Top Banner
1 A. Judul praktikum : ANALISIS ENZIM PENCERNAAN PADA USUS IKAN B. Tujuan praktikum : Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum analisis enzim pencernaan pada usus dan ventrikel ikan diantaranya adalah : a. Mengetahui macam-macam enzim pencernaan pada ikan mujair, lele, dan tombro. b. Mengetahui bagian saluran cerna yang menghasilkan enzim pencernaan pada ikan mujair, lele, dan tombro. c. Mengetahui pengaruh lama waktu penyimpanan isolat enzim pencernaan pada ikan mujair, lele, dan tombro. d. Mengetahui fungsi enzim pencernaan dan cairan empedu. C. Dasar Teori Pencernaan merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih kecil. Proses pemecahan senyawa tersebut menghasilkan energi yang penting bagi kebutuhan sel, jaringan, organ dan makhluk hidup. Pencernaan merupakan proses kimia. Proses kimia membutuhkan adanya enzim untuk perubahan kimia bahan dasarnya. Enzim berperan dalam meningkatkan kecepatan reaksi tanpa mempengaruhi hasil reaksi dan tidak ikut bereaksi. Dalam proses pencernaan, enzim dihasilkan oleh berbagai organ, seperti usus halus, kelenjar ludah dan lambung. Enzim bersifat spesifik dalam proses pemecahan bahan kompleks(karbohidrat, protein, vitamin dan mineral) (Guyton,1992). Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses
49

LAPORAN PRAKTIKUM ENZIM

Nov 20, 2015

Download

Documents

Astri Yulianti

fisiologi tumbuhan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

A. Judul praktikum: ANALISIS ENZIM PENCERNAAN PADA USUS IKANB. Tujuan praktikum:Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum analisis enzim pencernaan pada usus dan ventrikel ikan diantaranya adalah :a. Mengetahui macam-macam enzim pencernaan pada ikan mujair, lele, dan tombro.b. Mengetahui bagian saluran cerna yang menghasilkan enzim pencernaan pada ikan mujair, lele, dan tombro.c. Mengetahui pengaruh lama waktu penyimpanan isolat enzim pencernaan pada ikan mujair, lele, dan tombro.d. Mengetahui fungsi enzim pencernaan dan cairan empedu.C. Dasar TeoriPencernaan merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih kecil. Proses pemecahan senyawa tersebut menghasilkan energi yang penting bagi kebutuhan sel, jaringan, organ dan makhluk hidup. Pencernaan merupakan proses kimia. Proses kimia membutuhkan adanya enzim untuk perubahan kimia bahan dasarnya. Enzim berperan dalam meningkatkan kecepatan reaksi tanpa mempengaruhi hasil reaksi dan tidak ikut bereaksi. Dalam proses pencernaan, enzim dihasilkan oleh berbagai organ, seperti usus halus, kelenjar ludah dan lambung. Enzim bersifat spesifik dalam proses pemecahan bahan kompleks(karbohidrat, protein, vitamin dan mineral) (Guyton,1992).Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim -amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa. Enzim dipelajari dalam enzimologi (Campbell,1995).

Enzim pencernaan merupakan substansi kimia dalam sistem pencernaan yang berfungsi untuk hidrolisis pakan sehingga menjadi bentuk yang sederhana dan dapat diserap oleh sel-sel tubuh (Audesirk, 1999).Jumlah enzim yang kecil di dalam sel mempersulit pengukuran kadarnya di dalam ekstrak jaringan atau cairan. Untungnya, aktivitas katalitis yang dimiliki enzim dapat menjadi sarana pemeriksaan yang sensitive dan spesifik bagi pengukuran kadar enzim itu sendiri. Kemampuan mengatalitis transformasi ribuan, puluhan ribu, atau bahkan lebih molekul substat menjadi produk dalam periode waktu yang singkat memberikan kepada setiap molekul enzim kemampuan untuk secara kimiawi menguatkan keberadaannya (Lehninger, 1995).Untuk mengukur kadar enzim di dalam sebuah sampel ekstrak jaringan atau cairan biologik lain, kecepatan reaksi yang dikatalitis oleh enzim dalam sampel tersebut harus ditentukan. Dalam kondisi yang tepat, hasil pengukuran kecepatan reaksi harus sebanding dengan jumlah enzim yang ada. Karena jumlah molekul atau massa enzim yang ada sukar ditentukan, hasil pengukuran tersebut dinyatakan dalam unit enzim. Jumlah relatif enzim dalam berbagai ekstrak kemudian dapat dibandingkan. International Union of Biocemistry mengartikan satu unit aktivitas enzim sebagai 1 mikromol (1 mol; 10-6) substrat yang bereaksi atau produk yang ditransformasikan per menit (Lehninger, 1995).a. Sistem Pencernaan pada IkanSecara anatomis, struktur alat pencernaan ikan berkaitan dengan bentuk tubuh, kebiasan makanan, tingkah laku ikan dan umur ikan. Sistem atau alat pencernaan pada ikan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan (Tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (Glandula digestoria). 1. Saluran Pencernaan Mulai dari muka ke belakang, saluran pencernaan tersebut terdiri dari mulut, rongga mulut, farings, esofagus, lambung, pilorus, usus, rektum dan anus. Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris). Pada rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat digerakkan. Lidah ikan banyak menghasilkan lendir, tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut, makanan masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar insang kemudian makanan di dorong masuk ke lambung. Lambung ikan pada umumnya membesar dan tidak memiliki batas yang jelas dengan usus. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus.2. Kelenjar PencernaanKelenjar pencernaan berguna untuk menghasilkan enzim pencernaan yang nantinya akan bertugas membantu proses penghancuran makanan. Beberapa enzim yang berperan dalam proses pencernaan makanan diantaranya adalah :1. Tripsin Tripsin adalah suatu enzim pemecah protein atau proteose, yang dihasilkan oleh sel-sel pankreas dalam bentuk molekul tripsinogen yang tidak aktif. Tripsinogen akan diaktifkan menjadi tripsin oleh enterokinase yaitu enzim yang dihasilkan oleh usus. Tripsin dapat bekerja maksimal pada pH 8-9. Pembuktian adanya enzim tripsin dapat dilakukan dengan uji biuret, apabila bahan uji mengandung protein yang memiliki dua atau lebih ikan peptida akan berwarna keunguan bila diuji dengan reagen biuret. 2. AmilaseAmilase(-amilase) terdapat pada saliva dan usus halus. Amilase berfungsi sebagai katalis dalam proses hidrolisis amilum, dekstrin dan glikogen menjadi maltosa. Maltosa adalah disakarida yang terbentuk dari dua molekul glukosa. Ikatan yang terjadi adalah antara karbon nomor 1 dan atom karbon nomor 4, oleh karenanya maltosa masih memiliki gugus OH glikosidik dan demikian masih mempunyai sifat mereduksi. Maltosa merupakan hasil hidrolisis amilum dengan asam maupun enzim. Dalam tubuh amilum mengalami hidrolisis menjadi maltosa oleh enzim amilase. Pengujian enzim amilase dapat dilakukan dengan uji Benedict. Glukosa akan mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata tergantung konsentrasi bahan uji yang diperiksa. 3. Lipase Lipase dalam cairan pankreas berfungsi sebagai katalis dalam proses hidrolisis lemak menjadi asam lemak, gliserol, monoasilgliserol dan diasilgliserol. Aktivitas enzim lipase dapat bertambah dengan adanya ion Ca2+ dan asam empedu, dan bekerja secara optimal pada pH 7-8,8.

