Laporan PraktikumHari/Tanggal: Senin/ 22 September 2014Biokimia
UmumWaktu : 11.00 13.00 WIBPJP : Puspa Julistia P, MscAsisten :
Nindy Lestarie, S.Si Rini Kurniasih, S.Si
PROTEIN I
Kelompok 1Jesica Magdalena J3L113004Sakinatunnisa J3L112129Fajar
Hakim J3L113019 Boby Chandra Juwita J3L113052
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIAPROGRAM DIPLOMAINSTITUT PERTANIAN
BOGOR2014PENDAHULUANProtein merupakan molekul raksasa yang terdiri
dari satuan-satuan kecil yang disebut asam amino. Asam amino adalah
senyawa yang mengandung gugus amino dan gugue karboksil. Protein
yang paling sederhana terdiri atas 50 asam amino dan ada beberapa
protein yang mengandung ribuan asam amino. Hal yang terpenting
adalah ketidakhadiran, penambahan, atau penggantian satu saja asam
aminopada sebuah struktur protein dapat menyebabkan protein
tersebut menjadi gumpalan molekul yang tak berguna. Setiap asam
amino harus terletak pada ukuran yang benar dan struktur yang tepat
(Poedjiadi 1994).Ditinjau dari strukturnya protein dibagi menjadi
dua golongan besar, yaitugolongan protein sederhana dan protein
gabungan. Protein sederhana merupakan protein yang hanya terdiri
dari molekul-molekul asam amino, sedangkan protein gabungan ialah
protein yang teridiri dari protein dan gugus yang bukan protein
atau disebut juga gugus prostetik (Tillman 1991).Percobaan kali ini
beertujuan untuk mempelajari beberapa reaksi uji asam amino dan
protein dengan uji Millon, uji Ninhidrin, uji belerang, uji
Xantoproteat, dan uji biuret.METODE PRAKTIKUMAlat dan BahanAlat
yang digunakan adalah penangas air, tabung reaksi, rak tabung
reaksi, pipet tetes, dan gelas piala.Bahan yang digunakan adalah
albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, fenol 2%, pereaksi
Millon, asam sulfta pekat, pereaksi ninhidrin, NaOH 10%, NaOH
pekat, timbal asetat 5%, HNO3 pekat, tembaga sulfat 0,1%, serta
akuades.
Prosedur Uji Millon, ditambahkan 5 tetes pereaksi Millon ke
dalam 3 ml larutan protein. Campuran tersebut kemudian dipanaskan.
Uji positif Millon akan menunjukkan warna kemerahan.Uji Ninhidrin,
ditambahan 0,5 ml larutan Ninhidrin 0,1% ke dalam 3 ml larutan
protein. Dipanaskan dalam pengangas air selama 10 menit.
Diperhatikan perubahan warna larutan yang terjadi.Uji Xantoproteat,
ke dalam 2 ml larutan protein ditambahkan 1 ml HNO3 pekat,
dicampurkan baik-baik. Kemudian dipanaskan di atas penangas air.
Diperhatikan timbulnya warna kuning tua. Kemudian tabung
didinginkan dan ditambahkan pertetes NaOH pekat sampai larutan
menjadi basa.Uji biuret, ditambahkan 1 ml NaOH 10% ke dalam 3 ml
larutan protein kemudian dikocok. Ditambahkan 1 tetes larutan
CuSO4, jika tidak terjadi perubahan warna ditambahkan 1 atau 2
tetes CuSO4 lagi.HASIL DAN PEMBAHASANPereaksi millon bereaksi
positif dengan tirosin atau protein dengan gugus fenil. Peraksi
millon akan membentuk senyawa garam merkuri gugus hidroksifenil
berwarna. Pereaksi millon terdiri dari merkuri dan ion merkuro
dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan larutan
protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi
merah saat dipamaskan (Lehninger 1982).
Gambar 1. Reaksi uji Millon
Tabel 1. Hasil Uji MillonSampelHasil Pengamatan (+/-)Foto
Albumin-
Gelatin+
Kasein-
Pepton-
Fenol-
Keterangan: + (positif tirosin) -(negatif tirosin)
Pada uji millon, diperoleh hasil percobaan bahwa gelatin positif
mengandung gugus fenol. Hal yang terjadi seharusnya adalah gelatin
menunjukkan reaksi negatif, sedangkan fenol, kasein, dan pepton
seharusnya langsung menunjukkan warna merah setelah pemanasan.
Kesalahan-kesalahan ini dapat diakibatkan oleh bahan yang
terkontaminasi atau regaen yang digunakan sudah berumur
lama.Pereaksi millon terdiri dari dari merkuri dan ion merkuro
dalam asam nitrit. Merkuri dan ion merkuro dapat bereaksi dengan
senyawa yang memiliki gugus fenol membentuk senyawa komplek
berwarna merah. Pemanasan dalam percobaan ini berfungsi sebagai
katalis untuk mempercepat reaksi.Ninhidrin atau triketodenahidrat
dapat mendeteksi semua jenisprotein yang setidaknya mengandung satu
gugus karboksil dan satu gugus asam amino. Ninhidrin akan bereaksi
dengan satu atom C yang berasal dari aldehida menghasilkan CO2 dan
dan NH3.
