Top Banner
BAGIAN PERTAMA - HASIL PEMBINAAN KELUARGA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelatihan Pra Dokter (PPD) merupakan suatu program simulasi pada situasi yang sesungguhnya di masyarakat untuk memberikan pengalaman kepada calon dokter tentang bagaimana bekerja sebagai dokter keluarga yang berorientasi kepada masyarakat khususnya keluarga. Program ini merupakan proses pembelajaran akhir bagi para calon dokter untuk memperkaya pengalaman dalam berkomunikasi, mengidentifikasi masalah, mengenal berbagai faktor risiko serta melaksanakan pemecahan masalah kesehatan secara komprehensif yang berpusat pada pasien dan keluarganya yang pada kesempatan kali ini diterapkan pada tiga keluarga binaan. 1.2. Tujuan Mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta memecahkan masalah kesehatan di keluarga secara komprehensif dengan pendekatan holistik. 1.3. Manfaat Mahasiswa mampu berkomunikasi secara efektif dengan keluarga atau masyarakat untuk menggali berbagai informasi berkaitan dengan masalah kesehatan. 1
27

Laporan PPD Eddy

Jul 30, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan PPD Eddy

BAGIAN PERTAMA - HASIL PEMBINAAN KELUARGA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelatihan Pra Dokter (PPD) merupakan suatu program simulasi pada situasi yang

sesungguhnya di masyarakat untuk memberikan pengalaman kepada calon dokter

tentang bagaimana bekerja sebagai dokter keluarga yang berorientasi kepada

masyarakat khususnya keluarga. Program ini merupakan proses pembelajaran

akhir bagi para calon dokter untuk memperkaya pengalaman dalam

berkomunikasi, mengidentifikasi masalah, mengenal berbagai faktor risiko serta

melaksanakan pemecahan masalah kesehatan secara komprehensif yang berpusat

pada pasien dan keluarganya yang pada kesempatan kali ini diterapkan pada tiga

keluarga binaan.

1.2. Tujuan

Mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta

memecahkan masalah kesehatan di keluarga secara komprehensif dengan

pendekatan holistik.

1.3. Manfaat

Mahasiswa mampu berkomunikasi secara efektif dengan keluarga atau

masyarakat untuk menggali berbagai informasi berkaitan dengan masalah

kesehatan.

Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah kesehatan, faktor risiko, dan

alternatif pemecahannya di keluarga atau masyarakat.

Mahasiswa mampu melakukana advokasi untuk dapat memecahkan masalah

kesehatan di keluarga secara komprehemsif dengan pendekatan holistik untuk

meningkatkan prilaku hidup sehat.

Keluarga dapat mengenali factor-faktor risiko dalam masalah kesehatannya,

lebih mengerti tentang pentingnya prilaku hidup sehat serta menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

1

Page 2: Laporan PPD Eddy

BAB II

HASIL PENELUSURAN KELUARGA BINAAN

Keluarga binaan bertempat tinggal di Banjar Lateng, Desa Sukawana,

Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Desa Sukawana masuk dalam wilayah kerja

Puskesmas Kintamani II. Banjar Lateng memiliki sekitar 120 KK. Sebagian besar

warganya bekerja sebagai petani.

2.1. Karakteristik Keluarga Binaan

Tabel 1. Susunan Keluarga I Wayan Gerot

No Nama JK Umur PendidikanHubungan dgn KK

Pekerjaan

1. I Wayan Gerot L 65 th SD KK Petani2. Ni Mawi P 63 th SD Istri KK Petani

3. I Wayan Masih L 35 th SD Anak KKPelayan Restoran

4. Made Wini P 33 th SD Anak KKIbu Rumah

Tangga

5. Luh Kertiasih P 31 th SD Anak KKIbu Rumah

Tangga

6.I Ketut

SudiatmikaL 28 SD Anak KK Trainee

7. I Ketut Jaya L 21 SD Anak KK Petani

Gambar 1. Sistem Kekerabatan I Wayan Gerot

1. I Wayan Gerot – KK2. Ni Mawi – Istri KK3. I Wayan Masih – Anak KK4. Made Wini – Anak KK

5. Luh Kertiasih – Anak KK6. I Ketut Sudiatmika – Anak KK7. I Ketut Jaya – Anak KK

Keluarga I Wayan Gerot terdiri dari ayah, ibu, dan satu orang anak yang tinggal

serumah, sedangkan empat anak lainnya tinggal di tempat lain. Keluarga ini

merupakan nuclear family. Keluarga ini beragama Hindu. Dalam kehidupan

sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan KK. Semua anaknya hanya

berpendidikan SD. Semua anak mereka sudah memiliki pekerjaan.

