Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI BENTUK SEDIAAN OBAT Oleh: Kelompok B5 1. 122010101009 Ayu Dilia Novita S. 2. 122010101022 Krisnha Dian Ayuningtyas 3. 122010101034 Sovira Maris Sabrina 4. 122010101047 Asyirah Mujahidah Fillah 5. 122010101059 Meytika Fauziah Sugiartanti 6. 122010101075 Della Rahmaniar Amelinda 7. 122010101091 Muhtar Ady Kusuma 8. 122010101098 Putri Erlinda Kusumaningrum FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2013
34

Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

Dec 13, 2014

Download

Documents

Sarah Andriani

fk
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

BENTUK SEDIAAN OBAT

Oleh:

Kelompok B5

1. 122010101009 Ayu Dilia Novita S.

2. 122010101022 Krisnha Dian Ayuningtyas

3. 122010101034 Sovira Maris Sabrina

4. 122010101047 Asyirah Mujahidah Fillah

5. 122010101059 Meytika Fauziah Sugiartanti

6. 122010101075 Della Rahmaniar Amelinda

7. 122010101091 Muhtar Ady Kusuma

8. 122010101098 Putri Erlinda Kusumaningrum

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................2

BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................3

1.2 Tujuan...................................................................................................................3

BAB 2. METODE PRAKTIKUM.........................................................................................4

2.1 Alat dan Bahan.....................................................................................................4

2.2 Prosedur Kerja .....................................................................................................4

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................5

3.1 Data Hasil Pengamatan........................................................................................5

3.2 Pembahasan..........................................................................................................9

BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................20

4.1 Kesimpulan.........................................................................................................20

4.2 Saran...................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................21

LAMPIRAN ........................................................................................................................22

2

Page 3: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu langkah dalam penulisan resep yang baik dan rasional adalah pemilihan

bentuk sediaan obat yang tepat untuk pasien. Terdapat berbagai jenis bentuk sedian obat

dengan cara pemberian yang berbeda. Ada satu jenis yang terdiri atas berbagai bentuk

sediaan, tetapi ada juga obat yang hanya memiliki satu bentuk sediaan. Ada banyak hal

yang mendasari pembuatan bentuk sediaan obat. Terkadang dokter mengharapkan bentuk

sediaan tertentu yang tidak disediakan oleh apotek, namun dokter dapat meminta bentuk

sediaan obat sesuai yang diharapkan asalkan bentuk sediaan obat masih sesuai dengan

sifat-sifat obat tersebut.

Pembuatan bentuk sediaan obat yang tidak tepat justru akan mengurangi efektivitas dari

obat. Misalnya ada obat tertentu yang bila dibuat dalam bentuk cair (sirup) akan

mengalami kerusakan sehingga menjadi tidak manjur. Ada juga obat tertentu yang bila

dibuat dalam bentuk sirup rasanya sangat pahit sehingga meskipun sudah ditambah

pemanis, pasien tetap akan kesulitan mengonsumsinya karena tidak tahan dengan rasa

pahitnya. Bentuk sediaan tertentu juga akan diproduksi dengan biaya mahal, sehingga

harga jualnya juga semakin tinggi. Pasien tertentu tidak mampu membeli obat dengan

bentuk sediaan yang mahal juga harus menjadi pertimbangan dokter dalam memilihkan

obat.

1.2 Tujuan

- Membedakan bentuk-bentuk sediaan obat dan kemasannya

- Mencocokkan bentuk sediaan obat dengan cara pemberiannya

- Mendeskripsikan cara pemberian obat berdasarkan bentuk sediaan masing-masing

- Memilih bentuk sediaan obat yang tepat untuk masing-masing kondisi pasien

3

Page 4: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

BAB 2. METODE PRAKTIKUM

2.1 Alat dan Bahan

- Berbagai bentuk sediaan obat

- Informasi obat

2.2 Prosedur Kerja

1. Menyiapkan obat-obat yang akan diamati.

2. Mengamati dan mengidentifikasi BSO dengan mencatat nama obat, jenis obat

(kandungan obat), bentuk sediaan, dan cara pemberian obatnya.

3. Mencari informasi, bentuk sediaan yang lain dari jenis obat yang ada dalam sediaan.

4. Mendiskusikan indikasi pemberian obat tersebut dan untuk mengetahui pertimbangan

dokter dalam memilih bentuk sediaan tersebut.

