Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I ENTALPI PELARUTAN Nama : Andriana Nur Aini NIM : 131810301010 Kelompok : 4 Asisten : Putri Zakiyah B
23

Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

Dec 19, 2015

Download

Documents

ana

Senyawa-senyawa yang ada di bumi dapat dibedakan berdasarkan kelarutannya menjadi dua, yaitu senyawa yang larut dan tidak larut. Biasanya dalam pelarutan terdapat komponen yang dapat dihitung atau dicari melalui metode-metode tertentu. Misalnya adalah entalpi. Entalpi didefinisikan sebagai jumlah energi internal dari suatu sistem termodinamika ditambah energi yang digunakan untuk melakukan kerja pada sebuah materi.
Entalpi digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu entalpi pembentukan standar, entalpi penguraian standar, entalpi pembakaran standar, dan entalpi pelarutan standar. Entalpi yang berperan disini adalah entalpi pelarutan. Entalpi pelarutan menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan untuk melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar. Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, jenis zat terlarut, temperatur, dan tekanan.
Entalpi diperoleh dari kandungan kalor zat atau sistem. Untuk menyatakan kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap, dapat didefinisakan dengan entalpi yang merupakan suatu besaran termodinamika dan diberi lambang H. Dimana perubahan entalpi (ΔH) selalu menyertai setiap reaksi kimia, hal tersebut dikarenakan masing-masing zat mengandung jumlah energi yang berbeda (memiliki entalpi yang tidak sama). Praktikan diharapkan dapat memahami pengaruh suhu dalam proses pelarutan suatu zat dengan mengetahui perubahan entalpi pelarutan dalam suatu reaksi.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I

ENTALPI PELARUTAN

Nama : Andriana Nur Aini

NIM : 131810301010

Kelompok : 4

Asisten : Putri Zakiyah B

LABORATORIUM KIMIA FISIK

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Menentukan pengaruh temperatur terhadap kelarutan suatu zat dan panas kelarutannya.

1.2 Latar Belakang

Senyawa-senyawa yang ada di bumi dapat dibedakan berdasarkan kelarutannya

menjadi dua, yaitu senyawa yang  larut dan tidak larut. Biasanya dalam pelarutan terdapat

komponen yang dapat dihitung atau dicari melalui metode-metode tertentu. Misalnya adalah

entalpi. Entalpi didefinisikan sebagai jumlah energi internal dari suatu sistem termodinamika

ditambah energi yang digunakan untuk melakukan kerja pada sebuah materi.

Entalpi digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu entalpi pembentukan standar, entalpi

penguraian standar, entalpi pembakaran standar, dan entalpi pelarutan standar. Entalpi yang

berperan disini adalah entalpi pelarutan. Entalpi pelarutan menyatakan jumlah kalor yang

diperlukan atau dibebaskan untuk melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar. Kelarutan suatu

zat dipengaruhi oleh jenis zat pelarut, jenis zat terlarut, temperatur, dan tekanan.

Entalpi diperoleh dari kandungan kalor zat atau sistem. Untuk menyatakan kalor reaksi

yang berlangsung pada tekanan tetap, dapat didefinisakan dengan entalpi yang merupakan

suatu besaran termodinamika dan diberi lambang H. Dimana perubahan entalpi (ΔH) selalu

menyertai setiap reaksi kimia, hal tersebut dikarenakan masing-masing zat mengandung

jumlah energi yang berbeda (memiliki entalpi yang tidak sama). Praktikan diharapkan dapat

memahami pengaruh suhu dalam proses pelarutan suatu zat dengan mengetahui perubahan

entalpi pelarutan dalam suatu reaksi.

1.3 Tinjauan Pustaka

1.3.1 Material Safety Data Sheet

a. Asam Oksalat (C2H2O4)

Asam oksalat adalah senyawa kimia dengan rumus H2C2O4 yang mempunyai nama

sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat paling sederhana ini biasa digambarkan

dengan rumus HOOC-COOH yang merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali

lebih kuat daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen pereduktor.

Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut dengan asam oksalat. Asam oksalat

memilik massa molar 90.03 g/mol (anhidrat) dan 126.07 g/mol (dihidrat). Kelarutan dalam

air  yaitu 9,5 g/100 mL dalam suhu 15°C dan sebesar 14,3 g /100 mL dalam suhu 25°C, dan

Page 3: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

sebesar 120 g/100 mL pada suhu100°C. Titik didih asam oksalat sebesar  101-102°C dalam

keadaan dihidrat) (Sciencelab, 2015).

b. Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium hidroksida (Na OH ), juga dikenal  sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa

logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke

dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,

serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia sangat larut dalam air, etanol dan metanol,

walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia

tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan

meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas. Struktur molekulnya berbentuk tetrahedral.

NaOh memiiki massa molar sebesar 39,9971 g.mol-1. Memiliki densitas sebesar 2,1 g.cm-3

dengan titik leleh sebesar 318°C (591 K) dan titik didih sebesar 1390°C (1663 K) dan

kelarutan dalam air sebesar 111 g/100 ml pada suhu 20°C) (Sciencelab, 2015).

c. Indikator Phenolphtalien (PP)

Memiliki massa molar 318,32 g/mol dan massa jenis 1,277 g/mol pada suhu 32°C. 

Titik leleh sebesar 262,5°C . Kelarutan    dalam air yaitu, tidak larut dalam air, benzene dan

sangat larut dalam etanol dan eter (Sciencelab, 2015).

d. Akuades (H2O)

Akuades memiliki rumus kimia H2O. H2O memiliki berat molekul sebesar 18,02 g /

mol, tidak berbau dan tidak berwarna. H2O memiliki nilai pH sebesar 7 (netral) dan titik didih

sebesar 100 ° C. H2O tidak bahaya apabila terjadi kontak baik kontak dengan mata, kulit

maupun rongga pernafasan apabila gasnya sampai terhirup (Sciencelab, 2015).

e. Garam Dapur (NaCl)

NaCl berbentuk padatan yang mempunyai rasa asin. NaCl mempunyai titik didih

1413Oc (2575,4 F) dan titik leleh 801Oc (1573,8 F). NaCl larut dalam air, gliserol, amonia,

dan tidak larut dalam asam klorida. NaCl tidak berbahaya jika digunakan. Kebanyakan garam

dapur ini dimanfaatkan untuk memberi rasa asin pada masakan (Sciencelab, 2015).

1.3.2 Dasar Teori

Energetika kimia atau termodinamika kimia adalah ilmu yang mempelajari perubahan

energi yang terjadi dalam proses atau reaksi. Studi ini mencakup dua aspek penting yaitu

penentuan atau perhitungan kalor reaksi dan studi tentang arah proses dan sifat-sifat sistem

dalam kesetimbangan. Bagian alam semesta yang dipilih untuk penelititan termodinamika

disebut sistem, dan bagian alam semesta yang berinteraksi dengan sistem tersebut disebut

Page 4: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

dengan keadaan sekeliling lingkungan dari sistem. Perpindahan energi dapat berupa kalor (q)

atau dalam beberapa bentuk lainnya secara keseluruhan disebut kerja. Perpindahan energi

berupa kalor atau kerja yang mempengaruhi jumlah keseluruhan energi dalam sistem, yang

disebut energi dalam (U) (Petrucci, 1999).

Energi dalam (U) adalah keseluruhan energi potensial dan energi kinetik zat-zat yang

terdapat dalam sistem. Energi dalam merupakan fungsi keadaan, besarnya hanya tergantung

pada keadaan sistem. Setiap sistem mempunyai energi karena partikel-partikel materi (padat,

cair atau gas) selalu bergerak acak dan beragam disamping itu dapat terjadi perpindahan

tingkat energi elektron dalam atom atau molekul. Sistem yang mengalami peristiwa mungkin

akan mengubah energi dalam. Partikel lebih cepat dan energi dalam bertambah jika suhu

dinaikkan secara mendadak (Syukri, 1999).

