Top Banner
LAPORAN HARIAN POLI THT RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah IV WINDA NUR’ARINDA P17320113087 2A POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG
25

Laporan Poli Tht

Sep 06, 2015

Download

Documents

Fira Riandini

poli tht
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN HARIAN POLI THT RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNGDisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah IV

WINDA NURARINDA P173201130872A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATANJURUSAN KEPERAWATANBANDUNG2015NONAMAUMURKELUHANTINDAKANTUJUAN

1Aang54thnPenurunan pendengaran1. Endoskopi 1. Identifikasi secara akurat obstruksi saluran nafas

2Andika17thnKeluar cairan dari telinga kanan, sering sakit kepala dan sakit di bagian belakang telinga1. Irigasi2. Tes pendengaran1. Untuk membersihkan bagian luar telinga2. Untuk mengetahui apakah lukanya mengenai tulang pendengaran

3Agus36thnTelinga terasa gatal di bekas operasi1. Irigasi2. Dibersihkan serumen1. Untuk membersihkan bagian dalam telinga2. Membersihkan area dalam post op

4Maksudi50thnAda benjolan di hidung kanan1. Biopsi1. Mengetahui sifat, jenis / keganasan tumor

Penjelasan Tindakan MedisA. Endoskop adalah alat yang digunakan dalam pemeriksaan endoskopi. Alat ini berbentuk pipa kecil panjang yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh, misalnya ke lambung, ke dalam sendi, atau ke rongga tubuh lainnya. Di dalam pipa tersebut terdapat dua buah serat optik. Satu untuk menghasilkan cahaya agar bagian tubuh di depan ujung endoskop terlihat jelas, sedangkan serat lainnya berfungsi sebagai penghantar gambar yang ditangkap oleh kamera. Di samping kedua serat optik tersebut, terdapat satu buah bagian lagi yang bisa digunakan sebagai saluran untuk pemberian obat dan untuk memasukkan atau mengisap cairan. Selain itu, bagian tersebut juga dapat dipasangi alat-alat medis seperti gunting kecil, sikat kecil, dll.

Endoskopi dilakukan pada keadaan:1.keluhan saluran cerna yang berulang(kronis atau berat).dilakukan tindakan gastroskopi2.pendarahan saluran cerna atas(muntah darah dan buang air besar berwarna hitam) dilakukan tindakan gastroskopi3.pendarahan saluran cerna bawah.dilakukan kolonoskopi4.adanya perubahan kebiasaan pada waktu buang air besar.dilakukan tindakan kolonoskopi.5.pengobatan varices(pelebaran) pembuluh darah pada tenggorokan.dilakukan tindakan gastroskopi.Endoskop biasanya digunakan bersama layar monitor sehingga gambaran organ yang diperiksa tidak hanya dilihat sendiri oleh operator, tetapi juga oleh orang lain di sekitarnya. Gambar yang diperoleh selama pemeriksaan biasanya direkam untuk dokumentasi atau evaluasi lebih lanjut.Beberapa jenis gangguan yang dapat dilihat dengan endoskopi antara lain : abses, sirosis biliaris, perdarahan, bronkhitis, kanker, kista, batu empedu, tumor, polip, tukak, dan lain-lain.Prosedur medis yang menggunakan endoskopi mempunyai berbagai macam nama, tergantung jenis dan organ yang diperiksa. B. Irigasi telinga adalah mencuci rongga telinga bagian luar dari cairan yang dialirkan atau disemprotkan. Tujuannya unuk membersihkan telinga bagian luar dari debris, serumen, kotoran dan benda asing. Ini dilakukan pada pasien dengan otitis media purulenta, impaksi serumen, benda asing, persiapan operasi telinga.Prosedur pelaksanaan : Persiapan Klien Atur posisi klien dengan memiringkan kepala ke arah telinga. Lindungi pakaian klien dengan handuk/bahan tahan air. Prosedur Kerja1. Bersihkan telinga luar.2. Periksa telinga dengan otoskop sebelum melakukan irigasi.3. Isikan cairan irigasi ke dalam syringe (tarik/sedot) dan buang udara dalam syringe. Larutan bisa air, atau campuran air dan hidroegn peroksida, cairan disesuaikan dengan temperatur tubuh, cek dengan pergelangan tangan bagian dalam/gunakan termometer.4. Minta klien untuk memegang bengkok.5. Tarik aurikel ke atas dan keluar telinga superior dan posterior (dewasa), tarik aurikel posterior dan inferior (anak di atas 3 tahun).6. Lakukan irigasi dengan perlahan untuk mengurangi peningkatan tekanan.7. Setelah irigasi , inspeksikanal telinga untuk melihat kemajuan dari tindakan atau cek cairan irigasi yang keluar dari serumen atau benda-benda asing8. Ulangi irigasi sesuai kebutuhan, istirahatkanklien diantara irigasi.9. Keringkan telinga dengan kapas, taruh kapas 5-10 menit untuk absorbsi dari kemungkinan lembab.

