Top Banner
LAPORAN PENUGASAN KONSEP DAN MODEL KEPERAWATAN JIWA Kelompok 4 13758 Monica Putri Safarah 13766 Fitriana Nuraini 13806 Dhita Danny Megawati 13811 Darmiyanti 13812 Maulana Al Afgani 13815 Militia Kristi 14029 Rina Yuni Triwigati 14032 Ayu Mukhibatul Fadhilah 14033 Sofyan Adetya Perkasa 14035 Kusnul Hasanah 14039 Andreas Adriyanto Pangemanan 14042 Pratiwi Wulan Dhari R. 13957 Windi Angga L 13960 Muslikhah Fajarwati 13963 Wildanul aly 13964 Abdilah Hanif A 13971 Adhin Al kasanah 13973 Nur Aini Febriana
46

Laporan Penugasan Konsep Dan Model

Dec 01, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

LAPORAN PENUGASAN KONSEP DAN MODEL

KEPERAWATAN JIWA

Kelompok 413758 Monica Putri Safarah13766 Fitriana Nuraini13806 Dhita Danny Megawati13811 Darmiyanti13812 Maulana Al Afgani13815 Militia Kristi14029 Rina Yuni Triwigati14032 Ayu Mukhibatul Fadhilah14033 Sofyan Adetya Perkasa14035 Kusnul Hasanah14039 Andreas Adriyanto Pangemanan14042 Pratiwi Wulan Dhari R.13957 Windi Angga L13960 Muslikhah Fajarwati13963 Wildanul aly13964 Abdilah Hanif A13971 Adhin Al kasanah13973 Nur Aini Febriana

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS GADJAH MADA

2012

Page 2: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan bantuan-Nya

kami dapat menyelesaikan Laporan Penugasan Konsep dan Model Keperawatan Jiwa ini.

Terselesaikannya penyusunan laporan ini tidak lepas dari dukungan dan peran serta berbagai

pihak, antara lain :

1. Bapak Khudazi Aulawi, S.Kep., M.Kes. selaku dosen pengampu blok 3.3

2. Bapak Mariyono SW, S.Kep, M.Si selaku dosen pembimbing dalam penugasan

konsep dan model keperawatan jiwa ini.

3. Teman-teman Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2010 yang telah

membantu dan memberikan saran.

serta semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini, khususnya

kepada dosen kami yang telah membimbing kami dalam menyusun laporan ini. Harapan kami

semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan kami

juga pembacanya.

Kami menyadari bahwa laporan ini belum sempurna baik dari segi isi ataupun

penyajiannya. Untuk itu, penyusun berharap saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan

laporan ini dari pembaca yang budiman .

Yogyakarta, 11 Desember 2012

Penyusun

Page 3: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

BAB I

LANDASAN TEORI

A. PENDAHULUAN

Keperawatan jiwa adalah salah satu ilmu yang membahas bagaimana cara memberikan

keperawatan pada orang sehat, masalah psikososial maupun orang yang telah mengalami

gangguan jiwa.

Terdapat beberapa model keperawatan jiwa yang dapat diterapkan untuk menangani

masalah yang dihadapi klien sesuai kondisi klien tersebut. Salah satu model keperawatan

jiwa yaitu model keperawatan jiwa eksistensial. Model keperawatan jiwa ini berfokus pada

pengalaman individu pada saat ini. Model ini merupakan perilaku atau gangguan jiwa yang

terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.

Pada saat ini banyak sekali masalah-masalah model eksistensial terjadi dalam hidup

ini. Disinlah peran perawat dalam mengatasi permasalahan pada individu yang mengalami

gangguan prilaku atau gangguan jiwa yang terjadi pada individu tersebut.

Martin Heidegger (1889/1976) merupakan bapak pemikiran eksistensial sekarang ini.

Namun, tokoh psikologi eksistensial yang terkenal adalah Ludwig Binswanger (1881) dan

Medard Boss (1903). Mereka tetap tinggal dekat dengan sumber pemikiran eksistensial

Eropa dan mereka sudah lama mengenal eksistensialisme. Usaha mereka menerjemahkan

ontology Heidigger tentang keberadaan (beingness) abstrak kedalam studi tentang individu-

individu mereka lakukan dengan seksama, kerapkali bekerjasama dengan heidiger sendiri.

