Top Banner
Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan Tutorial yang membahas tentang Penyakit Degenerasi pada Blok Dentomaksilofasial II ini dengan baik. Laporan Tutorial ini kami buat untuk memenuhi kegiatan tutorial dan juga sebagai salah satu sarana untuk dapat lebih mendalami materi pembelajaran tentang penyakit degenerasi pada regio dentomaksilofasial, terutama pada jaringan kerasnya, yang telah kami diskusikan dalam tutorial. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih banyak kepada : 1. drg. Peni Pujiastuti sebagai Tutor dalam kelompok diskusi tutorial kami yang telah membimbing, mengarahkan dan menambah pengetahuan dan wawasan kami 2. Petugas dan Anggota Tutorial 5 yang telah berperan aktif dalam diskusi maupun pembuatan laporan ini. Semoga laporan Tutorial ini dapat bermanfaat untuk pendalaman materi pada blok Dentomaksilofasial II . Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan, terima kasih atas perhatiannya, jika terdapat kekurangan mohon diberikan saran. 1
37

Laporan Skenario I (1).docx

Nov 30, 2015

Download

Documents

Weka Bathari
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Skenario I (1).docx

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan Tutorial yang

membahas tentang Penyakit Degenerasi pada Blok Dentomaksilofasial II ini

dengan baik.

Laporan Tutorial ini kami buat untuk memenuhi kegiatan tutorial dan juga

sebagai salah satu sarana untuk dapat lebih mendalami materi pembelajaran

tentang penyakit degenerasi pada regio dentomaksilofasial, terutama pada jaringan

kerasnya, yang telah kami diskusikan dalam tutorial.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih banyak kepada :

1. drg. Peni Pujiastuti sebagai Tutor dalam kelompok diskusi tutorial kami

yang telah membimbing, mengarahkan dan menambah pengetahuan dan

wawasan kami

2. Petugas dan Anggota Tutorial 5 yang telah berperan aktif dalam diskusi

maupun pembuatan laporan ini.

Semoga laporan Tutorial ini dapat bermanfaat untuk pendalaman materi

pada blok Dentomaksilofasial II . Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan,

terima kasih atas perhatiannya, jika terdapat kekurangan mohon diberikan saran.

Jember, 5 September 2013

Kelompok 5

1

Page 2: Laporan Skenario I (1).docx

Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................. 1

Daftar Isi ............................................................................................. 2

SKENARIO ............................................................................................. 3

STEP 1 ( Identifikasi Kata Sulit ) ................................................... 3

STEP 2 ( Menetapkan permasalahan ) ................................................... 4

STEP 3 ( Analisis Masalah ) ................................................... 4

STEP 4 ( Mapping ) ................................................... 8

STEP 5 ( Learning Objective ) ................................................... 9

STEP 7 ................................................... 9

Daftar Pustaka

2

Page 3: Laporan Skenario I (1).docx

SKENARIO

Seorang perempuan, 50 tahun, datang ke dokter gigi dan menceritakan

bahwa sejak 1 tahun yang lalu mengeluhkan rasa sakit pada daerah rahang

terutama saat membuka mulut lebar dan ada bunyi krek-krek. Dari anamnesa,

penderita juga sering mengeluh kakinya sering linu, selain itu haid mulai tidak

teratur sejak 1 tahun lalu. Pemeriksaan klinis terdapat rasa sakit pada daerah

depan telinga kanan dan kiri bila ditekan, ada krepitasi saat rahang digerakkan,

sebagian besar giginya sudah hilang alveolar ridge sudah flat. Dari radiograf

proyeksi lateral didapatkan osteophyte (bony spur) formation pada aspek anterior

dari articular surface of condylar head.

STEP 1

Identifikasi Kata Sulit

1. Osteophyte (bony spur) formation :

Tonjolan bertulang atau pertumbuhan tulang pada tepian sendi atau tepi

sambungan tulang sehingga menyebabkan pergerakan sendi terbatas dan

terasa nyeri. Timbul karena adanya degenerasi, penuaan, hyperfunction, atau

penyakit tertentu.

2. Krepitasi :

- Bunyi krek-krek di daerah TMJ

- Bunyi dari fragmen tulang yang bersentuhan

- Bunyi dari pertemuan tulang yang tidak baik, menunjukkan fungsi yang

tidak normal

- Bunyi yang diakibatkan oleh degenerasi bantalan sendi (diskus artikularis)

3

Page 4: Laporan Skenario I (1).docx

STEP 2

Menetapkan Permasalahan

1. Bagaimana hubungan penuaan dengan penyakit degeneratif?

2. Apa hubungan haid yang tidak teratur dan kaki linu dengan keluhan rasa sakit

pada rahang pasien?

