Page 1
Laporan Pra-sosialisasi Desa Baru
20-21 Juni 2011
Koordinasi Pra Sosialisasi
Koordinasi prasosialisasi dimaksudkan sebagai proses awal sebelum implementasi program RCL di
desa baru. Tahap pertama adalah membangun komunikasi dengan aparat terkait/kepala desa
tentang perencanaan program, dan pemaparan umum mengenai tujuan program RCL yang akan
berjalan di desa setempat. Sosialisasi Program RCL di tingkat kabupaten pada tanggal 10 Oktober
2010 menjadi acuan untuk pelaksanaan sosialisasi di tingkat desa.
Kabupaten Barru
Desa Madello, Koordinasi dilakukan tanggal 20 Juni 2011. Terkait belum adanya kepala desa
defenitif (desa ini sedang mengalami suksesi kepala desa) maka koordinasi dilakukan dengan camat
Kecamatan Balusu, kecamatan di mana desa Madello berada. Dari koordinasi yang dilakukan
dihasilkan kesepakatan tentang waktu dan tempat pelaksanaan sosialisasi.
Tanggal 21 Juni 2011, dilakukan koordinasi dengan sekretaris desa.
Selanjutnya Staf desa menjadi penanggung jawab penyebaran informasi dan undangan sosialisasi
(disiapkan oleh Team RCL Lemsa) ke masing-masing stakeholder yang telah didaftar. Tim
bertanggung jawab atas teknis dan logistik kegiatan dan aparat desa bertanggung jawab
menyebarkan undangan.
Desa Cillelang, Tanggal 20 Juni 2011 koordinasi dilakukan bersama kepala desa. Kepala Desa
menyatakan menerima baik Program RCL. Waktu pelaksanaan juga disepakati berdasarkan jadwal
yang ditawarkan oleh tim. Kepala desa bersama aparat desa akan bekerjasama dalam
mempersiapkan teknis pelaksanaan.
Tanggal 21 Juni 2010, persiapan undangan dan informasi kegiatan sosialisasi kepada stakeholder
melalui kepala desa.
Kabupaten Pangkep
Desa Tamangapa, Koordinasi dilakukan tanggal 22 Juni 2011. Kepala desa sebelumnya dihubungi
oleh Kepala Desa Pitusunggu yang berinisiatif menyampaikan rencana kedatangan tim ke
Tamangapa. Tim diterima oleh kepala desa yang didampingi oleh salah seorang stafnya sekitar pukul
10.00 di kantor desa. Dari pertemuan (berlangsung sekitar 40 menit) dihasilkan kesepakatan
mengenai waktu dan tempat pelaksanaan sosialisasi.
Disepakati pula bahwa untuk konsumsi kegiatan, untuk sementara, disiapkan oleh staf desa dan
untuk perlengkapan adminsitrasi disiapkan oleh tim sosialiasi.
Page 2
Kepala desa menyambut baik kedatangan tim dan menyatakan gembira atas rencana akan
dilaksanakannya program RCL di desanya.
Desa Boddie, Koordinasi dilakukan tanggal 22 Juni 2011 pada pukul 15.00 di kantor desa. Kepala
desa juga sebelumnya telah dihubungi oleh Kepala Desa Pitusunggu yang berinisiatif menyampaikan
rencana kedatangan tim. Tim diterima oleh kepala desa dengan didampingi oleh salah seorang
stafnya.
Koordinasi berlangsung sekitar 40 menit dan dihasilkan kesepakatan mengenai waktu dan tempat
pelaksanaan sosialisasi serta pembagian tugas penyiapan kebutuhan logisitik sosialisasi. Untuk
konsumsi kegiatan akan disiapkan oleh aparat desa dan untuk perlengkapan administrasi disiapkan
oleh tim sosialisasi.
Timeline sosialisasi
Dari hasil koordinasi waktu dan tempat pelaksanaan sosialisasi dijadwalkan:
Desa Waktu Tempat
Madello Senin, 27 Juni 2011 pukul 10.00 Kantor Desa
Cilellang Rabu, 29 Juni 2011 pukul 10.00 Kantor Desa
Tamangapa Senin, 27 Juni 2011 pukul 15.00 Rumah Kepala Desa
Boddie Kamis, 30 Juni 2011 pukul 10.00 Kantor Desa
Kebutuhan Pelaksanaan Sosialisasi
Perlengkapan yang disiapkan untuk pelaksanaan sosialisasi:
Item Keterangan PJ
Handout/leaflet perkenalan
program RCL
Dibagikan kepada masing-masing
undangan sosialisasi
Tim sosialisasi
Notulensi Pencatatan proses kegiatan sosialisasi Tim sosialisasi
Alat Dokumentasi Tim sosialisasi
ATK; kertas plano dan spidol Pendukung proses diskusi Tim Sosialisasi
Meeting package Konsumsi untuk 25-30 orang Untuk sementara
oleh staf desa
Makassar, 5 Juli 2011
Penanggung jawab:
........................................ ....................................... | ........................................ .......................................
Hera Febrina
(SM Barru)
Subhan Usman
(SM Pangkep)
Ilham Halid
(CF Barru)
Syahwal Hamdi
(CF Pangkep)
Page 3
Laporan
Sosialisasi Program Restoring Coastal
Livelihood (RCL) di Empat Desa Baru di
Kabupaten Barru dan Pangkep
27 & 29 Juni 2011
Page 4
PENDAHULUAN
Restorasi Penghidupan Pesisir adalah sebuah program berjangka waktu 5 tahun untuk
meningkatkan penghidupan komunitas rentan kawasan pesisir di pantai barat Sulawesi Selatan.
