Top Banner
(SNI - 03.1962 – 1990) BERITA ACARA KAJIAN TEKNIS KESETABILAN LERENG DENGAN METODE RESISTIVITY SOUNDING Nomor : 800/83/DISTAMBEN/03/2013 PEMOHON : LILI FLEMING LOKASI : DSN. BATUBOLONG DUDUK - DS. BATULAYAR BARAT 2013 TIM BIDANG GEOLOGI DAN SUMBERDAYA DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN LOMBOK BARAT
23

Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

Jul 16, 2015

Download

Engineering

Ferro Aviyanto
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

(SNI - 03.1962 – 1990)

BERITA ACARA KAJIAN TEKNIS KESETABILAN LERENG

DENGAN METODE RESISTIVITY SOUNDING Nomor : 800/83/DISTAMBEN/03/2013

PEMOHON : LILI FLEMING LOKASI : DSN. BATUBOLONG DUDUK - DS. BATULAYAR BARAT

2013

TIM BIDANG GEOLOGI DAN SUMBERDAYA DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI

KABUPATEN LOMBOK BARAT

Page 2: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

2

RESUME

Salah satu faktor penyebab longsoran yang sangat berpengaruh adalah bidang gelincir (slip surface) atau bidang geser (shear surface). Pada umumnya tanah/bidang yang mengalami longsoran akan bergerak di atas bidang gelincir tersebut. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bidang gelincir adalah metode geofisika resistivitas. Metode ini bersifat tidak merusak lingkungan, biaya relatif murah dan mampu mendeteksi perlapisan tanah sampai kedalaman beberapa meter di bawah permukaan tanah. Metode ini banyak digunakan dalam penyelidikan masalah lingkungan maupun masalah eksplorasi mineral dalam tanah. Oleh karena itu metode ini dapat dimanfaatkan untuk survey daerah rawan longsor, khususnya untuk menentukan ketebalan lapisan yang berpotensi longsor, kedalaman bidang gelincir serta litologi perlapisan batuan bawah permukaan.

ANGGOTA TIM SURVEY:

1. Joko Marhaendriyanto, ST Geologist (Team Leader) 2. R. Ferro Aviyanto, ST, MSc Hydro-geologist, Geoelectrical software analyst 3. Anwar Jayadi, ST, MEng Civil Engineer - Geotech 4. Rully Mahendra, SE Geoelectrical Operator, Technician & maintenance 5. Erman Kurniawan, A,Md Geoelectrical Operator

KONTRAKTOR PELAKSANA WAJIB MELAKSANAKAN KETENTUAN SNI STABILISASI LERENG

MENURUT REKOMENDASI TEKNIS YANG DIBERIKAN (SNI - 03.1962 – 1990)

Page 3: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

3

BERITA ACARA KAJIAN TEKNIS KESTABILAN LERENG RENCANA PEMBANGUNAN VILLA

Nomor : 800/83/DISTAMBEN/03/2013

Pada hari ini Kamis, tanggal Dua Puluh Delapan Bulan Februari Tahun Dua Ribu Tigabelas, kami Tim Bidang Geologi dan Sumberdaya Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lombok Barat, sesuai dengan surat Kepala Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Lombok Barat Nomor 503/028/BPMP2T-LB/2013 Tanggal 25 Februari 2013, telah melakukan pengecekan lapangan dan survey resistivity sounding untuk menerbitkan Rekomendasi Kestabilan Lereng yang diajukan oleh :

A. Pemohon : Nama : LILI FLEMING

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Dusun Montong Buwuh, Desa Meninting, Kecamatan Batulayar

Peruntukan : Villa

Lokasi : Batu Bolong Duduk, Desa Batulayar Barat, Kec. Batulayar, Kab. Lombok Barat

Koordinat : 8°30'42.40"S 116° 3'52.72"E

Elevasi : 89 mdpl

Luas : 2.352 M2

B. Permohonan : Perihal : Kajian Teknis Kesetabilan Lereng

Nomor /Tgl. Surat : 503/028/BPMP2T-LB / tanggal 25 Februari 2013

C. Hasil Pemeriksaan dan Kajian Teknis Kesetabilan Lereng dituangkan dalam bentuk Laporan Kajian Teknis Kesetabilan Lereng sebagaimana berikut ini.

