ini berupa pembersihan, sortasi dan grading.

Dengan adanya proses ini, maka bahan hasil pertanian dipisahkan

berdasarkan kualitasnya berdasarkan standar tertentu. Selain itu, dilakukan

pengelompokan bahan sesuai dengan permintaan konsumen.

2.1.1 Pembersihan

Pembersihan dalam penanganan bahan hasil pertanian adalah

mengeluarkan/memindahkan benda asing (kotoran) dan bahan-bahan yang

tidak diinginkan dari bahan utama (produk yang diinginkan). Pembersihan

bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoranyang menempel pada hasil

pertanian. Kebersihan sangat mempengaruhi kenampakan. Oleh karena itu

sebelum dipasarkan, hasil pertanian harus dibersihkan dari kotoran-kotoran

dan bagian-bagian yang tidak diperlukan.

Jenis kotoran pada bahan hasil pertanian, berdasarkan wujudnya dapat

dikelompokkan menjadi:

1. Kotoran Berupa Tanah

Kotoran ini biasanya merupakan kotoran hasil ikutan yang menempel

pada bahan hasil pertanian pada saat bahan dipanen. Kotoran ini dapat

berupa tanah, debu ataupun pasir. Tanah merupakan media yang baik

sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme yang

dapat mengkontaminasi bahan hasil pertanian. Adanya tanah pada

bahan hasil pertanian kadang sukar untuk dihindarkan, karena

beberapa hasil pertanian seperti umbi-umbian terdapat di dalam tanah.

Page 4: Laprak Mila 4

2. Kotoran Berupa Sisa Pemungutan Hasil

Kotoran jenis ini meliputi kotoran-kotoran sisa pemungutan hasil

tanaman yaitu bagian tanaman yang bukan bagian yang dipanen,

antara lain berupa dahan, ranting, biji dan kulit.

3. Kotoran Berupa Benda-Benda Asing

Adanya kotoran yang berupa benda-benda asing seperti unsur logam

akan memberi kesan ceroboh dalam penanganan bahan hasil panen.

4. Kotoran Berupa Serangga Atau Kotoran Biologis Lain

Adanya kotoran yang berupa serangga seperti kecoa dan kotoran

biologis lainnya yang tercampur dengan bahan hasil pertanian dapat

membawa bibit penyakit seperti kolera, tipus, desentri dan lain-lain.

5. Kotoran Berupa Sisa Bahan Kimia

Kotoran berupa sisa bahan kimia dapat berasal dari obat-obatan,

pestisida dan pupuk. Kotoran ini di samping mengganggu

penampakan hasil panen juga dapat menyebabkan keracunan pada

konsumen. Pada konsentrasi yang cukup tinggi, bahan kimia dapat

menyebabkan keracunan secara langsung. Sedangkan pada

konsentrasi yang rendah dan bila terus menerus, akan tertimbun di

dalam tubuh serta dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.

Secara umum, pembersihan dapat dilakukan dengan dua cara:

1) Metode kering (dry method) yang diantaranya meliputi:

Penyaringan (screening).

Pemungutan dengan tangan (hand picking).

2) Metode basah (wet method) yang diantaranya meliputi:

1. Perendaman (soaking)

Perendaman bahan hasil pertanian di dalam air atau cairan lain yang

diam atau mengalir akan efektif bila kotoran pada permukaan yag

Page 5: Laprak Mila 4

tidak diinginkan pada bahan hanya sedikit. Metode ini sering

digabungkan dengan metode lain sebagai perlakuan awal

(precleaner).

2. Penyemprotan (water sprays)

Pembersihan kotoran dengan menyemprotkan air cocok untuk jumlah

bahan yang banyak tetapi intensitas dan tipe distribusi hasil

penyemprotan harus dipilih secara hati-hati, sebagai contoh semprotan

air untuk kentang yang bertekanan tinggi dan memusat jika digunakan

untuk daun selada maka akan merusak bahan tersebut.

3. Silinder berputar (rotary drum)

Pencuci tipe silinder berputar merupakan pencuci komersil karena

mekanisme pencuciannya sederhana, memiliki kapasitas yang tinggi,

hasilnya bersih, dan hanya sedikit kerusakan yang terjadi pada bahan.

Pencuci ini dapat menggunakan rendaman air atau penyemprot dan

dapat pula menggunakan keduanya. Pada prinsipnya, kinerja pencuci

ini bergantung pada kecepatan putaran silinder, kekasaran, atau

kerutan pada permukaan bahan, dan waktu pencucian.