3. Mengapa alveolar ridge menjadi flat setelah gigi menghilang?

4. Bagaimana gejala, tanda, dan gambaran klinnis dari penyakit degeneratif?

5. Apa saja etiologi osteophyte formation?

6. Bagaimana pathogenesis dari osteophyte formation?

7. Apa yang menyebabkan rasa sakit pada saat pasien membuka mulut lebar?

STEP 3

Analisis Masalah

1. Teori Penuaan

Usia semakin tua kemampuan regenerasi / reproduksi sel menurun

Merupakan faktor intrinsik yang menyebabkan penyimpangan pada

kemampuan sel sehingga terjadi penurunan fungsi pada suatu jaringan atau

organ tertentu. Misalnya : fungsi kelenjar endokrin menurun metabolisme

tubuh menurun.

Teori Wear and Tear

Usia semakin tua organ tubuh (sendi dan tulang) semakin lama dan sering

dipakai aus / rusak karena penggunaan dan beban yang diterima melebihi

batas kemampuan mengalami degenerasi.

4

Page 5: Laporan Skenario I (1).docx

2. Perempuan usia ± 50 tahun mulai mengalami pra-menopause sehingga juga

mulai terjadi gangguan hormon salah satunya terjadi penurunan hormone

estrogen dan progesteron. Hormon estrogen memiliki beberapa fungsi yaitu

sebagai:

- Pelindung tulang karena dapat menghambat fungsi osteoklas

- Pengatur pengangkutan kalsium

Ketika hormone estrogen menurun terjadi pengapuran tulang

osteoarthritis. Osteoarthritis adalah suatu penyakit di mana tanda-tandanya

adalah tulang terasa sakit / nyeri setiap melakukan pergerakan.

- Estrogen menurun osteoklas meningkat osteoblas menurun

remodeling tulang tidak seimbang osteoporosis tulang linu dan

menjadi lebih rapuh dan rentan terhadap fraktur

Osteoporosis baru terasa sakit bila telah ada keretakan / patah tulang.

Tanda-tanda terjadinya osteoporosis salah satunya adalah rasa nyeri pada

tulang belakang / leher dan tinggi badan menurun

- Pada kartilago ada reseptor hormon estrogen

- Estrogen menurun metabolisme sel pada kartilago terganggu

3. Terjadi penuaan pada mandibula. Saat gigi tanggal, tulang alveolar menipis.

Alveolar ridge akan mengalami resorpsi ± 1 centimeter sehingga menjadi flat.