Mataram, hari dan tanggal tersebut di atas Tim Bidang Geologi dan Sumberdaya, Dinas Pertambangan dan Energi

Kabupaten Lombok Barat

No. Anggota Tim Tanda Tangan

1 Joko Marhaendriyanto, ST

2 R. Ferro Aviyanto, ST, MSc

3 Anwar Jayadi, ST, MEng

4 Rully Mahendra, SE

5 Erman Kurniawan, A,Md

Page 4: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

4

I. DASAR TEORI

Metode Resistivity Sounding (Pencitraan Resistivitas) menggunakan arus

bolak balik berfrekwensi rendah dari electrode-elektrode arus yang dialirkan ke

bawah permukaan bumi dan diamati besarnya arus serta tegangan yang

ditimbulkan sesuai dengan konduktivitas batuannya. Penyelidikan dengan Metode

Resistivity Sounding dapat menduga lapisan tanah/batuan dan ketebalnnya

dengan mengetahui sifat fisik tahanan dari batuan di bawah tanah.

Metode Resistivity Sounding digunakan untuk mengetahui variasi

resistivitas secara vertical (Vertical Electrical Sounding/VES) dan horizontal

(Horizontal Profiling/HP). Metode ini dapat digunakan untuk menduga jebakan air

tanah yang bersifat mengurangi nilai kekuaiatan dari dari material tanah dan

membuatnya menjadi bersifat palstis sehingga mudah bergerak, penyebaran

mineral dan struktur patahan pada kondisi geologi tertentu.

Pada penerapannya di lapangan, Metode Resistivity Sounding memiliki

konfigurasi elektroda tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi

topografi lapangan. Misalnya konfigurasi Sclumberger lebih tepat digunakan untuk

melihat variasi resistivitas vertical disamping topografi yang agak datar. Sedangkan

Konfigurasi Wenner dan dipole-dipole biasanya digunakan untuk mengetahui

variasi resistivitas secara lateral.

Keterangan:

V : Voltmeter I : Ampere meter K : Jarak bentangan elektroda potensial (tembaga) L : Jarak bentangan elektroda arus (besi) MN : Elektroda potensial (tembaga) AB : Elektroda arus (besi)

Gambar Konfigurasi Schlumberger

METODE RESISTIVITY SOUNDING

Page 5: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

5

Dari dua data AB dan MN ini akan diperoleh harga faktor koreksi geometri

(K) dan dapat diturunkan nilai tahanan jenis ( ρ ). Untuk konfigurasi Schlumberger

di atas, nilai K dapat diturunkan menjadi:

Berdasarkan data beda potensial (∆V) dan kuat arus (I) hasil pengukuran

lapangan dihitung nilai tahanan jenis semu dengan formulasi:

ρa = K ∆푽푰

Dengan ρa : tahanan jenis semu batuan (ohm-meter) ∆V : tegangan (mV) I : arus (mA) K : konstanta Schlumberger

II. PERALATAN YANG DIGUNAKAN

Alat utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat geolistrik

tahanan jenis (resistivity meter) Merk Naniura NRD 22S buatan Indonesia dengan

spesifikasi teknis sebagai berikut:

Tabel. Spesifikasi teknis alat geolistrik Naniura NRD 22S

Pemancar (transmitter) Spesifikasi 1 Catu daya 12/24 volt, minimal 6 AH 2 Daya 200 W (12 V)

300 W (24 V) 3 Tegangan Keluar Maksimum 350 V (12 V)

Maksimum 450 V (24 V) 4 Arus keluar Maksimum 2000 mA 5 Ketelitian arus 1 mA

Penerima (receiver) Spesifikasi 1 Impedansi 10 M-ohm 2 Batas ukur pembacaan 0,1 mV hingga 500 V 3 Ketelitian 0,1 V 4 Kompensator:

* Kasar * Halus

10x putar (precision multi turn potensiometer) 1x putar (wire wound resistor)

