LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA EMULSI OLEUM MAYDIS Disusun oleh: Ishmah Athifah Al Muqaffa P17335113036 POLITEKNIK KESEHATAN FARMASI
LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA
EMULSI OLEUM MAYDIS
Disusun oleh:
Ishmah Athifah Al Muqaffa
P17335113036
POLITEKNIK KESEHATAN FARMASI
2014
EMULSI OLEUM MAYDIS
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan sediaan
Emulsi Oleum Maydis.
2. Mampu membuat sediaan Emulsi Oleum Maydis dengan baik dan
benar.
3. Menentukan hasil evaluasi sediaanEmulsi Oleum Maydis.
II. PENDAHULUAN
Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan yang lain, dalam bentuk tetesan kecil.Jika
minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan
fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak dalam air.Sebaliknya,
jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak
atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa, system ini
disebut emulsi air dalam minyak.Emulsi dapat distabilkan dengan
penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu
penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi
satu fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan)
menstabilkan dengan cara menempati antar permukaan antara tetesan
dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik di sekeliling
partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan
antar permukaan antara fase, sehingga meningkatkan proses
emulsifikasi selama pencampuran.
Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat
digunakan bersamaan serfaktan pada emulsi minyak dalam air karena
akan terakumulasi pada antar permukaan dan juga meningkatkan
kekentalan fase air, sehingga mengurangi kecepatan pembentukan
agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan emulsi
yang relatif cepat menjadi fase yang kaya akan butiran dan yang
miskin akan tetesan. Secara normal kerapatan minyak lebih rendah
dari pada kerapatan air, sehiingga jika tetesan minyak dan agregat
tetesan meningkat, terbentuk krim.Makin besar kecepatan agregasi,
makin besar ukuran tetesan dan makin besar pula kecepatan
pembentukan krim.Tetesan air dalam emulsi air dalam minyak
biasanya membentuk sedimen disebabkan oleh keraatan yang lebih
besar.
Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang
mudah dituang hingga krim setengan padat.Umumnya krim minyak
daam air dibuat pada suhu tinggi, berbentuk cair pada suhu ini,
kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat
terjadinya solidifikasi fase internal.Dalam hal ini, tidak diperlukan
perbandingan volume fase internal terhadap volume fase eksternal
yang tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya krim
asam stearate atau krim pembersih adalah setengah padat dengan fase
internal hanya 15%.Sifat setengah padat emulsi air dalam minyak,
biasanya diakibatkan oleh fase eksternal setengah padat.
Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air
mempermudah pertumbuhan mikroorganisme.Adanya pengawet
sangat penting dalam emulsi minyak dalam air karena kontaminasi
fase eksternal mudah terjadi.Karena jamur dan ragi lebih sering
ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat fungistatik
dan bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahan
pengemulsi nonionic dan anionic, gliserin, dan sejumlah bahan
penstabil alam seperti tragakan dang om guar.
Kesulitan muncul pada pengawet sistem emulsi, sebagai akibat
memisahnya bahan antimikroba dari fase air yang sangat memerlukan,
atau terjadinya kompleksasi dengan bahan pengemulsi yang akan
mengurangi efektivitas. Karena itu, efektivitas sistem pengawetan
harus selalu diuji pada sediaan akhir.Pengawet yang biasa digunakan
dalam emulsi adalah metil-, etil-, propil-, dan butyl-paraben, asam
benzoate, dan senyawa ammonium kuartener.
Emulsi Oleum Maydis adalah salah satu jenis sediaan larutan
yang merupakan campuran yang mengandung bahan aktif Oleum
Maydis, air dan emulgator. Kelarutan Oleum Maydis praktis tidak
larut dalam air dan etanol. Dari pernyataan tersebut membuktikan
bahwa Oleum Maydis praktis tidak larut dalam air dan etanol.
Sehingga ditambahkan Emulgator untuk menstabilkan emulsi.
Oleum Maydis atau Minyak jagung adalah minyak tetap dengan
kandungan asam tinggi tak jenuh dan telah digunakan untuk
menggantikan asam jenuh dalam diet pasien dengan
hypercholesteroaemia familial. Juga sebagai kendaraan berminyak
dalam formulasi farmasi.
Minyak jagung dihasilkan dari biji jagung atau ‘germ’ (jumlah
keseluruhan kandungan minyak dari pada setiap biji jagung adalah
4%). Minyak jagung baik untuk kesehatan karena mengandung
vitamin E yang tinggi, lemak tak tepu dan sumber asid lemak Omega
6 yang baik untuk kulit. Minyak jagung juga mampu menurunkan
kolesterol darah dan mengurangkan resiko sakit jantung.
Vitamin larut lemak. Jagung mengandung dua vitamin larut
lemak, yaitu provitamin A atau karotenoid dan vitamin E. karotenoid
umumnya terdapat pada biji jagung kuning, sedangkan jagung putih
mengandung karotenoid sangat sedikit, bahkan tidak ada. Sebagian
besar karotenoid terdapat dalam endosperma.Lembaga hanya
mengandung sedikit karotenoid. Betakaroten sangat penting sebagai
sumber vitamin A. kandungan karotenoid pada jagung biji kuning
berkisar antara 6,4 – 11,3 µg/g, 22% diantaranya adalah betakaroten
dan 51% kriptosantin. Kadar vitamin A jagung biji kuning 1,5 – 2,6
µg/g. karotenoid pada jagung kuning rentan terhadap kerusakan
selama penyimpanan. Vitamin larut lemak lainya, yaitu vitamin E,
juga terkonsentrasi di alam lembaga. Emat macam tokoferol
merupakan sumber vitamin E, dan α-tokoferol mempunyai aktivitas
biologi yang paling tinggi, sedangkan γ-tokoferol kemungkinan lebih
aktif sebagai antioksidan dibanding α-tokoferol. (Patterson et al. 1980)
Vitamin E berperan sebagai antioksidan dan dapat melindungi
membran biologis akibat radikal bebas. Vitamin E melindungi asam
lemak tidak jenuh pada membran fospolipid. Vitamin E misalnya
penting untuk melindungi membran sel merah yang kaya akan asam
lemak tidak jenuh ganda dari kerusakan akibat oksidasi. Selain itu
vitamin E melindungi lipoprotein dalam sirkulasi LDL teroksidasi
yang ternyata memegang peranan penting dalam menyebabkan
aterosklerosis. (Syarif Amir, dkk. 2007)
Untuk memenuhi kebutuhan sebagai suplemen makanan dan
untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin, maka penggunaan
Emulsi Oleum Maydis adalah sehari satu kali satu sendok makan
(15ml).
