Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI Hasil Uji Histokimia Dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Disusun Oleh: Putri Khairunnisa 132210101 034 Lisanul Ummah 132210101044 Nina Amalia 132210101076 LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2014
24

Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

Apr 09, 2016

Download

Documents

farmakognosi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

Hasil Uji Histokimia Dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Disusun Oleh:

Putri Khairunnisa 132210101034

Lisanul Ummah 132210101044

Nina Amalia 132210101076

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tumbuhan adalah salah satu ciptaan Tuhan dengan berbagai kandungan dan

manfaat di dalamnya. Tumbuhan selain sebagai penghasil oksigen, dapat juga kita

manfaatkan sebagai salah satu bahan baku obat karena adanya kandungan zat kimia

didalam tumbuhan tersebut yang jika diolah dan digunakan dengan baik dapat

dimanfaatkan untuk membuat sediaan. Kandungan kimia pada berbagai macam

tumbuhan inilah yang saat ini sedang diuji oleh para ahli dimana mereka berlomba-

lomba untuk menemukan senyawa baru dalam tumbuhan agar ditemukan lagi manfaat

yag lebih besar guna memenuhi kebutuhan obat manusia. Satu tanaman dapat memiliki

satu atau lebih kandungan kimia yang dapat pula dimiliki tanaman lain yang berbeda

namun kandungan kimia didalamnya hampir mirip, sehingga dapat dijadikan alternatif

bila tanaman yang dibutuhkan sulit didapat atau langka. Salah satu cara pengujian

adalah uji histokimia. Uji histokimia bertujuan untuk mengetahui berbagai macam zat

kandungan yang terdapat dalam jaringan tanaman yang dengan pereaksi spesifik, zat-

zat yang terkandung pada suatu tanaman akan memberikan warna spesifik pula

sehingga mudah dideteksi (Anonim, 1987). Pada praktikum kali ini kami menggunakan

pereaksi spesifik yaitu Asam sulfat pekat, asam sulfat 10N, asam klorida P, asam asetat

encer, kalsium hidroksida 5%, amonia 25% dan feri klorida 5% untuk menguji

kandungan kimia dari akar kelembak (Rheum officinale Baill).

Tanaman ini termasuk dalam suku Polygonaceae, tanaman asli yang berasal dari

Cina dan Tibet, merupakan tanaman obat yang dianggap penting pula dinegara Cina,

India serta Pakistan. Di Indonesia sebenarnya juga telah dimanfaatkan sebagai obat

untuk mempermudah buang air besar (obat pencahar), namun demikian mungkin

penggunaannya belum memasyarakat. Hal lain yang menarik dari kelembak ini  adalah

bahwa sebagaimana obat pencahar lainnya, penggunaan akar kelembak ternyata

mempunyai aturan-aturan tertentu yang apabila tidak diikuti bisa menimbulkan kerugian

bagi kesehatan. Yang dipakai sebagai obat biasanya adalah bagian akarnya dengan

nama simplisianya di pasaran adalah Akar Kelembak (Rhei radix). Simplisia ini terdiri

2

Page 3: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

atas bagian dibawah tanah (akar dan rimpang) dari tanaman kelembak. Berbau khas

aromatik, dan rasanya agak sedikit pahit, juga agak kelat. Warna simplisia biasanya

kuning kecoklatan. Potongan padat, keras, bentuknya hampir silindrik serupa dengam

kerucut atau bentuk kubus cekung, pipih dan tidak beraturan, kadang berlubang.

Panjang 5 cm sampai 15 cm, lebar 3 sampai 10 cm, permukaan yang terkupas agak

bersudut-sudut, umumnya diliputi serbuk berwarna kuning kecoklatan terang, bagian

dalam berwarna putih keabu-abuan dengan garis-garis coklat kemerahan.

Selain mengidentifikasi serbuk daun kita juga dapat melakukan analisis terhadap

serbuk daun tersebut dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Kromatografi

lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen kimia berdasarkan

prinsip partisi dan adsorpsi antara fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) dimana

komponen kimia bergerak naik mengikuti cairan pengembang karena daya serap

adsorben (silika gel) terhadap komponen-komponen kimia tidak sama, sehingga

komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda berdasarkan tingkat

kepolarannya yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan. Kromatografi lapis tipis

menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben seperti silika gel, aluminium

oksida (alumina) maupun selulosa. Analisa dilakukan dengan melihat noda pada sinar

UV, sehingga dapat diketahui nilai Rf komponen dalam serbuk daun yang digunakan

untuk mengidentifikasi perbedaan senyawa dalam sampel.