Sebagai psikeater yang menjalankan praktik, mereka mengumpulkan banyak bahan empiris

dan analisi tentang pasien-pasien. Akhirnya keduanya menulis dengan jelas dan gambling

tentang hal-hal yang sulit dimengerti dan banyak tulisan mereka tersedia dalam terjemah

bahasa inggris.

Ludwig Binswager lahir pada tanggal 13 april 1881, di Kreuzlingen, Swiss di tengah

keluarga yang memiliki tradisi kedokteran dan psikiatrik kuat. Kakeknya, yang namanya

kecilnya juga Ludwig adalah pendiri Belleuve Sanatorium di Kruezlingen pada tahun 1857.

ayahnya Robert adalah direktur Sanatorium tersebut. Pada tahun 1911, Binswanger diangkat

menjadi direktur medis Belleuve sanatorium.

Page 4: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

Ludwig meraih gelar sarjana kedokteran dari University of Zurich tahun1907. Dia

belajar dibawah bimbingan Carl Jung dan menjadi asistennya dalam Freudian society.

Seperti halnya Jung, dia juga lebih terpengaruh Eugen Bleuleur, seorang psikiatri Swiss

terkemuka. Dia adalah salah seorang pengikut pertama Freud di Swiss. Pada awal 1920-an,

Binswanger menjadi salah pelopor pertama dalam menerapkan fenomenologi dalam

psikiatri. Sepuluh tahun kemudian dia menjadi seorang analisis eksistensial. Binswanger

mendefinisikan analisis eksistensial sebagai analisis fenomenologis tentang eksistensi

manusia yang actual. Tujuannya adalah rekonstruksi dunia pengalaman batin.

Binswanger adalah terapis pertama yang menekankan sifat dasar eksistensial dari tipe

krisis yang dialami pasien dalam pengalaman terapi. Binswanger pada dasarnya berjuang

untuk menemukan arti dalam penyakit gila dengan menerjemahkan pengalaman para pasien

kedalam teori psikoanalisis. Setelah membaca pendekatan filsafat Heidegger “Being in

time” (1962), Binswanger menjadi lebih eksistensial dan fenomenologis dalam

pendekatannya kepada para pasien. Pada tahun 1956, Binswanger berhenti menjadi direktur

Sanatorium setelah menduduki posisi tersebut selama 45 tahun. Dia terus melakukan studi

dan menulis sampai meninggal pada tahun 1966.

Sedangkan Medard Boss lahir di St. Gallen, Swiss pada tanggal 4 oktober 1903.

Ketika ia berusia 2 tahun, orang tuanya berpindah ke Zurich, tempat boss kemudian menetap

selama hidupnya. Setelah tidak berhasil menjadi seorang seniman, Boss memutuskan untuk

belajar kedokteran. Ia mendapat gelar kedokteran dari Universitas Zurich pada tahun 1928.

Sebelum mendapat gelar tersebut, ia belajar di Paris dan Wina dan dianalisi oleh Sigmund

Page 5: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

Freud. Dari tahun 1928-1932, Boss menjadi asisten Eugen Bleur, direktur yang terkenal

pada rumah sakit psikiatris Burgholzli di Zurich. Sesudah itu selam dua tahun Boss

mengikuti pendidikan lanjutan psikoanalitik lanjutan di London dan Jerman pada para

psikoanalisi terkemuka, seperti Ernest Jones, Karen Horney, otto Fenichel, Hanns Sachs, dan

Wilhelm Reich. Ketika di Jerman , ia juga bekerja dengan Kurt Goldstein. Sesudah

persiapan yang istimewa ini , boss mulai melakukan praktik privat sebagai psikoanalisis

pada usia 32 tahun. Kira-kira pada waktu itu, ia dan beberapa ahli psikoterapi lainya mulai

mengadakan serentetan pertemuan bulanan di rumah Carl Jung.

