Top Banner

of 35

LAPORAN PL OTW

Jul 07, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

I.1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN

Gula merupakan produk agroindustri yang memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan pokok manusia. Gula tidak dapat dipisahkan dalam pengolahan berbagai jenis makanan dan minuman, baik skala industri maupun rumah tangga. Di Indonesia terdapat tiga jenis gula yang beredar di pasaran, yaitu gula kristal mentah (GKM) atau raw sugar yang digunakan sebagai bahan baku industri gula rafinasi, gula kristal putih (GKP) yang dikonsumsi secara langsung dan gula rafinasi sebagai bahan baku industri makanan dan minuman. Ketersediaan gula dunia pada umumnya berasal dari dua komoditas utama perkebunan, yaitu tanaman tebu dan bit. Sampai saat ini, sekitar 70% kebutuhan gula dunia tercukupi dari komoditas tanaman tebu, sisanya berasal dari komoditas tanaman bit mencapai sekitar 30% kebutuhan gula dunia. Tebu merupakan komoditas perkebunan Indonesia terbesar ketiga setelah teh dan kelapa sawit. Tebu banyak diusahakan petani di Indonesia karena cocok hidup di wilayah tropis. Sehingga produksi gula di Indonesia cukup tinggi. Namun, industri gula nasional selanjutnya mengalami penurunan yang cukup tajam akibat dari global warming, irigasi yang kurang baik, serangan hama, pupuk yang tersedia tidak tepat waktu, dan faktor teknologi produksi gula yang sudah usang. Sehingga persentase gula Indonesia terhadap gula dunia mencapai 1,99% pada musim giling 2006/2007. Persentase ini hanya sekitar 1,55% terhadap produksi total gula dunia. Pabrik pembuatan gula di Indonesia cukup banyak, baik yang berada di bawah pengawasan pemerintah maupun berdiri sendiri sebagai perusahaan swasta. Salah satu perusahaan pembuat gula di Indonesia adalah PT. Kebon Agung Pabrik Gula Trangkil. PT. Kebon Agung merupakan perusahaan perkebunan tebu dan pabrik gula secara terintegrasi yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Pati, Kecamatan Trangkil. Dalam menunjang proses produksinya, Pabrik Gula Trangkil telah

menggunakan beberapa alat dan mesin pertanian serta pabrik pengolahan tebu yang cukup baik dalam mengolah tebu menjadi gula. Selain itu, proses penanganan bahan dan penyimpanan produk akhir juga sudah menggunakan peralatan mekanik seperti conveyor, crane, serta didukung dengan kapasitas gudang yang mampu menampung ribuan ton gula. Pada praktik lapangan ini dipilih topik studi mengenai proses pegolahan gula tebu di Pabrik Gula Trangkil. Proses pengolahan yang baik akan sangat mempengaruhi mutu gula dan rendemen gula yang dihasilkan yang kemudian akan mempengaruhi daya saing perusahaan di tengah persaingan industri gula yang ada saat ini. Pengamatan secara langsung mengenai proses pengolahan gula tebu ini diharapkan mampu memberikan nilai tambah pengetahuan bagi mahasiswa. Data dan informasi yang diperoleh selama kegiatan praktik lapangan digunakan untuk keperluan akademik.

1.2.

TUJUAN

Tujuan dari praktik lapangan ini adalah: 1. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan kemampuan profesi serta menambaha pegalaman mahasiswa melalui penerapan ilmu, pelatihan kerja, dan pengamatan. 2. 3. Mempelajari berbagai aspek terutama proses pengolahan gul tebu di pabrik Gula Trangkil. Menerapkan ilmu pegetahuan yang didapat dengan praktik secara nyata sebagai bekal dalam menghadapi dunia nyata. 4. Meningkatkan pemahaman mengenai hubungan antara teori dan penerapannya serta faktor-faktor yang mempegaruhinya sehingga dapat menjadi bekal mahasiswa. 5. Melatih ketrampilan dan kemampuan dalam berkomunikasi serta melatih sosialisasi dengan masyarakat luas sebelum memasuki dunia kerja nyata. 6. Menjalin kemitraan dan kerja sama antara mahasiswa, perguruan tinggi, dan instansi atau perusahaan terkait.

1.3. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAANPraktik Lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 27 Juni 2011 sampai 13 Agustus 2011 di PT. Kebon Agung Pabrik Gula Trangkil, Pati, Jawa tengah.

1.4. METODOLOGI

Dalam pelaksanaan praktik lapangan akan dipakai metode sebagai usaha untuk menghasilkan data dan analisis yang tepat, yaitu: 1. Pengamatan di lapangan Dilakukan dengan mengamati secara langsung proses produksi Super High Sugar (SHS) yang dilakukan perusahaan, serta mempelajari bagian-bagian krisisnya selama hal tersebut tidak bertentangan dengan kebijakan dan aturan perusahaan. 2. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mengklasifikasikan hal atau permasalahan yang terjadi di lapngan, serta untuk mengumpulkan data serta informasi yang diperlukan dengan cara menanyakan langsung kepada pihak yang terkait. 3. Studi pustaka Dilakukan dengan mencari referensi-referensi terkait yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan. 4. Pengolahan dan analisa data

Dilakukan dengan mengolah data yang didapat selama pelaksanaan praktek lapangan (PL) dan kemudian dilakukan analisis data sehingga diperoleh informasi yang bisa dimanfaatkan. 5. perumusan dan penulisan laporan Dilakukan setelah data yang diperoleh dianalisis dan dirumuskn yang kemudian dapat dituangkan dalam bentuk laporan tertulis.

II.

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. SEJARAH BERDIRINYA PABRIKPabrik gula Trangkil didirikan oleh H. Mulder pada tanggal 12 Desember 1835, bermasa kerja dari tahun 1835 sampai tahun 1841. Setelah H. Mulder meninggal, kemudian pabrik gula ini dikuasakan kepada tuan PAD. Van Waren Ponrcras Clivord. Pada tahun 1858, perusahaan dibeli oleh tuan VJ Van Harnest. Selanjutnya perusahaan dijual kepada Ny. A.D. Donariare Emisda Joniers Van Harmet. Sedangkan Pabrik Gula Kebon Agung sendiri mulai didrikan pada tahun 1905 di Malang oleh pengusaha berama Tan Tjwan Bie. Sekitar tahun 1917 pengelolaan Pabrik Gula Kebon Agung diserahkan kepada NV. Handel & Landbouws Maatschapij Tideman van Kerchem sebagai direksinya, kemudian dibentuk perusahaan dengan nama NV. Suiker Fabriek Kebon Agoeng yang disebut PT. Kebon Agung dan disahkan dengan akte Notaris Hendrik Willem Hazenberg pada tanggal 20 Maret 1918 dengan No. 155, dan disahkan dengan Surat Keputusan Sekretaris Gubernur Hindia Belanda tanggal 30 Mei 1918 No. 42, didaftar dalam register Kantor Pengadilan Negeri, Surabaya denagn no. 143. Pada tahun 1932 seluruh saham PT Pabrik Gula Kebon Agung tergadaikankepada de Javasche Bank Malang dan pada tahun 1936 PT Pabrik Gula Kebon Agung dimiliki oleh de Javasche Bank. Dalam RUPS Perseroan tahun 1954 ditetapkan bahwa Pemegang saham PT Pabrik Gula Kebon Agung adalah Spaarfonds voer Beamten van de Bank Indonesi yang kemudian bernama Yayasan Dana Tabunga Pegawai Bank Indonesia) dan Bank Indonesia (atas nama Yayasan Dana Pensiun dan Tunjangan Hari Tua Bnk Indonesia). Pembebasan Irian Barat pada tahun 1957 menyebabkan perusahaan Belanda