Program ini akan menggunakan pendekatan multipihak yang kolaboratif untuk meningkatkan
kemampuan manajemen kawasan intertidal yang menjadi daerah implementasi Program.
Termasuk dalam Program ini adalah restorasi ekologis hutan bakau dan pemanfaatan sumber
alam berkelanjutan. Perhatian khusus akan ditempatkan pada penguatan peran dan hak-hak
perempuan.
Oxfam melalui mitra dukungan Canadian International Development Agency (CIDA) dalam
perencanaannya menginisiasi program Restorasi Penghidupan Pesisir dengan sasaran untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir di Sulawesi Selatan dalam bentuk kemitraan
multi pemangku kepentingan (stakeholder). Melalui kegiatan Restoring Coastal Livelihoods ini
dapat meningkatkan kemampuan pengelolaan wilayah pesisir yang berkelanjutan dan restorasi
ekologi ekosistem mangrove (Ecological Mangrove Restoration/EMR), dengan fokus pada
penguatan peran serta perempuan pesisir dan peningkatan pendapatan masyarakat pesisir di
Sulawesi Selatan.
Oxfam dalam pelaksanaan proyek bersama dengan mitra (MAP, YKL dan LEMSA) melaksanakan
Program Restorasi Penghidupan Pesisir di 4 (empat) kabupaten yang berada di Propinsi
Sulawesi Selatan, yakni; Kabupaten Takalar, Kabupaten Maros, Kabupaten Pangkejene
Kepulauan (Pangkep) dan Kabupaten Barru. Lembaga Maritim Nusantara (LEMSA) dalam hal ini
sebagai salah satu mitra Oxfam dalam tahap implementasi program, melaksanakan Program
Restorasi Penghidupan Pesisir di 2 (dua) kabupaten yang berbeda yakni; Kabupaten Pangkep
dan Kabupaten Barru.
Memasuki tahun kedua program, sesuai target program, Oxfam melalui mitra Lemsa melakukan
perluasan areal program di empat desa, yaitu meliputi masing-masing 2 desa baru di kedua
kabuaten lokasi program, Barru dan Pangkep. Keempat desa tersebut adalah desa Boddie dan
Tamangapa di Kabupaten Pangkep, dan desa Madello dan desa Cillelang di Kabupaten Barru.
Sebagai langkah awal untuk memuluskan proses impelementasi program di keempat desa baru
tersebut, sebagaimana halnya yang dilakukan pada tahun pertama program di dua desa lama,
maka dilakukan sosialisasi program ke masyarakat.
Page 5
Laporan ini memuat proses pelaksanaan sosialisasi di keempat desa baru di dua kabupaten
tersebut.
TUJUAN KEGIATAN
1. Menjelaskan tentang program RCL (Restoring Coastal Livelihood) yang akan berjalan
kepada masyarakat di desa Madello dan Desa Cillelang Kabupaten Barru, dan desa
Tamangapa dan Boddie Kabupaten Pangkep.
2. Memaparkan jenis-jenis kegiatan yang akan di lakukan dalam program RCL.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Kegiatan sosialisasi program di desa Madello dilaksanakan hari Senin, 27 Juni 2011, bertempat
di kantor desa Madello. Di mulai pada pukul 10.00, selesai pada pukul 12.00 (WITA). Kegiatan
sosialisasi menghadirkan Camat Balusu, aparat Desa Madello, Kepala Dusun Desa Madello,
Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Perempuan, Pemuda Karang Taruna dan beberapa
pemangku kepentingan terkait lainnya. Sedangkan kegiatan sosialisasi program Restorasi
Penghidupan Pesisir desa Cillelang dilaksanakan hari Rabu, 29 Juni 2011 bertempat di kantor
kepala desa Cillelang. Di mulai pada pukul 10.30 dan berakhir pada pukul 12.30 (WITA).
Kegiatan sosialisasi di Cillelang menghadirkan pemangku kepentingan desa yaitu aparat/staf
desa, kepala dusun desa Cillelang, tokoh masyarakat, tokoh dan kelompok perempuan,
perwakilan dari masyarakat nelayan serta pemangku kepentingan terkait lainnya.
Sosialisasi di desa Tamangapa, Pangkep, dilaksanakan pada hari Senin, 27 Juni 2011, di rumah
Kepala Desa Tamangapa. Dimulai pada pukul 16.00 dan berakhir pada pukul 18.00 (WITA). Di
antara peserta yang hadir, Kepala Desa Tamangapa, Ketua Kelompok Petani Rumput Laut
Dusun Kalukue (dusun pesisir di desa Tamangapa), sejumlah aparat Desa, tokoh pemuda,
pemilik dan penggarap tambak, tokoh perempuan, sejumlah ibu-ibu pelaku usaha pembuat
telur asin dan ibu-ibu pengikat rumput laut.