Page 6: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

6

Gambar: Skema Alat Geolistrik Jenis Naniura NRD 22S

Dan dilengkapi dengan:

a. Dua buah elektroda arus (terbuat dari stainless steel)

b. Dua buah elektroda potensial (terbuat dari tembaga)

c. Dua gulung kabel (elektroda arus) masing-masing sepanjang ± 400 m

d. Dua gulung kabel (elektroda potensial) masing-masing sepanjang ± 30 m

e. Baterai basah (aki) 12 volt 6Ah

f. Dua buah palu untuk menanam elektroda

g. Dua gulung tali plastik yang sudah diberikan nomor jarak sesuai spasi

elektroda

h. 4 buah HT Motorola

i. GPS Garmin

j. Accu charger

k. Inverter 150W

l. Laptop kontrol

Page 7: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

7

Lokasi kegiatan berada di Dusun Batu Bolong Duduk, Desa Batulayar

Barat, Kec. Batulayar, Kab. Lombok Barat seperti pada peta satelite berikut ini.

PETA LOKASI

Foto satelie kondisi awal lokasi survey sebelum diadakan kegiatan pembangunan dan peletakan titik sounding Res_1 dan Res_2, dengan garis merah sebagai lintasan resistivity imagery (Google Earth imagery date: 30 April 2012)

LOKASI KEGIATAN

Page 8: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

8

Berdasarkan Peta Geologi regional Pulau Lombok (Andi S Mangga, 1994),

Komplek Senggigi termasuk ke dalam Formasi Kalibabak. Batuan yang dominan

dalam formasi ini adalah breksi volkanik dengan sisipan lava.

Peta Geologi Regional Pulau Lombok

Breksi volkanik berwarna abu-abu kehitaman, mengandung fragmen dan

matriks dari batuan beku, diikat oleh semen silika. Ukuran butir untuk fragmen

0.50 cm - 1.5m. Batuan ini belum terkompaksikan dengan baik, sehingga butiran

belum tersementasi dengan baik. Keseragaman butir buruk, gradasinya juga

buruk, sehingga kenampakan luar dari batuan ini di beberapa tempat menonjol

tapi di tempat lain tidak. Kondisi batuan belum terkompaksikan dan keseragaman

butir yang buruk menyebabkan butiran batuan ini mudah lepas.

Lava merupakan bagian dari Formasi Kalibabak berupa sisipan. Lava

berwarna abu-abu kehitaman, komposisi mineral gelap 60% mineral terang 40%,

tekstur halus. Berdasarkan komposisi mineral dan teksturnya maka lava ini

bersifai andesitik. Hampir semua singkapan lava sudah mengalami retakan,

sehingga berbentuk blok-blok batuan yang lebih kecil.

Berdasarkan litologi dan sifat fisiknya secara umum tanah dan batuan di

lokasi disurvey dapat dikelompokkan ke dalam satuan geologi teknik Bx (pada

Satuan Peta Geologi Teknik Pulau Lombok, NTB), yaitu terdiri dari breksi, breksi

GEOLOGI KOMPLEK SENGGIGI, DAYA DUKUNG TANAH DAN TINGKAT PELAPUKANNYA

Page 9: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

9

gampingan dan setempat-setempat terdapat lava, yang merupakan batuan kuarter

dari formasi Kalibabak dan Formasi Kalipalung, berwarna abu-abu kehitaman,

agak kompak sampai kompak yang agak sukar sampai sukar digali dengan

peralatanan non mekanik, seperti pada cuplikan Peta Geologi Teknik berikut.

Agustawijaya, dkk, (2006) mengelompokkan kelas pelaputan di Komplek

Senggigi berdasarkan parameter-parameter diskriptif yang terdiri dari sembilan

lokasi pengamatan secara umum adalah Kelas B (Lapuk). Dari pengamatan visual

batuan di Komplek Senggigi terjadi perubahan warna yang dimungkinkan akibat

terjadinya oksidasi yang dimungkinkan akibat terjadinya oksidasi pada mineral

penyusun batuan, spasi dari bidang retakan cukup rapat, pada permukaan

batuan bias digores dengan menggunakan pisau lipat.

