LAPORAN TUGAS PELATIHAN APPLIED APPROACH ANGKATAN III KOPERTIS WILAYAH VII JAWA TIMUR DI UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN Oleh : ROSYID KHOLILUR ROHMAN, ST, MT PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN TAHUN 2014
LAPORAN TUGAS
PELATIHAN APPLIED APPROACH ANGKATAN III
KOPERTIS WILAYAH VII JAWA TIMUR
DI UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
Oleh :
ROSYID KHOLILUR ROHMAN, ST, MT
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
TAHUN 2014
i
LAPORAN TUGAS
DAFTAR ISI
1. KATA PENGANTAR i
2. DAFTAR ISI ii
3. PENELITIAN BERBASIS LABORATORIUM 1
4. EVALUASI PROSES BELAJAR MENGAJAR (PBM) 4
5. EVALUASI ALTERNATIF 7
6. REKONSTRUKSI MATA KULIAH (SILABUS DAN RPP) 9
7. PENULISAN BUKU AJAR 42
8. PENELITIAN TINDAKAN KELAS 69
9. LEMBAR KONSULTASI 77
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselenggaranya
pelatihan PEKERTI APPLIED APPROACH III Tahun 2014 yang dilaksanakan di Universitas
Merdeka Madiun. Penyusunan laporan ini ditujukan sebagai bukti peserta pelatihan mampu dan
memahami materi yang telah diberikan oleh instruktur atau nara sumber serta sebagai pedoman
dalam proses pembelajaran.
Laporan ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam memperbaiki sistem pembelajaran di
Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun, khususnya Prodi S1 Teknik Sipil sehingga
tercapainya tujuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada para instruktur atau
nara sumber :
1. Koordinator Kopertis Wilayah VII Jawa Timur
2. Prof. Dr. Agustinus Ngadiman, M.Pd
3. Prof. Dr. Ir. H. Achmadi Susilo, MS
4. Dr. Ir. Francisca Hariyanti, MT
5. Prof. Dr. Dyah Sawitri, SE, MM
6. LPM Universitas Merdeka Madiun selaku Panitia Pelatihan
Dengan selesainya laporan ini diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu pendidikan
dan pengajaran di Fakultas Teknik Universitas Merdeka Madiun, khususnya Program Studi S1
Teknik Sipil.
Madiun, Juni 2014
Penyusun
Rosyid Kholilur Rohman, ST, MT
1
Tugas 1
PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH BERBENTUK PRAKTIKUM
WAKTU TUJUAN PEMBELAJARAN
MATERI AJAR BENTUK PEMBELAJARAN
KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
(KOMPETENSI)
KRITERIA PENILAIAN
BOBOT NILAI
Minggu
ke-9
Melatih Melakukan
analisis struktur
portal sederhana
dengan SAP2000
Analisis Struktur
portal sederhana
dengan SAP2000
Praktek melakukan
analisis struktur portal
sederhana dengan
SAP2000
Melakukan analisis
struktur portal
sederhana dengan
SAP2000
Input program dan
output analisis benar
40 %
Minggu
ke-12
Melatih Melakukan
analisis struktur
portal 3D dengan
SAP2000
Analisis Struktur
portal 3D dengan
SAP2000
Praktek melakukan
analisis struktur portal
3D dengan SAP2000
Melakukan analisis
struktur dengan
SAP2000
Input program dan
output analisis benar
60 %
2
FORMAT RANCANGAN PRAKTIKUM
Nama Mata Kuliah : Aplikasi Komputer
Kode Mata Kuliah : MKB 41
Semester/SKS : 5/ 2
Dosen : Rosyid Kholilur Rohman, ST., MT
1. Tujuan Praktikum
Mampu melakukan analisis struktur gedung dengan program SAP2000
.
2. Uraian Tugas Praktikum
I. Objek Praktikum
i. Bangunan di area kampus Universitas Merdeka Madiun
ii. Program komputer SAP2000
II. Tempat
Laboratorium Komputer Universitas Merdeka Madiun
III. Yang harus dikerjakan dan batasan-batasan :
i. Mencari obyek bangunan yang sudah ada.
ii. Melakukan identifikasi dimensi struktur bangunan
iii. Melakukan perhitungan pembebanan berdasar Peraturan Pembebanan Indonesia
Untuk Gedung 1989.
iv. Melakukan analisis struktur
v. Menganalisis out put program SAP2000
IV. Metode / Cara / Prosedur Praktikum :
Praktek di Laboratorium Komputer Universitas Merdeka Madiun.
V. Deskripsi laporan praktikum / produk praktikum
i. Mengumpulkan laporan akhir project.
ii. Mengumpulkan hasil project dalam bentuk CD.
3
3. Kriteria Penilaian
Petunjuk penilaian
1. Ketepatan identifikasi obyek 10%
2. Ketepatan perhitungan beban 10%
3. Ketepatan model struktur 10 %
4. Ketepatan input dimensi 10%
5. Ketepatan input beban 15%
6. Ketepatan output analisis struktur 15%
7. Kehadiran 10 %
8. Kerjasama 10%
9. Ketepatan waktu mengumpulkan tugas 10%
Mahasiswa dinyatakan lulus apabila mencapai nilai minimum 56
4
Tugas 2 EVALUASI PROSES BELAJAR MENGAJAR
Nama Mata Kuliah : Aplikasi Komputer Kode Mata Kuliah : MKB 41 Semester/SKS : 5 / 2 Dosen : Rosyid Kholilur R, ST., MT I. Tujuan Evaluasi
1) Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui keaktifan mahasiswa dalam proses pembelajaran.
2) Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui kualitas mengajar dosen.
II. Desain Evaluasi
Merupakan tahapan menentukan pendekatan dalam melakukan evaluasi agar tujuan evaluasi dapat dicapai.
RENCANA EVALUASI PROSES BELAJAR MENGAJAR
No Informasi Yang
Dibutuhkan
Indikator Metode Responden Waktu
Pelaksanaan Teknik Instrumen
1 Keaktifan mahasiswa
dalam proses pembelajaran
1. Kehadiran mahasiswa.
2. Keaktifan bertanya.
3. Keaktifan menjawab.
4. Partisipasi berpendapat dalam
diskusi.
5. Ketepatan waktu
mengumpulkan tugas
1. Review
Dokumen
2. Observasi
1. Presensi
2. Lembar
observasi
Mahasiswa Selama
Perkuliahan
Berlangsung
5
2 Kualitas Mengajar Dosen 1. Kehadiran dosen dalam
perkuliahan
2. Kejelasan kontrak kuliah
3. Penguasaan dosen terhadap
materi kuliah.
4. Kemampuan dosen
menjelaskan
5. Kemampuan dosen berdialog
dengan mahasiswa
6. Kesempatan bertanya yang
diberikan dosen
7. Kemutakhiran literature yang
digunakan.
8. Kualitas tugas
9. Kualitas Soal Ujian
Kuisioner Lembar
Kuisioner
Mahasiswa Selesai UTS
6
III. Pengembangan Instrumen Evaluasi
Instrumen Evaluasi Proses Belajar Mengajar adalah:
ANGKET EVALUASI KUALITAS MENGAJAR DOSEN (DIISI MAHASISWA)
Nama Mata Kuliah : Aplikasi Komputer Kode Mata Kuliah : MKB 41 Semester/SKS : 5 / 2 Dosen : Rosyid Kholilur Rohman, ST, MT Angket ini berisikan pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud untuk mengetahui persepsi anda terhadap perkuliahan yang
anda ikuti. Angket ini sangat bermanfaat untuk memperbaiki perkuliahan yang akan datang.
Petunjuk : Lingkari pada angka yang sesuai dengan pendapat anda untuk semua pertanyaan di bawah ini
Keterangan : (1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik, 4 = sangat baik)
No Aspek Penilaian Skala Penilaian 1 Kehadiran dosen dalam perkuliahan 1 2 3 4
2 Kejelasan kontrak kuliah 1 2 3 4
3 Penguasaan dosen terhadap materi kuliah. 1 2 3 4
4 Kemampuan dosen menjelaskan 1 2 3 4
5 Kemampuan dosen berdialog dengan mahasiswa 1 2 3 4
6 Kesempatan bertanya yang diberikan dosen 1 2 3 4
7 Kemutakhiran literatur yang digunakan. 1 2 3 4
8 Kualitas tugas 1 2 3 4 9 Kualitas Soal Ujian 1 2 3 4
7
Tugas 3:
PERENCANAAN PENILAIAN ALTERNATIF
No Kompetensi Dasar/ Indikator
Materi Pokok Teknik Penilaian Bentuk Penilaian Contoh Instrumen
1 Mampu melakukan analisis
struktur dengan program
komputer SAP2000
Mahasiswa mengetahui langkah
analisis struktur
Langkah analisis
struktur
Tes Test tulis Lembar Penilaian
Mahasiswa mengetahui blok
data masukan
Blok Data Masukan Tes Test tulis Lembar Penilaian
Mahasiswa dapat membuat grid
struktur
Grid struktur Non Tes Asisten Kinerja
Psikomotorik
Lembar Penilaian
Mahasiswa dapat membuat
model struktur
Model struktur Non Tes Asisten Kinerja
Psikomotorik
Lembar Penilaian
Mahasiswa dapat menginput
dimensi dan beban
Penempatan dimensi
penampang dan
pembebanan
Non Tes Asisten Kinerja
Psikomotorik
Lembar Penilaian
Mahasiswa dapat menganalisis
output SAP2000
Output analisis Non Tes Asisten Kinerja
Psikomotorik
Lembar Penilaian
8
RUBRIK PENILAIAN
No Rincian Tugas Skor Maksimum Skor Asesmen
Oleh Mahasiswa Dosen
1 Mengidentifikasi obyek 10
2 Menentukan grid struktur 10
3 Membuat model struktur 10
4 Mendefinikan material 10
5 Mendefinikan dimensi penampang 10
6 Mendefinikan beban 10
7 Menempatkan dimensi penampang 10
8 Mengaplikasikan beban pada struktur 10
9 Menampilkan output analisis dalam bentuk grafis dan tabel 10
10 Ketepatan waktu mengumpulkan tugas 10
100
9
TUGAS 4 : REKONSTRUKSI SILABUS DAN RPP
NAMA DOSEN
NAMA PRODI
NAMA MATA KULIAH
KODE
BOBOT SKS
SEMESTER
STANDAR KOMPETENSI
:
:
:
:
:
:
:
ROSYID KHOLILUR ROHMAN
TEKNIK SIPIL
PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
MKB 59
2 SKS
7
Mahasiswa mampu merencanakan struktur gedung berdasar SNI 2847 2002
1. TAHAP EVALUASI
Berdasarkan hasil evaluasi proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan selama proses perkuliahan, maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