5. Mendiskusikan prosedur pemberian obat masing-masing dan melaporkannya dalam

bentuk laporan.

4

Page 5: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Pengamatan

NONAMA

OBAT

JENIS

OBATINDIKASI BSO

CARA

PEMBE-

RIAN

KELOMPOK

PASIENBSO LAIN

1 Berotec Fenote-

rol HBr

Asma akut,

pencegahan

asma yang

dipicu oleh

aktivitas fisik,

asma bronkial

dan keadaan

lain dengan

penyempitan

saluran napas

yang

reversibel.

Inhaler

100 mcg/

semprot

x 200

semprot

x 10 ml

inhalasi

Dewasa, anak 6-12

th, anak <6 th

(-) DM yang tak

terkontrol, infark

miokard yg belum

lama terjadi,

penyakit jantung

organik atau

gangguan vaskular

yang berat,

hipertiroid,

freikomositema,

perburukan

dispnea akut yang

cepat. Hamil

trimester 1, laktasi.

Larutan

inhalasi

0,1% x 50

ml x 1

2 Genoint

0,3 %

Genta-

micin

sulfate

Pengobatan

infeksi yang

disebabkan

oleh bakteri

yang rentan

terhadap

gentamicin

pada struktur

sebelah luar

dari mata .

Unguen-

tum

Oleskan

pada mata

yang sakit

2-4 kali

sehari.

Setelah

bedah

intraokular

dapat

diberikan

Semua umur Injeksi,

tetes

5

Page 6: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

Juga

digunakan

untuk

pencegahan

infeksi mata

setelah

pembuangan

benda asing di

kornea atau

konjunctiva,

setelah trauma

kimiawi atau

fisik dan

setelah bedah

mata

sebagai

bagian

pada

pembalut

harian

pasca

bedah

rutin pada

mata dan

diteruskan

sampai

tercapai

penyembu

han total

dari

inflamasi

pasca

bedah.

(topikal)

3

Hydro-

corti-

sone

Hydro-

cortisone

acetate

Dermatitis

atopik dan

kotak, pruritus

non spesifik,

Krim 1%

x 5 g x

12

topikal Semua umur

Krim 2,5 %

x 5 g x 12,

serbuk,

tablet

4 Alpara Per

kapsul:

Paraceta

mol 500

mg,

phenylpr

opanola

mine

HCl 12,5

mg,

Meredakan

gejala flu,

seperti demam,

sakit kepala,

hidung

tersumbat, dan

bersin-bersin

yang disertai

batuk.

Kapsul

15 x 10

oral Dewasa, anak 6-

12 tahun.

(-) Hipertensi

atau punya

potensi untuk

hipertensi atau

stroke. Disfungsi

hati dan ginjal,

glaukoma,

hipertropi

Sirup 60 ml

6

Page 7: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

chlorphe

niramine

maleate

2 mg,

dextrome

trophan

Hbr 15

mg.

prostat,

hipertiroid,

retensi urin.

Anak <6 th.

Hamil, laktasi.

Debilitas,

hipoksia. Asma,

emfisema

5

Chlor-

amphe-

nicol

Chlor-

amphe-

nicol

Demam tifoid,

batuk kering,

bruselosis,

riketsiosis,

pneumonia,

bronkopneumo

nia, bakterimia

gram ( - )

Kapsul

250mg x

10 x 10

oral

Dewasa, anak 6-

15 th, 1-5 th,

bayi

(-) pemakaian

jangka panjang,

bayi, defisiensi

G6PD,

kerusakan fungsi

hati dan ginjal.

Sirup 125

mg/5 mL x

60 mL

Vial 1g x 10

6Erla-

mycetin

Chlor-

amphe-

nicol

Infeksi

superfisial

pada telinga

luar oleh

bakteri gram

(+) atau (-)

yang peka.

