Top Banner
Laboratorium Sedimentology 2015 BAB I PENDAHULUAN I.1. Dasar Teori Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme pengendapan tertentu (Gould, 1972). Lingkungan pengendapan merupakan keseluruhan dari kondisi fisik, kimia dan biologi pada tempat dimana material sedimen terakumulasi. (Krumbein dan Sloss, 1963). Jadi, lingkungan pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat terkumpulnya material sedimen yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan biologi yang dapat mempengaruhi karakteristik sedimen yang dihasilkannya. Lingkungan pengendapan terbagi menjadi 3 macam yaitu continental, lingkungan transisi, dan laut. Lingkungan pengendapan transisi adalah lingkungan yang letaknya di batas antara lingkungan laut (marine) dan darat (continental). Dari macam-macamnya dapat dilihat bahwa yang pengontrol utamanya adalah energi gelombang, arus, dan pasang surut air laut. Endapan yang dihasilkan juga bervariasi mulai dari shale, batupasir, konglomerat, karbonat dan sedimen evaporit. Macam-macam lingkungan transisi yaitu: Nama : Yulianto Arif M NIM : 111.130.041 Plug : 2 Page 1
22

laporan transisi

Dec 22, 2015

Download

Documents

sedimen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Dasar Teori

Lingkungan pengendapan adalah tempat mengendapnya material sedimen

beserta kondisi fisik, kimia, dan biologi yang mencirikan terjadinya mekanisme

pengendapan tertentu (Gould, 1972). Lingkungan pengendapan merupakan

keseluruhan dari kondisi fisik, kimia dan biologi pada tempat dimana material

sedimen terakumulasi. (Krumbein dan Sloss, 1963). Jadi, lingkungan

pengendapan merupakan suatu lingkungan tempat terkumpulnya material sedimen

yang dipengaruhi oleh aspek fisik, kimia dan biologi yang dapat mempengaruhi

karakteristik sedimen yang dihasilkannya.

Lingkungan pengendapan terbagi menjadi 3 macam yaitu continental,

lingkungan transisi, dan laut. Lingkungan pengendapan transisi adalah lingkungan

yang letaknya di batas antara lingkungan laut (marine) dan darat (continental).

Dari macam-macamnya dapat dilihat bahwa yang pengontrol utamanya adalah

energi gelombang, arus, dan pasang surut air laut. Endapan yang dihasilkan juga

bervariasi mulai dari shale, batupasir, konglomerat, karbonat dan sedimen

evaporit.

Macam-macam lingkungan transisi yaitu:

1. Delta

Pengertiannya adalah mengacu pada semua deposit yang terendapkan di

bawah muka air, yang terbentuk oleh endapan sungai (fluvial) yang masuk pada

suatu tubuh air. Penamaan delta akibat bentuknya yang segitiga dan diambil dari

abad Yunani.

Delta dapat terjadi pada berbagai macam tubuh air dimana endapan sungai

lebih banyak yang diendapkan dibandingkan dengan endapan yang disapu atau

dibawa gelombang atau arus.

Adanya sungai yang mengalir ke hilir.

Tidak ada gerakan tektonik yang mengakibatkan penurunan dasar laut atau

danau yang besar.

Nama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 1

Page 2: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

Proses pengendapan lebih besar daripada proses pada laut. Contohnya

pasang surut air laut.

Material yang diendapkan cukup besar

Gambar I.1. Morfologi Delta

Proses-proses yang berperan membentuk delta:

1. Proses Fluvial (Fluvial Dominated)

Terjadi ketika delta tersebut didominasi oleh sistem sungai yang proses

pasang surut atau gelombangnya sedikit sehingga proses pengendapan lebih intens

dan sedimen terus tersuplai. Membuat delta ini berbentuk seperti kaki burung

(bird’s foot delta). Endapan yang terjadi adalah lempung, lanau, pasir. Model

stratigrafi yang terdapat pada delta model ini adalah coarsening upward sequence.

2. Proses Gelombang (Wave dominated)

Proses pengendapan pada delta ini masih terjadi namun gelombang

memiliki dominansi untuk mengerosi tepi luar struktur delta sehingga

memudahkan untuk memberikan gambaran tentang delta itu sendiri. Bentuk delta

tipe ini adalah Arcuate dan endapannya kebanyakan pasir. Contoh tipe ini adalah

Nama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 2

Page 3: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

Delta Sungai Nil. Model stratigrafi tipe ini juga menunjukkan coarsening upward

sequence tapi perbedaannya pada sekuen-sekuennya, jika sebelumnya ada yang

mengalami coarsening pada sekuen tebal dan kecil/tipis, pada tipe ini hampir di

seluruhnya yang mengalami coarsening.