Berhubungan dengan energi dalam dan termodinamika, dikenal istilah entalpi. Entalpi

adalah jumlah dari semua bentuk energi yang tersimpan dalam suatu zat. Reaksi kimia

umumnya berlangsung pada wadah terbuka dan tekanan tetap. Oleh karena itu setelah terjadi

perubahan kimia akan terjadi perubahan entalpi pula. Perubahan entalpi sistem suatu reaksi

ditentukan oleh keadaan awal (pereaksi) dan keadaan akhir (hasil akhir). Perubahan entalpi

reaksi yang diukur pada keadaan standar yaitu pada 25°C (298 K) dan tekanan 1 atmosfer (1

atm) disebut perubahan entalpi dasar dan diberi lambang ΔH°. Satuan energi yang digunakan

untuk ΔH° menurut satuan internasional (SI) adalah joule (J). Namun dalam menyatakan

energi dalam suatu makanan masih menggunakan satuan kalori (kal) dimana 1 kalori setara

dengan 4,184 J atau 1 kkal (kilokalori) setara dengan 4,184 kJ (kilojoule) (Atkins, 1999).

Macam-macam perubahan entalpi :

1. Perubahan entalpi pembentukan standar (ΔHf°)

Perubahan entalpi pembentukan standar merupakan jumlah kalor yang dilepaskan

atau dibutuhkan pada reaksi pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya dalam

keadaan stabil pada keadaan standar (25°C atau 298 K dan 1 atm).

2. Perubahan entalpi penguraian standar (ΔHd°)

Perubahan entalpi penguraian standar merupakan jumlah kalor yang dilepaskan atau

dibutuhkan pada reaksi penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur-unsurnya dalam

keadaan stabil pada keadaan standar (25°C atau 298 Kdan 1 atm). Entalpi penguraian

merupakan kebalikan dari entalpi pembentukan.

ΔHd° = - ΔHf° .

3. Perubahan entalpi pembakaran standar (ΔHc°)

Pemrubahan entalpi pembakaran standar merupakan jumlah kalor yang dilepaskan

pada reaksi pembakaran sempurna 1 mol zat (unsur atau senyawa) dalam keadaan stabil

Page 5: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

pada keadaan standar (25°C atau 298 K dan 1 atm). Reaksi pembakaran tergantung pada

jumlah oksigen yang bereaksi.

4. Perubahan entalpi pelarutan standar (ΔHs°)

Perubahan entalpi pelarutan standar merupakan jumlah kalor yang dilepaskan atau

dibutuhkan pada saat 1 mol zat dilarutkan dalam pelarut berlebih menjadi larutan encer

pada keadaan standar (25°C atau 298 K dan 1 atm). Entalpi pelarutan standart merupakan

perubahan entalpi standart jika zat itu melarut di dalam pelarut dangan jumlah tertentu

(Atkins, 1999).

Entalpi pelarutan standart merupakan perubahan entalpi standart jika zat itu melarut di

dalam pelarut dengan sejumlah tertentu. Entalpi pembatas pelarutan adalah perubahan entalpi

standart jika zat melarut dalam pelarut dengan jumlah tak terhingga, sehingga interaksi antara

dua ion (atau molekul terlarut untuk zat bukan elektrolit) dapat diabaikan (Atkins, 1999).

Perubahan entalpi yang terjadi dapat ditentukan jika konsentrasi larutannya

telah ditetapkan terlebih dahulu.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada perubahan entalpi :

a. ∆H, ∆E atau q positif, artinya sistem memperoleh tenaga

b. W>0   →  kerja  dilakukan oleh sistem

c. W<0 → kerja dilakukan terhadap sistem

(Sukardjo, 1997).

Zat terlarut dilarutkan dalam pelarut apabila kalor dapat diserap atau dilepaskan. Secara

umum kalor reaksi bergantung pada konsentrasi larutan akhir. Kalor pelarutan integral adalah

perubahan entalpi untuk larutan dari 1 mol zat terlarut dalm n mol pelarut. zat terlarut yang

dilarutkan dalam pelarut secara kimia sama dan tidak ada komplikasi mengenai ionisasi atau

solvasi, kalor pelarutan dapat hampir sama dengan kalor pelelehan zat terlarut. Kalor

pelarutan, kalor pengenceran dan kalor reaksi dalam larutan dapat dihitung dari nilai kalor

pembentukan dalam larutan yang ditabelkan. Entalpi pembentukan air dapat diabaikan dalam

perhitungan, bila jumlah mol air sama pada kedua sisi dari kedua persamaan yang

disetimbangkan. Entalpi pembentukan air murni juga digunakan untuk air dan larutan air

(Alberty,1992).

