Top Banner
PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu ukur tanah merupakan bagian pendahuluan dari ilmu yang luas yang dinamakan Ilmu Geodesi (Wongsotjitro, 2013: 11). Ilmu Ukur Tanah terfokus pada pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi untuk dipindahkan ke bidang datar dan mempelajari masalah kulit bumi yang berupa situasi atas permukaan kulit bumi, perbedaan ketinggian, jarak, dan luas. Ilmu geodesi ini sangat bagi pekerjaan perencanaan yang membutukan data-data koordinat dan ketinggian titik di lapangan. Berdasarkan ketelitian pengukurannya, ilmu geodesi diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu a. Geodetic Surveying, yaitu survei yang memperhitungkan kelengkungan bumi atau kondisi sebenarnya. Biasanya digunakan dalam pengukuran daerah yang luas dengan menggunakan bidang hitung berupa bidang lengkung (bola/ellipsoid). b. Plane Surveying, yaitu survei yang mengabaikan kelengkungan bumi dan mengasumsikan bumi sebagai bidang datar. Plane Surveying digunakan untuk pengukuran daerah yang tidak luas dengan menggunakan bidang hitung berupa bidang datar. Pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari sebuah objek ke objek lainnya. Pengukuran terletak di antara ilmu geodesi dan ilmu pemetaan. Hasil penelitian geodesi dipakai sebagai dasar referensi pengukuran, kemudian hasil pengelolaan data pengukuran digunakan untuk sebagai dasar pembuatan 1
44

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH PENGUKURAN POLYGON, LEVELLING, DAN KONTUR

Nov 19, 2015

Download

Documents

AnnisaSenjakala
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIlmu ukur tanah merupakan bagian pendahuluan dari ilmu yang luas yang dinamakan Ilmu Geodesi (Wongsotjitro, 2013: 11). Ilmu Ukur Tanah terfokus pada pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi untuk dipindahkan ke bidang datar dan mempelajari masalah kulit bumi yang berupa situasi atas permukaan kulit bumi, perbedaan ketinggian, jarak, dan luas. Ilmu geodesi ini sangat bagi pekerjaan perencanaan yang membutukan data-data koordinat dan ketinggian titik di lapangan. Berdasarkan ketelitian pengukurannya, ilmu geodesi diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitua. Geodetic Surveying, yaitu survei yang memperhitungkan kelengkungan bumi atau kondisi sebenarnya. Biasanya digunakan dalam pengukuran daerah yang luas dengan menggunakan bidang hitung berupa bidang lengkung (bola/ellipsoid).b. Plane Surveying, yaitu survei yang mengabaikan kelengkungan bumi dan mengasumsikan bumi sebagai bidang datar. Plane Surveying digunakan untuk pengukuran daerah yang tidak luas dengan menggunakan bidang hitung berupa bidang datar.Pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari sebuah objek ke objek lainnya. Pengukuran terletak di antara ilmu geodesi dan ilmu pemetaan. Hasil penelitian geodesi dipakai sebagai dasar referensi pengukuran, kemudian hasil pengelolaan data pengukuran digunakan untuk sebagai dasar pembuatan peta. Suatu bidang tanah yang diukur wajib dipasang dan ditetapkan tanda-tanda batasnya.Ilmu Ukur Tanah merupakan salah satu mata kuliah Program Studi Teknik Sipil Universitas Bakrie pada semester II. Dalam praktikum mata kuliah Ilmu Ukur Tanah, teknik yang digunakan yaitu Plane Surveying, di mana bumi diasumsikan sebagai bidang datar, sehingga dapat ditentukan posisi titik-titik di permukaan bumi yang kemudian disajikan dalam bentuk peta. Adapun tujuan diadakannya praktikum Ilmu Ukur Tanah ini yaitu agar mahasiswa berlatih melakukan pekerjaan-pekerjaan survei, sehingga mahasiswa dapat melihat gambaran mengenai survei lapangan dan dapat menerapkannya di lapangan dalam konteks yang sebenarnya setelah lulus dari bangku kuliah serta dapat melatih mahasiswa melakukan pemetaan situasi teritris, yang pada umumnya diperlukan sebagai peta acuan dalam perencanaan teknis ataupun keperluan lainnya.

1.2 Tujuan PraktikumAdapun tujuan praktikum Ilmu Ukur Tanah ini yaitu1. Agar mahasiswa mengetahui dan mampu mengoperasikan theodolit manual ataupun digital (Total Station).2. Mengetahui hasil pengukuran pada suatu poligon.3. Dapat mengetahui bentuk permukaan suatu daerah.4. Agar mahasiswa dapat menyatakan definisi Ilmu Ukur Tanah dan penggambarannya serta dapat menerangkan prinsip dan penggunaanya.5. Untuk memudahkan membuat peta situasi.

1.3 Waktu dan Tempat PraktikumAdapun praktikum Ilmu Ukur Tanah dilaksanakan pada hari: Senin, Kamis, dan Kamistanggal: 15 April 2013, 30 May 2013, dan 6 Juni 2013waktu: Pukul 10.00 Selesai WIBlokasi: Taman Firdaus, GOR Soemantri, Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan

1.4 Alat dan Perlengkapana. Total Station (Theodolit Digital)Total station adalah alat ukur sudut dan jarak yang terintegrasi dalam satu unit alat. Total station juga sudah dilengkapi dengan processor sehingga dapat menghitung jarak datar, koordinat, dan beda tinggi secara langsung tanpa perlu kalkulator lagi.

Gambar 1.1. Total Station

b. Prism Pole (Prisma Target)Prism Pole (Prisma Terget) adalat yang menjadi taget bidikan oleh total station untuk memastikan keberadaan dan kebenaran posisi titik target yang dimaskud. Biasanya dipadukan dengan Statif atau pun Jaloon.

Gambar 1.2. Prims Polec. PatokPatok ini berfungsi sebagai suatu tanda di lapangan untuk titik utama dalam pengukuran.