Perubahan warna pada batuan breksi volkanik di Komplek Senggigi tidak

menyeluruh. Di dalam retakan diperoleh material lunak hasil pelapukan yang

berupa butiran pasir dan material halus. Material ini berwarna kuning kemerahan,

kemudian dilakukan uji remasan sehingga diketahui material ini mempunyai

konsistensi rendah hingga sedang.

Pelapukan pada batuan Lava terutama di dalam retakan akibat terjebaknya

air di dalam retakan. Air yang menguap meninggalkan kristal-kristal air dalam

retakan. Kristal-kristal air inilah yang bereaksi dengan dinding-dinding batuan di

sekitarnya. Reaksi ini menimbulkan perubahan warna dan memperlunak dinding

batuan. Kerak-kerak pada dinding batuan akhimya menjadi material pengisi

batuan.

Page 10: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

10

Tabel Kelas Pelapukan Komplek Senggigi (Agustawijaya dkk.,2006)

Komplek Lokasi Kelas Pelapukan

(GSEGWP, 1995)

Kelas Pelapukan

(ISRM, 1978)

Senggigi

Batu Layar B (Lapuk) Grade II

Batu Bolong B (Lapuk) Grade II

Alang-Alang B (Lapuk) Grade II

Malaka B (Lapuk) Grade II

Malaka II C (Sangat Lapuk) Grade II

Setangi B (Lapuk) Grade II

Malimbu C (Sangat Lapuk) Grade II

Malimbi II B (Lapuk) Grade II

Page 11: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

11

I. POSISI PENEMPATAN ALAT SOUNDING RESISTIVITY

Penempatan posisi alat sounding di lokasi survey adalah seperti pada table

berikut ini, dan disesuaikan dengan kondisi medan.

No. Sounding Point

Koordinat Geografis Elevasi (mdpl)

Jarak datar (m)

Res_1 8°30'42.40"S 116° 3'52.72"E 89 0

Res_2 8°30'42.67"S 116° 3'51.65"E 78 33.76

II. KURVA RESISTIVITAS SEMU

Kurva resistivitas pada masing-masing titik sounding Res_1 dan Res_2

adalah sebagai berikut:

HASIL SOUNDING RESISTIVITY

Page 12: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

12

III. RESISTIVITY IMAGERY

Sedangakan resistivity imagery pada lintasan RES_1 dan RES_2 dilokasi

survey dapat ditampilkan sebagai berikut:

Page 13: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

13

I. PROFIL LITO-RESISTIVITY

Dari hasil resistivity imagery antara Lintasan Res_1 dan Res_2 diperoleh

hasil berupa profil lito-resistivity sebagai berikut:

Di lokasi tersebut tersusun oleh 3 jenis litologi utama, yaitu: lava andesite

(baik yang dalam kondisi fresh ataupun kondisi fractured), breksi andesit dan yang

paling atas berupa pasir vulkanik berbatuapung. Singkapan (outcrops) dari

seluruh litologi serta kontak antara batuan dengan dengan resistensi tinggi dengan

INTERPRETASI PEMODELAN

Page 14: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

14

batuan dengan resistensi rendah sangat jelas ditemukan di lapangan, sehingga

dapat dijadikan referensi model lito-resistivity.

II. KOLOM LITO-RESISTIVITY

Dari hasil resistivity imagery antara Lintasan Res_1 dan Res_2 dikorelasikan

dengan data pengamatan singkapan batuan (outcrops) di lapangan diperoleh hasil

berupa Kolom Lito-Resistivity sebagai berikut:

KOLOM LITO-RESISTIVITY

Lapisan Visual Outrrops

Resistivity (Ωm)

Deskripsi Letak Pondasi

1 27.1 – 43.9 Pasir vulkanik berbatuapung, warna coklat abu-abu, plastisitas rendah, unconsolidated serta mudah luruh. Batuapung Φ 0,5 – 3 cm. Porositas tinggi, daya dukung sangat rendah. Muka air tanah tidak terdeteksi

Tidak

2

10.9 – 11.6 Breksi andesit lapuk, fragmen batuan andesit Φ 3 – 20 cm, semen silica, umumnya kurang kompak dan lapuk. Bagian semen umumnya mudah hancur sebagian terlihat seperti tanah biasa dan mudah dicongkel tangan. Porositas rendah, daya dukung rendah. Muka air tanah tidak terdeteksi