1. Mahasiswa tidak mempersiapkan diri sebelum menghadapi perkuliahan.
2. Mahasiswa tidak mengerjakan tugas kuliah di rumah.
3. Mahasiswa mengalami kesulitan dalam memahami cara perencanaan struktur bangunan gedung
4. Mahasiswa kurang akif bertanya apabila mengalami kesulitan materi perkuliahan.
2. TAHAP REKONSTRUKSI
1. Langkah 1 : Memeriksa Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
2. Langkah 2 : Mengubah strategi perkuliahan yang mengarah pada metode Student Center Learning
3. Langkah 3 : Penilaian hasil belajar tidak hanya pada hasil test tulis tapi juga menilai keaktifan mahasiswa
10
SILABUS MATA KULIAH NAMA DOSEN
NAMA PRODI
NAMA MATA KULIAH
KODE
BOBOT SKS
SEMESTER
PRASYARAT
STANDAR KOMPETENSI
:
:
:
:
:
:
:
:
ROSYID KHOLILUR ROHMAN
TEKNIK SIPIL
PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
MKB 59
2 SKS
7
STRUKTUR BETON 2, APLIKASI KOMPUTER, STRUKTUR BANGUNAN
Mahasiswa mampu merencanakan struktur gedung berdasar SNI 2847 2002
No Kompetensi
Dasar Indikator Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Alokasi
Waktu Sumber/Bahan/ Alat Penilaian
1 Mampu menjelaskan dasar-dasar perencanaan gedung
Menjelaskan pengertian struktur Menjelaskan komponen struktur gedung Menjelaskan data perencanaan Menjelaskan langkah perencanaan
1. Pengertian struktur
2. Komponen struktur
3. Data Perencanaan
1. Mendiskusikan definisi struktur
2. Mendiskusikan komponen struktur
3. Mendiskusikan data-data perencanaan
100 Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press, 2005
Pre Test Keaktifan dalam diskusi
Langkah Perencanaan struktur gedung
Mendiskusikan langkah-langkah perencanaan Memberikan tugas terstruktur
100 Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press, 2005
Keaktifan dalam diskusi
11
2 Merencanakan preliminary design
Merencanakan grid struktur Menentukan dimensi awal balok dan kolom
1. Grid Struktur 2. Preliminary
Design
1. membuat grid struktur 2. menentukan dimensi awal
balok 3. menentukan dimensi awal
kolom 4. Melakukan evaluasi tugas
100 Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press, 2005
Keaktifan dalam konsultasi
3 Merencanakan komponen sekunder
Menghitung penulangan plat Menghitung penulangan tangga
Plat 1. menghitung penulangan plat
2. Melakukan evaluasi tugas
100 Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press, 2005
Keaktifan dalam konsultasi
Tangga 1. menghitung penulangan tangga
2. Melakukan evaluasi tugas
100 Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Erlangga, 1994
Keaktifan dalam konsultasi
4 Melakukan analisis beban-beban yang bekerja
Melakukan analisis beban mati Melakukan analisis beban hidup Melakukan analisis beban gempa
1. Beban Mati 2. Beban Hidup 3. Beban Angin
1. menghitung beban mati 2. menghitung beban hidup 3. menghitung beban angin 4. Melakukan evaluasi tugas
100 Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press, 2005
Keaktifan dalam konsultasi
Beban Gempa 1. Memdiskusikan langkah menghitung gaya gempa
2. Menghitung beban gempa 3. Melakukan evaluasi tugas
100 Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press, 2005
Keaktifan dalam konsultasi
12
5 Melakukan analisis struktur dengan program SAP2000
Melakukan analisis struktur dengan program SAP2000
Analisis Struktur
1. Mendemonstrasikan proses analisis struktur dengan SAP2000
2. Melakukan analisis struktur dengan SAP2000
3. Melakukan evaluasi tugas
100 Dewobroto, Wiryanto, Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP2000, Elex Media Computindo, 2005
Keaktifan dalam konsultasi
6 Menghitung penulangan balok beton bertulang
Menghitung penulangan lentur balok Menghitung penulangan geser balok
Tulangan lentur 1. menghitung tulangan lentur balok
2. Melakukan evaluasi tugas
100 Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Erlangga, 1994
Keaktifan dalam konsultasi
Tulangan Geser 1. Menghitung tulangan geser balok
2. Melakukan evaluasi tugas
100 Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Erlangga, 1994
Keaktifan dalam konsultasi
7 Menghitung penulangan kolom beton bertulang
Menghitung penulangan lentur kolom Menghitung penulangan geser kolom
Tulangan lentur 1. Menghitung tulangan lentur kolom
2. Melakukan evaluasi tugas
100 Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Erlangga, 1994
Keaktifan dalam konsultasi
Tulangan Geser 1. Menghitung tulangan geser kolom
2. Melakukan evaluasi tugas
100 Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Erlangga, 1994 Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press, 2005
Keaktifan dalam konsultasi
13
8 Merencanakan pondasi beton
Menghitung dimensi pondasi Menghitung penulangan lentur pondasi telapak Menghitung kontrol geser pondasi
Dimensi pondasi 1. Menghitung dimensi pondasi
2. Melakukan evaluasi tugas
100 Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Erlangga, 1994
Keaktifan dalam konsultasi
Penulangan lentur Kontrol geser pondasi
1. Menghitung tulangan lentur pondasi telapak
2. Menghitung kontrol geser pondasi
3. Melakukan evaluasi tugas
100 Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Erlangga, 1994
Keaktifan dalam konsultasi Ketepatan waktu mengumpulkan tugas
14
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MINGGU I
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Mahasiswa dapat menjelaskan dasar-dasar perencanaan gedung
INDIKATOR : Menjelaskan pengertian struktur
Menjelaskan komponen struktur gedung
Menjelaskan data-data perencanaan
No TAHAP
KEGIATAN
KEGIATAN MENGAJAR METODE Alokasi
Waktu
MEDIA SUMBER Penilaian
1. Pendahuluan Mengucap salam
Mengecek kehadiran mahasiswa
Memberi motivasi mahasiswa
Menjelaskan kompetensi dasar yang
harus dicapai
Menjelaskan kontrak kuliah
Ceramah
Diskusi
10 menit LCD
White board
Pre Test
15
2 Inti Menjelaskan pengertian struktur
Menjelaskan komponen struktur
gedung
Menjelaskan data-data perencanaan
Menjelaskan gambaran umum tugas
terstruktur
Ceramah
Diskusi
60 menit LCD
White board
Purwono, Rahmat,
Perencanaan
Struktur Beton
Bertulang Tahan
Gempa, ITS Press,
2005
Keaktifan dalam
diskusi
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis
besar
Mengingatkan materi minggu depan
tentang langkah-langkah perencanaan
Mengucap salam dan penutup
Ceramah
30 menit White board
16
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU II
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Mahasiswa dapat menjelaskan dasar-dasar perencanaan gedung
INDIKATOR : Menjelaskan langkah perencanaan struktur gedung
No TAHAP
KEGIATAN
KEGIATAN MENGAJAR METODE Alokasi
Waktu
MEDIA SUMBER Penilaian
1. Pendahuluan Mengucap salam
Mengecek kehadiran mahasiswa
Memberi motivasi mahasiswa
Menjelaskan kompetensi dasar yang
harus dicapai
Mengingat kembali penjelasan minggu
sebelumnya
Ceramah 10 menit LCD
White board
17
2 Inti Menjelaskan langkah perencanaan
struktur gedung
Memberikan tugas terstruktur kepada
masing-masing mahasiswa
Ceramah
Diskusi
60 menit LCD
White board
Purwono, Rahmat,
Perencanaan
Struktur Beton
Bertulang Tahan
Gempa, ITS Press,
2005
Keaktifan
dalam diskusi
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis
besar
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang preliminary design
Mengingatkan urgensi tugas
Mengucap salam dan penutup
Ceramah
30 menit White board
18
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU III
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Mahasiswa dapat menjelaskan preliminary design
INDIKATOR : Merencanakan grid struktur
Menentukan dimensi awal balok dan kolom
No TAHAP
KEGIATAN
KEGIATAN MENGAJAR METODE Alokasi
Waktu
MEDIA SUMBER Penilaian
1. Pendahuluan Mengucap salam
Mengecek kehadiran mahasiswa
Memberi motivasi mahasiswa
Menjelaskan kompetensi dasar yang
harus dicapai
Mengingat kembali penjelasan
minggu sebelumnya
Ceramah 10 menit LCD
White board
19
2 Inti Menjelaskan langkah merencanakan
grid struktur
Menjelaskan cara penentuan dimensi
awal balok
Menjelaskan cara penentuan dimensi
awal kolom
Ceramah
Diskusi
/Konsultasi Tugas
60 menit LCD
White board
Purwono, Rahmat,
Perencanaan
Struktur Beton
Bertulang Tahan
Gempa, ITS Press,
2005
Keaktifan dalam
konsultasi
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis
besar
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang penulangan plat
Mengucap salam dan penutup
Ceramah
30 menit White board
20
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU IV
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Merencanakan komponen sekunder
INDIKATOR : Menghitung penulangan plat
No TAHAP
KEGIATAN
KEGIATAN MENGAJAR METODE Alokasi
Waktu
MEDIA SUMBER Penilaian
1. Pendahuluan Mengucap salam
Mengecek kehadiran mahasiswa
Memberi motivasi mahasiswa
Menjelaskan kompetensi dasar yang
harus dicapai
Mengevaluasi tugas minggu
sebelumnya
Ceramah 10 menit LCD
White board
21
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung
penulangan plat
Memberi contoh perhitungan
penulangan plat
Mahasiswa menghitung penulangan
plat
Ceramah
Diskusi/
Konsultasi
Tugas
60 menit LCD
White board
Purwono, Rahmat,
Perencanaan Struktur
Beton Bertulang Tahan
Gempa, ITS Press,
2005
Keaktifan dalam
konsultasi
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis
besar
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang penulangan tangga
Mengucap salam dan penutup
Ceramah
30 menit White board
22
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU V
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Merencanakan komponen sekunder
INDIKATOR : Menghitung penulangan tangga
No TAHAP
KEGIATAN
KEGIATAN MENGAJAR METODE Alokasi
Waktu
MEDIA SUMBER Penilaian
1. Pendahuluan Mengucap salam
Mengecek kehadiran mahasiswa
Memberi motivasi mahasiswa
Menjelaskan kompetensi dasar yang harus
dicapai
Mengevaluasi tugas minggu sebelumnya
Ceramah 10 menit LCD
White board
23
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung
penulangan tangga
Memberi contoh perhitungan penulangan
tangga
Mahasiswa menghitung penulangan tangga
Ceramah
Diskusi/
Konsultasi
Tugas
60 menit LCD
White board
Dipohusodo,
Istimawan, Struktur
Beton Bertulang,
Erlangga, 1994
Keaktifan dalam
konsultasi
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis besar
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang analisis beban yang bekerja
Mengucap salam dan penutup
Ceramah
30 menit White board
24
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU VI
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Melakukan analisis beban-beban yang bekerja
INDIKATOR : Melakukan analisis beban mati
Melakukan analisis beban hidup
Melakukan analisis beban angin
No TAHAP
KEGIATAN
KEGIATAN MENGAJAR METODE Alokasi
Waktu
MEDIA SUMBER Penilaian
1. Pendahuluan Mengucap salam
Mengecek kehadiran mahasiswa
Memberi motivasi mahasiswa
Menjelaskan kompetensi dasar yang
harus dicapai
Mengevaluasi tugas minggu sebelumnya
Ceramah 10 menit LCD
White board
25
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung beban
mati
Menjelaskan langkah menghitung beban
hidup
Memberi contoh perhitungan beban mati
dan hidup
Mahasiswa menghitung beban mati,
hidup dan angin yang bekerja
Ceramah
Diskusi/
Konsultasi Tugas
60 menit LCD
White board
Purwono, Rahmat,
Perencanaan
Struktur Beton
Bertulang Tahan
Gempa, ITS Press,
2005
Keaktifan dalam
konsultasi
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis besar
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang analisis beban gempa
Mengucap salam dan penutup
Ceramah
Diskusi
30 menit White board
26
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU VII
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Melakukan analisis beban-beban yang bekerja
INDIKATOR : Melakukan analisis beban gempa
No TAHAP
KEGIATAN
