Top Banner
PERCOBAAN III PULSE AMPLITUDO MODULATION (PAM) 3.1 Tujuan 1. Mengukur sinyal sinus pada keluaran dari sample and hold element dan sinyal PAM, dan membandingkan keduanya. 2. Menguji karakteristik dari sinyal sinusoidal PAM pada demodulator input dan output. 3. Menguji karakteristik dari dua sinyal sinusoidal PAM dalam time multiplex. Untuk tujuan ini, signal time respone akan di-track pada PCM path. 3.2 Peralatan 1. Pesonal Computer 2. UniTrain Board 3. Modul SO4203-7R (PAM/PCM Modulator) 4. Modul SO4203-7T (PAM/PCM Dedulator) 5. Power Supplay 6. Jumper 7. Kabel 3.3 Dasar Teori 3.3.1 Modulasi Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya sinyal yang dicampur adalah sinyal berfrekuensi tinggi dan sinyal
45

Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

Feb 05, 2016

Download

Documents

Aryo

Percobaan 3
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

PERCOBAAN III

PULSE AMPLITUDO MODULATION (PAM)

3.1 Tujuan

1. Mengukur sinyal sinus pada keluaran dari sample and hold element dan sinyal PAM, dan membandingkan keduanya.

2. Menguji karakteristik dari sinyal sinusoidal PAM pada demodulator input dan output.

3. Menguji karakteristik dari dua sinyal sinusoidal PAM dalam time multiplex. Untuk tujuan ini, signal time respone akan di-track pada PCM path.

3.2 Peralatan

1. Pesonal Computer

2. UniTrain Board

3. Modul SO4203-7R (PAM/PCM Modulator)

4. Modul SO4203-7T (PAM/PCM Dedulator)

5. Power Supplay

6. Jumper

7. Kabel

3.3 Dasar Teori

3.3.1 Modulasi

Modulasi adalah proses pencampuran dua sinyal menjadi satu sinyal.

Biasanya sinyal yang dicampur adalah sinyal berfrekuensi tinggi dan sinyal

berfrekuensi rendah. Dengan memanfaatkan karakteristik masing-masing sinyal,

maka modulasi dapat digunakan untuk mentransmisikan sinyal informasi pada

daerah yang luas atau jauh.

Page 2: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

Tujuan Modulasi :

- Transmisi menjadi efisien atau memudahkan pemancaran.

- Masalah perangkat keras menjadi lebih mudah.

- Menekan derau atau interferensi.

- Untuk memudahkan pengaturan alokasi frekuensi radio.

- Untuk multiplexing, proses penggabungan beberapa sinyal informasi

untuk disalurkan secara bersama-sama melalui satu kanal transmisi.

3.3.2 Demodulasi

Demodulasi adalah proses sebaliknya dari modulasi, yaitu, mendapatkan

kembali sinyal informasi atau message yang ditumpangkan pada sinyal carrier.

Prosesnya terjadi pada demodulator atau detektor. Bergantung dari proses

modulasinya, maka demodulator terbagi menjadi tiga jenis, yaitu,

demodulator AM ( amplitude modulation ) , F M ( frequency modulation ),

dan demodulator PM (phase modulation).

3.3.3 Pulse Amplitude Modulation

Proses perubahan amplitudo signal carrier yang berupa deretan pulsa

(diskrit) yang perubahannya mengikuti bentuk amplitudo dari signal informasi

yang akan dikirimkan ketempat tujuan. Sehingga signal informasi yang dikirim

tidak seluruhnya tapi hanya sampelnya saja (sampling signal).

3.3.4 Dasar PAM

Pulsa modulasi melibatkan konversi dari sinyal continue analog menjadi

time-discrete sequence dari pulsa individu. Sinyal pulsa carrier dimodulasi oleh

sinyal informasi analog. Pulse Amplitude Modulation (PAM) merupakan tahap

Pulse Code Modulation (PCM) sebelumnya.