4. Gejala

Adanya masalah muskuloskeletal

- Kekuatan menurun dan pergerakan tidak seimbang

- Osteoporosis

Gangguan hormone, misalnya : menopause estrogen menurun

Merasa lesu

Gangguan tidur

Nyeri otot, kaku sendi, dan nyeri kepala

Bertambahnya berat badan karena tubuh menyimpan lebih banyak air

5

Page 6: Laporan Skenario I (1).docx

Gangguan kelenjar

Xerostomia

Gambaran klinis

- Perjalanan penyakit lambat

- Berkaitan dengan herediter

- Menyebabkan kehilangan jaringan

5. Etiologi osteophyte formation

Penuaan

Meningkatnya aktifitas osteoklas

Merupakan adaptasi tubuh

Hilangnya gigi

Adanya maloklusi

Rongga sendi yang berisi tulang

6. Patogenesis osteophyte formation

- Adanya ketidakseimbangan penggunaan TMJ beban kunyah salah satu

sendi berbeda dapat terjadi TMD jika terus menerus muncul

arthritis / peradangan sendi tipe osteoarthritis atau penyakit degeneratif

pada sendi tubuh adaptasi (homeostasis) tumbuh tonjolan tulang

pada tepian tulang / sendi yang digunakan sakit

- Peradangan pada kartilago (zona subkondral) inflamasi akut (produksi

cereative protein, sel radang akut meningkat) terjadi respon enzimatis

kolagenase (degenerasi kolagen) kartilago mudah rusak respon

zona subkondral dengan memproduksi tumpukan kalsium di darah tulang

yang rusak tonjolan di tepi tulang sakit

7. Penyebab sakit saat membuka mulut lebar

6

Page 7: Laporan Skenario I (1).docx

Adanya pertumbuhan kartilago di tepian sendi bergesekan dengan

tulang lain

Osteophyte bisa menekan reseptor nyeri sehingga sulit membuka mulut

Produksi cairan synovial (pelumas untuk mobilisasi sendi) menurun

Kapsula sendi menebal

7

Page 8: Laporan Skenario I (1).docx

Krepitasi

Penyakit Degeneratif

Degenerasi jaringan keras pada Dentomaksilo

Patogenesis

Gambaran dan Gejala Klinis

Osteophyte formationSakit

Etiologi

STEP 4

Mapping

8

Page 9: Laporan Skenario I (1).docx

STEP 5

Learning Objectives

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan :

1. Macam Penyakit Degeneratif Jaringan Keras Dentomaksilo

2. Etiologi Penyakit Degenerative Jaringan Keras Dentomaksilo

3. Pathogenesis

4. Gambaran dan gejala klinis

5. Pemeriksaan penunjang

STEP 7

Sebelum membahas tentang penyakit degeneratif yang terjadi pada jaringan keras

di regio dentomaxillo, kami akan membahas sedikit tentang penyakit degenerative

yang terjadi secara umum. Macam penyakit tersebut cenderung diawali dengan

adanya degenerasi pada suatu jaringan yang mempengaruhi organ-organ yang ada

di sekitarnya, seperti:

1. Degenerasi Lemak

Merupakan timbunan lemak yang abnormal dalam sel yang sakit, dapat

terjadi pada hepar, jantung, ginjal dan pulpa.

Etiologi :

Anoxia : ketiadaan oksigen ke jaringan meskipun perfusi darah

ke jaringan adekuat

Infeksi

Intoksikasi zat kimia (Chlour, Phospor, Bismuth, Arsen)

Malnutrisi

Diabetes mellitus

2. Degenerasi Lendir

9

Page 10: Laporan Skenario I (1).docx

Degenerasi complex : H.A + PROTEIN. Degenerasi ini dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Degenerasi Miksomikotik

Merupakan akumulasi yang berlebihan dari konjugat yang berasal dari

karbohidrat. Pembentukan jaringan ikat “miksomatosa” terdapat dalam

banyak jaringan ikat, khususnya pada jaringan fibrosa dan ditemukan

pada penyakit kolagen, dalam pembuluh darah.

b. Degenerasi Mukoid

Degenerasi ini biasanya digunakan dalam produksi sejumlah besar

sekresi musinosa oleh sel.

3. Degenerasi Hyalin

Merupakan degenerasi yang menyangkut metabolism berbagai macam

bahan protein hyaline. Degenerasi hyaline pada umumnya merupakan dalam sel

atau rongga ekstraseluler yang memberikan gambaran homogeny, cerah dan

berwarna merah muda dengan pewarnaan Hematoksilin Eosin.

4. Degenerasi Keruh / Zat Protein

Contoh dari degenerasi ini adalah degenerasi albumin pada epitel tubulus

ginjal yang mengalami penyakit pielonefritis kronis. Gambaran histologiknya

berupa epitel tubulus yang membengkak, sitoplasma sel nampak bergranular serta

dinding sel menjadi tidak jelas.

5. Degenerasi Hidropik

Merupakan jejas reversibel dengan penimbunan intraselular yang lebih

parah jika dibandingkan degenerasi albumin. Etiologinya dianggap sama dengan

pembengkakan sel, hanya intensitas rangsang patologiknya saja yang lebih berat

dan jangka waktu terpapar rangsangan patologik lebih lama.

6. Degenerasi Amiloid

10

Page 11: Laporan Skenario I (1).docx

Degenerasi ini memiliki kesamaan dengan degenerasi hyaline. Degenerasi

amiloid memberikan sifat yang khas diantaranya memberikan reaksi khusus pada

pengecatan. Macam amilodosis :

Amilodosis primer

Amilodosis sekunder

Amilodosis pada multiple myeloma

Amilodosis local (setempat), bila tidak dirawat akan menjadi amilodosisumum

7. Degenerasi Zenker

Otot yang mengalami degenerasi zenker adalah otot rektus abdominis dan

diafragma, warna mirip hyaline, serat-serat otot menjadi hilang dan diganti

dengan jaringan homogeny.

PENYAKIT DEGENERATIF JARINGAN KERAS DENTOMAKSILO

A. Osteoarthrosis

Osteoarthrosis merupakan kondisi dari sendi yang mengalami proses

degeneratif yang non-inflamasi, ditandai oleh perubahan struktural permukaan

sendi.