2

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan3 6 7

1 2

4 5

Page 3: Laporan PPD Eddy

Tabel 2. Susunan Keluarga Wayan Daging

No Nama JK Umur PendidikanHubungan dgn KK

Pekerjaan

1. Wayan Daging L 48 th Tdk Sekolah KK Petani2. Ketut Rauh P 47 th Tdk Sekolah Istri KK Petani3. - L 1 th - Anak KK -4. Made Suarya L 11 th Tdk Sekolah Anak KK Petani5. - P 1 bln - Anak KK -6. Made Jersi L 5 th Tdk Sekolah Anak KK Petani

Gambar 2. Sistem Kekerabatan Wayan Daging

1. Wayan Daging – KK2. Ketut Rauh – Istri KK3. – Anak KK

5. – Anak KK6. Made Jersi – Anak KK

4. Made Suarya – anak KK

Keluarga Wayan Daging terdiri dari KK, istri, dan dua orang anak yang tinggal

serumah. Keluarga ini merupakan nuclear family. Keluarga ini beragama Hindu.

Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan KK. Anak

tidak bersekolah. KK dan istrinya masih aktif dalam kegiatan sehari-hari.

Tabel 3. Susunan KK Wayan Swastika

No Nama JK UmurPendiDikan

Hubungan dgn KK

Pekerjaan

1. Wayan Swastika L 42 th SMA KK Petani2. Nyoman Wisarni P 39 th SD Istri KK Petani3. Putu Soni L 21 th SD Anak KK Pelayan hotel4. Kadek Robi L 19 th SD Anak KK Pelayan hotel5. Komang Meri P 14 th SD Anak KK Petani6. I Ketut Bayu L 8 th SD Anak KK Pelajar

3

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan Meninggal

3 6

1 2

54

Page 4: Laporan PPD Eddy

Gambar 3. Sistem Kekerabatan Wayan Swastika

1. Wayan Swastika – KK2. Nyoman Wisarni – Istri KK3. Putu Soni – Anak KK

4. Kadek Robi – Anak KK5. Komang Meri– Anak KK6. I Ketut Bayu – Anak KK

Keluarga Wayan Swastika terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak yang tinggal

serumah, dua anak lainnya tinggal di tempat lain. Keluarga ini merupakan nuclear

family. Keluarga ini beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan

keputusan berada di tangan anak KK. Dua anak KK sudah bekerja namun masih

belum menikah hingga saat ini. Dua anak lainnya tinggal bersama KK mengurus

kebun.

2.2. Status Kesehatan Keluarga Binaan

I Wayan Gerot

Dalam 6 bulan terakhir ini keluarga mereka hanya mengalami penyakit umum

seperti batuk, pilek dan demam. Tidak ada penyakit berat yang membutuhkan

pengobatan lama maupun opname. Jika sakit mereka mencari pengobatan ke

bidan desa atau Puskesmas Kintamani II. Bapak I Wayan Gerot memiliki

penyakit hipertensi tidak rutin dikontrol yang akan dibahas lebih lanjut dalam

laporan kedokteran keluarga. Selain itu tidak ada riwayat penyakit khusus

dalam keluarganya. Untuk biaya pengobatan keluarga ini menggunakan

JAMKESMAS.