KEGIATAN MENGAJAR METODE Alokasi
Waktu
MEDIA SUMBER Penilaian
1. Pendahuluan Mengucap salam
Mengecek kehadiran mahasiswa
Memberi motivasi mahasiswa
Menjelaskan kompetensi dasar yang
harus dicapai
Mengevaluasi tugas minggu
sebelumnya
Ceramah 10 menit LCD
White board
27
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung
beban gempa
Memberi contoh perhitungan beban
gempa
Mahasiswa menghitung beban gempa
Ceramah
Diskusi/
Konsultasi Tugas
60 menit LCD
White board
Purwono, Rahmat,
Perencanaan Struktur
Beton Bertulang
Tahan Gempa, ITS
Press, 2005
Keaktifan dalam
konsultasi
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis
besar
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang analisis struktur
Mengucap salam dan penutup
Ceramah
Diskusi
30 menit White board
28
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU IX
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Melakukan analisis struktur dengan program SAP2000
INDIKATOR : Melakukan analisis struktur dengan program SAP2000
No TAHAP
KEGIATAN
KEGIATAN MENGAJAR METODE Alokasi
Waktu
MEDIA SUMBER Penlaian
1. Pendahuluan Mengucap salam
Mengecek kehadiran mahasiswa
Memberi motivasi mahasiswa
Menjelaskan kompetensi dasar yang
harus dicapai
Mengevaluasi tugas minggu
sebelumnya
Ceramah 10 menit LCD
White board
29
2 Inti Mendemonstrasikan proses analisis
struktur dengan SAP2000
Menjelaskan analisis gaya-gaya yang
bekerja
Mahasiswa melakukan analisis
struktur dengan SAP2000
Ceramah
Diskusi/
Konsultasi Tugas
60 menit LCD
White board
Dewobroto, Wiryanto,
Aplikasi Rekayasa
Konstruksi dengan
SAP2000, Elex Media
Computindo, 2005
Keaktifan dalam
konsultasi
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis
besar
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang penulangan lentur balok
Mengucap salam dan penutup
Ceramah
Diskusi
30 menit White board
30
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU X
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Menghitung penulangan balok beton bertulang
INDIKATOR : Menghitung penulangan lentur balok
No TAHAP
KEGIATAN
KEGIATAN MENGAJAR METODE Alokasi
Waktu
MEDIA SUMBER Penilaian
1. Pendahuluan Mengucap salam
Mengecek kehadiran mahasiswa
Memberi motivasi mahasiswa
Menjelaskan kompetensi dasar yang
harus dicapai
Mengevaluasi tugas minggu
sebelumnya
Ceramah 10 menit LCD
White board
31
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung
tulangan lentur
Memberi contoh perhitungan tulangan
lentur balok
Mahasiswa menghitung tulangan
lentur balok
Ceramah
Diskusi/
Konsultasi
Tugas
60 menit LCD
White board
Dipohusodo, Istimawan,
Struktur Beton Bertulang,
Erlangga, 1994
Keaktifan dalam
konsultasi
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis
besar
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang penulangan geser balok
Mengucap salam dan penutup
Ceramah
30 menit White board
32
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU XI
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Menghitung penulangan balok beton bertulang
INDIKATOR : Menghitung penulangan geser balok
No TAHAP
KEGIATAN
KEGIATAN MENGAJAR METODE Alokasi
Waktu
MEDIA SUMBER Penilaian
1. Pendahuluan Mengucap salam
Mengecek kehadiran mahasiswa
Memberi motivasi mahasiswa
Menjelaskan kompetensi dasar
yang harus dicapai
Mengevaluasi tugas minggu
sebelumnya
Ceramah 10 menit LCD
White board
33
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung
tulangan geser
Memberi contoh perhitungan
tulangan geser balok
Mahasiswa menghitung tulangan
geser balok
Ceramah
Diskusi/
Konsultasi
Tugas
60 menit LCD
White board
Dipohusodo, Istimawan,
Struktur Beton
Bertulang, Erlangga,
1994
Keaktifan dalam
konsultasi
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis
besar
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu
depan tentang penulangan lentur
kolom
Mengucap salam dan penutup
Ceramah
30 menit White board
34
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU XII
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Menghitung penulangan kolom beton bertulang
INDIKATOR : Menghitung penulangan lentur kolom
No TAHAP
KEGIATAN
KEGIATAN MENGAJAR METODE Alokasi
Waktu
MEDIA SUMBER Penilaian
1. Pendahuluan Mengucap salam
Mengecek kehadiran mahasiswa
Memberi motivasi mahasiswa
Menjelaskan kompetensi dasar yang
harus dicapai
Mengevaluasi tugas minggu
sebelumnya
Ceramah 10 menit LCD
White board
35
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung
tulangan lentur
Memberi contoh perhitungan tulangan
lentur kolom
Mahasiswa menghitung tulangan
lentur kolom
Ceramah
Diskusi/
Konsultasi
Tugas
60 menit LCD
White board
Dipohusodo, Istimawan,
Struktur Beton
Bertulang, Erlangga,
1994
Keaktifan dalam
konsultasi
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis
besar
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang penulangan geser kolom
Mengucap salam dan penutup
Ceramah
Diskusi
30 menit White board
36
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU XIII
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Menghitung penulangan kolom beton bertulang
INDIKATOR : Menghitung penulangan geser kolom
No TAHAP
KEGIATAN
KEGIATAN MENGAJAR METODE Alokasi
Waktu
MEDIA SUMBER Penilaian
1. Pendahuluan Mengucap salam
Mengecek kehadiran mahasiswa
Memberi motivasi mahasiswa
Menjelaskan kompetensi dasar yang
harus dicapai
Mengevaluasi tugas minggu
sebelumnya
Ceramah 10 menit LCD
White board
37
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung
tulangan geser kolom
Memberi contoh perhitungan tulangan
geser kolom
Mahasiswa menghitung tulangan geser
kolom
Ceramah
Diskusi/ Konsultasi
Tugas
60 menit LCD
White board
Dipohusodo,
Istimawan, Struktur
Beton Bertulang,
Erlangga, 1994
Keaktifan dalam
konsultasi
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis
besar
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang perhitungan dimensi pondasi
Mengucap salam dan penutup
Ceramah
Diskusi
30 menit White board
38
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU XIV
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Merencanakan pondasi beton
INDIKATOR : Menghitung dimensi pondasi
No TAHAP
KEGIATAN
KEGIATAN MENGAJAR METODE Alokasi
Waktu
MEDIA SUMBER Penilaian
1. Pendahuluan Mengucap salam
Mengecek kehadiran mahasiswa
Memberi motivasi mahasiswa
Menjelaskan kompetensi dasar yang
harus dicapai
Mengevaluasi tugas minggu
sebelumnya
Ceramah 10 menit LCD
White board
39
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung
dimensi pondasi
Memberi contoh perhitungan dimensi
pondasi
Mahasiswa menghitung dimensi
pondasi
Ceramah
Diskusi/
Konsultasi
Tugas
60 menit LCD
White board
Dipohusodo, Istimawan,
Struktur Beton Bertulang,
Erlangga, 1994
Keaktifan dalam
konsultasi
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis
besar
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan materi minggu depan
tentang penulangan lentur pondasi
dan geser pondasi
Mengucap salam dan penutup
Ceramah
Diskusi
30 menit White board
40
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
MINGGU XV
NAMA PRODI : TEKNIK SIPIL
NAMA MATA KULIAH : PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
KODE : MKB 59
BOBOT SKS/ SEMESTER : 2 SKS/ 7
ALOKASI WAKTU : 2 x 50’
STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa dapat merencanakan struktur gedung bedasar SNI 2847 2002
KOMPETENSI DASAR : Merencanakan pondasi beton
INDIKATOR : Menghitung penulangan lentur pondasi telapak
Menghitung kontrol geser pondasi
No TAHAP
KEGIATAN
KEGIATAN MENGAJAR METODE Alokasi
Waktu
MEDIA SUMBER Penilaian
1. Pendahuluan Mengucap salam
Mengecek kehadiran mahasiswa
Memberi motivasi mahasiswa
Menjelaskan kompetensi dasar yang
harus dicapai
Mengevaluasi tugas minggu sebelumnya
Ceramah 10 menit LCD
White board
41
2 Inti Menjelaskan langkah menghitung
tulangan lentur pondasi telapak
Menjelaskan langkah kontrol geser
pondasi
Mahasiswa menghitung tulangan lentur
pondasi telapak
Mahasiswa menghitung kontrol geser
pondasi
Ceramah
Diskusi/
Konsultasi
Tugas
60 menit LCD
White board
Dipohusodo,
Istimawan, Struktur
Beton Bertulang,
Erlangga, 1994
Keaktifan dalam
konsultasi
Ketepatan waktu
mengumpulkan
tugas
3 Penutup Membuat kesimpulan secara garis besar
Mengevaluasi tugas mahasiswa
Mengingatkan batas waktu pengumpulan
tugas
Mengucap salam dan penutup
Ceramah
30 menit LCD
White board
42
PENULISAN BUKU AJAR Program Studi : Teknik Sipil
Mata Kuliah : Perancangan Struktur Gedung
Kode Mata Kuliah : MKB 59
Semester : VII
Prasyarat : Struktur Beton 2, Aplikasi Komputer, Struktur Bangunan
Bobot SKS : 2
Alokasi Waktu : 2 x 50 menit
A. Deskripsi
Materi mata kuliah ini Perancangan Struktur Gedung meliputi :
dasar-dasar perencanaan gedung, preliminary design, komponen struktur sekunder, analisis beban,
analisis struktur, penulangan balok, kolom dan pondasi.
B. Manfaat Mata Kuliah
Dengan mengambil mata kuliah Perancangan Struktur Gedung ini mahasiswa dapat
merencanakan struktur gedung sesuai dengan SNI 2847 2002 dan merupakan salah satu prasyarat
apabila seseorang terjun di dunia konsultasi bangunan gedung.
C. Standar Kompetensi
Setelah menyelesaikan maka kuliah ini, mahasiswa mampu merencanakan struktur gedung beton
bertulang berdasar SNI 2847 2002.
D. Kompetensi Dasar
1. Mampu menjelaskan dasar-dasar perencanaan gedung
2. Mampu merencanakan preliminary design
3. Merencanakan komponen sekunder
4. Melakukan analisis beban-beban yang bekerja
5. Melakukan analisis struktur dengan program bantu SAP2000
6. Menghitung penulangan balok beton bertulang
7. Menghitung penulangan kolom beton bertulang
8. Merencanakan pondasi
43
E. Organisasi Materi
Mahasiswa mampu merencanakan struktur gedung beton bertulang berdasar SNI 2847 2002.
(C3)
dasar-dasar perencanaan gedung (C1)
beban-beban yang bekerja pada struktur (C3)
komponen struktur sekunder
(C3)
Penulangan kolom beton bertulang
(C3)
Penulangan balok beton bertulang
(C3)
Penulangan pondasi (C3)
preliminary design (C3)
analisis struktur dengan program bantu SAP2000
(C3)
44
DASAR DASAR PERENCANAAN GEDUNG
A. PENDAHULUAN
Deskripsi Materi :
Materi Pembelajaran Bab I meliputi pengertian struktur, komponen struktur gedung, dan data-data
perencanaan
Manfaat Materi :
Dengan mempelajari Bab I mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan pengertian struktur,
mengetahui komponen-komponen struktur dan mengetahui data apa saja yang dibutuhkan dalam
meencana gedung serta mengetahui langkah-langkah perencanaan gedung
Kompetensi Dasar :
Mahasiswa dapat menjelaskan dasar-dasar perencanaan gedung
Indikator :
1. Menjelaskan pengertian struktur
2. Menjelaskan komponen struktur gedung
3. Menjelaskan data-data perencanaan
4. Menjelaskan langkah-langkah merencanakan gedung
B. PENYAJIAN
1.1. Pengertian Struktur
Struktur adalah sarana untuk menerima beban-beban yang bekerja yaitu beban
mati, hidup, angin, gempa) dan menyalurkannya ke tanah. Setelah mendapatkan semua
gaya-gaya luar, selanjutnya gaya-gaya tersebut didistribusikan ke elemen elemen sebuah
struktur.
Elemen-elemen sebuah struktur harus cukup kuat untuk menahan gaya-gaya
dalam yang bekerja sehingga struktur aman. Sebuah struktur dibentuk dari elemen-
elemen bahan, dimana perilaku struktur selaras dengan model yang ditetapkan untuk
perhitungan. Kemungkinan-kemungkinan deformasi (lendutan, perpindahan) dari
sambungan sambungan harus digambarkan dengan benar dalam analisa model. Metode
umum untuk mengklasifikasikan elemen struktur dan sistem menurut bentuk dan sifat
45
fisiknya sebagai berikut :
- Berdasarkan geometri dasar, yaitu bentuk struktur diklasifikasikan sebagai bentuk
elemen garis atau gabungan beberapa elemen garis yang terbagi dalam garis lurus
dan garis lengkung.