dinasionalisasikan. Sejak saat itu semua perusahaan Belanda dikuasai oleh pemerintah Republik Indonesia. Semua pabrik gula di Jawa termasuk Pabrik Gula Trangkil juga dikuasai oleh pemerintah Republik Indonesia. Sampai tahun 1962, PT. Kebon Agung membeli seluruh saham NV Cultur Maatschapij trangkil yang berkedudukan di negeri Belanda, sehingga Pabrik Gula Trankil menjadi milik PT. Kebon Agung. Pabrik gula di Jawa oleh pemerintah dijadikan PPN Gula yang dikelola oleh BPU/ PPN Gula sampai badan tersebut dilikuidasi pada tahun 1967. Tahun 1968, pemerintah RI mengeluarkan peratura no. 3 tentang peninjauan kembali terhadap perusahaan-perusahaan yang dinasionalisasikan. Berdasarkan peraturan pemerintah tersebut, PT. Kebon Agung Pabrik Gula Trangkil yang terdiri dari PT. Pabrik Gula di Malang dan Pati dikembalikan kepada Yayasan Dana Pensiun dan Tunjangan Hari Tua Bank Indonesia. Setelah mengalami vakum selama beberapa bulan, PT. Kebon Agung yang berada di Malang dan Pati menunjuk Biro Usaha dan Manajemen Tri Guna Bina sebagai direksi PT. Kebon Agung mulai 13 Maret 1993. Pengelolaan PT. Kebon Agung diserahterimakan oleh PT. Tri Guna kepada Direksi Kebon Agung pada tanggal 20 April 1993. PT. Pabrik Gula Kebon Agung yang berkedudukan

di Surabaya menjadi direksi PT. Kebon Agung di Trangkil. Sehingga sejak saat itu PT. Kebon Agung merupakan badan usaha yang berdiri sendiri yang tidak lagi menyerahkan direksi kepada PT. Tri Guna Bina tetapi langsung dikelola sendiri.

2.2. LOKASI PERUSAHAANPabrik Gula Trangkil terletak di desa Trangkil, Kecamatan Trangkil, Kabupaten Pati-Jawa Tengah. Jarak dari kota pati sekitar 11 km ke arah utara, pada jalan raya Pati-Tayu. Ketinggian Desa Trangkil 14 m di atas permukaan laut. Lokasi Pabrik Gula Trangkil cukup strategis karena terletak di tengah-tengah sumber bahan baku. Terdapat 16 wilayah pemasok tebu ke Pabrik gula Trangkil yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Gabus, Kayen, Gembong, Juwana, Margoyoso, Margorejo, Sukolilo, 8. Pati 9. Tambakromo 10.Tlogowungu 11. Trangkil 12. Tayu 13. Wedarijaksa 14. Jakenan 15. Rembang 16. Kabupaten Jepara

2.3. STRUKTUR ORGANISASIDalam kegiatan produksinya, Pabrik Gula Trangkil berada di bawah direksi PT. Kebon Agung yang berkedudukan di Surabaya menetapkan bahwa untuk melaksanakan kegiatannyaPimpinan Pabrik Gula Trangkil dibantu oleh: 1. Manajer Bagian Tata Usaha dan Keuangan (TUK) 2. Manajer Bagian Tanaman 3. Manajer Bagian Pabrikasi 4. Manajer Bagian Teknik Tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian yang ada di Pabrik Gula Trangkil adalah sebagai berikut: a. Direktur Direktur merupakan pimpinan tertinggi di Pabrik Gula Trangkil yang memiliki beberapa tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: Tugas Direktur: 1) Melaksanakan keputusan dan kebijakan dalam pengelolaan pabrk gula yang diterapkan direksi. 2) Menjamin dan mengelola semua faktor yang menjadi tangung jawab secara terus menerus. Tanggung jawab direktur:

1) Dalam melaksanakan tugas manajerial secara keseluruhan direktur bertanggung jawab kepada direksi utama, sedangkan dalam tugas baik teknis maupun administratif bertanggung jawab kepada direksi. 2) Bertanggung jawab atas semua bidag kegiatan pabrik gula dan langsung memimpin bagian tanaman, bagian pabrikasi, bagian teknik, dan bagian TUK.

b. Manajer Tata Usaha dan Keuangan Bagian Tata Usaha dan Keuangan memiliki tangung jawab yang meliputi pembukuan, keuangan, pergudangan serta administrasi umum, yang memiliki beberapa sekdsi, yaitu: 1) Seksi Akuntansi a. Subsie RAB ( Rancangan Anggaran Belanja) bertugas mengolongkan biaya yang dikaitkan RAB. b. Subsie pembukuan bertugas melaksanakan pencatatan ke dalam jurnal buku besar dan membantu laporan keuangan. c. d. Subsie Kas atau Bank bertugas melakukan fungsi kasir. Subsie Pajak atau asuransi bertanggung jawab pada pajak bangunan, PPh, asuransi kecelakaan dan tenaga kerja, kerugian dan paak yang lain. 2) Seksi Umum a. b. Subsie personalia mempunyai tangung jawab terhadap personalia seluruh pabrik. Subsie keamanan dan BKIA bertangung jawab terhadap keamanan pabrik. BKIA melaksanakan tugas dalam pelayanan kesehatan karyawan beserta keluarganya. c. d. Sub Sistem Umum bertugas melaksanakan tugas pelayanan dan administrasi. Subsie Administrasi bertanggung jawab inventaris pabrik.