Gambar 1.3. Patokd. MeteranMeteran sering disebut pita ukur atau tape karena umumnya tersaji dalam bentuk pita dengan panjang tertentu. Sering juga disebut rol meter karena umumnya pita ukur ini pada keadaan tidak dipakai atau disimpan dalam bentuk gulungan atau rol. Kegunaan utama meteran mengukur jarak atau panjang. Dalam praktikum poligon sendiri, meteran digunakan untuk mengukur tinggi total station pada statif dari permukaan tanah.

Gambar 1.4. Meterane. Statif (Kaki Tiga)Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing ujungnya runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat alat itu berdiri. Seperti tampak pada gambar dibawah ini :

Gambar 1.5. Statif/Tripodf. Rambu UkurRambu ukur mempunyai bentuk penampang segi empat panjang yang berukuran 34 cm, lebar 10 cm, panjang 300 cm, bahkan ada yang panjangnya mencapai 500 cm. Ujung atas dan bawahnya diberi sepatu besi. Bidang lebar dari bak ukur dilengkapi dengan ukuran milimeter dan diberi tanda pada bagian-bagiannya dengan cat yang mencolok. Bak ukur diberi cat hitam dan merah dengan dasar putih, maksudnya bila dilihat dari jauh tidak menjadi silau. Bak ukur ini berfungsi untuk pembacaan pengukuran tinggi tiap patok utama secara detail.

Gambar 1.6. Rambu Ukur /Rod

g. JaloonJaloon adalah salah satu alat penyangga selain statif, yakni alat berdiri untuk prisma agar sasaran ke prisma oleh total station tepat.

Gambar 1.7. Jaloonh. Alat Penunjang LainnyaAlat penunjang seperti alat tulis, kalkulator, dan lainnya sangat dibutuhkan dalam pencatatan hasil pengukuran yang dilakukan.

Gambar 1.8. Alat Penunjang

BAB IIKAJIAN TEORI

2.1 Teori poligon

2.1.1. Pengertian poligonPoligon adalah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik-titik yang terletak di permukaan bumi. Garis-garis lurus membentuk sudut-sudut pada titik-titik perpotongannya. Dengan menggunakan poligon dapat ditentukan secara sekaligus koordinat beberapa titik yang letaknya berurutan dan memanjang.Pada ujung awal poligon diperlukan satu titik yang telah diketahui koordinat dan sudut jurusannya. Karena untuk menentukan koordinat titik yang lain diperlukan sudut mendatar dan jarak mendatar, maka pada pengukuran di lapangan data yang diambil adalah data sudut mendatar dan jarak mendatar di samping itu diperlukan juga penentuan sudut jurusan dan satu titik yang telah diketahui koordinatnya.Berikut merupakan syarat-syarat pengukuran poligon yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Di antaranya adalah :1. Mempunyai koordinat awal dan akhir2. Mempunyai azimuthawal dan akhirUntuk mencapai ketelitian tertentu (yang dikehendaki) pada suatu poligon, perlu ditetapkan hal-hal berikut ini :1. Jarak antara titik-titik poligon2. Alat ukur sudut dan jarak yang digunakan3. Jumlah seri pengukuran sudut4. Ketelitian pengukuran jarak5. Salah penutup sudut antara 2 pengamat matahari6. Salah penutup koordinat

2.1.2.Pengukuran PoligonA.Pengukuran Jarak MendatarPengukuran jarak mendatar pada poligon dapat ditentukan dengan cara : mekanis (dengan menggunakan pita ukur) dan optis (seperti pada pengukuran sipat datar). pada bagian ini dijelaskan metode pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur. Pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur harus memperhatikanpermukaan tanah yang akan diukur.

Pengukuran jarak pada tanah mendatar, seperti pada gambar

Gambar 2.1Pengukuran Jarak

Caranya :Skala nol pita ukur diletakkan tepat berimpit di atas pusat anda titik APita ukur ditarik dengan kuat agar keadaannya benar-benar lurus, tidak melengkungHimpitkan skala pita ukur lainnya di atas pusat tanda titik B, maka bacaan skala inilah yang merupakan jarak antara titik A dan titik B

B. Pengukuran jarak pada tanah miring, seperti pada gambar

Gambar 2.2Pengukuran Jarak pada Tanah Miring

Caranya : Jika permukaan tanahnya relatif miring, maka pengukuran jarak dibagi dalam beberapa selang (pada gambar di atas bagi dua selang)Skala nol diimpitkan di atas titik A (biasa dengan menggunakan bantuan unting-unting), tarik agar pita dalam keadaan datar sampai berimpit dengan titik 1, maka diperoleh d1Dengan cara yang sama, jarak diukur dari titik 1 sampai titik B, hingga didapat d2Maka : dAB = d1 + d2

C. Pengukuran Sudut MendatarSudut adalah selisih antara dua arah yang berlainan. Yang dimaksud dengan arah atau jurusan adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur sudut pada waktu teropong diarahkan ke jurusan tertentu. Seperti pada gambar

Gambar 2.3Pengukuran Sudut MendatarCaranya :Alat dirikan di titik P alalu diatur sesuai ketentuan Target dipasang di titik A dan di tiik BAlat dalam kedudukan biasa diarahkan ke target di titik A (arah pertama)Atur tabung okuler dengamemutar sekrup yang ad pada okuler sehingga dapat melihat garis-garis diafragma (benang silang) denga jelasAtur sekrup penjelas bayangan sehingga dapat melihat bayangan target di tiik A dengan terang dan jelasTepatkan benang silang diafragma pada target dengan memutar sekrup penggerak halus horisontal dan vertikal, baca dan catat skala lingkaran horisontalnya. Ulangi pembacaan tersebut minimal 3 kali, kemudian hitung rata-rata harga hasil bacaannya, catat sebagai L1 (B)Teropong diputar searah jarum jam dan diarahkan ke target di titik B, dengancara yang sama seperti di atas, catat sebagai L2 (B)Teropong dibalikkan dalam kedudukan luar biasa an diputar seearah jarum jam, dengan kedudukan tetap mengarah ke titikk B. dnegan cara yang sama seperti di atas, baca skala lingkarannya dan catat sebagai L2 (LB)Putarlah teropong searah jarum jam ke titik A (tetap dalam kedudukan luar biasa), dengan menggunakan cara yang sam seperti di atas, bacalah skala lingkran horisontalnya dan catat sebagai L1 (LB)Urutan pengukuran sudut seperti yang dijelaskan di atas adalah pengukuran sudut 1 seri.