III. FORMULASI
1. Bahan aktif
Zat Aktif Oleum Maydis
Sinonim Maize oil; Majsao CT; maydis oleum raffinatum;
maydol. (HOPE 6th Ed. 2009, hal.199)
Titik lebur -18 sampai – 10oC(HOPE 6thEd. 2009, hal. 199)
Pemerian Jernih, berwarna kuning bercahaya, cairan
berminyak dengan karakteristik bau yang samar,
rasa manis menyerupai jagung manis dimasak.
(HOPE 6thEd. 2009, hal. 199)
Kelarutan Larut dengan benzena, kloroform, diklorometana,
eter, heksan, dan petroleum eter, praktis tidak larut
dalam etanol 95 % dan air.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 199)
Stabilitas Minyak jagung stabil bila dilindungi dengan
nitrogen dalam botol rapat tertutup.Terlalu lama
terkena udara menyebabkan penebalan dan
tengik.Minyak jagung dapat disterilkan dengan
panas kering, mempertahankan itu pada 150oC
selama 1 jam.(HOPE 6thEd. 2009, hal. 199)
Inkompabilitas Fotooksidasi minyak jagung adalah peka dengan
kelas kosmetik dan obat sampel yang dilapisi
titanium oksida dan oksida seng.
(HOPE 6thEd. 2009, hal. 199)
Keterangan
lain
Minyak jagung umumnya dianggap sebagai bahan
yang relative tidak beracun dan tidak iritant dengan
sejarah panjang penggunaan dalam persiapan
makanan.(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 200)
Penyimpanan Disimpan dalam kedap udara, wadah tahan cahaya,
di tempat yang sejuk dan kering. Paparan panas
yang berlebihan harus dihindari.
(HOPE 6th Ed. 2009 hal. 199)
Kadar
penggunaan
Kadar penggunaan Oleum Maydispada Emulsi yang
di buat adalah 30 %
2. Akasia
Zat Akasia
Sinonim Acaciae gummi; acacia gum; arabic gum; E414;
gum acacia; gummiafricanum; gum arabic; gummi
arabicum; gummi mimosae; talhagum.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal.1)
Pemerian Berwarna putih atau putih kekuningan serpih
tipis,ulat air mata, butiran, bubuk, atau bubuk
semprot-kering.Tidak berbau dan memiliki rasa
hambar.(HOPE 6th Ed. 2009, hal.1)
Kelarutan Larut 1:20 dalam gliserin, 1:20 dalam propilen
glikol, 1:2,7 dalam air, praktis tidak larut dalam
etanol (95%). Di air,akasia larut sangat lambat,
meskipun hampir sepenuhnya setelah dua jam, dua
kali massa air hanya menyisakan sangat kecil residu
bubuk.Larutannya tidak berwarna atau kekuningan,
kental, perekat, dan tembus. Akasia Spray-kering
larut lebih cepat, dalam waktu sekitar 20 menit.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal.1)
Stabilitas Larutan berair mengalami degradasi bakteri atau
enzimatik tetapi dapat diawetkan dengan awalnya
mendidihkan larutan dalam waktu pendek untuk
melumpuhkan enzim; iradiasi gelombang mikro
dapat juga dapat digunakan. Larutan encer juga
dilindung oleh penambahan pengawet antimikroba
seperti 0,1% b/v benzoat acid, 0,1% b/v natrium
benzoat, atau campuran 0,17% b/v, Metilparaben
dan 0,03% propil paraben.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal.2)
Inkompabilitas Akasia tidak kompatibel dengan sejumlah zat
termasuk amidopyrine, apomorphine, kresol, etanol
(95%), garam besi,morfin, fenol, physostigmine,
tanin, timol, dan vanili. Sebuah enzim oksidasi ada
dalam akasia dapat mempengaruhi kandungan zat
mudah teroksidasi. Namun, enzim dapat tidak aktif
dengan pemanasan pada 100o C dalam waktu yang
singkat. Banyak garam mengurangi viskositas
larutan berair akasia,sementara garam trivalen dapat
memicu koagulasi. Larutan berair membawa muatan
negatif dan akan membentuk coacervates dengan
gelatin dan zat lain. Dalam penyusunan emulsi,
larutan akasia tidak kompatibel dengan sabun.
(HOPE 6thEd. 2009, hal. 2)
Keterangan
lain
Akasia digunakan dalam kosmetik, makanan, dan
formulasi farmasi oral dan topical. Meskipun
umumnya dianggap sebagai bahan dasarnya tidak
beracun, telah ada sejumlah laporan dari
hipersensitivitas terhadap akasia setelah inhalasi
atau menelan. Reaksi anafilaksis parah telah terjadi
setelah pemberian parenteral akasia dan sekarang
tidak lagi digunakan untuk tujuan ini.
(HOPE 6th Ed. 2009 hal2)
Penyimpanan Akasia bubuk harus disimpan dalam wadah kedap
udara di tempat yang sejuk dan kering.
