Top Banner
Kelompok C D III Kesehatan Lingkungan Semester 3
73

Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Jun 12, 2015

Download

Education

Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Kelompok CD III Kesehatan LingkunganSemester 3

Page 2: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

1. Sri Ayu Wahyuni (P07133112004)

2. Boby Jati Dewo(P07133112006)

3. Citra Nuraida(P07133112009)

4. Debora Sakti Aquila (P07133112010)

5. Dewanto Suwardi(P07133112011)

6. Faathiroh Mukholifah(P07133112018)

7. Gilang Adhar Rosdianto(P07133112021)

8. Heri Adianto(P07133112022)

1. Ika Nur Rizki(P07133112024)

2. Malikhatul Khariroh

(P07133112031)3. Novita Anggraini

(P07133112038)4. Nurbaiti

(P07133112041)5. Retno Arif Utami

(P07133112050)6. Sri Handayani

(P07133112056)7. Winda Sari

(P07133112060)8. Yanu Dyah Pratiwi

(P07133112062

Page 3: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

A. PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MENJADI KOMPOS

Page 4: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Menumpuknya sampah yang hebat akan menimbulkan warga sekitar terancam wabah penyakit.  Berbagai permasalahan dalam pengelolaan sampah tersebut tentu saja memerlukan penanganan yang serius karena pertumbuhan kota yang cepat secara langsung berimplikasi  pada pembangunan infrastruktur dasar dan pelayanan publik (Nurmadi, 1999 : 6-7)

Page 5: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

“Sampah-sampah yang dihasilkan dirumah dapat diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi warga dan membantu menyelamatkan lingkungan”, ( Teti Suryati 2009 : 1 ).

Page 6: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran dari bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab dan aerobik atau anaerobik (JH. Crawford, 2003).

Page 7: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Secara garis besar membuat kompos berarti merangsang pertumbuhan bakteri (mikroorganisme) untuk menghancurkan atau menguraikan bahan-bahan yang dikomposkan sehingga terurai menjadi senyawa lain.Proses yang terjadi : Dekomposisi - Transformasi

Page 8: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

1. Mengandung unsur hara dalam jenis dan jumlah yang bervariasi tergantung bahan asal.

2. Menyediakan unsur secara lambat (slow release) dan dalam jumlah terbatas dan mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah.

Page 9: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Tujuan :

• Mahasiswa mampu mengolah sampah organik menjadi komposter

Manfaat :

• Kompos yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk alami.

• Dapat membunuh organisme pathogen penyebab penyakit yang terdapat dalam sampah.

• Mengurangi pencemaran lingkungan• Wujud nyata partisipasi masyarakat dalam

menjaga kesehatan lingkungan.

Page 10: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Hari / tanggal : Selasa, 3 Desember 2013

Waktu : 09.00 WIB

Lokasi : Auditorium Graha Bina Husada

Page 11: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Alat1.Komposter2.Pisau3.Balok kayu alas

pemotong sampah4.Plastik transparan5.Pipa PVC6.Tali rafia panjang7.Cethok8.Penggaris kayu

Bahan1.Sampah organik

dedaunan hijau dan kering.

2.Kotoran sapi kering/ kompos

3.Kapur tohor4.Air5.Activator (EM4)

Page 12: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

1. Menyiapkan alat dan bahan pembuatan kompos.2. Melakukan pemotongan sampah organik dengan

ukuran antara 2,5 – 7,5 cm sebanyak 3000 gram. Pemotongan sampah hijau dan kering dicampur.

3. Memasukkan penggaris kayu kedalam komposter. Dipasang secara tegak untuk menentukkan ketebalan perbandingan antara sampah, kotoran sapi kering dan kapur tohor.

4. Memasukkan sampah yang sudah dipotong-potong kedalam komposter setebal 30 cm. Menggunakan perbandingan 10 : 1 : 0,3

Page 13: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

5. Menambahkan dengan merata di atas sampah kotoran sapi kering setebal 3 cm.

6. Menaburkan secara merata kapur tohor secukupnya kira-kira 0,9 cm atau 1 cm.

7. Membuat lapisan yang sama, sampai memenuhi komposter.

8. Setelah selesai, memberi activator (EM4) yang sudah dicampur air dengan cara dipercikkan secara merata.

9. Memasukkan pipa PVC dengan cara menancapkan ke dalam sampah secara tegak lurus.

Page 14: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

7. Menutup komposter dengan plastik transparan yang diberi lubang ditengah-tengahnya dengan lurus sama dengan luas alas pipa PVC.