Tidak

4 40.4 – 43.9 Lava andesit, fractured, dan lapuk. Warna coklat abu-abu,. Merupakan bagian luar dari tubuh lava utama. Terkekarkan (fractured) secara intensive tidak beraturan dan mudah dicongel dengan tangan. Porositas tinggi, daya dukung rendah. Muka air tanah tidak terdeteksi

Tidak

5 779 – 1000 Lava andesit, fresh, massive. Warna abu-abu kecoklatan. Batuan kedap/impermeable, daya dukung sangat kuat. Pondasi utama bangunan dan pondasi dinding penahan tanah harus berada/menembus hingga ke batuan ini Muka air tanah tidak terdeteksi

Ya

Page 15: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

15

Pondasi-pondasi utama bangunan harus dibuat hingga menembus ke

batuan keras, yaitu hingga menembus lava andesit yang fresh dan tidak lapuk,

sehingga didapatkan daya dukung yang paling baik.

III. ANALISIS KESTABILAN LERENG DAN PENDUGAAN BIDANG GELINCIR TANAH/BATUAN

Salah satu faktor penyebab longsoran yang sangat berpengaruh adalah

bidang gelincir (slip surface) atau bidang geser (shear surface). Pada umumnya

tanah/bidang yang mengalami longsoran akan bergerak di atas bidang gelincir

tersebut. Metode penentuan bidang gelincir dilapangan dilakukan secara tidak

langsung/pemodelan, yaitu dengan menggunakan hasil resistivity sounding. Data

resistivity imagery antara Lintasan Res_1 dan Res_2 kemudian dibuatkan analisis

pendugaan bidang gelincir tanah/batuan di lokasi tersebut, seperti pada gambar

berikut:

Page 16: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

16

Tanah akan mendapatkan tambahan beban dari bangunan villa yang ada di

atasnya (termasuk kolam renang) serta dari jumlah infiltrasi air hujan (W) yang

menyebabkan terjadinya tegangan air pori, sehingga akan memicu terjadinya

gerakan tanah di sepanjang bidang gelincir tersebut.

Oleh karena itu harus dibuatkan bangunan penyangga di bagian bawah

berupa dinding penahan tanah (retaining wall) yang dilengkapi dengan pipa-pipa

drainase untuk pembuangan air pori. Dinding penahan tanah yang dibuat harus

menembus hingga ke batuan keras, dalam hal ini hingga ke lava andesit yang

fresh. Bentuk bangunan dinding penahan tanah diberikan pada bagian

rekomendasi teknis di bagian akhir laporan ini.

Perataan lereng yang tidak diikuti dengan penutupan retakan-

retakan/fracture (dengan cement grouting) akan memicu terjadinya gerakan tanah

akibat berubahnya keseimbangan gaya-gaya yang bekerja yang dipicu oleh

infiltrasi air hujan.

IV. PRINSIP DASAR METODE PENANGGULANGAN KERUNTUHAN LERENG

Pada suatu lereng bekerja gaya pendorong dan gaya penahan. Gaya

pendorong adalah gaya tangensial dari berat massa tanah, sedangkan gaya

penahan berupa tahanan geser tanah. Analisis kemantapan suatu lereng harus

dilakukan dengan memperhitungkan besarnya gaya pendorong dan gaya penahan.

Suatu lereng akan longsor bila keseimbangan gaya – gaya yang bekerja terganggu,

yaitu gaya pendorong lebih besar dari gaya penahan. Oleh karena itu prinsip

penaggulangan keruntuhan lereng adalah mengurangi gaya pendorong atau

menambah gaya penahan.

Komponen gaya yang bekerja pada lereng

Page 17: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

17

Pada saat peninjauan lapangan, kegiatan awal pembangunan sudah mulai

dikerjakan yang meliputi: pekerjaan perataan lahan dengan pemotongan lereng,

pembuatan dinding penahan tanah (retaining wall) di bagian bawah lereng dan

pekerjaan pondasi, sehingga hanya sebagian kecil saja ditemukan kondisi tanah

asli di lokasi lahan yang dimaksud.