4. Pembersih bersikat (brush washer)

Pencuci tipe pembersih bersikat sering digunakan dan sangat efektif

terutama untuk menghilangkan pasir atau tanah liat dan residu

pestisida yang melekat pada bahan hasil pertanian.

5. Pembersih bergetar (shuffle or shaker washer)

Pencuci ini memiliki mekanisme gerakan bolak-balik yang bertenaga

sehingga pencuci ini harus dibuat kasar (tidak rata) dan harus berhati-

hati dalam pemeliharaannya untuk menghindari gangguan mekanik.

2.1.2 Sortasi

Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam berbagai

fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik (kadar air, bentuk, ukuran, berat

jenis, tekstur, warna, benda asing/kotoran), kimia (komposisi bahan, bau dan

Page 6: Laprak Mila 4

rasa ketengikan) dan biologis (jenis dan jumlah kerusakan oleh serangga,

jumlah mokroba dan daya tumbuh khususnya pada bahan pertanian berbentuk

biji-bijian).

Tujuan Sortasi :

a) Untuk memperoleh simplisia yang dikehendaki, baik kemurnian

maupun kebersihannya (Widyastuti, 1997).

b) Memilih dan memisahkan simplisia yang baik dan tidak cacat.

c) Memisahkan bahan yang masih baik dengan bahan yang rusak akibat

kesalahan panen atau serangan patogen, serta kotoran berupa bahan

asing yang mencemari tanaman obat (Santoso, 2009).

Batasan Yang Disortir :

Pada dasarnya, penyortiran bahan tanaman obat dilakukan sesuai dengan

jenis simplisia yang akan digunakan. Hal tersebut dikarenakan perlakuan

terhadap setiap jenis simplisia berbeda. Berikut ini adalah beberapa

contoh batasan penyortiran terhadap beberapa simplisia :

a) Simplisia daun

Yang diambil adalah daun yang berwarna hijau muda sampai tua. Yang

dibuang adalah daun yang berwarna kuning atau kecoklatan.

b) Simplisia bunga

Misal pada simplisia bunga Srigading, yang dibuang adalah tangkai bunga

dan daun yang terikut saat panen (Widyastuti,1997).

c) Simplisia buah

Misal pada buah kopi, sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah

yang superior (masak, bernas, seragam) dari buah inferior (cacat, hitam,

pecah, berlubang dan terserang hama/penyakit). Kotoran seperti daun,

ranting, tanah dan kerikil harus dibuang, karena dapat merusak mesin

pengupas. Pada simplisia buah Adas, buah yang sudah kering dipisahkan

dari tangkainya dengan cara memukul batang atau tangkai buah sehingga

buah adas lepas ( Widyastuti,1997 ).

Page 7: Laprak Mila 4

d) Simplisia rimpang

Biasanya, pada simplisia rimpang seringkali jumlah akar yang melekat

pada rimpang terlampau besar, sehingga harus dibuang (Anonim, 1985).

Peraturan Sortasi :

Menurut WHO Guidelines on Good Agricultural and Collection Practice

(GACP) for Madicinal Plants :

a) Pemeriksaan visual terhadap kontaminan yang berupa bagian-bagian

tanaman yang tidak dikehendaki/digunakan.

b) Pemeriksaan visual terhadap materi asing.

c) Evaluasi organoleptik, meliputi : penampilan, kerusakan, ukuran,

warna, bau, dan mungkin rasa.

2.1.3 Grading

Grading adalah proses pemilihan bahan berdasarkan permintaan

konsumen atau berdasarkan nilai komersilnya. Sortasi dan grading berkait

erat dengan tingkat selera konsumen suatu produk atau segmen pasar yang

akan dituju dalam pemasaran suatu produk. Terlebih apabila yang akan dituju

adalah segmen pasar tingkat menengah ke atas dan atau segmen pasar luar

negeri. Kegiatan sortasi dan grading sangat menentukan apakah suatu produk

laku pasar atau tidak.

Pada kegiatan grading, penentuan mutu hasil panen biasanya didasarkan

pada kebersihan produk, aspek kesehatan, ukuran, bobot, warna, bentuk,

kematangan, kesegaran, ada atau tidak adanya serangan/kerusakan oleh

penyakit, adanya kerusakan oleh serangga, dan luka/lecet oleh faktor

mekanis. Pada usaha budidaya tanaman, penyortiran produk hasil panenan

dilakukan secara manual, yaitu menggunakan tangan. Sedang grading dapat

dilakukan secara manual atau menggunakan mesin penyortir. Grading secara

manual memerlukan tenaga yang terampil dan terlatih, dan bila hasil panen

dalam jumlah besar akan memerlukan lebih banyak tenaga kerja.