Berdasarkan latar belakang dan praktikum Farmakognosi identifikasi dan

analisis serbuk Rheum officinale Baill yang telah dilakukan, maka kelompok kami

membuat laporan mengenai “Hasil Uji Histokimia dan Analisis Kromatografi Lapis

Tipis (KLT).”

3

Page 4: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Bagaimana hasil pengidentifikasian fragmen spesifik pada serbuk akar?

1.2.2 Bagaimana hasil pengidentifikasian serbuk akar dengan reagen kimia?

1.2.3 Bagaimana cara menganalisis serbuk akar suatu tanaman dengan metode

kromatografi lapis tipis (KLT)?

1.3 Tujuan dan manfaat praktikum

1.3.1 Mahasiswa dapat mengidentifikasi fragmen-fragmen spesifik serbuk akar

1.3.2 Mahasiswa dapat mengidentifikasi serbuk akar dengan penambahan reagen

kimia

1.3.3 Mahasiswa mampu menganalisis senyawa identitas serbuk akar dengan metode

kromatografi lapis tipis (KLT)

4

Page 5: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelembak (Rheum officinale Baill)

Nama Ilmiah :Rheum officinale Baill .

Nama Daerah

Melayu : Kelembak

Sunda : Kalemba

Jawa Tengah : Kalembak

Madura : Kelembak

Klasifikasi

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Polygonales

Suku : Polygonaceae

Marga : Rheum

Jenis : Rheum officinale Baill

5

Page 6: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

Ciri-ciri

Habitus : Semak, tahunan, tinggi 25-80 cm.

Batang : Pendek, terdapat di dalam tanah, beralur melintang, masif,

coklat.

Daun : Tunggal, bulat telur, pangkal bentuk jantung dan berbulu, ujung

runcing, tepi rata, bertangkai 10-40 cm, pangkal tangkai daun

memeluk batang, panjang 10-35 cm, lebar 8-30 cm, hijau.

Bunga : Majemuk, berkelamin dua atau satu,bergabung menjadi malai

yang bercabang, mahkota enam helai tersusun dalam lingkaran,

benang sari sembilan, bakal buah bentuk segi tiga, tangkai putik

melengkung, kepala putik tebal, putih kehijauan.

Buah : Padi, bersayap tiga, bulat telur, merah.

Akar : Tunggang, lunak, bulat, coklat muda.

Kelembak (Rheum officinale)ditemukan oleh para herbalis Cina ribuan tahun

yang lalu. Dan sampai sekarang digunakan untuk pengobatan. Bagian tanaman yang

digunakan adalah akarnya (Radix). Berdasarkan pengalaman empiris dan hasil

penelitian. Kelembak mempunyai khasiat memperlancar buang air besar (laxative).

Secara tradisional kelembak dipakai sebagai obat tradisional dapat dikonsumsi dengan

cara :

Diseduh sebagai teh, 1-2 g serbuk simplisia diseduh dengan 150 ml air mendidih,

setelah disaring diminum sebelum tidur malam.

Digodog (direbus), 6-15 g akar kering direbus, kemudian airnya diminum. Namun

sekarang ini sudah banyak di jumpai sediaan yang lebih praktis penggunaannya yaitu

dalam bentuk ekstrak yang sudah dikemas dalam sediaan kapsul.

Kandungan Kimia

Akar dan daun kelembak mengandung flavonoida, di samping itu akarnya juga

mengandung glikosida dan saponin, sedangkan daunnya juga mengandung polifenol.

6

Page 7: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

Khasiat

Akar kelembak berkhasiat sebagai urus-urus dan juga dimanfaatkan untuk

bumbu rokok.

Untuk urus-urus dipakai ± 10 gram akar segar Kelembak, direbus dengan 1 gelas

air selama 15 menit. setelah dingin disaring. Hasil saringan diminum sakaligus.

Memperlancar buang air besar (BAB)

Melancarkan menstruasi

Membantu mengatasi sakit kuning

Membantu menghentikan pendarahan

Dalam sebuah penelitian, secangkir infus kelembak segar yang diminum setiap pagi atau malam menjelang tidur dapat mengatasi konstipasi (susah buang air besar). Senyawa aktif kelembak adalah glikosida antrakinon, sennosida dan rheinosida. Rheinosida bersifat sebagai pencahar (mengatasi konstipasi). Karena itu penggunaannya sebagai pencahar akan efektif sekitar 6 jam dan terkadang bisa menjadi tidak aktif dalam waktu 24 jam setelah pemakaian oral.