3. Proses Pasang Surut (Tide Dominated)

Proses pengendapan delta yang didominasi oleh pasang surut. Biasa terjadi

pada suatu daerah pasang surut yang cukup luas atau kecepatan pasang surut yang

tinggi. Dengan kondisi seperti itu maka suplai sedimen lebih didukung oleh

pasang surut yang kuat dan kecenderungan membentuk delta menjadi kecil. Fitur

lain yang dihasilkan adalah bahwa ia memiliki banyak struktur linier sejajar

dengan arus pasang surut dan tegak lurus ke lepas pantai. Model stratigrafinya

juga sama yaitu coarsening upward sequence yang tersusun atas interbedded sand,

lempung, lanau, pasir halus, pasir kasar.

2.Pantai dan Barrier Island

3.Lagoon dan Estuarin

4.Tidal Flat

2. Pantai dan Barrier island

Biasanya terdiri dari material lepas yang terdiri dari batu, seperti pasir, gravel,

pebble maupun cobble. Partikel-partikelnya terkadang memilikki provenans atau

asal dari unsur biologis seperti fragmen cangkang atau fragmen coralline alga.

Barrier Island adalah pulau yang tidak terlalu luas dan terletak sejajar dengan

garis pantai dengan kata lain dapat menjadi penyangga suatu daratan

dibelakangnya. Daerah di belakang barrier island adalah lagoon dimana memiliki

energi yang rendah dan memungkinkan pembentukan daerah terumbu seperti reef

flat.

Nama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 3

Page 4: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

Gambar I.2. Morfologi Barrier

3. Lagoon dan Estuarin

Lagoon adalah suatu daerah yang relatif dangkal karena terpisah dari laut

dalam yang ditutupi oleh barrier atau penghalang. Pada daerah tersebut karena

tidak terdapat pergerakan air sehingga terjadi reduksi dan hanya memilikki biota

yang sedikit. Pola sirkulasi air pada lagoon hanya sedikit dipengaruhi oleh air

tawar yang mengalir kedalam lagoon dibandingkan estuarin dan kebanyakan

lagoon tidak mengalami pergantian air. Sedimen berpasir dapat terendapkan

dalam energi tidal channel yang lebih besar di dalam lagoon. Sebaliknya

sedimentasi di dalam lagoon didominasi oleh lanau atau mud yang dipengaruhi

oleh pasang surut meskipun gelombang besar dapat mengakibatkan penyapuan

sedimen dari barrier.

Estuarine merupakan tubuh pesisir pantai yang semi-tertutup dengan satu atau

lebih sungai mengalir di dalamnya dan langsung berhubungan dengan laut

terbuka. Deposit sedimen dapat dibawa ke dalam estuarin oleh sungai maupun

arus pasang-surut. Pola sedimen yang membentuk estuarin bergantung pada

proses mana yang relatif dominan. Pada estuarin dengan pengaruh sungai dan

pasang-surut yang sama besar atau pengaruh pasang-surutnya lebih besar,

dikarakteristikkan oleh deposisi pasir pada jalur pasang-surut dan point bar, tetapi

sedimen lempung kemungkinan terakumulasi pada shallow bay dan tidal marsh.

Nama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 4

Page 5: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

Gambar I.3. Morfologi Estuarin

4. Tidal-flat

Tidal-Flat merupakan suatu sistem dataran yang terbentuk ketika tidak ada

aktifitas gelombang besar. Ketika masih ada aktifitas gelombang yang energi

relatif besar maka tidak akan terbentuk tidal-flat karena tenaga air dari gelombang

akan terus menggerus permukaan sedimen di sekitarnya, akibatnya sedimen di

permukaan tersebut tidak sempat membentuk menjadi dataran karena terus

mengalami pergerakan sesuai dengan arah gelombang membawanya. Tidal-flat

dapat dibagi kedalam tiga zona, yaitu zona subtidal, zona intertidal dan zona

supratidal. Ketiga zona ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda

Tabel I.1. Perbedaan Subtidal, Intertidal, dan Supratidal

I.2. Maksud dan TujuanNama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 5

Page 6: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

Mengamati dan mengetahui secara langsung mengenai lingkungan pengendapan transisi. Kemudian dapat juga membedakan fasies yang berkaitan dengan lingkungan pengendapan transisi. Praktikan juga dapat mengetahui proses sedimentasi apa saja yang berlangsung di daerah transisi. Dapat membedakan lingkungan pengendapan daerah transisi. Praktikan juga dapat mengetahui struktur sedimen apa saja yang terdapat pada daerah transisi.

