Top Banner
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS XD SMA N 13 MERANGIN TAHUN AJARAN 2017/ 2018 OLEH DESTRI SARAGIH, S.Pd
48

laporan Ptk destri saragih merangin

Apr 16, 2017

Download

Education

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: laporan Ptk destri saragih merangin

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INKUIRIUNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM

MENYELESAIKAN SOAL PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS XD SMA N 13 MERANGIN

TAHUN AJARAN 2017/ 2018

OLEH

DESTRI SARAGIH, S.Pd

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 13 MERANGIN

Page 2: laporan Ptk destri saragih merangin

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan salah satu dunia komunikasi tersendiri antara guru dengan

siswa, dimana guru dan siswa dapat saling bertukar pikiran untuk mengembangkan ide-ide.

Matematika sebagai salah satu pelajaran yang diajarkan setiap jenjang pendidikan, yang

dalam proses pembelajarannya bukan semata-mata hanya menghafal melainkan pemahaman

terhadap konsep. Kondisi ideal tentang tujuan pembelajaran matematika, kondisi

pembelajaran matematika dapat menumbuh kembangkan sifat kritis dan analitis.

Berdasarkan PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006, Mata pelajaran matematika

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam

pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam

membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model

matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah

Pada kenyataannya pembelajaran matematika disekolah penulis masih memunculkan

beberapa masalah seperti, siswa kurang mampu dalam menyelesaikan soal yang berbeda dari

contoh yang diberikan, rendahnya motivasi belajar siswa dalam belajar matematika, Siswa

sering mencontek tugas temannya, rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal,

Page 3: laporan Ptk destri saragih merangin

siswa sering mendapat nilai rendah ketika ulangan harian dan rendahnya aktivitas dan hasil

belajar.

Masalah di atas disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, siswa kurang fokus

terhadap materi pelajaran yang disampaikan ketika proses belajar mengajar, siswa kurang

mampu memahami materi prasyarat yang berkaitan dengan materi yang akan diberikan,

sertakurangnya fasilitas yang menunjang proses belajar dan hanya mengandalkan teman yang

dianggap mampu menyelesaikan.

Di antara permasalahan yang penulis paparkan di atas yang paling esensial adalah

rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi sistem persamaan

linear dua variabel. Masalah ini tentukan tidak dapat dibiarkan saja karena berdampak

kepada akan semakin rendahnya kemampuan siswa, siswa akan tidak dapat melanjutkan

materi yang selanjutnya yang terkait dan rendahnya hasil belajar siswa.

Sebagai guru pembimbing pelajaran matematika penulis mencoba mencarikan

alternatif solusi pemecahan masalah melalui penggunaan beberapa model pembelajaran

seperti strategi pembelajaran discorveri inkuiri, metode diskusi, metode pembelajaran inkuiri

dan metode terbimbing.

Persamaan linear dua variabel merupakan pokok bahasan yang diajarkan di SMA

kelas X dan sangat nyata dialami dalam kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini menyebabkan

materi persamaan linier dua variabel akan dapat dikenal oleh siswa, namun bukan berarti

semua siswa memahami materi tersebut dan dapat menyelesaikan masalah dengan benar.

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode pembelajaran inkuiri untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi sistem persamaan

linear dua variabel. Adapun alasan pengambilan model ini karena metode pembelajaran

inkuiri memiliki keunggulan – keunggulan teoritis sebagai berikut:

1. Metode inkuiri dapat mengembangkan kemampuan intelektual siswa.

Page 4: laporan Ptk destri saragih merangin

2. Metode inkuiri dapat juga mengembangkan seluruh potensi yang ada, termasuk

pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah apakah

metode pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan

soal pada materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas XD SMA N 13 Merangin

tahun ajaran 2017/ 2018?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah Penggunaan metode pembelajaran

inkuiri untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi

bilangan berpangkat negatif di kelas XD SMA N 13 Merangin tahun ajaran 2017/ 2018.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat teoretis:

• Dari Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memunculkan teori bahwa metode

pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan

soal – soal yang diberikan.

• Hasil PTK ini dapat dijadikan dasar bagi penelitian selanjutnya.

Manfaat praktis:

a. Bagi siswa:

• Siswa dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal – soal yang

diberikan.

b. Bagi Guru:

Page 5: laporan Ptk destri saragih merangin

• Guru matematika dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal –

soal yang diberikan dengan menggunakan media yang tepat

• Guru mata pelajaran lain dapat memanfaatkan hasil PTK ini dan terinspirasi untuk

melakukan PTK juga.

c. Bagi sekolah:

• Sekolah dapat menjadikan hasil PTK sebagai masukan dalam upaya meningkatkan

kualitas pembelajaran dan hasil belajar siswa.

Page 6: laporan Ptk destri saragih merangin

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hakekat Pembelajaran Matematika

Disadari bahwa kegiatan belajar merupakan sumber pengetahuan dan kemampuan

seseorang, karena itu kegiatan belajar perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh.

Dengan belajar, kemampuan intelektual akan terus berkembang. Melalui belajar pengetahuan,

kecakapan, keterampilan, sikap dan kebiasaan akan terbentuk menuju arah kesempurnaan.

Menurut Hudojo (1988: 1) bahwa “Belajar merupakan suatu proses aktif dalam

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah

laku”. Berarti seseorang dikatakan belajar apabila dia dapat mengerjakan sesuatu yang

sebelumnya ia tidak dapat mengerjakannya. Kegiatan yang disertai dengan usaha dari yang

tidak tahu merupakan proses belajar dan perubahan tingkah laku itu sendiri merupakan hasil

belajar.