D. Penentuan sudut jurusan awal dan koordinat awal1. Sudut jurusan awal dapat ditentukan sebagai berikut Bila di sekitar titik-titik kerangka dasar terdapat 2 titik triangulasi, sudut jurusan dihitung dari titik-titik triangulasi. Bila menggunakan sudut jurusan awal ini, maka jaring titik-titik kerangka dasar harus disambungkan ke titik-titik triangulasi tersebut.Bila tidak terdapt titik-titik triangulasi, sudut jurusan awal dapat ditentukan dari pengamatan astronomi (pengamatan matahari atau bintang) dari pengukuran menggunakan giro-theodolit yang berorientasi terhadap utara geografi atau dari pengukuran menggunakan theodolit kompas atau ditentukan sembarang.

2. Koordinat awal dapat ditentukan dalam sistem umum sebagai berikut : Bila dikehendaki koordinat dalam sistem umum (sistem yang berlaku di wilayah negara) digunakan titik triangulasi (cukup satu titik saja). Dengan demikian kerangka dasar harus diikatkan ke titik triangulasi tersebut.Bila diketahui koordinat dalam sistem umum tetapi tidak terdapat titik triangulasi, maka di salah satu titik kerangka dasar dilakukan pengukuran astronomis untuk menentukan lintang bujurnya. Dari lintang da bujur geografi ini dapat ditentukan koordinat (x,y) dalam sistemBila tidak terdapat titik triangulasi dan tidak dikehendaki koordinat dalam sistem umum, maka salah satu titik kerangka dasar dapat dipilih sebagai titik awal dengan koordinat sembarang (diusahakan pemilihan koordinat ini mempertimbangkan koordinat titik-titik yang lain agar bernilai positif). Sistem demikian sesitem koordinat setempat (lokal).

2.1.3. Prinsip hitungan poligon

Gambar 2.4. Prinsip Hitungan Poligon

Diketahui : koordinat titik A sudut jurusan A1diukur dilapangan : jarak datar dA1 sudut mendatar 1dihitung : koordinat titik 1 (X1, Y1) koordinat titik 2 (X2, Y2)

Tahapan hitungan :Menghitung koordinat titik 1 :

X1 = XA + XA1 Y1 = YA + YA1

X1 = XA + dA1 Sin A1Y1 = YA + dA1 Cos A1

Jika koordinat titik 1 diketahui, maka koordinat titik 2 dapat dihitung menggunakan koordinat titik 1, apabila d12 dan A1 diketahui. d12 dapat diukur dan biasanya sudut yang diukur dilapangan adalah sudut mendatar 1. 12 dapat dihitung dari A1 dan 1 12= {( A1+ 180) + 1 } 360

= A1 + 1 - 180

maka koordinat titik 2 :X2 = X1 + X12 Y2 = Y1 + Y12

X2 = X1 + d12 Sin 12Y2 = Y2 + d12 Cos 12

Demikian pula untuk menghitung titik-titik selanjutnya dapat dilakukan secara brtahap dan berurutan menggunakan data koordinat titik sebelumnya. Sudut jurusan titik selanjutnya, dapat dihitung menggunakan 12 dan sudut mendatar yang diukur di titik tersebut.

2.1.4 Rumus Urutan Koreksi Poligon A. Kesalahan penutup sudutTotal Error= X X= ( sudut dalam ) (n-2)180Error= Total Error / nKeterangan :X = Jumlah Sudut ObservasiX = Sudut sebenarnyan = Jumlah titikB. Adjusted ( X ) dan ( Y )

C- Xmn = ( X ) / d dmnC- Ymn = ( Y ) / d dmn

Keterangan :C- Xmn= Koreksi absis ( X )= Jumlah jarak ditinjau dari sumbu X (Departure)d = Jumlah jarakdmn= Panjang satu sisiC- Ymn= Koreksi ordinat ( Y )= Jumlah jarak ditinjau dari sumbu Y (Departure)C. ToleransiToleransi pengukuran dalam polygon adalah:T = i nDimana :i = skala terkecil bacaan pada alat thedolit (ketelitiannya)n = jumlah titik yang diukur2.3.3. Rumus Mencari AzimuthBC = AB + sudut B 180 , atauBC = AB sudut B + 180NB : Dalam penggunaannya tergantung keadaan

D.Rumus Mencari Titik Koordinat

XB = XA + X ABYB = YA + Y AB

Keterangan :Xm = Absis titik m X AB = Jarak A ke B ditinjau dari sumbu X (Departure)Ym = Latitude YAB =Jarak A ke B ditinjau dari sumbu Y (Latitude)

2.1.5. Macam-macam bentuk poligonA. Poligon lepas Poligon lepas adalah poligon yang hanya mempunyai satu titik ikat yaitu di awal dan untuk orientasi sudut jurusan awalnya sudah diketahui. Bentuk poligon lepas dapat dilihat pada gambar 2.8 di bawah ini.

Gambar 2.5Bentuk Poligon Lepas

Poligon lepas memungkinkan terjadinya perambatan kesalahan yang disebabkan oleh pengukuran sudut mendatar dan jarak. Contoh : titik 1 telah mempunyai kesalahan akibat adanya pengukuran jarak, titik 2 akan mempunyai kesalahan juga yang lebih besardari titik 1 dan begitu seterusnya. Semakin panjang poligonnya, ketelitiannya akan semakin turun.