Tahun 1946 merupakan titik balik dalam kehidupan intelektual Boss. Pada waktu itu,

ia mulai kenal secara pribadi dengan Heidigger, sebagai hasil dari hubungan mereka, boss

menciptakan suatu bentuk psikologi dan psikoterapi yang disebut Desseinsanalysis. Desein

adalah suatu kata jerman yang telah diterjemhkan dalam bahasa inggris dengan ungkapan

yang diberi garis penghubung “ada-di-dunia”.

Pandangan Boss juga sangat dipengaruhi oleh hasil perkenalanya dengan filsafat India

dalam perjalananya pada tahun 1956 dan 1958. Ia menuliskan pengalaman-pengalamanya

itu dalam buku A psychriatrist discover in India (1965)

Selama beberapa tahun, Boss menjadi ketua Internasional Federator for Medical

Psychoteraphy dan kemudian menjadi ketua kehormatanya. Dari tahun 1954 sampai

pengunduran dirinya pada tahun 1973, ia menjadi professor psikoterapi di Universitas

Zurich.

Page 6: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

B. CARA PANDANG MODEL EKSISTENSIAL TERHADAP DEVIASI PERILAKU

Teori ini berfokus pada pengalaman individu pada saat ini dan disini. Pandangan

model eksistensi terhadap penyimpangan perilaku, penyimpangan perilaku terjadi jika

individu putus hubungan dengan dirinya dan lingkungan. Keasingan akan dirinya dan

lingkungan dapat terjadi karena hambatan atau larangan pada diri individu. Individu merasa

putus asa, sedih, sepi, kurang kesadaran akan dirinya dan penerimaan diri yang mencegah

partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain. Klien sudah kehilangan atau

tidak mungkin menemukan nilai-nilai yang memberi arti pada eksistensinya.

Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila

individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki

kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-

image-nya .Seringkali individu merasa asing dan bingung dengan dirinya sendiri, sehingga

pencarian makna kehidupannya (eksistensinya) menjadi kabur.

Individu tidak bisa menjawab pertanyaan

- siapakah saya ini sebenarnya?

- Apa tujuan saya lahir ke dunia ini?

- Apa kelebihan dan kekurangan saya?

- Bagaimana seharusnya saya bersikap agar orang lain menyukai saya?

- Apa pegangan hidup saya?

- Norma mana yang saya anut?

C. PROSES TERAPEUTIK MENURUT MODEL EKSISTENSIAL

Para ahli teori eksistensial yakin bahwa penyimpanagn perilaku terjadi ketika individu

berada diluar pengaruh dirinya sendiri atau lingkungan. Individu yang terasing dari dirinya

sendiri merasa sepi, sedih tak berdaya. Kurangnya kesadaran diri disertai kritik tajam

terhadap diri sendiri membuat individu tidak berpartisipasi dlam hubungan yang

memuaskan. Individu tidak bebas memilih semua alternative yang mungkin karena batasan

yang ditetapkan pada diri sendiri .

Semua terapi eksistensial memiliki tujuan mengembalikan individu kepada pemikiran

autentik dirinya. Tanggungjawab personal terhadap diri, perasaan perilaku, dan pilihan

Page 7: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

ditekankan. Individu didorong untuk hidup sepenuhnya pada masa kini dan masa depan.

Carl Roger kadang kala termasuk dlam terapi eksistensial.

a. Terapi kognitif

Banyak ahli eksistensial menggunakan terapi kognitif, yang berfokus pada pemrosesan

pikiran dengan segera, yakni bagaimana individu mempersepsikan atau menginterpretasikan

pengalamanya dengan menentukan cara ia merasa dan bereperilaku. ,isalnya individu

menginterpretasikan suatu situasi sebagai bahaya, ia merasa cemas dan mencoba melarikan

diri. Emosi dasar seperti sedih, gembira, ansietas, dan marah merupakan reaksi terhadap

persepsi kehil;angan, keuntungan, bahaya dan kesalahan orang lain (Beck & Rush, 1995)

b. Terapi Emotif Rasional

Albert Ellis, perintis terapi emotif rasional mengidentifikasi 11 “keyakinan tidak rasional