Menurut Sagala (2003: 61), pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah,

mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh

peserta didik atau murid.

Pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari bagaimana proses pembelajaran atau

materi pembelajaran itu umum atau khusus dikelola. Ada dua kegiatan kegiatan pokok dalam

proses belajar-mengajar yaitu pembelajaran pada siswa dan cara guru mengajar.

Peran guru adalah sebagai pembimbing dan fasilitator sedangkan siswa sebagai

subjek. Sebagai fasilitator belajar peran guru adalah memberikan informasi kepada siswa

sebagai subjek, menunjukkan kekurangan-kekurangan siswa serta cara perbaikannya.

Sedangkan guru sebagai pembimbing belajar adalah tempat bertanya bagi siswa yang

mengalami kesulitan belajar, memberikan bantuan dan motivasi melalui penghargaan dan

teguran.

Page 7: laporan Ptk destri saragih merangin

Dimiyati dan Mudjiono (dalam Sagala, 2003 : 62) mengatakan bahwa pembelajaran

adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruktisional, untuk membuat siswa

belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Dari uraian di atas, pembelajaran merupakan penyiapan atau penciptaan sistem

lingkungan serta rancangan serangkaian kegiatan belajar yang melibatkan siswa untuk aktif

dalam memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya.

Pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang

melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar

yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode agar program belajar matematika

tumbuh dan berkembang secara optimal.

Didasari dari Suparno, 1997 pembelajaran matematika beracuan konstruktivisme

dikembangkan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Pengetahuan bagi individu adalah hasil konstruksi individu sendiri.

2. Individu dapat mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomen,

pengalaman, dan lingkungannya.

3. Pengetahuan yang benar apabila pengetahuan hasil konstruksi itu dapat digunakan untuk

memecahkan masalah atau fenomen yang relevan.

4. Pengetahuan tidak dapat ditransfer oleh seseorang dari orang lain, melainkan melalui

proses interpretasinya masing-masing.

5. Pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa, baik secara personal maupun sosial.

6. Perubahan konsep ke arah yang lebih rinci, lengkap, dan ilmiah terjadi apabila proses

konstruksi berlangsung terus menerus.

7. Peran guru dalam pembelajaran beracuan konstruktivisme adalah sekedar membantu

menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi pengetahuan berjalan dengan baik.

8. Pengetahuan individu tersimpan dalam struktur kognitifnya, didapat melalui proses

mengonstruksi secara fisik dan mental dalam lingkungan fisik dan sosial.

9. Pengetahuan hasil konstruksi sebagai struktur kognitif individu, tertanam sebagai struktur

logis dan matematis yang bersifat abstrak berasal dari dua kemungkinan abstraksi, yaitu

(1) abstraksi dari objek secara langsung yang menghasilkan pengetahuan empiris atau

Page 8: laporan Ptk destri saragih merangin

eksperimental, dan (2) abstraksi atas dasar koordinasi, relasi, operasi, penggunaan, yang

tidak langsung keluar dari sifat-sifat objek.

10. Pengetahuan baru dapat dengan mudah dikonstruksi oleh individu apabila terjadi asosiasi

dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Dengan demikian, tugas guru adalah

membangkitkan kembali pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa.

11. Pengetahuan baru akan lebih mudah dikonstruksi oleh siswa apabila diawali dari hal yang

konkrit dan ini lebih baik dari pada pengetahuan awal yang abstrak.

4.2. Materi esensial dalam Pembelajaran Matematika

2.2.1 Pengertian persamaan linear dua variabel

Sistem persamaan linear dua variabel, atau sering disingkat sebagai SPLDV,

seringkali digunakan untuk memecahkan permasalahan di sekitar kita. Sebelum kita

mempelajari SPLDV, sebaiknya kita kenal dulu persamaan linear dua variabel.

Persamaan linear dua variabel adalah persamaan linear yang memiliki dua variabel,

dengan pangkat masing-masing variabel adalah satu. Persamaan Linear Dua Variabel

memiliki bentuk umum : ax + by = c

Dengan a, b, dan c adalah konstanta, x dan y adalah variabel

contoh :

a. x – y =0

b. 2m + n =4

Misalkan akan dicari penyelesaian dari 2m + n = 4.

Bila m = 0, maka 0 + n = 4 Penyelesaiannya adalah (0,4)

Bila m = 1, maka 2.1 + n = 4, sehingga n=2, Penyelesaiannya adalah (1,4).

Bila m = 2, maka 2.2 + n =4, sehingga n=0, Penyelesaiannya adalah (2,0).

Demikian untuk seterusnya.

2.2.2 Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Setelah mengenal persamaan linear dua variabel, selanjutnya kita lanjutkan

pembahasan kita ke Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPL2V).

Page 9: laporan Ptk destri saragih merangin

Sistem Persamaan Linear Dua Variabel  adalah dua buah persamaan linear dua

variabel yang mempunyai satu penyelesaian.

Bentuk umumnya seperti berikut :

a1x + b1y = c1

a2x  + b2y = c2

Dengana1, b1,  a2, b2 adalah koefisienserta x dan y adalah variabel.

Contoh :

x – y =4 … (i)

x + y =6 … (ii)

Persamaan (i) dan (ii) disebut sistem persamaan linear dua variabel karena kedua

persamaan tersebut memiliki satu penyelesaian yaitu (5,1)

2.2.3 Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Sistem persamaan linear dua variabel dapat diselesaikan dengan

a. Metode Subtitusi

Bila menggunakan metode subtitusi dapat menggantikan suatu variabel dengan

variabel dari persamaan lain.

