LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG REKAYASA AGROWISATA AGROWISATA TIING BALI NAMA KELOMPOK : MAR’IE ABDA’U ZAL (1305313068) IDA AYU MODASIH ISTACAHYANI (1305315080) SANDI YUANTORO (1305315082) RIKA SILVIA (1305315084) PRAGA BALIAN AINUN (1305315156) PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSEKAP
Laporan ini merupakan hasil studi lapang dan pengolahan data skunder yang didapat mengenai Agrowisata Bambuu Tiing Bali.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG
REKAYASA AGROWISATA
AGROWISATA TIING BALI
NAMA KELOMPOK :
MAR’IE ABDA’U ZAL (1305313068)
IDA AYU MODASIH ISTACAHYANI (1305315080)
SANDI YUANTORO (1305315082)
RIKA SILVIA (1305315084)
PRAGA BALIAN AINUN (1305315156)
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSEKAP
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata sebagai suatu industri memiliki cakupan yang sangat luas baik
dari segi subyek, obyek, maupun aktivitasnya. Perkembangan pariwisata yang
semakin pesat disebabkan karena kebutuhan manusia untuk berekreasi semakin
meningkat. Berbagai sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata
bermunculan, tumbuh dan berkembang dengan pesat. Industri pariwisata ini
bagaikan jantung yang menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Tujuan
utama dari kegiatan pariwisata yang dilakukan oleh wisatawan adalah untuk
memperoleh kesenangan atau menghilangkan perasaan tertekan karena rutinitas
kerja. Sehingga dalam hal ini perolehan kepuasan dari kegiatan yang dilakukan
wisatawan menjadi sangat penting (Wahyudi, 2012).
Salah satu bentuk pengembangan pariwisata yang kini mulai ramai
dikembangkan adalah agrowisata. Menurut Yoeti (2000), agrowisata adalah suatu
jenis pariwisata yang khusus menjadikan hasil pertanian, peternakan, perkebunan
sebagai daya tarik dari wisatawan. Dan menurut Damardjati (1995), agrowisata
adalah wisata pertanian dengan obyek kunjungan daerah pertanian atau
perkebunan yang sifatnya khas, yang telah dikembangkan sedemikian rupa
sehingga berbagai aspek yang terkait dengan jenis tanaman yang dibudidayakan
telah menimbulkan motivasi dan daya tarik bagi wisatawan yang
mengunjunginya.
Pengembangan agrowisata merupakan kombinasi antara pertanian dan
dunia wisata untuk liburan di desa. Pertanian disini merupakan pertanian dalam
arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan, peternakan dan perikanan.
Atraksi dari agrowisata yang dapat dinikmati dan dilakukan oleh wisatawan
adalah pengalaman bertani dan menikmati produk kebun bersama dengan jasa
yang disediakan. Dengan harapan para petani bisa lebih kreatif mengelola usaha
taninya sehingga mampu menghasilkan produk yang menyentuh hati wisatawan.
Salah satu contoh pengembangan agrowisata yang ada di Bali adalah
Agrowisata Bambu “Tiing Bali”. Agrowisata Bambu “Tiing Bali” adalah
agrowisata yang menjadikan bambu sebagai obyek yang dapat dinikmati
wisatawan. Agrowisata tersebut terletak di Dusun Bubung Kelambu, Desa Batur
Tengah, Kecamatan Kabupaten Bangli. Dimana kegiatan ini berawal dari
kepedulian mereka terhadap bambu karena oleh sebagian besar masyarakat
dipandang sebelah mata namun sebenarnya bambu memiliki nilai penting yang
tidak dapat digantikan dalam sarana upakara dalam masyarakat hindu di Bali.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan praktikum mata kuliah Rekayasa Agrowisata
ini adalah untuk mengetahui bagaimana perencanaan, pengembangan dan
pengelolaan Agrowisata Bambu “Tiing Bali” termasuk bagaimana interaksi
pariwisata dengan masyarakat lokal.
II METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum lapang Rekayasa Agrowisata dilaksanakan
pada hari Sabtu, 7 Mei 2016 pukul 09.30 – 12.00 WITA. Lokasi praktikum lapang
tersebut bertempat di Dusun Bubung Kelambu, Desa Batur Tengah, Kecamatan
Kabupaten Bangli Provinsi Bali.
2.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan Praktikum Lapang
Rekayasa Agrowisata antara lain:
1. Panduan praktikum
2. Buku catatan
3. Alat tulis
4. Kamera
III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Agrowisata Tiing Bali (Sejarah, ide pengembangan, penggagas,
waktu dibentuk, pengakuan masyarakat dan pemerintah)
Agrowisata Bambu “Tiing Bali” berawal dari kegigihan I Nyoman Conto
dalam membangun desanya di Dusun Bubung Kelambu Desa Batur Tengah
Kecamatan Kintaman Kabupaten Bangli Bali, dimulai dari dibentuknya
Kelompok Tani Wina Usaha pada tahun 2002 dengan jumlah anggota sebanyak
50 kepala keluarga. Seiring berjalannya waktu, Kelompok Tani tersebut mampu
berkembang dan memilki koperasi dan waserda bahkan mampu memperluas lahan
Kelompok Tani Wira Usaha menjadi 5 hektar.
Kelompok Tani Wira Usaha memilih tanaman bambu dalam pengembangan
agrowisata tersebut berawal dari kepedulian mereka terhadap bambu karena oleh
sebagian besar masyarakat dipandang sebelah mata namun sebenarnya bambu
memiliki nilai penting yang tidak dapat digantikan dalam sarana upakara dalam
masyarakat hindu di Bali.
Kesuksesan I Nyoman Conto dalam membangun Kelompok Tani Wira
Usaha tidak hanya berhenti pada hal ini saja, berkembang pula kelompok tani lain
yaitu Kelompok Tani Hidup Rukun yang berkomitmen untuk mengembangkan
kepedulian terhadap alam. Melalui moto hidupnya “rukun dengan keluarga dan
lingkungan dan mampu memberi manfaat“terbentuklah kelompok Tani Hidup
Rukun pada 10 Mei 2010 terbentuk dari 25 anggota,yang keseluruhan anggota
masih berperan aktif dalam setiap kegitannya. Kelompok Tani Hidup Rukun telah
memiliki fasilitas sendiri berupa balai pertemuan, lahan percontohan dan kebun
mandiri. Daerah yang sejuk diatas ketinggian 900 mdpl dibalik bibir kaldera
gunung Batur adalah tempat dimana keseharian Hidup Rukun terjadi.
Tri Hita Karana menjadi fondasi Hidup Rukun dalam segala aktifitas dan
begitu juga dengan konsep bangunan kelompok kami. Perhyangan, Pelemahan
dan Pawongan tetap kami jaga dalam menyeimbangankan kehidupan Hidup
Rukun kami.
I Nyoman Conto, pria kelahiran Batur Tengah-Kintamani Bangli pada 12
Agustus 1976 dengan filosofi hidupnya “berani terjun bebas dari kenyaman hidup