(HOPE 6th Ed. 2009 hal. 2)
Kadar
penggunaan
Penggunaan Konsentrasi (%)
Bahan pengemulsi 10–20
Pelekat 10–30
Bahan pensuspeni 5–10
Pengikat tablet 1–5
(HOPE 6th Ed. 2009, hal.1)
3. Sakarosa
Zat Sakarosa
Sinonim Gula bit; gula tebu; a-D-glucopyranosyl-b-D-
fructofuranoside; refined sugar; sakarosa;
saccharum; gula.(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 701)
Struktur
Rumus
molekul
C18H38O (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 700)
Titik lebur 59.4–59.8oC(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 700)
Pemerian Kristal, tidak berwarna, massa seperti Kristal atau
blok, atau sebagai bubuk Kristal putih, tidak berbau
dan memiliki rasa manis.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 704)
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut
dalam air mendidih, angat skar larut dalam etanol,
tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 702)
Stabilitas Memiliki stabilitas yang baik pada suhu kamar dan
pada moderat kelembaban relatif.
(HOPE 6th Ed, 2009, hal. 704)
Inkompabilitas Bubuk sukrosa mungkin terkontaminasi dengan
jejak berat logam yang dapat menyebabkan ketidak
sesuaian dengan bahan aktif. Sukrosa juga dapat
terkontaminasi dengan sulfit dari proses pemurnian.
Batas maksimum untuk konten sulfit, dihitung
sebagai sulfur adalah 1 ppm.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 704)
Keterangan
lain
Jika dipanaskan melebur, menggembung dan
terbakar, terjadi bau gula terbakar dan
meninggalkan sisa bergunduk berwarna hitam.
(FI III hal. 725)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk.
(FI III hal. 567)
Kadar
penggunaan
65% untuk pembuatan Sirupus Simpleks.
4. Propylene Glycol
Zat Propylene Glycol
Sinonim 1,2-Dihydroxypropane; E1520; 2-hydroxypropanol;
methyl ethyleneglycol; methyl glycol; propane-1,2-
diol; propylenglycolum.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 592)
Struktur
Rumus
molekul
C3H8O2(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 592)
Titik lebur -59oC(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 592)
Pemerian Jernih, tidak berwarna, kental, praktis, tidak berbau,
agak manis, rasa sedikit tajam menyerupai gliserin.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 592)
Kelarutan Terlarut campur dengan aseton, kloroform, etanol
(95%), gliserin, dan air, larut dalam 6 bagian eter,
tapi akan melarutkan beberapa minyak esensial.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 592)
Stabilitas Stabil pada suhu dingin, stabil dalalm wadah
tertutup baik, tapi pada suhu tinggi ditempat terbuka.
Ia cenderung untuk mengoksidasi sehingga
menimbulkan produk seperti propional dehide, asam
laktat, asam pirufat, dan asam asetat secara kimiawi
stabil saat dicampur dengan etanol (95%), gliserin
atau air, larutan berair dapat disterilisasi dengan
autoklaf. (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 592)
Inkompabilitas Tidak cocok dengan reagen pengoksidasi seperti
kalium permanganate.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 593)
Keterangan
lain
Khasiat dan penggunaan : zat tambahan; pelarut.
Bobot per ml 1,035 g sampai 1,037 g.
(FI III hal. 534)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. (FI III th 1979 hal. 534)
Kadar
penggunaanPenggunaan Dosis untuk
Konsentrasi
(%)
Humektan Topical 15
PengawetLarutan, semi
padat15-30
Pelarut /
kosolven
larutan aerosol 10-30
Larutan oral 10-25
Parenteral 10-60
Topical 5-80
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 592)
5. Methyl Paraben
Zat Methyl Paraben
Sinonim Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic
acid methyl ester; metagin; Methyl Chemosept;
methylis parahydroxybenzoas; methyl p-
hydroxybenzoate; Methyl Parasept; Nipagin M;
Solbrol M; Tegosept M; Uniphen P-23.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 441)
Struktur
Rumus
molekul
C8H8O3 (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 441)
Titik lebur 125–128oC (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 443)
Pemerian Kristal tak berwarna atau Kristal putih bubuk. Tidak
berbau atau hamper tidak berbau dan memiliki
sedikit rasa pembakaran.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 442)
Kelarutan Kelarutan di 25oC
Pelarut Kelarutan
Ethanol 1:2
Ethanol (95%) 1:3
Ethanol (50%) 1:6
Eter 1:10
Glycerin 1:60
Minyak mineral Praktis Tidak Larut
Minyak kacang 1:200
Propylene Glycol 1:5
Air1:400 ; 1:50 (50oC)
1:30 (80oC)
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 443)
Stabilitas Larutan air pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10%
dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu
kamar, sementara larutan air pada pH 8 atau di atas
tunduk pada hidrolisis cepat (10% atau lebih setelah
penyimpanan sekitar 60 hari pada suhu kamar).