Contoh :

2x – y = 6 ……..(i)

x + y = 3 ……..(ii)

Langkah awal

Ubahlah salah satu persamaan dalam bentuk X = …. Atau y = ….

Dari persamaan (i), kita dapat memperoleh : 2x – 6 = y

Langkah  kedua

Subtitusikan persamaan diatas ke perssamaan (ii) sehingga diperoleh :

x + (2x – 6) = 3

Page 10: laporan Ptk destri saragih merangin

3x – 6 = 3

3x = 9

x = 3

Langkah Ketiga

Nilai x = 3 disubtansikan ke persamaan (i) atau ke persamaan (ii).

Misalkan x = 3 disubtansikan ke persamaan (i), diperoleh :

2.3 – y =6

6 – y = 6

y = 6-6

y = 0

b. Metode Eliminasi

Metode eliminasi dilakukan dengan cara menghilangkan salah satu variabel

Contoh :

2x – y = 6 …. (i)

x + y = 3 …. (ii)

Langkah awal

mulailah dengan menghilangkan variabel x

2x – y = 6 | x 1 |2x – y = 6

x + y = 3 |x 2 | 2x + 2y = 6

-3 y = 0

y = 0

Langkah Kedua

hilangkan variabel y

2 x – y  = 6

Page 11: laporan Ptk destri saragih merangin

      x + y = 3

        3x = 9

x = 3

Jadi, penyelesaiannya adalah x = 3 dan y = 0, ditulis HP = {(3,0)}

c. Metode Grafik

Dengan metode grafik harus menggambar grafik dari kedua persamaan, kemudian

titik potong kedua grafik tersebut merupakan penyelesaian dari sistem persamaan

linear dua variabel.

Contoh :

2x – y = 6

x + y = 3

Langkah awal

gambarlah grafik persamaan 2x – y = 6.

kita harus menentukan terlebih dahulu titik potong grafik terhadap sumbu X dan

sumbu Y.

1) titik potong terhadap sumbu X, maka y= 0

2x – y = 6

2x – 0 = 6

2x = 6

x = 3

2) titik potong terhadap sumbu Y, maka  x = 0.

x + y = 3

0 + y = 3

Page 12: laporan Ptk destri saragih merangin

y = 3

titik potong terhadap Y adalah (0,3).

d. Metode campuran dari metode eliminasi dan subtitusi

Cara menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dapat dilakukan dengan

metode campuran dari eliminasi dan subtitusi.

Contoh :

2x – y = 3 ….. (i)

x + y = 3 ….. (ii)

Langkah awal : metode eliminasi

hilangkan variabel x

2x – y = 6 |x 1 |2x – y  = 6

x + y = 3 |x 2 | 2x + 2y = 6

-3y = 0

y = 0

Langkah kedua : metode subtitusi

masukkan nilai y = 0 ke persamaan (i) atau ke persamaan ke (ii), misalkan nilai y = 0

dimasukkan ke persamaan (i).

2x – 0 = 6

2x = 6

x  = 3

jadi, penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel diatas adlah x = 3 dan y = 0,

dituliskan HP = {(3,0)}

Page 13: laporan Ptk destri saragih merangin

2.2.4 Penggunaan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

Penggunaan sistem persamaan linear satu variabel juga dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

Contoh :

harga 4 buah buku tulis dan 3 buah pensil adalah Rp. 25. 000,00. harga 2 buah buku tulis dan

7 buah pensil adalah Rp. 29.000,00. berapakah harga 2 lusin buku tulis dan 4 lusin pensil ?

Penyelesaian:

Misalkan, harga sebuah buku tulis dilambangkan x dan harga sebuah pensil dilambangkan y.

Dengan demikan diperoleh :

4x + 3y = Rp25.000,00 …. (i)

2x + 7y = Rp 29.000,00 …. (ii)

Misalkan sistem persamaan linear dua variabel diatas akan diselesaikan dengan metode

eliminasi.

Langkah awal

Hilangkan variabel x

4x + 3y = 25.000|x 1|4x + 3y  = 25.000

2x + 7 y = 29.000|x 2|4x+14y = 58.000

                                    -11 y = – 33.000

y  = 3. 000

Langkah kedua

kita dapat  menggunakan metode substitusi.

Masukkan nilai y = 3. 000 ke salah satu persamaan. Misalkan (i), diperoleh :

4x + 3.3000 = 25.000

4x = 25.000 – 9.000

x = 4.000

Page 14: laporan Ptk destri saragih merangin

Dengan demikian, diperoleh bahwa harga sebuah buku tulis adalah Rp4.000,00 dan harga

sebuah pensil adalah Rp3.000,00. harga 2 lusin buku tulis dan 4 lusin pensil adalah :

= 2. 12.Rp4.000,00 + 4.12.Rp3.000,00

= 24. Rp4.000,00 + 48.Rp3.000,00

= Rp96.000,00 + Rp144.000,00

=Rp240.000,00

Jadi harga 2 lusin buku tulis dan 4 lusin pensil adalah Rp240.000,00

2.3. Metode Pembelajaran

Ada dua kegiatan pokok dalam proses mengajar yaitu pembelajaran pada siswa dan

cara mengajar guru. Sanjaya (2006: 145) mengatakan bahwa: “Metode adalah cara yang

digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata

agar tujuan yang telah tercapai secara optimal”.

Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian informasi dari pengajar terhadp

peserta didik. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan beberapa pengertian

pembelajaran menurut para ahli, antara lain:

a. Dimyati dan Mudjiono (dalam sagala, 2003: 62) mengatakan bahwa Pembelajaran

adalah kegiatan guru secara terpogram dalam desain instruksional, untuk membuat

siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

b. Sagala (2003: 61) mengatakan bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi dua

arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik sedangkan belajar dilakukan

oleh para peserta didik sebagai murid.

c. Sanjaya (2006: 49) mengatakan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang

bertujuan yaitu membelajarkan siswa.

Sesuai dengan pendapat beberapa ahli di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

metode pembelajaran adalah suatu cara atau teknik mengajar sebagai interaksi antara

Page 15: laporan Ptk destri saragih merangin

pengajar dengan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar dapat mencapai

tujuan pengajaran.

Metode pembelajaran akan mempengaruhi minat, prestasi dan kemampuan

pembelajaran. Guru perlu mengetahui apa tujuan mengajar, bahan yang akan diajarkan,

fasilitas apa yang digunakan sehingga metode pembelajaran yang digunakan cocok dengan

yang diharapkan. Makin efektif metode pembelajaran yang digunakan, akan semakin efektif

pula pembelajaran yang dilaksanakan dalam mencapai tujuan.

Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi perlu digunakan dalam upaya

menarik perhatian siswa dalam meningkatkan kegiatan belajar siswa. Sanjaya (2006: 50)

menyatakan bahwa: “Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung

pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik dan taktik pembelajaran”. Ada

beberapa jenis metode yang dapat digunakan guru dalam mengajar diantaranya metode

ceramah, metode latihan, metode kooperatif, metode diskusi dan masih banyak lagi yang

dapat digunakan dalam pengajaran.

Penggunaan metode mengajar yang tepat menambah tingkah laku pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran. Dengan demikian tugas guru adalah memilih metode pembelajaran

untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, maka metode pembelajaran yang dibicarakan

dalam penelitian hanyalah metode inkuiri.

2.4. Metode Pembelajaran Inkuiri

Dalam bahasa Inggris inquiri berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan.

Metode inkuri adalah metode pencarian kebenaran, informasi atau tentang sesuatu, membuat

hipotesis, merancang, mengumpylkan dan menganalisis serta menarik kesimpulan. Metode

inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada,

termasuk pengembangan emosional dan pengembangan keterampilan , dalam hal ini, guru

Page 16: laporan Ptk destri saragih merangin

hanya berfungsi sebagai sumber informasi data yang diperlukan atau bertindak sebagai

fasilitator pengalaman-pengalaman belajar serta menciptakan atau mengatur kondisi-kondisi

sedemikian rupa sehingga para siswa terangsang untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan

tentang topik atau peristiwa yang sedang dibahas. Metode ini mengembangkan stategi

meneliti, nilai dan sikap siswa untuk meneliti.

Gulo (2002: 85) mengatakan bahwa sasaran utama kegiatan mengajar pada metode ini

adalah:

- Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan belajar disini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.

- Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.

- Mengembangkan sikap pada diri sendiri (self believe) tentang apa yang ditemukan

dalam proses inkuiri.

Dimyati (1988: 88) mengatakan bahwa: “Metode inkuiri bertujuan membantu siswa

mengembangkan disiplin intelektual yang diperlukan untuk mencari data memproses data,

mengembangkan cara berfikir alamiah”.

Pada metode inkuiri, kegiatan belajar mengajar diawali dengan menghadapakan siswa

pada maslah yang merangsang, hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan presentasi verbal

atau pengalaman nyata, atau biasa dirancang sediri oelh guru. Jika siswa menunjukkan

reaksinya maka guru berusaha menarik perhatian mereka terhadap hal-hal yang berbeda

(sudut pandang, cara penerimaan mereka, cara mereka mengorganisasi stimulus, dan

perasaan mereka). Jika siswa sudah menunjukkan perhatian dan minatnya dengan cara yang

dinyatakan oleh reaksi mereka yang berbeda, guru mengarahkan mereka untuk merumskan

dan menyusun masalah.

Munculnya reaksi mereka sangat tergantung pada bahan stimulasi yang persentasikan

oleh guru. Bahan tersebut sebagai pendahuluan dari bahan pengajaran harus terkait dengan

pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa, bahan ini disebut advanced organizer.

Ketidakterkaitan materi dengan apa yang telah diperoleh siswa menyebabkan pelajaran terasa

Page 17: laporan Ptk destri saragih merangin

asing dan tidak menarik bagi siswa. Untuk maksud tersebut, maka bahan sajian merupakan

gambaran menyeluruh tapi singkat terhadap apa yang ditemukan dalam pelajaran yang

disajikan.

Selanjutnya, siswa diarahkan pada usaha mereka mampu menganalisis,

mengorganisasikan kelompok mereka, bekerja dan melaporkan hasilnya. Akhirnya siswa

mengevaluasi sendiri penyelesaiannya dalam hubungannya dengan tujuan semula. Lingkaran

ini berulang dengan sendirinya, walaupun dalam situasi yang lain atau dalam menghadapi

masalah baru di luar penyelidikan mereka.

Gulo (2002 : 86) mengatakan bahwa peranan utama guru dalam menciptakan kondisi

inkuiri adalah sebagai berikut:

- Motivator, yang memberi rangsangan supaya siswa aktif dan gairah berfikir.

- Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berfikir

siswa.

- Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan

memberi keyakinan pada diri sendiri.

- Administrator, yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan di dalam kelas.

- Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berfikir siswa pada tujuan yang diharapkan.

- Manejer, yang mengelola sumber beljar, waktu, dan organisasi kelas.

- Rewarder, yang memberi pengaharapan pada prestasi yang dicapai dalam rangka

peningkatan semangat heuristik pada siswa.

Supaya guru dapat melakukan peranannya secara efektif maka pengenalan

kemampuan siswa sangat diperlukan, terutama cara berfikirnya, cara mereka menanggapi dan

sebagainya.

Untuk merangsang kegiatan berfikir peserta didik, maka perlu diketahui dan

bagaimana cara berfikirnya. Hanya dengancara demikian dapat dikembangkan kemampuan

berfikir siswa dalam proses inkuiri.

Menurut Sumanti dan Permana (1998: 165) mengatakan bahwa metode inkuiri

memiliki kelebihan dan kelemahan yaitu :

Page 18: laporan Ptk destri saragih merangin

1. Kelebihan metode inkuiri

- Menekankan kepada proses pengolahan informasi oleh peserta didik itu sendiri.

- Membuat konsep diri peserta didik bertambah dengan penemuan-penemuan yang

diperoleh.

- Memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan

penguasaan keterampilan proses kognitif pada peserta didik.

2. Kelemahan metode inkuiri

- Tidak sesuai dengan kelas yang besar jumlah peserta didiknya.

- Memerlukan fasilitas yang memadai

- Sangat sulit mengubah cara belajar peserta didik dari kebiasaan menerima informasi

dari guru menjadi aktif mencari dan menemukan sendiri.

Tahap-tahap melaksanakan pembelajaran inkuiri diperlukan tahap-tahap yang

memudahkan. Beberapa pendapat para ahli mengenai tahap-tahap pembelajaran dengan

metode inkuiri.

a. Roestiyah dan Soeharto (1985: 75) mengemukakan langkah-langkah pelaksanaan metode

inkuiri sebagai berikut:

1. Guru memberi tugas meneliti suatu masalah di kelas.

2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok mendapat

tugas tertentu.

3. Siswa mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya dalam kelompok.

4. Siswa mendiskusikan hasil kerja mereka dalam kelompok dan membuatnya tersusun

dengan baik.

5. Melaporkan hasil kerja kelompok ke depan kelas, sehingga terjadi berdiskusi yang

luas.

6. Siswa merumuskan kesimpulan sendiri.

Page 19: laporan Ptk destri saragih merangin

b. Sagala, Syaiful (2003: 197) menyatakan ada 5 tahap yang ditempuh dalam melaksanakan

metode inkuiri yakni :

1. Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa.

2. Menetapkan jawaban sementara.

3. Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan.

4. Menarik kesimpulan.

5. Mengaplikasikan kesimpulan/generalisasi dalam situasi baru.

c. Nurhadi (2004: 123) menyatakan bahwa inkuiri terdiri dari beberapa siklus yaitu:

1. Observasi

2. Bertanya

3. Mengajukan dugaan

4. Pengumpulan data

5. Penyimpulan

Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan langkah-langkah pelaksanaan

proses belajar mengajar dengan menggunakan metode inkuiri adalah :

1. Guru memberi tugas meneliti masalah di kelas untuk dipecahklan siswa.

2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing mendapat tugas

tertentu.

3. Siswa mempelajari, meneliti atau mebahas tugasnya dalam kelompok.

4. Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan

dalam kelompok masing-masing.

5. Melaporkan hasil kerja kelompok ke depan kelas, sehinggga terjadi berdiskusi yang

luas.

6. Siswa merumuskan kesimpulan sendiri.

Page 20: laporan Ptk destri saragih merangin

2.5. Hasil Belajar

2.5.1 Pengertian Hasil Belajar

Untuk mengetahui perkembangan sampai di mana hasil yang telah dicapai oleh

seseorang dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang

dicapai maka harus ada kriteria (patokan) yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan

sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap

keberhasilan belajar siswa.

Hasil belajar siswa menurut W. Winkel (dalam buku Psikologi Pengajaran 1989:82) 

adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang

mewujudkan dalam bentuk angka.

Menurut Winarno Surakhmad (dalam buku, Interaksi Belajar Mengajar, (Bandung:

Jemmars, 1980:25)  hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes.

Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan

keberhasilan siswa.

Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah prestasi

belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu

perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses

belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan

dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada

kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses

belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan

pembelajaran khususnya dapat dicapai.

Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu

mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian

formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran

khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada

guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program

Page 21: laporan Ptk destri saragih merangin

remedial bagi siswa yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar

dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran  khusus dari bahan

tersebut. 

2.5.2 Indikator Hasil Belajar Siswa

Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

a.  Ketercapaian Daya Serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara

individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serap ini biasanya

dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)

b.   Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara

individual maupun kelompok.

Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (dalam

buku  Strategi Belajar Mengajar 2002:120)  indikator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur

keberhasilan adalah daya serap.

2.5.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal.  Secara umum Hasil belajar

dipengaruhi 3 hal atau faktor Faktor-faktor tersebut akan saya uraikan dibawah ini, yaitu : 

1. Faktor internal (faktor dalam diri) 

2. Faktor eksternal (faktor diluar diri) 

3. Faktor pendekatan belajar 

Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi Hasil belajar yang pertama adalah Aspek

fisiologis. Untuk memperoleh hasil Hasil belajar yang baik, kebugaran tubuh dan kondisi

panca indera perlu dijaga dengan cara : makanan/minuman bergizi, istirahat, olah raga.