Tetes

(cair)

Menetes-

kan ke

dalam

lubang

telinga 2-3

tetes, 3x1

Semua umur -

7

Lidoca-

in cum

adrena-

lin

Lidocain

HCL

40mg

Adrena-

lin 50mg

Solvens

ad 2mg

Anestesi lokal vial injeksi Semua umur -

8 Erythro

-mycin

Erythro-

mycin

Infeksi saluran

nafas,mulut,sal

Sirup

kering

oral Dewasa 250-500mg

4x/hari

Tablet,

kapsul

7

Page 8: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

200mg uran

pencernaan,kul

it,telinga

Anak >2 th 12,5

mg/BB (kg)

2-4x/hari

9

Puyer

bintang

toedjoe

Acetami-

nopen

400mg

Acetosal

250 mg

Coffein

50mg

Meringankan

sakit gigi,sakit

kepala, dan

menurunkan

demam

pulvis oral

Dewasa, anak > 12

th: 3-4x1 bungkus.

Anak 6-12th: 3-4x 1,

½-1 bungkus

-

10

Asam

mefe-

namat

Mefena-

mic acid

Sakit kepala,

sait gigi, nyeri

otot tulang,

nyeri karena

luka,

nyerisetelah

operasi, nyeri

setelah

melahirkan,

dismenore,

nyeri reumatik,

nyeri tulang

belakang,

demam

Tablet

salut

selaput

500 mg x

10 x 10

oral

Dewasa

(-) Hamil dan

laktasi, gangguan

ginjal dan hati.

-

11

Anti

hemo-

roid

Anti-

hemo-

roid

WasirSuppoito

riaAnal Dewasa -

12 Flagy-

statin

Per gram

krim:

Metronid

azole

111 mg,

nystati

Infeksi

campuran pada

vagina karena

trichomonas

vaginalis dan

candida

Krim 25

g

Krim

dimasukka

n dalam

vagina

Wanita dewasa Ovula 10

8

Page 9: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

22,222

iu.albicans.

13Xylo-

midon

Antalgin,

pyramid

on,

lidocain

HCl

Untuk anestasi

infiltrasi,

blokade saraf,

anestesi spinal,

anestesi

epidural,

anestesi caudal

Intra-

muscularSemua umur -

14

Hydro-

cortison

e

Hydro-

cortisone

acetate

Menekan

reaksi kult

yang bukan

karena infeksi,

eksem dan

alergi kulit,

dermatitis

atopik

Krim 2,5

% x 5 g

x 12

topikal Semua umurKrim 1% x

5 g x 12

3.2 Pembahasan

Menurut Ansel (1985), obat adalah zat yang digunakan untuk diagnosis, mengurangi

rasa sakit, serta mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Sediaan obat

yang beredar dipasaran sangat banyak bentuknya dan tujuan penggunanaanya pun berbeda-

beda. Dibawah ini akan di jelaskan berbagai macam bentuk obat.

Macam-macam bentuk obat :

1. Obat bentuk sediaan padat

a. Kapsul adalah sediaan obat yangg terbungkus cangkang kapsul yang umumnya terbuat

dari gelatine. Kapsul dibagi menjadi 2 macam yaitu:

Kapsul keras : umumnya berisikan bahan obat yang kering.

9

Page 10: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

Kapsul lunak : umumnya bahan obat berupa minyak atau larutan. Obat dalam

minyak.

Keuntungan :

o Kapsul dapat menutupi rasa obat yg tidak enak, pahit, atau amis.

o Bahan obat tunggal ataupun campuran dapat diberikan dalam

kapsul, besarnya kapsul dipilih yg sesuai (nomor 000,00,0,1,2,3,

4 dan 5 )

o Kapsul dapat pula dilapisi dengan bahan tertentu sehingga tidak

pecah/ larut dalam lambung

o Menutupi bau

o Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari

o Lebih enak dipandang

o Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income

fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain

yang lebih kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk lain ke

dalam kapsul yang lebih besar.

o Mudah ditelan.

10

Page 11: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

b. MACAM-MACAM TABLET

Tablet Lozenges (tablet dihisap seperti permen, sebagai antiseptik pada mukosa

mulut atau tenggorokan contoh : Dequalinium HCl

Tablet sublingual, diletakkan di bwh lidah, melarut lebih cepat dan bahan obat.

diabsorpsi melalui mukosa. contoh : Nitroglicerin.