Page 8: Laprak Mila 4

2.2 Pasca Panen Beras

Persyaratan umum kualitas beras untuk pengadaan dalam negeri, yaitu

terbebas dari :

1. Hama dan Penyakit

Ada atau tidaknya kehadiran hama (serangga, ulat, dsb) dan atau penyakit

(cendawan dsb) yang hidup dan terdapat dalam contoh beras yang diperiksa

(contoh primer). Bebas hama dan penyakit berarti secara visual tidak ditemui

hama/penyakit yang hidup dalam contoh beras tersebut. Bangkai serangga

dikategorikan sebagai benda.

2. Bau

Menyangkut bau yang dapat ditangkap dengan indra pencium (hidung) pada

contoh beras yang diperiksa. bau yang ditolak adalah bau busuk, asam, apek,

atau bau-bau asing lainnya yang jelas berbeda dengan bau beras yang sehat.

3. Dedak dan Katul

Ada atau tidaknya dedak atau katul yang terlepas (bebas). Beras harus bersih

dari campuran dedak dan katul.

4. Bahan Kimia

Bebas tanda-tanda adanya bahan kimia yang membahayakan baik secara

visual maupun secara organoleptik. Sisa-sisa bahan kimia seperti pupuk,

pestisida dan bahan-bahan kimia lainnya yang membahayakan bagi kesehatan

manusia.

Persyaratan mutu khusus komponen kualitas beras penanganan dalam negeri

menurut SNI tahun 2008, adalah :

Page 9: Laprak Mila 4

Tabel 1. Persyaratan mutu beras menurut SNI 6128-2008

Komponen mutu Satuan Mutu

I

Mutu

II

Mutu

III

Mutu

IV

Mutu

V

Derajat sosoh (min) (%) 100 100 95 95 85

Kadar air (max) (%) 14 14 14 14 15

Beras kepala (min) (%) 95 89 78 73 60

Butir patah (max) (%) 5 10 20 25 35

Butir menir (max) (%) 0 1 2 2 5

Butir merah (max) (%) 0 1 2 3 3

Butir kuning rusak

(max)

(%) 0 1 2 3 5

Butir kapur (max) (%) 0 1 2 3 5

Benda asing (max) (%) 0 0,02 0,02 0,05 0,20

Butir gabah (max) (butir/100

g)

0 1 1 2 3

Sumber: Badan Standardisasi Nasional (2008)

Gambar 1. Penampang beras

Keterangan:

- Beras utuh → 10/10

- Beras patah → 2/10 – 6/10

- Beras menir < 2/10

- Beras mengapur = berwarna putih

1. Beras Giling

Beras utuh atau patah yang diperoleh dari proses penggilingan gabah hasil

tanaman padi yang seluruh lapisan sekamnya terkelupas atau sebagian

Page 10: Laprak Mila 4

tembaga dan katul telah dipisahkan serta memenuhi persyaratan kuantitatif

dan kualitatif seperti tercantum dalam persyaratan kualitas beras giling

pengadaan dalam negeri.

2. Derajat Sosoh

Tingkat terlepasnya lapisan katul (pericarp, testa dan aleuron) dan

lembaga dari butir beras.

a. Derajat Sosoh 100 % (Full Slyp)

Tingkat terlepasnya seluruh lapisan katul, lembaga, dan sedikit

endosperm dari butir beras.

b. Derajat Sosoh 95 %

Tingkat terlepasnya sebagian besar lapisan katul, lembaga dan sedikit

endosperm dari butir beras sehingga sisa yang belum terlepas sebesar

5%. Penilaian dilakukan secara visual dengan atau tanpa zat pewarna

yang kemudian dibandingkan dengan contoh baku dari varietas yang

bersangkutan.

3. Kadar Air (10%)

Jumlah kandungan air dalam butir beras yang dinyatakan dalam satuan

persen dari berat basah (wet basis).