Di China, telah dilakukan penelitian menggunakan kombinasi kelembak dan herbal lain. Eksperimen pada hewan menunjukkan ekstrak kelembak efektif untuk mencegah dan mengatasi pendarahan lambung dan menyembuhkan luka. Selain itu, kelembak (Rhubarb) juga digunakan untuk edema, amenorrhea dan sakit pencernaan.

Dalam sebuah jurnal Dr R.W.Burkitt (sepetember 3,1921 in Lancet) menyatakan bahwa bakteri penyebab disentri dapat dicegah dengan serbuk kelembak. Dosis untuk dewasa adalah 30 grains setiap 2-3 jam sampai khasiat kelembak dapat terlihat.

2.2 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen

kimia berdasarkan prinsip partisi dan adsorpsi antara fase diam (adsorben) dan fase

gerak (eluen) dimana komponen kimia bergerak naik mengikuti cairan pengembang

karena daya serap adsorben (silika gel) terhadap komponen-komponen kimia tidak

sama, sehingga komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda

berdasarkan tingkat kepolarannya yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan.

Kromatografi lapis tipis menggunakan plat tipis yang dilapisi dengan adsorben seperti

7

Page 8: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

silika gel, aluminium oksida (alumina) maupun selulosa. Adsorben tersebut berperan

sebagai fasa diam sedangkan fasa gerak yang digunakan disebut dengan eluen.

Pemilihan eluen didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya campuran dari

beberapa cairan yang berbeda polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu.

Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang diperoleh. Faktor

retensi (Rf) adalah jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi dengan jarak yang

ditempuh oleh eluen. Rumusnya adalah:

Nilai Rf sangat karakterisitik untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut

dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel.

Senyawa yang mempunyai Rf lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah,

begitu juga sebaliknya. Hal tersebut dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa

yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa diam, sehingga menghasilkan nilai Rf

yang rendah. 

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam KLT :

a. Chamber harus dijenuhkan untuk menghilangkan uap air atau gas lain yang

mengisi fasa penyerap yang akan menghalangi laju eluen.

b. Pada saat penotolan, hendaknya sampel jangan terlalu pekat sebab pemisahannya

akan sulit sehingga didapat noda berekor.

c. Penotolan harus tepat sehingga didapatkan jumlah noda yang baik

8

Page 9: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

BAB III

METODE KERJA

3.1 Alat Dan Bahan

3.1.1 Alat

Histokimia :

Plat tetes

KLT :

Vial

Chamber

Corong gelas

Erlenmeyer

Hot plate

Kertas saring

Mikropipet

Tabung reaksi

Ultrasonic

Cawan Penguap

3.1.2 Bahan

Histokimia :

Serbuk Rhei Radix

Asam sulfat P

Asam sulfat 10N

Asam klorida P

Asam asetat encer

Kalsium hidroksida 5%

Ammonia 25%

Feri klorida 5%

KLT

9

Page 10: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

Serbuk Rhei Radix

1-8, dihidroksiantrakuinon

n-heksana

Etil asetat

Kloroform

Silica Gel 60 F254

3.2 Cara kerja

3.1.1 Uji histokimia

3.1.2 Metode KLT

Pembuatan sampel, eluasi larutan standar dan larutan sampel

10

Siapkan plat tetes

Beri label pada tiap lubang sesuai dengan reagen kimia yang digunakan

Ambil ± 2 mg serbuk akar kelembak, masukkan pada tiap lubang plat tetes

Tambahkan 5 tetes reagen kimia yang berbeda pada tiap lubang

Aduk hingga terampur dan amati perubahan warna yang terjadi

Ditimbang 500 mg serbuk daun Rheum officinale Baill dan di masukkan ke dalam tabung reaksi dan diberi label.

Ditambahkan ethanol 10 ml lalu ditutup dengan aluminium foil dan dimasukkan

ke dalam ultrasonic agar lebih homogen. Ditunggu selama 10-15 menit.

Larutan dalam tabung reaksi disaring dengan corong gelas dan kertas saring, larutan diletakkan pada cawan.