3) Seksi Logistik a. Subsie pembelian bertugas melaksanakan pembelian seluruh kebutuhan operasional pabrik yang telah ditetapkan. b. Subsie Gudang dan Perlengkapan bertanggung jawab terhadap penyimpanan alat teknik dan mencatat penggunaan perlengkapan pabrik. c. Subsie Gudang dan Tetes bertanggung jawab terhadap administrasi dari pengeluaran gula dan tetes. d. Subsie Pelayanan Delivery Order bertugas mencatat penjualan gula dan tetes.

4) Seksi PDE (Pengolahan Data Elektronik) Bertanggung jawab terhadap pengolahan data-data dengan komputer.

c. Manajer Tanaman Bagian ini bertanggung jawab terhadap areal, kultur, teknis atau mekanisasi, pembibitan, riset dan pengembangan, tebang dan angkut tanaman tebu. Bagian ini memiliki dua seksi, yaitu Seksi Bina

Wilayah dan Seksi Bina Sarana. Sekai Bina Wilayah memiliki tanggung jawab pada pengelolaan dan pembinaan areal atau lahan perkebunan tebu yang akan menjadi bahan baku kegiatan produksi.

d. Manajer Bagian Pabrikasi Bagian Pabrikasi bertanggug jawab atas terselenggarakanya efektifitas dan efisiensi pelaksanaan operasional pabrik. Ada dua macam waktu yang membedakan pembagian tugas bagian pabrikasi, yaitu luar masa giling (LMG) dan dalam masa giling (DMG). Di luar masa giling, bagian pabrikasi bertugas mempersiapkan data administrasi untuk persiapan giling serta mempersiapkan timbangan truk dan tetes. Di dalam masa giling bagian ini memiliki tugas melaksanakan segala kegiatan operasional produksi yang telah dipersiapkan di luar masa giling.

e. Manajer Teknik Bagian teknik bertanggung jawab terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan teknik operasional. Pembagian tugas bagian teknik menurut waktu produksi adalah: Luar Masa Giling: 1) Menyiapkan mesi produksi agar siap dipakai selama proses prouksi. 2) Memperbaiki segala kerusakan yang terjadi pada peralatan produksi. 3) Memelihara bangunan dan inventaris pabrik. 4) Menjaga stabilitas atau pemenuhan kebutuhan dalam emplasmen pabrik. Dalam Masa Giling: 1) Koordinator I mengawasi stasiun bangunan, rel, garasi dan personalia. 2) Koordinator II megawasi stasiun listrik, instrumentasi dan ketel. 3) Koordinator III mengawasi pabrik tengah serba guna dan stasiun putaran. 4) Koordinator IV mengawasi stasiun gilingan dan stasiun besali.

2.4. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN

2.4.1. KetenagakerjaanPabrik Gula Trangkil melaksanakan kegiatan penggilingan tebu satu periode dalam satu tahun, yaitu mulai bulan Mei sampai dengan bulan Oktober. Periode ini dikenal dengan DMG (Dinas Masa Giling), di luar masa ini disebut LMG (Luar Masa Giling). Adanya perbedaan periode ini menyebabkan perubahan pada kebutuhan jumlah karyawan. Pada DMG perusahaan memperkerjakan karyawan dengan berbagai status, sedangkan pada masa LMG perusahaan hanya memperkerjakan karyawan tetap saja.

Rincian status kerja karyawan PG. Trangkil adalah sebagai berikut: a. Karyawan pimpinan atau staf

Tugasnya adalah memimpin dan mengawasi kerja karyawan pelaksana. Pengangkatan dan pemberhentian karyawan pimpinan ini dilakukan oleh direksi. b. Karyawan Pelaksana atau Non staf Karyawan Pelaksana atau Non staf adalah karyawan yang diangkat oelh karyawan pimpinan. Golongan ini terbagi atas: 1) Karyawan Tetap Karyawan yang sifat kerjanya dengan perusahaan untuk waktu yang lama. Hubungan kerja tidak ditentukan oleh waktu terlebih dahulu oleh peraturan, hal ini dikarenakan sifat kerjanya yang setiap hari harus menyediakan tenaga melaksanakan pekerjaan. 2) Karyawan Tidak Tetap Karyawan yang melaksanakan tugasnya untuk waktu tertentu sesuai dengan kontrak yang disepakati sebelumnya. Karyawan ini dibagi menjadi: a. Karyawan musiman borongan tanaman Karyawan yang melaksanakan tugasnya untuk persiapan tanaman dan pemeliharaan tebu hingga siap panen. b. Karyawan musiman borongan tebang Karyawan yang melaksanakan kegiatan sejak tebu ditebang dan diangkut. c. Karyawan musiman Karyawan yang tugasnya di sekitar emplasmen dan tidak berhubungan langsung dengan kegiatan penggilingan tebu. Pekerjaan ini meliputi pembersihan sampah antar stasiun timbangan sampai penggilingan. d. Karyawan kampanye Karyawan yang mengankut tebu mulai dari timbangan sampai ke giligan dan mengatur tebu di atas alat angkut. e. Karyawan harian lepas Karyawan yang mengadakan hubungan kerja untuk melaksanakan pekerjaan yang bersifat insidental, sesuai dengan kebutuhan pabrik. Berdasarkan jenis dan periode kerjanya, Pabrik Gula Trangkil membagi jadwal kerja berbeda di beberapa bagian. Jam kerja karyawan tidak tetap dan karyawan kampanye khususnya bagian pabrikasi dan instalasi saat giling (DMG) dibag menjadi tiga shift ( ploeg) yaitu: 1. Shift I 2. Shift II 3. Shift III : Jam 05.00-13.00 WIB : Jam 13.00-21.00 WIB : Jam 21.00-05.00 WIB

Jam kerja karyawan di bagian TUK dan bagian tanaman yaitu: 1. Pukul 07.00-11.30 WIB 2. Pukul 11.30-12.30 WIB (istirahat) 3. Pukul 12.30-15.00 WIB Selama musim giling, Pabrik Gula Trangkil beroperasi selama 24 jam per hari, 7 hari semingu termasuk hari Minggu dan libur nasional.

2.4.2. Kesejahteraan KaryawanKesejahteraan karyawan adalah tangung jawab yang harus dipenuhi oleh sebuah perusahaan untuk meningkatkan produktivitas kerja. Karyawan diberikan perlindungan, perhatian, dan jaminan kesejahteraan bagi dirinya dan keluarganya. Ketentuan bagi jaminan kesejahteraan bagi tenaga kerja atau karyawan Pabrik Gula Trangkil diatur dalam Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) yang diperbarui setiap tiga tahun sekali.