Foto perataan lahan dengan pemotongan lereng yang sudah dilakukan

Foto pembangunan pondasi-pondasi bangunan yang telah dibuat

Dari hasil pengecekan konstruksi stabilisasi lereng di lokasi rencana

pembangunan villa yang diusulkan oleh Saudari Lili Fleming didapatkan beberapa

hal penting yang harus segera ditindaklanjuti:

I. PEMBUATAN KONSTRUKSI DINDING PENAHAN TANAH (RETAINING WALL)

Pembuatan dinding penahan tanah (retaining wall) sudah dilakukan namun

pembuatannya dilakukan terlalu tegak dan tanpa dibuatkan kaki penyangga

(cantilever). Juga tidak dibuatkan pipa-pipa drainase (penyaluran) untuk

mengeluarkan air pori pada dinding penahan tanah tersebut.

Foto dinding penahan tanah yang dibuat terlalu tegak tanpa cantilever (foto ke arah utara tepat di atas dinding penahan tanah)

Foto dinding penahan tanah yang dibuat terlalu tegak tanpa cantilever dan tidak ada pipa-pipa drainase air pori (foto ke arah selatan di bawah dinding penahan tanah)

REKOMENDASI TEKNIS

Page 18: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

18

Dinding penahan tanah merupakan suatu konstruksi yang dibuat untuk

menahan tanah agar tidak longsor. Konstruksi ini diperlukan apabila akan

dilakukan pembuatan suatu rancang bangunan gedung yang berada di

tebing/kelerengan yang relative curam atau tegak yang mana apabila diabaikan

maka akan berakibat terhadap settlement atau penurunan bahkan kelongsoran

terhadap konstruksi yang berada di atasnya.

REKOMENDASI:

1. Agar dibuatkan konstruksi dinding penahan tanah dari konstruksi beton

bertulang di sebelah barat bagunan untuk menjaga stabilitas bangunan

terhadap kemungkinan guling, pergeseran, maupun beban-beban lainnya;

2. Dimensi konstruksi ditentukan berdasarkan baik/tidaknya tanah maupun

besar kecilnya gaya-gaya yang bekerja;

3. Tekanan di bawah pondasi harus lebih kecil dari daya dukung tanah yang

ada;

4. Dinding penahan dibuat dengan jarak 3 meter dengan tulangan standar SNI

Φ 12” bisa juga dikombinasikan dengan tulangan Φ 10” SNI’

Gambar Konstruksi Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall) yang direkomendasikan

5. Untuk selimut beton, terutama yang berada di bawah tanah dipasang

dengan jarak minimal 3,5 cm untuk menghindari korosi beton karena di

dalam tanah selalu berhubungan dengan rembesan air tanah;

6. Untuk drainase dinding penahan tanah yang sangat mutlak diperlukan agar

memperhatikan perbedaan tinggi muka tanah terutama di bagian belakang

Page 19: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

19

penahan tanah, karena muka air tanah lebih tinggi. Adanya perbedaan

tinggi muka air ini menyebabkan air akan berusaha mengalir menyusuri

dinding pondasi sehingga perlu dibuatkan drainase berupa pipa Φ ˃ 10 cm

dipasang pada jarak 3 – 5 meter (bidang gambar)

7. Apabila dinding penahan tanah lebih dari 5 m, maka perlu dipasang pada

arah vertical lebih dari 1 baris tiap 1 – 2 m dan pada tiap baris ditempatkan

2 atau lebih pipa drainase.

II. PADA PEMBUATAN KOLAM RENANG

REKOMENDASI:

Agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Dimensi maupun konstruksi kolam renang dibuat dan disesuaikan dengan

memperhatikan faktor pemanfaatan kolam tersebut, apakah untuk umum

ataukah untuk pribadi. Kalau untuk pribadi agar dibuat sesederhana

mungkin dengan dimensi yang tidak terlalu besar/luas karena berpengaruh

terhadap kebutuhan tumpangan air yang akan berdampak langsung kepada

penambahan beban tanah secara berlebih.

2. Konstruksinya agar diperkuat dengan perletakan/perkuatan balok tarik yang

dipasang dan dihubungkan langsung ke balok induk bangunan villa serta

diletakkan di bawah/dasar kolam renang.