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 443)
Inkompabilitas Tidak kompatibel dengan bentonite, magnesium
trisiikat, bedak, tragacanth, natrium alginate,
minyak esensial, sorbitol, dan atropine. Methyl
paraben berubah warna dengan adanya besi dan
tunduk pada hidrolisis oleh basa lemah dan asam
kuat. (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 443)
Keterangan
lain
Methylparaben sodium dapat digunakan sebagai
pengganti Methylparaben karena kelarutan air yang
lebih besar. Namun, dapat menyebabkan pH
formulasi untuk menjadi lebih alkali.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 444)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. (FI III th 1979 hal. 378)
Kadar
penggunaan
Penggunaan Konsentrasi (%)
IM, IV, SC injeksi 0,065-0,25
Larutan inhalasi 0,025-0,07
Injeksi intradermal 0,10
Larutan hidung 0,033
Mata 0,015-0,2
Larutan oral dan
suspensi0,015-0,2
Rektal 0,1-0,18
Topical 0,02-0,3
Vaginal 0,1-0,18
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 442)
6. Propyl Paraben
Zat Propyl Paraben
Sinonim Aseptoform P; CoSept P, E216, 4 - hidroksibenzoat
asam propil ester, Nipagin P , Nipasol M, propagin,
Propyl Aseptoform, propil butex, Propyl
Chemosept, propylis parahydroxybenzoas, propil
phydroxybenzoate, Propyl Parasept, Solbrol P,
Tegosept P; Uniphen P - 23.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal.596)
Struktur
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 596)
Rumus
molekul
C10H12O3(HOPE 6th Ed. 2009, hal.596)
Titik lebur 95o – 98oC.(FI III 1979 hal.535)
Pemerian Bubuk putih , kristal , tidak berbau , dan hambar.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal.596)
Kelarutan Pelarut Kelarutan di 20oC
Aceton Mudah larut
Ethanol (95%) 1 : 1
Ethanol (50%) 1 : 5,6
Eter Mudah larut
Glycerin 1 : 250
Minyak mineral 1 : 3330
Minyak kacang 1 : 70
Propylene Glycol 1 : 3,9
Propylene Glycol
(50%)1 : 110
Air
1 : 4350 di 15oC
1 : 2500
1 : 225 di 80oC
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 597)
Stabilitas Solusi propil paraben berair pada pH 3-6 dapat
disterilkan dengan autoklaf, tanpa dekomposisi.
Pada pH 3-6, larutan stabil (kurang dari 10 %
dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu
kamar, sementara solusi pada pH 8 atau di atas
tunduk pada hidrolisis yang cepat (10 % atau lebih
setelah sekitar 60 hari pada suhu kamar).
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 597)
Inkompabilitas Aktivitas antimikroba propil paraben berkurang jauh
di hadapan surfaktan nonionik sebagai akibat dari
micellization. Penyerapan propylparaben oleh
plastik telah dilaporkan, dengan jumlah yang diserap
tergantung pada jenis plastik dan kendaraan.
Magnesium silikat aluminium, magnesium trisilikat,
oksida besi kuning, dan biru laut biru juga telah
dilaporkan untuk menyerap propil paraben, sehingga
mengurangi efektivitas pengawet. Propylparaben
berubah warna dengan adanya besi dan tunduk pada
hidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 597)
Keterangan
lain
Khasiat dan penggunaan : zat pengawet.
(FI III hal. 535)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
(FI III th 1979 hal. 535)
Kadar
penggunaan
Penggunaan Konsentrasi (%)
IM, IV, SC, injections 0.005–0.2
Larutan inhalasi 0.015
Larutan hidung 0.017
Mata 0.005–0.01
Larutan oral dan
suspense0.01–0.02
Rektal 0.02–0.01
Topical 0.01–0.6
Injeksi intradermal 0.02–0.26
Vaginal 0.02–0.1
(HOPE 6th Ed. 2009, hal.596)
7. Butyl Hidroksitoluen
Zat Butyl Hidroksitoluen
Sinonim Agidol; BHT; 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4-methyl
phenol; butyl hydroxy toluene; butyl hydroxyl
toluenum; Dalpac; dibutylated hydroxyl toluene;
2,6-di-tert-butyl-p-cresol; 3,5-di-tert-butyl-4-
hydroxy toluene; E321; Embanox BHT; Impruvol;
Ionol CP;Nipanox BHT; OHS28890; Sustane;
Tenox BHT; Topanol; Vianol.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 75)
Rumus
molekul
C15H24O (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 75)
Titik lebur 70oC (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 75)
Pemerian Kristal warna putih atau kuning pucat, padat atau
bubuk dengan bau samar fenolik karakteristik.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 75)
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilenglikol,
larutan alkali hidroksida dan asam mineral. Mudah
larut dalam aseton, benzene, etanol (95%), eter,
methanol, toluene, minyak dan minyak mineral.
Lebih larut dari BHA dalam minyak makanan dan
lemak.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal.75)
Stabilitas Paparan cahaya, kelembaban dan panas
menyebabkan pearubahan warna dan kerugian
aktifitas. (HOPE 6th Ed. 2009, hal. 76)
Inkompabilitas BHT adalah fenolik dan mengalami reaksi
karakteristik fenol. BHT tidak cocok dengan
pengoksida kuat seperti peroksida dan
permanganate. Kontak dengan oksidator dapat
menyebabkan pembakaran spontan, garam besi
menyebabkan perubahan warna dengan hilangnya
aktifitas. Pemanasan dengan katalis asam
menyebabkan dekomposisi yang cepat dengan gas
isobutrilis yang mudah terbakar.
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 76)
Keterangan
lain
BHT mudah diserap dari saluran pencernaan dan
dimetabolisme dan diekskresikan dalam urin
terutama sebagai konjugat glukuronida produk
oksidasi. Meskipun ada beberapa laporan yang
terisolasi dari reaksi kulit merugikan, BHT
umumnya dianggap sebagai nonirritant dan
nonsensitizing di tingkat kegunaan sebagai
antioksidan.(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 76)
Penyimpanan BHT harus disimpan dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari cahaya, ditempat yang sejuk dan
kering.(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 75)
Kadar
penggunaan
Penggunaan
AntioksidanKonsentrasi (%)
b-karoten 0,01
Minyak essensial dan
perasa0,02 – 0,5
Lemak dan minyak 0,02
Minyak ikan 0,01 – 0,1
Inhalasi 0,01
Injeksi IM 0,03
Injeksi IV 0,0009 – 0,002
Formula topikal 0,0075 – 0,1
Vitamin A 10mg per million units
(HOPE 6th Ed. 2009, hal. 75)
8. Aqua
Zat Aqua
Sinonim Aqua; aqua purificata; hydrogen oxide.