Jaminan kesejahteraan karyawan Pabrik Gula Trangkil antara lain: 1. Upah karyawan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. 2. Fasilitas perumahan yang diberikan berupa rumah dinas bagi karyawan tetap dan diatur menurut kemampuan pabrik. Bagi karyawan yang tidak mendapat rumah dinas akan diberikan tunjangan sewa rumah, listrik, air, dan bahan bakar sesuai dengan gologan masing-masing berdasarkan SKB Menteri Pertanian dan Menteri Tenaga Kerja. 3. Fasilitas perawatan dan pengobatan kesehatan serta bantuan biaya pemondokan bagi seluruh karyawan dan keluarganya. 4. Fasilitas olahraga berupa lapangan voli, tenis, dan sepak bola. 5. Fasilitas keagamaan berupa sarana ibadah dan kesempatan menjalankan ibadah. 6. Fasilitas transportasi untuk anak karyawan yang sekolah, beasiswa, dan bantuan pemondokan bagi yang meneruskan pendidikan di luar daerah. 7. Pembelian pakaian kerja, penghargaan masa dinas dan ula icip-icip. 8. Cuti tahunan, fasilitas perjalanan dinas dan upah bagi karyawan yang sakit berkepanjangan. 9. Fasilitas asuransi tenaga kerja (Astek), tunjangan hari tua (THT) dan pensiun serta tunjangan kematian. 10. Bingkisan an rekreasi selesai giling. 11. Fasilitas koperasi dan yayasan kesejahteraan pekerja. 12. Kenaikan gaji pokok berkala dan kenaikan pangkat atau jabatan dan lain-lain.

III.

TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI

3.1.

BAHAN BAKU DAN BAHAN PEMBANTU

3.1.1. Bahan BakuBahan baku yang digunakan dalam pembuatan gula kristal di Pabrik Gula trangkil adalah tebu (Saccharum sp). Tebu merupakan jenis tanaman rumput-rumputan yang dapat hidup di daerah sawah dan tegal atau di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Bagian dari tanaman tebu yang diolah menjadi gula adalah bagian batang. Pada bagian batang tebu memiliki kandungan sukrosa yang sangat tinggi sehingga dipilih sebagai bahan baku pembuatan gula. Nilai rendemen tebu merupakan faktor penting dalam pembuatan gula. Semakin besar rendemen maka semakin banyak gula yang dihasilkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi rendemen tebu adalah kondisi tanah, iklim, curah hujan, ketinggian tempat, varietas, pemeliharaan tanaman, pengangkutan dan penanganan sebelum giling. Tanaman tebu diklasifikasikan sebagai: Family Sub Family Genus Spesies : Gramineae : Andropagane : Saccharum : Saccharum officinarum

Pemenuhan bahan baku di Pabrik Gula Trangkil ini berasal dari dua lahan, yaitu lahan TR (Tebu Rakyat) dan lahan TS (Tebu Sendiri). Tebu rakyat merupakan tebu yang berasal dari lahan milik rakyat atau tebu yang berasal dari lahan yang disewa pabrik dari rakyat. Sedangkan Tebu Sendiri merupakan tebu yang berasal dari lahan milik Pabrik Gula Trangkil sendiri. Jumlah TR lebih mendominasi dari pada TS, karena jumlahnya mencapai 90%, sedangkan lahan TS hanya berjumlah 10% dari total tebu yang digiling oleh pabrik. Tahap-tahap pembudidayaan tebu yang dilakukan oleh pabrik mulai dari buka lahan sampai penebangan meliputi:

1. Persiapan Lahan Persiapan lahan merupakan tahap paling awal dalam pembudidayaan tanaman tebu. Tahap persiapan lahan ini meliputi pembakaran lahan tebu setelah ditebang. Tujuan dari pembakaran ini adalah untuk menghilangkan klaras atau daun-daun tebu yang kering yang masih berserakan di lahan dan untuk menghikangkan hama-hama yang tadinya hidup pada tanaman tebu sebelumnya. Persiapan lahan yang lainnya adalah pembuatan sistem Reynoso pada lahan bekas sawah. Tujuan menggunakan sistem Reynoso adalah untuk membuat kondisi lahan sesuai seperti tanah tegal.

2. Buka Lahan

Buka lahan dilakukan dengan pembajakan dan pengairan (kair) lahan. Pembajakan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu bajak 1 dan bajak 2. Namun, untuk lahan yang subur cukup dilakukan bajak 1 saja supaya lebih efisien. Pembajakan dilakukan secara mekanis yaitu menggunakan bajak Holland TS 90. Setelah pembajakan, kemudian lahan dikair secara mekanis dengan kedalaman 40 cm. Proses kair ini berfungsi untuk membuat juring pada lahan sebagai tempat penanaman bibit tebu.

3. Pembibitan Pembibitan dilakuakn dengan tujuan untuk mendaptkan bibit yang baik untuk ditanaman. Bibit tebu adalah bagian dari tanaman tebu yang diperoleh dari kebun pembibitan yang dipelihara dengan baik dan merupakan bahan tanaman yang dapat dikembangkan untuk menjadi bahan tanaman baru. Umur tebu yang digunakan adalah 6-7 bulan yang merupakan varietas murni, bebas dari hama penyakit, fisik segar, dan mampu berproduksi tinggi. Pada Pabrik Gula Trangkil, pembibitan dilakukan oleh bagian Tanaman Sub Litbang (Penelitian dan Pengembangan).

4. Penanaman Penanaman tebu dilakukan secara stek batang. Batang tebu yang masih panjang dipotong-potong dimana setiap potongan terdapat dua mata tebu. Diusahakan batang tebu yng digunakan masih muda ( 6 bulan) dan bagian ujung. Sebelum dilakukan penanaman maka dilakukan penyiangan gulma yag bertujuan agar unsur hara yang terdapat dalam pupuk dapat diserap oleh tanaman tebu tanpa adanya persaingan gulma. Dalam teknik penanamannya dikenal 3 cara penanaman yaitu penanaman miring (glatik mungup), penanaman bagian (dadar bulan) dan penanaman biasa (pendem kucing). Penanaman miring digunakan jika petani menanam tebu pada akhir musim penghujan (marengan) yaitu bulan FebruariMaret. Selain letak bibit yang miring, letak bibit diatur sedemiian rupa sehingga mata tebu yang satu nampak di permukaan kasuran. Penanaman bagian digunkaan pada lahan Reynoso. Pada penanaman ini, tidak keseluruhan bibit tertutup tanah. Sedangkan penanaman datar atau biasa dilakukan padaawal musim peghujan di mana kondisi tanah masih relatif kering. Pada teknik ini diusahakan mata tebu tidak ada yang menghadap ke bawah (tanah), karena dapat menghambat pertumbuhan tunas.