Gambar 2. Reaksi Uji Ninhidrin
Tabel 2. Hasil Uji NinhidrinSampelHasil Pengamatan (+/-)Foto
Albumin+
Gelatin+
Kesein-
Pepton+
Keterangan: + (positif protein) -(negatif protein)Pada percobaan
diperoleh hasil positif pada albumin, gelatin, dan pepton.
Menunjukkan hasil negatif pada kasein. Seharusnya kasein juga
menunjukkan reaksi positif dengan ninhidrin, karena sebagai salah
satu jenis protein kasein juga memiliki gugus karboksil dan gugus
amino bebas. Hal ini mungkin dapat terjadi karena kasein
terkontaminasi oleh senyawa yang lain yang mengakibatkan kasein
tidak dapat bereaksi dengan ninhidrin.
Tabel 3. Hasil Uji BelerangSampelHasil pengamatanFoto
Albumin+
Gelatin-
Kesein-
Pepton -
Keterangan: + (positif mengandung sulfur) -(negatif mengandung
sulfur)Hasil percobaan menunjukkan bahwa pembentukan garam PbS
hanya pada sampel albumin 2% yang menunjukkan reaksi positif dengan
terbentuknya warna hitam pada saat ditambahkan Pb-asetat dalam
keadaan dipanaskan. Sampel yang lainnya tidak membentuk garam PbS
meskipun telah ditambahkan Pb-asetat secara berlebih. Hasil uji
menunjukkan albumin mengandung sistein ataupun metionin.Prinsip uji
xantoproteat adalah nitrasi inti benzena yang terdapat dalam
molekul protein.bila asam pekat ditambahkan pda larutan protein
akan memberi endapan putih yang bila dipanaskan akan berubah
menjadi kuning dan menjadi jingga saat suasana basa. Uji
xantoproteat akan menunjukkan reaksi positif pada semua asam amino
yang mengandung gugus benzena, tirosin, triptofan, dan fenilalanin
(Parakkasi 1990).
Tabel 3. Hasil Uji XantoproteatSampelHasil Pengamatan
(+/-)Foto
Albumin+
Gelatin+
Kasein-
Pepton+
Fenol+
Keterangan: + (positif memiliki inti benzena) -(negatif memiliki
inti benzena)
Hasil percobaan menunjukkan bahwa albumin, gelatin, pepton, dan
fenol bereaksi positif dalam uji xantoproteat. Sedangkan pepton
negetif.Protein dapat ditetapkan kadarnya menggunakan uji biuret.
Prinsip uji biuret adalah ikatan peptida yang dapat membentuk
ikatan kompleks berwarna ungu dengan garam kupri dalam suasana basa
(Harper 1995).Ikatan peptida merupakan ikatan yang menghubungkan
asam-asam amino. Suatu peptida yang memilikidua ikatan peptida atau
lebih dapat bereaksi dengan ion Cu2+ dalam suasana basa dan
membentuk kompleks berwarna ungu (Sudarmadji 1989).
Tabel 4. Hasil Uji BiuretSampelHasil Pengamatan (+/-)Foto
Albumin+
Gelatin+
Kasein-
Pepton-
Fenol-
Keterangan: + (positif memiliki inti benzena) -(negatif memiliki
inti benzena)Melalui percobaan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa
hanya albumin dan gelatin yang positif saat uji biuret, sedangkan
kasein, pepton, dan fenol negatif. Hasil seharusnya adalah albumin,
gelatin, kasein, dan pepton positif saat uji biuret, karena keempat
jenis protein ini memiliki dua atau lebih ikatan peptida. Hasil
negatif memang seharusnya ditunjukkan oleh fenol, karena fenol
tidak memiliki ikatan peptida. Fenol hanya terdiri dari cincin
benzen dengan gugus OH. Hal-hal yang dapat mempengaruhi berbedanya
hasil yang diperoleh dengan hasil yang sebenarnya antara lain
peralatan yang tidak bersih yang menyebabkan bahan uji juga menjadi
terkontaminasi.CuSO4 berfungsi sebagai penyedia ion Cu2+, ion Cu2+
inilah yang akan bereaksi membentuk kompleks protein. NaOH
berfungsi sebagai pemberi suasana basa dalam reaksi ini,seperti
terlihat pada gambar berikut:
Gambar 3. Reaksi Uji Biuret
SIMPULAN``Pada uji millon, diperoleh hasil percobaan bahwa
gelatin positif mengandung gugus fenol, sedangkan fenol, kasein,
dan pepton menunjukkan hasil negatif. Pada percobaan uji ninhidrin
diperoleh hasil positif pada albumin, gelatin, dan pepton namun
menunjukkan hasil negatif pada kasein. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa albumin, gelatin, pepton, dan fenol bereaksi positif dalam
uji xantoproteat. Sedangkan pepton negetif. Melalui percobaan
biuret yang dilakukan diperoleh hasil bahwa hanya albumin dan
gelatin yang positif saat uji biuret, sedangkan kasein, pepton, dan
fenol negatif.
DAFTAR PUSTAKAHarper, M. 1995. Biokimia Harper. Jakarta(ID):
EGCLehninger, A. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta(ID):
ErlanggaParakkasi, A. 1990. Ilmu Gizi dan Makanan. Bandung(ID):
AngkasaPoedjadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I.
Jakarta(ID): Erlangga.Sudarmadji, Slamet.1989. Analisis Bahan
Makanan dan Pertanian. Yogyakarta(ID): Penerbit Liberty