Gambaran klinis :

- Tidak ada rasa sakit

- Tidak ada rasa nyeri tekan pada palpasi

- Krepitus

- Jarak gerak terbatas yang disebabkan karena degenerasi

- Bila jarak gerak terbatas, terjadi deviasi ke arah sisi yang terkena pada saat

pembukaan mulut

- Terdapat gambaran radiografik perubahan struktural tulang

B. Osteoarthritis

Definisi

11

Page 12: Laporan Skenario I (1).docx

Osteoarthritis merupakan penyakit pada sendi di mana terjadi proses

penuaan atau degenerasi pada lapisan tulang rawan, disebabkan oleh kerusakan

atau penguraian. Hal ini terjadi dalam waktu yang lama membuat rasa ngilu pada

sendi bila digerakan.

Reaksi lain yang timbul akibat dari permukaan sendi yang kasar sehingga

menyebabkan terjadi gesekan yang kuat. Gesekan yang kuat dam berulang dapat

menyebabkan munculnya osteophyte akan menyebabkan tertekannya saraf

sensorik yang mempersyarafi daerah tersebut.

Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang bersifat unilateral

pada TMJ. Penyakit ini dapat bersifat self-limiting atau bisa sembuh sendiri tanpa

dilakukan perawatan. Degenerasi sendi yang terjadi pada osteoarthritis biasanya

secara khas dari tengah menuju ke tepi.

Perubahan pada tulang terlihat dari processus condylaris dan eminentia

articularis yang mendatar, terjadinya penyempitan sendi, adanya pembentukan

zona sklerosis pada permukaan artikular. Berdasarkan etiologinya, osteoarthritis

dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Osteoarthritis primer (idiopatik) dapat disebabkan oleh faktor genetik

sehingga terjadi denormalitas kolagen yang menyebabkan kolagen mudah

rusak.

2. Osteoarthritis sekunder didasari oleh kelainan endokrin, inflamasi, metabolik,

pertumbuhan, trauma, dan imobilitas yang terlalu lama (hyperfunction).

Sedangkan secara klinis osteoarthritis dapat dibagi dalam 3 tingkatan yaitu :

a. Subklinis

Tidak ditemukan gejala/tanda klinis. Dapat ditemukan peningkatan

jumlah air, pembentukan bulla/blister dan fibrilasi serabut-serabut jaringan

ikat kolagen pada tulang rawan sendi apabila terdapat proses patologis.

Sedangkan pada tulang subkondral, yang letaknya ada di bawah tulang rawan

pada articular surface terjadi sklerosis.

b. Manifest

12

Page 13: Laporan Skenario I (1).docx

Timbul adanya nyeri pada saat bergerak (pain of motion) dan rasa kaku

pada permulaan gerak, telah terjadi kerusakan sendi yang lebih luas. Pada foto

rontgen tampak penyempitan ruang sendi (joint space) dan sklerosis tulang

subkondral.

c. Decompensated

Stadium ini disebut juga surgical state. Ditandai dengan timbul rasa

nyeri pada saat istirahat (pain on rest) dan pembatasan ruang lingkup gerak

sendi. Terjadi ketika penyakit telah mencapai tingkatan yang progresif dan

seluruh tulang rawan sendi rusak.

Tulang subkondral menjadi sangat sklerotik, pembentukan osteophyte

ketika penyakit telah kronis, kapsul sendi menjadi kendor sehingga tampak

deformitas sendi yang jelas.

Etiologi

a. Idiopathik

b. Penekanan beban tubuh secara terus menerus terhadap persendian,

ditambah beban pengunyahan pada temporomandibular joint sangat besar.

Faktor Predisposisi

a. Kebiasaan merokok

- merokok dapat meningkatkan tekanan oksidan yang mempegaruhi

hilangnya tulang rawan

- merokok meningkatkan kandungan karbon monoksida dalam darah

sehingga jaringan akan kekurangan oksigen dan dapat menghambat

pembentukan tulang rawan

b. Defisiensi vitamin D

c. Trauma pada sendi

d. Neurologic

e. Kelainan metabolic

f. Kurangnya cairan synovial

Patogenesis

13

Page 14: Laporan Skenario I (1).docx

Berdasarkan etiologi yang ada, penekanan beban tubuh secara terus-

menerus dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang rawan sendi yang

berakibat pada menipisnya lapisan tulang rawan, sehingga terjaadi perubahan

struktural dan pengikisan kartilago.