- Berdasarkan kekakuan elemen struktur, yaitu struktur diklasifikasikan apakah
elemennya kaku atai fleksibel. Elemen kaku umumnya sebagai batang yang tidak
mengalami perubahan bentuk (deformasi) yang cukup besar bila dibebani. Elemen
fleksibel seperti kabel yang cenderung berubah bila mengalami pembebanan, namun
elemen struktur fleksibel ini tetap mempertahankan fisiknya meskipun bentuknya
berubah-ubah. Kekakuan atau fleksibilitas elemen struktur tetrgantung juga pada
bahan konstruksi yang digunakan pada elemen tersebut.
- Berdasarkan material struktur, yaitu pengklasifikasian struktur berdasarkan bahannya
seperti kayu, baja, dan struktur beton.
1.2. Komponen struktur
1.2.1. Pelat
Pelat merupakan elemen struktur yang mempunyai ketebalan relatif kecil jika
dibandingkan lebar dan panjangnya. Pada umumnya bidang/permukaan atas dan bawah
suatu pelat adalah sejajar atau hampir sejajar. Tumpuan pelat pada umumnya dapat
berupa balok-balok beton bertulang, struktur baja, kolom-kolom (pelat cendawan), dan
dapat juga berupa tumpuan langsung di atas tanah. Pelat dapat ditumpu pada tumpuan
garis yang menerus, seperti halnya dinding dan balok, tetapi dapat juga ditumpu lokal
(di atas sebuah kolom atau beberapa kolom).
Selain beberapa jenis pelat ditumpu oleh balok atau kolom, terdapat pula pelat
yang diletakkan langsung di atas tanah, misalnya pelat beton untuk jalan raya, landasan
pesawat udara, dan lantai ruangan bawah gedung (basement).
1.2.2. Balok
Balok merupakan elemen lentur yang berfungsi mentransfer beban vertical
secara horisontal. Pada sistem struktural bangunan gedung, elemen balok merupakan
paling banyak digunakan dengan pola berulang dalam susunan hirarki balok. Susunan
hirarki ini terdiri atas ; susunan satu tingkat, dua tingkat, dan susunan tiga tingkat
sebagai batas maksimum. Tegangan aktual yang timbul pada elemen struktur balok
46
tergantung pada besar dan distribusi material pada penampang melintang balok tersebut.
Semakin besar ukuran balok, semakin kecil tegangan yang terjadi.
Variabel dasar penting dalam mendesaian elemen balok adalah besarnya beban
yang ada, jarak antara beban-beban, dan perilaku kondisi tumpuan balok. Contoh,
elemen struktur balok yang ujung-ujungnya dijepit lebih kaku daripada balok yang
ujung-ujungnya dapat berputar bebas. Begitu pula dengan balok yang menerus
(continues beam) di atas banyak tumpuan lebih menguntungkan dibanding dengan balok
di atas tumpuan sederhana (simple beam).
1.2.2. Kolom
Kolom merupakan suatu komponen struktur bangunan yan g fungsi utamanya
menahan beban aksial tekan vertikal. Kolom menempati posisi penting dalam sistem
struktur bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada runtuhnya
komponen struktur lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan batas runtuh
merupakan batas runtuh total keseluruhan struktur bangunan. Oleh karena itu, dalam
merencanakan struktur kolom harus dihitung dengan cadangan kekuatan lebih tinggi dari
komponen struktur lainnya.
Secara garis besar terdapat tiga jenis kolom beton bertulang, yaitu :
1. Kolom dengan pengikat sengkang lateral
2. Kolom dengan pengikat spiral
3. Struktur kolom komposit
1.2.3. Pondasi
Pondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar struktur yang berfungsi untuk
menyalurkan beban struktur atas ke tanah pendukungnya. Beban struktur atas yang
bekerja pada pondasi dapat berupa beban vertikal, horisontal, momen, atau kombinasi
dari ketiga-tiganya.
Secara umum, menurut kedalamannya pondasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Pondasi dangkal : pondasi yang dasarnya terletak dekat dengan permukaan tanah,
misalnya pondasi telapak, mat, dan sebagainya
2. Pondasi dalam : pondasi yang dasarnya terletak jauh di bawah muka tanah, misalnya
pondasi tiang pancang, sumuran, dan sebagainya.
47
1.3. Data-data perencanaan
Data perencanaan meliputi :
a. denah bangunan,
Denah tidak hanya menggambarkan ruang-ruang berserta fungsi dan ukurannya
saja, namun juga sangat berarti untuk menempatkan posisi-posisi struktur utama (kolom
dan dinding struktur), mewadahi bentangan bangunan dan jarak antar kolom, dan juga
untuk menentukan posisi-posisi rangka atap. Merancang denah adalah bagian yang
paling kompleks dalam pentahapan perancangan bangunan. Di bangunan bertingkat,
denah bahkan memegang peran penting karena denah satu lantai akan terikat dengan
denah lantai lainnya, yaitu pada sistem struktur utama, pelat-pelat lantai beserta
baloknya sampai pada sistem pondasi yang akan digunakan.
a. data lokasi,
Site atau lokasi juga akan berpengaruh terhadap aspek lain karena memberikan
informasi mengenai kondisi lingkungan beserta aspek yang terkait semacam iklim mikro
lingkungan, keadaan tanah termasuk kekuatan dan topografinya, ketersediaan bahan
bangunan, ketetanggaan dengan bangunan lain dan sebagainya. Informasi pada site ini
juga sangat menentukan tindakan-tindakan yang akan diambil dalam perancangan
struktur. Bentuk bangunan seperti apa, sistem struktur yang mana yang sesuai,
pemakaian bahan yang bagaimana yang tepat dan bagaimana bentukan bersikap dengan
bangunan di sekitarnya baik untuk kepentingan bangunan itu sendiri atau kepentingan
lingkungan sekitar, akan sangat mempengaruhi perancangan struktur.
Data lokasi juga digunakan untuk mengetahui zona gempa bangunan yang
direncanakan. Pembagian zona gempa wilayah Indonesia dapat ditentukan berdasar Peta
Wilayah Gempa SNI 1726 2002. Berdasar SNI 1726 2002 wilayah Indonesia dibagi
dalam 6 wilayah gempa.
b. data tanah,
Dalam merencanakan bangunan bertingkat data tanah mutlak diperlukan. Data
tanah digunakan untuk menentukan daya dukung tanah. Data tanah dapat diperoleh dari
hasil uji tanah berupa sondir test, SPT, boring dan Uji Geser Tanah. Dari data tanah
yang tersedia selanjutnya dijadikan dasar untuk menentukan jenis dan dimensi pondasi.
48
c. Mutu beton dan mutu baja
Dalam merencanakan sebuah bangunan, perencana harus menentukan mutu
beton dan mutu baja yang direncanakan. Mutu beton dan mutu baja dinyatakan dalam
satuan MPa ( N/mm2).
d. Fungsi bangunan
Fungsi bangunan adalah aspek yang akan diwadahi dalam struktur, sehingga
pembahasannya wajib dilakukan untuk mengetahui persyaratan-persyaratan tertentu
yang harus dipenuhi oleh ruang. Karena menentukan ruang maka struktur dan
konstruksi yang dibentuk oleh bangunan harus memperhatikan persyaratan ruang.
Bangunan tidak akan berhasil mewadahi fungsi jika kegiatan di dalamnya tidak
difasilitasi oleh ruang. Fasilitas-fasilitas ini akan berupa sistem-sistem utilitas pada
bangunan yang sangat tergantung dengan faktor-faktor lain yang telah disebut di atas.
Fungsi bangunan akan menentukan besarnya beban yang bekerja. Peraturan
Pembebebanan Indonesia Untuk Gedung 1989 mengatur besarnya beban yang bekerja
berdasarkan fungsi bangunan.
1.4. Langkah-Langkah Perencanaan
Langkah –langkah merencanakan gedung adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data perencanaan
Data perencanaan meliputi : denah bangunan, data lokasi, data tanah, mutu beton
dan mutu baja yang direncanakan, serta fungsi bangunan.
2. Merencanakan denah dan grid struktur
Grid struktur digunakan untuk menentukan posisi kolom dan balok yang
direncanakan untuk memikul gaya-gaya yang bekerja.
3. Merencanakan preliminary design
Preliminary design dilakukan untuk desain pendahuluan dimensi balok dan kolom
yang direncanakan. Dimensi awal balok dan kolom akan digunakan dalam input
analisis struktur.
4. Merencanakan komponen struktur sekunder
Komponen struktur sekunder diantaranya plat, tangga, dan ramp.
5. Melakukan analisis beban-beban yang bekerja
Beban yang dianalisis meliputi beban mati, hidup, angin dan gempa.
49
6. Melakukan analisis struktur dengan program bantu SAP2000
Analisis struktur dilakukan untuk mendapatkan gaya-gaya yang bekerja pada
struktur. Hasil analisis struktur digunakan sebagai input dalam menghitung
penulangan balok, kolom dan pondasi.
7. Menghitung penulangan balok beton bertulang
Berdasar data penampang dan gaya yang bekerja pada balok dapat dilakukan
perhitungan kebutuhan tulangan lentur dan geser.
8. Menghitung penulangan kolom beton bertulang
Berdasar data penampang dan gaya yangbekerja dapat dilakukan perhitungan
kebutuhan tulangan lentur dan geser.
9. Merencanakan pondasi
Berdasarkan hasil reaksi di perletakan dapat dihitung dimensi pondasi yang
dibutuhkan dan penulangannya.
10. Membuat gambar kerja
Hasil analisis perhitungan dimensi selanjutnya dituangkan dalam gambar kerja.
Gambar kerja struktur meliputi rencana pondasi, rencana balok, rencana kolom,
dan detail penulangan.
C. PENUTUP
I. Latihan Soal
1. Jelaskan komponen struktur gedung?
2. Jelaskan data-data yang diperlukan untuk merencana gedung
II. Tugas
Mengidentifikasi dimensi struktur bangunan di kampus Unmer Madiun.
REFERENSI :
Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Erlangga, 1994
Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press, 2005
50
PRELIMINARY DESIGN
A. PENDAHULUAN
Deskripsi Materi :
Materi Pembelajaran Bab II meliputi pengertian grid struktur, dan cara menentukan dimensi awal
balok kolom.
Manfaat Materi :
Dengan mempelajari Bab II mahasiswa diharapkan mampu merencanakan grid struktur, dapat
menentukan dimensi awal balok dan kolom
Kompetensi Dasar :
Mahasiswa dapat menjelaskan dan melakukan preliminary desain
Indikator :
1. Merencanakan grid struktur
2. Menentukan dimensi awal balok dan kolom
B. PENYAJIAN
2.1. Pengertian Grid Struktur
rid struktur adalah pola tertentu yang digunakan untuk meletakkan titik-titik atau
garis-garis sistem struktur bangunan dalam denahnya. Titik-titik itu akan menunjukkan
letak kolom sedangkan garis-garis akan menunjukkan letak dinding struktural dalam
bangunan. Grid struktur bukan hanya seperti milimeter-blok, yang hanya memandu
pembuatan gambar denah namun lebih berarti sangat penting karena bentuk-bentuk dan
ukuran grid ini akan berkaitan langsung dengan sistem struktur dan aspek-aspek penting
lain dalam bangunan termasuk fungsi ruang. Grid struktur ini baik bentuk dan
ukurannya harus diikuti oleh atau menyesuaikan dengan ukuran ruang-ruang yang
terdapat dalam denah bangunan. Karena sistem struktur tidak hanya meliputi kolom atau
dinding saja, maka pengaturan grid struktur ini juga harus mempertimbangkan posisi-
posisi elemen sistem struktur lain seperti rangka atap di atas bangunan dan juga pondasi
di bawah bangunan sebab sistem struktur, seperti telah dibahas di atas, idealnya harus
menerus dalam menyalurkan beban dari atas ke bawah.