Page 3: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

Gambar 3.1 Sinyal Analog

Sumber: Anonim. 2015

Hal yang terpenting dalam teknik modulasi pulsa selain PAM, yaitu :

a. Pulse frequency modulation (PFM)

b. Pulse phase modulation (PPM)

c. Pulse duration modulation (PDM)

Desain dari PAM modulator dijelaskan dalam diagram sirkuit dasar di bawah ini :

Gambar 3.2 Blok Diagram Modulator PAM

Sumber: Labsoft 2015

Setelah melewati filter anti-aliasing, sinyal informasi disampling oleh digital

pulse sequence; menurut teori Shannon, scanning signal’s frequency harus

setidaknya bernilai dua kali dari frekuensi maksimum sinyal informasi. Percobaan

ini mengkonfigurasi dengan menggunakan sampling rate dimana fSample= 8 kHz

Page 4: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

Modulasi memberikan peningkatan kepada pulse sequence yang amplitudonya

sesuai persis dengan sinyal input pada waktu sampling.

Gambar 3.3 PAM Line Diagram

Sumber: Anonim. 2015

3.3.5 Time Multiplex

Pada telekomunikasi, time multiplex mengijinkan penggunaan multiple

dari transmission paths, karena PAM meninggalkan time gaps yang besar antara

modulated pulses. Time multiplex dapat digunakan untuk mengisi gaps antara

pulsa termodulasi berdasarkan sinyal informasi lainnya. Synchronous multiplexing

pada modulator dan demodulator serta waktu delay antara pulsa sampling saluran

individu memastikan bahwa saluran tidak interfrensi satu sama lain dan dapat

dipisahkan lagi selama demodulasi.

Gambar 3.4 Time Multiplex

Sumber: Anonim. 2013

Page 5: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

Penerapan time multiplex yang paling dikenal adalah telephony. Di Eropa,

International PCM 30 system (ITU-T G.732) distandarisasi oleh International

Telecommunications Union (ITU) digunakan untuk transmisi simultaneous pada

30 kanal telepon. Di Amerika Utara, system PCM 24 (ITU-T G.733) digunakan

untuk transmisi pada 24 saluran.

Page 6: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.4 Langkah Percobaan

3.4.1 Perakitan Modul

a. Hidupkan PC yang sudah di sediakan

b. Hubungkan UniTrain Board dan port USB pada CPU PC menggunakan

kabel data

c. Sambungkan Power Supplay pada UniTrain Board

Hidupkan Unitrain Board.

3.4.2 Pulse Amplitude Modulation of Sinusoidal Signal

a. Rangkai seperti gambar di bawah ini

Gambar 3.5 Pengukuran Sinyal Sinusoida PAM dengan Oscilloscope

b. Gunakan oscilloscope untuk mengukur sinyal. Lakukan pengaturan

seperti pada tabel dibawah ini :

Instrument: Oscilloscope

Time base: 200 µs / div

Channel A: 1V / div

Channel B: 1V / div

Page 7: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

Trigger: Channel A

c. Gunakan dual-channel oscilloscope, channel A untuk mengukur sinyal

input setelah amplifier, dan channel B untuk mengukur sinyal setelah

sample and hold element, sebaik sinyal pada PAM output.

d. Gunakan gain controller untuk mengatur sinyal sinus pada channel

1 dari jalur transmisi PCM untuk amplitude ½ V.

e. Tempatkan dua karakteristik sinyal pada tampilan oscilloscope dan

salin hasil pengukuran ke tabel yang telah disediakan.

f. Berapakah frekuensi samplingnya?

The sampling frequency is ….. kHz.

Gunakan oscilloscope time marker untuk menentukan frekuensi sampling.

Note:

g. Gunakan oscilloscope time marker untuk menentukan frekuensi sampling.

Cursor control element diletakkan pada bagian bawah dari control panel

oscilloscope. Pilih channel A dengan element ini. Akan diperoleh dua

amplitude markers untuk mengukur tegangan, dan 2 time markers untuk

mengukur waktu dan menentukan frekuensi. Markers dapat dipindahkan

ke posisi yang dibutuhkan dengan menggunakan mouse.

Corresponding value ditunjukkan di bagian kanan atas.

h. Deskripsikan sinyal yang diukur pada sample-and-hold element.

Manakah dari pernyataan berikut ini yang benar?

1. A sinusoidal signal is sampled 8 times per period.

2. A sinusoidal signal is sampled 4 times per period.

3. The time intervals between the sampling points are variable.

4. Time intervals between the sampling points are constant.

5. The signal between the sample-and-hold points drops to zero.

Page 8: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

6. The signal between the sample-and-hold points follows the input signal.

i. Deskripsikan sinyal PAM. Manakah dari pernyataan berikut ini

yang benar?