8. Memberi label identitas pada komposter .9. Melakukan pengadukan atau pembalikan 1

minggu sekali.10.Memanen kompos yang sudah matang

dengan kriteria :a. Volume menjadi 1/3 bagian.b. Warna seperti tanah.c. Tidak berbaud. Fisik hancur

14. Mengeringkan kompos dengan cara diangin-anginkan, lalu kompos siap untuk digunakan.

Page 15: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Warna kompos adalah cokelat menyerupai tanah, berbeda dengan tekstur atau bentuk awal, volume menyusut menjadi sepertiga volume awal, bau menyerupai bau tanah atau tidak berbau sama sekali.

Page 16: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Dalam pembuatan kompos hal yang harus diperhatikan adalah :

1.Memotong bahan-bahan yang akan dijadikan kompos.Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat proses pengomposan.

2.Kelembaban, suhu dan oksigen.Ketiga hal tersebut tidak boleh lepas dari proses pengomposan karena jika kondisi didalam ruang kompos kering makan mikroorganisme pengurai akan mati. Apabila suhu terlalu panas maka akan mematikan mikroorganisme hemofilik dan oksigen.

Page 17: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

3. Penambahan kapur tohor.Pada proses pengomposan kondisi kotoran dalam komposter bersifat asam maka pemberian kapur tohor dimaksudkan untuk menetralkan suasana didalam komposter.

Page 18: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

• Kompos merupakan hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik.

• Kompos berguna untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia

• Kompos dapat dibuat dari bahan-bahan organik • Kompos yang telah matang ditandai dengan:1.Warna menjadi  coklat kehitaman menyerupai tanah2.tidak berbau3.teksturnya menyerupai tanah (remah)4.suhu pupuk mendekati suhu kamar

Page 19: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

pemotongan sampah organik

pengukuran ketebalan

Page 20: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Pemberian Kapur Tohor Memerciki campuran activator (EM4) dengan

air

Menutup dengan plastik transparan

Page 21: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Hasil Pembuatan Kompos

Page 22: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)
Page 23: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

jumlah penduduk meningkat

taraf  hidup meningkat

Pemenuhannya Pemakaian bahan bakar fosil (minyak dan batu bara) secara besar-besaran, padahal bahan bakar fosil terbukti ikut menambah beratnya pencemaran lingkungan .

Bahan bakar fosil termasuk SDA yang tidak dapat diperbarui dan jumlahnya terbatas.

Kebutuhan energi ikut meningkat

Page 24: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak.

Page 25: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Biogas merupakan gas campuran metana (CH4), karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang didapat dari hasil penguraian bahan organik (seperti kotoran hewan, kotoran manusia, dan tumbuhan) oleh bakteri metanogen. Untuk menghasilkan biogas, bahan organik yang dibutuhkan, ditampung dalam biodigester.

Page 26: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Proses penguraian bahan organik terjadi secara anaerob (tanpa oksigen). Biogas terbentuk pada hari ke 4-5 sesudah biodigester terisi penuh dan mencapai puncak pada hari ke 20-25. Biogas yang dihasilkan sebagian besar terdiri dari 50-70% metana (CH4), 30-40% karbondioksida (CO2) dan gas lainnya dalam jumlah kecil (Fitria, B., 2009).

Page 27: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Secara prinsip pembuatan gas bio sangat sederhana, yaitu memasukkan substrat (kotoran sapi) ke dalam unit pencerna (digester) yang anaerob. Dalam waktu tertentu gas bio akan terbentuk yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi, misalnya untuk kompor gas.

Page 28: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Ramah Lingkungan

• karena biogas merupakan salah satu alternatif pengolahan limbah, khususnya limbah kotoran sapi, kambing dan ayam. Limbah kotoran hewan yang tidak diolah dapat menimbulkan pencemaran bagi lingkungan sekitarnya

Terbarukan

• karena biogas merupakan sumber energi yang berasal dari kotoran hewan, tidak seperti bahan bakar minyak yang berasal dari minyak bumi yang tidak dapat diperbaharui.