Di desa Boddie, Pangkep, kegiatan sosialisasi dilaksanakan hari Kamis 30 Juni 2011 di kantor
desa Boddie. Di mulai pada pukul 10.00 dan berakhir pada pukul 11.30 (WITA). Para peserta, di
antaranya adalah Kepala Desa Boddie, Kepala Dusun Lamasa (salah satu dusun desa Boddie),
sejumlah aparat desa dan sejumlah ibu-ibu kepala rumah tangga dari keluarga-berkepala
keluarga-perempuan (Woman Household). Di antara ibu-ibu adalah para pelaku usaha
pembuatan telur asin.
Page 6
Sosialisasi di kedua desa di kabupaten Pangkep tersebut melibatkan pula dua orang staf
program RCL dari lembaga Mangrove Action Project (MAP) yang bertugas di wilayah Kabupaten
Pangkep; Sonykusnito dan Yoso Thok.
Rangkaian proses sosialisasi di keempat desa dilakukan secara semiformal dengan menyajikan
materi yang memuat tentang gambaran umum Program Restorasi Penghidupan Pesisir
sekaligus pengenalan profil singkat Lembaga Maritim Nusantara (Lemsa) sebagai lembaga mitra
pelaksana Program RCL. Proses ini dilaksanakan dengan memakai alat bantu berupa media
cetak sederhana, leaflet dari kertas berukuran A4 yang berisikan informasi-informasi pokok
tentang Program RCL. Media ini ditujukan untuk lebih memastikan sampainya informasi
sosialisasi kepada peserta.
Tim pelaksana dan penanggungjawab kegiatan sosialisasi diselenggarakan oleh staf RCL Lemsa.
Di Kabupaten Barru, kegiatan sosialisasi dilakukan oleh tim yang terdiri atas Community
Facilitator RCL-Lemsa untuk Barru Ilham Halid, Site ManagerRCL-Lemsa untuk Barru Hera
Febrina, Gender & Livelihood Officer RCL-Lemsa Yanti Hamid dan Penanggung Jawab Program
RCL-Lemsa Hasbi Hasyim. Tim bekerjasama dengan sekretaris kepala desa, sekretaris desa dan
staf di masing-masing desa.
Di Kabupaten Pangkep, tim sosialisasi terdiri atas Community Facilitator RCL-Lemsa untuk
Pangkep Syahwal Hamdi, Site Manager RCL-Lemsa untuk Pangkep Subhan Usman, Media
Officer RCL-Lemsa Nini Eryani, dan Program Manager RCL-Lemsa Abdul Muiz. Juga bergabung
dalam tim dua orang staf program RCL dari lembaga mitra MAP, Sonykusnito dan Yoso Thok.
Pelaksanaan sosialisasi di Pangkep juga dilakukan dengan bekerjasama dengan Kepala Desa
setempat beserta para stafnya.
ANALISIS PELAKSANAAN KEGIATAN
Kabupaten Barru
Desa Madello
Kegiatan sosialisasi desa Madello dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan pada proses pra-
sosialisasi yang dilaksanakan pada tanggal 21 Juni 2011.
Melalui kerjasama dengan aparat desa, informasi tentang pelaksanaan sosialisasi terlebih
dahulu telah disampaikan melalui undangan ke masing-masing pemangku kepentingan yang
Page 7
diharapkan dapat hadir dalam kegiatan sosialisasi ini. Hingga pelaksanaan sosialisasi tanggal 27
Juni 2011, hal berkaitan teknis dan pelaksanaan kegiatan sosialisasi berjalan dengan baik.
Rangkaian proses pelaksanaan sosialisasi terbagi dalam dua sesi. Sesi pertama adalah
pembukaan dan sesi kedua adalah pemaparan program. Sesi pertama dilakukan oleh Sekretaris
Desa Madello dan Camat Balusu, dan sesi kedua dilakukan oleh dua orang dari tim sosialisasi,
Hasbi Hasyim dan Hera Febrina.
Pembukaan acara dilakukan secara formal oleh sekretaris desa Madello. Pembukaan
dilanjutkan dengan sambutan dari Camat Balusu sebagai penanggung jawab sementara (PJS)
kepala desa Madello (untuk sementara, terkait suksesi kepala desa yang sedang berlangusng di
desa ini, jabatan kepala Madello dilaksanakan oleh Camat Balusu). Pada sambutannya, camat
Balusu menjelaskan secara singkat tentang maksud serta tujuan kegiatan sosialiasi program
RCL. Setelah membuka proses kegiatan sosialisasi, Camat menyerahkan proses sosialisasi
kepada sekretaris desa.
Kegiatan sosialisasi kemudian dilanjutkan dengan pemaparan program RCL oleh Hasbi Hasyim
(Hasbi) selaku penanggungjawab Program RCL Lemsa. Dipaparkan gambaran Program Restorasi
Penghidupan Pesisir dan tentang Lemsa sebagai lembaga mitra pelaksana program Restorasi
Penghidupan Pesisir. Pemaparan ini juga menjelaskan hal mendasar yang menjadi sasaran
utama dalam program RCL yaitu perbaikan lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat, dan
advokasi regulasi dan advokasi gender.
Pemaparan program dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh Hera Febrina (Hera). Dari
pelaksanaan diskusi terlihat bahwa pemaparan program yang dilakukan sebelumnya belum
berhasil memberikan pemahaman yang baik mengenai apa yang akan dijalankan dalam
program. Masyarakat yang hadir mempertanyakan detil kegiatan yang akan dijalankan, berikut
perbedaan antara program RCL dengan program lain yang pernah berjalan di desa, tentang
kegiatan apa saja yang tekah dilakukan dalam program RCL di desa lainnya, serta bagaimana
keterkaitan antara lembaga pelaksana program RCL dengan lembaga-lembaga pemerintah.