Wayan Daging

Dalam 6 bulan terakhir ini keluarga mereka hanya mengalami penyakit umum

seperti batuk, pilek dan demam. Saat ditanyakan riwayat penyakit berat, anak

pertama KK memiliki riwayat operasi di daerah leher, yang sampai sekarang

belum ada keluhan lagi. Tidak ada penyakit berat yang membutuhkan

pengobatan lama maupun opname. Jika sakit mereka lebih memilih

beristirahat dan membeli obat sendiri, jika tidak sembuh juga baru mencari

4

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

3 6

1 2

54

Page 5: Laporan PPD Eddy

pengobatan ke Puskesmas. Selain itu tidak ada riwayat penyakit khusus dalam

keluarganya. Untuk biaya pengobatan keluarga ini menggunakan

JAMKESMAS.

Wayan Swastika

Dalam 6 bulan terakhir ini keluarga mereka hanya mengalami penyakit umum

seperti batuk, pilek dan demam. Tidak ada penyakit berat yang membutuhkan

pengobatan lama maupun opname. Jika sakit mereka lebih memilih

beristirahat dan membeli obat sendiri, jika tidak sembuh juga baru mencari

pengobatan ke Puskesmas. Istri KK memiliki penglihatan yang diakuinya

buruk, ia sempat memeriksakan dirinya ke RS dan mendapatkan kacamata.

Riwayat penyakit khusus sepeti hipertensi atau kencing manis dalam

keluarganya belum diketahui karena KK dan istrinya mengaku tidak

memeriksakan diri. Untuk biaya pengobatan keluarga ini menggunakan

JAMKESMAS.

2.3. Status Ekonomi Keluarga Binaan

I Wayan Gerot

Penghasilan keluarga berasal dari hasil kebunnya yaitu jeruk, kopi dan

cengkeh. Penghasilan KK tidak menentu tergantung dari berapa keranjang

yang berhasil terjual. Rata-rata sebulan penghasilan sekitar Rp 500.000,-. KK

kadang mengirimkan uang kepada anaknya yang keempat setiap bulan

dengan jumlah tidak tentu, berkisar Rp.100.000,- sampai Rp.200.000,-. Untuk

pengeluaran makanan, sehari menghabiskan 1 kg beras, sayur didapat dari

kebun yang mereka tanam sendiri, sehingga pengeluaran berkisar Rp.

10.000,- per hari. Keluarga ini juga mengeluarkan biaya untuk membayar

biaya listrik. Hingga saat ini keluarga masih membayar biaya sosial di

banjarnya perbulan sebanyak Rp 30.000,-.

5

Page 6: Laporan PPD Eddy

Tabel 4. Pemasukan dan Pengeluaran Keluarga I Wayan Gerot Perbulan

No. Uraian Pengeluaran Pemasukan Pengeluaran

1. Menjual hasil kebun Rp.500.000,-

2. Beras Rp.300.000,-

3. Sosial Rp. 30.000,-

4. Mengirimkan uang untuk anak bungsu Rp.100.000,-

5. Biaya listrik Rp. 30.000,-

Total Rp.500.000,- Rp.460.000,-

Surplus Rp.40.000,-

Wayan Daging

Penghasilan keluarga berasal dari panen hasil kebunnya yaitu jeruk, kacang

dan kopi miliknya 2x setahun. Namun karena luas kebunnya hanya 5 are,

hasil itu hanya cukup untuk biaya makan saja, sehingga KK tidak

menyekolahkan anaknya. Keluarga ini juga tidak memiliki saluran air

sehingga tidak membayar air, untuk biaya listrik mereka hanya memakai satu

bola lampu di rumahnya untuk keperluan penerangan saat malam.

Pengeluaran untuk listrik sekitar Rp.15.000,- perbulan. Untuk pengeluaran

makanan, sebulan menghabiskan 50 ribu rupiah saja untuk membeli beras dan

bumbu masak, kalau beras mereka habis maka jagung dan ketela dipilih

sebagai makanan pengganti beras. Keluarga ini dibebaskan dari biaya sosial

karena kelian banjar Lateng, memasukkan mereka sebagai keluarga tidak

mampu.