5. Pemupukan I Pemupukan I dilakuakn sebelum tanam atau setelah tanam dan pada saat tanaman berumur 15-20 hari. Penggunaan pupuk di Pabrik Gula Trangkil disesuaikan dengan sifat tanah, zone iklim dan kebutuhan tanaman. Dosis pemupukan I adalah ZA 4 ku /ha dan SP36 4 ku/ha.

6. Turun Tanah I Turun tanah (rampas) I merupakan kegiatan menurunkan tanah ke dalam juringan yang dilakuakn sebelum pemupukan ke 2. Sebab tujuan dari turun tanah I adalah untuk mempersiapkan tempat untuk pupuk ke 2.

7. Penyiangan Tanaman tebu mampu hidup jika bebas gulma antara umur 0-12 minggu setelah tana. Untuk menjaga agar tanaman tebu bebas gulma maka harus dilakukan penyiangan. Tanaman tebu peka terhadap gangguan gulma terutama pada umur 3 bulan pertama pada masa pertmbuhannya. Penyiangan di Pabrik Gula Trangkil dilakukan secara manual, karena tenaga kerja cukup tersedia dan pengendalian dengan herbisida masih dalam taraf penelitian.

8. Pemupukan II Pemupukan II dilakukan pada taaman berumur 3 bulan setelah tanam. Dosis pemupukan II adalah ZA 4ku ku

/ha dan KCL 4

/ha. Cara pemupukannya yaitu terlebih dahulu tanah diuat lubang

dengan gejihg, selanjutnya pupuk dimasukkan, kemudian ditutup dengan tanah.

9. Turun Tanah II Turun tanah II dilakukan setelah pemupukan II. Turun tanah II ini menurunkan tanah yang sudah dilakukan pemupukan 2 ke dalam juringan di mana tanaman teu sudah tumbuh. Sehingga tanah yang sudah dipupuki tersebut dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan tanaman tebu.

10. Pengletekan I Kletek yaitu membuang daun-daun tebu yang sudah kering lalu dikumpulkan selang-seling di antara 2 barisan tanaman. Pengkletekan I di kebun milik Pabrik gula Trangkil dilakukan saat umur tanaman 4-6 bulan. Tujuan kletek I ini menekan hama dan penyakitdan menghindari kebakaran serta memperlancar sirkulasi udara.

11. Turun Tanah III Turun tanah III dilakuakn dengan menimbun tanah se bagian bawah tanaman sehingga tanah tempat tanaman tumbuh cukup tinggi. Tujuan daru turun tanah III adalah untuk memperbesar media perakaran tanaman sehingga tanaman tebu tidak roboh. Turun tanah II ii dilakukan setelah tanaman teu berumur 6 bulan.

12. Pengletekan II Pengletekan II di lahan milik Pabrik Gula Trangkil dilakuakn pada saat tanaman tebu berumur 1-2 bulan menjelang panen. Tujuan dari pengkletekan II adalah untuk memudahkan dalam proses penebangan, meningkatkan mutu tebangan, dan kebersihan kebun.

13. Penebangan Penebangan pada tanaman tebu dilakukan saat tanaman tebu berumur 11-12 bulan. Tanaman tebu ditebang saat tanaman mencapai kemasakan maksimum dengan brix 14. Selain itu kriteria layak tebang adalah tebu dalam keadaan berdiri dan sudah dikletek 1 bulan sebelumnya. Penebangan dilakukan secara manual. Penebangan oleh Pabrik Gula Trangkil dilakuakn oleh 30 orang mandor

yang membawahi beberapa pekerja untuk menebang tebu, di mana 1 mandor memiliki jatah untuk menebang tebu sebanyak 10 rit (1 rit = 1 truk). Biasanya 8 orang dapat menebang tebu sebanyak 2 rit dari jam 08.00-12.00 WIB. Sebagai sarana transportasi tebu, Pabrik gula Trangkil mengunakan 2 jenis kendaraan, yaitu truk dan lori. Truk dengan kapasitas 62 ku digunakan untuk mengangkut tebu dari kebun ke pabrik. Lori digunakan untuk menampung tebu sementara sebelum digiling.

Secara umum tebu terdiri atas nira dan serabut (zat padat yang yang tidak terlarut). Nira terbagi lagi menjadi brix. Brix adalah zat padat yang dapat larut, yang terdiri dari gula (sukrosa), bukan gula dan air. Parameter dari tebu sendiri adalah sukrosanya. Komposisi tebu bermacam-macam tergantung dari jenis tebu, keadaan tanaman, cara pemeliharaan, dan tingkat kemasakan tebu. Gula sukrosa merupakan karbohidrat yang termasuk disakarida. Sukrosa dihasilkan dari sintesa biokimia antara 2 buah monosakarida yaitu D-Glukosa dan D-Fruktosa. Monosakarida pembentu sukrosa tersebut dihasilkan dari proses fotosintesis gas CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari. Proses fotosintesis terjadi dengan perantara zat hijau daun (klorofil), dengan reaksi sebagai berikut: CO2 + 6H2O 2C6H12O6 C6H12 O6 + 6O2 C12H22O11 + H2O

Pengawasan dan persediaan bahan baku ditangani oleh bagian tanaman seksi tebang angkut. Untuk mengoontrol mutu tebangan tebu, pihak pabrik menetapkan bahwa tebu yang boleh masuk untuk digiling di Pabrik Gula Trangkilharus memenuhi syarat MBS yaitu: a. M : Manis, tebu harus sudah masak atau tua. b. B : Bersih, hasil tebangan yang dikirim ke pabrik harus bersih dari kotoran (Slamper, pucukan, akar, tanah, dan lain-lain). c. S : Segar, jangka waktu tebu tertebang sampai masuk gilingan kurang dari 36 jam. Berdasarkan masa panennya, tanaman tebu dapat dibagi tiga yaitu: 1. Tebu masak awal Jenis tebu ini mengalami periode kering untuk masak 1-2 bulan. Contoh varietas tebu masak awal : PS 851, PS 862, PS 864, PS 921, PS CO 90-4122 dan PS 891. 2. Tebu masak tengah Jenis tebu ini mengalami periode kering untuk masak 2-3 bulan. Contoh: BU 1392, PSJT 9433, PSJT 94-60, GM 25, PSBM 901, BL dan PS CO 91-858. 3. Tebu masak akhir Jenis tebu ini mengalami periode kering untuk masak lebih dari 3 bulan. Contoh PS 951 dan BZ 148.

3.1.2.