EmpeduGaram-garam empedu : terbentuk dari asam empedu yang berikatan dengan kolesterol dan asam amino. Setelah disekresi ke dalam usus, garam tersebut direabsorbsi dari illeum bagian bawah kembali ke hati dan di daur ulang kembali. Peristiwa ini dikenal sebagai sirkulasi enterohepatika garam empedu. (Ethel Sloane, 2003)Fungsi garam empedu dalam usus halus adalah mengemulsifikasi dan saponifikasi lemak garam, empedu mengemulsi globulus lemak besar dalam usus halus yang kemudia menghasilkan globulus lemak lebih kecil dan area permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim. Garam empedu juga membantu absorbsi zat terlarut lemak dengan cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel (Ethel Sloane, 2003). Empedu juga berfungsi sebagai deodoran untuk feses, mengurangi bau yang menyengat. Hal ini semata-mata dihubungkan dengan kenyataan bahwa kekurangan garam-garam empedu berarti pencernaan lemak buruk, sehingga lemak di dalam usus tetap berlebihan, melapisi makanan lain dan mencegah pencernaan dan absorbsi. Akibatnya, protein dan lemak yang tidak tercerna diserang oleh bakteri pembusuk dan mengalami dekomposisi yang menghasilkan kelebihan hidrogen yang disulfurasi, yaitu gas yang menyebabkan bau feses abnormal, drainase yang menyengat, dan berbau seperti telur busuk (Watson, 2002).Kendali pada sekresi dan aliran empeduSekresi empedu diatur oleh faktor syaraf (impuls parasimpatis) dan hormon (sekretin dan CCK) yang sama dengan yang mengatur sekresi cairan pankreas. Saat asam lemak dan asam amino mencapai usus halus, CCK dilepas untuk mengkontraksi otot kandung empedu dan merelaksasi sfingter Oddi. Cairan empedu kemudian didorong ke dalam duodenum (Watson, 2002).3. Proses PencernaanSebelum makanan di sambar dan ditelan, terlebih dahulu telah menimbulkan rangsangan berupa nafsu untuk makan. Nafsu untuk makan ini dapat dirangsang melalui penglihatan, bau dan rabaan. Begitu ada nafsu untuk makan, maka alat-alat pencernaanya segera bersiap-siap untuk menerima makanan dan selanjutnat mencernakannya. Setelah makanan digigit, untuk menelannya diperlukan bahan pelicin yaitu air liur. Selai sebagai pelicin, air liur juga mengandung enzim ptialin yang merupakan enzim pemecah karbohidrat menjadi maltosa yang kemudaian dilanjutkan menjadi glukosa. Tapi karena ikan tidak mengunyah makanan, padahal pemecahan karbohidrat membutuhkan waktu yang lama, maka ptialinnya baru dapat bekerja aktif setelah makanan sampai di lambung. Selain mengandung enzim ptialin, air liur juga mengandung senyawa penyangga derajat keasaman (bufer) yang berguna untuk memecah terjadinya penurunan pH agar proses pencernaan dapat berjalan normal.Apabila makanan telah masuk ke dalam saluran pencernaan, maka dindng saluran pencernaannya akan terangsang untuk menghasilkan hormon gastrin. Hormon ini akan memacu pengeluaran asam klorida (HCL) dan pepsinogen. HCL akan mengubah pepsinogen menjadi pepsin yang merupakan enzim pencernaan akif, yaitu sebagai pemecah protein menjadi pepton (polipeptida). Apabila makanannya banyak mengandung lemak, maka akan dihasilkan juga hormon entergastron.Di dalam usus, makanan itu sendiri akan merangsang keluarnya hormon kolsistokinin. Hormon ini kemudian akan memacu keluarnyagetah empedu dari hati. Getah empedu itu sebenarnya dibuat dari sel-sel darah merah yang telah rusak di dalam hati. Pengeluaran getah empedu tersebut melalui pembuluh hepatikus yang kemidaian ditampung di dalam kantong empedu. Fungsi getah empedu tersebut adalah memeperhalus butiran-butiran lemak menjadi emulsi sehingga mudah larut dalam air dan diserap oleh usus.Dinding usus juga mengeluarkan hormon sekretin dan pankreozinin. Sekretin akan memacu pengeluaran getah empedu dan pankreas. Getah penkreas ini mengandung enzim amilase, lipase dan protase. Sedangkan hormon pankreozinin menyebabkan rangsangan untuk mempertinggi produksi getah pankreas.Enzim amilase akan memecah karbohidrat menjadi glukosa. Enzim lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Sedangkan protase memecah protein menjadi asam amino. Ketiga enzim tersebut dapat mencapai puncak keaktifan apabila kadar protein dalam makanan antara 40-60%. Apabila kadar proteinnya berubah maka untuk mencapai puncak keaktifan, enzim-enzim tersebut membutuhkan waktu untuk menyseuaikan diri.4. Penyerapan Sari MakananMakanan yang sudah dicerna halus sekali kemudian sari-sarinya akan diserap oleh dinding usus. Sebenarnya di dalam lambung juga sudah mulai penyerapan, tapi jumlahnya masih sangat sedikit. Penyerapan yang utama terjadi di dalam usus. Untuk menyerap sari makanan tersebut, dinding usus mempunyai jonjot-jonjot agar permukaannya lebih luas. Melalui pembuluh darah rambut pada jonjot usus tersebut, sari makanan akan diserap ke dalam darah.Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida, yaitu glikosa, galaktosa, fruktosa dan lain-lain. Proses penyerapannya dipengaruhi oleh hormon insulin. Hormon tersebut dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol. Di dalam lapisan lendir dinding usus, asam lemak dan gliserol bersatu lagi, untuk kemudian diedarkan keseluruh tubuh melalui limfe (70%) dan melalui pembuluh darah (30%). Sedangkan protein diserap dalam bentuk asam amino yang dibawa ke hati dulu untuk diubah menjadi protein lagi, akan tetapi yang telah disesuaikan dengan kebutuhan tubuh ikan yang bersangkutan.Zat-zat makanan yang telah diserap oleh darah kemudian diedarkan ke seluruh tubuh untuk keperluan metabolisme, yaitu anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah pembentukan zat-zat yang lebih kompleks dari zat-zat yang lebih sederhana. Misalnya pembentukan protein dan asam-asam amino. Sedangkan katabolisme adalah pemecahan zat-zat yang merupakan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Misalnya pemecahan karbohidrat menjadi tenaga, air dan karbondioksida.d. Tinjauan Bahan 1. Minyak gorengMinyak goreng termasuk dalam lemak netral. Lemak netral adalah persenyawaan asam lemak dengan gliserol. Tiga molekul asam lemak (rantai panjang atom karbon dan hidrogen dengan satu gugugs karboksil di salah satu ujungnya) berikatan kovaln dengan satu molekul gliserol (satu molekul terdiri dari tiga karbon dengan tiga sisi gugus hidroksil) melalui proses sintesis dehidrasi. Minyak cenderung cair pada suhu kamar (Etjhel Sloane, 2004).2. TelurTelur ayam mempunyai struktur yang sangat khusus yang mengandung zat gizi yang cukup untuk mengembangkan sel yang telah dibuahi menjadi seekor anak ayam. Ketiga komponen pokok telur adalah kulit telur, putih telur a albumin dan kuning telur. Albumin mengandung protein, glukosa, lemak, garam dan air. 1. Ikan Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat poikilotermis (berdarah dingin), memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan siripnya serta tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dari keseluruhan vertebrata, sekitar 50,000 jenis hewan, ikan merupakan kelompok terbanyak di antara vertebrata lain memiliki jenis atau spesies yang terbesar sekitar 25,988 jenis yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar. Ikan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan lele, mujair, dan ikan tombro.Uji Amilase: Dengan perubahan warna menjadi kuning menandakan bahwa amilum telah dirubah menjadi maltosa. Amilase dalam usus dan ventrikel disekresikan oleh pankreas dan memutus ikatan -14 glikosidik pada amilum atau pati sehingga dihasilkan maltosa. Terbentuk sedikit endapan berwarna orange disekitar tabung. Endapan tersebut diindikasikan sebagai hasil positif adanya amilase pada usus dan ventrikel ikan.Uji Maltase: Dengan perubahan warna menjadi biru menandakan bahwa maltosa glukosa. Perubahan menjadi warna biru akan menjadi hasil positif adanya glukosa yang terdapat pada usus dan ventrikel ikan. Pada usus ikan maltase lebih banyak ditemukan sehingga warna biru berubah menjadi warna biru yang lebih tua daripada yang terdapat pada ventrikel usus.Uji Tripsin Enzim tripsin berasal dari tripsinogen yang diaktivasi oleh enterokinase yang disekresi di sel mukosa usus. Tripsin akan memecah peptida yang berdekatan dengan asam aminobasik. Tripsin diproduksi di pankreas sebagai enzim yang tidak aktif yaitu trypsinogen. Di dalam usus kecil, enzim enteropeptidase mengaktifkan tripsin oleh pembelahan proteolitik. Yang terjadi adalah perubahan warna menjadi ungu yang menandakan adanya enzim tripsin pada usus halus dan ventrikel ikan.