51
Dalam denah, informasi penggunaan titik-titik kolom dan atau garis-garis
dinding struktural ini sudah dapat menentukan kaitan dengan sistem struktur yang lain
tersebut. Pola grid struktur ini harus dapat ditentukan pada tahap “pre-design” yaitu
pada akhir dari tahap ide gagasan atau konsep bangunan karena penggunaan pola grid
ini akan berpengaruh pada aspek-aspek lain dalam bangunan baik secara langsung atau
tidak, seperti pada bentuk dan bentangan ruang, ukuran ruang, kemungkinan akses
bukaan dan sebagainya. Pada tahap denah jadi, grid struktur ini sangat penting artinya
karena akan berfungsi:
menggambarkan sistem struktur yang dipakai
menentukan posisi-posisi kaitan dengan elemen sistem struktur lain
memfasilitasi ruang fungsi di dalamnya
menentukan kaitan antar lantai pada bangunan bertingkat
menentukan secara pasti posisi kolom, balok atau dinding struktur
Gambar 2.1. Beberapa pola grid yang dapat digunakan
(Sumber : Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa,
ITS Press, 2005
2.2. Menentukan Prakiraan Dimensi Kolom dan Balok
Dimensi kolom dan balok pada bangunan memang harus dihitung secara pasti,
namun bagi arsitek, prakiraan dimensi kolom dan balok ini dapat dilakukan sehingga
52
hasil dari perhitungan teknis struktural pada nantinya tidak akan jauh berbeda atau
dengan kata lain dimensi yang diajukan arsitek masih dapat dipakai. Sekali lagi yang
harus diperhatikan adalah bahwa arsitek membuat prakiraan ini tidak hanya berdasarkan
pertimbangan aspek struktur saja namun didasarkan pula pada aspek lain dalam
bangunan, sehingga bagi konstruktor struktur sipil, ukuran atau dimensi yang diberikan
oleh arsitek idealnya tidak dirubah secara drastis, baik bentuk atau dimensinya. Proses
penyesuaian atau tawar-menawar sangat dimungkinkan untuk mengasilkan bentuk dan
dimensi yang optimal.
Pada struktur beton bertulang, untuk dapat memperkirakan bentuk dan besaran
atau dimensi kolom dan balok tentu saja aspek pertama yang dipikirkan adalah aspek
bahan struktur terhadap kemampuannya melayani beban atau bentang tertentu, yang
selengkapnya dapat dilihat pada tabel.
a . Bentuk dan Dimensi Kolom Beton Bertulang
Kolom bangunan bertugas menopang beban bangunan yang diberikan
kepadanya. Daerah atau luasan tertentu menjadi tanggung jawab sebuah kolom tertentu.
Kolom-kolom pada satu bangunan belum tentu mempunyai beban yang sama, sehingga
perlu dianalisis satu per satu daerah pikulnya. Untuk dapat lebih efisien, beban yang
berupa bentuk ataupun area pikul kolom itu sebanyak mungkin dibuat seragam, sehingga
baik proses perencanaan dan perhitungan strukturnya menjadi sederhana karena tidak
memerlukan hitungan satu persatu. Namun demikian, karena pertimbangan terhadap
aspek lain, kadang kala pada lokasi-lokasi tertentu pada bangunan, ruang-ruang menjadi
berbeda sehingga mengakibatkan kolom-kolom sebagai pemikul yang berbeda pula,
perbedaan ini meliputi perbedaan bentang, bertambah atau berkurang.
Pada idealnya sebuah kolom akan mewakili bentuk area pikulnya. Jika grid yang
terbentuk pada ruang atau denah bangunan membentuk bujur sangkar, maka secara
struktural, kolom sebaiknya bujur sangkar demikian pula bentuk-bentuk yang lain.
Kolom lingkaran dapat dipakai untuk memikul area beban yang simetris pada sisi-
sisinya. Sedangkan ukuran kolom beton bertulang pada bangunan bertingkat dua sangat
tergantung pada bentangannya. Secara umum harus dihitung tiap satuan persegi dari
luasan penampang kolom yang akan memikul beban tertentu yang masing-masing
kualitas beton bertulang akan berbeda. Dimensi dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus :
53
cfPA
'33,0
dimana A = luas penampang kolom (cm2)
P = beban aksial maksimum yang diperkirakan bekerja
fc = mutu beton (kg/cm2) Sebagai gambaran kasar, bangunan satu lantai tidak bertingkat menggunakan
kolom praktis ~(10 x 10) cm setiap sambungan atau pertemuan dindingnya atau setiap
luasan 9 ~ 12 meter persegi atau untuk dinding setinggi ~3 meter dipasang setiap 3 - 4
meter. Untuk bentangan yang hampir sama, kolom-kolom pada lantai dua dapat
diprakirakan dengan ukuran dua kali lipat dari sisi-sisi kolom tersebut. Bangunan
berlantai dua dapat menggunakan kolom ~(20 x 20) cm bangunan berlantai tiga dapat
menggunakan ~ (30 x 30) cm, dan seterusnya. Tentu saja pertimbangan bentuk area
pikul di atas harus dimasukkan dalam pencarian bentuk dan dimensi ini.
b. Bentuk dan Dimensi Balok Beton Bertulang
Balok pada struktur beton bertulang biasanya sekaligus digabung dengan pelat
lantai beton bertulang menjadi satu kesatuan. Namun demikian penampang balok beton
ini masih dihitung dari sisi bawah sampai sisi atas pelat lantai. Demikian juga seperti
pada kolom, prakiraan bentuk dan dimensi balok juga harus diperhitungkan terhadap
aspek lain pada bangunan. Penampang balok yang ideal adalah balok yang mempunyai
ketinggian yang lebih besar daripada lebarnya. Rasio lebar : tinggi balok dapat berkisar
1 : 3 hingga 2 : 3 walaupun angka ini tidak mutlak, namun kebanyakan balok beton
bertulang mempunyai kisaran rasio ini.
Gambar 2.2. Teknik perkiraan dimensi balok beton bertulang
Pada balok tinggi memang diutamakan ketimbang lebar secara struktural, namun
karena alaan lain, dapat saja balok dibuat dengan bentuk lain. Untuk memprakirakan
ketinggian balok pada konstruksi beton bertulang dapat mengambil angka 1/10 hingga
H
L/H ~ 1/10-1/12
54
1/12 dari bentangan kolom penumpunya, walaupun juga angka ini masih sangat
tergantung pada jenis beban dan kekuatan material betonnya. Pada beton non-
konvensional seperti beton pre-stress atau beton post-tention, rasionya dapat lebih kecil
hingga 1/20 bentangannya.
C. PENUTUP
I. Latihan Soal
1. Jelaskan cara menentukan dimensi awal balok!
2. Jelaskan cara menentukan dimensi awal kolom!
II. Tugas
Tentukan dimensi awal balok dan kolom bangunan yang Saudara rencanakan!
REFERENSI :
Badan Standarisasi Nasional, SNI 2847 03 2002
Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Erlangga, 1994
Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press, 2005
55
BEBAN-BEBAN YANG BEKERJA PADA STRUKTUR
A. PENDAHULUAN
Deskripsi Materi :
Materi Pembelajaran Bab III meliputi beban mati, beban hidup dan beban gempa.
Manfaat Materi :
Dengan mempelajari Bab III mahasiswa diharapkan mampu menghitung beban mati, beban hidup
dan beban gempa yang bekerja pada struktur gedung.
Kompetensi Dasar :
Mahasiswa dapat menghitung beban-beban yang bekerja.
Indikator :
Menghitung beban mati
Menghitung beban hidup
Menghirung beban angin
Menghitung beban gempa
B. PENYAJIAN
3.1. Beban Mati Untuk keperluan analisis dan desain struktur bangunan, besarnya beban mati harus
ditaksir atau ditentukan terlebih dahulu. Beban mati adalah beban-beban yang bekerja
vertikal ke bawah pada struktur dan mempunyai karakteristik bangunan, seperti misalnya
penutup lantai, alat mekanis, dan partisi. Berat dari elemen-elemen ini pada umumnya dapat
diitentukan dengan mudah dengan derajat ketelitian cukup tinggi. Untuk menghitung
besarnya beban mati suatu elemen dilakukan dengan meninjau berat satuan material tersebut
berdasarkan volume elemen. Berat satuan (unit weight) material secara empiris telah
ditentukan dan telah banyak dicantumkan tabelnya pada sejumlah standar atau peraturan
pembebanan. Volume suatu material biasanya dapat dihitung dengan mudah, tetapi kadang
kala akan merupakan pekerjaan yang berulang dan membosankan.
56
Berat satuan atau berat sendiri dari beberapa material konstruksi dan komponen
bangunan gedung dapat ditentukan dari peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu Peraturan
Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 atau peraturan tahun 1987. Informasi mengenai
berat satuan dari berbagai material konstruksi yang sering digunakan perhitungan beban
mati dicantumkan berikut ini.
Baja = 7850 kg/m3 Beton = 2200 kg/m3
Batu belah = 1500 kg/m3 Beton bertulang = 2400 kg/m3
Kayu = 1000 kg/m3 Pasir kering = 1600 kg/m3
Pasir basah = 1800 kg/m3
Pasir kerikil = 1850 kg/m3
Tanah = 1700 - 2000 kg/m3
Berat dari beberapa komponen bangunan dapat ditentukan sebagai berikut :
Atap genting, usuk, dan reng = 50 kg/m2
Plafon dan penggantung = 20 kg/m2
Atap seng gelombang = 10 kg/m2
Adukan/spesi lantai per cm tebal = 21 kg/m2
Penutup lantai/ubin per cm tebal = 24 kg/m2
Pasangan bata setengah batu = 250 kg/m2
Pasangan batako berlubang = 200 kg/m2
Aspal per cm tebal = 15 kg/m2
3.2. Beban Hidup Fungsi dari elemen struktur khususnya pelat lantai, adalah untuk mendukung beban-
beban hidup yang dapat berupa berat dari orang-orang atau hunian, perabot, mesin-mesin,
peralatan, dan timbunan-timbunan barang.
Beban hidup adalah beban yang bisa ada atau tidak ada pada struktur untuk suatu
waktu yang diberikan. Meskipun dapat berpindah-pindah, beban hidup masih dapat
dikatakan bekerja secara perlahan-lahan pada struktur. Beban yang diakibatkan oleh hunian
57
atau penggunaan (occupancy loads) adalah beban hidup. Yang termasuk ke dalam beban
penggunaan adalah berat manusia, perabot, barang yang disimpan, dan sebagainya. Beban
yang diakibatkan oleh salju atau air hujan, juga temasuk ke dalam beban hidup. Semua beban
hidup mempunyai karakteristik dapat berpindah atau, bergerak. Secara umum beban ini
bekerja dengan arah vertikal ke bawah, tetapi kadang-kadang dapat juga berarah horisontal.
Beban hidup yang bekerja pada struktur dapat sangat bervariasi, sebagai contoh
seseorang dapat berdiri di mana saja dalam suatu ruangan, dapat berpindah-pindah, dapat
berdiri dalam satu kelompok. Perabot atau barang dapat berpindah-pindah dan diletakkan
dimana saja di dalam ruangan. Dari penjelasan ini, jelas tidak mungkin untuk meninjau
secara terpisah semua kondisi pembebanan yang mungkin terjadi. Oleh karena itu dipakai
suatu pendekatan secara statistik untuk menetapkan beban hidup ini, sebagai suatu beban
statik terbagi merata yang secara aman akan ekuivalen dengan berat dari pemakaian terpusat
maksimum yang diharapkan untuk suatu pemakaian tertentu.
Beban hidup aktual sebenarnya yang bekerja pada struktur pada umumnya lebih kecil
dari pada beban hidup yang direncanakan membebani struktur. Akan tetapi, ada
kemungkinan beban hidup yang bekerja sama besarnya dengan beban rencana pada struktur.
Jelaslah bahwa struktur bangunan yang sudah direncanakan untuk penggunaan, tertentu
harus diperiksa kembali kekuatannya apabila akan dipakai untuk penggunaan lain. Sebagai
contoh, bangunan gedung yang semula direncanakan untuk apartemen tidak akan cukup
kuat apabila digunakan untuk gudang atau kantor.