C. ASSR (Auditory Steady State Response)Audiometri berasal dari kataaudirdanmetriosyang berarti mendengar dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran.Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk mengtahui level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut dengan audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang da[at dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendngaran.Pemeriksaan audiometrimemerlukan audiometri ruang kedap suara, audiologis dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :1)Audiometri nada murniSuatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui hntaran udara dan hantran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengetahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang. Gambaran audiogram rata-rata sejumlah orang yang berpendengaran normal dan berusia sekitar 20-29 tahun merupakan nilai ambang baku pendengaran untuk nada muri.Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwuensi 20-20.000 Hz. Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-hari.Tabel berikut memperlihatkan klasifikasi kehilangan pendengaranKehilangan dalam DesibelKlasifikasi

0-15Pendengaran normal

>15-25Kehilangan pendengaran kecil

>25-40Kehilangan pendengaran ringan

>40-55Kehilangan pendengaran sedang

>55-70Kehilangan pendenngaran sedang sampai berat

>70-90Kehilangan pendengaran berat

>90Kehilangan pendengaran berat sekali

Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frekuensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala decibel, suara dipresentasikan dengan aerphon (air kondution) dan skala skull vibrator (bone conduction). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction menggambarkan SNHL.

2)Audiometri tuturAudiometri tutur adalah system uji pendengaran yang menggunakan kata-kata terpilih yang telah dibakukan, dituturkan melalui suatu alat yang telah dikaliberasi, untuk mrngukur beberapa aspek kemampuan pendengaran. Prinsip audiometri tutur hampir sama dengan audiometri nada murni, hanya disni sebagai alat uji pendengaran digunakan daftar kata terpuilih yang dituturkan pada penderita. Kata-kata tersebut dapat dituturkan langsung oleh pemeriksa melalui mikropon yang dihubungkan dengan audiometri tutur, kemudian disalurkan melalui telepon kepala ke telinga yang diperiksa pendengarannya, atau kata-kata rekam lebih dahulu pada piringan hitam atau pita rekaman, kemudian baru diputar kembali dan disalurkan melalui audiometer tutur. Penderita diminta untuk menirukan dengan jelas setip kata yang didengar, dan apabila kata-kata yang didengar makin tidak jelas karena intensitasnya makin dilemahkan, pendengar diminta untuk mnebaknya. Pemeriksa mencatata presentase kata-kata yang ditirukan dengan benar dari tiap denah pada tiap intensitas. Hasil ini dapat digambarkan pada suatu diagram yang absisnya adalah intensitas suara kata-kata yang didengar, sedangkan ordinatnya adalah presentasi kata-kata yanag diturunkan dengan benar. Dari audiogram tutur dapat diketahui dua dimensi kemampuan pendengaran yaitu :