Tablet Intrabuccal,dimasukkan di pipi bagian dalam, tablet melarut dan bahan

diabsorbsi melalui mukosa. contoh : Progesteron

Tablet Sustained release bahan obat dilepas perlahan-lahan contoh : Isoptin SR,

Tablet yang dimasukkan ke dalam rongga-tubuh. contoh : Nystatin tablet Vagina

Tablet implantasi : implant, diimplantasikan di bwh kulit Contoh : Norplant

BENTUK TABLET

Tablet berbentuk pipih

Tablet Berbentuk bulat

11

Page 12: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

Tablet berbentuk persegi

Tablet yang pakai tanda belahan (scoret tablet , memudahkan untuk membagi

tablet)

Pilulae (PIL) Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung

bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang

ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada

seduhan jamu.

Kapsulae (Kapsul) Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam

cangkang keras atau lunak yang dapat larut.

c. Implant atau pelet adalah sediaan dengan massa padat steril berukuran kecil, berisi obat

dengan kemurnian tinggi (dengan atau tanpa eksipien), dibuat dengan cara pengempaan

atau pencetakan. Implan atau pelet dimaksudkan untuk ditanam di dalam tubuh (biasanya

secara subkutan) dengan tujuan untuk memperoleh pelepasan obat secara

berkesinambungan dalam jangka waktu lama.

d. Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, berupa

serbuk yang dibagi-bagi (pulveres) atau serbuk yang tak terbagi (pulvis).

12

Page 13: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

e. Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan

melalui rectal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu

tubuh.

f. Plester adalah bahan yang digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan yang dapat

melekat pada kulit dan menempel pada pembalut.

2. Obat bentuk sediaan cair

a. Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam

cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil.

b. Solutio atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat

kimia yang terlarut.

Jenis larutan: Larutan oral adalah sediaan cair yang dimaksudkan untuk

pemberian oral.

Yang termasuk dalam larutan oral yaitu:

Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula

lain kadar tinggi.

Elixir adalah larutan oral yang mengandung etanol sebagai

pelarut.

13

Page 14: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

Larutan topikal yaitu sediaan cair yang dimaksudkan untuk

penggunaan topikal pada kulit atau mukosa.

Larutan otik sediaan cair yang dimaksudkan untuk penggunaan

dalam telinga.

Larutan optalmik adalah sediaan cair yang digunakan pada mata.

Spirit adalah larutan mengandung etanol atau hidro alkohol dari

zat yang mudah menguap, umumnya merupakan larutan tunggal

atau campuran bahan. Tingtur adalah larutan mengandung etanol

atau hidroalkohol di buat dari tumbuhan atau senyawa kimia.

c. Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati

dengan air pada suhu 90° C selama 15 menit.

d. Injeksi arti secara luas adalah sediaan obat steril bebas pirogen yang

dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral

menunjukkan pemberian lewat suntikan. Parenteral berasal dari bahasa Yunani

yakni: para dan enteron berarti diluar usus halus dan merupakan rute

pemberian lain dari rute oral.

e. Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam

cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil.

f. Imunoserum adalah sediaan yang mengandung immunoglobulin khas yang

diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian.

3. Obat sediaan setengah padat

a. Krim adalah sediaan setengah padat mengandung sat atau lebih bahan obat terlarut

atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai.

14

Page 15: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

b. Gel (jeli) adalah sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel

anorganik yang kecil atau molekul orgnik yang besar, terpentrasi oleh suatu

cairan.

4. Obat sediaan bentuk aerosol

Aerosol adalah bentuk sediaan yang diberi tekanan, mengandung satu atau

lebih bahan aktif (terapeutik) yang bila diaktifkan pada saat sistem katup

yang sesuai akan memancarkan butiran-butiran cairan dan atau bahan-

bahan padat dalam media gas. Sediaan ini digunakan untuk pemakaian

topikal pada kulit dan juga untuk pemakaian lokal pada hidung (aerosol

nasal), mulut (aerosol lingual) atau paru-paru (aerosol inhalasi).

15

Page 16: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

5. Sediaan obat mata

a. Salep mata adalah salep steril yang digunakan pada mata

b. Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing yang

merupakan sediaan dibuat dan dikemas sedimikian rupa hingga sesuai

digunakan pada mata.