Tabel 5. Pemasukan dan Pengeluaran Keluarga Wayan Daging Perbulan

No. Pengeluaran Pemasukan Pengeluaran

1. Menjual hasil kebun Rp.70.000,-

2. Biaya makan Rp. 50.000,-

3. Biaya listrik Rp. 15.000,-

Total Rp.70.000,- Rp. 65.000,-

Surplus Rp. 5.000,-

6

Page 7: Laporan PPD Eddy

Wayan Swastika

Penghasilan keluarga berasal dari KK sendiri yang berkerja sebagai petani

yang menanam jeruk, kacang, markisa dan sayur-sayuran di pekarangan yang

sebagian besar digunakan untuk keperluan berjualan dan sisanya untuk makan

sehari-hari. Biaya pendidikan dengan anak bungsunya saat ini masih Sd

berkisar Rp 50.000- Rp 70.000/bulan Hingga saat ini keluarga masih

membayar biaya sosial di banjarnya perbulan sebanyak Rp 30.000,-.

Penghasilan dirasakan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jika dan

sisa biasanya disimpan.

Tabel 6. Pemasukan dan Pengeluaran Keluarga Wayan Swastika Perbulan

No. Pengeluaran Pemasukan Pengeluaran

1. Menjual hasil kebun Rp. 500.000,-

2. Beras Rp.300.000,-

3. Sosial Rp. 30.000,-

4. Biaya Pendidikan Rp. 50.000,-

5. Biaya listrik dan air Rp. 30.000,-

Total Rp. 500.000,- Rp. 410.000,-

Surplus Rp.90.000,-

2.4. Lingkungan Fisik Keluarga Binaan

I Wayan Gerot

Keluarga Bapak I Wayan Gerot tinggal bersama dalam 1 rumah

permanen dengan luas tanah 6x6 meter. Dindingnya terbuat dari beton

dan berlantai semen. Atap rumah terbuat dari genteng dengan plafon

rumah anyaman bambu. Rumah terdiri dari 2 kamar dan dapur. Tiap

ruangan memiliki 1 jendela dan 1 pintu. Lingkungan rumah tampak agak

gelap karena hanya ada 3 bohlam lampu saja. Lingkungan rumah terlihat

kotor apalagi setelah hujan dimana pekarangan menjadi becek. Dapurnya

memasak menggunakan kayu bakar dan tidak memiliki cerobong asap.

Untuk sumber air mereka harus mengambil dari sungai kira-kira 2 km

dari rumahnya setiap hari ditampung dengan jeriken. Keluarga ini tidak

7

Page 8: Laporan PPD Eddy

memiliki jamban. Untuk mandi dilakukan di ruang semi terbuka dimana

hanya ada dua papan kayu di kanan kirinya sebagai pembatas. Untuk

melakukan BAB/BAK mereka melakukannya sembarangan di tegalan

agak jauh dari rumahnya.

Gambar 4. Denah Rumah Bapak I Wayan Gerot

U

4

Wayan Daging

Keluarga Bapak Wayan Daging tinggal bersama dalam 1 rumah permanen

dengan luas tanah 8x8 meter. Di belakang rumah terdapat kebun jeruk

miliknya seluas kira-kira 5 are. Dindingnya terbuat dari bambu dan berlantai

semen. Atap rumah terbuat dari bambu. Rumah terdiri dari 2 kamar tidur dan

dapur yang digabung menjadi satu. Tiap ruangan memiliki 1 jendela dan 1

pintu. Di dapur mereka memasak menggunakan kayu bakar. Sumber listrik

berasal dari satu sumber dengan iparnya. Untuk sumber air mereka berasal

dari sungai di dekat kebun mereka. Keluarga ini tidak memiliki jamban.

Untuk mandi dilakukan di sungai. Untuk melakukan BAB/BAK mereka

melakukannya sembarangan di kebun jeruk di belakang rumahnya.

8

1 2

3

Keterangan:

Kamar Tidur

Kamar tidur

Dapur

Pekarangan

Page 9: Laporan PPD Eddy

Gambar 5. Denah Rumah Bapak Wayan Daging

U

Wayan Swastika

Keluarga Bapak Wayan Swastika tinggal bersama dalam 1 rumah permanen

dengan luas tanah 20x10 meter. Dindingnya terbuat dari beton dan berlantai

semen. Atap rumah terbuat dari genteng. Rumah terdiri dari 2 kamar dan

dapur. Tiap ruangan memiliki beberapa jendela dan 1 pintu. Di dapur mereka

memasak dengan menggunakan kayu bakar. Sumber listrik berasal dari PLN.