(HOPE 6th Ed 2009 hal 766)
Struktur
Rumus
molekul
H2O (HOPE 6th Ed 2009 hal 766)
Titik lebur 0oC (HOPE 6th Ed 2009 hal 766)
Pemerian Cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau dan
hambar. (HOPE 6th Ed 2009 hal 766)
Kelarutan Terlarut campur dengan sebagian besar pelarut
polar. (HOPE 6th Ed 2009 hal 766)
Stabilitas Secara kimiawi stabil dalam semua keadaan fisik
(es, cair, dan uap) (HOPE 6th Ed 2009 hal 766)
Inkompabilitas Dapat bereaksi dengan logam alkali dan oksida,
seperti kalsium oksida dan magnesium oksida air
juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk
membentuk hidrat dari berbagai komposisi, dan
dengan bahan organic tertentu dan kalsium karbida.
(HOPE 6th Ed 2009 hal 768)
Keterangan
lain
Air adalah dasar untuk berbagai bentuk kehidupan
biologis, dan keselamatan dalam formulasi farmasi
tidak diragukan lagi asalkan memenuhistandar
kualitas untuk sifat dapat diminumdan konten
mikroba. (HOPE 6th Ed 2009 hal 769)
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. (FI III hal 96)
Kadar
penggunaan
Air banyak digunakan sebagai bahan baku, bahan
dan pelarut dalam pengolahan, perumusan dan
pembuatan farmasi produk, bahan farmasi aktif dan
intermediet, dan reagen analitis. Nilai khusus air
yang digunakan untukaplikasi tertentu dalam
konsentrasi hingga 100%.
(HOPE 6th ED 2009 hal 766)
IV. PERMASALAHAN FARMASETIK DAN PENYELESAIAN
No. Permasalahan Penyelesaian
1. Oleum maydis merupakan
fase minyak, dan pelarutnya
Karena Oleum maydis
merupakan fase minyak dan juga
menggunakan air. Oleh
karena itu, akan
menimbulkan dua fase yang
tidak saling campur.
digunakan air sebagai pelarut,
oleh karena itu sediaan dibuat
dalam bentuk emulsi, dengan
menggunakan emulgator, yaitu
Akasia.
2. Karena emulsi mengandung
minyak, kemungkinan akan
terjadi oksidasi dan
hidrolisis pada minyak yang
menyebabkan bau tengik.
Untuk mencegah terjadinya
oksidasi dan hidrolisis,
ditambahkan antioksidan, yaitu
Butil hidroksitoluen.
3. Oleum maydis memiliki rasa
hambar, sedangkan sediaan
akan dibuat untuk anak-
anak.
Untuk menutupi rasa hambar,
ditambahkan sweetening agent
sebagai pemanis, yakni
digunakan sirupus simplex.
4. Sediaan akan dibuat multiple
dose dan mengandung
sirupus simplex sebagai
pemanis, maka kemungkinan
akan terjadi pertumbuhan
mikroba dan jamur.
Untuk mencegah terjadinya
pertumbuhan mikroba dan
jamur, maka ditambahkan
pengawet, yaitu Metilparaben
dan Propilparaben.
5. Metilparaben dan
propilparaben praktis tidak
larut dalam air.
Untuk melarutkan Metilparaben
dan propilparaben, maka
digunakan propilenglikol
sebagai pelarut dari
metilparaben dan propilparaben.
6. Sediaan mengandung
sirupus simplex yang
memungkinkan terjadinya
cap-locking.
Untuk mencegah terjadinya cap-
locking, maka digunakan
propilenglikol sebagai anticap-
locking agent.
7. Sediaan akan ditujukan
untuk anak-anak.
Untuk meningkatkan akseptebel
pasien, maka digunakan perasa
dan pewarna agar sediaan
terlihat lebih menarik. Zat yang
digunakan adalah Orange
essence dan pasta orange sebagai
pewarna dan perasa.
V. PENDEKATAN FORMULA
No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1. Oleum Maydis 30 % Zat aktif
2. Akasia 15 % Emulgator
3. Sirupus Simpleks 20 % Pemanis dan pengental
4. Methyl paraben 0,18 % Pengawet
5. Propyl paraben 0,02 % Pengawet
6. Propylen Glycol 10 % Wetting agent, kosolven
7. Butyl hidroksitoluen 0,01 % Antioksidan
8. Essens Jeruk Qs Perasa dan pewarna
9. Pasta orange Qs Pewarna
10. Aqua 56,68 % Pelarut / Pembawa
VI. PENIMBANGAN
Penimbangan
Dibuat sediaan 8botol (@ 60 ml) = 480 ml
1. Oleum Maydis ¿30 g
100 ml×500 ml=150 g
2. Akasia ¿15 g
100 ml×500 ml=75 g
Aqua dest ¿75×1,5=112,5ml
3. Sirupus simpleks ¿20 g
100 ml×500 ml=100 g
Sakarosa ¿65 g
100 ml×100 ml=65 g
Aquadestillata ad 100 ml
4. Propylenglicol ¿10 g
100 ml×500 ml=50 g
5. Butyl Hidroksitoluen ¿0,01 gram
100ml×500 ml=0,05 ml
6. Methylparaben ¿0,18 g100 ml
×500 ml=0,9 g
Propylengycol ¿0,9 ×5=4,5 ml 5ml
7. Propylparaben ¿0,02 g100 ml
×500 ml=0,1 g
Propylenglycol ¿0,1 ×3,9=0,39 ml 1ml
8. Essens Jeruk= qs (±6 tetes)
9. Pasta Orange = qs (± 5 tetes)
10. Aquadestillata ad 500 ml (± 124 ml)
No
.Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang
1. Oleum Maydis 150 gram
2. Akasia 75 gram
3. Sirupus Simpleks 100 ml
4. Methyl paraben 0,9 gram
5. Propyl paraben 0,1 gram
6. Propylen Glycol 50 gram
7. Butyl Hidroksitoluen 0,05 gram
8. Essens Jeruk Secukupnya (± 5 tetes)
9. Pasta Orange Secukupnya (±6 tetes)
10. Aqua Ad 500 ml (± 124 ml)
VII. PROSEDUR PEMBUATAN
Penaraan Botol
1. Masukan air kedalam gelas ukur sebanyak 62 ml, tuangkan air
tersebut kedalam botol.