Selain memiliki beberapa bentuk sediaan obat, obat juga memiliki sediaan obat atau

pembawa yang memiliki berbagai macam bentuk seperti yang di jelaskan dibawah ini.

a. Molekuler

Obat dapat berikatan secara kovalen dengan pembawa yang larut dalam air seperti

monoclonal antibodies, karbohidrat, lectins dan immune-toxins. Sistim ini digunakan untuk

mencapai tempat kerja melalui parental. Pelepasan molekul obat pada tempat kerja dengan

cara enzimatis atau hidrilisa.

b. Nano dan Mikropartikel

16

Page 17: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

Nanopartikel merupakan koloid partikel padat, umumnya berukuran kurang dari

200nm.

c. Macrodevices

Macrodevices banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk :

o Parental drug delivery : pompa mekanik, implant

o Oral drug delivery : tablet dan kapsul dengan pelepasan obat terkontrol

o Buccal drug delivery : buccal adhesive patches, film

o Transdermal drug delivery : transdermal patches, iontophoretic devices

o Nasal drug delivery : nasal spray, drops

o Pulmonary drug delivery : metered-dose inhalers, dry powder inhalers,

nebulizer

o Vaginal drug delivery : vaginal rings, creams, sponges

o Ophthalmic drug delivery : tetes mata

Teknologi penghataran obat semakin berkembang sejalan dengan perkembangan

kemanjuran obat seperti waktu kerja obat, penargetan obat pada tempat yang sakit, pelepasan

obat yang disebabkan karena respons biologis dan terapi gen. Tapi hal-hal tersebut dapat kita

mengerti setelah kita mengetahui:

o Konsep biovailabilitas

o Proses absorbsi obat

o Proses farmakokinetik

o Waktu untuk terapi yang optimal

o Penghantaran obat yang cocok “ New Biotherapeutics”

17

Page 18: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

o Keterbasan dari terapi konvesional

Biovailabilitas

Biovailabilitas didefinisikan sebagai kecepatan dan jumlah bahan aktif yang

diabsorbsi dan sampai pada tempat kerja sehingga memberikan respons terapeutik. Obat yang

diberikan peroral harus melalui saluran cerna untuk diabsorbsi dan masuk kedalam sirkulasi

sistemik.

Tipe-tipe dari epitel, barriers yang menghalangi absorbsi, route dan mekanisme

absorbsi sangat mempengaruhi terhadap absorbsi obat. Keadaaan fisiokimia obat juga

mempengaruhi absorbsi seperti :

o Koefisien partisi dan kelarutan dalam lemak

o pKa

o Berat dan volume molekul

o Kelarutan dalam air

o Kestabilan obat.

Faktor formulasi juga mempengaruhi disolusi dan bioavailabilitas obat. Bentuk

sediaan obat larutan tidak mengalami disolusi, dan bentuk sediaan suspensi lebih mudah

diabsorbsi daripada bentuk padatnya.

A. Penghantaran obat dan penargetan

Terminologi :

o Prolonged/sustained release : sistem penghantaran yang memperpanjang kadar

terapeutik obat dalam darah atau jaringan dalam waktu tertentu.

o Zero-order release : pelepasan obat yang tidak berubah dengan waktu /

konstan dalam waktu tertentu

o Modulated/self-regulated release : sistem penghantaran obat dalam jumlah

tertentu yang dikontrol oleh pasien

18

Page 19: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

o Rate-controlled release : sistem penghantaran obat pada kecepatan tertentu

baik sistemik atau lokal untuk waktu yang telah ditentukan

o Targeted-drug delivery : sistem penghantaran obat untuk mencapai daerah

yang ditargetkan.

B. Pelepasan obat terkontrol ( Rate controlled release )

Sistim pelepasan obat terkontrol merupakan pelepasan obat dengan kecepatan konstan

dengan konsentrasi obat dalam darah tidak bervariasi terhadap waktu.

C. Diffusion controlled release

Obat harus berdifusi melalui membran polimer atau polimer atau matrik lipid untuk dapat

dilepaskan. Pembawanya dibagi menjadi 2 tipe :

1. Reservoir

2. Matrik

D. Dissolution controlled release

Pembawa yang mengontrol pelepasan obat dengan disolusi, pelepasan obatnya dikontrol

oleh kecepatan disolusi dari polimer.

E. Dissolution-controlled reservoir devices.

Disini obat yang dilepaskan dikontrol oleh ketebalan dan kecepatan disolusi dari

membran polimer disekeiling inti. Inti disalut polimer-polimer dengan berbagi ketebalan,

karena itu obat dilepaskan setelah jangka waktu tertentu, misalnya 1 jam, 3 jam, 6 jam atau

12 jam setelah pemberian.

