Top Banner
LAPORAN PROGRAM JAMINAN MUTU KLINIK Edukasi dan motivasi pasien diabetes Klinik Dokter Keluarga, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Kayu Putih Kelompok B2 Agatha Grace Fransiska Ivana Alvin A. Sani Hartanto Reza G Diana Oei Mega Utami Pembimbing: Dr. Dhanasari V. Trisna, MSc, CM-FM
41

Laporan QA B2 (Repaired)

Jan 30, 2016

Download

Documents

QA
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan QA B2 (Repaired)

LAPORAN PROGRAM JAMINAN MUTU KLINIK

Edukasi dan motivasi pasien diabetes

Klinik Dokter Keluarga, Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Kayu Putih

Kelompok B2

Agatha Grace Fransiska Ivana

Alvin A. Sani Hartanto Reza G

Diana Oei Mega Utami

Pembimbing:

Dr. Dhanasari V. Trisna, MSc, CM-FM

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK)

April 2013

Page 2: Laporan QA B2 (Repaired)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Penulis yang bertandatangan di bawah ini sejujurnya menyatakan bahwa laporan ini dan

seluruh referensi yang dikutip dan/atau dituliskan telah dicantumkan tanpa adanya

plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.

Bila di kemudian hari penulis ditemukan telah melakukan plagiarisme, penulis akan

bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang diberikan oleh Universitas

Indonesia.

Kelompok B2

Agatha Grace Fransiska Ivana

Alvin A. Sani Hartanto Reza G

Diana Oei Mega Utami

i

Page 3: Laporan QA B2 (Repaired)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2. Tujuan..........................................................................................................................3

BAB II. METODOLOGI...........................................................................................................4

2.1. Waktu dan Tempat......................................................................................................4

2.2. Materi..........................................................................................................................4

2.3. Instrumen.....................................................................................................................4

2.4. Prosedur Kerja.............................................................................................................5

BAB III. HASIL.........................................................................................................................7

BAB IV. PEMBAHASAN......................................................................................................12

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................15

5.1. Kesimpulan................................................................................................................15

5.2. Saran..........................................................................................................................15

BAB VI. INTERVENSI DAN EVALUASI INTERVENSI...................................................17

6.1. Intervensi...................................................................................................................17

6.2. Evaluasi Intervensi....................................................................................................17

DAFTAR RUJUKAN..............................................................................................................20

LAMPIRAN...........................................................................................................................A-1

Kuesioner Pasien................................................................................................................A-1

Kuesioner Petugas Kesehatan............................................................................................A-4

Form Intervensi..................................................................................................................A-6

ii

Page 4: Laporan QA B2 (Repaired)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Data demografis dan karakteristik pasien....................................................................7

Tabel 2. Data karakteristik pasien terkait edukasi DM..............................................................8

Tabel 3. Hasil kuesioner tingkat pengetahuan pasien................................................................9

Tabel 4. Data demografis dan karakteristik petugas kesehatan...............................................10

Tabel 5. Hasil kuesioner tingkat pengetahuan petugas kesehatan...........................................10

Tabel 6. Analisis alternatif solusi.............................................................................................15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur penilaian progam jaminan mutu klinik............................................................5

iii

Page 5: Laporan QA B2 (Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Klinik Dokter Keluarga (KDK) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Kayu

Putih adalah salah satu klinik dokter keluarga yang berada di bawah naungan FKUI. KDK

FKUI Kayu Putih yang berlokasi di Jalan Pondasi nomor 22, Kayu Putih, Jakarta Timur ini,

telah dilengkapi dengan berbagai pelayanan medis, seperti: tenaga dokter umum, dokter gigi,

klinik spesialis (misalnya THT, mata, dan psikiatri), farmasi, laboratorium, serta foto rontgen.

Untuk meningkatkan mutu pelayanan di sebuah sarana kesehatan, perlu dilakukan suatu

Clinical Quality Assurance atau Program Jaminan Mutu Klinik. Program tersebut

seyogyanya dilaksanakan secara sistematis dan objektif agar dapat mengidentifikasi masalah

yang ada di klinik terkait, mencari tahu kemungkinan penyebab masalah, dan pada akhirnya

memberikan solusi berupa intervensi yang sesuai sehingga mutu pelayanan di fasilitas

kesehatan tersebut dapat meningkat.

KDK FKUI Kayu Putih berperan sebagai pusat penatalaksanaan Diabetes Melitus (DM)

dilengkapi dengan manajer kasus dan tenaga medis terlatih khusus DM. Pasien-pasien DM

yang datang ke klinik ini umumnya ialah pasien lama yang memang rutin berobat di sana.

KDK FKUI Kayu Putih menyediakan berbagai layanan yang menunjang keseluruhan

penatalaksanaan komprehensif dari penyakit DM. Berbagai pelayanan yang ditawarkan

meliputi: skrining gula darah sewaktu, konsultasi dokter yang ahli dalam menangani penyakit

DM, konsultasi ke dokter spesialis mata dalam rangka deteksi dini, pencegahan, dan

penatalaksanaan komplikasi DM, konsultasi dokter gigi, serta edukasi nutrisi oleh ahli gizi

yang bersertifikasi. Setiap pasien DM di KDK FKUI Kayu Putih juga dibekali dengan sebuah

buku paspor DM yang berisikan dokumentasi keadaan klinis pasien dan edukasi singkat. Hal

ini semua bertujuan untuk memberikan penatalaksanaan komprehensif bagi penderita DM

untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

DM adalah suatu penyakit metabolik yang sering dijumpai di Indonesia. Gangguan metabolic

ini merupakan suatu penyakit dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada penyakit ini

diasosiasikan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, atau kegagalan sejumlah organ

1

Page 6: Laporan QA B2 (Repaired)

tubuh, terutama: mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Secara epidemiologik,

diabetes seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan bahwa awitan sesungguhnya dari diabetes

adalah 7 tahun sebelum dapat ditegakkannya diagnosis DM itu sendiri. DM tipe dua yang

bersifat didapat memiliki beberapa faktor risiko, antara lain: bertambahnya usia, kejadian

obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas fisik, dan hiperinsulinemia. Semua

faktor ini berinteraksi dengan faktor genetik yang berhubungan dengan terjadinya DM tipe 2.

Modalitas penatalaksanaan DM tipe 2 umumnya dikenal sebagai empat pilar tatalaksana DM.

Pilar-pilar ini terdiri dari terapi non-farmakologis yang meliputi edukasi berkala mengenai

berbagai topik terkait diabetes, modifikasi gaya hidup dengan melakukan pengaturan pola

makan (terapi gizi medis) dan aktivitas fisik rutin, serta terapi farmakologis. Terapi

farmakologis ini diberikan jika penerapan terapi non-farmakologi masih tidak dapat

mengendalikan kadar glukosa darah sebagaimana yang diharapkan. Namun, perlu

diperhatikan selama pemberian terapi farmakologis, terapi non-farmakologis juga tetap harus

diterapkan.