Besarnya beban hidup terbagi merata ekuivalen yang harus diperhitungkan pada
struktur bangunan gedung, pada umumnya dapat ditentukan berdasarkan standar yang
berlaku. Beban hidup untuk bangunan gedung adalah sebagai berikut :
Beban hidup pada atap = 100 kg/m2
Lantai rumah tinggal = 200 kg/m2
Lantai sekolah, perkantoran, hotel, asrama, pasar, = 200 kg/m2
rumah sakit
Panggung penonton = 500 kg/m2
Lantai ruang olah raga, lantai pabrik, bengkel, gudang,
tempat orang berkumpul, perpustakaan, toko buku,
masjid, gereja, bioskop, ruang alat atau mesin = 400 kg/m2
Balkon, tangga = 300 kg/m2
58
Lantai gedung parkir : Lantai bawah = 800 kg/m2
Lantai atas = 400 kg/m2
Pada suatu bangunan gedung bertingkat banyak, adalah kecil kemungkinannya
semua lantai tingkat akan dibebani secara penuh oleh beban hidup. Demikian juga kecil
kemungkinannya suatu struktur bangunan menahan beban maksimum akibat pengaruh
angin atau gempa yang bekerja secara bersamaan. Desain struktur dengan meninjau
beban-beban maksimum yang mungkin bekerja secara bersamaan, adalah tidak ekonomis.
Berhubung peluang untuk terjadinya beban hidup penuh yang membebani semua bagian
dan semua elemen struktur pemikul secara serempak selama umur rencana bangunan
adalah sangat kecil, maka pedoman-pedoman pembebanan mengijinkan untuk melakukan
reduksi terhadap beban hidup yang dipakai.
Reduksi beban dapat dilakukan dengan mengalikan beban hidup dengan suatu
koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan bangunan. Besarnya
koefisien reduksi beban hidup untuk perencanaan portal, ditentukan sebagai berikut :
Perumahan : rumah tinggal, asrama hotel, rumah sakit = 0,75
Gedung pendidikan : sekolah, ruang kuliah = 0,90
Tempat pertemuan umum, tempat ibadah, bioskop,
restoran, ruang dansa, ruang pergelaran = 0,90
Gedung perkantoran : kantor, bank = 0,60
Gedung perdagangan dan ruang penyimpanan :
toko, toserba, pasar, gudang, ruang arsip, perpustakaan = 0,80
Tempat kendaraan : garasi, gedung parkir = 0,90
Bangunan industri : pabrik, bengkel = 1,00
3.3. Beban Angin Besarnya beban angin yang bekerja pada struktur bangunan tergantung dari
kecepatan angin, rapat massa udara, letak geografis, bentuk dan ketinggian bangunan,
serta kekakuan struktur. Bangunan yang berada pada lintasan angin, akan menyebabkan
angin berbelok atau dapat berhenti. Sebagai akibatnya, energi kinetik dari angin akan
berubah menjadi energi potensial, yang berupa tekanan atau hisapan pada bangunan.
59
Gambar 3.1. Pengaruh angin pada bangunan gedung
(Sumber : Peraturan Pembebaban Indonesia Untuk Gedung, 1989)
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi besarnya tekanan dan isapan pada
bangunan pada saat angin bergerak adalah kecepatan angin. Besarnya kecepatan angin
berbeda-beda untuk setiap lokasi geografi. Kecepatan angin rencana biasanya didasarkan
untuk periode ulang 50 tahun. Karena kecepatan angin akan semakin tinggi dengan
ketinggian di atas tanah, maka tinggi kecepatan rencana juga demikian. Selain itu
perlu juga diperhatikan apakah bangunan itu terletak di perkotaan atau di pedesaan.
Seandainya kecepatan angin telah diketahui, tekanan angin yang bekerja pada bagunan
dapat ditentukan dan dinyatakan dalam gaya statis ekuivalen.
Pola pergerakan angin yang sebenarnya di sekitar bangunan sangat rumit, tetapi
konfigurasinya telah banyak dipelajari serta ditabelkan. Karena untuk suatu bangunan,
angin menyebabkan tekanan maupun hisapan, maka ada koefisien khusus untuk tekanan
dan hisapan angin yang ditabelkan untuk berbagai lokasi pada bangunan.
Untuk memperhitungkan pengaruh dari angin pada struktur bangunan, pedoman
yang berlaku di Indonesia mensyaratkan beberapa hal sebagai berikut :
Tekanan tiup angin harus diambil minimum 25 kg/m2
Tekanan tiup angin di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai, harus diambil
minimum 40 kg/m2
Bangunan
Kecepatan angin
Denah Bangunan
Tekanan Hisapan
60
Untuk tempat-tempat dimana terdapat kecepatan angin yang mungkin
mengakibatkan tekanan tiup yang lebih besar. Tekanan tiup angin (p) dapat ditentukan
berdasarkan rumus empris :
p = V2/16 (kg/m2)
dimana V adalah kecepatan angin dalam satuan m/detik.
Berhubung beban angin akan menimbulkan tekanan dan hisapan, maka
berdasarkan percobaan-percobaan, telah ditentukan koefisien-koefisien bentuk tekanan
dan hisapan untuk berbagai tipe bangunan dan atap. Tujuan dari penggunaan koefisien-
koefisien ini adalah untuk menyederhanakan analisis. Sebagai contoh, pada bangunan
gedung tertutup, selain dinding bangunan, struktur atap bangunan juga akan mengalami
tekanan dan hisapan angin, dimana besarnya tergantung dari bentuk dan kemiringan atap
(Gambar 1.4). Pada bangunan gedung yang tertutup dan rumah tinggal dengan tinggi
tidak lebih dari 16 m, dengan lantai-lantai dan dinding-dinding yang memberikan
kekakuan yang cukup, struktur utamanya ( portal ) tidak perlu diperhitungkan terhadap
angin.
Gambar 3.2. Koefisien angin untuk tekanan dan hisapan pada bangunan
(Sumber : Peraturan Pembebaban Indonesia Untuk Gedung, 1989)
Pada pembahasan di atas, pengaruh angin pada bangunan dianggap sebagai
beban-beban statis. Namun perilaku dinamis sebenarnya dari angin, merupakan hal
yang sangat penting. Efek dinamis dari angin dapat muncul dengan berbagai cara. Salah
satunya adalah bahwa angin sangat jarang dijumpai dalam keadaan tetap (steadystate). Dengan
demikian, bangunan gedung dapat mengalami beban yang berbalik arah. Hal ini khususnya
Kemiringan atap ()
0,4 0,9
0,4 0,02+0,4
61
terjadi jika gedung berada di daerah perkotaan. Seperti diperlihatkan pada Gambar 3.2, pola
aliran udara di sekitar gedung tidak teratur. Jika gedung-gedung terletak pada lokasi yang
berdekatan, pola angin menjadi semakin kompleks karena dapat terjadi suatu aliran yang
turbulen di antara gedung-gedung tersebut.. Aksi angin tersebut dapat menyebabkan terjadinya
goyangan pada gedung ke berbagai arah.
Angin dapat menyebabkan respons dinamis pada bangunan sekalipun angin dalam
keadaan mempunyai kecepatan yang konstan.. Hal ini dapat terjadi khususnya pada
struktur-struktur yang relatif fleksibel, seperti struktur atap yang menggunakan kabel.
Angin dapat menyebabkan berbagai distribusi gaya pada permukaan atap, yang pada
gulirannya dapat menyebabkan terjadinya perubahan bentuk, baik perubahan kecil maupun
perubahan yang besar. Bentuk baru tersebut dapat menyebabkan distribusi tekanan maupun
tarikan yang berbeda, yang juga dapat menyebabkan perubahan bentuk. Sebagai akibatnya,
terjadi gerakan konstan atau flutter (getaran) pada atap. Masalah flutter pada atap
merupakan hal penting dalam mendesain struktur fleksibel tersebut. Teknik mengontrol
fenomena flutter pada atap mempunyai implikasi yang cukup besar dalam desain. dengan
Efek dinamis angin juga merupakan masalah pada struktur bangunan gedung bertingkat
banyak, karena adanya fenomena resonansi yang dapat terjadi.
3.4. Beban Gempa Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan
lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Gempa
yang terjadi di daerah patahan ini pada umumnya merupakan gempa dangkal karena
patahan umumnya terjadi pada lapisan bumi dengan kedalaman antara 15 sampai 50 km.
Gempa terjadi jika tekanan pada lapis batuan yang disebabkan oleh pergerakan lempeng
tektonik bumi, melebihi kekuatan dari batuan tersebut. Lapisan batuan akan pecah di
sepanjang bidang-bidang patahan. Jika rekahan ini sampai ke permukaan bumi, maka akan
terlihat sebagai garis atau zona patahan. Jika terjadi pergerakan vertikal pada zona patahan
di dasar lautan, maka hal ini dapat menimbulkan gelombang pasang yang hebat yang sering
disebut sebagai tsunami.
Pada saat terjadi benturan antara lempeng-lempeng aktif tektonik bumi, akan
terjadi pelepasan energi gempa yang berupa gelombang-gelombang energi yang merambat
di dalam atau di permukaan bumi. Gelombang-gelombang gempa (seismic waves) ini dapat
62
berupa gelombang kompresi (compressional wave) atau disebut juga sebagai Gelombang
Primer, dan gelombang geser (shear wave) atau disebut sebagai Gelombang Sekunder.
Selain kedua gelombang tersebut ini, terdapat juga gelombang-gelombang yang merambat
di permukaan bumi, gelombang ini disebut gelombang Rayleigh-Love. Gelombang-
gelombang gempa yang diakibatkan oleh energi gempa ini merambat dari pusat gempa
(epicenter) ke segala arah, dan akan menyebabkan permukaan bumi bergetar. Permukaan
bumi digetarkan dengan frekuensi getar antara 0.1 sampai dengan 30 Hertz. Gelombang
Primer akan menyebabkan getaran dengan frekuensi lebih dari 1 Herzt, dan menyebabkan
kerusakan pada bangunan-bangunan rendah. Gelombang Sekunder, karena arah gerakannya
horisontal, maka gelombang ini dapat menyebabkan kerusakan pada bangunan-bangunan
yang tinggi. Gelombang Rayleigh dan Gelombang Love karena frekuensinya getarnya yang
rendah, menyebabkan gelombang ini dapat merambat lebih jauh sehingga dapat
mengakibatkan pengaruh kerusakan pada daerah yang sangat luas. Karena arah gerakannya
yang berputar maupun horisontal, menyebabkan gelombang permukaan ini sangat
berbahaya bagi bangunan-bangunan tinggi. Pada saat bangunan bergetar akibat pengaruh
dari gelombang gempa, maka akan timbul gaya-gaya pada bangunan, karena adanya
kecenderungan dari massa bangunan untuk mempertahankan posisinya dari pengaruh
gerakan tanah. Beban gempa yang terjadi pada struktur bangunan merupakan gaya inersia.
Besarnya beban gempa yang terjadi pada struktur bangunan tergantung dari
beberapa faktor yaitu, massa dan kekakuan struktur, waktu getar alami dan pengaruh
redaman dari struktur, kondisi tanah, dan wilayah kegempaan dimana struktur bangunan
tersebut didirikan. Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting,
karena beban gempa merupakan gaya inersia yang besarnya sangat tergantung dari
besarnya massa dari struktur.
Beban gempa yang diperhitungkan pada perencanaan struktur, pada umumnya
adalah gaya-gaya inersia pada arah horisontal saja. Pengaruh dari gaya-gaya inersia pada
arah vertikal biasanya diabaikan, karena struktur sudah dirancang untuk menerima
pembebanan vertikal statik akibat pembebanan gravitasi, yang merupakan kombinasi antara
beban mati dan beban hidup. Kebiasaan di dalam mengabaikan pengaruh gaya-gaya inersia
pada arah vertikal akibat pengaruh beban gempa pada prosedur perencanaan struktur, akhir-
akhir ini sedang ditinjau kembali.
Pada kenyataannya, jarang dijumpai struktur bangunan yang mempunyai hubungan
63
yang sangat kaku antara struktur atas dengan pondasinya. Bangunan-bangunan Teknik Sipil
mempunyai kekakuan lateral yang beraneka ragam, sehingga akan mempunyai waktu getar
alami yang berbeda-beda pula. Dengan demikian respon percepatan maksimum dari
struktur tidak selalu sama dengan percepatan getaran gempa.