Gangguan ini diakibatkan oleh peningkatan konsentrasi air karena

gangguan mekanik, yang selanjutnya berlanjut pada degradasi makromolekul

matriks. Ketika terjadi gangguan ini secara otomatis akan terjadi respon

kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriks.

Kondrosit sendiri berfungsi meningkatkan sintesis dan degradasi matriks

serta berproliferasi. Proliferasi ini berfungsi untuk menggantikan jaringan

yang rusak, mempertahankan jaringan, dan meningkatkan volume kartilago.

Namun, hal ini dapat saja gagal karena kerusakan mekanis pada jaringan

dengan kondrosit rusak dan regulasi menurun.

Ketika terjadi perubahan fungsi kondrosit, misalnya kolagen dan

proteoglikan yang mengalami imbalance antara pembentukan dan

penghancuran sehingga tulang rawan tipe I menggantikan tipe II yang normal

sehingga terjadi perubahan diameter dan orientasi serat kolagen, yang

menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan struktural yang tidak sama

dengan sebelumnya. Dan pada akhirnya terjadi kelainan sendi berupa nyeri

dan kekakuan.

Sederhananya, dapat dijelaskan lewat bagan di bawah ini:

Penekanan beban tubuh secara terus-menerus

Kerusakan tulang rawan sendi

Menipisnya lapisan tulang rawan

Perubahan structural dan pengikisan kartilago

Gangguan / perubahan matriks kartilago

Respon kondrosit terhadap gangguan / perubahan matriks

14

Page 15: Laporan Skenario I (1).docx

Perubahan fungsi kondrosit

Kartilago artikular overhidrasi dan membengkak

Hilangnya aktivitas kompresif yang menyebabkan tekanan pada rulang subkondral

Tulang trabekular rusak dan peredam benturan yang tidak normal, tubuh akan melakukan mekanisme perbaikan pada tepi permukaan artikular yang

mengakibatkan sintesis kartilago (osteofit)

Pada osteoarthritis, osteophyte tidak langsung terbentuk sebagai proses

adaptasi tubuh. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahwa

osteoarthritis adalah penyakit yang bersifat self-limiting yang berarti dapat

terjadi penyembuhan sendiri oleh respon pertahanan tubuh.

Penyembuhan ini dapat terjadi ketika osteoarthritis masih bersifat akut

sehingga tidak sampai terjadi pembentukan osteophyte yang menunjukkan

bahwa penyakit ini telah mencapai kondisi kronis.

Berdasarkan lama terjadinya, osteoarthritis dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu:

a. Osteoarthritis akut terjadi degenerasi kolagen (penipisan kolagen) dan

terdapat reaksi zona subkondral sklerosis (indurasi/pengerasan)

b. Osteoarthritis kronis terbentuk bone formation pada articular surface

osteophyte

15

Page 16: Laporan Skenario I (1).docx

Patogenesis terjadinya osteoarthritis juga dapat dikaitkan dengan penuaan

yang terjadi. Dapat dilihat seperti pada bagan di bawah ini.

Usia penurunan jumlah cairan synovial (menurunnya kemampuan jaringan synovial)

Mekanik sendi (kasar)

Stress mekanik

Luka

Terbentuk radikal bebas

IL-1 dan TNF α Radang (inflamasi) IL-1 dan TNF α

Memicu system enzimatik Reactive oxygen species (ROS)

Merusak susunan tulang dan kadar nutrisi tulang

Osteoarthritis kronis pertahanan tulang

(osteophyte)

Dari skema di atas dapat dijelaskan dengan bertambahnya usia maka

fungsi jaringan synovial akan mengalami kemunduran fungsi. Sehingga terjadi

penurunan jumlah cairan synovial, berkurangnya jumlah cairan synovial akan

mempengaruhi kerja sendi semangkin berat sehingga terjadi mekanik sendi

yang kasar.

16

Page 17: Laporan Skenario I (1).docx

Mekanik sendi yang kasar tersebut menyebabkan timbulnya stress

mekanik pada sendi. Dengan pemakaian yang terus-menerus tulang rawan dan

jaringan pendukung lainnya dapat mengalami peradangan yang disebabkan

rusaknya jaringan.