a) Kemampuan pendengaran dalam menangkap 50% dari sejumlah kata-kata yang dituturkan pada suatu intensitas minimal dengan benar, yang lazimnya disebut persepsi tutur atau NPT, dan dinyatakan dengan satuan de-sibel (dB).b) Kemamuan maksimal perndengaran untuk mendiskriminasikan tiap satuan bunyi (fonem) dalam kata-kata yang dituturkan yang dinyatakan dengan nilai diskriminasi tutur atau NDT. Satuan pengukuran NDT itu adalah persentasi maksimal kata-kata yang ditirukan dengan benar, sedangkan intensitas suara barapa saja. Dengan demikian, berbeda dengan audiometri nada murnipada audiometri tutur intensitas pengukuran pendengaran tidak saja pada tingkat nilai ambang (NPT), tetapi juga jauh diatasnya.Audiometri tutur pada prinsipnya pasien disuruh mendengar kata-kata yang jelas artinya pada intensitas mana mulai terjadi gangguan sampai 50% tidak dapat menirukan kata-kata dengan tepat.Kriteria orang tuli : Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB Sedang masih bisa mendengar pada intensitas 40-60 dB Berat sudah tidak dapat mendengar pada intensitas 60-80 dB Berat sekali tidak dapat mendengar pada intensitas >80 dBPada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih memiliki sisa pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar (ABD/hearing AID) suara yang ada diamplifikasi, dikeraskan oleh ABD sehingga bisa terdengar. Prinsipnya semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruang kedap suara minimal sunyi. Karena kita memberikan tes paa frekuensi tertetu dengan intensitas lemah, kalau ada gangguan suara pasti akan mengganggu penilaian. Pada audiometri tutur, memng kata-kata tertentu dengan vocal dan konsonan tertentu yang dipaparkan kependrita. Intensitas pad pemerriksaan audiomatri bisa dimulai dari 20 dB bila tidak mendengar 40 dB dan seterusnya, bila mendengar intensitas bisa diturunkan 0 dB, berarti pendengaran baik. Tes sebelum dilakukan audiometri tentu saja perlu pemeriksaan telinga : apakah congok atau tidak (ada cairan dalam telinga), apakah ada kotoran telinga (serumen), apakah ada lubang gendang telinga, untuk menentukan penyabab kurang pendengaran.Prosedur pelaksanaan :1. Persiapan Alat Nyalakan Power Audiometer 10 Menit sebelum pemeriksaan Tombol : Output : untuk memilih earphone (kiri atau kanan), AC atau BC, Frekuensi : Memilih nada Hearing Level : Mengatur Intensitas Tone : Memberikan Sinyal Masking : Memberikan bunyi Masking pada NTE (Non-Test Ear) apabila diperlukan2. Persiapan Pasien Pemeriksaan kemampuan komunikasi Penderita sebelum pemeriksaan Telinga mana yang mampu mendengar lebih jelas Telinga mana yang lebih sering digunakan bertelepon Pemeriksaan Tinitus Daya tahan terhadap suara yang keras Pemeriksaan Liang Telinga Periksa dan bersihkan dahulu liang telinga dari serumen Memberikan instruksi secara singkat dan sederahana Penderita menekan tombol (atau mengangkat tangan) saat mendengar sinyal yang diberikan. Saat sinyal tidak terdengar, penderita diminta untuk tidak menekan tombolPresentasi Sinyal Nada harus diberikan selama 1 3 detik (bisa diatur dengan Pulse) Nada harus diberikan secara acak (ireguler) Pasien tidak boleh : Melihat gerakan pemeriksa Menebak interval waktu pemberian sinyal3. Pemeriksaan Air Conduction (AC) Mulai pada telinga yang lebih baik Frekwensi : Mulai pada 1000 Hz, kemudian naik setiak 1 oktaf ke 8000 Hz, dan kembali lagi ke 500 Hz dan 250 Hz. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan ulang pada frekwensi 1000 Hz. Bila terjadi perubahan 20 dB atau lebih, antar oktaf perlu dilakukan pemeriksaan pada oktaf. Intensitas awal diperoleh dengan memberikan sinyal yang terdengar jelas (50 dB atau 60 dB) Bila tidak terdengar, naikkan 20 dB secara gradual hingga memperoleh respon Bila ada respon, turunkan 10 dB hingga tidak terdengar Bila telah tidak tidak terdengar, naikkan 5 dB hingga terdengar. Lakukan berulang hingga diperoleh ambang terendah Ambang terendah diperoleh pada respon terhadap 2 kali perangsangan ulangan dengan cara yang sama (turun 10 dB, naik 5 dB) Lakukan cara tersebut pada semua frekuensi4. Pemeriksaan Bone Conduction (BC) Hanya dilakukan bila ambang AC meningkat. Bila AC berada dalam batas normal, BC tidak diperlukan Vibrator harus dipasang pada mastoid pasien dengan baik, dengan sedikit penekanan Cara pemeriksaan sama dengan AC, tetapi dengan frekuensi dan intensitas yang terbatas (500 Hz s.d. 4000 Hz, hanya sampai 45 dB 80 dB).

D. Biopsiadalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaanlaboratorium.Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanyapenyakitatau mencocokkan jaringanorgansebelum melakukantransplantasiorgan.Resiko yang dapat ditimpulkan oleh kesalahan proses biopsi adalahinfeksidanpendarahan. Jaringan yang akan diambil untuk biopsi dapat berasal dari bagian tubuh manapun, di antaranyakulit,perut,ginjal,hati, danparu-paru. Beberapa tipe dari biopsi adalah: Biopsi tertutup Tanpa membuka kulit,Bisa dikerjakan oleh disiplin non-bedah. Bahan sedikit/kurang representative, Dapat ditingkatkan dengan biopsi terbuka, Contoh : FNAB, Core Biopsy, Cairan cyste-sputum-darah-ascites, dan Endoscopy. Biopsi terbuka Dengan membuka kulit/mukosa, Biasanya dikerjakan oleh disiplin bedah, dan Akan mendapatkan spesimen yang lebih representative. Pemeriksaan yang dikerjakan : histo-patologi, dan Macamnya : Biopsi insisi, Biopsi eksisi Biopsi Insisional Yaitu pengambilan sampel jaringan melalui pemotongan dengan pisau bedah. Dengan pisau bedah, kulit disayat hingga menemukan massa dan diambil sedikit untuk diperiksa.Teknik suatu biopsi insisional antara lain : Tentukan daerah yang akan dibiopsi. Rancang garis eksisi dengan memperhatikan segi kosmetik. Buat insisi bentuk elips dengan skalpel nomor 15. Angkat tepi kulit normal dengan pengait atau pinset bergerigi halus. Teruskan insisi sampai diperoleh contoh jaringan. Sebaiknya contoh jaringan ini jangan sampai tersentuh. Tutup dengan jahitan sederhana memakai benang yang tidak dapat diserap.

Biopsi Eksisional Yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai disertai jaringan sehat di sekitarnya. Metode ini dilakukan di bawah bius umum atau lokal tergantung lokasi massa dan biasanya dilakukan bila massa tumor kecil dan belum ada metastase . Tehnik biopsi eksisional, adalah sebagai berikut : Rancang garis eksisi, Sebaiknya panjang elips empat kali lebarnya. Lebar maksimum ditentukan oleh elastisitas, mobilitas, serta banyaknya kulit yang tersedia di kedua tepi sayatan. Banyaknya jaringan sehat yang ikut dibuang tergantung pada sifat lesi, yaitu: Lesi jinak, seluruh tebal kulit diangkat berikut kulit sehat di tepi lesi dengan sedikit lemak mungkin perlu dibuang agar luka mudah dijahit. Karsinoma sel basal, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 0.5 s/d 1 cm kulit sehat. Karsinoma sel skuamosa, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 1 s/d 2 cm kulit sehat. Insisi dengan skalpel nomor 15 hingga menyayat seluruh tebal kulit. Inspeksi luka dan atasi perdarahan. Tutup dengan jahitan sederhana menggunakan benang yang tidak dapat diserap.