B. Poligon terikatPada poligon terikat diberikan satu titik ikat awal berikut jurusan awal dan juga titik ikat akhir atau sudut jurusan akhir.a).Poligon dikontrol dengan sudut jurusan akhirTitik awal diikatkan ke titik A dan untuk orientasi diberikan sudut jurusan awal, sedangkan titik terakhir diberikan sudut jurusan akhir. Akibat adanya sudut jurusan awal awal dan akhir, maka semua ukuran sudut yang sehadap dapat dikontrol.

Gambar 2.6Poligon Terikat dan Dikontrol pada Sudut Jurusan Akhir

Diukur dilapangan : Jarak datar d1, d2, d3, d4, dan d5 Sudut datar 1, 2, 3, 4Setelah koordinat titik 1 dihitung dari koordinat titik A, untuk menghitung titik 2 diperlukan 12 dimana :12= {( 0+ 180) + 1 } 360

= 0 + 1 - 180

Untuk menghitung titik 3 diperlukan 23 dimana :

23= {( 12+ 180) + 2 } 360

= A1 + 2 - 180

= 0 + 1 + 2 360

Begitu juga selanjutnya :34= {( 23+ 180) + 3 } 360

= 23 + 3 - 180

= 0 + 1 + 2 + 3 540

Dan 45= {( 34+ 180) + 4 } 360

= 34 + 4 - 180

= 0 + 1 + 2 + 3 + 4 720

a 0= 1 + 2 + 3 + 4 720

1 + 2 + 3 + 4= ( a 0 ) + 720

sudut diukur = ( a 0 ) + n. 180

Telah disebutkan sebelumnya bahwa sudut jurusan akhir (45 = a ) dan sudut jurusan awa (0) sudah diketahui. namun setiap pengukuran sudut biasanya mengandung kesalahan, sehingga dapat dibentuk suatu persamaan dengan memberikan koreksi :

sudut diukur + f() = ( a 0 ) + n. 180

Dimana f() adalah besarnya koreksi yang diberikan untuk pengukuran sudut.

b) Poligon dikontrol dengan koordinat akhirKoordinat titik awal dan sudut jurusan awal diketahui, kemudian titik akhir poligon diikatkan lagi pada satu titik yang telah diketahui koordinatnya

c) Poligon terkontrol dan terikat sempurnaPada poligon ini, titik awalnya diikatkan pada satu titik yang ada koordinatnya (titik A) dan mempunyai sudut jurusan awal (0). Selain itu pada titik akhir diberikan sudut jurusan akhir (a) dan diikatkan pada titik yang telah mempunyai koordinat (titik B). dnegan adanya 0 dan a, koordinat titik awal dan titik akhir, maka hasil pengukurannya dapat dikontrol.

2.2 Teori Sipat Datar (Levelling)

2.2.1. Prinsip Penentuan Beda Tinggi dengan Sipat DatarBeda tinggi didefinisikan sebagai perbedaan ketinggian antar dua titik atau lebih. Beda tinggi dapat diukur dengan cara sipat datar (Levelling), yang merupakan suatu metoda penentuan tinggi relatif dari beberapa titik di atas datum atau di bawah suatu bidang acuan tersebut sebagai referensi. Pada kenyataanya pengukuran beda tinggi adalah penentuan vertikal dari titik tersebut dengan garis penyipat datar alat yang ditempatkan di atas statif.Dalam aplikasi praktis, levelling dilakukan dengan bantuan (alat ukur sipat datar) dan suatu baak ukur sebagimana diperlihatkan pada Gambar 2.7. tinggi titikA di atas datum adalah 1.500-0.750 = 0.750 m, dan tinggi titik C adalah 1.500-1.050 = 0.450 m di atas datum.Datum merupakan bidang datar yang melalui titik B (patok B). Dalam istilah geodesi, datum ketinggian yang digunakan adalah berupa tinggi permukaan air laut rata-rata (mean sea level). Berdasarkan datum tersebut dapat dikembangkan jaringan levelling, sebagai titik kontrol ketinggian yang biasa disebut Bench Mark (BM). Sebagai acuan penentuan tinggi titik tersebut digunakan muka air laut rata-rata (MSL) atau tinggi lokal.

Gambar 2.7Prinsip Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Datar2.2.2 Jenis Peralatan Sipat DatarBerdasarkan Konstruksinya alat ukuyr penyipat datar dapat di bagi dalam empat macam utama :a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap ditempatkan diatas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan sumbu ke satu sebagai sumber putar.b. Alat ukur Penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan ditempatkan pada teropong. Dengan demikian, teropong selain dapat diputar dengan sumbu ke satu sebagai sumbu putar, dapat pula diputar dengan suatu sumbu yang letak searah dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu mekanis teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.c. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang mempunyai sumbu mekanis, tetapi nivo tidak diletakan pada teropong, melainkan ditempatkan di bawah, lepas dari teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar.d. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat datar dan dapat diletakkan di bagian bawah dengan landasan yang berbentuk persegi, sedang nivo ditempatkan di teropong.