Tentunya banyak kasus anak yang prestasinya turun karena mereka tidak sehat secara fisik.

Page 22: laporan Ptk destri saragih merangin

Faktor internal yang lain adalah aspek psikologis. Aspek psikologis ini meliputi :

inteligensi, sikap, bakat, minat, motivasi dan kepribadian. Factor psikologis ini juga

merupakan factor kuat dari Hasil belajar, intelegensi memang bisa dikembangkang, tapi

sikap, minat, motivasi dan kepribadian sangat dipengaruhi oleh factor psikologi diri kita

sendiri. Oleh karena itu, berjuanglah untuk terus mendapat suplai motivasi dari lingkungan

sekitar, kuatkan tekad dan mantapkan sikap demi masa depan yang lebih cerah.

Faktor eksternal

Selain faktor internal, Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor

eksternal meliputi beberapa hal, yaitu: 

1. Lingkungan sosial, meliputi : teman, guru, keluarga dan masyarakat. 

Lingkungan sosial, adalah lingkungan dimana seseorang bersosialisasi, bertemu dan

berinteraksi dengan manusia disekitarnya. Hal pertama yang menjadi penting dari lingkungan

sosial adalah pertemanan, dimana teman adalah sumber motivasi sekaligus bisa menjadi

sumber menurunnya prestasi. Posisi teman sangat penting, mereka ada begitu dekat dengan

kita, dan tingkah laku yang mereka lakukan akan berpengaruh terhadap diri kita. Kalau kalian

sudah terlanjur memiliki lingkungan pertemanan yang lemah akan motivasi belajar, sebisa

mungkin arahkan teman-teman kalian untuk belajar. Setidaknya dengan cara itu kaluan bisa

memposisikan diri sebagai seorang pelajar. 

Guru, adalah seorang yang sangat berhubungan dengan Hasil belajar. Kualitas guru di

kelas, bisa mempengaruhi bagaimana kita balajar dan bagaimana minat kita terbangun di

dalam kelas. Memang pada kenyataanya banyak siswa yang merasa guru mereka tidak

memberi motivasi belajar, atau mungkin suasana pembelajaran yang monoton. Hal ini

berpengaruh terhadap proses pembelajaran.

Keluarga, juga menjadi faktor yang mempengaruhi Hasil belajar seseorang. Biasanya

seseorang yang memiliki keadaan keluarga yang berantakan (broken home) memiliki

Page 23: laporan Ptk destri saragih merangin

motivasi terhadap prestasi yang rendah, kehidupannya terlalu difokuskan pada pemecahan

konflik kekeluargaan yang tak berkesudahan. Maka dari itu, bagi orang tua, jadikanlah rumah

keluarga kalian surga, karena jika tidak, anak kalian yang baru lahir beberapa tahun lamanya,

belum memiliki konsep pemecahan konflik batin yang kuat, mereka bisa stress melihat

tingkah kalian wahai para orang tua yang suka bertengkar, dan stress itu dibawa ke dalam

kelas.

Yang terakhir adalah masyarakat, sebagai contoh seorang yang hidup dimasyarakat

akademik mereka akan mempertahankan gengsinya dalam hal akademik di hadapan

masyarakatnya. Jadi lingkungan masyarakat mempengaruhi pola pikir seorang untuk

berprestasi. Masyarakat juga, dengan segala aktifitas kemasyarakatannya mepengaruhi

tidakan seseorang, begitupun juga berpengaruh terhadap siswa dan mahasiswa. 

2. Lingkungan non-sosial, meliputi : kondisi rumah, sekolah, peralatan, alam (cuaca). Non-

sosial seperti hal nya kondiri rumah (secara fisik), apakah rapi, bersih, aman, terkendali dari

gangguan yang menurunkan Hasil belajar. Sekolah juga mempengaruhi Hasil belajar, dari

pengalaman saya, ketika anak pintar masuk sekolah biasa-biasa saja, prestasi mereka bisa

mengungguli teman-teman yang lainnya. Tapi, bila disandingkan dengan prestasi temannya

yang memiliki kualitas yang sama saat lulus, dan dia masuk sekolah favorit dan berkualitas,

prestasinya biasa saja. Artinya lingkungan sekolah berpengaruh. cuala alam, berpengaruh

terhadap hasil belajar. 

2.5.4 Penilaian Hasil Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain mengungkapkan, “bahwa untuk

mengukur dan mengevaluasi hasil belajar siswa tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi

belajar”.

Berdasarkan tujuan dan ruang lingkunya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke

dalam jenis penilaian, sebagai berikut:

 (1) Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu

dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan

Page 24: laporan Ptk destri saragih merangin

tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dalam waktu

tertentu; (2) Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah

diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap

siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar atau hasil belajar siswa. Hasil tes

subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan diperhitungkan

dalam menentukan nilai rapor; (3) Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap

siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu

atau dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat

keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes sumatif ini

dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking) atau sebagai ukuran

mutu sekolah. 

Page 25: laporan Ptk destri saragih merangin

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

3.1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XD SMA N 13 Merangin dengan jumlah

siswa 28 orang dengan rincian laki – laki sebanyak 16 orang dan perempuan 12 orang.