Pada proses ini mediator radang seperti IL-1 dan TNF-α akan

merangsang katabolisme asam arahidronik dan menginduksi pembentukan

ROS. Selain itu IL-1 dan TNF-α juga memicu system enzyme seperti enzim

kolagenase dan metalloproteinase.

Enzim tersebut akan merusak jaringan-jaringan pendukung tulang

kartilago seperti serat kolagen oleh enzim kolagenase dan pecahnya matriks

fibrokartilago oleh enzim metalloproteinase. Jika keadaan ini terus berlanjut

osteoarthritis akan menjadi kronis sehingga tulang subkondral membuat

pertahanan berupa spur yang biasa kita sebut osteophyte.

Gejala Klinis

1. Rasa nyeri, terutama pada sendi pergerakan dan pada saat

menanggung beban yang berat. Nyeri hilang timbul pada sendi TMJ dan

bagian temporal yang tumpul.

2. Suara bergeletak atau berderik pada TMJ (krepitasi).

3. Rasa kaku terjadi setelah sendi tidak digunakan selama beberapa

waktu. Contohnya adanya rasa kaku pada pagi hari, rasa kaku setelah duduk

dalam waktu yang lama, rasa kaku atau sulit membuka mulut, bahkan TMJ

dapat terkunci pada keadaan membuka dan menutup.

4. Keterbatasan gerak, rasa kaku yang terjadi menyebabkan rasa nyeri

saat sendi digerakkan sehingga pergerakan terbatas

Pemeriksaan Penunjang

- Rentang pergerakan, bunyi sendi, rasa nyeri dan sakit.

- pemeriksaan radiografik (panoramic, MRI, CT Scan) dengan

tujuan untuk mengetahui kondisi detail gambaran rongenologis TMJ.

17

Page 18: Laporan Skenario I (1).docx

- pemeriksaan cairan synovial (normal, leukosit tidak lebih 200

sel/mmᶟ)

- pemeriksaan intra oral. Pemeriksaan intra oral yang perlu

diperhatikan adalah :

Hubungan oklusi

Free way space / inter occlusal space / inter occlusal gap / inter

occlusal clearance, merupakan ruang bebas / celah antara gigi-gigi atas dan

gigi-gigi bawah pada saat posisi istirahat fisiologis (physiological rest

position) yang besarnya relatif konstan (2-4 mm)

Overjet dan overbite

Gigi yang hilang

Restorasi dan proteosa

Atrisi dan abrasi pada gigi

C. Degenerasi Pulpa

Definisi

Degenerasi pulpa cenderung tidak berhubungan dengan adanya infeksi,

misalnya pada suatu gigi yang karies, pulpa memang mungkin mengalami

peradangan, namun tidak mengalami degenerasi. Pulpa akan terus-menerus

mengecil dengan bertambahnya umur. Seorang peneliti yaitu Soeno

mengatakan bahwa jarak antara dasar pulpa dengan atap pulpa pada seseorang

usia 10-19 tahun adalah sebesar 1,72 mm. Sedangkan pada seseorang umur

50-59 tahun menyempit sekitar 50% yaitu sebesar 0,72 mm.

Degenerasi pulpa terdiri dari beberapa macam yaitu:

1. Degenerasi Kalsifik

Degenerasi kalsifik merupakan degenerasi sebagian jaringan pulpa

yang digantikan oleh bahan yang mengapur yaitu terbentuk suatu batu

pulpa atau yang sering disebut dengan dentikel. Dentikel terdiri dari dua

macam yaitu true dentikel dan false dentikel.

18

Page 19: Laporan Skenario I (1).docx

True dentikel adalah suatu dentikel yang dibentuk oleh odontoblast

dan dapat seperti dentin sekunder. Sedangkan false dentikel adalah suatu

dentikel yang berasal dari jaringan pulpa yang mengalami pengapuran.

Bentuk dentikel : 1. Tidak terikat pada dinding pulpa

Dengan bentukan seperti batu berlamina seperti kulit bawang dan

ketika dilakukan pengambilan akan meninggalkan lubang yang

cukup besar.

2. Menyatu pada dinding pulpa

Ketika terjadi keradangan pada pulpa maka tubuh akan beradaptasi

dengan cara melokalisir keradangan tersebut oleh jaringan ikat.

Jaringan ikat inilah yang akan mengalami pengapuran sehingga akan

menyebabkan pembentukan dentikel.

2. Degenerasi Atrofik

Pada degenerasi atrofik terjadi pengecilan pulpa yang penyebabnya

tidak jelas dan menyebabkan jaringan pulpa menjadi kurang sensitif.