2.2.3 Kesalahan-kesalahan dalam Levelling

A. Kesalahan Perorangan dan AlatAdapun kesalahan dalam levelling karena human error yaitu1. Kekeliruan dalam membaca angka pada rambu ukur dapat di atasi dengan membaca ketiga benang diafragma.2. Kekeliruan penulis dalam mencatat data ukur.3. Kesalahan pemegang rambu ketika menempatkan rambu di atas titik sasaran.Sedangkan kesalahan dari alat meliputi :1. Garis bidik tidak sejajar dengan garis nivo. Hal ini dapat dihindarkan dengan menempatkan alat di tengah-tengah rambu belakang dan rambu muka (dp=dm) atau usahakan jumlah jarak rambu belakang = jumlah jarak muka.2. Kesalahan karena garis nol skala dan kemiringan rambu. Misalnya letak garis nol sakal pada rambu A dan B tidak benar, maka hasil pembacaan pada rambu A harus dikoreksi Ka dan pada rambu B sebesar Kb. Misalnya dalam keadaan rambu tegak pembacaan akan menunjukkan angka a, sedangkan pembacaan pada waktu rambu miring sebesar . Dari penelitian pengaruhmiringnya rambu tidak dapat dihilangkan sehingga untuk mendapatkan hasil beda tinggi yang lebih baik haruslah digunakan nivo rambu yang baik.B. Kesalahan yang Bersumber pada AlamAdapun beberapa kesalahan yang bersumber dari alam yaitu1. Kesalahan karena melengkungnya sinar (refraksi). Dalam hal ini, sinar cahaya yang datang dari rambu ke alat penyipat datar karean melalui lapisan-lapisan udara yang berbeda baik kepadatan, tekanan maupun suhunya, maka sinar yang datang bukanlah lurus melainkan melengkung.2. Kesalahan karena melengkungnya bumi.3. Kesalahan karena masuknya Statif alat penyipat datar ke dalam tanah. Hal ini dapat memberi pengaruh pada hasil pengukuran. Pengaruh masuknya statif penyipat datar ke dalam tanah dapat dihilangkan dengan cara pengkuran sebagai berikut Baca rambu belakang, kemudian rambu muka, Alat penyipat datar dipindah Baca rambu muka, kemudian rambu belakang.4. Kesalahan karena panasnya sinar matahai dan geratan udara. Hal ini akan menimbulkan perubahan pada gelembung nivo sehingga akan mengakibatkana kesalahan pada hasil pengukuran. Oleh karena itu, untuk menghindari hal tersebut pada waktu pengukuran alat penyipat datar haris dilindungi dengan payung atau pengkuran dilakukan pada saat lapisan udara tenang yaitu waktu pagi dan sore.

2.3 Teori Kontur2.3.1 Pengertian KonturKontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang berketinggian sama dari permukaan laut.Kontur memiliki sifat-sifat yaitu1. Satu garis kontur mewakili suatu ketinggian tertentu2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi.3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang4. Kontur mempunyai interval tertentu (misalnya 1 m, 5 m, 25 m, dst.)5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang landai.6. Rangkain garis kontur yang berbentuk huruf U menandakan punggungan gunung.7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf V terbalik menandakan suatu lembah/jurang.8. Kontur dapat mempunyai nilai positif (+), nol (0), atau pun negatif (-).9. Pada jalan yang lurus dan menurun, maka kontur cembung ke arah turun.10. Pasa sungai yang lurus dan menurun, maka kontur cekung ke arah turun.11. Kontur tidak memotong bangunan atau melewati tungan di dalam bangunan.

2.3.2 Interval Kontur

Dalam penarikan antara kontur yang satu dengan kontur yang lain didasarkan pada besarnya perbedaan ketinggian antara ke dua buah kontur yang berdekatan dan perbedaan ketinggian tersebut disebut dengan interval kontur (contour interval). Untuk menentukan besarnya interval kontur tersebut ada rumus umum yang digunakan yaitu :Interval Kontur = 1/2000 x penyebut skala (dalam meter).Contoh : Peta kontur yang dikehendaki skalanya 1 : 5.000, berarti intervalkonturnya : 1/2000 x 5.000 (m) = 2,5 m.Dengan demikian kontur yang dibuat antara kontur yang satu dengan kontur yang lain yang berdekatan selisihnya 2,5 m. Sedangkan untuk menentukan besaran angka kontur disesuaikan dengan ketinggian yang ada dan diambil angka yang utuh atau bulat, misalnya angka puluhan atau ratusan tergantung dari besarnya interval kontur yang dikehendaki. Misalnya interval kontur 2,5 m atau 5 m atau 25 m dan penyebaran titik ketinggian yang ada 74,35 sampai dengan 253,62 m, maka besarnya angka kontur untuk interval kontur 2,5 m maka besarnya garis kontur yang dibuat adalah : 75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m, 85m, 87,5 m, 90 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 5 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95 m, 100 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 25 m, maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 100 m, 125 m, 150 m, 175 m, 200 m dan seterusnya.Cara penarikan kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi) antara besarnya nilai titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang ditarik, artinya antara dua titik ketinggian dapat dilewati beberapa kontur, tetapi dapat juga tidak ada kontur yang melewati dua titik ketinggian atau lebih. Jadi semakin besar perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin banyak dan rapat kontur yang melalui kedua titik tersebut, yang berarti daerah tersebut lerengnya terjal, sebaliknya semakin kecil perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian tersebut, maka semakin sedikit dan jarang kontur yang ada, berarti daerah tersebut lerengnya landai atau datar. Dengan demikian, dari peta kontur tersebut, kita dapat membaca bentuk medan (relief) dari daerah yang digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah tersebut berlereng terjal (berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau datar.2.3.3. Penggunaan KonturAdapun kegunaan utama dari peta kontur yaitua. Memberikan profil permukaan (tinggi sampai dengan rendah) tanah.b. Menggambarkan potongan vertikalc. Menempatkan proyek dan menggambarkan perpotongan dari permukaan-permukaan.d. Membuat trase jalan raya/kereta apie. Membuat allignment saluran irigasi