Uji Empedu: Pada uji empedu yang mendeteksi adanya kandungan lemak di dalam empedu sebagai emulgator dari proses emulsifikasi yang meminimalkan lemak sehingga luas daerah juga akan semakin besar.

D. Bahan dan alatAlatTabung reaksiBotol berwarna gelap dan terangMortar dan aluGelas beaker ukurn 500 mlPembakar spiritusPenjepit kayuPipet tetesRak tabung reaksiGelas ukur 10 mlPapan bedahPerlengkapan bedahCorong kacaKertas saringKertas labelTisuKorek apiKertas karbon15 tabung24 botol1 set1 gelas1 set1 penjepit5 pipet1 rak1 gelas1 papan1 set1 buahSecukupnyaSecukupnyaSeperlunyaSeperlunyasecukupnya

Bahan Ikan mujairIkan leleIkan tombroAquadesGliserin 50%ToluenLarutan Amilum 2%Larutan Maltosa 2%Putih telurReagent BiuretReagen BenedictMinyak gorengUkuran 50 gramUkuran 100-200 gramUkuran 300 gramSecukupnya200 ml50 ml100 ml100 ml50 ml100 ml100 mlsecukupnya

E. Cara kerjaIsolasi Enzin1. Membedah ikan pada bagian perutnya, kemudian memisahkan ventrikel, usus, dan empedu dari organ lain secara hati-hati.2. Memotong bagian ventrikel hingga usus besar.3. Memisahkan antara bagian ventrikel dan usus halus dan memisahkannya dari usus besar.4. Menyayat secara longitudinal pada masing-masing ventrikel dan usus halus.5. Membersihkan ventrikel dan usus halus dengan akuades lalu mengeringkan pada tisu.6. Meletakkan ventrikel atau usus halus pada mortar dan menambahkan 20 ml gliserin 50% lalu menggerusnya menggunakan alu.7. Memasukkan isolat ventrikel atau usus halus pada botol gelap dan memberi label identitas menggunakan kertas label yaitu kode V4, V7, U4, dan U7.8. Menambahkan toluene 4-5 tetes pada tiap botol lalu menutupnya.9. Menyimpan isolat ventrikel dan usus halus di ruang gelap pada suhu ruang selama 4 hari untuk contoh uji berlabel V4 dan U4 dan 7 hari untuk contoh uji berlabel V7 dan U7 pada masing-masing jenis ikan.Uji Aktivitas Enzim Amilase1. Memberi label tabung reaksi K sebagai kontrol dan V4,V7, U4, U7 sebagai contoh uji.2. Menuangkan 2 ml reagen benedict pada tiap tabung reaksi.3. Menambahkan 2 ml larutan amilum 2% pada tiap tabung reaksi.4. Menambahkan 1 ml akuades pada tabung reaksi Kdan i ml isolat sesuai label V4, V7, U4, dan U7 pada tabung reaksi berlabel sama.5. Menggoyangkan masing-masing tabung reaksi selama 5-10 menit.6. Memanaskan air di gelas Beaker yang telah diisi air sekitar 100 ml.7. Memanaskan masing-masing tabung reaksi pada air yang telah mendidih dan mendiamkan selama 15-20 menit dan mengamati perubahan warna yang terjadi.8. Mencatat perubahan warna yang terjadi dan merekap pada tabel data.9. Melakukan 3 kali pengulangan untuk masing-masing jenis ikan.Uji Aktivitas Enzim Maltase1. Melakukan aktivitas seperti langkah kerja pada uji aktivitas enzim amilase poin 1 dan 22. Menambahkan 2 ml larutan maltose 2% pada tiap tabung reaksi.3. Melakukan aktivitas seperti langah kerja pada uji aktivitas enzim amilase poin 4 hingga 9Uji Aktivitas Enzim Trypsin1. Mengencerkan putih telur dengan akuades dengan perbandingan 1:12. Memberi label tabung reaksi dengan K sebagai kontrol dan V4, V7, U4, dan U7 sebagai contoh uji.3. Memasukkan putih telur encer sebanyak 1 ml pada tiap tabung reaksi.4. Menambahkan 1 ml akuades pada tabung berlabel K dan 1 ml isolat sesuai label V4, V7, U4, dan U7 pada tabung reaksi berlabel sama.5. Mendiamkan selama 10 menit.6. Meneteskan 10 tetes reagen biuret pada masing-masing tabung dan mengamati perubahan warna yang terjadi.7. Mencatat perubahan warna yang terjadi dan merekap pada tabel data.8. Melakukan 3 kali pengulangan untuk maisng-masing jenis ikan.Uji Fungsi Empedu Terhadap Lemak1. Memberi label tabung reaksi dengan K sebagai kontrol, EM sebagai contoh uji empedu ikan mujair, EL sebagai contoh uji empedu ikan lele, dan ET sebagai contoh uji ikan tombro.2. Menuangkan cairan empedu maisng-masing ikan pada tabung yang telah disiapkan.3. Mengisi tabung K dengan 2 ml akuades dan mengencerkan empedu masing-masing jenis ikan dengan akuades pada tabung EM, EL, dan ET hingga volume mencapai 2 ml.4. Menambahkan 2 ml minyak goreng pada masing-masing tabung lalu mengocok kuat selama 10 menit.5. Mengamati perubahan yang terjadi dan mencatat pada tabel data.

F.

29G. Hasil dan pembahasan1. HasilTabel 1 : Data uji aktivitas amylase, maltase, dan trypsinJenisEnzimLama waktu (hari)MujairLeleTombro

KontrolVentrikelUsus halusKontrolVentrikelUsus halusKontrolVentrikelUsus halus

Amilase4Biru 3Hijau 8Hijau 9Biru 3Hijau 4Hijau 8Biru 3Hijau 9Hijau 8

Biru 3Hijau 9Hijau 8Biru 3Hjau 4Hijau 8Biru 3Hijau 8Hijau 9

Biru 3Hijau 9Hijau 8Biru 3Hijau 4Hijau 5Biru 3Hijau 9Hijau 9

7

Biru 3Hijau 4Hijau 5Biru 3Hijau 5Hijau 4Biru 3Hijau 8Hijau 8

Biru 3Hijau 4Hijau 5Biru 3Hijau 4Hijau 7Biru 3Hijau 9Hijau 9

Biru 3Hijau 5Hijau 5Biru 3Hijau 4Hijau 5Biru 3Hijau 9Hijau 9

Maltase4Merah bata 0Merah bata 1Jingga 2Merah bata 0Kuning jingga 3Kuning 2Kuning 1Kuning 4Kuning jingga 2

Merah bata 0Merah bata 1Jingga 2Merah bata 0Kuning jingga 3Kuning 2Kuning 1Kuning 4Kuning jingga 2

Merah bata 0Merah bata 1Jingga 2Merah bata 0Kuning jingga 3Kuning 2Kuning 1Kuning 4Kuning jingga 2

7Merah bata 0Kuning jingga 1Kuning jingga 2Merah bata 0Kuning jingga 2Kuning 4Kuning 1Kuning 4Kuning 3

Merah bata 0Kuning jingga 1Kuning jingga 2Merah bata 0Kuning jingga 2Kuning 4Kuning 1Kuning 4Kuning 3

Merah bata 0Kuning jingga 1Kuning jingga 2Merah bata 0Kuning jingga 2Kuning 4Kuning 1Kuning 4Kuning 3

Tripsin4Ungu 3Ungu 3Ungu 4Ungu 3Ungu 3Ungu 2Ungu 3Ungu 4Ungu 3

Ungu 3Ungu 3Ungu 3Ungu 3Ungu 3Ungu 2Ungu 3Ungu 4Ungu 3

Ungu 3Ungu 4Ungu 3Ungu 3Ungu 3Ungu 3Ungu 3Ungu 4Ungu 3

7Ungu 3Ungu 3Ungu 2Ungu 3Ungu 2Ungu 1Ungu 3Ungu 3Ungu 1

Ungu 3Ungu 3Ungu 1Ungu 3Ungu 2Ungu 1Ungu 3Ungu 2Ungu 1

Ungu 3Ungu 2Ungu 1Ungu 3Ungu 2Ungu 1Ungu 3Ungu 2Ungu 1

Keterangan : Perubahan warna reagen Benedict : tidak ada perubahan (-), hijau (+), kuning (++), kuning jingga (+++), merah bata (++++)Perubahan warna reagen Biuert : biru (-), ungu (+), merah muda (++)Jenis IkanFungsi Empedu

MujairNegatif (-)

LelePositif (+)

TombroPositif (+)

Tabel 2 : Data Uji Fungsi Empedu terhadap Lemak

Keterangan : tidak ada gumpalan (-), ada gumpalan (+)