1. The intervals between the pulses are variable.

2. The intervals between the pulses are constant.

3. The signal between the pulses drops to zero.

4. The signal between the pulses follows the input signal.

5. The pulse amplitude corresponds to the value of the original

signal at the sampling instant.

6. The pulses only assume positive values.

j. Menurut teorema Shannon, berapakah frekuensi maksimum dari sinyal

sample pada frekuensi sample yang digunakan?

Sinyal sample mempunyai frekuensi maksimum ….KHz

Page 9: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.4.3 Pulse Amplitude Demodulation of Sinusoidal Signal

a. Rangkai seperti gambar di bawah ini

Gambar 3.8 Pengukuran Sinyal Sinusoida PAD dengan Oscilloscope

b. Gunakan oscilloscope untuk mengukur sinyal. Lakukan pengaturan

seperti pada tabel dibawah ini :

Instrument: Oscilloscope

Time base: 200 µs / div

Channel A: 1V / div

Channel B: 1V / div

Trigger: Channel A

c. Gunakan oscilloscope dual channel, channel A untuk mengukur

sinyal input setelah amplifier modulator PAM/PCM, dan channel B

untuk mengukur sinyal di PAM, sebelum PAM/PCM demodulator’s

low pass filter dan di “AF1”.

Page 10: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

d. Gunakan gain controller untuk men-set sinyal sinusoidal pada channel

1 dari jalur transmisi PCM ke sebuah amplitude ½ V.

e. Sambungkan input channel 2 via kabel 2-mm ke socket ground “AGND”

f. Channel selector untuk LED pada experiment card dari PAM/PCM

demodulator SO4203-7T, harus di set menjadi channel 1. Selain

mengindikasi PCM code via LED, selector juga mengijinkan

switchover antara reception pada PCM transmission path’s channels.

g. Apakah yang dapat kamu observasi?

1. The sinusoidal signal can be fully reconstructed.

2. There is no sinusoidal signal at the demodulator output.

3. The input and output signals are in phase.

4. There is a difference between the runtimes of the input and output

signals.

Page 11: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.4.4 PAM Signals In Time Multiplex

a. Rangkai seperti gambar di bawah ini

Gambar 3.12 Pengukuran Sinyal PAM dalam Time Multiplex dengan Oscilloscope

b. Buka oscilloscope. Lakukan pengaturan seperti pada tabel dibawah ini :

Instrument: Oscilloscope

Time base: 200 µs / div

Channel A: 1V / div

Channel B: 1V / div

Trigger: Channel B

Pengukuran sinyal modulator

c. Gunakan dual-oscilloscope's channel A untuk mengukur original signal

dari channel 1, dan channel B untuk mengukur original signal dari

channel 2.

d. Trigger pada channel B. Gunakan gain controller untuk channels 1

and 2 dari PCM transmission path untuk men-set amplitude sinusoidal

signal pada low-pass filter's output to ½ V.

Page 12: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

e. Ukur sampled signals pada channels 1 dan 2 pada sockets "S&H", dan

copy hasilnya pada placeholders.

f. Ukur sinyal multiplekser pada output PAM via oscilloscope

channel A, dengan membiarkan channel B connected dengan "S&H"

socket.

Page 13: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.5 Gambar dan Data Hasil Percobaan

3.5.1 Pulse Amplitude Modulation of Sinusoidal Signal

3.5.1.1 Input Signal And Output Signal Of The Sample-And-Hold Element

Gambar 3.16 Input Signal And Output Signal Of The Sample-And-Hold Element

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

3.5.1.2 Input signal and PAM output signal

Gambar 3.17 Input signal and PAM output signal

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

Page 14: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.5.2 Pulse Amplitude Demodulation of Sinusoidal Signal

3.5.2.1 PAM input signal at the demodulator

Gambar 3.18 PAM input signal at the demodulator

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

3.5.2.2 Demultiplexed and held signal before filtration

Gambar 3.19 Demultiplexed and held signal before filtration

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

Page 15: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.5.2.3 Output signal

Gambar 3.20 Output signal

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

Page 16: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.5.3 PAM Signal in Time Multiplex