2. Tandai batas kalibrasi, buang air yang ada dalam botol tersebut,
kemudian botol dibilas dengan aquadest sebanyak 3 kali,
kemudian keringkan. Botol siap digunakan.
Penaraan Beaker Glass untuk Sirupus Simpleks
1. Masukkan air kedalam gelas ukur sebanyak 200 ml, tuangkan
air tersebut kedalam beaker glass.
2. Tandai batas kalibrasi, buang air yang ada di dalam beaker
glass, kemudian beaker glass dibilas dengan aquadest sebanyak
3 kali, kemudian keringkan. Beaker glass siap digunakan.
Penaraan Beaker Glass untuk Emulsi Oleum Maydis
1. Masukkan air kedalam gelas ukur sebanyak 500 ml, tuangkan
air tersebut kedalam beaker glass.
2. Tandai batas kalibrasi, buang air yang ada di dalam beaker
glass, kemudian beaker glass dibilas dengan aquadest sebanyak
3 kali, kemudian keringkan. Beaker glass siap digunakan.
Pembuatan Larutan Sirupus Simpleks
1. Larutkan Sakarosa 130 gram dalam air panas di beaker glass,
didihkan sampai larut.
2. Tambahkan air mendidih sampai 200 ml.
3. Setelah larutan jadi, saring menggunakan kain batis.
4. Ambil sebanyak 100 ml
Pembuatan Emulsi Oleum Maydis
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Timbang semua bahan yang akan digunakan :
a. Oleum Maydis 150 gram
b. Akasia 75 gram
c. Propylen Glycol 50 gram
d. Butyl Hidroksitoluen 0,05 gram
e. Sirupus Simpleks 100 ml
f. Methyl paraben 0,9 gram
g. Propyl paraben 0,1 gram
3. Larutkan Metil Paraben 900 mg dengan Propilenglikol 5 ml di
beaker glass
4. Larutkan Propil Paraben 100 mg dengan Propilenglikol 1 ml
didalam beaker glass
5. Larutkan Butil Hidroksi Toluen 0,05 gram dengan Oleum
Maydis 150 gram dalam beaker glass.
6. Masukkan Akasia 75 gram kedalam mortir, gerus sampai
halus.
7. Tambahkan larutan no. 3 kedalam mortir, gerus sampai
homogen
8. Tambahkan aquadest 112,5 ml kedalam mortir, gerus sampai
terbentuk korpus emulsi.
9. Tambahkan sirupus simplex kedalam mortir, gerus sampai
homogen. Kemudian pindahkan kedalam beaker glass.
10. Tambahkan larutan no. 3 dan 4, aduk hingga homogen.
11. Tambahkan Propilenglikol 44 ml, aduk hingga homogen.
12. Tambahkan essens orange secukupnya (± 6 tetes), aduk hingga
homogen.
13. Tambahkan pasta orange secukupnya (± 5 tetes)
14. Tambahkan aquadest ad 500 ml, aduk hingga homogen
15. Masukkan emulsi kedalam botol yang telah dicuci bersih,
dikeringkan dan ditara.
16. Tutup botol, beri etiket, masukkan kedalam wadah sekunder
disertai brosur dan sendok
17. Dilakukan evaluasi sediaan.
VIII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN
NoJenis
evaluasi
Prinsip
evaluasi
Jumlah
sampel
Hasil
pengamatanSyarat
1. Uji
Organoleptis
Evaluasi
organoleptika
dilakukan
dengan cara
sediaan
dituang dalam
beaker glass,
kemudian
diamati warna
dengan indera
penglihatan,
bau dengan
indera
penciuman,
dan rasa
dengan indera
pengecap.
3 botol Pada botol 1,
2 dan 3,
terdapat
kesamaan
bau, rasa dan
warna.
Tidak
terjadi
pertumbuh
an bakteri
atau jamur,
penurunan
mutu dan
kerusakan
lainnya
dari
larutan.
2. Uji pH Evaluasi uji
pH dilakukan
dengan cara
mencelupkan
kertas lakmus
ke dalam
larutan yg akan
diuji,
kemudian
membandingka
n perubahan
warna pada
kertas lakmus
3 botol Pada botol 1,
2 dan 3,
memiliki pH
yang stabil
dari pH 1
minggu
sebelumnya.
Maksimal
jarak
perubahan
pH adalah
1.
dengan kertas
indikator
universal
untuk
menentukan
pH larutan.
3. Volume
terpindahkan
Evaluasi
volume
terpindahkan
dilakukan
dengan cara
menimbang
botol sebelum
dan sesudah
larutan
dipindahkan.
3 botol Berat sediaan
botol 1 =
63,665 gram
Berat sediaan
botol 2 =
63,989 gram
Berat sediaan
botol 3 =
64,732 gram
4. Uji berat
jenis
Untuk
menentukan
berat jenis
sediaan dengan
menggunakan
alat
piknometer.
1 botol,
3 kali
replikasi
Bj relatif
rata-rata =
1,1
5. Uji
Viskositas
Evaluasi uji
kejernihan
dilakukan
dengan cara
pemerikasaan
visual meliputi
pengamatan
kejernihan
terhadap
1 botol,
3 kali
replikasi
Rata-rata
waktu =
21,67”
Viskositas
tidak
terlalu
tinggi
supaya
sediaan
dapat
dikocok
dan
campuran
larutan.
dituang.
6. Uji
Sedimentasi
Mengukur
tinggi larutan
dan tinggi
endapan dalam
gelas ukur.
1 botol Sediaan baik
karena F
tidak lebih
dari 1.
Bila F = 1
atau
mendekati
1, maka
sediaan
baik.
Karena
tidak
adanya
supernatant
jernih pada
pendiaman.