2. Analisis dataa. Uji aktivitas enzim amilaseUji aktivitas enzim amilase yang terdapat pada bagian ventrikel dan usus halus ikan mujair, lele, dan tombro yang isolatnya disimpan selama 4 hari dan 7 hari pada suhu ruang, perubahan warna yang timbul dibandingkan dengan warna pada variabel kontrol. Pada pengujian ini dilakukan tiga kali pengulangan agar data yang diperoleh lebih akurat. Uji aktvitas enzim amilase pada isolat ventrikel dan usus halus ikan mujair yang telah disimpan selama 4 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 8, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 9. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 9, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 8. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 9, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 8. Uji aktvitas enzim amilase pada isolat ventrikel dan usus halus ikan mujair yang telah disimpan selama 7 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 5. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 5. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 5, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 5.Uji aktvitas enzim amilase pada isolat ventrikel dan usus halus ikan lele yang telah disimpan selama 4 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 8. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 8. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 5. Uji aktvitas enzim amilase pada isolat ventrikel dan usus halus ikan lele yang telah disimpan selama 7 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 5, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 4. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 7. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 5.Uji aktvitas enzim amilase pada isolat ventrikel dan usus halus ikan tombro yang telah disimpan selama 4 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 9, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 8. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 8, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 9. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 9, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 9. Uji aktvitas enzim amilase pada isolat ventrikel dan usus halus ikan tombro yang telah disimpan selama 7 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 8, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 8. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 9, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 9. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu biru 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu hijau 9, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu hijau 9.b. Uji aktivitas enzim maltaseUji aktvitas enzim maltase pada isolat ventrikel dan usus halus ikan mujair yang telah disimpan selama 4 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu merah bata 0, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu merah bata 1, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu jingga 2. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu merah bata 0, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu merah bata 1, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu jingga 2. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu merah bata 0, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu merah bata 1, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu jingga 2. Uji aktvitas enzim maltase pada isolat ventrikel dan usus halus ikan mujair yang telah disimpan selama 7 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu merah bata 0, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu kuning jingga 1, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu kuning jingga 2. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu merah bata 0, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu kuning jingga 1, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu kuning jingga 2. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu merah bata 0, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu kuning jingga 1, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu kuning jingga 2.Uji aktvitas enzim maltase pada isolat ventrikel dan usus halus ikan lele yang telah disimpan selama 4 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu merah bata 0, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu kuning jingga 3, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu kuning 2. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu merah bata 0, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu kuning jingga 3, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu kuning 2. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu merah bata 0, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu kuning jingga 3, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu kuning 2. Uji aktvitas enzim maltase pada isolat ventrikel dan usus halus ikan lele yang telah disimpan selama 7 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu merah bata 0, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu kuning jingga 2, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu kuning 4. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu merah bata 0, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu kuning jingga 2, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu kuning 4. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu merah bata 0, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu kuning jingga 2, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu kuning 4. Uji aktvitas enzim maltase pada isolat ventrikel dan usus halus ikan tombro yang telah disimpan selama 4 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu kuning 1, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu kuning 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu kuning jingga 2. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu kuning 1, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu kuning 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu kuning jingga 2. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu kuning 1, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu kuning 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu kuning jingga 2. Uji aktvitas enzim maltase pada isolat ventrikel dan usus halus ikan tombro yang telah disimpan selama 4 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu kuning 1, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu kuning 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu kuning 3. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu kuning 1, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu kuning 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu kuning 3. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu kuning 1, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu kuning 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu kuning 3. c. Uji aktivitas enzim tripsinUji aktvitas enzim tripsin pada isolat ventrikel dan usus halus ikan mujair yang telah disimpan selama 4 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 3, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 4. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 3, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 3. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 3. Uji aktvitas enzim tripsin pada isolat ventrikel dan usus halus ikan mujair yang telah disimpan selama 7 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 3, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 2. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 3, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 1. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 2, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 1.Uji aktvitas enzim tripsin pada isolat ventrikel dan usus halus ikan lele yang telah disimpan selama 4 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 3, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 2. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 3, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 2. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 3, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 3. Uji aktvitas enzim tripsin pada isolat ventrikel dan usus halus ikan lele yang telah disimpan selama 7 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 2, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 1. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 2, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 1. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 2, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 1.Uji aktvitas enzim tripsin pada isolat ventrikel dan usus halus ikan tombro yang telah disimpan selama 4 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 3. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 3. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 4, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 3. Uji aktvitas enzim tripsin pada isolat ventrikel dan usus halus ikan tombro yang telah disimpan selama 7 hari pada suhu ruang memberikan hasil yaitu pada pengulangan ke-1, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 2, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 1. Pada pengulangan ke-2, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 2, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 1. Pada pengulangan ke-3, warna sebelum diberikan perlakuan (kontrol) yaitu ungu 3, setelah diberikan perlakuan yaitu meneteskan 1 ml isolat ventrikel terjadi perubahan warna yaitu ungu 2, dan setelah meneteskan 1 ml isolat usus halus terjadi perubahan warna yaitu ungu 1.d. Uji fungsi empedu terhadap lemakPada uji fungsi empedu terhadap lemak dengan minyak goreng sebagai zat penguji (pengganti lemak) menunjukkan hasil yang berbeda-beda pada setiap jenis ikan. Pada ikan lele dan ikan tombro uji fungsi empedu menujukkan hasil positif yang artinya terbentuk gumpalan, namun pada ikan mujair uji fungsi empedu menunjukkan hasil negatif yang artinya tidak terbentuk gumpalan.