Ada dua panas pelarutan yaitu panas pelarutan integral dan panas pelarutan deferensial.

Panas pelarutan integral didefenisikan sebagai perubahan entalpi jika suatu mol zat dilakukan

dalam n mol pelarut. Panas pelarutan diferensial didefenisikan sebagai perubahan antalpi jika

suatu mol zat terlarut dilarutkan dalam jumlah larutan tak terhingga, sehingga konsentrasinya

tidak berubah dalam penambahan 1 mol zat terlarut. Secara matematik didefenisikan

sebagaimn d m∆H/dm , yaitu perubahan panas diplot sebagai jumlah mol zat terlarut dan

Page 6: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

panas pelarutan diferensial dapat diperoleh dengan mendapatkan kemiringan tergantung pada

konsenterasi larutan (Dogra, 1984).   

Alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor yang diserap atau dilepaskan sistem

pada suatu reaksi adalah kalorimeter. Secara sederhana kalorimeter dapat dibuat dari gelas

gabus atau styrofoam cup. Gabus bersifat isolator sehingga dianggap dapat menahan kalor

untuk pindah ke lingkungan. Kalor yang dilepaskan pada reaksi eksotermis, tetap berada

dalam larutan untuk menaikkan suhu. Sedangkan pada reaksi endotermis, kalor diserap dari

larutan dan suhupun turun. Sehingga tidak ada kalor yang berpindah dari sitem ke lingkungan.

Kalorimeter bom merupakan kalorimeter yang dirancang khusus untuk reaksi pembakaran

yang melibatkan gas. Pada kalorimeter bom terdapat ruang khusus berisi pereaksi dan hasil

reaksi (tempat terjadinya reaksi kimia atau sistem). Ruang khusus ini dikelilingi oleh air,

termometer, pengaduk, dan wadah pembatas kalorimeter sebagai lingkungan. (Alberty, 1992).

         

Page 7: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

BAB II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1. Alat dan Bahan

2.1.1 Alat

Termometer

Buret 50 mL

Erlenmeyer 250 mL

Gelas ukur 250 mL

Pipet volume 10 mL

Pengaduk gelas

Tabung reaksi

2.1.2. Bahan

NaOH 0,5 N

Indikator PP

Asam oksalat

Es batu

Garam dapur

2.3. Skema kerja

dilarutkan dalam 100 ml akuades (Bj air diketahui) pada suhu kamar sedikit demi sedikit

sampai jenuh.

dimasukkan larutan jenuh dalam tabung reaksi dilengkapi dengan termometer dan pengaduk

dalam waterbath pada temperatur 0,5,10,15,20OC, diaduk agar sistem

menjadi homogen.

diambil 10 ml larutan sesudah mencapai keseimbangan. Larutan 10 ml asam

oksalat tersebut dititrasi dengan larutan NaOH 0,5 M dengan

menggunakan indikaor PP, dilakukan duplo.

Asam oksalat

Hasil

Page 8: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Dari praktikum yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

Massa

Oksalat

V rata-rata

NaOH

(Pada oC)

V

Oksalat

N

NaOH

N oksalat Molaritas

Oksalat

Kelarutan (S)

14,6

gram

8,5 mL

(0 oC)

5 mL 0.5 N

0.085 N 0.0425 M 0.0038 g/mL

10,85 mL

(5 oC)

1.085 N 0.543M 0.0488 g/mL

10,05 mL

(10oC)

1.005 N 0.5025 M 0.0452 g/mL

11,3 mL

(15 oC)

1.13 N 0.565 M 0.0508 g/mL

18,6 mL

(20 oC)

1.86 N 0.93 M 0.0838 g/mL

3.2 Pembahasan

Praktikum kali ini membahas tentang entalpi pelarutan. Entalpi pelarutan itu sendiri

adalah perubahan entalpi standart jika zat itu melarut di dalam pelarut dangan jumlah tertentu.