4. Ukuran Butir Beras

a. Beras Kepala (Head Rice)

Beras Kepala merupakan penjumlahan Butir Utuh dan Butir Patah

Besar (Big Broken), yang mempunyai ukuran lebih besar atau sama

dengan 6/10 dari ukuran panjang rata-rata butir beras utuh yang dapat

melewati permukaan cekungan intented plate dengan persyaratan

ukuran lubang 4,2 mm.

b. Butir Utuh (Whole Kernel)

Butir beras baik, sehat maupun cacat, yang utuh (10/10) tanpa ada

bagian yang patah.

Page 11: Laprak Mila 4

c. Butir Patah Besar (Big Broken)

Butir Patah baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran lebih

besar atau sama dengan 6/10 (BPB > 6/10) bagian dari ukuran panjang

rata-rata butir beras utuh yang dapat melewati permukaan cekungan

indented plate dengan persyaratan ukuran l lubang 4,2 mm.

d. Butir Patah

Butir beras patah, baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran

lebih kecil dari 6/10 bagian tetapi lebih besar dari 2/10 bagian

(2/10<BP<6/10) panjang rata-rata butir beras utuh.

e. Butir Menir

Butir beras patah, baik sehat maupun cacat yang mempunyai ukuran

lebih kecil atau sama dengan 2/10 bagian butir utuhnya berarti BM <

2/10. Penggunaan ayakan menir standar dengan lubang berukuran

garis tengah minimal 1,8 mm dan maksimal 2,0 mm.

f. Butir Merah

Butir beras utuh, kepala, patah dan menir yang 25 % atau lebih

permukaannya diselaputi oleh kulit ari yang berwarna merah atau

seluruh endospermnya berwarna merah.

g. Butir Kuning/Rusak

Butir Kuning

Butir beras utuh, kepala, patah dan menir yang berwarna kuning,

kuning kecoklatan atau kekuning-kuningan (kuning semu).

Butir Rusak

Butir beras utuh, kepala, patah dan menir yang rusak dan berubah

warna karena air, hama/penyakit, panas dan sebab-sebab lain.

Beras yang berbintik kecil tunggal yang tidak potensial

(kemungkinan tidak menjadi rusak) tidak termasuk butir rusak.

h. Butir Hijau atau Mengapur

Butir Hijau

Page 12: Laprak Mila 4

Butir beras yang berwarna kehijauan dan bertekstur lunak seperti

kapur akibat dipanen terlalu muda (sebelum proses pemasakan

buah sempurna), hal ini ditandai dengan patahnya butir-butir hijau

tadi. Butir berwarna hijau yang utuh dan keras dikategorikan

sebagai butir sehat (bukan butir hijau).

Butir Mengapur

Butir beras yang separuh bagiannya atau lebih berwarna putih

seperti kapur (chalky) dan bertekstur lunak.

Butir ketan

Butir beras yang berasal dari varietas Oriza Savita L glutinosa.

Butir ketan yang berwarna putih, utuh yang tercampur dalam beras

dikatagorikan sebagai butir beras baik, sedangkan butir beras

ketan putih yang tidak utuh dikategorikan sebagai butir kapur.

Untuk butir beras ketan hitam dikategorikan sebagai benda asing.

5. Campuran varietas lain

Varietas yang bukan merupakan varietas dominan dari gabah/beras

tersebut termasuk beras ketan (Oryzae sativa L glutinosa).

6. Benda Asing

Benda-benda asing yang tidak tergolong beras, misalnya butir-butir tanah,

butir-butir pasir, batu-batu kerikil, jerami, malai, potongan logam,

potongan kayu, tangkai padi, biji-bijian lain, bangkai serangga hama dan

lain sebagainya.

7. Butir Gabah

Butir beras yang sekamnya belum terkupas atau hanya terkupas sebagian,

termasuk dalam kategori butir beras patah yang masih bersekam.

Bahan hasil pertanian disebut rusak bila terdapat kecacatan oleh panca indera

atau parameter lain yang bisa digunakan. Berdasarkan faktor penyebabnya, maka

kerusakan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu kerusakan biologis,

mikrobiologis, fisik dan mekanis, serta kerusakan kimia.

Page 13: Laprak Mila 4

2.3 Hasil Praktikum Sebelumnya

Nama Praktikan : Wendi Irawan Dediarta

Judul : Laporan Praktikum Teknik Penanganan Hasil Pertanian;

Pembersihan, Sortasi dan Grading Bahan Hasil Pertanian

Kesimpulan :

- Beras yang ada di pasaran belum tentu memenuhi standar SNI

walaupun beras tersebut sudah dalam kondisi telah dilakukan

pembersihan, sortasi, dangrading dan memiliki label SNI. Hal ini

diakibatkan oleh berbagai faktor,diantaranya kemampuan dan

kondisi mesin, penanganan pasca panen, situasidan kondisi

penyimpanan, dll.