Bila F > 1
terjadi
“floc”
sangat
longgar
dan halus
sehingga
volume
akhir lebih
besar
darivolume
awal.
7. Uji Tipe
Emulsi
Uji Tipe
Emulsi
dilakukan
dengan cara
melarutkan
emulsi dengan
1 botol Emulsi yang
dibuat adalah
emulsi tipe
minyak
dalam air
(m/a)
Untuk
emulsi tipe
m/a,
metilenblue
dapat
terdispersi
air, dan
mewarnai
emulsi dengan
metilen blue
merata
dalam
larutan.
Berikut adalah data evaluasi yang telah di laksanakan :
Evaluasi Uji Organoleptis
No. Botol Rasa Bau Warna
1. Botol 1Anyir, sedikit pahit,
cukup manis
Bau minyak
maydis
Orange susu
2. Botol 2Anyir, sedikit pahit,
cukup manis
Bau minyak
maydis
Orange susu
3. Botol 3Anyir, sedikit pahit,
cukup manis
Bauminyak
maydis
Orange susu
Evaluasi Uji pH
No. Botol pH larutan
1. Botol 1 5
2. Botol 2 5
3. Botol 3 5
Evaluasi Uji Volume Terpindahan
Berat botol 1 (Sediaan+botol+tutup) = 171,659 gram
Wia = 171,659; Woa = 108,004
Berat sediaan botol 1 = 171,659 – 108,004 = 63,655 gram
Berat botol 2 (sediaan+botol+tutup) = 173,596 gram
Wib = 173,596; Wob = 109,607
Berat sediaan b = 173,596 – 109,607 = 63,989 gram
Berat botol 3 (sediaan+botol+tutup) = 188,832 gram
Wic = 188,832, Woc = 124,100
Berat sediaan 3 = 188,832 – 124,100 = 64,732 gram
Berat rata-rata sediaan ¿63,655+63,989+64,732
3=64,125 gram
Evaluasi Uji Bj
Uji Bj air
Volume piknometer = 10,098 cm3
Replikasi 1
Woa = 12,019 gram; Wia = 22,123 gram
Wsa = 10,104
Bja ¿Wsa
10,098=10,104
10,098=1,0005
Replikasi 2
Wob = 12,019 gram; Wib = 22,121 gram
Wsb = 10,102
Bjb ¿Wsa
10,098=10,102
10,098=1,0003
Replikasi 3
Woc = 12,018 gram; Wic = 22,120 gram
Wsc = 10,102
Bjc ¿Wsa
10,098=10,102
10,098=1,0003
Bj air rata-rata ¿1,0005+1,0003+1,0003
3=1,00037
Uji Bj sediaan
Volume piknometer = 10,098 cm3
Replikasi 1
Wox = 12,018; Wix = 23,026; Wsx = 11,008
Bjx ¿Wsx
10,098=11,008
10,098=1,0901
Replikasi 2
Woy = 12,018; Wiy = 23,021; Wsy = 11,003
Bjy ¿Wsy
10,098=11,003
10,098=1,0896
Replikasi 3
Woz = 12,019; Wiz = 23,026; Wsz = 11,007
Bjz ¿Wsz
10,098=11,007
10,098=1,0900
Bj sediaan rata-rata ¿1,0901+1,0896+1,0900
3=1,0899
Bj relatif
Bj relatif 1 ¿BjxBja
=1,09011,0005
=1,0896
Bj relatif 2 ¿BjyBjb
=1,08961,0003
=1,0893
Bj relatif 3 ¿BjzBjc
=1,09001,0003
=1,0897
Bj relatif rata-rata ¿1,0896+1,0893+1,0897
3=1,0895
Evaluasi Uji Viskositas
Waktu botol 1 = 22”
Waktu botol 2 = 21”
Waktu botol 3 = 22”
Rata-rata waktu ¿22+21+22
3=21,67”
Evaluasi Uji Sedimentasi
0’ 10’ 20’ 30’ 60’ 120’1
hari
4
hari
7
hari
Tinggi
cairan
(hv)
8,8
cm
8,8
cm
8,8
cm
8,8
cm
8,8
cm
8,8
cm
8,8
cm
8,8
cm
8,8
cm
Tinggi
sedimen
(ho)
- - - - - - - - -
F¿ hohv
F0'= 08,8
=0
F10'= 08,8
=0
F20'= 08,8
=0
F30'= 08,8
=0
F60'= 08,8
=0
F120'= 08,8
=0
F1hari'= 08,8
=0
F4 hari= 08,8
=0
F7hari= 08,8
=0
IX. PEMBAHASAN
Zat aktif yang digunakan adalah Oleum Maydis, Oleum maydis
berupa cairan minyak yang tidak larut dalam fase air, oleh karena itu
Oleum Maydis dibuat dalam bentuk Emulsi.
Zat aktif yang digunakan adalah Oleum Maydis, zat tersebut
berupa minyak yang tidak larut dalam fase air sehingga diperlukan
emulgator berupa Akasia dengan kadar 10 – 20 % sebagai emulgator
untuk meningkatkan viskositas.
Pada percobaan ini dibuat formula sediaan emulsi adalah
sebagai berikut : Oleum Maydis, Akasia, Sirupus Simpleks,
Propylenglycol, Butil hidroksitoluen, Methyl paraben, Propyl paraben,
essens jeruk, pasta orange dan penambahan aquadest sampai volume
yang diinginkan.
Sebelum dibuat korpus emulsi, akasia digerus terlebih dahulu.
Hal ini bertujuan untuk menyeragamkan ukuran partikel, agar mudah
terbasahi dengan Oleum Maydis saat pembuatan korpus emulsi cara
kering.