3.5.3.1 Input signals on channels 1 and 2

Gambar 3.22 Input signals on channels 1 and 2

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

3.5.3.2 Signals from channels 1 and 2 after sampling

Gambar 3.23 Signals from channels 1 and 2 after sampling

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

Page 17: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.5.3.3 Two-channel PAM signal in time multiplex mode

Gambar 3.24 Two-channel PAM signal in time multiplex mode

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

3.5.3.4 Demultiplexed signals before filtration

Gambar 3.25 Demultiplexed signals before filtration

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

Page 18: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.5.3.5 Output signals from channels 1 and 2

Gambar 3.26 Output signals from channels 1 and 2

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

Page 19: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.6 Analisis Data

3.6.1 Analisis Data Pulse Amplitude Modulation of a Sinusoidal Signal3.6.1.1 Signal And Output Signal Of The Sample-And-Hold Element

Pada gambar Signal And Output Signal Of The Sample-And-Hold

Element ini sinyal input dan output memiliki Time base yang sama yaitu 200

µs/DIV, Amplitudo ½ volt, frekuensi 625 Hz .

Gambar 3.27 Input Signal And Output Signal Of The Sample-And-Hold Element

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa besarnya

frekuensi dari sinyal informasi adalah 625 Hz berupa sinyal sinusoidal. Sample

and hold dibentuk oleh sinyal sample yang berupa sinyal pulsa. Sinyal informasi

akan di-sampling dengan cara ditahan pada saat sinyal sample mengalami hold

(nilainya nol). Bentuk sinyal sinusoidal (informasi) pada bagian yang ditahan

akan rata. Sehingga terbentuklah sinyal sample and hold seperti pada gambar

3.27. sinyal yang berwarna biru. Besarnya frekuensi, amplitudo, dan phase sinyal

sample and hold sama dengan sinyal informasi (sinyal berwarna merah). Periode

pada sinyal tersebut dapat dicari dengan cara:

Page 20: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.6.1.2 Input signal and PAM output signal

Pada gambar Input signal and PAM output signal ini sinyal input dan

output memiliki Time base yang sama yaitu 200 µs/DIV, Amplitudo ½ volt,

frekuensi 625 Hz .

Gambar 3.28 Input signal and PAM output signal

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

Berdasarkan gambar 3.28, didapatkan bahwa sinyal informasi berupa

sinyal sinusoidal dengan frekuensi 625 Hz. Sinyal PAM dibentuk dari kuantisasi

level tegangan sinyal sample and hold ke integer terdekat. Pada proses PAM akan

terbentuk sinyal pulsa yang mengikuti simpangan sinyal sinusoidal (informasi)

seperti pada gambar 3.28 sinyal warna biru.

Berdasarkan pada gambar 3.27 dan gambar 3.28, didapatkan bahwa pada

sinyal sample and hold, sinyalnya berupa sinyal sinusoidal dengan frekuensi dan

amplitudo yang sama dengan sinyal informasi. Sedangkan pada sinyal PAM

bentuknya sudah berupa sinyal diskrit (pulsa) yang dipaksa untuk mengikuti

sinyal informasi. Sinyal PAM dan sinyal informasi memiliki fase yang sama.

Page 21: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.6.2 Pulse Amplitude Demodulation of Sinusoidal Signal

3.6.2.1 PAM input signal at the demodulator

Pada gambar PAM input signal at the demodulator ini sinyal input dan

output memiliki Time base yang sama yaitu 200 µs/DIV, amplitudo ½ volt,

frekuensi 625 Hz .

Gambar 3.29 PAM input signal at the demodulator

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

Berdasarkan gambar 3.29 didapatkan bahwa sinyal informasi berupa

sinyal sinusoidal dengan frekuensi 625 Hz. Input pada demodulator berupa sinyal

PAM berbentuk sinyal diskrit (pulsa) yang mengikuti simpangan sinyal sinusoidal

(informasi). Sinyal PAM dan sinyal informasi memiliki fase yang sama. Output

dari demodulator adalah berupa sinyal sinusoidal (informasi).

Page 22: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.6.2.2 Demultiplexed and held signal before filtration

Pada gambar Demultiplexed and held signal before filtration ini sinyal

input dan output memiliki Time base yang sama yaitu 200 µs/DIV, amplitudo ½

volt, frekuensi 625 Hz .