Sebagai pusat penatalaksanaan Diabetes Melitus, KDK FKUI Kayu Putih telah melakukan

berbagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan pasien Diabetes Melitus, misalnya dengan

melakukan berbagai penyuluhan di banyak kesempatan dan edukasi berkala saat pasien

berkunjung ke klinik untuk berobat. Sayangnya, pada beberapa pasien yang kami jumpai

selama praktik klinik kepaniteraan profesi selama 2 minggu di sana, masih terdapat sejumlah

pasien yang tingkat pengetahuannya mengenai DM masih kurang, baik dalam hal penegakkan

diagnosis, penatalaksanaan, hingga komplikasi yang dapat terjadi.

KDK FKUI Kayu Putih sendiri sudah memiliki Standard Operational Procedure untuk

menangani penyakit Diabetes Melitus. Terdapat alur pelayanan khusus, hingga map berkas

status khusus yang diperuntukkan bagi pasien DM yang berobat secara rutin di KDK FKUI

Kayu Putih. Meskipun demikian, kami menilai bahwa masih perlu dilakukan evaluasi

mengenai motivasi dan edukasi yang diberikan oleh petugas kesehatan di KDK FKUI Kayu

Putih. Oleh karena alasan tersebut, maka kami memutuskan untuk melakukan Program

Jaminan Mutu Klinik berupa evaluasi edukasi dan motivasi pasien DM oleh petugas

kesehatan KDK FKUI Kayu Putih.

2

Page 7: Laporan QA B2 (Repaired)

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Meningkatkan program edukasi dan motivasi pada pasien DM di KDK FKUI Kayu Putih

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Teridentifikasinya karakteristik dan data demografis pasien DM di KDK FKUI Kayu

Putih

2. Teridentifikasinya tingkat pengetahuan dan sumber informasi pasien mengenai DM

3. Teridentifikasinya pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas kesehatan tentang tatalaksana

komprehensif DM di KDK FKUI Kayu Putih

4. Teridentifikasinya tingkat pemberian edukasi pada pasien DM oleh petugas kesehatan di

KDK FKUI Kayu Putih

5. Teridentifikasinya pencatatan mengenai pemberian edukasi pada pasien DM oleh petugas

kesehatan di KDK FKUI Kayu Putih

6. Teridentifikasinya karakteristik dan data demografis petugas kesehatan di KDK FKUI

Kayu Putih

7. Teridentifikasinya tingkat pengetahuan terkait DM pada petugas kesehatan di KDK FKUI

Kayu Putih

8. Teridentifikasinya masalah dan penyebab masalah program motivasi dan edukasi pasien

DM di KDK FKUI Kayu Putih

9. Tersusunnya perencanaan intervensi pemecahan masalah program motivasi dan edukasi

pasien DM di KDK FKUI Kayu Putih

3

Page 8: Laporan QA B2 (Repaired)

BAB II

METODOLOGI

2.1. Waktu dan Tempat

Program Jaminan Mutu Klinik dalam pemberian edukasi dan motivasi pada pasien DM ini

dilakukan di KDK FKUI Kayu Putih, Pulo Gadung, Jakarta Timur, pada periode 18 – 25

Maret 2013. Penilaian ini dilakukan melalui beberapa cara: lembar kuesioner, observasi

lapangan (catatan medik dan pelayanan), dan analisis data melalui diskusi.

2.2. Materi

2.2.1. Target Populasi

Populasi yang dinilai adalah pasien dengan diagnosis DM dari segala kelompok umur yang

berobat di KDK FKUI Kayu Putih dan para petugas kesehatan yang bekerja di klinik

tersebut.

2.3.2. Sampel/Subjek

Subjek yang dinilai adalah pasien DM yang berobat di KDK FKUI Kayu Putih, petugas

kesehatan yang bekerja di klinik tersebut, dan bersedia untuk menjadi subjek penilaian

Program Jaminan Mutu Klinik. Sejumlah 30 orang pasien DM dan 9 orang petugas kesehatan

dinilai dalam penelitian ini.

2.3.3. Penarikan Sampel

Penarikan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling (30 buah catatan medik, 30

orang pasien DM, dan 9 petugas kesehatan yang bersedia menjadi responden dari total 12

petugas kesehatan).

2.3. Instrumen

2.3.1. Formulir

- Formulir 1: informed consent

- Formulir 2: kuesioner edukasi dan motivasi pasien DM

4

Page 9: Laporan QA B2 (Repaired)

- Formulir 3: kuesioner penerapan edukasi dan motivasi petugas kesehatan kepada pasien

dm

2.4. Prosedur Kerja

Program Jaminan Mutu Klinik edukasi dan motivasi pasien DM di KDK FKUI Kayu Putih

dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan dari pihak KDK dan Departemen Ilmu

Kedokteran Komunitas FKUI. Informasi tentang Program Jaminan Mutu Klinik dan informed

consent akan diberikan kepada setiap subjek dan setiap subjek akan diminta untuk

menandatangani lembar informed consent.

2.4.1. Alur Penilaian Program Jaminan Mutu Klinik

Penilaian akan dilakukan pertama kali dengan pengambilan data pasien DM dengan metode

wawancara terpimpin sesuai dengan kuesioner yang telah disusun. Kelengkapan catatan

medik untuk data edukasi dan motivasi akan dinilai.

Gambar 1. Alur penilaian progam jaminan mutu klinik

5

Page 10: Laporan QA B2 (Repaired)

Setelah semua data pasien dan catatan medik terkumpul, para petugas kesehatan akan

diwawancara sesuai kuesioner untuk petugas kesehatan guna menilai tingkat pengetahuan dan

penerapan edukasi dan motivasi dalam tatalaksana pasien DM. Semua data akan

dikumpulkan dalam database sebelum akhirnya dianalisis menggunakan SPSS versi 17.0 dan

didiskusikan dengan pihak Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI. Intervensi akan

dilakukan sesuai dengan masalah yang ditemukan di lapangan. Evaluasi intervensi kemudian

akan dilakukan secara kualitatif. Secara skematis, alur penilaian Program Jaminan Mutu

Klinik yang dikerjakan dapat dilihat pada Gambar 1.

6

Page 11: Laporan QA B2 (Repaired)

BAB III

HASIL

Tiga puluh orang sampel diambil secara konsekutif dari pasien DM yang sedang berobat di

klinik, pasien yang datang ke senam DM, dan pasien yang datang pada saat penyuluhan DM

bulanan (Tabel 1). Dari 30 responden, mayoritas adalah wanita (73.3%) dengan usia rata-rata

65.03 ± 8.410 tahun. Sebagian besar pasien memiliki riwayat DM di keluarga (66.7%).