Biopsi Jarum Yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar jarum). Bisa dilakukan secara langsung atau dibantu dengan radiologi seperti CT scan atau USG sebagai panduan untuk membuat jarum mencapai massa atau lokasi yang diinginkan.

Biopsi jarum dibagi atas FNAB (fine needle aspiration biopsy)/BAJAH (Biopsi Aspirasi Jarum halus), dan Core biopsy. Bila biopsi jarum menggunakan jarum berukuran besar maka disebut core biopsi, sedangkan bila menggunakan jarum kecil atau halus maka disebut fine needle aspiration biopsi. Biopsy aspirasi jarum halus merupakan metode lain untuk 'diagnosis jaringan' - yaitu, sebuah cara sampling sel dalam benjolan mencurigakan atau massa.. Biopsi aspirasi jarum halus sedikit lebih cepat dan kurang invasif dari biopsi inti.Biopsi jarum halus aspirasi tidak memerlukan anestesi lokal banyak.Seperti dengan biopsi inti,USGataumammographik mungkin diperlukan untuk menemukan benjolan atau area yang akan dijadikan sampel jika tidak dapat dengan mudah dirasakan.Pada hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang letaknya superfisialpalpableataupun tumor yang terletak di dalam rongga tubuh unpalpable dengan indikasi :1) Preoperatif biopsi aspirasi pada tumor sangkaan maligna operable.Tujuannya adalah untuk diagnosis dan menentukan pola tindakan bedah selanjutnya.2) Malignainoperable. Biopsiaspirasi merupakan diagnosis konfirmatif.3) Diagnosis konfirmatif tumor "rekuren" dan metastasis.4) Membedakan tumor kistik,solid dan peradangan.5) Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitianPenggunaan biopsi aspirasi dalam diagnosis tumor mempunyai dampak yang menguntungkan baik ditinjau dari segi menejemen tumor, pelayanan onkologik rumah sakit maupun bagi pasien.Namun harus disadari bahwa jangkauan sitologi biopsi aspirasi sangat terbatas yang dapat terjadi pada keadaan dimana luasnya invasi tumor tidak dapat ditentukan, subtipe kanker tidak selalu dapat diidentifikasi, dan dapat terjadi negatif palsu. Diagnosis sitologik dengan menggunakan FNAB mempunyai nilai klinik antara lain1.Sitologi positif / Positif Maligna : Merupakan petunjuk untuk melakukan tindakan lebih lanjut antara lain survei metastasis, menentukan stadium, memilih alat diagnostik lain bila diperlukan dan mendiskusikan pola pengobatan.2.Sitologi negatif atau kelainan jinak : Belum dapat menyingkirkan adanya kanker; perlu dipikirkan kemungkinan negative palsu. Negatif palsu dapat terjadi karena kesalahan teknis, sehingga sejumlah sel tumor tidak terdapat pada sediaan. Bila terdapat perbedaan sitologi dan data klinik, alternatif tindakan terbaik adalah biopsi bedah; akan tetapi, pada kasus sitologi negatif dengan spesifikasi kelainan dan cocok dengan gambaran klinik, maka pola pengobatan dapat ditentukan.3.Sitologi suspek / mencurigakan maligna : Mungkin memerlukan pemeriksaan lain sebelum pengobatan antara lain pemeriksaan potongan bekuataupun sitologiimprint atau kerokan durante operasionam.4. Inkonklusif (tidak dapat diinterpretasikan) : Dapat terjadi karena kesalahan teknik atau karena situasi tumor, misalnya mudah berdarah, reaksi jaringan ikat banyak atau tumor terlalu kecil, sehingga sulit memperoleh sel tumor. Dalam praktek, sitologi inkonklusif meningkatkan negatif palsu.Tindakan core biopsiadalah prosedur di mana jarum melewati kulit untuk mengambil sampel jaringan dari suatumassaataubenjolan.Jaringan tersebut kemudian diperiksa dibawahmikroskopuntuk setiap kelainan. Core Biopsidapat dilakukan ketika sebuah benjolan mencurigakan ditemukan, misalnya benjolan payudara atau pembesaran kelenjar getah bening, atau jika suatu kelainan terdeteksi pada tes pencitraan sepertix-ray,USGataumamografi.Core biopsi merupakan prosedur lebih invasif daripadabiopsi aspirasi jarum halus, karena menggunakan bius lokal.Namun, lebih cepat dan kurang invasif daripada biopsi bedah.Dalam beberapa kasus, hasil biopsi inti akan mencegah tindakan operasi.Sedangkan untuk tehnik suatu tindakan Core Biopsi dijelaskan sebagai berikut dimana lebih awal dilakukan tindakan dengan menggunakan anestesi lokal di mana jarum dimasukkan.Sebuah sayatan kecil (dipotong) dibuat dalam kulit di atas benjolan, dan jarum dimasukkan melalui insisi.Ketika ujung jarum berada di daerah yang akan diperiksa, jarum cekung yang didesain khusus digunakan untuk mengumpulkan sampel sel-sel yang hadir.Ini ditampilkan dalam diagram di bawah ini.Jarum kemudian ditarik, dan sampel yang diekstraksi.Hal ini dapat diulang sampai 5 kali, sampai sebuah sampel yang cukup telah dikumpulkan.