Sistem struktur bangunan yang tidak terlalu kaku, dapat menyerap sebagian dari
energi gempa yang masuk kedalam struktur, sehingga dengan demikian beban yang terjadi
pada struktur dapat berkurang. Akan tetapi struktur bangunan yang sangat fleksibel, yang
mempunyai waktu getar alami yang panjang yang mendekati waktu getar dari gelombang
gempa di permukaan, dapat mengalami gaya-gaya yang jauh lebih besar akibat pengaruh
dari gerakan gempa yang berulang-ulang. Besarnya beban gempa horisontal yang dapat
terjadi pada struktur bangunan akibat gempa, tidak hanya disebabkan oleh percepatan
gempa saja, tetapi juga tergantung dari respons sistem struktur bangunan dengan
pondasinya.
Beberapa faktor lainnya yang berpengaruh terhadap besarnya beban gempa yang
dapat terjadi pada struktur adalah, bagaimana massa dari bangunan tersebut terdistribusi,
kekakuan dari struktur, mekanisme redaman pada struktur, jenis pondasi serta kondisi
tanah dasar, dan tentu saja perilaku serta besarnya getaran gempa itu sendiri. Faktor yang
terakhir ini sangat sulit ditentukan secara tepat karena sifatnya yang acak. Pada saat terjadi
gempa, gerakan tanah berperilaku tiga dimensi, ini berarti bahwa gaya inersia yang terjadi
pada struktur akan bekerja ke segala arah, baik arah horisontal maupun arah vertikal secara
bersamaan.
Analisis dan perencanaan struktur bangunan tahan gempa, pada umumnya hanya
memperhitungkan pengaruh dari beban gempa horisontal yang bekerja pada kedua arah
sumbu utama dari struktur bangunan secara bersamaan. Sedangkan pengaruh gerakan
gempa pada arah vertikal tidak diperhitungkan, karena sampai saat ini perilaku dari respon
struktur terhadap pengaruh gerakan gempa yang berarah vertikal, belum banyak diketahui.
Massa dari struktur bangunan merupakan faktor yang sangat penting, karena beban
gempa merupakan gaya inersia yang bekerja pada pusat massa, yang menurut hukum gerak
dari Newton besarnya adalah : V = m.a = (W/g).a , dimana a adalah percepatan pergerakan
permukaan tanah akibat getaran gempa, dan m adalah massa bangunan yang besarnya
adalah berat bangunan (W) dibagi dengan percepatan gravitasi (g). Gaya gempa horisontal
V = W.(a/g) = W.C, dimana C=a/g disebut sebagai koefisien gempa. Dengan demikian gaya
64
gempa merupakan gaya yang didapat dari perkalian antara berat struktur bangunan dengan
suatu koefisien.
Pada bangunan gedung bertingkat, massa dari struktur dianggap terpusat pada
lantai-lantai dari bangunan, dengan demikian beban gempa akan terdistribusi pada setiap
lantai tingkat. Selain tergantung dari massa di setiap tingkat, besarnya gaya gempa pada
suatu tingkat tergantung juga pada ketinggian tingkat tersebut dari permukaan tanah.
Berdasarkan pedoman yang berlaku di Indonesia yaitu Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Rumah dan Gedung (SNI 03-1726-2002), besarnya beban gempa horisontal
V yang bekerja pada struktur bangunan, dinyatakan sebagai berikut :
V = t WR.I C
Dimana :
C : Koefisien gempa, yang besarnya tergantung wilayah gempa dan waktu getar
struktur
Harga C ditentukan dari Diagram Respon Spektrum, setelah terlebih dahulu
dihitung waktu getar dari struktur
I : Faktor keutamaan struktur
R : Faktor reduksi gempa
Wt : Kombinasi dari beban mati dan beban hidup yang direduksi
Gambar 3.3. Beban Gempa Pada Struktur Bangunan
(Sumber : Peraturan Pembebaban Indonesia Untuk Gedung, 1989)
W
V
V1
V3
V2
W1
W2
W3
65
Besarnya koefisien reduksi beban hidup untuk perhitungan Wt, ditentukan sebagai
berikut :
Perumahan / penghunian : rumah tinggal, asrama, hotel, rumah sakit = 0,30
Gedung pendidikan : sekolah, ruang kuliah = 0,50
Tempat pertemuan umum, tempat ibadah, bioskop, = 0,50
restoran, ruang dansa, ruang pergelaran = 0,50
Gedung perkantoran : kantor, bank = 0,30
Gedung perdagangan dan ruang penyimpanan, toko,
toserba, pasar, gudang, ruang arsip, perpustakaan = 0,80
Tempat kendaraan : garasi, gedung parkir = 0,50
Bangunan industri : pabrik, bengkel = 0,90
3.5. Kombinasi Pembebanan
Ada berbagai jenis beban yang dapat bekerja pada setiap struktur bangunan. Hal penting
dalam menentukan beban desain pada struktur adalah dengan pertanyaan, apakah semua beban
tersebut bekerja secara simultan atau tidak. Beban mati akibat berat sendiri dari struktur harus
selalu diperhitungkan. Sedangkan beban hidup besarnya selalu berubah-ubah tergantung dari
penggunaan dan kombinasi beban hidup. Sebagai contoh, adalah tidak wajar merancang
struktur bangunan untuk mampu menahan beban maksimum yang diakibatkan oleh gempa dan
beban angin maksimum, serta sekaligus memikul beban hidup dalam keadaan penuh.
Kemungkinan bekerjanya beban-beban maksimum pada struktur pada saat yang bersamaan
adalah sangat kecil. Struktur bangunan dapat dirancang untuk memikul semua beban
maksimum yang bekerja secara simultan. Tetapi struktur yang dirancang demikian akan
mempunyai kekuatan yang sangat berlebihan untuk memikul kombinasi pembebanan yang
secara nyata mungkin terjadi selama umur rencana struktur. Dari sudut pandang rekayasa
struktur, desain struktur dengan pembebanan seperti ini adalah tidak realistis dan sangat mahal.
Berkenaan dengan hal ini, maka banyak peraturan yang merekomendasikan untuk mereduksi
beban desain pada kombinasi pembebanan tertentu.
Untuk pembebanan pada bangunan gedung bertingkat banyak, tidak mungkin pada
saat yang sama semua lantai memikul beban hidup yang maksimum. Oleh karena itu diijinkan
untuk mereduksi beban hidup untuk keperluan perencanaan elemen struktur dengan
memperhatikan pengaruh dari kombinasi pembebanan dan penempatan beban hidup.
66
Untuk kombinasi pembebanan tertentu sering kali diizinkan untuk mereduksi gaya desain
total dengan faktor tertentu. Sebagai contoh, bukan kombinasi 1,0 (beban mati + beban hidup +
beban gempa atau angin) yang digunakan untuk perhitungan, melainkan 0,75 (beban mati +
beban hidup + beban gempa atau angin) sebagaimana yang disyaratkan oleh banyak peraturan.
Yang dimaksudkan dengan ekspresi ini adalah bahwa tidak semua beban akan bekerja pada
struktur pada harga maksimumnya secara simultan, mengingat beban gempa atau beban angin
adalah beban yang bersifat sementara. Sebaliknya struktur harus direncanakan untuk memikul
kombinasi beban mati dan hidup penuh yang bekerja secara simultan, atau diekspresikan
sebagai 1,0 (beban mati + beban hidup). Untuk perencanaan struktur bangunan, pada umumnya
banyak kombinasi pembebanan yang harus ditinjau di dalam analisis. Elemen-elemen struktur
harus direncanakan untuk memikul kombinasi pembebanan terburuk yang mungkin terjadi.
Di Indonesia, pada umumnya umur rencana dari struktur bangunan rata-rata adalah 50
tahun. Oleh karena itu selama umur rencananya, struktur bangunan harus mampu untuk
menerima atau memikul berbagai macam kombinasi pembebanan (load combination) yang
mungkin terjadi. Beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan, dapat berupa kombinasi
dari beberapa kasus beban (load case) yang terjadi secara bersamaan. Untuk memastikan bahwa
suatu struktur bangunan dapat bertahan selama umur rencananya, maka pada proses
perancangan dari struktur, perlu ditinjau beberapa kombinasi pembebanan yang mungkin terjadi
pada struktur.
Sebagai contoh, pada buku Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-2847-2002), disebutkan bahwa kombinasi pembebanan yang harus
diperhitungkan pada perancangan struktur bangunan gedung adalah :
Pada kombinasi Pembebanan Tetap ini, beban yang harus diperhitungkan bekerja pada
struktur adalah :
U = 1,4 D
U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
Sedangkan pada kombinasi Pembebanan Sementara ini, beban yang harus diperhitungkan
bekerja pada struktur adalah :
U = 1,2 D + 1,0 L 1,6 W + 0,5 (A atau R)
U = 0,9 D 1,6 W
U = 1,2 D + 1,0 L 1,0 E
U = 0,9.D 1,0 W
67
U = 1,4 (D + F)
U = 1,2 (D + T) + 1,6 L + 0,5 (A atau R)
dimana D = Beban mati, L = Beban hidup, A = Beban atap, R = Beban hujan, W = Beban
angin, E = Beban gempa, F = tekanan fluida, T = Perbedaan penurunan pondasi, perbedaan
suhu, rangkak dan susut beton. Koefisien 1,0, 1,2, 1,6, 1,4, merupakan faktor pengali dari
beban-beban tersebut, yang disebut faktor beban (load factor). Sedangkan faktor 0,5 dan 0,9
merupakan faktor reduksi.
Sistem struktur dan elemen struktur harus diperhitungkan terhadap dua kombinasi
pembebanan, yaitu Pembebanan Tetap dan Pembebanan Sementara. Momen lentur (Mu), momen
torsi atau puntir (Tu), gaya geser (Vu), dan gaya normal (Pu) yang terjadi pada elemen-elemen
struktur akibat kedua kombinasi pembebanan yang ditinjau, dipilih yang paling besar harganya,
untuk selanjutnya digunakan pada proses desain.
Untuk keperluan analisis dan desain dari suatu struktur bangunan gedung, perlu dilakukan
perhitungan mekanika rekayasa dari portal beton dengan dua kombinasi pembebanan yaitu
Pembebanan Tetap dan Pembebanan Sementara. Kombinasi pembebanan untuk perencanaan
struktur bangunan gedung yang sering digunakan di Indonesia adalah U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A
atau R) dan U = 1,2 D + 1,0.L 1,0 E. Pada umumnya, sebagai gaya horisontal yang ditinjau
bekerja pada sistem struktur portal adalah beban gempa, karena di Indonesia beban gempa lebih
besar dibandingkan dengan beban angin. Beban gempa yang bekerja pada sistem struktur dapat
berarah bolak-balik, oleh karena itu pengaruh ini perlu ditinjau di dalam perhitungan. Beban mati
dan beban hidup selalu berarah ke bawah karena merupakan beban gravitasi, sedangkan beban
angin atau beban gempa merupakan beban yang berarah horisontal.
Akibat kombinasi pembebanan, pada elemen balok akan bekerja momen lentur yang
berarah bolak-balik. Penampang balok harus dirancang agar kuat menahan momen-momen ini.
Akibat beban gempa atau beban angin yang berarah horisontal, pada elemen-elemen kolom dari
struktur, akan bekerja momen lentur yang berarah bolak-balik. Penampang kolom harus
dirancang agar kuat menahan momen-momen ini. Untuk memikul momen lentur yang berubah
arah ini, pada umumnya untuk elemen kolom dipasang tulangan simetris.
68
C. PENUTUP
I. Latihan Soal
1. Jelaskan pengertian beban mati!
2. Jelaskan pengertian beban hidup!
3. Jelaskan pengertian beban gempa!
II. Tugas
Hitunglah beban mati, beban hidup dan gempa pada bangunan yang Saudara
rencanakan!