Hampir semua pasien didiagnosis oleh dokter (96.7%). Hanya 23.3% dari responden yang

didiagnosis di KDK. Mayoritas diagnosis didapatkan di puskesmas (63.3%) dan sisanya

didiagnosis di rumah sakit.

Tabel 1. Data demografis dan karakteristik pasien

Usia (rerata ± SD) 65.03 ± 8.410Jenis Kelamin [n(%)]

Laki-laki 8 (26.7)Perempuan 22 (73.3)

Pendidikan [n(%)]SD 3 (10.0)SMP 8 (26.7)SMA 15 (50.0)D3 1 (3.3)S1 3 (10.0)

AntropometriTinggi Badan (rerata ± SD) 155.33 ± 5.378Berat Badan (rerata ± SD) 57.87 ± 5.975Indeks Massa Tubuh (rerata ± SD) 23.98 ± 2.188

Riwayat DM di keluarga [n(%)]Ada 20 (66.7)Tidak ada 10 (33.3)

Didiagnosis DM oleh [n(%)]Dokter 29 (96.7)Petugas Kesehatan Lain 1 (3.3)

Didiagnosis DM di [n(%)]Puskesmas 19 (63.3)KDK 7 (23.3)Rumah sakit 4 (13.3)

Pasien di KDK [n(%)]Ya 27 (90.0)Tidak 3 (10.0)

Mendapatkan info DM di KDK [n(%)]Ya 23 (76.7)Tidak 4 (13.3)

Diberikan info DM oleh [n(%)]Dokter 22 (95.7)Staf kesehatan lainnya 1 (4.3)

Lama sejak pertama terdiagnosis DM (rentang) 0 - 33Lama sejak pertama kontrol di KDK (rentang) 0 - 33

7

Page 12: Laporan QA B2 (Repaired)

Pada saat pengisian kuesioner, 90% responden merupakan pasien KDK dan 76.7% dari total

responden mendapatkan informasi mengenai DM di KDK. Informasi tersebut diberikan

hampir seluruhnya oleh dokter (95.7%).

Sebanyak 83.3% dari responden merupakan peserta senam DM dan hanya 2 orang yang

belum pernah mendapatkan penyuluhan DM. Walau demikian, didapatkan rata-rata IMT

responden senilai 23.98 ± 2.188 kg/m2. Dari hasil pemeriksaan gula darah sewaktu secara

kolektif pada 32 orang responden lain saat penyuluhan DM, didapatkan rata-rata kadar gula

darah sewaktu senilai 216,68 mg/dL.

Tabel 2. Data karakteristik pasien terkait edukasi DM

Media edukasi yang dipilih [n(%)]Poster/spanduk 6 (20.0)Booklet/brosur/leaflet 16 (53.3)Video/film pendek 6 (20.0)Majalah 1 (3.3)Lain-lain (mis: penyuluhan) 1 (3.3)

Membaca brosur DM KDK [n(%)]Ya 25 (83.3)Tidak 5 (16.7)

Senam DM di KDK [n(%)]Ya 13 (43.3)Tidak 17 (56.7)

Jumlah Ikut Penyuluhan DM [n(%)]0 2 (6.7)<5 11 (36.7)5-10 9 (30.0)>10 8 (26.7)

Penyuluhan DM oleh [n(%)]KDK 21 (70.0)Puskesmas 4 (13.3)Rumah sakit 3 (10.0)

Pengetahuan DM dirasakan cukup [n(%)]Ya 10 (33.3)Tidak 20 (66.7(

Lebih dari setengah responden memilih media edukasi yang terbaik bagi mereka berupa

booklet/brosur/leaflet (53.3%) dan 83.3% dari mereka menyatakan pernah membaca brosur

mengenai DM di KDK. Walaupun telah mendapat penyuluhan dan edukasi, 66.7% dari

responden merasa bahwa pengetahuan mereka mengenai DM masihkurang (Tabel 2).

Topik penyuluhan yang ingin diketahui responden lebih lanjut adalah mengenai komplikasi

DM. Meskipun demikian, bila kita lihat data hasil kuesioner tingkat pengetahuan pasien,

didapatkan bahwa pertanyaan-pertanyaan seputar komplikasi DM (nomor 15, 17-20, dan 24)

dapat dijawab mayoritas responden dengan benar (Tabel 2 dan 3).

8

Page 13: Laporan QA B2 (Repaired)

Tabel 3. Hasil kuesioner tingkat pengetahuan pasien

No. PernyataanYa

n (%)Tidakn (%)

1. Riwayat diabetes mellitus di keluarga merupakan salah satu faktor resiko diabetes mellitus

27 (90.0) 3 (10.0)

2. Makan terlalu banyak gula dan makanan manis merupakan penyebab diabetes mellitus

30 (100.0) 0 (0.0)

3. Berat badan berlebih merupakan salah satu faktor resiko diabetes mellitus

30 (100.0) 0 (0.0)

4. Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menular 1 (3.3) 29 (96.7)5. Diabetes mellitus terjadi karena insulin dalam tubuh bermasalah 20 (66.7) 10 (33.3)6. Diabetes mellitus dapat disembuhkan 9 (30.0) 21 (70.0)7. Pasien diabetes mellitus tidak perlu mengatur pola makan 10 (33.3) 20 (66.7)8. Pasien diabetes mellitus harus makan makanan khusus 20 (66.7) 10 (33.3)9. Anjuran olahraga pada pasien diabetes mellitus adalah 1 kali seminggu 21 (70.0) 9 (30.0)10. Aktivitas fisik dan latihan jasmani teratur dapat memperbaiki masalah

insulin29 (96.7) 1 (3.3)

11. Pasien diabetes memerlukan perawatan kaki yang lebih cermat daripada orang tanpa diabetes

27 (90.0) 3 (10.0)

12. Obat-obatan diabetes tidak perlu diminum secara rutin 14 (46.7) 16 (53.3)13. Penggunaan obat diabetes lebih penting daripada olahraga dan pola

diet18 (60.0) 12 (40.0)

14. Luka pada penderita diabetes melitus lebih sulit sembuh daripada pada orang tanpa diabetes

29 (96.7) 1 (3.3)

15. Rasa baal dan kesemutan pada tangan dan kaki merupakan komplikasi dari diabetes mellitus

26 (86.7) 4 (13.3)

16. Pasien diabetes mellitus dianjurkan untuk menggunakan celana/pakaian/sepatu yang ketat

1 (3.3) 29 (96.7)

17. Diabetes mellitus meningkatkan resiko sakit jantung 30 (100.0) 0 (0.0)18. Diabetes mellitus meningkatkan resiko penyakit infeksi 29 (96.7) 1 (3.3)19. Diabetes mellitus meningkatkan resiko stroke 30 (100.0) 0 (0.0)20. Diabetes melitus dapat merusak ginjal 29 (96.7) 1 (3.3)21. Cara terbaik mengecek kadar gula dalam tubuh adalah melalui urine 6 (20.0) 24 (80.0)22. Pada pasien diabetes mellitus, pemeriksaan, HbA1c dilakukan

seminggu sekali6 (20.0) 24 (80.0)