Dalam beberapa kasus, benjolan atau massa dari mana sel-sel yang harus dilakukan adalah tidak mudah dirasakan melalui kulit.Jika hal ini terjadi, ahli radiologi, ahli bedah atauahli patologimengumpulkan sampel dapat menggunakanUSG, dimana jarum dapat dilihat pada monitor USG dan dibimbing ke daerah, atau stereotacticmamografi(untuk payudara) yang menggunakan dua mammogram di sudut yang berbeda dan komputer untuk menemukan daerah yang benar.Hal ini dapat membuat prosedur memakan waktu lebih lama.Secara keseluruhan, biopsi inti biasanya memakan waktu antara 30 menit sampai 1 jam untuk menyelesaikan.Karena pembiusan lokal yang digunakan, core biopsi seharusnya tidak menyakitkan, meskipun mungkin tidak nyaman. Hasil interpretasi Core Biopsy/ Biopsi Inti, antar lain : Yang tidak memadai / tidak cukup:Sampel yang diambil adalah tidak cukup untuk mengkonfirmasi diagnosis kanker. Jinak:Tidak ada sel-sel kanker ini.Benjolan atau pertumbuhan berada di bawah kendali dan tidak menyebar ke area lain dari tubuh. Atypical , atau curiga keganasan:Hasil tidak jelas.Beberapa sel tampak abnormal tetapi tidak pasti kanker.Biopsi bedah mungkin dibutuhkan untuk mengambil sampel sel. Ganas:Sel-sel kanker, tidak terkontrol dan memiliki potensi atau telah menyebar ke area lain dari tubuh.Core biopsi adalah tes relatif cepat dan efektif untuk menentukan status jaringan tersangka.Dibandingkan dengan biopsi bedah, core biopsi kecil kemungkinan melibatkan jaringan parut, infeksi atau sakit, dan memiliki waktu pemulihan signifikan lebih pendek.Core biopsi sangat berguna untuk menyelidiki kelainan terdeteksi pada tes pencitraan, seperti x-ray.Ini adalah investigasi pilihan ketika microcalcification payudara terlihat pada mamografi.Juga, karena jarum yang digunakan adalah cukup besar untuk mengambil 'slice' koheren jaringan, memungkinkan sel untuk diperiksa di bawah mikroskop karena mereka diatur di dalam tubuh.Hal ini dapat membantu untuk membedakan antara beberapa jenis penyakit pra-kanker (sepertikarsinoma duktal in situ) dankarsinoma duktal invasif. Resiko core biopsi termasuk kemungkinan bahwa setiap sel-sel kanker ini bisa menyebar ke dalam jaringan, tetapi hal ini jarang terjadi ketika tes ini dilakukan oleh praktisi terampil..Selain biopsi dengan jarum seperti diatas terdapat juga suatu tindakan biopsi menggunakan jarum dengan bantuan endoskopi. Pada prinsipnya sama yaitu pengambilan sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode ini menggunakan endoskopi sebagai panduannya. Cara ini baik untuk tumor dalam saluran tubuh seperti saluran pernafasan, pencernaan dan kandungan. Endoskopi dengan kamera masuk ke dalam saluran menuju lokasi kanker, lalu dengan jarum diambil sedikit jaringan sebagai sampel.