Masing-masing pertanyaan direspon secara bertahap dan dijelaskan kembali secara sistematis.
Diskusi berlangsung selama 1 jam.
Seluruh rangkaian kegiatan sosialisasi berjalan selama 2 jam. Dimulai pada pukul 10.00 dan
berakhir pada pukul 12.00 (WITA). Proses sosialisasi, berjalan cukup baik. Meski, karena
keterbatasan waktu, rencana untuk melakukan diskusi kelompok tidak dapat dilaksanakan.
Jumlah peserta yang menghadiri cukup representatif, yakni sebanyak 38 orang yang terdiri dari
Page 8
19 orang perempuan dan 19 orang laki-laki. Untuk mempermudah proses sosialisasi tim
sosialisasi membagikan handout berupa leaflet yang berisi penjelasan singkat tentang program
RCL.
Secara keseluruhan, pelaksanaan kegiatan “Sosialisasi Program Restorasi Penghidupan Pesisir”
di desa Madello cukup baik. Proses sosialisi dilanjutkan dengan melakukan koordinasi di tingkat
dusun, membangun komunikasi dengan kepala dusun serta kelompok-kelompok masyarakat
guna memberikan pemahaman program RCL yang lebih terarah dan dilakukan pertemuan
dengan sejumlah kelompok usaha perempuan di desa untuk memperoleh informasi awal
tentang kondisi kegiatan usaha perempuan di desa.
Desa Cilellang
Kegiatan sosialisasi desa Cillelang juga terlaksana sesuai jadwal yang disepakati dengan staf
desa pada saat dilakukan pra-sosialisasi pada tanggal 21 Juni 2011. Hal terkait teknis dan
kebutuhan logistik sosialisasi telah dipersiapkan oleh tim sosialisasi Lemsa yang bekerjasama
dengan aparat desa. Informasi tentang pelaksanaan sosialisasi terlebih dahulu telah
disampaikan melalui surat undangan resmi oleh Pemerintah Desa ke masing-masing pemangku
kepentingan desa terkait program.
Bertempat di Kantor desa Cillelang, kegiatan sosialisasi dimulai pada pukul 10.00 (WITA). Sesi
awal dari proses kegiatan sosialisasi adalah pembukaan oleh Kepala desa Cillelang Hasnah
Dahlan A.Bi, yang sekaligus memberikan pemaparan tentang tujuan dari pelaksanaan
sosialisasi program RCL. Setelah pembukaan oleh Kepala Desa, dilakukan pemaparan mengenai
program RCL oleh Hasbi Hasyim dan Ilham Halid (Ilham). Keduanya memberikan penjelasan
secara sederhana mengenai program restorasi penghidupan pesisir yang berkaitan dengan
tujuan, sasaran, dan isu–isu pokok dalam program RCL. Untuk mempermudah pemahaman
akan program ini, tim sosialisasi Lemsa juga membagikan handout berisi penjelasan singkat
tentang pelaksanaan program dan gambaran kegiatan di desa dimana program Restorasi
Penghidupan Pesisir telah dan masih berjalan.
Setelah pemaparan program, dilakukan diskusi kelompok. Metode ini digunakan untuk
menghimpun informasi dasar kondisi desa Cillelang, yang sekaligus menjadi acuan dalam
pemaparan pelaksanaan program ke depan. Peserta dibagi dalam 4 kelompok yang masing-
masing bertugas memberikan gambaran umum tentang kondisi desa, yang meliputi kondisi
penghidupan, peraturan/regulasi, kelembagaan desa, peran perempuan, serta persoalan
lingkungan dan potensi sumberdaya alam desa. Tim sosialisasi Lemsa masing-masing memandu
Page 9
kelompok untuk berdiskusi sekaligus memberikan penjelasan keterkaitan program dengan isu-
isu yang terkait. Informasi yang terkumpul dari diskusi, oleh tim sosialisasi kemudian dijelakan
kembali kepada peserta dengan cara dihubungkan, dijalin dengan agenda-agenda program.
Proses ini berlangsung selama 1 jam dan relatif berhasil memberikan pemahaman mengenai
arahan program RCL (terutama yang terkait dengan kerentanan penghidupan masyarakat
pesisir) secara lebih mudah kepada peserta.
Sesi diskusi kemudian dilanjutkan oleh Yanti Hamid (Yanti) dengan merespon pertanyaan dari
setiap peserta secara sistematis. Proses ini berlangsung selama 30 menit.
Keseluruhan Rangkaian kegiatan sosialisasi di desa Cillelang berlangsung lebih dari 2 jam.
Dimulai pada pukul 10.30 dan berakhir pada pukul 12.30 (WITA). Peserta yang hadir berjumlah
23 orang, yang terdiri atas 14 orang perempuan dan 9 orang laki-laki.
Pelaksanaan sosialisasi di desa Cillelang terlaksana cukup baik. Tim Lemsa selanjutnya
melakukan koordinasi dan sosialisasi di tingkat dusu, guna membangun komunikasi yang lebih
dekat bersama kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program, termasuk
menjalin kerjasama sama dengan pihak terkait dan masyarakat.