- Proses sortasi yang dilakukan dengan manual dan mesin akan

menghasilkan nilai yang berbeda dikarenakan kemampuan

manusia yang berbeda dibandingkan mesin.

- Derajat sosoh dari beras ditentukan oleh massa awal beras yang

dikurangi massa butir hijau, butir kuning, benda asing dan butir

gabah.

Page 14: Laprak Mila 4

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat :

1. Wadah, digunakan untuk menyimpan beras yang sudah disortasi.

2. Timbangan analitik, digunakan untuk menimbang berat dari bahan.

3. Moisture tester, digunakan untuk mengukur kadar air dari beras.

4. Rice Standard Chart

3.1.2 Bahan :

1. Beras

3.2 Prosedur Percobaan

1. Menyiapkan bahan dan ditimbang seberat 100 gram.

2. Memisahkan bahan ke dalam fraksi kualitas berdasarkan karakteristik

fisik (bentuk, ukuran, warna, benda asing dan kotoran).

3. Menimbang masing-masing bahan yang sudah dipisahkan berdasarkan

karakteristik fisiknya.

4. Menghitung derajat sosoh dari bahan.

5. Mengukur kadar airnya menggunakan moisture tester dengan tiga

sampel.

Page 15: Laprak Mila 4

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

Tabel 2. Pembersihan, Sortasi dan Grading Bahan Hasil Pertanian

No. Komponen Massa (g) Hasil % Standar

1 Derajat Sosoh - 95 % Min 85 %

2 Butir Utuh 31,25 62,4 % Min 60 %

3 Butir Patah 10,74 21,4 % Max 35 %

4 Butir Menir 5,67 11,3 % Max 5 %

5 Butir Hijau/ mengapur 1,89 3,8 % Max 5 %

6 Butir kuning/ rusak 0,2 0,4 % Max 5 %

7 Benda Asing 0,03 0,06 % Max 0,02 %

8 Butir Gabah 0 0 Max 3 butir

TOTAL 49,78

Beras Hilang 0,3 0,6 %

Kadar air

1) 13,2%

2) 13,4% x=(13,2+13,4+13,9 )%

3=40,5 %

3=13,5 %

3) 13,9%

Massa Total

Massa Total = 31,25 + 10,74 + 5,67 + 1,89 + 0,2 + 0,03 = 49,78 gram

Massa Hilang

Massa Hilang = Massa Awal – Massa Akhir

= 50,08 gram – 49,78 gram

= 0,3 gram atau 0,6 %

Page 16: Laprak Mila 4

Derajat Sosoh

Derajat sosoh=[ Massa Awal – (Butir hijau+Butir kuning+Benda asing+Butir gabah ) gr ]

Massa awalx 100%

Derajat sosoh=[50,08 gr−(1,89+0,2+0,003+0)gr ]

50,08 grx 100 %

Derajat sosoh=[50,08 gr−2,093 ]

50,08 grx100 %

Derajat sosoh=95 , 8%

BAB V

Page 17: Laprak Mila 4

PEMBAHASAN

Dalam percobaan kali ini mengenai sortasi pada bahan hasil pertanian beras

yang kemudian dibandingkan dengan data dari rice standart chart. Beras pada

mulanya dipisahkan berdasarkan ukuran dan warnanya yaitu beras yang utuh,

beras yang patah, beras menir, beras yang mengapur, beras yang berwarna

kuning/rusak serta pemisahan dari benda asing dan gabah. Kemudian hasil

pemisahan pada beras tersebut ditimbang beratnya masing-masing. Setelah itu,

data diolah untuk menghitung persentase derajat sosoh.

Data dari sortasi ini dapat dilihat pada tabel 2. Dalam tabel tersebut, butir

utuh beras adalah 62,4 %. Hal ini berarti bahwa jumlah butir utuh dalam beras

memenuhi standar SNI yang termasuk ke dalam mutu V karena jumlah minimum

butir utuhnya adalah 60 %. Sortasi selanjutnya adalah butir patah, persentase butir

patah dalam tabel adalah 21,4 % yang berarti memenuhi standar mutu SNI karena

dalam tabel SNI persentase maksimumnya yaitu 35% yang termasuk ke dalam

mutu V. Lalu butir menir dalam tabel persentasenya yaitu 5,67, dalam hal ini

beras tidak memenuhi standar karena melebihi batas maksimum butir menir yaitu

5%. Selanjutnya yaitu butir hijau/ mengapur yang persentasenya 3,8% yang

berarti memenuhi standar yang termasuk ke dalam mutu V yaitu maksimum 5%.