REFERENSI :
Anonim, Peraturan Pembebaban Indonesia Untuk Gedung, 1989
Badan Standarisasi Nasional, SNI 2847 03 2002
Dipohusodo, Istimawan, Struktur Beton Bertulang, Erlangga, 1994
Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press, 2005
69
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
DENGAN PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR
PADA MATA KULIAH PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
Oleh :
Rosyid Kholilur Rohman, ST, MT
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUN
TAHUN 2014
70
I. JUDUL
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DENGAN PEMBERIAN TUGAS
TERSTRUKTUR PADA MATA KULIAH PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG
II. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan yang bermutu terlahir dari proses pembelajaran yang berkualitas. Salah satu
faktor terlaksananya proses pembelajaran berkualitas adalah pembelajaran mahasiswa yang
aktif. Dalam hal ini, peran dosen sangat diharapkan bisa menciptakan situasi pendidikan atau
pengajaran yang menstimulasi mahasiswa aktif belajar, bukan hanya sekedar menjadi pihak
pasif (penerima) saja. Perbaikan metode yang digunakan perlu dilakukan untuk mendukung
terciptanya proses pembelajaran yang bermutu dengan mahasiswanya yang aktif. Dosen juga
dituntut untuk menyesuaikan metode dengan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Pada proses pembelajaran mata kuliah Perancangan Struktur Gedung juga diperlukan
adanya kemampuan dosen dalam memilih dan menerapkan metode mengajar yang tepat sesuai
dengan kondisi dan situasi kelas. Perancangan Struktur Gedung merupakan mata kuliah yang
wajib dipahami oleh mahasiswa. Dengan mengambil mata kuliah Perancangan Struktur
Gedung ini mahasiswa diharapkan dapat merencanakan struktur gedung sesuai dengan SNI
2847 2002. Kemampuan merencana suatu gedung merupakan salah satu prasyarat apabila
seseorang terjun di dunia konsultasi konstruksi.
Standar Kompetensi mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu merencanakan
struktur gedung beton bertulang berdasar SNI 2847 2002. Untuk mencapai standar kompetensi
tersebut pemberian materi saja dirasa tidak cukup. Mahasiswa perlu diberikan latihan yang
komprehensif melalui tugas terstruktur berupa tugas merancang struktur sebuah gedung
bertingkat.
Sebagian mahasiswa tidak memiliki motivasi yang tinggi dalam pembelajaran. Di sisi
lain budaya copy paste berkembang di kalangan mereka. Tugas terstruktur berupa tugas
merancang struktur gedung diharapkan memaksa mereka untuk bisa. Tugas dikerjakan dengan
tulisan tangan untuk menghindari copy paste. Mahasiswa diberikan lembar konsultasi sebagai
sarana untuk memonitor perkembangan tugas yang dikerjakan. Dengan program tugas
terstruktur tersebut diharapkan mahasiswa memilik kemampuan psikomotorik untuk merencana
struktur gedung berdasar SNI 2847 2002.
71
III. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah utnuk Penelitian
Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :
Bagaimana peningkatan prestasi belajar mahasiswa Teknik Sipil Unmer Madiun dengan
pemberian tugas terstruktur pada mata kuliah Perancangan Struktur Gedung ?
IV. BATASAN MASALAH
1. Dari rumusan masalah diatas maka batasan masalah pada penelitian ini adalah:
Penelitian dilakukan pada mahasiswa semester 7 Tahun Akademik 2013/2014
Universitas MerdekaMadiun.
2. Obyek penelitian dibatasi pada mata kuliah Perancangan Struktur Gedung.
V. TUJUAN TINDAKAN
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar
mahasiswa setelah program perbaikan melalui pemberian tugas terstruktur dalam menempuh
mata kuliah Perancangan Struktur Gedung.
VI. MANFAAT TINDAKAN
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Meningkatan prestasi akademik mahasiswa yang mengambil mata kuliah Perancangan
Struktur Gedung
2. Meningkatkan kemampuan psikomotorik mahasiswa dalam merencanakan struktur
bangunan gedung melalui tugas terstruktur
VII. TINJAUAN PUSTAKA 7.1. HAKEKAT BELAJAR
Menurut Winkel (1996), belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengelolaan pemahaman.
Sedangkan menurut Ernest R. Hilgard (Sumardi Suryabrata, 1984:252) belajar
merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan
perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.
72
Menurut pengertian secara psikologis belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Gagne dalam Slameto (2003: 13), mengemukakan masalah belajar dalam dua definisi (1).
Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,
kebiasaan dan tingkah laku. (2).Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan
yang diperoleh dari intruksi.
7.2. PROSES PEMBELAJARAN
Istilah pembelajaran berkaitan erat dengan pengertian belajar dan mengajar, belajar
adalah suatu proses perubahan perilaku individu yang relatif tetap sebagai hasil pengalaman
serta pengembangan pengetahuan, ketrampilan atau sikap baru pada saat individu
berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Menurut Gagne, dalam Ratna Wilis Dahar
(1989 : 42). “Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk
memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa dan berhubungan erat dengan
pengertian mengajar yang melibatkan beberapa komponen, yaitu siswa, guru, tujuan, isi
pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi”.
Proses pembelajaran merupakan proses yang berperan dalam menentukan
keberhasilan belajar siswa. Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara
sengaja diprogramkan oleh dosen dalam usahanya mentransformasikan ilmu kepada
mahasiswa, berdasarkan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
7.3. METODE PEMBERIAN TUGAS
Metode mengajar ialah cara atau strategi mengajar tertentu yang di gunakan oleh
guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa, tujuannya untuk
memudahkan guru mengajar dan memudahkan siswa memahami bahan pengajaran. Metode
pemberian tugas (resitasi) adalah cara mengajar atau menyajikan materi melalui penugasan
siswa untuk melakukan sesuatu pekerjaan.
Menurut Anisatul Mufarokah (2009: 95) “Metode pemberian tugas merupakan
suatu cara penyajian bahan pelajaran guru memberikan tugas tertentu kepada siswa agar
melakukan kegiatan belajar dapat di rumah, sekolah, perpustakaan, laboratorium dan dilain
tempat, dan harus dipertanggung jawabkan”.
73
Tugas dalam kehidupan sehari-hari sering disebut pekerjaan rumah, yaitu tugas
khusus pada siswa untuk mengerjakan sesuatu. (Winarno Surakhmad, 1979: 95).
Selanjutnya Winarno Surakhmad menyatakan bahwa tugas merupakan salah satu metode
mengajar, dengan tujuan memberi kesempatan untuk melatih hal–hal yang dipelajari, atau
menyelidiki hal–hal yang berhubungan dengan apa yang sedang dipelajari, disamping itu
tugas pekerjaan rumah merupakan latihan untuk menemukan cara–cara belajar yang baik
serta sebagai motivasi siswa untuk belajar.
Jadi metode pemberian tugas terstruktur adalah cara mengajar dimana siswa diberi
tugas tertentu yang dapat dikerjakan didalam maupun diluar kelas dan dapat dilakukan
sebelum dan sesudah proses belajar mengajar, tugas sebelum proses belajar mengajar
dimaksudkan untuk menciptakan keterkaitan yang kuat antara rangsangan yang berupa
materi pelajaran dengan respon yang berupa kesiapan belajar. Pemberian tugas setelah
proses belajar mengajar dimaksudkan agar sesudah proses belajar mengajar kemampuan
yang telah terbentuk dari belajar akan semakin kuat tertanam dalam diri peserta didik dan
semakin tahan lama teringat dalam memori ingatan siswa. Tugas terstruktur dapat pula
didefinisikan sebagai tugas yang diberikan kepada mahasiswa dengan batasan tertentu
setelah ia menyelesaikan suatu materi pembelajaran. Pengertian lain, tugas terstruktur
merupakan kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk peserta didik, dirancang
pendidik untuk mencapai kompetensi..
7.4. HASIL BELAJAR Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses
penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang
kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.
Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan
siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
Menurut Abin Syamsuddin Makmun (2003), perubahan perilaku yang merupakan
hasil belajar dapat berbentuk :
1) Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi bentuk verbal (tertulis atau lisan)
2) Kecakapan intelektual; yaitu kecakapan dalam membedakan, memahami konsep
konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam
menghadapi pemecahan masalah dan menitikberatkan pada hasil pembelajaran.
74
3) Strategi kognitif; yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara-cara berfikir
agar terjadi aktivitas yang efektif. Strategi kognitif lebih menekankan pada pada
proses pemikiran.
4) Sikap; yaitu keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan
bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur
pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
5) Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang
dikontrol oleh otot dan fisik.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas, Bloom mengungkapkan tiga kawasan
(domain) perilaku individu hasil belajar beserta sub kawasan dari masing-masing
kawasan, yakni: (1) kawasan kognitif/ pengetahuan dan pengertian; (2) kawasan afektif/
sikap dan cita-cita; dan (3) kawasan psikomotor/ keterampilan dan kebiasaan. Pernyataan
ini didukung oleh pendapat Nana Sudjana (2004: 22) yang mengemukakan bahwa hasil
belajar dibagi menjadi tiga macam hasil belajar yaitu : (a). Keterampilan dan kebiasaan;
(b). Pengetahuan dan pengertian; (c). Sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan
dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.
Dari ketiga di atas, dapat disimpulkan mengenai pengertian hasil belajar, yaitu
kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya yang
membentuk perubahan perilaku individu baik berupa penguasaan informasi verbal,
kecakapan kognitif, afektif atau sikap serta psikomotor atau keterampilan.
VIII. HIPOTESA TINDAKAN
Dengan menerapkan program pemberian tugas terstruktur dalam menempuh mata kuliah
Perancangan Struktur Gedung pada mahasiswa semester 7 tahun akademik 2013/2014
Universitas Merdeka Madiun akan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.
IX. METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang bertujuan untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar mahasiswa setelah program perbaikan melalui pemberian tugas
terstruktur dalam menempuh mata kuliah Perancangan Struktur Gedung
75
B. SASARAN PENELITIAN
Sasaran dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester 7 tahun akademik 2013/2014
Universitas Merdeka Madiun yang mengambil mata kuliah Perancangan Struktur Gedung.
Jumlah mahasiswa sebanyak 35.
C. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Pengambilan data dilakukan di Universitas Merdeka Madiun, pada waktu semester ganjil
tahun akademik 2013/2014 yaitu bulan Oktober 2013 hingga Januari 2014.
D. RANCANGAN PENELITIAN
Tahap-tahap penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :
1) Perencanaan
Sebelum melakukan penelitian, pada tahap ini peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan
penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilaksanakan pada proses belajar
mengajar. Pada tahap ini juga disiapkan instrument penelitian serta perangkat pembelajaran
yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
2) Pengamatan
Mengamati hasil dan proses kegiatan belajar mengajar mahasiswa
3) Refleksi
Melihat dan mempertimbangkan hasil dan dampak dari tindakan yang dilakukan.
4) Revisi.
Membuat revisi rancangan yang berupa tindakan-tindakan yang akan dilakukan sebagai upaya
perbaikan.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
1) Perangkat pembelajaran
a. Silabus
b. RPP
c. Bahan ajar
d. Evaluasi soal
76
2) Instrumen pembelajaran
a. Materi kuliah Perancangan Struktur Gedung
b. Purwono, Rahmat, Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press,
2005
c. Dewobroto, Wiryanto, Aplikasi Rekayasa Konstruksi dengan SAP2000, Elex Media
Computindo, 2005
X. DAFTAR PUSTAKA .
a. Abin Syamsudin Makmum. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
b. Anisatul Mufarokah. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Teras
c. Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya.
d. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
e. Sumadi Suryabrata. 2008. Psikologi Pendidikan. Menteri pendidikan Program
Bimbingana Konseling. Depdikbud. : PT. Yogyakarta.
f. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Cet. IV,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
g. Suseno Hary Prasetyo. 2001. Peningkatan Hasil Belajar Biologi Pada Proses
Perkembangbiakan Tumbuhan Melalui Metode Pemberian Tugas. Kebumen: Action
Research
h. Usman, M.Uzer. 2000. Menjadi Guru Professional. Bandung. PT.Remaja Rosdakaya.
i. Winarno Surakhmad. 1982. Dasar dan Teknik Research, Pengantar Metode Ilmiah. Jakarta:
Aksara Baru
j. Winkel.W.S. 1996. Terjemahan, Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT. Grasindo