3. PembahasanPada praktikum analisis enzim pencernaan pada ventrikel dan usus halus ikan, menggunakan organ pencernaan ikan yang masih segar agar enzim yang ada pada organ pencernaan tersebut masih dalam kondisi aktif karena enzim sangat sensitif dan dapat rusak oleh beberapa faktor, salah satunya adalah karena pemasakan dan pasteurisasi. Kantung empedu juga diambil secara hati-hati, agar kantung empedu tidak pecah, sehingga cairan empedu masiih dalam volume utuh yang dapat megoptimalkan hasil praktikum. Botol yang digunakan untuk menyimpan isolat enzim adalah botol yang berwarna gelap dan tertutup, memilih botol yang gelap agar tidak terjadi oksidasi larutan sehingga komponen enzim yang berupa protein tetap terjaga dan tidak mengalami denaturasi, kemudian menutup rapat isolat enzim selama proses penyimpanan agar isolat yang berada di dalam botol yang berupa larutan kimia tidak menguap dan menyebabkan isolat enzim menjadi rusak. Fungsi digunakannya larutan gliserin 50% pada saat penghalusan organ ventrikel maupun usus halus ikan adalah untuk menghilangkan lemak yang menempel pada organ dan menstabilkan enzim yang terdapat pada organ tersebut sehingga tidak rusak pada saat proses penyimpanan. Fungsi penambahan toluen pada isolat enzim adalah untuk melarutkan atau meluruhkan enzim-enzim yang terkandung pada ventrikel dan usus halus, mengekstrak enzim, melisiskan sel-sel, serta menjaga agar usus tidak busuk atau sebagai pengawet tanpa merubah struktur/konformasi materi organik yang diawetkan.Pada praktikum ini organ pencernaan yang dipilih untuk isolasi enzim adalah ventrikel dan usus halus karena pada kedua organ pencernaan tersebut banyak terjadi proses pencernaan terutama pencernaan secara kimiawi (reaksi enzimatik), sehingga enzim yang dihasilkan pada organ tersebut lebih banyak jika dibandingkan organ-organ pencernaan lainnya. Pada pengujian aktivitas enzim amilase dan enzim maltase dilakukan pemanasan yang berfungsi sebagai katalis untuk meningkatkan kerja enzim karena kerja enzim optimal pada suhu tertentu sehingga reaksi akan lebih cepat terjadi. Namun pada pengujian atktivitas enzim trypsin tidak perlu proses pemanasan karena protein (albumin) sebagai zat penguji mudah terdenaturasi pada suhu tinggi. Secara garis besar proses enzimatis pencernaan yang terjadi pada ventrikel dan usus halus sebagai berikut : Cairan gastrik berfungsi untuk mensekresi peptin dan asam klorida (HCl) yang dihasilkan oleh sel-sel yang ada di lambung. Di dalam lambung terjadi pencernan protein, lemak, dan karbohidrat. protein mengalami denaturasi oleh kerja HCl dan dihidrolisis oleh enzim pepsin. Ikan yang tidak memiliki lambung proteinnya dicerna di usus depan menggunakan enzim protease. Permukaan doudenum membentuk lipatan-lipatan yang mensekresikan enzim enterokinase yang berperan mengaktifkan tripsinogen menjadi tripsin. Sel sekretori mukosa usus halus mensekresikan cairan yang mengandung enzim pencernaan sebagai berikut :1. Disakaridase : hidrolisis disakarida menjadi monosakarida, dibedakan menjadi maltase, laktase, dan sukrose.2. Peptidase: hidrolisis polipeptida dan dipeptida menjadi asam amino3. Lipase usus: hidrolisis lemak menjadi asam lemak dan gliserola. Pembahasan aktivitas uji enzim amilasePada aktivitas uji enzim amilase pada ikan mujair, lele, dan tombro terbukti bahwa lama penyimpanan isolat enzim berpengaruh terhadap aktivitas enzim pencernaan. Pada ketiga jenis ikan, enzim amilase bekerja lebih optimal pada penyimpanan selama 4 hari baik pada isolat enzim usus halus maupun pada isolat enzim ventrikel, dan sudah mengalami penurunan aktivitas pada hari ke 7. Namun pada ikan lele hari ke 7 pada tabung pertama isolat enzim pada ventrikel menunjukkan nilai hijau 5, nilai ini lebih besar dibandingkan nilai pada hari ke 4 yang sebesar hijau 4, namun pada saat dilakukan pengulangan nilai tetap menunjukkan hijau 4 dan tidak terjadi penaikkan aktivitas enzim. Kesalahan hasil pada tabung pertama dapat terjadi dikarenakan tidak dilakukan penyaringan pada saat pembuatan isolat enzim, sehingga pada saat pengambilan isolat, potongan-potongan ventrikel yang belum halus ikut terambil.Adanya enzim amilase dapat ditunjukkan dengan perbedaan warna tabung yang diberi isolat enzim dengan tabung K sebagai kontrol. Tabung K meskipun setelah proses pemanasan tetap berwarna biru, dan tabung yang diberi isolat enzim baik isolat enzim pada usus maupun isolat enzim pada ventrikel menunjukkan perubahan warna setelah poses pemanasan, yakni dari biru menjadi berwarna biru kehijauan. Pada ikan lele dan mujair perubahan warna isolat enzim usus halus memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perubahan warna isolat enzim ventrikel, hal ini menyatakan bahwa kandungan enzim amilase pada usus halus ikan lele dan mujair lebih banyak jika dibandingkan kandungan enzim amilase pada bagian ventrikelnya. Namun