Sedangkan untuk butir kuning/ rusak yaitu 0,4% memenuhi standar SNI karena

persentase maksimumnya adalah 5% dalam mutu V. Sedangkan untuk benda

asing yang terdapat didalam beras yaitu sebesar 0,03% yang berarti tidak

memenuhi standar karena batas maksimum dalam standar adalah 0,02%. Selain

itu, pengukuran kadar air yang menghasilkan rata-rata 13,5% memenuhi standar

karena dalam kadar air maksimum 15%. Dengan mengetahui data di atas maka

didapatkan perhitungan derajat sosoh yaitu sebesar 95,8% sehingga derajat sosoh

ini memenuhi standar karena minimal 85% pada mutu V. Hal ini menunjukan

bahwa beras ini sudah memenuhi standar tetapi bila dilihat dari komponen mutu

lainnya, beras ini tidak masuk ke dalam kategori persyaratan mutu diatas karena

butir menirnya melebihi batas maksimum yaitu 5,67% dan juga benda asing yang

terkandung 0,03% melebihi batas maksimum 0,02% padahal komponen lainnya

Page 18: Laprak Mila 4

sudah memenuhi standar yaitu termasuk ke dalam mutu V. Standar SNI yang

digunakan dalam parameter ini adalah 6128-2008.

Beras yang hilang dalam proses sortasi ini sebesar 0,3 gram atau sekitar 0,6%,

hal ini dapat disebabkan oleh beras jatuh saat proses sortasi terjadi, kesalahan

dalam pembacaan nilai beras yang ditimbang dan pembulatan dalam nilai hasil

yang ditimbang.

Page 19: Laprak Mila 4

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil percobaan diatas yaitu :

Pembersihan adalah mengeluarkan/memindahkan benda asing (kotoran)

dan bahan-bahan yang tidak diinginkan dari bahan utama (produk yang

diinginkan).

Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam

berbagai fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik , kimia dan

biologis.

Grading adalah proses pemilihan bahan berdasarkan permintaan

konsumen atau berdasarkan nilai komersilnya.

Beras yang di sortasi sudah memenuhi standar tetapi beberapa kategori

mutu tidak memenuhi standar yaitu butir menirnya melebihi batas

maksimum yaitu 5,67% dan juga benda asing yang terkandung 0,03%

melebihi batas maksimum 0,02% padahal komponen lainnya sudah

memenuhi standar.

Kadar air rata-rata yang dikandung oleh beras dalam praktikum ini

adalah 13,5% yang artinya memenuhi standar mutu SNI 6128-2008.

6.2 Saran

Saran yang harus diperhatikan dalam praktikum ini adalah :

Ketelitian dalam perhitungan harus ditingkatkan lagi agar hasil yang

didapat lebih akurat.

Alat – alat yang dipakai kurang lengkap

Dalam penulisan laporan, format yang digunakan harus disamakan

kembali agar mengurangi kesalahan dalam penulisan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 20: Laprak Mila 4

IPB. 2011. Terminologi Pasca Panen Padi. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/47328/F11ayp_BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=6 diakses pada tanggal 2 April 2013, pukul 21.30 WIB.

Irawan Dediarta Wendi. 2011. Laporan Praktikum Teknik Penanganan Hasil Pertanian Pembersihan, Sortasi dan Grading Bahan Hasil Pertanian. http://www.scribd.com/doc/76403694/Pembersihan-Sortasi-dan-Grading-Bahan-Hasil-Pertanian diakses pada tanggal 31 Maret 2013, pukul 20.00 WIB

R.N.E Soerjandoko. 2010. Teknik Pengujian Mutu Beras Skala Laboratorium. http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt152102.pdf diakses pada tanggal 2 April 2013, pukul 22.00 WIB.

Rusendi, Dadi. Sudaryanto. Nurjanah, Sarifah. Widyasanti, Asri. 2013. PenuntunPraktikum Mata Kuliah Teknik Penanganan Hasil Pertanian Agribisnis. Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor.

LAMPIRAN

Page 21: Laprak Mila 4

Gambar 2. Beras Gambar 3. Wadah

Gambar 4. Moisture Tester Gambar 5. Timbangan Analitik