I.3. Lokasi Pengamatan

Lokasi Pengamatan lingkungan pengendapan transisi ini terdapat di pantai

Samas, tepatnya di Profinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,Kabupaten Bantul,

Kecamatan Sanden, Desa Srigading tepatnya di Pantai Samas. Lokasi Pantai

Samas ini kira-kira memiliki jarak kurang lebih sekitar 30 Km dari kota

yoyakarta. Praktikan berangkat pukul 08.00 dan sampai di lokasi pada pukul

09.15 atau sekitar 1 jam 15 menit perjalanan. Perjalanan di mulai dari kampus

kemudian ke arah selatan melalui ring road dan masuk ke kota bantul kemudian

langsung menuju ke pantai samas.

BAB II

ISI

Nama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 6

Page 7: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

II.1. Metode Pengambilan Data

II.1.1Diagram Alir Pengambilan Data

Studi Literatur(laboratorium)

Studi Lapangan

Data

Analisis dan Interpretasi Data

Kesimpulan

Gambar II.1 Diagram Alir Penelitian

II.1.2.Pembahasan Metode Pengambilan Data

Sebelum melakukan observasi di lapangan,praktikan mendapat

materi sebagai dasar acuan teori mengenai lingkungan pengendapan transisi.

Kemudian mengadakan studi lapangan pertama yang dilakukan adalah

pengambilan data yang dilakukan di Pantai Samas yang terletak di Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kecamatan Sanden, desa

Srigading. Pada Pengambilan data tersebut yang dilakukan praktikan adalah

mengamati keadaan lapangan tersebut /Observasi lapangan mengumpulkan

informasi-informasi yang ada yang dapat disebut orientasi medan.

Kemudian Praktikan menganalisa dan menentukan lingkungan pengendapan

Nama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 7

Page 8: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

yang terjadi. Pada kasus kali ini adalah lingkungan pengendapan Transisi.

Lingkungan pengendapan transisi dibagi menjadi beberapa fasies seperti

halya fasies delta, fasies estuary, fasies lagoon, dan Fasies Barrier. Untuk

menentukanya diperlukan observasi langsung pada keadaan yang ada di

lapangan baik melihat keadaan sekitar dan dapat juga menentukan struktur

sedimen yang terjadi akibat fasies fasies tersebut. Kemudian dapat diamati

juga berbagai Kenampakan yang dijumpai di lokasi pengamatan, Serta

syarat-syarat pendukung terjadinya suatu fasies lingkungan pengendapan

transisi tersebut. Setelah memiliki data-data dan syarat-syarat yang

mendukung suatu fasies kermudisn adalah menentukan fasies pada

lingkungan pengendapan tersebut dengan melakukan interpretasi dan

menarik kesimpulan.

II.2. Hasil dan Pembahasan

II.2.1. ISI

Pada hari Sabtu, tanggal 4 April 2015, dilakukan observasi Lapangan

Transisi yang bertempat di Pantai Samas, Bantul, Yogyakarta. Dijumpai

adanya lingkungan pengendapan transisi, yaitu estuarin.dapat dikategorikan

sebagai lingkungan estuarin karena adanya ciri-ciri sepereti shallow marine,

barrier yang terletak dipinggir sepanjang biibir pantai , flood tidal delta,

central basin, dan dataran alluvial. Pada central basin materialnya campuran

antara berasal dari marine dan river. Ditemukan juga adanya dasar

pembentukan struktur flaser pada lokasi pengamatan tersebut yang

merupakan penciri lingkungan transisi. Energi pembentuk yang dapat

diinterpretasikan pada lingkungan ini yaitu berkaitan dengan gelombang dan

pasang surut air laut. Angin yang berhembus mendorong air sehingga

menimbulkan gelombang. Pengaruh gravitasi bulan yang menyebabkan

adanya pasang surut air laut. Dari energi-energi tersebut maka terbentuklah

bagian-bagian estuarin seperti yang telah disebutkan diatas.

II.2.2.Foto

Nama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 8

Page 9: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

II.2.3 Permodelan

Nama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 9

Foto II.2.2.1 Bentang Alam

Difoto oleh Yulianto Arif

Azimuth foto N081E

Page 10: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

BAB III

Kesimpulan

III.1 Kesimpulan

Nama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 10

Page 11: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

Pada daerah pengamatan tersebut merupakan daerah transisi dengan fasies estuarin dikarenakan ditemukan adanya ciri-ciri sepereti shallow marine, barrier yang terletak dipinggir sepanjang biibir pantai , flood tidal delta, central basin, dan dataran alluvial,ditemukan juga adanya struktur flaser yang merupakan penciri daerah transisi.

Nama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 11

Page 12: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

Nama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 12

Page 13: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

Nama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 13

Page 14: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

Nama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 14

Page 15: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

Nama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 15

Page 16: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

Nama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 16

Page 17: laporan transisi

Laboratorium Sedimentology 2015

Nama : Yulianto Arif MNIM : 111.130.041Plug : 2 Page 17