23. Target pengendalian gula darah puasa pada pasien diabetes mellitus adalah 200 mg/dl

14 (46.7) 16 (53.3)

24. Diabetes mellitus dapat menyebabkan kebutaan 29 (96.7) 1 (3.3)25. Kadar gula darah yang tinggi (>300 mg/dL) tidak berbahaya asalkan

pasien tetap mengkonsumsi obat diabetes24 (80.0) 6 (20.0)

26. Lemas, tangan gemetaran dan keringat dingin merupakan tanda kadar gula yang tinggi dalam tubuh

24 (80.0) 6 (20.0)

Pertanyaan umum mengenai diabetes melitus pada poin 1-4 dapat di jawab dengan benar oleh

mayoritas responden. Namun pada pertanyaan 5-8, banyak responden yang belum dapat

menjawab dengan tepat. Dapat dilihat pula pertanyaan mengenai target gula darah,

pentingnya olahraga dan diet, serta pengobatan tidak dapat dijawab dengan tepat oleh

setengah dari responden. Untuk pertanyaan perihal tanda-tanda kegawatan pada pasien DM,

hanya sebagian kecil responden (20.0%) yang tidak dapat menjawab dengan benar (Tabel 3).

Kuesioner petugas kesehatan diisi oleh 9 orang petugas kesehatan di KDK FKUI Kayu Putih.

Mayoritas responden merupakan wanita (77.8%) dan berpendidikan sarjana (55.6%). Lama

9

Page 14: Laporan QA B2 (Repaired)

bekerja di klinik berkisar dari 1 hingga 36 tahun. Dari 9 responden, 6 responden menangani

pasien DM sejumlah antara 1-5 pasien setiap minggunya. Menurut para petugas kesehatan di

KDK, metode edukasi yang terbaik adalah konseling (44.4%) disusul oleh penyuluhan

(33.3%), kemudian media elektronik (22.2%).

Tabel 4. Data demografis dan karakteristik petugas kesehatan

Jenis kelamin [n (%)]Laki-laki 2 (22.2)Perempuan 7 (77.8)

Pendidikan Terakhir [n (%)]SMA 1 (11.1)D3 2 (22.2)S1 5 (55.6)S2 1 (11.1)

Umur (rerata ± SD) 38.89 ± 11.285Lama Bekerja (rentang tahun) 1 - 36Menangani Pasien DM/minggu [n (%)]

0 2 (22.2)1-5 6 (66.7)6-10 0 (0)11-15 0 (0)>15 1 (11.1)

Sarana Edukasi yang Tepat [n (%)]Konseling 4 (44.4)Penyuluhan 3 (33.3)Media cetak 0 (0)Media elektronik 2 (22.2)

Secara garis besar, 20 pertanyaan untuk menilai tingkat pengetahuan dapat dijawab dengan

tepat oleh responden petugas kesehatan. Beberapa pernyataan seperti “pasien DM merupakan

pasien penyakit kronik” masih menghasilkan jawaban yang salah pada sepertiga responden.

Pernyataan bahwa “semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya

wajib melakukan edukasi DM untuk pasien di klinik” dianggap salah oleh sepertiga

responden (Tabel 5).

Pada poin mengenai perlunya screening TB bagi pasien DM dan perlunya untuk memeriksa

kaki pasien DM pada setiap kunjungan, 5 orang responden menyatakan harus screening

sedangkan 4 lainnya menyatakan tidak perlu.

Tabel 5. Hasil kuesioner tingkat pengetahuan petugas kesehatan

No.Pernyataan

Benarn (%)

Salahn (%)

1 Pasien DM merupakan pasien yang memerlukan perawatan singkat 0 (0.0) 9 (100.0)2 Pasien DM merupakan pasien penyakit kronik 6 (66.7) 3 (33.3)3 Untuk melayani pasien DM perlu pelatihan khusus 7 (77.8) 2 (22.2)4 Program penatalaksanaan DM di klinik memerlukan pengaturan

yang khusus8 (88.9) 1 (11.1)

10

Page 15: Laporan QA B2 (Repaired)

5 Penatalaksanaan DM meliputi obat, diet, aktifitas fisik dan kontrol teratur

9 (100.0) 0 (0.0)

6 Diperlukan seorang manajer kasus di klinik yang khusus melayani pasien DM

9 (100.0) 0 (0.0)

7 Semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya wajib mendukung skrining DM di klinik

9 (100.0) 0 (0.0)

8 Semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya wajib mendukung edukasi DM pada pasien

8 (88.9) 1 (11.1)

9 Semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya wajib melakukan edukasi DM untuk pasien di klinik

6 (66.7) 3 (33.3)

10 Semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya wajib melakukan motivasi penatalaksanaan untuk semua pasien DM di klinik

9 (100.0) 0 (0.0)

11 Pasien kontrol DM yang datang ke klinik harus diberikan perhatian lebih untuk memperoleh layanan tindak lanjut yang tepat

8 (88.9) 1 (11.1)

12 Pasien DM yang ditemukan di klinik harus melaksanakan skrining TB

5 (55.6) 4 (44.4)

13 Pasien DM yang datang kontrol harus diperiksa kakinya 5 (55.6) 4 (44.4)14 Pasien DM yang datang kontrol harus selalu diperiksa kadar gula

darahnya9 (100.0) 0 (0.0)

15 Pasien DM harus diperiksa kadar HbA1C setiap tiga bulan 8 (88.9) 1 (11.1)16 Pasien DM harus di kontrol retina matanya setiap enam bulan 8 (88.9) 1 (11.1)17 Pasien DM harus diberi passport DM untuk mencatat kegiatan

penatalaksanaan DMnya sehari-hari9 (100.0) 0 (0.0)

18 Pasien DM harus ditelpon untuk diingatkan kedatangan kontrolnya oleh manajer kasus

8 (88.9) 1 (11.1)

19 Sedapat mungkin klinik menyelenggarakan pertemuan antar pasien sebulan sekali

9 (100.0) 0 (0.0)

20 Sedapat mungkin klinik menyelenggarakan senam DM seminggu sekali untuk pasien dan keluarganya

8 (88.9) 1 (11.1)

11

Page 16: Laporan QA B2 (Repaired)

BAB IV

PEMBAHASAN

Hasil observasi rekam medis dan kinerja petugas medis di KDK Kayu Putih dalam

penanganan pasien DM sudah baik. Di rekam medis pasien DM, dinyatakan bahwa pasien

mendapatkan edukasi pada setiap kunjungan.