Dan yang terakhir pemeriksaan biopsi secara Punch biopsy. Biopsi ini biasa dilakukan pada kelainan di kulit. Metode ini dilakukan dengan alat yang ukurannya seperti pensil yang kemudian ditekankan pada kelainan di kulit, lalu instrument tajam di dalamnya akan mengambil jaringan kulit yang ditekan. Menggunakan anastesi lokal dan bila pengambilan kulit tidak besar maka tidak perlu dijahit.

Jaringan yang diperoleh dari hasil biopsi difiksasi, dan dikirim untuk pemeriksaan patologi dan atau imunohistokimia. Tujuan pemeriksaan patologi ini adalah untuk menentukan apakah lesi tersebut ganas atau jinak, dan membedakan jenis histologisnya. Pada beberapa keadaan, biopsi dari kelenjar getah bening menentukan staging dari keganasan. Tepi dari specimen (pada biopsi eksisional) juga diperiksa untuk mengetahui apakah seluruh lesi sudah terangkat (tepi bebas dari infiltrasi tumor.Efek Samping dan indikasi / kontraindikasi Biopsi Infeksi akan terjadi bila tidak memperhatikan teknik aseptik antisepsis, Perdarahan, bisa terjadi pada lesi neoplasma karena adanya hipervaskularisasi.Indikasi suatu tindakan Biopsi adalah sebagai berikut : Lesi yang menetap lebih dari 2 minggu tanpa diketahui penyebabnya Ulserasi yang menetap tidak menunjukkan tanda tanda kesembuhan sampai 3 minggu Setiap penonjolan yang dicurigai sebagai suatu neoplasma Lesi tulang yang tidak diidentifikasi setelah pemeriksaan klinis dan radiologis Lesi hiperkeratotik yang menetapSedangkan Kontra Indikasi Biopsi antara lain : Infeksi pada lokasi yang akan dibiopsi (relatif) Gangguan faal hemostasis berat (relatif) Biopsi diluar daerah yang direncanakan akan dieksisi saat operasi

Daftar PustakaJanti Sudiono, Pemeriksaan Patologi Untuk Diagnosis Neoplasma,EGC,2008Suyatno, Emir Pasaribu,Diagnostik dan terapi Bedah Onkologi,Sagung Seto 2009https://id.wikipedia.org/wiki/Biopsi, di akses pada tanggal 9 Juli 2015http://med-tation.blogspot.com/2011/05/endoskopi-endoscopy.html, di akses pada tanggal 9 Juli 2015Anggraini Ratna. 2014. Prosedur Audiometri.https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uat=8&ved=0CC4QFjAC&url=https%3A%2F%2Ftiarasalsabilatoniputri.files.wordpress.com%2F2012%2F03%2Fprosedur-audiometri.ppt&ei=EsubVaCZO4nf8AWVt66ACQ&usg=AFQjCNGtngtcbhgUPgs7Fy8xMRrAbAgUyw&sig2=N-Hldk7p_aOsJyQMPlwfKw&bvm=bv.96952980,d.dGc diakses pada tanggal 10 Juli 2015 Koizora. 2009. Pemeriksaan Audiometri, Rinne, Weber test dan Scwabach test.http://pemeriksaantespendengaran.blogspot.com/2009/11/pemeriksaan-audiometri-rinneweber-test.html diakses pada tanggal 10 Juli 2015