Kabupaten Pangkep
Desa Tamangapa
Dikarenakan kendala cuaca, hujan, pelaksanaan kegiatan sosialisasi dimulai 1 jam lebih lambat
dari waktu yang direncanakan. Dari pukul 15.00 (WITA) waktu yang disepakati dengan Kepala
Desa saat dilakukannya pra-sosialisasi pada tanggal 22 Juni, kegiatan baru dapat dimulai pada
pukul 16.00 (WITA). Beberapa menit sebelumnya, di sekitar rumah Kepala Desa beberapa orang
peserta telah menunggu acara dimulai. Namun undangan yang lain belum hadir. Kepala Desa
Tamangapa sempat mengundang kembali warganya yang lain secara lisan untuk hadir dalam
kegiatan melalui pengeras suara di Mesjid.
Kegiatan mengambil tempat rumah Kepala Desa Tamangapa, Hasan Assegaf.
Secara umum, selain kendala cuaca tersebut, tidak ada kendala lain yang menghambat proses
pelaksanaan kegiatan sosialisi. Segala hal teknis dan logistik kegiatan telah dipersiapkan oleh
staf desa maupun oleh tim sosialisasi. Sebelumnya, undangan kegiatan disebar oleh staf desa
sesuai koordinasi yang dilakukan oleh tim pada saat pra-sosialisasi dilakukan.
Page 10
Kegiatan ini terbagi dalam 3 sesi; Pembukaan, Pemaparan tentang program, dan Diskusi.
Peserta yang hadir berjumlah 38 orang. Terdiri atas 27 orang laki-laki dan 11 orang perempuan.
Pembukaan dilakukan secara formal oleh Kepala Desa yang dilanjutkan dengan penjelasan
pengantar mengenai program. Beberapa informasi mengenai program yang diberikan oleh
Kepala Desa dalam pengantarnya tidak persis dengan pengertian program RCL. Kepala Desa
Tamangapa memang belum memahami arahan program dengan baik. Sekitar 10 menit
memberikan sambutan dan pengantar, Kepala Desa lalu mempersilakan tim sosialisasi untuk
menerangkan maksud dan tujuan program secara lebih rinci.
Pemaparan tentang Program RCL dilakukan oleh Abdul Muiz (Muiz),Program Manager RCL-
Lemsa yang dalam pelaksanaan kegiatan ini tergabung bersama tim Pangkep. Pemaparan
tentang program dilakukan secara runut dan sederhana. Mencakup isu-isu arahan program,
waktu (dan durasi) pelaksanaan program, pihak-pihak yang terlibat dalam program, dan
kegiatan-kegiatan yang sudah dilaksanakan di dua desa lama di Pangkep; desa Pitusunggu dan
Bontomanai. Dalam sesi ini pula seluruh anggota tim sosialisasi yang hadir diperkenalkan
kepada para peserta—termasuk di antaranya 2 orang staf dari MAP, Sonykusnito (Sony) dan
Yoso Thok (Yoso) yang turut serta dalam kegiatan. Secara keseluruhan sesi ini berlangsung
sekitar 50 menit.
Dalam tanya jawab, pertanyaan yang banyak muncul dari peserta terutama mengenai kegiatan
yang sudah dilakukan di desa lama; Pitusunggu dan Bontomanai. Menanggapi hal tersebut,
Sony, staf dari MAP, turut menjawab, terutama seputar program Sekolah Lapangan yang telah
diaksanakan oleh MAP di dua desa lama tersebut. Dalam proses tanya jawab yang berlangsung
dalam suasana tidak formal ini, peserta terlihat cukup aktif. Beberapa peserta perempuan juga
ikut bertanya.
Dan seperti diduga sebelumnya, dalam tanya jawab tersebut beberapa di antara peserta
mengira program RCL sebagai program “bantuan”; bertujuan memberi insentif modal kepada
masyarakat di desa. Hal ini kemudian diluruskan oleh Muiz, Subhan Usman (Subhan), dan Nini
Eryani (Nini)—yang bertindak sebagai notulen, dan juga oleh Sony. “Program ini lebih bertujuan
untuk melakukan penguatan SDM, mendampingi masyarakat untuk memasarkan produknya,
menemani masyarakat mengurus keperluannya ke pemerintah, misalnya kalau ada masyarakat
yang butuh modal usaha, butuh izin usaha, bertujuan memperbaiki lingkungan, dan lain-lain.
Soal bantuan, kita tidak punya,” demikian kurang lebih keterangan yang diberikan untuk
meluruskan anggapan tersebut.
Page 11
Kegiatan sosialisasi dilanjut dengan sesi diskusi setelah jeda beberapa saat yang diisi dengan
bincang-bincang lepas dengan peserta. Sesi ini dipandu oleh Site Manager Pangkep Subhan
Usman.
Dilaksanakan dengan model FGD, sesi ini berupa penggalian informasi umum seputar kondisi
penghidupan (livelihood) dan lingkungan (environment) di desa. Dimana, informasi yang
terkumpul kemudian dijalin dengan isu-isu arahan program sebagai feedback kepada peserta.
Selain untuk mendapatkan umum tentang desa, sesi ini juga dimaksudkan untuk lebih
memastikan bahwa target sosialisasi sampai ke peserta. Diharapkan, dengan beranjak dari
masalah-masalah yang berkembang dari lingkungan peserta sendiri, arah dan tujuan program
dapat lebih mudah dipahami oleh peserta. Informasi yang dikumpulkan dari sesi ini cukup
banyak.