Dalam pembuatan Emulsi Oleum Maydis, Oleum Maydis
memilik rasa dan bau yang samar, sehingga untuk menambah rasa
ditambahkan sirupus simplex sebanyak 20%. Sirupus simplex
merupakan campuran dari 65% Sakarosa dan 35% air. Tetapi, ternyata
Sirupus Simpleks 20% kurang dapat menutupi rasa Oleum Maydis
yang kurang enak, sehingga kadar Sirupus Simplek yang digunakan
harus ditingkatkan hingga 30%.
Penambahan sirupus simplex pada sediaan ini dikhawatirkan
dapat menimbulkan kristalisasi pada leher botol karena kandungan
sukrosanya.Maka dari itu untuk menghindari pengkristalan gula pada
leher botol sediaan perlu ditambahkan anticaplocking agent. Di dalam
sediaan ditambahkan Propylen Glycol yang dapat berfungsi sebagai
anticaplocking agent. Propylenglycol digunakan sebagai
anticaplocking agent dan pelarut untuk bahan pengawet.
Pada percobaan ini, Emulsi Oleum Maydisdibuat untuk
dikonsumsi oleh anak-anak. Sehingga untuk memperbaiki tampilan,
aroma dan menambah daya tarik sediaan ditambahkan Essens jeruk
dan pasta orange untuk menutupi rasa minyak Maydis yang kurang
enak serta untuk menambah estetika dari sediaan.
Pada umumnya sediaan Emulsi Oleum Maydis merupakan
sediaan dengan dosis berulang serta sebagian pelarut/pembawanya
berupa aquadest, sehingga terdapat kemungkinan yang sangat besar
mengalami kontaminasi mikroorganisme. Oleh sebab perlu
ditambahkan pengawet untuk mengurangi kontaminasi
mikroorganisme, karena dengan adanya mikroorganisme dalam
sediaan akan mempengaruhi stabilitas sediaan / potensi zat aktif.
Pengawet yang digunakan dalam sediaan larutan harus nontoksik,
tidak berbau, stabil dan dapat bercampur dengan komponen formula
lain yang digunakan selama pengawet ini bekerja dalam melawan
mikroba potensial spektrum luas. Di dalam sediaan terdapat
Methylparaben yang dapat berfungsi sebagai pengawet. Untuk
meningkatkan efektifitas dari pengawet, maka digunakan kombinasi
Methylparaben (0,18%) bersama-sama dengan propil paraben (0,02%)
yang telah digunakan untuk pelestarian berbagai formulasi farmasi
parenteral. Methylparaben adalah antimikroba yang paling aktif dari
paraben; Aktivitas meningkat dengan meningkatnya bagian panjang
rantai alkil. Kegiatan dapat diperbaiki dengan menggunakan kombinasi
efek parabens sebagai terjadi sinergis .Oleh karena itu, kombinasi dari
metil-, etil-, propil-, dan butylparaben sering digunakan bersama-sama.
Aktivitas juga telah dilaporkan ditingkatkan oleh penambahan eksipien
lain seperti: propilen glikol (2-5%), phenylethyl alkohol;. dan asam
edetic. Kegiatan juga mungkin ditingkatkan karena efek sinergis
dengan menggunakan kombinasi parabens dengan pengawet
antimikroba lain seperti imidurea.
Setelah sediaan jadi dilakukan Uji Organoleptis, Uji pH,
Volume terpindahkan, Uji berat jenis, Uji Viskositas, Uji Sedimentasi
dan Uji Tipe Emulsi.
X. KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai
berikut.
No
.Nama Bahan Jumlah Kegunaan
1. Oleum Maydis 30 % Zat aktif
2. Akasia 15 % Emulgator
3. Sirupus Simpleks 30 % Sweetening agent
4. Propylen Glycol 10 % Anti caplocking agent
5. Methyl paraben 0,18 % Pengawet
6. Propyl paraben 0,02 % Pengawet
7. Butyl Hidroksitoluen 0,01 % Antioksidan
8. Essens Jeruk Qs Pewarna dan perasa
9. Pasta Orange Qs Perasa
10. Aquadest 55,94 % Solven
XI. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope
Indonesiaedisi III, Jakarta: Departemen Kesehatan.
Drs. H. A. Syamsuni, Apt. 2005.Ilmu Resep, Jakarta: Anggota IKAPI.
Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat Obat
Penting, Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Patterson, J.I., R.R. Brown, H. Linkswiler, dan A.E. Harper. 1980.
Excretion of tryptophanniacin metabolites by young men:
Effects of Tryptophan, Leucine and Vitamin B6. Am. J. Clin.
Nutr., 33: 2157-2167.
Rowe, Raymond C. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6th ed.,
2009 : Pharmaceutical Press.
Sean et al. 2009. Martindale Edisi 36, USA: Pharmaceutical Press.
Syarif Amir, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi, Jakarta: Badan
Penerbit FK UI
XII. LAMPIRAN
Kemasan Emulsi Oleum Maydis
Etiket Emulsi Oleum Maydis
Brosur Emulsi Oleum Maydis
KOMPOSISIMengandung minyak jagung 30%.
FARMAKOLOGIDapat mencegah progesifitas atau menyebabkan perbaikan gangguan syaraf.
INDIKASISebagai suplemen makanan untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin.
KONTRA INDIKASIHipersensitifitas terhadap vitamin E.
EFEK SAMPINGPemakaian dosis besar untuk jangka waktu lama dapat kelemahan otot, gangguan reproduksi, dan gangguan saluran cerna.
INTERAKSI OBATKelebihan pemakaian vit.E dapat mengosongkan penyediaan vitamin A, menghambat absorbsi atau aksi vit. K, nyeri lambung dan rasa lesu.
DOSISAnak – anak : sehari 1 x 1 sendok makan
KEMASANDus, botol coklat berisi netto 60 mlNo. Reg. DPL13B0643532A1
PENYIMPANANSimpan pada suhu 15 – 25oC terlindung dari cahaya.
PT. BOMPOÚKIBandung - Indonesia
Olio d’MaisOleum MaidisUntuk Multivitamin
Kocok Dahulu