Walau demikian, belum terdokumentasi dengan baik apa dan kapan saja edukasi diberikan,

siapa edukator yang mengisi kolom pernyataan pemberian edukasi tersebut, dan kepada siapa

saja selain pasien edukasi telah diberikan. Sebenarnya setiap pasien DM di KDK FKUI Kayu

Putih memiliki paspor DM yang berisi dokumentasi keadaan klinis pasien dan dapat

dimaksimalkan sebagai sarana edukasi dan dokumentasi edukasi yang diberikan.

Berdasarkan observasi lapangan, dokter dan manajer kasus di klinik tersebut telah

memberikan edukasi dan melakukan follow up dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

pengetahuan para pasien mengenai DM yang relatif baik dan frekuensi kontrol rutin dari

pasien-pasien bersangkutan. Meski demikian, peran manajer kasus tampak belum optimal

karena banyaknya tugas lain yang juga merupakan tanggung jawab manajer kasus yang

merangkap sebagai petugas administrasi di KDK FKUI Kayu Putih. Melalui diskusi dan

análisis lapangan, ada baiknya peran manajer kasus dijalankan oleh dua orang agar lebih

optimal.

Dari hasil kuesioner yang dibagikan pada para pasien DM dapat dilihat bahwa usia rerata

pasien diabetes yang berobat di klinik tersebut sekitar 65.03+/- 8.410 tahun, dominan pasien

wanita (73.3%), dengan tingkat pendidikan yang bervariasi: dari SD hingga S1 dengan

frekuensi terbanyak adalah tamatan SMA. Lebih dari setengah jumlah pasien memiliki

riwayat DM di keliarga dan hampir semua pasien yang berobat di KDK mendapatkan

informasi tentang DM dari dokter langsung. Dapat dilihat pula bahwa pasien-pasien tersebut

relatif rajin engikuti penyuluhan tentang DM yang dilaksanakan terutama oleh klinik tersebut

selain dari puskesmas dan rumah sakit. Meski demikian, sebagian besar pasien yang

diwawancara merasa bahwa pengetahuan mereka tentang DM masih kurang. Dari hasil

kuesioner yang dibagikan dapat dilihat bahwa edukasi tentang pengaruh insulin dalam tubuh,

modifikasi pola makan dan olahraga, penggunaan obat-obatan, serta cara memonitor gula

12

Page 17: Laporan QA B2 (Repaired)

darah masih bisa ditingkatkan lagi; walaupun secara umum dapat dilihat bahwa pengetahuan

pasien telah cukup baik.

Temuan menarik dari hasil yang didapatkan adalah tingkat edukasi pasien tentang DM telah

cukup baik tanpa dipengaruhi oleh tingkat pendidikan mereka. Walau demikian, didapatkan

hasil rerata pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) dan data antropometri dengan rerata

Indeks Massa Tubuh yang menunjukkan hasil kontrol diabetes mereka masih sangat kurang.

Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang mereka miliki masih belum diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Senada dengan studi yang dilakukan oleh Isniati, yang mengatakan

bahwa hasil gula darah post-prandial (GDPP) masih buruk meskipun pasien telah memiliki

pengetahuan mengenai DM, diet, aktivitas fisik, dan obat hipoglikemia oral (OHO).1Perlu

digarisbawahi bahwa pemeriksaan GDS kurang akurat dalam memonitor komplikasi DM,

oleh karena sangat mudah dipengaruhi oleh waktu saat pemeriksaan tersebut dilakukan. Studi

yang dilakukan oleh Adebisi et al menunjukkan bahwa nilai HbA1C merupakan prediktor

yang akurat dalam memprediksi terjadinya komplikasi DM, dengan titik potong kadar

HbA1C 8%.2

Untuk mendukung hasil observasi rekam medis dan lapangan, kami juga telah membagikan

kuesioner kepada para petugas kesehatan di KDK Kayu Putih. Secara umum para petugas

tersebut telah memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai DM, namun masih terdapat

beberapa kekurangan.

Hasil dari pengisian kuesioner dengan wawancara terpimpin pada para petugas menunjukkan

bahwa para petugas kesehatan di KDK Kayu Putih telah memiliki pengetahuan yang relatif

baik dalam penatalaksanaan DM sehingga dapat diharapkan bahwa edukasi yang mereka

berikan kepada pasien seharusnya cukup baik dalam memotivasi pasien untuk merubah pola

hidup serta tercapainya kontrol DM yang maksimal.

Dari hasil kuesioner tersebut dapat dilihat juga sejumlah petugas kesehatan yang belum

mengetahui bahwa DM merupakan penyakit kronik dan merasa bahwa bukan merupakan

tugas mereka untuk memberikan edukasi kepada pasien. Selain itu, hampir setengah dari

petugas yang menjadi responden menyatakan bahwa setiap pasien diabetes mellitus di klinik

harus melakukan skrining tuberkulosis. Meskipun terdapat bukti klinis bahwa DM memiki

asosiasi dengan tuberkulosis, namun skrining tuberkulosis pada pasien DM masih belum

13

Page 18: Laporan QA B2 (Repaired)

merupakan indikasi mutlak pada pasien tanpa keluhan ataupun gejala yang mengarah ke

tuberkulosis.

Banyak juga dari responden yang merasa pasien DM tidak perlu diperiksa kakinya.Telah

diketahui bahwa pemeriksaan kaki pada pasien diabetes penting karena salah satu komplikasi

dari DM meliputi neuropati perifer yang dapat menyebabkan rasa baal pada kaki. Neuropati

ini mengakibatkan pasien sering tidak sadar terdapat luka pada kaki mereka. Disertai dengan

komplikasi DM lainnya, penyembuhan luka pada pasien DM relatif lambat dan sulit,

sehingga luka yang tidak sembuh dengan baik akan berujung pada nekrosis jaringan dan

amputasi.

Berdasarkan analisis, terkait dengan peran KDK Kayu Putih sebagai pusat DM, ada baiknya

jika seluruh petugas kesehatan di klinik tersebut memiliki pengetahuan yang baik mengenani

DM; bahkan superior jika dibandingkan petugas kesehatan di pusat pelayanan kesehatan lain.

Selain bertujuan untuk meningkatkan edukasi dan motivasi pada pasien DM, tingginya

tingkat pengetahuan terkait DM perlu untuk menghindari penyampaian informasi yang salah

kepada pasien.

14

Page 19: Laporan QA B2 (Repaired)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi rekam medis, diperlukan instrumen tambahan untuk dokumentasi

lebih baik edukasi yang diberikan pada pasien DM. Hasil observasi lapangan dan kuesioner

petugas kesehatan menunjukkan pengetahuan, sikap, dan perilaku petugas kesehatan yang

sudah cukup baik meskipun dapat lebih dimaksimalkan. Dari hasil kuesioner pasien, data

GDS, dan data antropometri, tampak bahwa tingkat pengetahuan pasien mengenai DM

sebenarnya sudah baik, namun tidak diikuti dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari.