pada ikan tombro perubahan warnanya memiliki nilai yang hampir sama besar pada ventrikel dan usus halus, yang berarti bahwa setiap jenis ikan memiliki kadar enzim amilase yang berbeda pada setiap organ pencernaannya.Warna biru benedict merupakan karakteristikutama keberadaan atom tembaga. Atom ini mudah bereaksi dengan oksigen dari disakarida atau gula sederhana lain pada gugus aldehid atau keton membentuk tembaga (II) oksida.Dalam hal ini, atom tembaga yang berada dalam bentuk ion Cu2+ akan membentuk ikatan ionik dengan oksigen (Vogel, 1998). Pereaksi benedict mengandung kupri sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+dari kupri sulfat menjadi ion Cu+ yang bereaksi dengan gula (pereduksi) akan menjadi Cu2O yang ditandai dengan endapan merah bata. Pada praktikum ini tidak terjadi endapan merah bata, tapi hanya perubahan warna. Namun, bila ragen Benedict direaksikan dengan gula bergugus keton, maka reaksi yang terbentuk adalah perubahan warna dari biru menjadi orange atau kuning. Walaupun hanya perubahan warna, tetapi telah menunjukkan adanya reaksi yang terjadi antara amilum-ekstrak usus/ventrikel dan Benedict. Warna yang terbentuk merupakan pelepasan ion Cu2+ oleh katalis. Amilum dalam larutan bereaksi dengan enzim amilase yang terdapat dalam isolat enzim usus/ventrikel. Amilum dipecah oleh enzim menjadi senyawa yang lebih sederhana. Hasil dari reaksi pemecahan tersebut bereaksi dengan reagen Benedict dan menghasilkan perubahan warna. Tidakterbentuknya endapan berwarna merah bata terjadi karena konsentrasi enzim yang kurang mencukupi untukmengkatalis substrat (amilum) sehingga kurang dihasilkan produk. Penyebab lain dapat disebabkan oleh terlalu lamanya waktu pemanasan larutan sehingga enzim terdenaturasi. Hidrolisis amilum merupakan proses pemecahan molekul amilum menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana seperti dekstrin, isomaltosa, dan glukosa. Komponen penyusun amilum ada dua yakni amilosa dan amilopektin, kedua komponen ini dapat dikatakan homogen secara kimia, tetapi masih heterogen dalam ukuran molekul, derajat percabangan, rantai,susunan dan keacakan rantai cabang (Winarno,1992). Hidrolisis amilosa oleh -amilase terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama adalah degradasi menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Degradasi ini terjadi secara cepat diikuti pula dengan menurunnya viskositas dengan cepat. Tahap kedua relatif lambat dengan pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir. Sedangkan untuk amilopektin, hidrolisis dengan -amilase menghasilkan glukosa, maltosa, dan berbagai jenis -limit dekstrin yang merupakan oligosakarida yang terdiri dari 4 atau lebih residu gula yang semuanya mengandung ikatan -1,6 glikosidik (Suhartono, 1989).Sebelum makanan bereaksi dengan asam lambung, amilum akan diubah menjadi disakarida. Di dalam lambung tidak ada enzim pemecah amilum, maka di lambung tidak terjadi pemecahan amilum. Di dalam usus disekresikan enzim pemecah amilum. Pankreatik amilase mememecah amilum menjadi disakarida. Pankreas menghasilkan beberapa enzim hidrolitik dan larutan alkali yang kaya akan bikarbonat. Bikarbonat itu bekerja sebagai dapar (buffer) yang menetralisir pencernaan kim dari lambung. Amilase pankreas menghidrolisis amilum, glikogen dan polisakarida yang lebih kecil menjadi disakarida, termasuk maltosa (Campbell et al., 2002).b. Pembahasan aktivitas uji enzim maltasePada aktivitas uji enzim maltase pada ikan mujair, lele, dan tombro terbukti bahwa lama penyimpanan isolat enzim berpengaruh terhadap aktivitas enzim pencernaan. Pada ikan mujair, lele dan tombro, isolat enzim bekerja optimal pada lama penyimpanan 4 hari, kemudian mengalami penurunan hasil yang signifikan pada hari ke 7 karena banyak molekul-molekul enzim yang mulai rusak. Pada isolat enzim usus ikan mujair pada hari ke 4 terjadi perubahan warna menjadi merah bata hal ini menunjukkan bahwa enzim maltase yang berada di usus halus bereaksi secara optimal dengan reagen benedict. Pereaksi benedict mengandung kupri sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+dari kupri sulfat menjadi ion Cu+ yang bereaksi dengan gula (pereduksi) akan menjadi Cu2O yang ditandai dengan endapan merah bata. Pada semua jenis ikan yang diujikan (mujair, lele, dan tombro) seharusnya menunjukkan bahwa pada hari ke 7 penyimpanan terjadi penurunan aktivitas enzim maltase, yang ditandai dengan berkurangnya nilai perubahan warna yang terjadi, namun ada sedikit perbedaan, hasil pada isolat enzim usus halus pada ikan lele justru terjadi kenaikan pada penyimpanan hari ke 7, yakni yang semula kuning 2 menjadi kuning 4. Hal ini menunjukkan bahwa enzim maltase yang terdapat pada usus halus ikan lele lebih optimal pada penyimpanan hari ke 7 dibandingkan hari ke 4. Ringkasan reaksi yang terjadi pada proses uji aktivitas enzim amilase sebagai berikut :