Degenerasi ini lebih sering terjadi pada usia lanjut dan pada gigi yang

tidak berfungsi, misalnya pada gigi yang tertanam atau impaksi.

Penyebab dari degenerasi atrofik ini masih belum jelas.

Gambaran HPA menunjukkan adanya sel – sel stelata yang

menurun, cairan interselular meningkat, dan jaringan pulpa yang kurang

sensitif. Penderita seringkali tidak mengalami keluhan apapun. Jika

dilakukan pemeriksaan listrik dan tes termis untuk memeriksa vitalitas

pulpa, pulpa hampir tidak bereaksi. Pada pemeriksaan rontgen foto

terlihat pulpa dan saluran akar mengecil.

3. Degenerasi Fibrous

Pada degenerasi fibrous ditandai dengan pergantian elemen seluler

oleh jaringan penghubung fibrous dan dapat terlihat jelas pada saat

19

Page 20: Laporan Skenario I (1).docx

pengambilan jaringan pulpa yang berupa jaringan keras. Pada

pemeriksaan rontgen foto terlihat normal namun kadang-kadang terjadi

resorpsi tulang alveolar.

D. Degenerasi Tulang Alveolar

Akibat dari resorpsi tulang alveolar adalah berkurangnya jumlah tulang

akibat kerusakan tulang karena terjadi peningkatan jumlah osteoklas. Penuaan

mengakibatkan kontraksi otot bertambah saat menutup mulut sehingga sendi

sendi bekerja lebih kompleks.

Resorpsi tulang alveolar juga terjadi terutama setelah pencabutan gigi,

yang menyebabkan kehilangan kontak oklusal sehingga fungsi kunyah

terganggu. Akibat dari resorpsi tulang alveolar lainnya adalah terjadi

perubahan pada tampilan wajah, yaitu berkurangnya proyeksi dan tinggi

wajah bagian bawah, dan sudut rahang meningkat.

Pada pertambahan usia terutama pada wanita yang mengalami masa

menopause akan mengalami perubahan hormon. Seperti berkurangnya hormon

estrogen sehingga membuat tulang mengalami resorpsi yang berlebih karena

peningkatan jumlah osteoklas. Resorpsi yang berlebih pada tulang alveolar

menyebabkan tulang tidak mampu lagi menyokong gigi sehingga gigi akan

lebih mudah tanggal. Jika kondisi ini terus dibiarkan maka akan terjadi

komplikasi yang berlanjut seperti terjadinya maloklusi sehingga akan

memperberat kerja TMJ.

E. Osteoporosis

Degenerasi pada jaringan keras rongga mulut seperti tulang alveolar

merupakan dampak dari osteoporosis pada wanita yang sedang mengalmi

masa menopause. Osteoporosis dapat didefinisikan sebagai penyakit kelainan

pada tulang yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang, kerusakan

tubuh ataupun arsitektur tulang sehingga tulang mudah patah atau rentan

terhadap fraktur.

20

Page 21: Laporan Skenario I (1).docx

Mekanisme yang mendasari dalam semua kasus osteoporosis adalah

ketidakseimbangan antara resorpsi tulang dan pembentukan tulang. Secara

normal, dalam tubuh kita terjadi suatu tahapan remodeling tulang, yaitu proses

pergantian tulang yang sudah tua oleh tulang yang baru.

Proses remodeling dimulai dengan terjadinya resorpsi atau penyerapan

atau penarikan tulang oleh sel tulang yaitu osteoklas, kemudian tulang yang

telah diserap tadi akan diisi oleh tulang baru dengan bantuan sel tulang yang

bernama osteoblas.

Osteoklas yang telah teraktivasi dapat menempel pada permukaan tulang

dan membentuk sealing zone, di mana daerah tersebut menjadi terisolir.

Osteoklas dapat menghasilkan suatu produk yang dapat mengasamkan daerah

tersebut sampai pH 4, dan melarutkan kristal hidroksiapatit, serta protease

asam yang mampu merusak kolagen. Proses ini akan menimbulkan cekungan

yang dangkal, dan osteoblas akan membentuk atau mendepositkan material

tulang baru di daerah yang sama.

Namun, setelah manusia berumur 35 tahun, terutama pada wanita,

keadaan ini tidak berjalan dengan seimbang lagi dimana jumlah tulang yang

diserap lebih besar dari jumlah tulang baru yang menggantikan. Hal ini

mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang menyebabkan

terjadinya osteoporosis.