Untuk sumber air mereka mengambil di bak penampungan air milik banjar.

Keluarga ini tidak memiliki jamban. Untuk mandi dilakukan di ruang bak

penampungan air banjar berupa ruang terbuka dimana hanya ada dua papan

kayu di kanan kirinya sebagai pembatas. Untuk melakukan BAB/BAK

mereka melakukannya sembarangan di tegalan agak jauh dari rumahnya.

9

1 5

32

4

Keterangan:

1. Tempat sembahyang

2. Tempat tidur anak

3. Tungku api

4. Tempat tidur KK dan Istri

5. Rumah KK

Page 10: Laporan PPD Eddy

Gambar 6. Denah Rumah Bapak Wayan Swastika

U

2.5. Prilaku Hidup Bersih dan Sehat Keluarga Binaan

I Wayan Gerot

Prilaku hidup sehat keluarga Bapak I Wayan Gerot tergolong kurang.

Anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan sikat gigi teratur 2x sehari.

Kebiasaan mandi keluarga menurut KK sekitar 3-4x dalam seminggu. Untuk

kebiasaan cuci tangan sangat jarang dilakukan berhubung persediaan air yang

sangat terbatas. Untuk mencuci pakaian biasanya dilakukan 1x seminggu

menggunakan deterjen. Keluarga ini tidak memiliki jamban sehingga untuk

BAB/BAK dilakukan di tegalan agak jauh dari rumahnya. Untuk memasak,

bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak. Air minum tidak

dimasak terlebih dahulu namun langsung saja diminum dari penampungan.

Menu makanan sering kali hanya berupa nasi dan sayur, sangat jarang

mengkonsumsi daging.

Wayan Daging

Prilaku hidup sehat keluarga Bapak Wayan Daging tergolong kurang.

Anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan sikat gigi teratur 2x sehari.

Kebiasaan mandi keluarga 1x dalam sehari. Untuk kebiasaan cuci tangan

dengan sabun, biasa dilakukan sesudah bekerja di kebun, sebelum dan

sesudah makan. Untuk mencuci pakaian biasanya dilakukan 1x seminggu

10

1 2

3 4

5

Keterangan:

1. Kamar tidur anak

2. Ruang keluarga

3. Kamar tidur KK dan Istri

4. Ruang tamu

5. Dapur

Page 11: Laporan PPD Eddy

menggunakan deterjen. Keluarga ini tidak memiliki jamban sehingga untuk

BAB/BAK dilakukan di kebun belakang rumahnya. Untuk memasak, bahan

makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak. Air minum tidak

dimasak terlebih dahulu namun langsung saja diminum dari penampungan.

Menu makanan sering kali hanya berupa nasi dan sayur, sangat jarang

mengkonsumsi daging, bahkan saat nasi mereka habis, mereka

mengkonsumsi jagung dan ketela sebagai pengganti nasi.

Wayan Swastika

Prilaku hidup sehat keluarga Bapak Wayan Swastika tergolong kurang.

Anggota keluarga memiliki kebiasaan sikat gigi teratur 2x sehari hanya anak

KK. Kebiasaan mandi keluarga 1x dalam sehari. Untuk kebiasaan cuci tangan

dengan sabun, biasa dilakukan sesudah makan. Untuk kebiasaan mencuci

tangan sebelum makan dikatakan hanya kadang-kadang. Untuk mencuci

pakaian biasanya dilakukan 1x seminggu menggunakan deterjen. Keluarga ini

tidak memiliki jamban sehingga untuk BAB/BAK dilakukan di tegalan agak

jauh dari rumahnya. Untuk memasak, bahan makanan dicuci menggunakan

air sebelum dimasak. Air minum tidak dimasak terlebih dahulu namun

langsung saja diminum dari penampungan air hujan. Menu makanan sering

kali hanya berupa nasi dan sayur, sangat jarang mengkonsumsi daging.