Page 29: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

1. Mengetahui cara pembuatan biogas dari kotoran hewan secara baik dan benar

2. Mengetahui cara pembuatan tabung digester

3. Dapat melakukan pengolahan kotoran hewan menjadi biogas

Page 30: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

1. Biogas dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar

2. Mengurangi jumlah sampah organik (kotoran hewan) yang biasanya tidak terpakai

3. Menjadikan kotoran hewan yang tidak terpakai supaya bernilai ekonomis

Page 31: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Hari / tanggal: Selasa, 3 Desember 2013

Waktu : 08.00 WIB

Lokasi : Auditorium Graha Bina Husada

Page 32: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)
Page 33: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

1. Mengukur volume dirigen yang akan digunakan untuk tangki digester.

2. Mencampurkan antara kotoran dan air sesuai dengan ukuran volume yang digunakan.

3. Menggunakan perbandingan 1 : 1 antara kotaran dan air dan hanya menggunakan 80 % dari volume dirigen untuk perbandingan tersebut. Karena yang 20 % akan digunakan sebagai penampung gas di dalam dirigen.

Page 34: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

4. Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam dirigen.

5. Menutup tabung digester (dirigen) menggunakan penutup atau sandal karet yang dibentuk sesuai ukuran tutup tabung, sebelum menutupnya kita memasang manometer pada saluran outlet lalu tutup rapat. Pemasangan manometer berfungsi untuk memantau atau mengetahui terjadinya gas di dalam tabung.

6. Memasukkan air pada selang sampai batas.7. Menyimpan tabung digester yang sudah berisi

campuran kotoran dan air selama 60 hari, pada hari ke-7 gas yang terbentuk harus dibuang terlebih dahulu dikarenakan pembentukan gas masih aerob.

8. Memberi label pada tangki digester.

Page 35: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Pada hari ke 8 setelah pembuatan biogas didapatkan hasil bahwa air yang ada di dalam selang menjadi naik, hal ini dikarenakan terjadi pembentukan gas metan sehingga mendorong air yang ada di selang.Biogas yang tadinya dalam bentuk cair berubah menjadi lebih kental.

Page 36: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Pada awal mula kita harus mengukur volume dirgen yang akan digunakan sebagai tangki digester. Kemudian bagian yang digunakan untuk pembuatan kompos yaitu 80 % dari volume tangki digester dengan susunan 1 : 1 antara air dan kotoran sapi. 20 % dari volume tangki digester digunakan sebagai tempat pembentukan gas.

Page 37: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Hasil yang di dapat yaitu dirigen bervolume 5 liter, kemudian 2 liter kotoran dan 2 liter air, kemudian air dan kotoran tersebut diaduk hingga rata didalam ember. Campuran tersebut dimasukkan ke dalam tangki digester dan ditutup rapat.Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada hari ke 8, didapatkan hasil air yang ada di dalam selang menjadi naik, dan bentuk biogas menjadi mengental. Tidak diketahui berapa cm kenaikan air di dalam selang.

Page 38: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Pembuatan biogas yang dilakukan oleh kelompok kami telah berhasil, akan tetapi ada kekukarang yaitu timbulnya bekas gelembung air pada selang, hal ini dapat dikarenakan penutupan tangki digester kurang rapat, dan peletakkan tangki digester yang berisi biogas kurang aman (diletakkan di luar ruangan sehingga terkena panas dan hujan) sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal.

Page 39: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)
Page 40: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)
Page 41: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

C. PEMBUATAN BRIKET ARANG

Page 42: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Semakin meningkatnya kebutuhan bahan bakar untuk memasak, semakin berkurangnya atau habis cadangan minyak bumi di alam dan rusaknya hutan sebagai penyedia kayu bakar. Sehingga perlu mencari energi alternatif pengganti bahan bakar minyak bumi dengan memanfaatkan sampah biomasa yang masih melimpah. Salah satu alternatif energi pengganti minyak bumi serta penyediaan energi berwawasan lingkungan adalah briket.

Page 43: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Briket merupakan suatu perubahan bentuk dari bentuk curah menjadi bentuk padat oleh karena adanya proses pemampatan komponen penyusunnya. Pembuatan briket relatif lebih bersih karena tidak berasap dan beresidu. Selain itu, tidak ada bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan briket. Prinsip kerja briket adalah Pirolisis. Pirolisis merupakan pembakaran dengan pembatasan Oksigen agar karbon di dalamnya tidak rusak.

Kriteria briket yang baik :

1.Padat

2.Menyala lebih lama

3.Tidak timbul asap

4.Panas tinggi

Page 44: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat

briket arang adalah :

1.Berat jenis bahan bakar atau berat jenis

serbuk arang.

2.Kehalusan serbuk.

3.Suhu karbonisasi.

4.Tekanan pengempaan.

5.Pencampuran formula dengan briket.