Page 11: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

Preparasi chamber

BAB IV

11

Panaskan filtrat pada cawan di atas tabung reaksi yang dipanaskan di atas hot plate dengan suhu 200C hingga filtrat menjadi pekat.

Totolkan filtrat larutan uji yang sudah dipekatkan sebanyak 6 µl dan 2 µl larutan pembanding pada lempeng KLT Silika gel.

Masukkan lempeng KLT kedalam chamber yang berisi eluen. Tunggu hingga eluen tepat tanda batas pada lempeng KLT.

Lempeng dikeringkan, lalu disemprotkan dengan penampak noda kalium hidroksida etanol dan hitung nilai Rf berdasarkan titik noda yang tampak

(berwarna merah keunguan).

Memipet n-heksana 10ml taruh pada chamber

Memipet kloroform 0,5 ml masukksan chamber

Memipet etil asetat 0,5 ml masukksan chamber

Homogenkan, lalu tutup chamber dengan penutup. Eluen siap digunakan.

Disiapkan lempeng KLT yang telah diberi 6 titik dimana 1 titik digunakan untuk pembanding yaitu 1-8, dihidroksiantrakuinon 5% dalam ethanol.

Page 12: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan

4.1.1 Hasil pengamatan histokimia

Pada praktikum ini kami menguji serbuk cinnamomi cortex menggunakan analisis

histokimia. Reagen kimia yang digunakan adalah asam sulfat pekat, asam sulfat 10N,

asam klorida pekat, kalsium hidroksida 5%, amonia 25% dan feri klorida 5%. Kami

melakukan pengujian dengan histokimia dan menambahkan 5 tetes reagen kimia pada

tiap lubang plat tetes yang telah berisi serbuk Cinnamomum zeylanicum. Setelah reagen

kimia ditambahkan kemudian diaduk hingga merata, lalu mengamati prubahan warna

yang terjadi. Penambahan reagen kimia tersebut digunakan untuk identifikasai senyawa

yang terdapat pada serbuk daun jati belanda dan didapat hasil sbb :

Reagen Kimia Warna Sesuai Literatur Warna Hasil Reaksi

Asam Sulfat Pekat merah kecoklatan merah kecoklatan

Asam Sulfat Encer coklat kemerahan coklat kemerahan

Asam Klorida pekat merah kekuning Merah kecoklatan

Asam asetat encer Coklat kemerahan Coklat kemerahan

Kalsium hidroksida 5% Merah Merah tua

Amonia 25% Merah kecoklatan Merah kecoklatan

Feri klorida 5% Hijau kekuningan Hijau kekuningan

Minyak Atsiri

Minyak atsiri adalah essensial oil yang dihasilkan dari batang dari Cinnamomum

burmanii. Pada dasarnya minyak yang ada di alam dapat dibagi menjadi tiga

golongan, yaitu : mineral oil, minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan, serta

minyak atsiri. Minyak atsiri dikenal juga dengan nama eteris atau volatile oil yang

dihasilkan oleh tanaman. Minyak atsiri mudah menguap pada suhu kamar tanpa

mengalami dekomposisi, mempunyai rasa yang tajam, berbau wangi sesuai dengan

bau tanaman penghasilnya, dan umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut

dalam air. Dalam bidang industri, minyak atsiri digunakan untuk pembuatan

12

Page 13: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

kosmetik, parfum, antiseptik, obat-obatan, flavouring agent dalam makanan atau

minuman serta sebagai pencampur rokok kretek. Manfaat minyak atsiri untuk

kesehatan seperti antibakteri, antidepresi, antiseptic, antispasmodic, antiinflamatory,

deodorant, diuretic, febrifuge, antivirus, pembasmi serangga, obat sakit perut dan

stimulan.

Tanin

Tanin adalah beberapa antioksidan yang mencegah atau menetralisil efek radikal

bebas yang merusak dan menyatu dan juga mudah teroksidasi menjadi asam tanat.

Kalsium oksalat

Ca oksalat adalah kristal yang terbentuk dari calsium dan oksalat. Ca oksalat

merupakan kristal yang paling banyak menyebabkan batu saluran kemih (70-75%),

Ca Oksalat (kalsium oksalat) merupakan suatu senyawa mineral normal yang

diekskresikan oleh tubuh, terjadi karena proses multifaktor, kongenital dan

gangguan metabolik.