Osteoporosis post-menopause terjadi karena kekurangan estrogen, yaitu

hormon utama pada wanita yang membantu mengatur pengangkutan kalsium

ke dalam tulang pada wanita. Ada pula osteoporosis senilis yang diakibatkan

oleh kurangnya kalsium yang berhubungan dengan usia dan

ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan

tulang yang baru.

Osteoporosis dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Osteoporosis tipe 1

Disebut juga osteoporosis ideopatik (post-menoposal osteoporosis), bisa

terjadi pada dewasa muda dan usia tua, baik pria maupun wanita. Pada

21

Page 22: Laporan Skenario I (1).docx

wanita usia 51-70 tahun 6 kali lebih banyak dibandingkan dengan pria

kelompok usia yang sama.

Osteoporosis tipe 1 berkaitan dengan perubahan hormone setelah

menopause. Pada osteoporosis tipe 1 ini terjadi penipisan bagian keras

tulang paling luar (korteks) dan perluasan rongga tulang (trabekula).

2. Osteoporosis Tipe 2

Disebut juga senile osteoporosis (involutional osteoporosis), banyak

terjadi pada usia di atas 70 tahun, dan 2 kali lebih banyak pada wanita

dibandingkan dengan pria pada usia yang sama.

Osteoporosis tipe 2 terjadi karena :

Gangguan pemanfaatan vitamin D oleh tubuh, misalnya karena

keadaan kebal terhadap vitamin D (vitamin D resisten)

Atau kekurangan dalam pembentukan vitamin D (vitamin D

synthesa)

Atau mungkin karena kurangnya sel-sel perangsang pembentuk

vitamin D (vitamin D reseptor)

Etiologi

Ada beberapa factor yang menjadi penyebab atau factor-faktor yang

beresiko terkena osteoporosis, diantaranya :

1. Wanita

2. Berusia diatas 50 tahun

3. Kekurangan hormone estrogen

4. Mengalami pengangkatan rahim / ovarium

5. Kurang kalsium

6. Kurang sinar matahari dan kurang vitamin D

7. Kurang aktivitas fisik

8. Histori keluarga ada yang osteoporosis

9. Perokok

10. Peminum kopi dan minuman bersoda

22

Page 23: Laporan Skenario I (1).docx

11. Peminum alcohol

12. Pengguna obat-obatan seperti kortison, prednisone, antikonvulsan,

hormone tiroid

Gejala Klinis

Kepadatan tulang berkurang secara perlahan, terutama pada penderita

ospteoporosis senilis. Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala,

karena itu sering disebut sebagai The Silent Thief. Jika kepadatan tulang

sangat nyeri tulang dan kelainan bentuk.

Gambaran Radiografi Osteoporosis

Gambaran radiografi Osteoporosis berupa penurunan radiopasitas tulang

dan terdapat penipisan pada lamina dura dan korteks.

23

Page 24: Laporan Skenario I (1).docx

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Niu Jingbo, Hunter David, et al. Smoking Worsens Knee Osteoarthritis.

News Center Oklahoma City, Oklahoma USA : 2006.

Ganong, William F. 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran ed. 22. Jakarta:EGC

Grossman, Louis I.1995.Ilmu Endodontik Dalam Praktek.Jakarta:EGC.

Guyton, Arthur C. and John E. Hall. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran edisi

11. Jakarta: EGC

JA. 1969. Oral Radioghrapic Diagnosis Stafne’s 3rd edition. W.B Saunders

Company.

NeillMc, Charles.1993.Kelainan Kraniomandibula.

Pedersen, Gordon. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa; Purwanto

Basoeseno, editor; Lilian Yuwono. Jakarta: EGC.

Silvia A. Price and Laoraine Wilson. 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Tanzil, Antonia.2008.Radikal bebas pada gangguan fungsi sendi rahang.

Tarigan, Rasinta; Tarigan, Gita. 2012. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti) Edisi 3.

Jakarta:EGC.

White, Stuart C.;Pharoah, Michael J. 2009. Oral radiology: principles and

interpretation 6th edition. Missouri: Elsevier

Yatim, Faisal. 2000. Osteoporosis ( Penyakit Kerapuhan Tulang) pada Manula.

Jakarta : Pustaka Popular Obor.

Yatim, Faisal. 2003. Osteoporosis ( Penyakit Kerapuhan Tulang) pada Manula.

Jakarta : Pustaka Popular Obor.

24