3.2. Seting Penelitian (tempat dan waktu)

3.2.1 Tempat Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian di SMA N 13

Merangin kelas XD. SMA N 13 Merangin berdiri pada tahun 2006 di Desa Suko Rejo

Kecamatan Margo Tabir Kabupaten Merangin. Pada saat ini SMA ini memiliki 12 rombel,

yang dipimpin oleh kepala sekolah Hartono, S.Pd, M.Pd.

SMA N 13 Merangin memiliki jumlah 34 orang guru dan 1 orang kepala TU serta 2

orang staf TU, dengan jumlah siswa 320 orang. SMA N 13 Merangin memiliki beberapa

prestasi sekolah seperti: pada bidang olahraga. Pada tahun 2016 ini SMA N 13 Merangin

memdapat prestasi juara 2 UKS tingkat kabupaten, menjadi sekolah adiwiyata, serta bintang

satu untuk kantin sehat.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selam 4 bulan dari bulan September – Desember 2017 dengan

rincian kegiatan sebagai berikut:

No. Uraian kegiatan September Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perencanaan Siklus I v v

2 Pelaksanaan tindakan Siklus I v v

Page 26: laporan Ptk destri saragih merangin

3 Observasi Siklus I v v

4 Refleksi Siklus I v

5 Perencanaan Siklus II v v

6 Pelaksanaan tindakan Siklus

II

v v

7 Observasi Siklus II v v

8 Refleksi Siklus II v

9 Penyususnan Laporan

Penelitian

v v

10 Seminar hasil PTK v

11 Revisi Laporan PTK V

3.3 Prosedur Penelitian

1. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi keaktifan dan lembar observasi

pelaksanaan pembelajaran inkuir.

2. Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus, satu siklus dilaksananakan untuk 2 kali

pertemuan. Pada proses pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran

matematika dengan materi yang akan diberikan adalah Sistem Persamaan Linear Dua Varibel

(SPLDV)

3. Observasi

Page 27: laporan Ptk destri saragih merangin

Dilakukan selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang

telah disiapkan dan mencatat kejadian – kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi

dengan membuat lembar catatan lapangan.

4. Refleksi

Refleksi pada tindakan ini adalah menganalisis hasil yang diperoleh yaitu hasil yang

berasal dari observasi dan tes. Selanjutnya hasil analisis digunakan untuk menentukan

langkah selanjutnya, apakah siklus dua diperlukan atau tidak. Data ini dianalisis sesuai

dengan kriteria yang ditetapkan di analisis data.

Prosedur Penelitian Siklus I

Alur Proses Penelitian Putaran I

Alur proses putaran I dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar Prosedur Penelitian Siklus I

1.Penjajagan

Awal

Keadaan sebelum dilakukan metode inkuiri

Keadaan sesudah dilaksanakan metode

inkuiri

Hasil Akhir

3.Pelaksanaan metode inkuiri

Nilai Nilai

Observasi/ Evaluasi

Steam and Leaf Box-Plot

Upaya perubahan dengan dilaksanakan

ObservasiObservasi

5.Refleksi

2.Rencana pembelajaran

4.Obsevasi/ evaluasi

Page 28: laporan Ptk destri saragih merangin

Keterangan gambar:

1. Peneliti melakukan penjajagan awal

Kegiatan observasi untuk mengetahui bagaimana proses belajar mengajar matematika di

sekolah itu dan untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh siswa sewaktu

pembelajaran serta bagaimana hasil belajar matematika siswa.

2. Peneliti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

Menyusun rancangan pembelajaran materi persamaan dan pertidaksamaan linier satu

variabel, membuat soal tes yang diberikan pada akhir tindakan, menyusun alat

pemantauan yaitu pedoman observasi untuk mencatat segala kegiatan yang sedang

berlangsung.

3. Guru melakukan proses pembelajaran

Pada proses pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada siswa.

b. Memberitahukan kepada siswa materi yang akan dipelajari, dan siswa diberi

pengarahan bagaimana pelaksanaan pembelajran dengan metode inkuiri.

c. Membimbing siswa belajar menggunakan metode inkuiri dengan cara penyajian

masalah, mengarahkan siswa pada usaha supaya siswa tersebut mampu bekerjasama

dalam kelompoknya, membuat kesimpulan dan melaporkan hasil kerjanya.

4. Melakukan pengamatan (observasi) dan evaluasi

Kegiatan observasi dilaksanakan peneliti dengan satu orang observer. Observer

bertugas mengobservasi aktivitas guru yang kemudian mencatatnya pada lembar

observasi yang telah disediakan. Observasi selama pembelajaran berlangsung hanya

dilakukan untuk melihat aktivitas peneliti dan terutama untuk melihat tingkah laku atau

aktivitas siswa apakah sudah mau memberikan respon sewaktu pembelajaran. Hal ini

dapat dilihat melalui hasil laporan masing-masing kelompok. Hasil laporan setiap

Page 29: laporan Ptk destri saragih merangin

kelompok dikumpul pada akhir pertemuan dan dikembalikan pada pertemuan

selanjutnya. Kegiatan observasi ini dilakukan dengan menggunakan pedoman

observasi.

Evaluasi diadakan pada akhir pembelajaran. Evaluasi ini berupa tes mengenai

penjelasan guru tentang persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel.

5. Melakukan refleksi

Refleksi pada tindakan ini adalah menganalisis hasil yang diperoleh yaitu hasil yang

berasal dari observasi dan tes. Selanjutnya hasil analisis digunakan untuk menentukan

langkah selanjutnya, apakah siklus dua diperlukan atau tidak. Data ini dianalisis sesuai

dengan kriteria yang ditetapkan di analisis data.