“ yang digunakan individu untuk membuat diri mereka tidak bahagia. Contoh keyakinan

yang tidak rasional adalah “jika saya mencintai seseorang, maka ia juga harus mencintai

saya.” Ellis menyatakan bahwa terus menerus meyakini pernyataan yang secara jelas benar

membuat individu sama sekali tidak bahagia, tetapi ia menyalahkan individu yang tidak

mebalas cintanya. Ellis juga yakin bahwa individu memiliki “pikiran otomatis” yang

menyebabkan mereka tidak bahagia pada situasi tertentu. Ia menggunakan trik ABC untuk

membantu individu mengidentifikasi pikiran otomatis ini: A merupakan stimulus atau

peristiwa yang mengaktifkan, C merupakan respon tidak tepat berlebihan dan B merupakan

ruang kososng dlam pikiran individu yang ia harus isi dengn mengidentifikasi pikiran

otomatis.

Pada terapi emotif rasional, klien didorong untuk menerima dirinya, bagaimana adanya

bukan karena apa yang akan dilakukan. Konsep dasar RET yang dikembangkan oleh Albert

Ellis adalah sebagai berikut:

1. Pemikiran manusia adalah penyebab dasar dari gangguan emosional. Reaksi

emosional yang sehat maupun yang tidak, bersumber dari pemikiran itu.

2. Manusia mempunyai potensi pemikiran rasional dan irrasional. Dengan pemikiran

rasional dan inteleknya manusia dapat terbebas dari gangguan emosional.

Page 8: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

3. Pemikiran irrasional bersumber pada disposisi biologis lewat pengalaman masa

kecil dan pengaruh budaya.

4. Pemikiran dan emosi tidak dapat dipisahkan.

5. Berpikir logis dan tidak logis dilakukan dengan symbol-simbol bahasa.

6. Pada diri manusia sering terjadi self-verbalization. Yaitu mengatakan sesuatu

terus-menerus kepada dirinya.

7. Pemikiran tak logis-irrasional dapat dikembalikan pada pemikiran logis dengan

reorganisasi persepsi. Pemikiran tak logis itu merusak dan merendahkan diri

melalui emosionalnya. Ide-ide irasional bahkan dapat menimbulkan neurosis dan

psikosis. Sebuah contoh ide irasional adalah “seorang yang hidup dalam

masyarakat harus mempersiapkan diri secara kompeten dan adekuat, agar ia dapat

mencapai kehidupan yang layak dan berguna bagi masyarakat”. Pemikiran lain

adalah “sifat jahat, kejam, dan lain-lain harus dipersalahkan dan dihukum”

RET bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi, cara berpikir

keyakinan serta pandangan klien yang irasional menjadi rasional, sehingga ia dapat

mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang optimal. Menghilangkan gangguan

emosional yang dapat merusak diri seperti: benci, takut, rasa bersalah, was-was, marah

sebagai akibat berpikir yang irasional, dan melatih serta mendidik klien agar dapat

menghadapi kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan kepercayaan diri, nilai-

nilai dan kemampuan diri.

Proses terapi, terapis berusaha menunjukkan klien kesulitan yang dihadapi sangat

berhubungan dengan keyakinan irrasional dan menunjukkan bagaimana klien harus bersikap

rasional dan mampu memisahkan keyakinan irasional dengan rasional, setelah klien

menyadari gangguan emosi yang bersumber dari pemikiran irasional, maka terapis

menunjukkan pemikiran klien yang irasional, serta klien berusaha mengubah kepada

keyakinan menjadi rasional, terapis berusaha agar klien menghindarkan diri dari ide-ide

irrasionalnya, dan konselor berusaha menghubungkan antara ide tersebut dengan proses

penyalahan dan perusakkan diri, proses terakhir terapis adalah terapis berusaha menantang

klien untuk mengembangkan filosofis kehidupannya yang rasional, dan menolak kehidupan

yang irrasional dan fiktif.