Berapa alternatif solusi dapat dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang telah

disebutkan di atas: (1) meningkatkan penggunaan media informasi dan teknologi untuk

mengoptimalkan efektifitas edukasi DM, (2) meningkatkan rutinitas program penyuluhan

DM, (3) supervisi dan monitoring program DM yang sudah direncanakan, dan (4) pelatihan

yang berkesinambungan untuk para kader kesehatan.

Melalui observasi dan survey lapangan serta analisis alternatif solusi (Tabel 6) penulis

berkesimpulan bahwa sebuah instrumen spesifik yang lebih dapat membantu pasien dan

memfasilitasi petugas kesehatan dalam edukasi dan motivasi tatalaksana komprehensif DM

sangat dibutuhkan.

Tabel 6. Analisis alternatif solusi

No Alternatif SolusiEfektifitas Efisiensi Prioritas

M I V CM x I x V

C1 Meningkatkan penggunaan media informasi dan teknologi

untuk mengoptimalkan efektifitas edukasi DM5 5 5 1 75

2 Meningkatkan rutinitas program penyuluhan DM untuk memotivasi kesadaran komunitas akan masalah DM

5 5 3 3 25

3 Supervisi dan monitoring program DM yang sudah direncanakan

5 5 5 2 62.5

4 Pelatihan yang berkesinambungan untuk para kader kesehatan 5 5 5 3 41,67

5.2. Saran

Penulis menyarankan dokumentasi pemberian edukasi pada pasien yang lebih terperinci

menggunakan instrumen yang akan disiapkan oleh penulis. Selain itu, diperlukan penyerataan

15

Page 20: Laporan QA B2 (Repaired)

tingkat pengetahuan DM pada para petugas kesehatan dan optimalisasi peran manajer kasus.

Perlu juga dilakukan studi lebih lanjut untuk menilai tingkat kontrol gula darah pada pasien

DM di KDK FKUI Kayu Putih berupa pemeriksaan HbA1C. Terakhir, untuk lebih

memotivasi pasien dan mempermudah pemberian edukasi oleh petugas kesehatan, penulis

menyarankan penggunaan instrumen tambahan berupa paspor DM yang telah direvisi.

16

Page 21: Laporan QA B2 (Repaired)

BAB VI

INTERVENSI DAN EVALUASI INTERVENSI

6.1. Intervensi

Intervensi pertama yang penulis lakukan berupa perancangan sebuah daftar tilik edukasi DM

yang digunakan sebagai instrumen dokumentasi edukasi pada pasien DM dan keluarga.

Daftar tilik ini kami rancang berdasarkan prinsip penatalaksanaan DM dan bertujuan untuk

memfasilitasi baik edukator/petugas kesehatan maupun pasien. Daftar tilik ini direncanakan

dijadikan bagian dari rekam medis khusus pasien DM di KDK FKUI Kayu Putih. [lihat

Lampiran]

Intervensi kedua yang penulis lakukan berupa perancangan sebuah paspor DM yang direvisi

agar tidak hanya berfungsi dalam dokumentasi keadaan klinis pasien, namun juga sebagai

sarana edukasi. Sesuai dengan hasil kuesioner pasien yang menunjukkan bahwa sebagian

besar pasien menyatakan sarana edukasi yang mereka inginkan berupa booklet, penulis

berusaha merancang sebuah sumber edukasi yang praktis dan dapat dibawa oleh pasien.

Adapun isi materi edukasi penulis paralelkan dengan daftar tilik dokumentasi edukasi sebagai

intervensi pertama dan dengan lembar edukasi timbal balik/flipchart yang tersedia di KDK

FKUI Kayu Putih. Hal ini bertujuan agar materi edukasi yang disampaikan dapat selalu

berkesinambungan dan tidak membingungkan pasien maupun teknis pelaksanaan oleh

petugas kesehatan.

Pasien DM di KDK FKUI Kayu Putih memang sudah diwajibkan memiliki dan membawa

paspor DM pada setiap kunjungan, sehingga seyogyanya paspor DM terevisi ini selalu ada

bersama pasien dan meminimalisir hilangnya sumber edukasi; terutama bila diberikan dalam

bentuk booklet biasa. Diharapkan bahwa dengan dimilikinya paspor DM terevisi ini oleh

setiap pasien DM, edukasi pasien akan maksimal dan motivasi pasien terkait tatalaksana

komprehensif DM akan meningkat.

6.2. Evaluasi Intervensi

Evaluasi intervensi dilakukan secara kualitatif dengan mengumpulkan pendapat dari ketiga

dokter yang ada di KDK FKUI Kayu Putih. Penulis memberikan draf daftar tilik dokumentasi

edukasi dan draf paspor DM terevisi dan ketiga dokter tersebut memberikan pendapat apakah

17

Page 22: Laporan QA B2 (Repaired)

intervensi tersebut mampu laksana sekaligus memberikan masukan-masukan, baik berupa

materi isi maupun teknis bentuk fisik dari intervensi penulis.

Secara umum, daftar tilik dokumentasi edukasi bagi pasien DM dan keluarga sangat disambut

baik oleh pihak KDK FKUI Kayu Putih. Sedikit penambahan materi diberikan oleh salah satu

dokter dan ketiga dokter menyatakan bahwa daftar tilik tersebut mampu laksana di KDK.

Daftar tilik akan dicetak di kertas berwarna merah jambu dan dijadikan bagian dari

kelengkapan rekam medis pasien DM di KDK FKUI Kayu Putih yang berisi formulir

administrasi (warna putih), formulir medis (warna hijau), dan formulir kontrol (warna

kuning).

Intervensi berupa paspor DM terevisi masih menuai berbagai pendapat yang bertentangan

dari ketiga dokter di atas. Ide bahwa akan dibuat sebuah instrumen edukasi yang lengkap,

praktis, dan dapat dibawa oleh setiap pasien disambut baik oleh pihak KDK FKUI Kayu

Putih. Materi edukasi yang diparalelkan dengan daftar tilik dan lembar edukasi timbal balik

pun disetujui oleh pihak KDK, namun teknis bentuk fisik dan penerapan instrumen ini masih

belum mencapai suara bulat.

Satu pihak menyatakan bahwa penerapan instrumen dalam bentuk paspor DM terevisi

mampu laksana, dengan akan dicetaknya paspor DM terevisi ini untuk kemudian dibagikan

pada setiap pasien DM menggantikan paspor DM yang lama. Hambatan berupa biaya

pencetakan dapat diatur dari anggaran KDK dan sebagian akan dibebankan pada pasien agar

pasien juga mendapatkan rasa memiliki paspor DM yang baru ini. Dokter ini mengharapkan

bentuk paspor DM yang tadinya relatif kecil menjadi lebih besar agar ukuran tulisan materi

edukasi jelas terbaca.