Bahan Pembantu

Dalam proses pembuatan gula menggunakan bahan pembantu: 1. Kapur tohor (CaO)

Kapur tohor digunakan sebagai bahan untuk pembuatan susu kapur Ca(OH)2 dengan penambahan air. Reaksinya : CaO + H 2O Ca(OH)2. Kapur tohor berfungsi untuk mengikat senyawasenyawa bukan gula nira mentah, sehingga memudahkan pemisahan nira dari kotorannya. Penambahan susu kapur akan membuat nira stabil dalam proses pemanasan sehingga tidak mudah terhidrolisa. Pembuatan susu kapur dimulai dari proses penambahan kapur tohor dengan air panas untuk melebur dalam mollen (alat putar/tromol). Penambahan air panas bertujuan untuk mempercepat jalannya reaksi. Tromol pemadam dijalankan (diputar) oleh tenaga motor listrik, kemudian kapur tohor dan air panas dimasukkan maka kapur dan air akan bercampur. Leburan kapur kemudian masuk ke bak penampung dan ditambah air dingin sampai mencapai kekentalan 7-8oBe. Bak penampung juga berfungsi untuk mengendapkan pasir dan tanah yang terbawa. Susu kapur yang bersih dari tanah dan pasir mengalir ke bak penampungyang berpengaduk dan selanjutnya dipompa ke penjatah susu kapur. Tujuan lain pemberian susu kapur untuk membanu pengendapan senyaw kalsium, baik a kalsium fosfat Ca3(PO4)2 maupun kalsium sulfit CaSO3 sehingga pemisahan kotoran menjadi lebih mudah. 2. Belerang Belerang digunakan untuk pembuatan gas SO2 dengan melalui pembakaran sebagai berikut : S + O2 SO2

Dalam pembakaran belerang menggunakan udara terbatas, jika menggunakan udara berlebih tidak akan terbentuk gas SO2, tetapi menghasilkan SO3 yang tidak digunakan. Tujuan penambahan SO2 untuk proses pemurnian pada nira mentah (sulfitasi I) dan proses bleaching (sulfitasi II) pada nira kental. Pembuatan gas SO2 dilakukan dengan cara pembakaran belerang dalam tungku yang diberikan udara terbatas sesuai dengan kebutuhan reaksi oleh kompresor sehingga akan berwujud cair. Pada suhu 300o C akan berbah ke fase gas SO2. Setelah itu gas yang dihasilkan masuk dalam ruang sublimator yang digunakan untuk menyublimasi gas-gas yang tidak dikehendaki. Gas SO2 tersebut akan diunakan untuk menetralkan kelebihan kapur dari proses defekasi. Pada proses sulfitasi I, peambahan gas sulfit digunakan untuk menetralkan pH nira mentah yang sebelumya dinaikkan pada proses defekasi dan digunakan untuk membantu pengendapan kelebihan kapur. Pada proses sulfitasi II, gas sulfit digunakan untuk memucatkan warna nira kental sehinga warna gula yang diperoleh memenuhi standar gula yang baik. 3. Flokulan Flokulan merupakan bahan yang digunakan untuk mempercepat proses pengendapan nira. Penambahan ini bertujuan untuk mengikat partikel-partikel kotoran halus atau koloid yang tidak dapat mengendap menjadi partikel-partikrl yang lebih besar sehingga kotoran tersebut bisa MENGENDAP. Jumlah flokulan yang ditambahkan sebesar 3-4 ppm. Jenis flokulan yang digunakan adalah Acofloc. 4. Natrium hidroksida Natrium hidroksida digunakan di stasiun penguapan (evaporator) dan pemanas yang berfungsi untuk membantu menghilangkan atau melunakkan kerak pada evaporator dan pipa-pipa pemanas. 5. Air Imbibisi

Air imbibisi digunakan untuk mengekstraksi nira yang terkandung dala tebu pada stasiun gilingan dan untuk mengesatkan nira pada proses selanjutnya, sehinga kandungan ampas dapat ditekan seminimal mungkin. Tujuan imbibisi adalah untuk membantu proses pemerahan pada gilingan dan untuk mengurangi kehilangan gula (losses) yang masih tekandung dalam ampas sebagao akibat keterbatasan daya perah dari unit gilingan dan sifat sabut yang mampu menyerap cairan seberat sabutnya. Pelaksanaan imbibisi: Air yang digunakan untuk imbibisi adalah air kondensat murni, yang masih panas dicampur air dingin dengan suhu yang dihara[pkan adalah 80-90oC. Jumlah air imbibisis yang digunakan 45% berta tebu yang digiling. Pemberian air imbibisi diberikan pada semua gilingan. Banyaknya air imbibisi dapat dilihat dari flow meter (m3/jam) Syarat air imbibisi : Air bersih Bebas gula Suhu maksimal 90oC % pemberian imbibisi 40-45%.

Kelebihan imbibisi dengan air panas 60 oC yaitu: membunuh mikroba yang mati akibat panas sukrosa tertinggal mudah diambil Jumlah gula yang dapat diekstrak dari ampas tebu lebih banyak dibandingkan menggunakan air dingin sehingga kehilangan gula dalam ampas dapat ditekan. Dapat membantu meringankan beban heater 1 dalam pemanasan.

Kerugian: Dapat merusak nira sehingga akan merusak sukrosa yang tekandung dalam nira. Apabila suhu terlalu tinggi zat lilin pada batang tebu meleleh sehingga mengganggu pemurnian. Menyebabkan data gilingan kurang akuratkarena adanya penguapan. Suhu air imbibisi harus benar-benar diperhatikan maksimum 70oC, air yang digunakan harus bebas nira, karena tujuan dari imbibisi adalah membantu mengambil nira dari tebu, oleh karena itu air kondensat harus dianalisis. Apabila suhu air imbibisi tidak terpengaruhi dapat mengakibatkan slip pada gilingan, karenaadanya zat lilin yang merupakan komponen dasar dari batang tebu. 6. Fondan Fondan berupa kristal halus yang berfungsi sebagai bibitan atau bahan pembantu dalam proses masakan. Dengan adanya fondan terjadinya kristalsasi akan lebih cepat dan ukuran kristal akan seragam.