Gambar 3.30 Demultiplexed and held signal before filtration

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

Berdasarkan gambar 3.30, didapatkan bahwa sinyal informasi memiliki

frekuensi 625 Hz berupa sinyal sinusoidal. Pada sinyal demultiplexed dan held

memiliki frekuensi 625 Hz, yang berupa sinyal sinusoidal dengan bentuk yang

tidak teratur karena belum mengalami filtrasi. Sinyal demultiplexed dan sinyal

held sebelum filtrasi memiliki perbedaan fase yang kecil dengan sinyal informasi.

Page 23: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.6.2.3 Demultiplexed and held signal after filtration

Pada gambar Output signal ini sinyal input dan output memiliki Time

base yang sama yaitu 200 µs/DIV, Amplitudo ½ volt, dan frekuensi 625 Hz .

Gambar 3.31 Output signal

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

Berdasarkan gambar 3.31, didapatkan bahwa frekeunsi sinyal informasi

dan sinyal output adalah 625 Hz berupa sinyal sinusoidal. Bentuk sinyal output

pada demulator berupa sinyal sinusoidal seperti sinyal informasi, tetapi dengan

phase yang berbeda.

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa termodulasi PAM berbentuk sinyal

diskrit (pulsa) yang memiliki fase yang sama dengan sinyal informasi. Pada sinyal

terdemodulasi PAM sebelum filtrasi berbentuk sinyal sinusoidal dengan bentuk

yang tidak teratur dan fasenya berbeda dengan sinyal informasi. Sedangkan pada

output-nya yaitu setelah filtrasi, sinyal sudah dalam bentuk sinusoidal namun

memiliki fase yang berbeda dengan sinyal informasi.

Page 24: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.6.3 PAM Signal in Time Multiplex

3.6.3.1 Input signals on channels 1 and 2

Pada gambar Input signals on channels 1 and 2 ini sinyal input dan

output memiliki Time base yang sama yaitu 200 µs/DIV, Amplitudo ½ volt, dan

frekuensi 625 Hz.

Gambar 3.32 Input signals on channels 1 and 2

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

Berdasarkan gambar 3.32, didapatkan bahwa frekuensi sinyal informasi

pada channel A lebih besar dari pada frekuensi sinyal informasi pada channel B.

Hal tersebut terlihat dari bentuk sinyal informasi pada channel A yang lebih rapat

dari pada sinyal informasi pada channel B. Pada channel A terdapat 2 gelombang,

sedangkan pada channel B terdapat 1 gelombang. Sinyal informasi pada channel

A dan B sama-sama berbentuk sinusoidal.

Page 25: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.6.3.2 Signals from channels 1 and 2 after sampling

Pada gambar Signals from channels 1 and 2 after sampling ini sinyal

input dan output memiliki Time base yang sama yaitu 200 µs/DIV, Amplitudo ½

volt, dan frekuensi 625 Hz.

Gambar 3.33 Signals from channels 1 and 2 after sampling

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

Berdasarkan gambar 3.33 didapatkan bahwa masing-masing sinyal

informasi di-sampling oleh sinyal sample, dengan cara menahan sinyal informasi

pada saat sinyal sample mengalami hold. Frekuensi dan fase masing-masing

sinyal yang belum ter-sampling sama dengan frekuensi dan fase masing-masing

sinyal informasi. Sehingga frekuensi sinyal informasi sesudah di-sampling pada

channel A lebih besar dari pada di channel B.

Page 26: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.6.3.3 Two-channel PAM signal in time multiplex mode

Pada gambar Two-channel PAM signal in time multiplex mode ini sinyal

input dan output memiliki Time base yang sama yaitu 200 µs/DIV, Amplitudo ½

volt, dan frekuensi 625 Hz.

Gambar 3.34 Two-channel PAM signal in time multiplex mode

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

Berdasarkan gambar 3.34, didapatkan bahwa pada channel A, sinyalnya

sudah berupa sinyal PAM yang terdiri dari dua sinyal informasi yaitu channel A

dan B pada gambar 3.33, terlihat dari bentuknya yang seperti sinyal diskrit (pulsa)

yang mengikuti simpangan kedua sinyal informasi tersebut. Pada channel B

sinyalnya masih berupa sinyal sample and hold yang berbentuk sinyal sinusoidal

yang tidak teratur.

Page 27: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.6.3.4 Demultiplexed signals before filtration

Pada gambar Demultiplexed signals before filtration ini sinyal input dan

output memiliki Time base yang sama yaitu 200 µs/DIV, Amplitudo ½ volt, dan

frekuensi 625 Hz.