Perubahan entalpi menyatakan banyaknya kalor yang di lepas atau diserap (dibutuhkan) pada

saat 1 mol zat dilarutkan dalam pelarut berlebih menjadi larutan encer pada keadaan standar

(25oC dengan 1 atm). Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu Asam oksalat

dengan rumus molekul C2H2O4 dan berbentuk kristal. Asam oksalat dilarutkan pada suhu yang

berbeda-beda kemudian dicari kelarutannya dengan cara titrasi. Langkah pertama yang

dilakukan yaitu melarutkan asam oksalat sebanyak 100 mL. Kelarutan asam oksalat dalam air

yaitu 14,3 g/ 100 mL, sehingga dibutuhkan lebih dari 14,3 gram untuk mendapatkan endapan

atau zat (asam oksalat) yang tidak terlarut dalam air. Adanya asam oksalat yang tidak terlarut

ini menandakan bahwa larutan telah jenuh dan telah terbentuk kesetimbangan antara zat

terlarut (asam oksalat) dalam larutan (air) dan zat yang tidak terlarut. Pada kondisi

kesetimbangan ini, kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap. Konsentrasi asam

oksalat dalam larutan akan selalu tetap. Hal ini dibuktikan dengan tidak larutnya asam oksalat

dengan massa 14,5 gram. Massa ini telah melewati massa kelarutan dari asam oksalat menurut

literatur, yaitu 14,3 gram. Reaksi yang terjadi antara asam oksalat dengan air yaitu :

Page 9: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

H2C2O4(s) + H2O(aq)        →               H2C2O4(aq)

Setelah larutan jenuh, larutan dimasukkan dalam water-bath yang dilengkapi dengan

termometer dan pengaduk. Fungsi dari termometer adalah untuk mengetahui suhu yang

diinginkan, sedangkan fungsi pengaduk adalah untuk membuat sistem menjadi homogen.

Water-bath juga dilengkapi dengan es batu besera garam. Fungsi dari es batu adalah untuk

memperoleh suhu yang diinginkan dan menurunkannya hingga mencapai 0oC. Sedangkan

fungsi garam adalah untuk menjaga agar es batu tidak cepat mencair. Variasi temperatur yang

digunakan dalam praktikum kali ini yaitu 0, 5, 10, 15, 20 oC. Setelah dicapai suhu 0OC,

diambil larutan asam oksalat sebanyak 5 mL kemudian ditambahkan indikator pp.

Penambahan ini bertujuan untuk mengetahui apakah titrasi yang dilakukan sudah mencapai

titik ekivalen dan titik akhir titrasi melalui perubahan warna dari tidak berwarna menjadi

muda pudar. Kemudian dititrasi. Titran yang digunakan adalah larutan NaOH 0,5 M dengan

menggunakan indikator PP. Reaksi yang terjadi adalah asam lemah (asam oksalat) dan basa

kuat (NaOH), maka digunakan indikator yang mempunyai trayek pH>7 karena yang

dihasilkan adalah garam yang bersifat basa. Indikator PP mempunyai trayek pH 8,3-10 yang

memiliki perubahan warna dari tidak berwarna menjadi pink sehingga cocok unuk digunakan.

Reaksi antara asam oksalat dan NaOH adalah sebagai berikut:

H2C2O4(aq) + 2NaOH(aq) Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)

Dari hasil titrasi pada masing-masing temperatur dari temperatur terendah (0oC)

kemudian kelipatan 5 hingga temperatur ke 20oC diperoleh volume NaOH berturut-turut

yaitu 8,5 mL, 10,85 mL, 10,05 mL, 11,3 mL, 18,6 mL. Pada hasil tersebut, diketahui bahwa

dengan seiringnya kenaikan temperatur, maka semakin banyak zat yang larut sehingga

membutuhkan pelarut yang lebih banyak lagi untuk melarutkan zat tersebut (asam oksalat).

Akan tetapi pada suhu 5oC dan suhu 10oC terjadi penurunan volume pelarut. Seharusnya,

volume NaOH mengalami kenaikan sering dengan bertambahnya suhu. Hal ini disebabkan

menurut Van’t Hoff semakin tinggi temperatur maka semakin banyak zat yang larut.

Seharusnya semakin tinggi suhu maka volume NaOH yang dibutuhkan untuk melarutkan

asam oksalat semakin banyak, namun hasil yang diperoleh tidak menunjukkan demikian.