Beberapa hak dalam pemberian imbibisi

3.2. UTILITAS (SARANA PRODUKSI)Utilitas berfungsi untuk menunjang kelangsungan proses produksi, meliputi: 1. Air Kebutuhan air dipenuhi dari air tanah, air hujan dan air kondensat. Pada Pabrik Gula Trangkil, air yang digunakn untuk pengisi ketel, air imbibisi pada gilingan, air injeksi dan air pendingin mesin. Apabila air tanah digunakan sebagai air pengisi ketel maka air tanah ini harus diolah terlebih dahulu karena mengandung pengotor yaitu gas terlarut(CO2, O2 H2S) yang dapat menyebabkan korosi pada ketel, zat-zat tersuspensi, mikroorganisme dan bakteri. Adanya garam bikarbonat, gaam klorida, garam magnesium, garam natrium yang menimbulkan kesadahan yang dapat menurunkan transfer panas karena terbentuk kerak pada pipa dan plat. Air yang digunakan untuk pengisi ketel harus diolah terlebih dahulu. Air ini ditampung dalam bak penmapungan yang kemudian dialirkan ke tangki yang berisi resin (natrium zeolit) yang berfungsi sebagai ion exchanger (penukar panas). Natrium zeolit ini akan mengikat ion Ca dan Mg diharapkan berkurangnya kerak pada ketel yang ditimbulkan akibat air ini. Air yang sudah berkurang kandungan Ca dan Mg selanjutnya dimasukkan ke tangki deaerator untuk menghilangkan kandungan gas O . 2 Adanya gas O2 dapat menyebabkan korosi pada ketel. Air yang keluar dari deaerator telah siap digunakan sebagai air pengisi ketel. Air pada water treatment ini digunakan pada saat awal operasi pabrik. Sedangkan setelah beroperasi maka ia pengisi ketel didapatkan dari air kondensat yang berasal dari evaporator (stasun peguapan). Jika ternyata air kondensat tidak mencukupi kebutuhan jumlah air pengisi ketel maka dapat ditambahkan air yang berasal dari water treatment. Selain untuk umpan ketel, air juga digunakan dalam pabrkasi. Syarat air untuk keperluan pabrikasi tidak terlalu kompleks seperti air untuk umpan ketel. Air dilewatkan pada saringan kemudian dimasukkan ke dalam bak penampungan dan dipompa ke talang pencampur tawas. Air kemudian ditampung di bak pengendap dan akhirnya dipompa ke menara air. Untuk menghilangkan pasir halus maupun kasar maka dilakukan penyaringan. Setelah itu air ditampung dalam bak penampung dan siap digunakan untuk pabrikasi.

2.

Listrik Kebutuhan listrik Pabrik Gula Trangkil disuplai dari tiga sumber, yaitu generator PLTU, PLN

dan diesel. PLTU adalah sumber utama (sentral distribusi listrik) dalam memenuhi kebutuhan listrik pabrik dan perumahan karyawan. Pada masa giling kebutuhan listrik disuplai dari PLTU dan PLN sebagai cadangan. Sedangkan pada saat di luar masa giling kebutuhan listrik mengandalkan listrik dari PLN. Daya yang dihasilkan dari PLTU adalah sekitar 4,5 MW/hari. Dua transformator yang digunakan untuk memacu listrik PLN memiliki tegangan primer 20 KVA dan tegangan sekunder 400V dengan frekuensi 50 Hz. Kapasitas terpasang masing-masing trafo adalah 2000 KVA. Pembangkit yang digunakan pada Pabrik Gula Trangkil berjumlah dua buah yang masing masing digerakkan oleh turbin. Mekanisme yang terjadi pada unit pembangkit listrik mulai dari awal giling adalah listrik dari PLN digunkan untuk memutar blower. Blower digunakan sebagai tenaga untuk pembakaran ampas dalam ketel pipa air sehingga menghasilkan uap. Tekanan uap yang masuk

turbin adalah 18 kg/cm2 pada suhu 350oC sedangkan tekanan keluarannya 0,8 kgf/cm2 dengan suhu 110oC.Uap yang dihasilkan kemudian memutar turbin. Poros turbin dihubungkan ke gearbox untuk menurunkan putarannya menjadi rpm saat mengrakkan generator. Dari generator ini dihasilkan listrik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik di Pabrik Gula Trangkil. Listrik yang dihasilkan kemudian didistribusikan ke stasiun-stasiun antara lain stasiun listrik, penerangan, besali (bengkel tempat perbaikan), pompa, stasiun ketel, stasiun gilingan, staiun tngah (stasiun masakan dan penguapan), stasiun putaran, penyelesaian akhir dan perumahan dinas.

3.

Steam Pada stasiun ketel dihasilkan uap yang berasal dari proses pembakaran ampas dalam boiler.

Ampas yang digunakan merupakan hasil samping dari stasiun gilingan yang dibawa oleh konveyor ampas menuju dapur pembakaran bahan bakar melalui corong yang berjumlah lima. Ampas yang digunakan harus benar-benar kering agar mendapakan nilai kalor yang lebih besar. Nilai kalor ratarata ampas adalah 1400-1500 kKal/kg. Jika nilai kalor ampas kurang memenuhi maka ditambahkan residu sebagai bahan bakar yang sudah tersedia di pabrik yang disimpan dalam sebuah tangki penampung. Hasil pembakaran dari ampas tebu di dalam ruang bakar akan menyisakan abu. Abu ini akan dibuang dari ruang bakar setiap 8 jam sekali. Namun, hal ini tidak pasti dilakukan karena pembuangan abu juga mempertimbangkan kondisi ruang bakarnya. Jenis boiler (ketel) yang digunakan adalah boiler pipa air. Ketel ini berisi air pada bagian dalam pipa sedangkan di luar pipa dikelilingi api. Air yang digunakan adalah air kondensat yang berasal dari stasiun penguapan dan masakan. Air kondensat ini terlebih dahulu ditampung di dalam tangki 1000 (tangki yang berkapasitas 1000m3 = 106 liter). Kapasitas air yang dibutuhkan untik ketel adalah 180 ton/jam. Jika air kondensat tidak memenuhi maka ditambahkan air hujan yang telah dimurnikan terlebih dahulu. Di Pabrik Gula Trangkil digunakan dua jenis ketel, yaitu Takuma I dan Takuma II. Takuma I berkapasitas 60 ton/jam (60.000 m3/jam) sedangkan Takuma II berkapasitas 100 to/jam (100.000 m3/jam). Kedua ketel ini bertekanan tinggi dan masing-masing menggerakkan satu buah turbin generator. Pengontrolan ketel uap dilakukan boiler control panel. Tekanan maksimal dari boiler ini adalah 20 kgf/cm2 dan suhu maksimalnya adalah 350oC. Tekanan ini terus dikontrol setiap saat. Pada bagian atas boiler, terdapat katup (valve) sebagai pengendali tekanan. Apabila tekanan pada boiler telah melebihi tekanan maksimum (> 20 kgf/cm2), maka secara otomatis katup akan membuka untuk mengurangi tekanan sampai tekanan boiler kembali normal. Standar tinggi air dalam boiler adalah 60%. Apabila tinggi air di dalam boiler menurun sampai < 60%, maka air akan mengisi secara otomatis ke dalam pipa boiler sampai ketinggian air normal kembali. Jadi, bisa dikatakan bahwa sisitem kendali dari boiler ini dilakukan secara automatis. Pada stasiun ketel terdapat sistem reinjection yang berfungsi mendorong ampas tebu yang tidak terbakar untuk dikembalikan ke ruang bakar.