Pihak lainnya menyatakan bahwa lebih baik instrumen edukasi ini dicetak dalam bentuk

booklet terpisah dari paspor DM yang lama bagi pasien DM lama dan dicetak dalam bentuk

paspor DM terevisi bagi pasien DM baru. Hal ini bertujuan untuk penghematan biaya karena

masih banyaknya tersedia paspor DM yang lama di KDK FKUI Kayu Putih serta

menghindari kebingungan pasien-pasien DM akan perubahan bentuk paspor, terutama pasien-

pasien usia lanjut yang sekarang ini saja sering lupa akan paspor DM mereka. Konsekuensi

dari hal ini adalah bentuk booklet yang harus seukuran dengan paspor DM yang lama agar

dapat disatukan (dengan perekat atau cara lain) dengan paspor DM lama. Walau demikian,

terdapat keuntungan dari saran ini karena booklet edukasi yang terpisah akan dapat

18

Page 23: Laporan QA B2 (Repaired)

digunakan bukan hanya untuk pasien DM, namun juga sebagai materi edukasi pada pasien-

pasien lain, serta pada berbagai pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan di KDK FKUI

Kayu Putih, misalnya untuk pihak kader.

Hasil evaluasi intervensi di atas telah penulis telaah dan diskusikan bersama pihak

Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas dengan keputusan:

1. Akan dicetaknya daftar tilik dokumentasi edukasi pasien DM dan keluarga pada kertas

merah jambu dan dijadikan bagian kelengkapan rekam medis khusus pasien DM di KDK

FKUI Kayu Putih

2. Akan diberikannya materi edukasi dalam dua versi: booklet dan paspor DM terevisi,

dalam bentuk softcopy kepada pihak KDK FKUI Kayu Putih untuk dicetak lebih lanjut

sesuai kebijakan/suara bulat di KDK nantinya. Penulis akan memberikan contoh

tercetak/hardcopy dari kedua versi untuk dipertimbangkan oleh pihak KDK.

19

Page 24: Laporan QA B2 (Repaired)

DAFTAR RUJUKAN

1. Isniati. Hubungan Tingkat Pengetahuan Penderita Diabetes Mellitus dengan

Keterkendalian Gula Darah di Poliklinik RS Perjan Dr. M. Djamil Padang Tahun 2003.

Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2007: 1; 74-7.

2. Adebisi SA, Oqhaqbon EK, Akande TM, and Olarinove JK. Glycated hemoglobin

glycaemic control of diabetics in Ilorin. Niger J Clin Pract. 2009, 12: 87-91.

20

Page 25: Laporan QA B2 (Repaired)

LAMPIRAN

Kuesioner Pasien

Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK)Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)

2013

Kuesioner

Selamat siang, terimakasih atas kesediaan bapak/ibu untuk menjadi responden pada kajian mengenai tingkat pengetahuan terkait diabetes mellitus di Klinik Dokter Keluarga Kayu Putih pada hari ______ tanggal ________________2013 ini.Kajian ini bermaksud untuk mengetahui sejauh mana pasien diabetes mellitus mengetahui tentang penyakit tersebut dan pengetahuan apa yang menurut responden penting untuk diketahui. Dengan kesediaan ibu menjadi responden maka diharapkan dapat memberi masukkan kepada pelayanan dan menuju ke perbaikan yang diharapkan.Tidak ada paksaan dan tekanan dalam menjawab. Jawaban dari ibu akan menjadi rahasia peneliti.

Menyetujui,

………………………….

Identitas Responden

Nama :Jenis Kelamin : L / PUmur :Alamat :Pekerjaan :Pendidikan Terakhir :Antropometri : TB cm; BB kgRiwayat Diabetes dalam keluarga

: ada / tidak ada

1. Kapan anda didiagnosis menderita diabetes mellitus? a. Oleh siapa: b. Dimana:

2. Apakah anda berobat di KDK Kayu Putih? Ya / Tidak

A-1

Page 26: Laporan QA B2 (Repaired)

a. Bila Ya,- Sejak kapan?- Apakah ada dokter tertentu yang biasa anda kunjungi untuk konsultasi atau kontrol

kondisi kesehatan bapak/ibu?- Alasan memilih dokter di atas:

b. Apakah anda mendapatkan informasi tentang diabetes mellitus dari petugas kesehatan di KDK Kayu Putih setiap kali kunjungan? Ya / Tidak- Oleh siapa?- Bila tidak, berapa kali anda pernah mendengar informasi tentang diabetes mellitus dan

dari mana saja?

Jawablah Pertanyaan di Bawah Ini (Lingkari Jawaban Anda)

1. Riwayat diabetes mellitus di keluarga merupakan salah satu faktor resiko diabetes mellitus

Ya / Tidak

2.Berat badan berlebih merupakan salah satu faktor resiko diabetes mellitus

Ya / Tidak

3. Makan terlalu banyak gula dan makanan manis merupakan penyebab diabetes

Ya / Tidak

4.Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menular

Ya / Tidak

5. Diabetes mellitus terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya

Ya / Tidak

6.Diabetes mellitus dapat disembuhkan

Ya / Tidak

7. Pengaturan pola makan tidak termasuk dalam penatalaksanaan diabetes mellitus

Ya / Tidak

8.Anjuran olahraga pada pasien diabetes mellitus adalah 1 kali seminggu

Ya / Tidak

9. Aktivitas fisik dan latihan jasmani teratur dapat menurunkan kebutuhan insulin

Ya / Tidak

10. Pasien diabetes memerlukan perawatan kaki yang lebih cermat daripada orang tanpa diabetes

Ya / Tidak

11.Obat-obatan diabetes tidak perlu diminum secara rutin

Ya / Tidak

12. Penggunaan obat diabetes lebih penting daripada olahraga dan pola diet Ya / Tidak

13. Luka pada penderita diabetes melitus lebih sulit sembuh daripada pada orang tanpa diabetes

Ya / Tidak

14. Rasa baal dan kesemutan pada tangan dan kaki merupakan komplikasi dari diabetes mellitus

Ya / Tidak

15.Diabetes mellitus meningkatkan resiko sakit jantung

Ya / Tidak

16.Diabetes mellitus meningkatkan resiko penyakit infeksi

Ya / Tidak

A-2

Page 27: Laporan QA B2 (Repaired)