F. Dissolution-controlled matrix devices

Obat ini dilepaskan dikontrol oleh disolusi dari matrik. Ukuran matrik dan jumlah obat

yang dilepaskan berkurang sesuai dengan proses disolusi dan waktu. Strategi ini digunakan

untuk obat peroral. Contoh : implant subkutan Zoladex(geoserelin)

19

Page 20: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

G. Osmosis-controlled drug release

Didefinisikan sebagai perpindahan air melalui membran semipermeabel kedalam larutan.

Tekanan osmosa dapat digunakan untuk melapaskan obat dengan kecepatan konstan dari

sistim, di mana pelepasan obat dapat diatur dalam orde nol, tidak tergantung dari lingkungan.

Kecepatan pelepasan obat pada in vivo. Untuk peroral, perubahan pH atau kekuatan ion

dalam saluran cerna tidak mempengaruhi kecepatan pelepasan obat.

H. Mechanical-controlled drug release

Merupakan alat seperti penghataran obat intravena yang biasa digunakan di rumah sakit.

Alat ini dapat melepaskan obat pada kecepatan terntentu selama jangka waktu terntentu

dimana pasien merasa nyaman, tidak terlihat, dan mudah digunakan.

I. Bio-responsive controlled drug release

Sistem ini mengatur pelepasan obat sebagai respon untuk mengubah keadaan sekitarnya.

Contoh, pelepasan obat yang dikontrol oleh PH atau kekuatan ion karena sistim polimer yang

mengembang.

20

Page 21: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Empat jenis bentuk sediaan obat:

1. Bentuk Sediaan Padat

Kemasan terbagi dalam bentuk kapsul, tablet, pelet (implant), serbuk,

suppositoria, plester. Cara pemberian sebagian besar jenis obat ini dengan

oral tetapi untuk suppositoria pemberian melalui rectal dan pervaginam.

2. Bentuk Sediaan Cair

Obat dengan bentuk sediaan cair terbagi menjadi obat emulsi, solution,

infuse, injeksi, imunoserum. Cara pemberian ada yang lewat oral dan ada

yang melalui parenteral.

3. Bentuk sediaan Setengah Padat

Kemasan terbagi dalam bentuk krim dan gel. Cara pemberian dengan

topikal kulit.

4. Bentuk Sediaan Aerosol

Cara pemberian melalui intranasal, inhalasi, lingual, dan topikal kulit.

Obat-obat dengan berbagai bentuk sediaan ini juga disesuaikan dengan cara pemberiannya.

Oleh sebab itu, dokter juga harus memberikan obat yang tepat untuk pasien dengan

mempertimbangkan kondisi fisik maupun ekonomi pasien untuk menghindari kesalahan

pemberian obat yang dapat menyebabkan menurunnya efektivitas kerja obat dan efek

merugikan bagi pasien.

4.2 Saran

Praktikum ini sangat menunjang mata kuliah farmakologi. Untuk ke depannya,

alangkah baiknya jika dalam praktikum dengan tema yang serupa ditingkatkan dengan

penyediaan berbagai macam obat yang lebih banyak dan beragam dari praktikum ini.

Sumber informasi mengenai obat-obatan sebaiknya ditentukan baik sumber yang wajib

diketahui maupun yang sekadar nice to know agar mahasiswa lebih memahami dan

memiliki kemampuan yang lebih baik dalam membedakan obat berdasarkan bentuk

sediaannya.

21

Page 22: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

DAFTAR PUSTAKA

Doggrell, SA et. All. 2012. Pharmacology in One Semester, A Flexible Textbook.

Neal, MJ. 2006. Medical Pharmacology at Glance, Blackwell Publishing Ltd.

Stringer, JL. 2006. Basic Concept in Pharmacology, McGraw-Hill Medical Publishing

Division

Putra, Eja. Label: Fakultas Kedokteran Ukrida, Farmakologi, Obat. Jakarta.

22

Page 23: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

LAMPIRAN

Berotec

Genoint 0,3%

Hydrocortisone

Alpara

Chloramphenicol

23

Page 24: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

24

Page 25: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

Puyer Bintang Toedjoe

Erlamycetin

Lidocain cum adrenalin

Erythromycin

Asam Mefenamat

Flagystatin

25

Page 26: Laporan Praktikum Farmakologi BSO B5

Xylomidon

Hydrocortisone

26