11

Page 12: Laporan PPD Eddy

BAB III

PEMBAHASAN

Membandingkan data demografi ketiga keluarga terlihat bahwa rata-rata

pendidikannya adalah tamat SD dan tidak bersekolah. Hal ini tentunya merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dan pemahaman mereka

terhadap prilaku hidup sehat mereka serta status ekonomi mereka. Peran sekolah dalam

promosi prilaku hidup sehat sejak dini bisa dilihat pada keluarga Wayan Swastika

dimana kedua anaknya yang bersekolah memiliki kebiasaan rutin menggosok gigi

sedangkan anggota keluarga lainnya bahkan tidak memiliki sikat gigi. Menurut

pengakuan Bapak Wayan Swastika kedua anaknya memperoleh pengetahuan mengenai

kesehatan gigi dan menggosok gigi di sekolahnya yang akhirnya diterapkan dalam

kehidupan sehari-harinya.

Status kesehatan ketiga keluarga bisa dikatakan tidak ada perbedaan berarti.

Pada umumnya konsep yang mereka pegang adalah seseorang dikatakan sakit apabila

tidak dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari sebagaimana mestinya. Sehingga

seringkali agak terlambat mencari pengobatan. Sehingga penyakit yang dalam

prosesnya tidak menimbulkan gejala atau memberikan gejala minimal seperti misalnya

hipertensi mereka sering kali menganggap tidak perlu memerlukan pengobatan atau

kontrol rutin karena mereka merasa masih mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari

seperti biasa. Dalam hal ini diperlukan KIE pengetahuan mengenai penyakit yang

memerlukan pengobatan rutin, faktor risiko dan menjelaskan komplikasi jangka

panjangnya.

Dari status ekonomi ketiga keluarga cukup bervariasi, sesuai dengan mata

pencaharian mereka. Ketiga keluarga mengaku sangat terbantu dengan biaya sekolah

anak-anak mereka yang gratis setelah dibantu dengan dana BOS. Hal ini dirasakan

sangat membantu mengurangi pengeluaran.

Dari aspek lingkungan fisik pada umumnya menghadapi masalah keterbatasan

persediaan air bersih dan tidak memiliki jamban di lingkungan rumah mereka. Mereka

lebih memilih menampung air hujan atau berjalan mengambil air di sungai

dibandingkan membayar membeli air. Selain itu sumber air seperti mata air dan

sungaipun jaraknya cukup jauh. Tidak adanya jamban lebih disebabkan oleh faktor

12

Page 13: Laporan PPD Eddy

kebiasaan turun temurun dan kurangnya kesadaran. KIE mengenai pentingnya air bersih

terutama untuk air minum menemui kendala karena mereka menganggap selama ini

mereka minum air langsung dari tempat penampungan pun sudah biasa dan tidak

membuat mereka sakit.

Untuk kebiasaan prilaku hidup sehat cukup beragam pada keluarga KK. Perlu

ditingkatkan peran sekolah dalam promosi kesehatan prilaku hidup sehat sejak dini.

Untuk kebiasaan mereka untuk BAB/BAK sembarangan untuk saat ini yang dilakukan

adalah KIE untuk melakukannya jauh dari sumber air atau penampungan air agar tidak

tercemar. Perlu KIE dan proses perlahan-lahan untuk mengubah persepsi kebiasaan

BAB/BAK tanpa jamban yang turun temurun.

13

Page 14: Laporan PPD Eddy

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

1. Keluarga binaan penulis memiliki lingkungan fisik rumah yang kurang sehat,

dengan keadaan ekonomi beragam, dan prilaku hidup sehat yang masih kurang

tetapi terjalin hubungan yang harmonis baik dalam lingkungan keluarga ataupun

masyarakat sekitarnya.

2. Terdapat persepsi yang kurang tepat mengenai konsep sakit dan anggapan

bahwa sudah sembuh ketika penyakit yang dialaminya tidak menunjukkan gejala

yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan. Pengetahuan penderita dan

keluarga tentang penyakit serta penanganannya masih sangat kurang, sehingga

dianggap tidak perlu untuk memeriksakan diri dan minum obat secara teratur.