Dalam sesi tersebut, staf dari MAP, Sony, juga turut memberikan penjelasan kepada peserta
tentang keterkaitan antara isu-isu yang berkembang di desa dengan program yang akan
dijalankan. Berlangsung sekitar 40 menit, dari sesi ini diperoleh informasi dasar tentang sebaran
sumberdaya alam desa, jumlah kelompok usaha perempuan, dan riwayat singkat tentang
kegiatan mata pencaharian masyarakat desa, khususnya kegiatan mata pencaharian pesisir.
Di luar waktu pelaksanaan kegiatan yang mundur 1 jam dari yang dijadwalkan, pelaksanaan
kegiatan sosialisasi di desa ini berjalan sesuai yang diharapkan. Hampir semua target undangan
hadir, dan tidak ditemui kendala berarti dalam pelaksanaan kegiatan.
Di akhir diksusi, selebaran (leaflet) yang berisi gambaran umum tentang program dibagikan
kepada peserta. “Seluruh yang disampaikan oleh Pak Muiz, Pak Sony, dan apa yang kita
diskusikan tadi, bapak -ibu sekalian, ada dalam selebaran ini. Jadi selebaran ini semacam oleh-
oleh juga buat bapak-ibu sekalian dari perkenalan kita ini. Juga supaya bapak-ibu juga bisa lebih
jelas maksud program-nya,” kata Subhan membagikan selebaran.
Setelah kegiatan ditutup oleh Kepala Desa, sebelum tim meninggalkan lokasi kegiatan, tim
sosialisasi masih sempat bincang-bincang lepas dengan Kepala Desa dan sejumlah ketua
kelompok usaha desa yang hadir mengenai kegiatan mata pencaharian di desa dan juga tentang
rencana agenda kegiatan selanjutnya. Dari 2 jam durasi pelaksanaan sosialisasi tersebut, antara
tim dan sejumlah tokoh masyarakat yang hadir telah relatif terbangun hubungan komunikasi
yang baik. Tim meninggalkan lokasi tepat pada pukul 18.00.
Desa Boddie
Page 12
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 30 Juni 2011 atau 2 hari setelah pelaksanaan sosialisasi di
desa Tamangapa dengan bertempat di kantor desa Boddie. Kegiatan dapat dimulai sesuai
jadwal, pukul 10.00 WITA. Segala hal teknis dan kebutuhan logistik kegiatan juga telah
disiapkan oleh aparat desa dan tim sosialisasi.
Anggota tim yang turut serta dalam sosialisasi di desa ini adalah Sonykusnito (Sony) dan Yoso
Thok (Yoso), dua orang staf program RCL dari MAP yang sudah bergabung dengan tim pada
sosialisasi di desa Tamangapa, Site Manager RCL-Lemsa untuk Pangkep Subhan Usman
(Subhan), Community Facilitator RCL-Lemsa untuk Pangkep Syahwal Hamdi (Syahwal), dan
Media Officer RCL-Lemsa Nini Eryani (Nini).
Bertindak sebagai pemapar program, Subhan dan Sony. Nini sebagai notulen, dan Syahwal
sebagai dokumentator. Hadir sebagai peserta Kepala Desa Boddie Syaharuddin Makmur,
sejumlah aparat desa, Kepala Dusun Lamasa dan para undangan.
Total peserta yang hadir 30 orang.
Kegiatan dilaksanakan dengan urutan acara sebagaimana urutan di desa Tamangapa; juga
terbagi ke dalam tiga sesi; Pembukaan, Pemaparan tentang program, dan Diskusi.
Pembukaan dilakukan oleh Kepala Desa yang sekaligus memberikan kata-kata sambutan dan
pengantar sosialisasi. Tidak seperti kata pengantar yang diberikan oleh Kepala Desa
Tamangapa, yang beberapa informasi di dalamnya tidak begitu relevan—atau lebih tepatnya
“menciutkan”—pengertian program (misalnya dikatakan oleh Kepala Desa Tamangapa bahwa
Program RCL bertujuan untuk “memberikan pengetahuan kepada para petani tambak
mengenai cara budidaya udang yang lebih baik,” atau bahwa Program RCL bertujuan untuk
“memberikan penyuluhan kepada para petani rumput laut tentang cara pembudidayaan
rumput laut yang lebih baik,”) kata pengantar tentang program yang diberikan oleh kepala desa
Boddie dapat dikatakan lebih relevan dengan pokok-pokok program.
Hal tersebut agaknya dikarenakan Kepala Desa Boddie telah beberapa kali berinteraksi dengan
beberapa kegiatan RCL sehingga memiliki penahaman yang relatif baik tentang program. Kepala
Desa Boddie misalnya, sudah berinteraksi dengan program pada saat dilakukannya kegiatan
riset Baseline-RCL di awal pelaksanaan program. Demikian pula pada saat dilakukannya
kegiatan Monitoring-Evalusai program oleh tim konsultan Oxfam di akhir tahun pertama
program. Kepala Desa Boddie misalnya, dalam sambutannya, mengatakan bahwa maksud
kedatangan “Tim dari Makassar” ini (tim sosialisasi) adalah untuk “membantu masyarakat,
Page 13
terutama ibu-ibu, yang janda-janda, mengembangkan usahanya,”—meski ia keliru menyebut
Lemsa sebagai lembaga Survey.