Volume NaOH yang tidak mengalami kenaikan disebabkan karena mungkin pada saat akan

melakukan titrasi suhunya tidak konstan (tidak sama seperti semula). Titrasi ini bertujuan

untuk mengetahui kelarutan dari asam oksalat dalam air. Secara umum panas pelarutan yang

bersifat endotermis akan mengalami kelarutan yang semakin tinggi dengan bertambahnya

suhu. Berdasarkan hasil perhitungan maka didapatkan kelarutan yang mengalami peningkatan

seiring dengan bertambahnya suhu. Namun terjadi penurunan dari suhu 5oC ke suhu 10oC,

yaitu dari 0,0488 g/mol menjadi 0,0452 g/mol. Hal ini disebabkan karena pada saat

Page 10: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

melakukan titrasi, praktikan lupa dalam menambahkan indikator pp sehingga penggunaan

NaOH berlebih pada suhu 5oC sehingga nilai kelarutan terlampau tinggi daripada hasil

kelarutan dengan indikator pp pada suhu 10oC. Tidak ditambahkannya pp ini menyebabkan

tidak adanya perubahan warna menjadi merah muda sehingga praktikan tidak mengetahui

bahwa larutan yang dititrasi telah mencapai titik ekivalen.

Dari data yang diperoleh, dapat dicari kelarutan dari asam oksalat pada masing-masing

suhu dengan mengetahi molalitas asam oksalat dan volume yang digunakan, kemudian

digunakan rumus yaitu, S = m

V larutan dengan v merupakan volume larutan. Kelarutan yang

diperoleh dari hasil percobaan yaitu, pada suhu 0oC (273 K) adalah 0,0038 g/mol, suhu 5oC

(278 K) adalah 0,0488 g/mol, suhu 10oC (283 K) adalah 0,0452 g/mol, suhu 15oC (288 K)

adalah 0,0508 g/mol, suhu 20oC (293 K) adalah 0,0838 g/mol. Faktor yang mempengaruhi

percobaan entalpi pelarut yaitu temperatur. Menurut literatur (Van’t Hoff) apabila pada sistem

kesetimbangan suhu dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang

membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm), sehingga semakin banyak zat yang larut

sedangkan apabila pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan reaksi

akan bergeser ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm), sehingga semakin

berkurang zat yang dapat larut. Percobaan ini merupakan reaksi endoterm. Berdasarkan grafik

yang didapatkan menunjukkan bahwa terjadi penyimpangan dalam percobaan. Seharusnya

grafik mengalami peningkatan konstan, namun dikarenakan kesalahan praktikum, grafik yang

dihasilkan tidak sesuai dengan literatur. Hasil entalpi yang didapatkan dari grafik adalah

sebesar 1.03 J/mol.

270 275 280 285 290 295

-6

-5

-4

-3

-2

-1

0

f(x) = 0.1244 x − 38.6352R² = 0.648960010735373 y

Linear (y)

Page 11: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Pada reaksi endoterm, semakin tinggi temperatur, maka kelarutan suatu zat akan

semakin tinggi

2. Entalpi kelarutan dapat diperoleh menggunakan rumus S = m

V larutan dengan m

merupakan molalitas dan v merupakan volume larutan. Entalpi kelarutan yang

diperoleh sebesar 1,03 J/mol

4.2 Saran

Praktikum kali ini berjalan lancar, hanya saja kesalahan praktikan menyebabkan data

kurang akurat. Praktikan diharapkan lebih fokus dan lebih memahami lagi materi yang

dipraktikan.

Page 12: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

DAFTAR PUSTAKA

Alberty, R. 1992. Kimia Fisika Jilid 1 Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

Atkins, PW. 1999. Kimia Fisika Jilid 1 Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Petrucci. 1999. Kimia Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.

Sciencelab, 2015. Msds for Oxalic Acid. http://www.sciencelab.com/msds.php?

msdsId=9927133. Diakses tanggal 4 maret 2015.

Sciencelab, 2015. Msds for Sodium Hidroxide. http://www.sciencelab.com/msds.php?

msdsId=992718. Diakses tanggal 4 maret 2015.

Sciencelab, 2015. Msds for Phenolftalein. http://www.sciencelab.com/msds.php?

msdsId=9927062. Diakses tanggal 4 maret 2015.