Maltase + Maltosa 2 gugus glukosa + Maltase

c. Pembahasan aktivitas uji enzim tripsinPada aktivitas uji enzim tripsin yang menggunakan putih telur sebagai zat penguji pada ikan mujair, lele, dan tombro terbukti bahwa lama penyimpanan isolat enzim berpengaruh terhadap aktivitas enzim pencernaan. Pada ikan mujair, lele dan tombro, isolat enzim bekerja optimal pada lama penyimpanan 4 hari, kemudian mengalami penurunan hasil pada hari ke 7 karena banyak molekul-molekul enzim yang mulai rusak. Warna ungupada tabung reaksi timbul karena reagen Biuret bereaksi dengan gugus amin yang terdapatpada asam amino. Biuret merupakan reagen yang bersifat basa, sehingga gugus amin dariasam amino bertindak sebagai asam Dengan membentuk NH4+. Reaksi tersebut menghasilkan senyawa basa NH4OH yang menyebabkan larutan berwarna ungu. Enzim tripsin adalah enzim yang dihasilkan oleh pankreas yang dapat memecahpolipeptida menjadi asam-asam amino penyusunnya. Keberadaan enzim ini diindikasikan dengan pembentukan warna ungu dari reagen biuret yang ditambahkan.Hidrolisis protein adalah proses pecahnya ikatan peptida menjadi molekul yang lebih sederhana. Hidrolisis ikatan peptida akan menyebabkan beberapa perubahan pada protein, yaitu meningkatkan kelarutan karena bertambahnya kandungan NH3+ dan COO- dan berkurangnya berat molekul protein/polipeptida, rusaknya protein globular.Pada proses pencernaan protein di dalam tubuh dengan bantuan enzim terjadi di beberapa bagian tubuh, seperti lambung dan usus halus. Enzim-enzim tersebut bekerja secara spesifik dan ditempat tertentu. Kecuali peptidase usus, semua enzim proteolitik diaktifkan dengan mengubah prekursor yang merupakan protein lebih besar dan tidak aktif yang dinamakan zimogen. Pelepasan pepsinogen bersamaan dengan HCl kemudian memungkinkan aktivasi pepsinogen menjadi pepsin. Getah pankreas mengandung zimogen kimotripsinogen, tripsinogen, proelastase dan prokarboksipeptidase (Montgomery et al., 1993). Enzim protease merupakan enzim yang berfungsi untuk menghidrolisis protein menjadi asam amino. Enzim pepsin terdapat di lambung, bekerja pada spesifikasi lebar protein. Tripsin, kimotripsin dan karboksipeptidase terdapat di usus. Enzim aminopeptidase memiliki fungsi untuk menghidrolisis asam amino ujung-N, enzim ini terdapat pada mukosa usus (Montgomery et al., 1993). Pemberian protein atau asam amino dalam jumlah banyak dapat meningkatkan daya serap usus. Besarnya peningkatan aktivitas enzim tersebut berbeda antara yang terjadi pada usus halus dengan di pankreas. Jumlah enzim di dalam sel sangat bergantung pada kecepatan mensintesis dan mendegradasi asam amino, karena pada dasarnya dalam semua bentuk kehidupan, enzim disintesis dari asam amino dan didegradasi menjadi asam amino (Nadeak, 1992)Pada setiap jenis ikan terjadi perbedaan aktivitas enzim baik amilase, maltase, maupun tripsin. Hal tersebut dapat diketahui dengan adanya perbedaan warna yang terjadi setelah uji enzim, perbedaan tersebut karena berbedanya jenis ikan yaitu ikan lele (omnivora) dan ikan mujair dengan tombro (herbivora). Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan fungsi enzim dalam aktivitas di dalam usus.d. Pembahasan uji fungsi empedu terhadap lemak Pada praktikum uji fungsi empedu terhadap lemak ini dilakukan pengocokan kuat selama 10 menit agar minyak goreng dan cairan empedu dapat tercampur sempurna. Pada hasil praktikum menunjukkan bahwa pada ikan lele dan ikan tombro terbentuk gumpalan, sedangkan pada ikan mujair tidak. Hal ini dapat disebabkan karena pada saat praktikum ikan mujair yang digunakan terlalu kecil, sehingga ukuran empedunya semakin kecil dan pengambilan empedu menjadi sulit karena rawan pecah, apabila empedu pecah maka cairan empedu yang digunakan untuk reaksi semakin sedikit sehingga tidak menunjukkan hasil yang sesuai dan optimal.Emulsi adalah keadaan dimana fase terdispersinya adalah padatan dan fasependispersinya adalah cair. Cairan empedu yang disebut bilus atau bila yang merupakan emulsifier lemak yang mampu memecah lemak menjadi tetes-tetes minyak yang dapatbercampur dengan airLemak dapat dicerna di dalam tubuh karena adanya garam-garam empedu yang menjadikan lemak larut dalam air. Makanan dari kelompok lemak akan diemulsifikasi oleh cairan empedu menjadi butiran-butiran lemak (droplet lemak). Baru setelah itu droplet lemak diuraikan oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Selain itu garam empedu juga membantu absorbsi zat terlarut lemak dengan cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel.Enizim pencerna lemak dihasilkan oleh pankreas eksokrin dan disekresi ke dalam duodenum (Montgomery et al., 1993). Lemak (trigliserida) dapat dihidrolisis oleh enzim lipase yang dihasilkan oleh pankreas (steapsin) menjadi gliserol dan asam-asam lemak. Hidrolisa dapat berlangsung pada pH 7,5-8,5 dan suhu antara 36-40 C. Pencernaan lemak terjadi apabila lemak dihidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol, semakin banyak asam lemak yang dibebaskan, maka semakin banyak larutan NaOH yang dibutuhkan untuk menetralisir kadar asam lambung.Lipase pankreas mengkatalisis sebagian hidrolisis trigliserid yang mengandung asam lemak berantai panjang. Lipase bekerja pada persinggungan perhubungan natara air dan molekul trigliserid, dan absorpsi interfasial enzim merupakan langkah penting dalam proses katalisis. Enzim esterase kolesterol menghidrolisis ester kolesterol. Enzim fosfolipase A2 mencerna fosfogliserid dalam makanan (Montgomery et al., 1993).Pencernaan senyawa-senyawa triasilgliserol dimulai di dalam usus halus, kedalam organ inilah zimogen prolipase dikeluarkan oleh pankreas, di dalam usus halus tersebut, zimogen kemudian diubah menjadi lipase yang aktif, yang dengan adanya garam-garam empedu dan protein khusus yang disebut kolipase mengikat tetesan-tetesan senyawa triasil gliserol dan mengkatalisis pemindahan hidrolitik satu atau dua residu asam lemak bagian luar sehingga dihasilkan suatu campuran asam-asam lemak bebas (sebagai senyawa sabun dengan Na+ atau K+) dan senyawa 2-monoasilgliserol. Sebagian kecil dari senyawa triasil gliserol masih ada yang tetap tidak dihirolsis. Senyawa sabun asam lemak dan senyawa asil gliserol yang tidak terpecahkan diemulsifikasi menjadi bentuk butir-butir halus oleh peristaltik, yaitu suatu gerakkan mengaduk pada usus, dibantu oleh garam-garam empedu dan monoasil gliserol, yang merupakan molekul-molekul amfipatik dan memberikan efek detergen (Lehninger, 1995).