3. Untuk buangan air kolam agar menghindari pembuangan secara aliran

terbuka untuk menghindari resapan air ke dalam tanah. Serta agar dibuatkan

dan disatukan dengan perencanaan buangan air hujan serta diusahakan

dibuang ke sumur-sumur resapan atau dibuatkan secara konstruksi

peresapan permanen.

Page 20: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

20

III. PENGENDALIAN AIR PERMUKAAN

Pengendalian air pemukaan merupakan langkah awal dalam setiap rencana

penanggulangan keruntuhan lereng. Pengendalian air permukaan pada lereng

dilakukan agar tidak terjadi erosi yang menimbulkan alur semakin dalam (gully).

Pengendalian air permukaan akan mengurangi berat massa tanah yang bergerak

dan menambah kekuatan material pembentuk lereng. Dua hal yang harus

diperhatikan adalah air permukaan yang akan mengalir pada permukaan lereng

dan air permukaan yang akan meresap/masuk ke dalam tanah. Setiap upaya

harus dilakukan untuk mencegah air permukaan yang menuju daerah keruntuhan

lereng, sedangkan mata air, rembesan dan genangan di daerah keruntuhan lereng

dialirkan ke luar melalui lereng. Mengendalikan air permukaan (drainase

permukaan) dapat dilakukan dengan cara menanam tumbuhan, tata salir,

menutup rekahan dan perbaikan permukaan lereng.

Foto drainase yang sudah dibuat di atas lokasi pembagunan villa

harus diperbaiki

REKOMENDASI: 1. Penanaman tumbuhan.

Penanaman tumbuhan dimaksudkan untuk mencegah erosi tanah

permukaan, mengurangi peresapan air permukaan dan pengaruh cuaca.

Penanaman tumbuhan dapat dilakukan antara lain dengan penaburan biji

rerumputan atau lempengan rumput. Untuk mempercepat air limpasan

permukaan, lereng juga dapat disemprot aspal.

2. Tata salir Tata salir/saluran permukaan sebaiknya dibuat pada bagian luar

keruntuhan lereng dan mengelilingi keruntuhan lereng sehingga dapat

mencegah aliran limpasan yang datang dari lokasi yang lebih tinggi. Untuk

Page 21: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

21

saluran terbuka yang dipasang pada daerah keruntuhan lereng harus diberi

kemiringan sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air secara cepat

agar air tidak meresap ke dalam daerah keruntuhan lereng. Alas saluran

terbuka dilapis dengan material yang kedap. Dimensi dan kemiringan

saluran terbuka harus pula diperhitungkan terhadap debit dan kecepatan

pengaliran yang dikehendaki. Bila melewati daerah dengan material lepas,

sebaiknya dibuat saluran tertutup.

3. Menutup rekahan

Penutupan rekahan dapat memperbaiki kondisi pengaliran air permukaan

pada lereng. Rekahan dapat ditutup dengan tanah lempung, aspal atau

semen yang disesuaikan dengan jenis tanahnya. Penutupan rekahan akan

mencegah masuknya air permukaan, sehingga tidak akan menimbulkan

naiknya tekanan hidrostatik atau lembeknya massa tanah yang bergerak.

4. Perbaikan permukaan lereng

Perbaikan permukaan lereng dapat dilakukan dengan merapatkan

permukaannya (adanya

tonjolan, cekungan) sehingga dapat mempercepat aliran limpasan dan

memperkecil rembesan air.

Metode pengendalian air permukaan dapat digunakan baik secara terpisah

maupun bersamaan. Metode ini dapat pula dikombinasikan dengan metode

penanggulangan lainnya.

Page 22: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

22

Foto Kegiatan Sounding Resistivity di Titik Res_1

Foto Kegiatan Sounding Resistivity di Titik Res_2

DOKUMENTASI KEGIATAN

Page 23: Laporan Teknis Kajian Kesetabilan Lereng Dengan Metode Resistivity Sounding

23

Foto Pengecekan Batas-batas tanah dan Desain Bangunan

Foto Pengecekan Batas-batas tanah dan Rencana Gambar Bangunan