Prosedur Penelitian Siklus II

Alur proses penelitian putaran II dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar Prosedur Penelitian Siklus II

Keadaan sebelum dilakukan metode inkuiri

Keadaan sesudah dilaksanakan metode

inkuiri

1.Hasil akhir Ptr.I Hasil Akhir

Observasi

3.Pelaksanaan metode inkuiri

Observasi Obaservasi/

Upaya perubahan dengan dilaksanakan tindakan

Nilai Nilai Steam and Leaf

5. Refleksi

2.Rencana pembelajaran

4.Observasi/

evaluasi

Page 30: laporan Ptk destri saragih merangin

Keterangan gambar:

1. Hasil yang diperoleh putaran I dianalisis oleh peneliti, kemudian diinterpretasi sebagai

dasar untuk pembelajaran berikutnya.

Hasil dari putaran itu adalah hasil dari observasi dan hasil tes yang digunakan menjadi

pedoman dalam pembelajaran berikutnya.

2. Menyusun rencana pembelajaran

Pada tahap ini peneliti menyusun rencana pembelajaran dan alat pemantauan seperti pada

putaran I.

3. Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan melakukan kegiatan-kegiatan pada putaran I.

4. Melakukan observasi dan evaluasi.

Kegiatan observasi dilaksanakan peneliti dan satu orang observer. Observer bertugas

mengobservasi aktivitas peneliti yang kemudian mencatatnya pada lembar observasi yang

telah disediakan. Evaluasi ini berupa tes dan diadakan pada akhir pembelajaran.

5. Melakukan refleksi

Refleksi dilakukan dengan cara menganalisis hasil yang berasal dari observasi,

wawancara dan tes. Selanjutnya hasil analisis digunakan untuk menentukan langkah

selanjutnya, apakah siklus dua diperlukan atau tidak. Data ini dianalisis sesuai dengan

kriteria yang ditetapkan di analisis data.

Pemaknaan dan Pengembangan

Setiap kegiatan harus di evaluasi, karena makna hasil setiap evaluasi akan menjadi

dasar ke program berikutnya. Dalam penelitian ada tiga kali pertemuan dengan tiga rencana

pembelajaran, yang berarti ada tiga kali evaluasi.

Data yang diperoleh akan bermakna jika pengujian dilakukan dengan perbandingan,

perubahan hasil dari awal ke hasil akhir sub putaran pertama, kemudian dari sub putaran

Page 31: laporan Ptk destri saragih merangin

pertama ke sub putaran kedua dan seterusnya, dan dari hasil awal ke hasil akhir putaran

pertama, kemudian dari hasil putaran pertama ke putaran kedua hingga ke putaran ketiga.

Sasaran yang diharapkan adalah perubahan yang semakin cocok kepada pencapaian

tujuan yang berarti pelaksanaan yang semakin mantap dan hasil belajar yang semakin

meningkat.

3.4 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data ada dua,yaitu tes dan nontes.

1. Tes

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes. Tes dilakukan

sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan tes pada siklus II. Pengumpulan data tes untuk

melihat kemampuan siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan. Soal yang digunakan

untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa terhadap materi Sistem Persamaan Linear Dua

Variabel (SPLDV) sebanyak 10 soal sedangkan untuk mengetahui ketercapaian indikator

digunakan 6 soal. Soal tes tersebut dibuat berdasarkan materi yang telah disampaikan dengan

menggunakan metode Inkuiri pada siklus I, dan siklus II. Dari hasil analisis tes ini dapat

diketahui peningkatan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan.

2. Observasi

Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa selama

proses pembelajaran dilaksanakan. Observasi ini dilaksanakan selama proses pembelajaran

berlangsung. Untuk lebih memudahkan dan mengefektifkan pelaksanaan observasi, peneliti

mengamati keadaan siswa dengan memberi tanda check list pada lembar panduan observasi

yang telah disediakan.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap siswa yang berhasil dan siswa yang tidak berhasil

dalam mengerjakan soal pada materi sistem persamaan linear dua variabel. Hal ini

Page 32: laporan Ptk destri saragih merangin

dilaksanakan untuk mengetahui penyebab berhasil atau tidak berhasilnya siswa dalam

mengerjakan soal yang diberikan. Hasil wawancara ini dapat digunakan untuk melakukan

perbaikan pada pembelajaran siklus berikutnya. Kegiatan wawancara dilaksanakan di luar

jam pelajaran efektif.

4. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumentasi foto. Data

yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik ini berupa gambar kegiatan selama proses

pembelajaran berlangsung. Peristiwa yang didokumentasikan diusahakan dapat mewakili

setiap kegiatan dalam pembelajaran sistem persamaan linear dua variabel.

3.5 Teknik Analisis Data

Data penelitian ini dianalisis secara kualitatif.

Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes yaitu observasi, wawancara, jurnal, dan

dokumentasi. Data observasi dan jurnal dianalisis untuk mengetahui kesulitan siswa selama

proses pembelajaran Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Data tersebut juga

digunakan untuk menentukan siswa yang akan diwawancarai. Sementara itu, dokumentasi

digunakan untuk merekam kegiatan siswa dalam proses pembelajaran.

Analisis dilakukan dengan cara memadukan data secara keseluruhan. Analisis dan

pendeskripsian untuk mengungkapkan semua perilaku siswa dan perubahannya selama proses

pembelajaran dari siklus I ke siklus II.