2.3.4. Prosedur Pengambilan dan Pengolahan Data KonturBerikut prosedur yang dilakukan dalam pengambilan data hasil pengukuran kontur hingga prosedur peng-input-an data hasil pengukuran kontur :1) Melakukan centering statif di titik yang telah diberi tanda dengan patok. Pastikan posisi titik di total station sejurus dengan patok penanda. Kemudian hitung elevasi total station terhadap permukaan tanah.2) Apabila total station telah di set dan siap untuk mengukur, siapkan 2 buah target yang masing-masing menempati daerah tertentu yang ingin diketahui bentuk kontur dan menjadikan variasi dalam data. Contohnya adalah pada samping jalan, gedung, tiang listrik, lampu, dan lain-lain3) Setelah target berdiri tegak sempurna, arahkan total station ke target tersebut untuk menghitung jarak, sudut dan elevasinya. Sebelumnya, pada total station beri keterangan terlebih dahulu dimana target tersebut berada. Misalkan target berada di pinggiran jalan, untuk itu pada total station harus diberi keterangan JLN baru kemudian diukur jaraknya.4) Data tersebut akan tersimpan pada memori yang terdapat di dalam total station yang telah di-setting sebelumnya.5) Ulangi langkah ke-3 dan ke-4 pada setiap tempat di sekitar lokasi pengambilan data, contohnya adalah jalan, pohon, tembok, pagar, dan lain-lain.6) Setelah pengukuran dengan total station selesai dilakukan, masukkan data yang telah didapatkan tersebut ke dalam komputer. Caranya adalah dengan menggunakan aplikasi Topcon Link yang merupakan Operating System dari Total Station yang akan mentransfer data dari Total Station ke komputer. Kemudian masukkan data tersebut ke dalam microsoft excel.7) Setelah data dimasukkan ke microsoft excel, perbaiki data sedemikian rupa, seperti merubah notasi sudutnya, dan lain-lain. Kemudian save data yang telah diolah dengan format .csv8) Setelah di save, close microsoft excel. Kemudian buka aplikasi Autocad Civil Design dan import data microsoft excel yang telah di save dalam format .csv, maka akan muncul point-point pada layar di aplikasi Autocad Civil Design tersebut. Point-point yang terdapat pada layar tersebut, sesuai dengan data yang telah diperoleh saat pengambilan data kontur.9) Point-point yang ada pada layar dihubungkan dengan layer yang berbeda-beda sesuai dengan keterangan yang terdapat pada point. Misalnya point-point jalan, maka buatlah layer dengan nama Jalan dan dengan warna layer, misalnya merah. Setelah itu hubungkan tiap point-point jalan tersebut dengan menggunakan polyline. Cara seperti ini juga digunakan untuk point-point bangunan dan pagar.10) Untuk mempermudah mengidentifikasi point, misalnya keterangan pohon, maka pada point-point pohon dapat diberikan simbol. Cara untuk memberikan simbol pohon misalnya dengan memilih menu utilities kemudian pilih submenu simbol manager , maka akan tersedia jendela simbol manager, pilih plant untuk memberikan simbol pohon, pilihlah model simbol yang diinginkan.11) Setelah setiap point dihubungkan dan diberi simbol, kita masukkan 3D-Line pada layar cara Terrain > Edit Surface > Import 3D-Line. Setelah 3D-Line muncul pada layar, kita gunakan flip face untuk menyesuaikan 3D-Line dengan polyline.12) Setelah itu, kita bisa memasukkan kontur pada layar dengan cara Terrain > Create Contour > Klik OK.

BAB IIIDATA DAN PENGOLAHAN DATA4.1 Data Hasil Pengukuran

4.1.1 Data Hasil Pengukuran Poligon

Berikut ini data hasil pengukuran poligon :

Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran PoligonPoint Horizontal AngleVertical AngelSlope

OccObsDRDR

P1P500 00 00180 00 0396 21 58263 383822.093

P2270 561690 56 1690 28 59269 312862.323

P200 00 00180 00 06

P589 03 51269 03 52

P2P100 00 00179 59 5989 33 46270 263662.321

P3235 351055 35 1293 32 01266 281611.630

P300 00 00180 00 00

P1124 2434304 24 44

P3P200 00 00180 00 2586 27 02273 331111.632

P4300 0112120 01 1488 54 43221 054055. 274

P400 00 00180 00 02

P259 58 58239 59 06

P4P300 00 00179 59 5991 05 45268 550555.277

P5153 0844333 08 4898 12 00261 480215.857

P500 00 00179 59 56

P3266 505526 51 03

P5P400 00 00180 00 0381 47 22278 13 0315.858

P1300 19 09120 19 1383 38 12276 22 0522.097

P100 00 00180 00 10

P459 40 46239 40 57

yxEDCBAKeterangan :A = P1B = P2C = P3D = P4E = P5Berikut merupakan sketsa poligon :