4.

Bahan Bakar

Bahan bakar yang digunakan Pabrik Gula Trangkil adalah ampas tebu (bagasse), residu dan solar. Ampas digunakan sebagai bahan bakar ketel uap. Residu digunakan sebagai bahan bakar ketel apabila ampas tebu habis atau kurang memenuhi syarat bahan bakar karena kondisinya yang masih terlalu basah. Selain itu, residu juga digunakan sebagai bahan bakar ketel pada saat awal masa giling dimana pada saat itu belum dihasilkan bagasse. Jadi residu dijadikan sebagai bahan bakar awal ketel sebelum menggunakan bagasse. Solar digunakan sebagai penggerak motor diesel untuk pembangkit generator diesel, lokomotif, traktor, pompa kebun, dan sebagainya.

3.3. PRODUK UTAMA DAN SAMPINGAN 3.3.1. Produk UtamaProduk utama Pabrik Gula Trangkil adalah gula kristal tebu. Gula adalah kristal berwarna putih, keras, mempunyai rasa manis. Sesuai analisis P3GI Pasuruan maka produk gula Trangkil termasuk produk SHS 1. Adapaun standar gula menurut P3GI Pasuruan disajikan pada tabel 3.

3.3.2. Produk Sampingana. Tetes Tetes merupakan hasil samping dari masakan gula D1 yang memiliki kandungan gula yang sangat rendah. Tetes dijual pada pabrik Monosodium Glutamat (MSG) dan pabrik spiritus di Surabaya sehingga memberi nilai tambah. Kandungan gula dalam tetes harus serendah mungkin. Semakin rendah kandungan gula dalam tetes dan keadaan tetes semakin kental maka produk gula yang dihasilkan semakin baik. b. Ampas Ampas tebu merupakan hasil samping dari stasiun gilingan. Ampas gilingan terakhir digunakan untuk bahan bakar ketel, sisanya dijual pada pabrik kertas dan sebagai media untuk pertumbuhan jamur. c. Blotong Blotong merupakan hasil samping yang didapat sebagai cake yang tertahan oleh filter pada Rotary Vakum Filter (RVF). Blotong sebagai bahan buangan dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada pembuatan batu bata, untuk menguruk tanah atau sebagai pupuk organik. d. Abu Abu merupakan sisa pembakaran ampas yang dihasilkan dari stasiun ketel. Abu ini akan ditampung dan dijual sebagai bahan pembuatan batu bata.

3.4.

PROSES PRODUKSI

Proses pengolahan tebu menjadi gula pasir melalui tahapan-tahapan di setiap stasiunnya. Berikut ini adalah bagian-bagian dalam pengolahan tebu mnjadi gula pasir di Pabrik gula Trangkil:

Gambar diagram alir gula 1. Stasiun Timbangan dan EmplasmenSebelum penimbangan tebu-tebu yang diangkut truk diarahkan ke emplasmen untuk mendapatkan nomor antrian. Emplasmen berfungsi untuk menampung sementara dan menertibkan antrian sebelum tebu masuk ke stasiun timbangan sehingga tidak terjadi penumpukan antrian di dalam pabrik. Pabrik Gula Trangkil memilki 2 emplasmen yaitu emplasmen Kajar dan emplasmen Depan Pabrik. Luas emplasmen Kajar 3,5 Ha. Emplasmen Kajar terletak di luar pabrik 1 km sebelah selatan Pabrik Gula Trangkil. Emplasmen ini mampu menapung 400 truk per hari. Pencatatan nomor kendaraan dan pemberian nomor antrian truk pengangkut tebu yang akan digilingdi pabrik dilakukan oleh petugas emplasemen Kajar. Untuk menertibkan antrian truk yang masuk, di emplasemen dibuat semacam jalur / ban berjumlah 32 ban, di mana setiap jalur ditempati 2 truk. Jika truk tebu di emplasmen Kajar suda penuh, maka tebu tersebut dibawa ke emplasmen depan pabrik yang mempunyai daya tampung 200 truk per hari. Luas emplasmen depan pabrik 0,64 Ha. Setelah ditampung di emlasmen, selanjutnya tebu-tebu tersebut dibawa menuju pabrik untuk dilakukan penimbangan. Tipe penimbangan yang dioperasikan di Pabrik Gula Trangkl yaitu tipe jembatan timbang. Truk bermuatan tebu dari emplasmen berhenti di atas jembatan penimbangan untuk diketahui berat brutonya. Berat bruto akan muncul pada layar komputer. Setelah muatan tebu dibongkar, truk kembali ditimbang lagi sehingga didapatkan berat tarra. Dengan mengurangi berat bruto dengan tarra akan diperoleh berat netto. Timbnagan yang digunakan Pabrik Gula Trangkil ada dua timbangan, yaitu timbangan timur yang digunakan untuk menimbang tebu dengan berat maksimal 50 ton dan timbangan barat yang berfungsi untuk menimbang non tebu (ampas, tetes, blotong dan sebagainya). Berat maksimal pada timbangan barat adalah 60 ton. Timbangan barat sepanjang 16 meter sedangkan timbangan timu sepanjang 9 meter. Dalam satu truk kira-kira beratnya adalah 6 ton (dengan tebu), untuk sehari semalam 100 truk datang ke Pabrik Gula Trangkil. Pengawasan dan persediaan bahan baku ditangani oleh bagian tanaman seksi tebang angkut. Untuk menjaga kualitas tebu maka pihak pabrik meningkatkan kebersihan tebangan dengan memberikan penyuluhan kepada para penebang. Pencatatan kualitas tebangan dilakukan oleh petugas di dalam kantor pengawasan yang berada tepat di samping meja tebu, tapi pemberian stempel SPTA dilakukan oleh mandor yang berada di pos penimbangan ketika dilakukan penimbangan netto. Pencatatan kualitas dilakukan dengan mencatat jenis kotoran yang ada pada tebu ketika dilakukan pembongkaran pada meja tebu. Upah tebang yang diberikan kepada penebang disesuaikan dengan yang tertulis di stempel SPTA. Untuk mengontrol mutu tebangan tebu, pihak pabrik

menetapkan bahwa tebu yang diterima pabrik hanya jika memenuhi syarat MBS. Tebu yang memenuhi persyaratan ini adalah tebu yang manis (masak/tua), bersih dari kotoran (slamper, pucukan, akar, tanah), dan segar (jangka waktu tebu tertebang sampai masuk gilingan