H. SimpulanSetelah melakukan praktikum analisis enzim pencernaan pada usus dan ventrikel beberapa ikan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan diantaranya :1. Enzim-enzim pencernaan pada ikan diantaranya adalah enzim amilase, enzim maltase, enzim tripsin, dan enzim lipase. Selain itu juga ada garam empedu yang dihasilkan oleh kantung empedu yang membantu mengemulsikan lemak pada proses pencernaan lemak.2. Bagian saluran pencernaan pada ikan yang paling banyak terdapat enzim adalah bagian ventrikel dan usus halus.3. Lama waktu penyimpanan isolat enzim berpengaruh terhadap aktivitas enzim. Ada enzim yang optimal pada penyimpanan 4 hari, dan ada enzim yang optimal pada pada penyimpanan 7 hari, hal ini tergantung pada jenis ikan dan jenis enzim.

I. Daftar pustaka.Adhi, I.K.D. 2008. Sistem Pencernaan pada Hewan. http://gurungeblog. wordpress.com/2008/11/23/sistem-pencernaan-pada-hewan/Affandi, R., Sjafei, D.S., Rahardjo, M.F. dan Sulistiono. 2004. Fisiologi Ikan, Pencernaan dan Penyerapan Makanan. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 215 halCampbell, N. A, Reece, T. B, Mitchell, L. G. 2002. Biologi. Jilid II Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.Eafrianto. 2009. Probiotik Pada Ikan. http://eafrianto.wordpress.com/ 2009/11/29/probiotik-pada-ikan/.Guyton & Hall, Artur C.,M.D. & John E.,Ph.D.1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 9. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran Lehninger.A.L, 1995. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : ErlanggaMontgomery, R., R. L. Dryer, T. W. Conway dan A. A. Spector. 1993. Biokimia. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.Nadeak, M. R. 1992. Studi Isolat Actinomycetes Penghasil Protease dari Sponge Di Perairan Lelanga Teluk Lampung. Skripsi. Unila. Bandar Lampung.Suhartono. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Bogor :Institut Pertanian Bogor Watson, Roger. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Winarno. 1992. Biofermentase dan Biosintesa Protein. Bandung : PT. Angkasa

Lampiran

Gambar 3 : berat usus yang ditimbang 2,43 gram.Gambar 2 : Ikan Lele yang di bedah untuk mengambil empedu dan ususnya.

Gambar 1 : Ikan Lele ditimbang terlebih dahulu

Gambar 6 : Empedu dimasukkan ke tabung reaksi.Gambar 5 : Usus beserta ventrikel.Gambar 4 : Berat ventrikel yang ditimbang 1,44 gram.

Gambar 9 : Hasil Uji Amilase Ikan lele

Gambar 8 : Ventrikel dan usus yang dihaluskanGambar 7 : Perbandingan empedu dengan kontrol

Gambar 10 : Hasil Uji ventrikel dan Usus setelah ditaruh di lemari es berhari-hari