4.1.2. Data Hasil Pengukuran Beda Tinggi (Levelling)Berikut ini data hasil pengukuran beda tinggi (Levelling) :

Tabel 4.2. Data Hasil Pengukuran Beda Tinggi (Levelling)NOSACKFORECROSS HAIR

STAND ISTAND II

MIDDLETOPMIDDLETOP

BOTTOMBOTTOM

P1 129914051300

1190

1143315251437

1340

1118113131167

1049

P2156815921556

1547

P2153815661520

1508

P3216621982148

2135

P3234124902314

2191

4127513991248

1152

4114311781185

1108

P5336534203405

3308

P5338334383360

3327

P1107511501052

1000

4.1.3. Data Hasil Pengukuran Kontur (Terlampir)4.2 Pengolahan Data Hasil Praktikum

4.2.1 Pengolahan Data Hasil Praktikum PoligonA. Koreksi Sudut HorisontalContoh Perhitungan: Sudut Horisontal P1 ke P5 dan P2 Diketahui sudut hasil pengukuran ke P5 : Biasa = 00 00 00, Luar Biasa = 180 00 03, sehingga untuk mengetahui rata-rata sudut biasa dan luar biasanya, makaMean= (00 00 00 + 00 00 03)/2= 00 00 03/2 = 00 00 1.5(Cukup Second-nya yang diperhitungakan)Diketahui sudut hasil pengukuran ke P2 : Biasa= 270 56 16, Luar Biasa= 90 56 16, sehingga untuk mengetahui rata-rata sudut Mean= (00 00 16 + 00 00 16)/2= 00 00 32/2 = 00 00 16Selisih mean dari P5 dan P2= 00 00 16-00 00 1.5= 00 00 14.5(Diselisihkan karena sudut Luar Biasa P5 lebih dari 180, jika kurang dari 180 maka dijumlahkan)Sehingga didapatkan,Sudut P5-P1-P2= 270 56 00 + 00 00 14.5 = 270 56 14.5 Sudut Horisontal P1 ke P2 dan P5(Backside)Diketahui sudut hasil pengukuran ke P2 : Biasa = 00 00 00, Luar Biasa = 180 00 06, sehingga untuk mengetahui rata-rata sudut biasa dan luar biasanya, makaMean= (00 00 00 + 00 00 06)/2= 00 00 06/2 = 00 00 03Diketahui sudut hasil pengukuran ke P5 : Biasa = 89 03 51, Luar Biasa = 269 03 52, sehingga untuk mengetahui rata-rata sudut biasa dan luar biasa, makaMean= (00 00 51 + 00 00 52)/2= 00 00 103/2 = 00 00 51.5Selisih mean dari P2 dan P5= 00 00 51.5-00 00 03= 00 00 48.5Sehingga didapatkan,Sudut P2-P1-P5= 89 03 00 + 00 00 48.5= 89 03 48.5Pengukuran Backside dilakukan agar memperoleh hasil koreksi sudut yang tepat untuk P5-P1-P2. Sehingga didapatkan, Sudut P5-P1-P2 = 270 56 14.5Sudut P2-P1-P2 = 89 03 48.5_________ +Jumlah360 00 03Maka, Total eror = 360 00 03- 360 00 00= 00 00 03Eror= 00 00 03/2= 00 00 1.5Sehingga didapatkan sudut sebenarnya yaituSudut P5-P1-P2= 270 00 14.5 00 00 1.5= 270 00 13Catatan : Apabila jumlah sudut (awal dan backside) kurang dari 360 maka hasil selisih dijumlahkan.

B. Koreksi Sudut VertikalContoh perhitungan : Sudut Vertikal P1 ke P5 dan P2Diketahui sudut vertikal hasil pengukuran ke P5 : Biasa = 96 21 58, Luar Biasa = 263 38 38, sehingga untuk mengetahui rata-rata sudut biasa dan luar biasanya, makaMean= (00 00 58 00 00 38)/2= 00 00 20/2 = 00 00 10(Diselisihkan second-nya karena lebih dari 360, jika kurang dijumlahkan)Sehingga didapatkan, Sudut vertikal ke P5= 96 21 00 + 00 00 10 = 96 21 10

Catatan : Jika jumlah sudut biasa dan luar biasa vertikal kurang dari 360, maka second-nya dijumlahkan dan hasil koreksinya tidak dibuat 00 lagi bagian second-nya, tetapi diselisihkan dengan second sudut biasa).Diketahui sudut vertikal hasil pengukuran ke P2 : Biasa = 90 28 59, Luar Biasa = 269 31 28, sehingga untuk mengetahui rata-rata sudut biasa dan luar biasanya, makaMean= (00 00 59 00 00 28)/2= 00 00 31/2 = 00 0015.5Sehingga didapatkan,Sudut Vertikal ke P2= 90 28 00 00 00 15.5 = 90 28 15.5

C. Perhitungan Jarak HorisontalContoh Perhitungan : Jarak Horisontal P1 ke P5 dan P2Diketahui sudut vertikal P1 ke P5 yaitu 96 21 10 dan kemiringannya (slope) adalah 22.093 m, makaJarak Horisontal P1-P5= 22.093 x Sin 96 21 10= 21.957 mDiketahui sudut vertikal P1 ke P5 yaitu 90 28 15.5 dan kemiringannya (slope) adalah 62.323 m, makaJarak horisontal P1-P2= 62.323 x Sin 90 28 15.5= 62.323 m

D. Perhitungan Jarak Vertikal (Beda tinggi)Contoh Perhitungan Jarak Vertikal P1 ke P5 dan P2Diketahui sudut vertikal P1 ke P5 yaitu 96 21 10 dan kemiringannya (slope) adalah 22.093 m, tinggi P1 = 1.486 m, tinggi P5 = 1.343 m, makaJarak Vertikal P1-P5= 22.093 x Cos 96 21 10 + (1.486-1.343)= -2.302 mDiketahui sudut vertikal P1 ke P2 yaitu 90 28 15.5 dan kemiringannya (slope) adalah 62.323 m, tinggi P1 = 1.486 m, tinggi P2 = 1.486 m, makaJarak Vertikal P1-P2= 62.323 x Cos 90 28 15.5 + (1.486-1.486)= -0.512

E. Perhitungan Luas Poligon

Tabel 4.3 Perhitungan Luas Poligon

TitikCorrected Vertical AngleSlope DistanceHorizontal Distance XDifferential Elevation YArea (+)Area (-)

P2 P189 33 3562,32162,3190.49030.54

P3 P286 26 55.511,63211,6100,6407.430

P4 P3 91 05 2055,27755,267-0,99054,71

P5 P481 47 9.515,85815,6952,14433,65

P1 P5 96 21 1022,09321,957-2,30250.55

Total 71.62105.26

4.2.2. Pengolahan Data Hasil Praktikum Levelling1. Untuk titik P1 dan titik 1 Distance= distance titik awal+distance titik selanjutnya= 215 + 185= 400 dm= 40 m Height On the Pag = total diff elevation 2 = (134 + 137) / 2 = 135.5 = -0.1355 (disebabkan nilai elevasinya negatif)2. Untuk titik 1 dan titik P2 Distance= distance titik awal+distance titik selanjutnya= 264 + 45= 309 dm= 30.9 m Height On the Pag = total diff elevation 2= (390 + 389) / 2= 389.5= -0.388 (disebabkan nilai elevasinya negatif)