3. Selama kegiatan PPD ini, yang telah penulis lakukan adalah mempraktekkan

teori kedokteran keluarga, yaitu dengan memberikan KIE dan motivasi baik

kepada pihak penderita dan juga keluarganya tentang penyakit yang dihadapi.

Juga disampaikan untuk menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk yang

mengganggu kesehatan.

4.2. Saran

1. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung proses pengobatan

penderita, baik dengan menyediakan makanan yang sesuai dengan pola diet

penderita dan minum obat secara teratur serta mengingatkan penderita agar

minum obat teratur dan kontrol rutin ke puskesmas setelah minum obatnya

habis.

2. Persepsi sakit yang kurang tepat di masing-masing keluarga binaan diubah

secara perlahan dengan melibatkan dukungan kader-kader kasehatan dan peran

serta pihak puskesmas yang lebih intensif misalnya dengan memberikan

penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan bagaimana hidup sehat yang baik.

14

Page 15: Laporan PPD Eddy

3. Untuk mengatasi banyaknya keluarga yang tidak memiliki jamban mungkin bisa

disiasati dengan pembangunan WC umum di banjar-banjar dan lebih gencar

dalam penyuluhan penggunaan jamban.

15

Page 16: Laporan PPD Eddy

BAGIAN KEDUA – KASUS DOKTER KELUARGA

1. Latar Belakang Kasus

Sebagaimana kita ketahui, penyakit hipertensi merupakan faktor resiko utama

yang mendasari terjadinya sindrom metabolik seperti dislipidemia dan berbagai

macam penyakit lainnya, selain itu 90 % kasus hipertensi, etiologinya masih belum

diketahui dengan jelas, penyakit ini merupakan penyakit sistemik yang menyerang

multi organ dan menurut. Selain itu komplikasi jangka panjang jika penyakit ini

tidak terkontrol salah satunya adalah serangan stroke. Proses perjalanan penyakit

ini yang sering kali tidak bergejala atau hanya memberikan gejala minimal,

seringkali membuat pasien merasa dirinya tidak sakit lagi dan malas untuk

melanjutkan kontrol dan pengobatan. Alasan-alasan inilah yang mendasari

pemilihan kasus Hipertensi sebagai laporan kasus penulis.

Identitas Pasien

Nama : I Wayan Gerot

Umur : 65 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : Tamat SD

Pekerjaan : Petani

Riwayat keluarga : Tidak ada

2. Riwayat Penyakit

Penderita, I Wayan Gerot terdiagnosis hipertensi sejak 3 tahun yang lalu. Pada

awalnya ia sering merasa sakit kepala setidaknya sekali dalam seminggu, namun

keluhan tersebut biasanya membaik setelah meminum obat sakit kepala yang dibeli

di warung atau setelah beristirahat. Ia juga tidak pernah memeriksakan dirinya

karena sakit kepalanya tersebut dapat diatasi.

Kemudian saat ada Puskesmas keliling, penderita mencoba berobat disana dan

didapatkan tekanan darahnya tinggi. Ia diminta untuk memeriksakan diri kembali

ke Puskesmas. Dari hasil pemeriksaan di puskesmas baru kemudian diketahui

bahwa tekanan darahnya tinggi yaitu 160/90 mmHg. Saat itu ia diberikan dua

macam obat, namun ia lupa namanya. Setelah minum obat tersebut ia merasa lebih

16

Page 17: Laporan PPD Eddy

baik. Penderita masih sempat rutin kontrol ke bidan desa selama 3 bulan, setelah itu

ia merasa sudah tidak merasakan keluhan apa-apa lagi sehingga setelah obat habis

ia tidak memeriksakan diri lagi ke puskesmas, karena merasa sudah sehat.

Saat ini penderita menyatakan dirinya masih pernah merasakan keluhan yang

sama, namun dengan frekuensi yang lebih jarang, apabila keluhan tersebut muncul

biasanya ia meminum obat sakit kepala biasa kemudian beristirahat. Keluhan

dirasakan tidak mengganggu aktivitas kesehariannya. Penderita mengakui kurang

mengerti tentang bagaimana mengatur diet dan mengurangi asupan garam seperti

yang telah dianjurkan oleh dokter. Penderita tidak tahu apa komplikasi yang dapat

ditimbulkan dari penyakit yang diderita dan sampai saat ini bagaimana keadaan

sakitnya.