Page 45: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

1. Terampil dan mampu dalam mengolahan sampah biomassa untuk pembuatan briket dengan baik dan benar.

2. Menemukan energi yang ramah lingkungan dengan biaya murah.

Page 46: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Manfaat pembuatan briket arang :1.Sampah biomassa sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak bumi.

2.Membersihkan lingkungan dari sampah biomassa.

Page 47: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Judul Praktik : Pembuatan briket arangHari, tanggal : Kamis, 5 Desember 2013Waktu : 14.40 WIBLokasi : Auditorium Graha Bina

Husada

Page 48: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Alat :1. Kompor2. Panci3. Pengaduk lem4. Ayakan5. Alu+lumpang6. Cetakkan7. Ember8. Gelas ukur9. APD (Alat Pelindung

Diri)10.Tungku pirolisis

Bahan :

1. Arang 2. Pati kanji3. Air

Page 49: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)
Page 50: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2. Membakar kayu pada tungku pirolisis selama 1 jam

kemudian mendinginkan.3. Menumbuk arang sampai berukuran kecil dan

homogen4. Setelah arang halus, kemudian disaring dengan

seringan 0,1 atau 0,5 mm. Arang yang tidak lolos saringan bisa ditumbuk lagi.

5. Pembuatan lem : mencampur pati kanji dengan air mendidih diatas kompor, diaduk-aduk hingga menjadi seperti lem.

6. Menunggu sampai hangat-hangat kuku. Setelah lem dingin mencampurkan lem dengan arang yang sudah halus dan merata.

Page 51: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

6. Setelah adonan tercampur rata kemudian adonan dicetak menggunakan cetakan.

7. Mengeringkan adonan sampai kering.

8. Setelah kering dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar.

Page 52: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Briket arang yang dipadatkan menggunakan cetakan yang

berasal dari bekas pipa, didapatkan briket arang yang padat dan kering yang siap digunakan sebagai bahan

bakar

Page 53: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)
Page 54: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)
Page 55: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Dari praktikum yang telah kami lakukan didapatkan briket arang yang

sudah siap digunakan sebagai pengganti bahan bakar.

Page 56: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)
Page 57: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Kepadatan lalat merupakan parameter keberhasilan dalam pengelolaan sampah. Kepadatan lalat yang tinggi pada TPS/TPAmenandakan bahwa pengelolaan sampah tidak berhasil. Lalat bersarang dan berkembang biak ditempat-tempat dimana terdapat bahan organik yang melimpah,termasuk dalam sampah.

Hubungannya dengan kesehatan, lalat merupakan vektor penyakit secara mekanik berbagai macam penyakit saluran pencernaan.

Pemantauan kepadatan lalat dilakukan dalam perencanaan pengendalian dan pengelolaan sampah. Pemantauan kepadatan lalat diperlukan untuk melindungi masyarakat dari gangguan yang ditimbulkan oleh lalat,maka sasaran lokasi yang diukur adalah yang berhubungan dengan keberadaan manusia.

Page 58: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Sasaran lokasi yang diukur antara lain:a.Pemukiman pendudukb.Tempat- tempat umum ( pasar, terminal, rumah makan).c.Tempat penyimpanan sampah ementara.(TPS}d.Tempat pembuangan akhir sampah (TPA)

Page 59: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Interpretesi hasil pengukuran kepadatan lalat tiap lokasi atau blokgrill adalah:a.0 – 2 : Rendah atau tidak menjadi masalah dan tidak perlu dilakukan kegiatan sanitasi

b.3 – 6 : Sedang dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat berkembangbiakan lalat (tumpukan sampah, kotoran hewan, dan lain-lain)c.7 – 20 : Tinggi atau padat dan perlu pengamanan terhadap tempat- tempat berkembangbiakan lalat dan bila mungkin direncanakan upaya pengendaliannya.

d.> 21 : Sangat tinggi/sangat padat dan perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat perkembangbiakan lalat dan upaya pengendalian lalat.

Page 60: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Judul Praktik : Pengukuran Kepadatan Lalat

Hari, tanggal : Kamis, 5 Desember 2013Waktu : 13.00 WIBLokasi : Auditorium Graha Bina

Husada

Page 61: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

1. Agar mahasiswa terampil dalam melaksanakan pemantauan kepadatan lalat.

2. Agar mahasiswa mampu melakukan analisis dari pemantauan kepadatan lalat.

3. Agar mahasiswa mampu menyusun alternatif pemecahan masalah pengelolaan untuk memperkecil tingkat kepadatan lalat.

Page 62: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

1. Block Grill2. Sarung tangan3. Masker4. Counter5. Alat Tulis6. Stopwatch

Page 63: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.2. Menetukan titik tengah pengukuran kepadatan

lalat dengan memberi tanda T-0.3. Mengukur jarak dari titik tengah sepanjang 10

meter (T-2), 20 meter (T-2) ke arah pemukiman terdekat.