Sciencelab. 2015. Msds for Sodium Chloride. http://www.sciencelab.com/msds.php?

msdsId=9927982. (Diakses tanggal 8 maret 2014

Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta.

Syukri,S. 1999.Termodinamika Kimia. Jakarta : Erlangga.

Page 13: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

LAMPIRAN

Lampiran 1

Perhitungan

Massa asam oksalat = 14.6 gram

Massa air (H2O) = 100 mL x 1 g/mL = 100 gram

Massa larutan = massa oksalat + massa air

= 14.6 gram + 100 gram

= 114.6 gram

Volume rata-rata NaOH pada :

a. 0oC -> (9 mL + 8 mL) : 2 = 8.5 mLb. 5 oC -> (9.7 mL + 12 mL) : 2 = 10.85 mLc. 10 oC -> (9.7 mL + 10.4 mL) : 2 = 10.05 mLd. 15 oC -> (11 mL + 11.7 mL) :2 = 11.3 mLe. 20 oC -> (14.4 mL + 22.8 mL) :2 = 18.6 mL

Normalitas asam oksalat setelah dititrasi dengan NaOH

a. N1 . V1 = N2 . V2

0.5 N . 8.5 mL = N2 . 5 mL N2 = 0.085 N

b. N1 . V1 = N2 . V2

0.5 N . 10.85 mL = N2 . 5 m N2 = 1.085 N

c. N1 . V1 = N2 . V2

0.5 N . 10.05 mL = N2 . 5 mL N2 = 1.005 N

d. N1 . V1 = N2 . V2

0.5 N . 11.3 mL = N2 . 5 mL N2 = 1.13 N

e. N1 . V1 = N2 . V2

0.5 N . 18.6 mL = N2 . 5 mL N2 = 1.86 N

Molaritas asam oksalat setelah titrasi

a. M = N2

= 0.085N

2 = 0.0425 M

b. M = N2

= 1.085 N

2 = 0.543M

Page 14: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

c. M = N2

= 1.005

2 = 0.5025 M

d. M = N2

= 1.13

2 = 0.565 M

e. M = N2

= 1.86

2 = 0.93 M

Mol asam oksalata. n = M . V = 0.0425 M x 5 mL = 0.2125 mmol = 0.2125 x 10-3 mol

b. n = M . V = 0.543 M x 5 mL = 2.715 mmol = 2.715 x 10-3 mol

c. n = M . V = 0.5025 M x 5 mL = 2.512 mmol = 2.512 x 10-3 mol

d. n = M . V = 0.565 M x 5 mL = 2.825 mmol = 2.825 x 10-3 mol

e. n = M . V = 0.93 M x 5 mL = 4.65 mmol = 4.65 x 10-3 mol

Massa asam oksalat

a. m = n x Mr = 0.2125 x 10-3 mol x 90.03 g/mol = 0.0191 gramb. m = n x Mr = 2.715x 10-3 mol x 90.03 g/mol = 0.244 gramc. m = n x Mr = 2.512x 10-3 mol x 90.03 g/mol = 0.226 gramd. m = n x Mr = 2.825 x 10-3 mol x 90.03 g/mol = 0.254 grame. m = n x Mr = 4.65 x 10-3 mol x 90.03 g/mol = 0.419 gram

Kelarutan asam oksalat

a. S = m

V larutan =

0.0191 gram5 mL

= 0.00382 g/mL

b. S = m

V larutan =

0.244 gram5 mL

= 0.0488 g/mL

c. S = m

V larutan =

0.226 gram5mL

= 0.0452 g/mL

d. S = m

V larutan =

0.254 gram5 mL

= 0.0508 g/mL

e. S = m

V larutan =

0.419 gram5mL

= 0.0838 g/mL

Entalpi pelarutan

m=−∆ HR

0,124= −∆ H

8,314J

mol . k∆ H=1,03 J/mol

Page 15: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

Lampiran 2

Page 16: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

Lampiran 3 Titrasi suhu 0oC

Page 17: Laporan Prak Kimfis Prcb 1 Andriana

Titrasi suhu 5oC

Titrasi suhu 10oC

Titrasi suhu 15oC

Titrasi suhu 20oC