3. Untuk titik P2 dan titik P3 Distance= distance titik awal+distance titik selanjutnya= 58 +63= 121 dm= 12.1 m Height On the Pag = total diff elevation 2 = (628 + 628) / 2 = 628 = -0.628 (disebabkan nilai elevasinya negatif)4. Untuk titik P3 dan titik 4 Distance= distance titik awal+distance titik selanjutnya= 299 + 247= 546 dm= 54.6 m Height On the Pag = total diff elevation 2 = (1066 + 1066 ) / 2 = 1066 = +1.066 (disebabkan nilai elevasinya positif)5. Untuk titik 4 dan titik P5 Distance= distance titik awal+distance titik selanjutnya= 70 + 112= 182 dm= 18.2 m Height On the Pag = total diff elevation 2 = (2222 + 2220) / 2 = 2221 = -2.221 (disebabkan nilai elevasinya negatif)6. Untuk titik P5 dan titik P1 Distance= distance titik awal+distance titik selanjutnya= 111 + 150= 261 dm= 26.1 m Height On the Pag = total diff elevation 2 = (2308 + 2308) / 2 = 2308 = +2.308 (disebabkan nilai elevasinya positif)

Kesalahan relatif keseluruhan= -0.1355 + (-0.3895) + (-0.628) + 1.066 + (-2.221) + 2.308= 0Jadi kesalahan relatif yang dihasilkan dari pengambilan data-data percobaan yakni sebesar 0 (nol). Dengan kesalahan relatif sebesar 0 % menandakan pengolahan data tersebut nilainya sama dengan nilai presisi.4.3.3. Pengolahan Data Hasil Praktikum KonturPengolahan Data Hasil Praktikum Kontur tidak secara manual tetapi digital. Pengolahannya menggunakan Program MS. Excel dan aplikasi untuk mengubah data dalam bentuk koordinat agar dapat di plott di Autocad Civil Design 2009.

4.3 Tabel Hasil Pengolahan Data4.3.1. Tabel Hasil Pengolahan Data Poligon (Terlampir)

4.3.2. Tabel Hasil Pengolahan Data LevellingNO SACK FORECROSS HAIRDISTANCE(dm)DIFF ELEVATIONHEIGHT ON THE PAG

STAND 1STAND 2

MIDDLETOPMIDDLE+-

BOTTOM

P1129914051300215134-0.1355

1190

1143315251437185137

1340

400

1118113131167264390-0.3895

1049

P215681592155645389

1547

309

P215381566152058628-0.628

1508

P321662198214863628

2135

121

P32341249023142991066+1.066

2191

41275139912482471066

1152

546

4114311781185702222-2.221

1108

P53365342034051122220

3308

182

P53383343833601112308+2.308

3327

P11075115010521502308

1000

261

Keterangan : Data yang diperoleh dari lapangan Data yang diolah Total distance (dm)4.3.3. Tabel Hasil Pengolahan Data Kontur (Terlampir)BAB VIPENUTUP

4.1 KesimpulanAdapun kesimpulan dari praktikum Ilmu Ukur Tanah secara keseluruhan yaitu Dalam Praktikum Poligon, jenis poligon yang diukur yaitu poligon tertutup. Adapun luas area poligon yatitu sekita 70 meter persegi Levelling bertujuan untuk menghitung perbedaan ketinggian (elevasi) dari satu titik ke titik yang lain. Data yang didapat mendekati presisi dikarenakan kesalahan relatif kurang dari 10%. Kesalahan diakibatkan karena keadaan alam (cuaca yag panas) dan human error (kurang tepat membaca sumbu ukur). Besarnya kesalahan relatif bergantung pada perbedaan ketinggian titik-titik tersebut dan tandanya (yang menunjukkan kedua titik tersebut naik atau turun). Benang atas dan bawah dibutuhkan untuk membuktikan nilai dari besarnya ketinggian titik tersebut presisi atau mendekati benar yakni dengan merata-ratakan kedua nilai tersebut kemudian menyamakannya dengan nilai benang tengah. Adanya data kontur yang sengaja disalahkan menyebabkan terjadinya kekacauan bentuk kontur4.2 SaranAdapun Saran oleh penulis agar data hasil praktikum bisa lebih baik sebagai berikut: Sebaiknya alat yang akan digunakan harus dalam keadaan baik dan lengkap. Untuk itu, para praktikan harus memastikan alat dalam kondisi yang baik dan terkalibrasi secara benar untuk menghindari atu mengurang kesalahan yang bisa dibuat. Untuk mendapatkan data yang akurat, sebaiknya para praktikan memastikan setiap saat alat dalam kondisi yang sesuai prosedur, contohnya kedudukan nivo yang harus berada di tengah. Jangan lupa untuk mengambil sketsa lapangan agar dapat dicocokan dengan hasil yang diperoleh Alat ukur harus selalu dijaga agar alat ukur tetap aman dan terkendali. Perhatikan dengan cermat semua arahan yang diberikan asisten. Koordinasikan selalu perkembangan proses praktikum dengan asisten, hal ini sangat berguna untuk mendeteksi kesalahan lebih awal. Dalam pembacaan rambu gunakanlah kontrol dengan rumus Bt = (Ba+Bb)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :Wongsotjiro, Soetomo. 2007. ILMU UKUR TANAH. Jakarta : KANISIUS.Sumber Internet :http://zulzulaidy.blogspot.com/2012/10/bab-i-pendahuluan-1.htmlhttp://lisabowo73.blogspot.com/2012/05/laporan-praktikum-ilmu-ukur-tanah-ii.htmlhttp://geojati.wordpress.com/2012/10/22/pemetaan-terestris-laporan/http://download.spmabanjarbaru.sch.id/files/Alat%20Penyipat%20Datar.pdfhttp://squidybaflowbskey.blogspot.com/2011/06/total-station-20-judul-to-3-tgb-2.html#.UcwqdMif2xYhttp://learnmine.blogspot.com/2013/04/ilmu-ukur-tanah.html#axzz2XPwwh47Ihttp://malemosau.blogspot.com/2011/03/ilmu-ukur-tanah-teknik-sipil.html* Diakses tanggal 19 Juni 2013

31