3. Prinsip-prinsip kedokteran keluarga

Sesuai dengan tujuan dari PPD ini agar kita dapat menangani masalah kesehatan

secara komprehensif dengan pendekatan holistik, maka kedokteran keluarga

merupakan metode yang efektif untuk mengatasinya. Solusi yang dilakukan pada

kasus ini sesuai dengan ciri kedokteran keluarga adalah:

1. Personal

Berdasarkan JNC 7 penderita tergolong dalam hipertensi stage 2. Penderita

hipertensi stage 2 dalam pengobatannya, membutuhkan modifikasi gaya hidup

tapi juga pengobatan farmakologi. Perlu diberikan KIE mengenai pengertian

hipertensi, gejala, komplikasi yang bisa terjadi serta pengobatan yang harus

dijalani. Pada kasus KIE lebih ditekankan pada gejala-gejala dari hipertensi,

dimana sangat penting diinformasikan bahwa seringkali penyakit ini hanya

memberikan gejala yang ringan bahkan tanpa gejala, yang dapat langsung diikuti

oleh komplikasi seperti stroke.

Tidak kalah pentingnya adalah memberitahukan dibutuhkannya pengobatan

yang teratur serta kontrol tekanan darah secara rutin, karena penyakit ini

bukanlah penyakit yang dapat sembuh hanya dengan berobat sekali dua kali saja

2. Koordinatif dan kolaboratif

Solusi yang diberikan juga harus bersifat koordinatif dan kolaboratif yaitu

penanganan ini seharusnya dilakukan bersama-sama keluarga dan tenaga

kesehatan yang ada disana. Kepada keluarga juga diberikan pengetahuan tentang

17

Page 18: Laporan PPD Eddy

penyakit ini sehingga dapat memberikan dukungan dan melakukan pengawasan

pengobatan dengan baik. Kepada pihak tenaga kesehatan setempat dapat

diinformasikan agar melakukan kunjungan ke rumah penderita secara berkala

apabila penderita tidak datang untuk kontrol dan berobat.

3. Paripurna

Paripurna artinya suatu penyakit itu harus diperhatikan secara menyeluruh.

Penyebab terjadinya hipertensi pada penderita sering tidak jelas. Seiring dengan

bertambahnya umur, risiko seseorang untuk mengalami hipertensi juga turut

meningkat. Faktor-faktor risiko yang dapat ditemukan pada penderita ini adalah

merokok dan minum minuman beralkohol. Dari segi sosial ekonomi dan

ketersediaan pelayanan kesehatan, penderita memiliki asuransi kesehatan

Jamkesmas. Maka dari itu sebenarnya pelayanan kesehatan bukanlah masalah,

yang penting adalah kesadaran dari penderita sendiri. Selain itu juga

diperhatikan kebiasaan penderita seperti pola makan penderita.

4. Berkesinambungan

Berkesinambungan disini berarti solusi yang diberikan hendaknya dilakukan

secara terus menerus dengan melihat perkembangan penderita dari hari ke hari.

5. Mengutamakan Pencegahan

Yang dapat dilakukan adalah memberikan pengertian dengan modifikasi gaya

hidup ataupun obat-obatan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut dan bahkan

kematian yang dikarenakan oleh komplikasi-komplikasi dari hipertensi yang

tidak terkontrol misalnya melalui pengatura pola makan.

6. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungan

Menimbang keluarga, masyarakat dan juga lingkungan adalah juga hal yang

penting karena penderita adalah makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari orang

lain. Poin ini dapat membantu proses pengobatan sehingga penderita teratur

kontrol ke dokter dan minum obat. Yang dapat dikerjakan adalah dengan

memberikan pengertian, terutama kepada pihak keluarga tentang apa itu

hipertensi, gejala, komplikasi yang bisa terjadi serta pengobatan yang harus

dijalani, sama juga dengan yang diberitahukan kepada penderita. Juga dijelaskan

kepada pihak keluarga pentingnya dukungan mereka dalam segala aspek untuk

kesembuhan penderita.

18