4. Meletakkan block grill pada titik sampling T-0.5. Menghitung lalat yang hinggap ke block grill

dengan counter dalam waktu 30 detik menggunakan stopwatch.

6. Mencatat jumlah lalat yang hinggap dalam tabel.

Page 64: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

7. Mengulangi pengukuran lalat sebanyak 10 kali. Kemudian mencatat jumlah lalat yang hinggap dalam tabel.

8. Melakukan pengukuran yang sama seperti di atas pada titik sampling T-1 dan T-2.

9. Melakukan perhitungan kepadatan lalat dengan cara mengambil jumlah lalat terbesar pada 5 kali pengukuran, kemudian menjumlahkannya dan merata-rata untuk masing-masing titik sampling.

10.Rata-rata yang ada merupakan tingkat kepadatan lalat pada masing-masing titik.

11.Kemudian membuat grafik tingkat kepadatan lalat.12.Mencocokkan tingkat kepadatan lalat dengan

standar.13.Membuat rekomendasi interpretasi dari kepadatan

lalat yang ada berdasar standar.

Page 65: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

*) Tingkat Kepadatan Lalat

No.

Titik Sampli

ng

Jumlah Lalat yang Hinggap di Block grill pada 30 detik ke Rata-

Rata Pengukuran 5 kali Terbesar *

1 2 3 4

5 6 7 8 9 10

1. T-1 (0 m)

10 15 6 9 7 9 5 12 13 8 59/5 = 11,8 =12

2. T-2(10 m)

2 1 2 3 2 1 2 2 0 0 11/5 = 2,2 = 2

3. T-3 (20 m)

0 2 0 0 2 0 0 0 0 1 5/5 = 1

Page 66: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

• Rata-rata 5 kali pengukuran terbesar di setiap titik :

• Titik Tengah (T-0)= 12• Titik Satu (T-1) = 2• Titik Dua (T-2) = 1• Sehinggga didapat

Rata-rata Total = 15/3 = 5 ekor/ m2

Page 67: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)
Page 68: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

1. Titik sampling ke-1 (T-0) tingkat kepadatan lalat tinggi yaitu 12 (tinggi7-20) interpretasi : perlu dilakukan sanitasi tempat dan bila

memungkinan boleh dilakukan pengendalian.

2. Titik sampling ke-2 (T-1) tingkat kepedatan lalat rendah yaitu 2 (rendah0-2) interpretasi : tidak perlu dilakukan kegiatan sanitasi

3. Titik sampling ke-3 (T-2)tingkat kepedatan lalat sangat rendah yaitu 1 (sangat rendah0-2)

interpretasi : tidak perlu dilakukan kegiatan sanitasi

Page 69: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Dari hasil pengukuran rata-rata tingkat kepadatan lalat di TPS Asrama 1 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta menunjukkan 5 ekor/m2.

Hasil ini menunjukkan bahwa pada setiap 1 meter persegi terdapat 5 ekor lalat, yang berarti termasuk dalam kriteria 3-6 atau kepadatan sedang. Pada kriteria ini populasi lalat sedang dan perlu dilakukan sanitasi pada tempat pertumbuhan vektor serta perlu dilakukan pengamanan terhadap tempat-tempat berkembangbiakan lalat (tumpukan sampah, kotoran hewan, dan lain-lain)

Page 70: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Berdasarkan hasil praktikum didapatkan tingkat kepadatan lalat pada T-0 adalah 12 ekor lalat, pada T-1 sebesar 2 ekor lalat , dan pada T-2 sebesar 1 ekor lalat. Rata-rata Total = 15/3 = 5 ekor/ m2

jadi, Semakin jauh jarak dari TPS, maka semakin sedikit tingkat kepadatan lalat.

Page 71: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Block GrillPenghitungan kepadatan lalat di

tempat pembuangan sampah asrama

Page 72: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Counter Pengukuran jarak pemukiman terdekat dengan TPS

Page 73: Laporan Praktikum PTPSP (Kompos, Biogas, Briket & Kepadatan Lalat)

Terima Kasih