17.Diabetes mellitus meningkatkan resiko stroke

Ya / Tidak

18. Diabetes melitus dapat merusak ginjal Ya / Tidak

19 Penggunaan celana/pakaian/sepatu yang ketat dianjurkan untuk penderita diabetes melitus

Ya / Tidak

20. Pada pasien diabetes mellitus, pemeriksaan, HbA1c dilakukan seminggu sekali

Ya / Tidak

21. Cara terbaik mengecek kadar gula dalam tubuh adalah melalui urine Ya / Tidak

22. Target pengendalian gula darah puasa pada pasien diabetes mellitus adalah 200 mg/dl

Ya / Tidak

23.Diabetes mellitus dapat menyebabkan kebutaan

Ya / Tidak

24. Kadar gula darah yang tinggi (>300 mg/dL) tidak berbahaya asalkan pasien tetap mengkonsumsi obat diabetes

Ya / Tidak

25. Lemas, tangan gemetaran dan keringat dingin merupakan tanda bahaya pada penderita diabetes

Ya / Tidak

3. Media informasi apa di bawah ini yang menurut anda paling menarik untuk memberikan edukasi tentang diabetes mellitus (lingkari jawaban anda)a. Poster/spandukb. Booklet/brosur/leafletc. Video/film pendekd. Majalahe. Internetf. Lain-lain (sebutkan):

4. Apakah anda pernah membaca brosur/pamflet diabetes mellitus yang tersedia di KDK KayuPutih? Ya / Tidak; bila tidak, sebutkan alasannya:

5. Apakah anda rutin mengikuti senam diabetes yang dilaksanakan di KDK KayuPutih? Ya / Tidak; mengapa:

6. Seberapa seringkah anda mengikuti penyuluhan tentang diabetes mellitus?a. Tidak pernahb. <5 kalic. 5-10 kalid. >10 kali

7. Dimanakah anda sering mendapatkan penyuluhan?8. Menurut anda, apakah pengetahuan anda tentang diabetes sudah cukup? Ya / Tidak9. Topik apa terkait diabetes mellitus yang ingin lebih anda ketahui?

Catatan:

A-3

Page 28: Laporan QA B2 (Repaired)

Kuesioner Petugas Kesehatan

Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK)Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI)

2013

Kuesioner

Selamat siang, terimakasih atas kesediaan bapak/ibu untuk menjadi responden pada kajian mengenai tingkat pengetahuan terkait diabetes mellitus di Klinik Dokter Keluarga Kayu Putih pada hari ______ tanggal ________________2013 ini.Kajian ini bermaksud untuk mengidentifikasi pelayanan edukasi dan motivasi pasien Diabetes Mellitus di klinik. Dengan kesediaan bapak/ibu menjadi responden maka diharapkan dapat memberi masukkan kepada pelayanan dan menuju ke perbaikan yang diharapkan.Tidak ada paksaan dan tekanan dalam menjawab. Jawaban dari bapak/ibu akan menjadi rahasia peneliti.

Bersama ini saya menyatakan setuju untuk menjadi responden kajian ini

(………………………….)

Identitas Responden

Nama :Jenis Kelamin : L / PUmur :Alamat :Tugas di Klinik :Pendidikan Terakhir :Lama Bekerja di Klinik :

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda pada lajur yang sesuai.

No. Pernyataan Benar Salah1 Pasien DM merupakan pasien yang memerlukan perawatan singkat2 Pasien DM merupakan pasien penyakit kronik3 Untuk melayani pasien DM perlu pelatihan khusus4 Program penatalaksanaan DM di klinik memerlukan pengaturan yang khusus5 Penatalaksanaan DM meliputi obat, diet, aktifitas fisik dan kontrol teratur6 Diperlukan seorang manajer kasus di klinik yang khusus melayani pasien DM7 Semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya

wajib mendukung skrining DM di klinik8 Semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya

wajib mendukung edukasi DM pada pasien9 Semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya

wajib melakukan edukasi DM untuk pasien di klinik10 Semua dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan petugas kesehatan lainnya

wajib melakukan motivasi penatalaksanaan untuk semua pasien DM di klinik

A-4

Page 29: Laporan QA B2 (Repaired)

11 Pasien kontrol DM yang datang ke klinik harus diberikan perhatian lebih untuk memperoleh layanan tindak lanjut yang tepat

12 Pasien DM yang ditemukan di klinik harus melaksanakan skrining TB 13 Pasien DM yang datang kontrol harus diperiksa kakinya14 Pasien DM yang datang kontrol harus selalu diperiksa kadar gula darahnya15 Pasien DM harus diperiksa kadar HbA1C setiap tiga bulan16 Pasien DM harus di kontrol retina matanya setiap enam bulan17 Pasien DM harus diberi passport DM untuk mencatat kegiatan

penatalaksanaan DMnya sehari-hari18 Pasien DM harus ditelpon untuk diingatkan kedatangan kontrolnya oleh

manajer kasus19 Sedapat mungkin klinik menyelenggarakan pertemuan antar pasien sebulan

sekali20 Sedapat mungkin klinik menyelenggarakan senam DM seminggu sekali untuk

pasien dan keluarganya

21. Seberapa seringkah anda menanggani pasien DM dalam 1 minggu?a. Tidak Pernah b.1-5 pasien c.6-10 pasien d.10-15 pasien e.>15 pasien

22. Menurut Anda, apakah sarana edukasi yang paling efektif untuk pasien DM di KDK?a. Konseling b. Penyuluhan c. Media cetak (leaflet) d. Media elektronik (video) e. Lainnya,......

23. Apa saran anda untuk meningkatkan edukasi dan motivasi pasien DM di KDK?

…………………………………………………………………………………………………………….

TERIMAKASIH ATAS PARTISIPASINYA

A-5

Page 30: Laporan QA B2 (Repaired)

Form Intervensi

Daftar Tilik Edukasi dan Motivasi Pasien DM dan KeluargaKlinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Indonesia Kayu Putih

Jl. Pondasi no. 22, Cipinang, Jakarta TimurNama Pasien:Usia:No RM:Pelaku Rawat:

Tgl.Edukato

rTopik

Yang Menerima Edukasi

Ket

Paraf

    Pengetahuan umum mengenai diabetes    

   (definisi, tipe 1, tipe2, penyakit kronis dan familial, sindrom metabolik)    

    Diet DM        (jadwal, jumlah,jenis)        Aktifitas Fisik        (jenis, intensitas, frekuensi)        Obat hypoglikemia oral        (jenis, cara kerja, efek samping, cara minum obat)        Insulin        (jenis, cara menyuntik dan penyesuaian dosis)        Hipoglikemia dan ketoasidosis diabetikum        (gejala dan tata laksana)        Monitor test gula darah        (GDP, GDPP, HbA1C, target gula darah dan pencatatan)        Perawatan Kaki        (gunting kuku, cara perawatan luka, pemilihan alas kaki)        Komplikasi        (Jantung, ginjal, stroke, mata dan saraf)        Kontrol dan Konsultasi lebih lanjut sesuai keperluan    

   (screening, kontrol ke bagian gizi, mata, gigi, dll sesuai keperluan)      

Peran keluarga dalam penanganan DM

A-6