Namun, pemahaman Kepala Desa tentang program ini juga agaknya yang menjadi sumber
kekurangan pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini. Dengan pemahaman bahwa program ini
bertujuan untuk “membantu masyarakat, terutama ibu-ibu, yang janda-janda” tersebut, Kepala
Desa hanya mengundang ibu-ibu kepala keluarga (perwakilan rumah tangga-berkepala keluarga
perempuan) dan tidak menghadirkan unsur pemangku kepentingan yang lain. Praktis undangan
yang hadir dalam kegiatan ini didominasi oleh unsur perempuan dari keluarga rentan; para ibu
dari tangga-berkepala keluarga perempuan yang hampir seluruhnya janda.
Dari 30 peserta yang jadir, 25 orang di antaranya adalah perempuan dari woman household.
Hal tersebut terjadi meski saat dilakukan pra-sosialisasi, tim telah menyampaikan untuk
menghadirkan pula unsur tokoh masyarakat dan unsur pelaku usaha desa. Dari komposisi
peserta yang demikian ini agaknya dapat dikatakan pula bahwa pelaksanaan pra-sosilisasi di
desa ini tidak berjalan sebaik pelaksanaan pra-sosialisasi di desa Tamangapa.
Selanjutnya, pembukaan oleh Kepala Desa dilanjutkan dengan pemaparan materi mengenai
program oleh Subhan dan Sony. Subhan menjelaskan tentang tujuan-tujuan program dan
memperkenalkan anggota tim, Sony menjelaskan tentang organisasi-organisasi yang terlibat
dalam program beserta tugas atau wilayah kerjanya masing-masing. Sesi ini berlangsung sekitar
30 menit.
Sesi perkenalan tim dan pemaparan program dilanjutkan dengan penggalian informasi tentang
kegiatan-kegiatan mata pencaharian di desa. Dari penggalian informasi ini, sebagaimana halnya
yang dilakukan di desa Tamangapa, peserta juga diberi feedback berupa penjelasan mengenai
keterkaitan antara kegiatan mata pencaharian warga/peserta dengan kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan dalam program nantinya. Dalam penjelasan ini diambil contoh kegiatan-
kegiatan pendampingan usaha masyarakat yang sudah dirintis di desa Pitusunggu dan
Bontomanai.
Dalam sesi ini tampak pula bahwa, serupa dengan para peserta di desa Tamangapa, hampir
seluruh peserta sosialisasi juga mengira bahwa program ini bertujuan memberikan “bantuan
modal” ke masyarakat. Untuk ini, pemberi materi berusaha meluruskan dengan memberikan
penjelasan bahwa, sebagaimana halnya penjelasan yang diberikan pula di desa Tamangapa,
program ini lebih bertujuan memberikan “pendampingan” atau “pengembangan SDM” kepada
Page 14
masyarakat. Sesi ini berlangsung sekitar 40 menit. Menjelang berakhirnya sesi ini selebaran
sosialisasi dibagikan kepada peserta.
Seluruh rangkaian kegiatan sosialisasi berlangsung sekitar 100 menit.
Untuk mengatasi tidak representatifnya komposisi peserta yang hadir, tim—kecuali Sony dan
Yoso yang harus berangkat pulang ke Makassar lebih dulu—, seusai kegiatan (ditutup oleh
Kepala Desa) berinisatif melakukan kunjungan ke rumah Kepala Dusun Lamasa dan
Lempangeng, dua dusun pesisir di desa Boddie. Kepala dusun Lempangeng tidak berhasil
ditemui, namun tim berhasil menemui seorang ibu pembuat telur asin yang juga bendahara
pada salah satu kelompok pembuat telur asin di dusun tersebut dan melakukan bincang-
bincang selama sekitar 1 jam.
Seusai bincang-bincang dengan ibu tersebut (ibu Hj. Masrurah), tim menuju kepala dusun
Lamasa.
Tim meninggalkan desa Boddie setelah pukul 15.00 WITA.
Dari pelaksanaan sosialisasi dapat dikatakan bahwa telah terbangun hubungan komunikasi yang
baik antara tim dengan para aparat desa serta para peserta. Peserta, relatif—meski seperti
dikatakan, banyak di antaranya yang salah paham—antusias dengan pemaparan yang
diberikan. Bagi tim hal ini cukup sebagai sebuah awal yang baik bagi rencana pelaksanaan
kegiatan ke depan meski dibutuhkan langkah-langkah lanjutan untuk memastikan bahwa target
sosialiasi benar-benar tercapai.
KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Kegiatan Sosialisasi Program RCL di empat desa baru di Kabupaten Barru dan Pangkep
berlangsung antara tanggal 27 hingga 30 Juni 2011. Masing-masing di desa Madello pada
hari Senin, 27 Juni 2011 dan desa Cillelang pada hari Rabu. 29 Juni 2011. Di Pangkep,
masing-masing di desa Tamangapa pada hari Senin 27 Juni 2011 dan di desa Boddie pada
hari Kamis tanggal 30 Juni 2011.
2. Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan sosialisasi adalah, desa Madello berjumlah 38
orang terdiri dari 19 perempuan dan 19 laki-laki; desa Cillelang 23 Orang terdiri dari 14
perempuan dan 9 laki-laki; desa Tamangapa berjumlah 38 orang yang tersiri dari 11 orang
Page 15
perempuan dan 27 orang laki-laki, dan desa Boddie berjumlah 30 orang, yang terdiri atas
25 orang perempuan dan 5 orang laki-laki.
3. Peserta sosialisasi tersiri atas para pemangku kepentingan desa terkait seperti kepala
desa, aparat desa, lembaga pemerintahan, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, kelompok
perempuan dan masyarakat umum.
4. Dengan adanya sesi diskusi, proses sosialisasi berlangsung lebih efektif.
Rekomendasi dan Rencana Tindak Lanjut;
1. Sosialisasi program diharapkan lebih menyentuh langsung kepada sasaran yang menjadi
target program, secara merata di masing-masing dusun di desa program.
2. Perlu untuk membangun koordinasi yang lebih intens dengan pihak terkait serta menjalin
kerja sama dengan kelompok-kelompok masyarakat di masing-masing desa.
3. Perlu adanya pemetaan secara utuh tentang kondisi desa sebagai acuan yang melandasi
implementasi program agar dampak implementasi program dapat mendatangkan
dampak yang benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat desa.
TANTANGAN
1. Di kalangan masyarakat di keempat desa pada umumnya berkembang anggapan bahwa
setiap program yang masuk identik dengan “pemberian bantuan modal usaha”atau
“pengadaan/pembangunan sarana dan prasarana fisik”. Hal ini tidak lepas dari
banyaknya program serupa yang telah terlaksana di desa. Berkembang(luas)nya
pandangan ini menuntut Lemsa sebagai mitra pelaksana program untuk lebih mampu
memberikan pemahaman yang jelas tentang tujuan dan pendekatan program.
2. Dengan konsep program yang terbilang abstrak, terlebih mungkin untuk ukuran
masyarakat desa, maka diperlukan komunikasi yang lebih intens dengan metode yang
benar-benar seuai dengan konteks pemahaman masyarakat. Mau tidak mau hal ini
membutuhkan kerja keras dan proses yang panjang di lapangan.
Page 16
Lampiran 1. Foto-foto Kegiatan
I. Kabupaten Barru
I.1. Desa Madello
(1)
(2)
(3)
Page 17
I.2. Desa Cilellang
(1)
(2)
(3)
Page 18
II. Kabupaten Pangkep
II. 1. Desa Tamangapa
(1)
(2)
(3)
Page 19
II.2. Desa Boddie
(1)
(2)
(3)
Page 25
1
Perkenalan Program RCL
RCL?program
Page 26
Kegiatan ini bernama “Program RCL”
RCL “Restoring Coastal Livelihood”
atau: Restorasi Penghidupan Masyarakat Pesisir...
Restorasi = “memulihkan”, “memperbarui”, “mengembali-
kan, atau “memperbaiki”
Kegiatan ini bertujuan memulihkan,
memperbarui, memperbaiki, kehidupan
(dan lingkungan) masyarakat pesisir
Nama dan Tujuan Kegiatan
Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan/program ini di laksanakan di 4 (empat)
kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu kabupaten Maros,
Takalar, Barru dan Pangkep.
Di Barru: dilaksanakan di desa Lawallu, Lampoko,
Madello dan Cilellang.
Di Pangkep: dilaksanakan di desa Bontomanai,
Pitusunggu, Tamangapa dan Boddie.
2
Page 27
Pelaksana Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan oleh 3 organisasi, yaitu
Oxfam, MAP dan Lemsa. Tugas dan fungsi masing-
masing organisasi tersebut adalah:
Oxfam MAP Lemsa
Bertanggung jawab
Mengkoordinasi/
mengatur pelaksana-
an program dan me-
mastikan terlaksa-
nanya program
Bertanggung jawab
melakukan perbai-
kan lingkungan/eko-
sistem pesisir
Bertanggung jawab
melakukan pening-
katan ekonomi mas-
yarakat
Kegiatan ini direncakan untuk berlangsung selama
5 (lima) tahun, yaitu antara tahun 2010 hingga
tahun 2015...
Kegiatan ini sudah terlaksana di desa Lampoko
dan Lawallu (Barru), dan di desa Bontomanai dan
Pitusunggu (Pangkep) sejak tahun lalu (2010)...
Lama Kegiatan
Apa saja yang sudah dilakukanprogram ini dalam 1 tahun ini?...
3
Page 28
Lemsa
oleh MAP,
Kegiatan
Lapang Pertanian tanpa
menggunakan pupuk kimia
(pertanian organik)
Sekolah
Kegiatan Sekolah
Lapang Padi Air Asin
(cara budidaya padi
di sawah yang sudah
rusak karena terkena
air tambak/asin)
Kegiatan
pemanfaatan bakau yang
ramah lingkungan
pelatihan
oleh Lemsa,
Kegiatan
keterampilan usaha bagi
ibu-ibu/perempuan
pelatihan
Kegiatan
an kelompok ekonomi yang
sudah ada di desa
pendamping-
Kegiatan
terhadap alumni Sekolah
Lapang
pendampingan
Kegiatan ini bertujuan memulihkan, memperbarui, memperbaiki, kehidupan (dan
lingkungan) masyarakat pesisir dan mendorong terciptanya kesetaraan gender....
Kegiatan yang Sudah Dilakukan dalam 1 tahun ini
4