Gambar 3.35 Demultiplexed signals before filtration

Keterangan gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

Berdasarkan gambar 3.35, didapatkan bahwa bentuk sinyal demultiplexed

sebelum filtrasi memiliki bentuk seperti sinyal sinusoidal yang tidak beraturan.

Pada channel A sinyal demultiplexed sebelum filtrasi memiliki frekuensi,

amplitudo, dan phase yang sama dengan sinyal informasi channel A pada gambar

3.32. Pada channel B sinyal demultiplexed sebelum filtrasi memiliki frekuensi dan

amplitudo yang sama dengan sinyal informasi channel B pada gambar 3.32, tetapi

dengan phase yang berbeda.

Page 28: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.6.3.5 Output signals from channels 1 and 2

Pada gambar Output signals from channels 1 and 2 ini sinyal input dan

output memiliki Time base yang sama yaitu 500 µs/DIV, Amplitudo 1 volt, dan

frekuensi 250 Hz.

Gambar 3.36 Output signals from channels 1 and 2

Keterangan Gambar :

T = 200 s/DIV f = 625 Hz A = ½ dT = 1.6 ms dUB = 6 V

Berdasarkan gambar 3.36, terlihat bahwa sinyal output pada channel A

dan B memiliki bentuk yang sama dengan bentuk sinyal informasi (input) pada

gambar 3.38 pada channel A dan B. tetapi sinyal pada channel B memiliki fase

yang berbeda dengan sinyal informasinya.

Hal ini dikarenakan pada demodulasi sinyal sinyal pembawa akan

dipisahkan dari sinyal informasi, sehingga sinyal output-nya memiliki bentuk

yang sama dengan sinyal informasi.

Page 29: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

3.1 Simpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai

berikut:

1. Pada proses Pulse Amplitudo Modulation (PAM) sinyal analog yang

merupakan sinyal input diubah menjadi sinyal sample and hold terlebih

dahulu dengan proses sampling dengan sinyal sample yang berupa sinyal

pulsa. Sinyal informasi akan di-sampling dengan cara ditahan pada saat

sinyal sample mengalami hold (nilainya nol). Bentuk sinyal sinusoidal

(informasi) pada bagian yang ditahan akan rata. Sehingga terbentuklah

sinyal sample and hold. Sinyal sample and hold memiliki frekuensi,

amplitudo, dan fase yang sama dengan sinyal informasi.

2. Sinyal PAM terbentuk dari kuantisasi level tegangan sinyal sample and

hold ke integer terdekat. Pada proses PAM akan terbentuk sinyal pulsa

yang mengikuti simpangan sinyal sinusoidal (informasi).

3. Pada sinyal demultiplexed dan held sinyalnya berupa sinyal sinusoidal

dengan bentuk yang tidak teratur karena belum mengalami filtrasi. Pada

sinyal output demulator setelah di filter, bentuk sinyalnya berupa sinyal

sinusoidal seperti sinyal informasi, tetapi dengan fase yang berbeda.

4. Pada proses Time Division Multiplexing (TDM), masing-masing sinyal

informasi yang berupa sinyal sinusoidal akan dimodulasikan menjadi

sinyal PAM. Setelah itu melalui proses multiplexing sinyal-sinyal tersebut

akan digabung menjadi satu dan akan ditransmisikan berdasarkan periode

tertentu (TDM). Bentuk sinyal PAM setelah digabung melalui proses Time

Division Multiplexing (TDM) adalah berupa sinyal pulsa yang mengikuti

semua simpangan sinyal informasinya.

5. Pada Time Division Demultiplexing (TDD) sinyal PAM yang telah

digabung dipisah kembali, setelah masing-masing sinyal PAM akan

didemodulasi, lalu di filter sehingga terbentuk sinyal informasi masing-

masing.

Page 30: Laporan Resmi DSK PERCOBAAN 3

DAFTAR PUSTAKA

Fahmizal. 2014. Pulse Amplitude Modulation .fahmizaleeits.wordpress.com

diakses pada 10 Juni 2015

Anugrah Ahmad Fauzi. 2012. Dasar Teori Pulse Amplitude Modulation.

http://amazingcrue.blogspot.com diakses pada 10 Juni 2015.