4.1.2 Hasil pengamatan KLT

Pada pengamatan dengan KLT, dimana serbuk Rheum officinale Baill ditambah

methanol dan diperlakukan seperti cara kerja KLT.

Pembanding : 1,8-dihidroksiantrakuinon 1% dalam etanol

Penotolan : 2 µl : 6 µl

Fase gerak : n-heksana : kloroform : etil asetat = 10 ml : 0.5 ml : 0.5 ml

Fase diam : silica Gel 60 F254

Penampak noda : Kalium Hidroksida Etanol

Warna noda : Merah Keunguan

Jarak tempuh : 8 cm

Rf pembanding : 0.60 cm (teoritis)

Rf Standar : 0.4125 cm

Rf Sampel : 0.4 cm dan 0.325 cm

Data nilai Rf tiap kelompok :

13

Page 14: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

No. Kelompok Jarak

sampel

Jarak

sampel

Jarak

eluen

Rf 1 Rf 2

1 I 3.2 2.6 8 cm 0.4 0.325

2 II 3 2.4 8 cm 0.375 0.3

3 III 3 2.3 8 cm 0.375 0.2875

4 IV 3.2 2.7 8 cm 0.4 0.3375

5 V 3 2.3 8 cm 0.375 0.2875

Hasil KLT setelah disemprotkan penampak noda

Dari hasil pengamatan yang kami lakukan dengan menggunakan metode kromatografi

lapis tipis, dimana prisip kerjanya berdasarkan pada partisi dan adsorpsi antara fase

diam dan fase gerak, didapatkan hasil bahwa nilai Rf dari sampel serbuk daun sama

dengan nilai Rf dari pembanding. Ini mungkin disebabkan karena komponen kimia

bergerak naik mengikuti cairan pengembang karena daya serap adsorben (silika gel)

terhadap komponen-komponen kimia ada yang sama dan tidak sama, sehingga

komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda atau bahkan sama

berdasarkan tingkat kepolarannya yang dapat menyebabkan terjadinya pemisahan.

Sehingga dapat menyebabkan jarak eluen yang sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi

gerakan noda dalam kromatrografi lapis tipis yang juga mempengaruhi harga Rf :

a. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan

b. Sifat dari penyerap dan derajat aktivitasnya.

14

Page 15: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

c. Teknik percobaan, Arah dalam mana pelarut bergerak di atas plat.

d. Jumlah penotolan sampel

e. Suhu, Pemisahan-pemisahan sebaiknya dilakukan pada suhu tetap,

f. Kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih penting dalam kromatografi, hingga

perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut.

15

Page 16: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

BAB V

PENUTUP

2.1 Kesimpulan

Identifikasi dan analisis serbuk dapat dilakukan dengan histokimia dan KLT

Cinnamomum cortex mengandung minyak atsiri, tannin dan kalsium oksalat

karena memberikan reaksi positif terhadap reagen yang ditambahkan.

Pada pemeriksaan sinar UV pada metode KLT, didapat hasil yaitu laju sampel

sama dengan laju dari pembanding.

Factor yang mempengaruhi nilai Rf yaitu suhu, struktur kimia, derajat aktivitas,

jumlah penotolan, kesetimbangan larutan dalam chamber.

2.2 Saran

Sebaiknya lebih diarahkan lagi untuk melakukan hal-hal yang perlu dilakukan

terlebih daulu yang memakan waktu lama.

Diberikan warna pembanding agar didapat kepastian warna yang diinginkan

16

Page 17: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

LAMPIRAN

Identifikasi dengan analisis histokimia

Analisis dengan metode KLT

DAFTAR PUSTAKA

Guenther, E., Minyak Atsiri. Universitas Indonesia. Jakarta

Kumar Vijaya, 2006. Rahasia Kesehatan Rempah dan Bumbu Dapur. PT. Bhuana Ilmu

Populer. Jakarta.

SUHERDI, (1999). Kajian produksi kulit kayu manis dari berbagai tempat di Sumatera

Barat. Prosiding seminar penelitian tanaman rempah dan obat Sub Balitto Solok.

Sutedjo, Mul Mulyani. 1990. Pengembangan Kultur Tanaman Berkhasiat Obat.         

Penerbit Rineke Cipta. Jakarta.

http://kedokteranherbal.wordpress.com/2010/06/26/kayu-manis-cinnamomum-

zeylanicum-c-verum.

17

Page 18: Laporan Praktikum Farmakognosi Rhei Radix

18