Page 9: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

Victor Frank dan Logo Terapi

Viktor Frank mendasarkan keyakinan pada observasi tentang individu di Kamp

konsentrasi di Jerman pada perang dunia II. Keingintahuanya tentang beberapa individu

bertahan hidup sedangkan yang lain tidak, mengarahkanya pada kesimpulan bahwa individu

yang bertahan mampu menemukan makna hidup, bahkan dalam kondisi sangat buruk. Oleh

karena itu pencarian makana (logos) merupakan tema utama logo terapi.

Terapi logo merupakan terapi orientasi masa depan (future orientated therapy). Individu

meneliti arti dari kehidupan, karena tanpa arti berarti tidak eksis. Tujuannya adalah agar

individu sadar akan tanggung jawabnya atau klien akan dapat menemukan makna dari

penderitaan dan kehidupan serta cinta. Dengan penemuan itu klien akan dapat membantu

dirinya sehingga bebas dari masalah tersebut. Terapi logo masih menginduk kepada aliran

psikoanalisis, akan tetapi menganut paham eksistensialisme. Mengenai teknik terapinya

digunakan semua teknik yang kiranya sesuai dengan kasus yang dihadapi. Tampaknya

kemampuan menggali hal-hal yang bermakna dari klien, amat penting.

Diagnosis yang tepat merupakan langkah pertama dalam terapi dan merupakan sesuatu

yang penting. Seluruh gangguan fisik pasien merupakan factor-faktor fisik, psikologis, dan

spiritual. Tidak ada neurosis somatogenik, psikogenik, atau noogenik saja. Tujuan diagnosis

adalah menentukan sifat dari setiap factor dan mengidentifikasi factor manakah yag

dominan. Apabila factor fisik yang dominan, maka kondisi itu disebut psikosis, dan apabila

faktir psikologis yang dominan maka kondisi tersebut adalah neurosis. Sebaliknya, apabila

factor spiritual yang dominan maka kondisi tersebut adalah neurosis noogenik.

Dalam menangani reaksi-reaksi neurosis psikogenik, logo terapi diarahkan bukan pada

simtom-simtom dan bukan juga pada penyebab psikis, melainkan sikap pasien terhadap

simtom-simtom tersebut. Dalam mengubah sikap pasien terhadap simtom-simtom itu,logo

terapi benar-benar merupakan suatu terapi yang personalistik

Page 10: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

Logo terapi adalah suatu terapi khusus bagi frustasi eksistensial (kehampaan eksistensial)

atau frustasi terhadap keinginan akan makna. Kondisi-kondisi ini jika menghasilkan simtom-

simtom neurotic, maka disebut neurosis noogenik.

Menemukan hubungan antara penyebab dan simtom. Neurosis kecemasan dan keadaan

fobia ditandai oleh kecemasan antisipatori yang menimbulkan kondisi yan ditakuti pasien.

Terjadinya kondisi tersebut kemudian memperkuat terjadinya kecemasan antisipatori yang

mengakibatkan lingkaran setan sehingga pasien menghindar atau menarik diri dari situasi-

situasi tersebut, dimana dia merasakan bahwa kecemasan nya akan terjadi. Dalam kasus-

kasus yang menyangkut kecemasan antisipatori, teknik logo terapi intensi paradoksial

(paradoxial intention) sangat berguna.

Teknik logo terapi

Frankl dengan logo terapinya tidak hanya menyumbang teori,tetapi juga teknik-teknik

terapi . teknik logo terapi yang terkenal adalah intense paradoksial, derefleksi, dan

bimbingan rohani.

1. Intense paradoksial

Teknik dimana pasien di ajak untuk melakukan sesuatu yang paradoks dengan sikap

pasien terhadap situasi yang di alami,yakni teknik mendekati dan mengejek sesuatu (gejala)

dan bukan menghindari atau melawannya. Teknik ini pada dasarnya bertujuan lebih dari

pada perubahan pola-pola tingkah laku.

Intense paradoksial ini mirip dengan teknik terapi yang di kembangakan oleh don

Jackson, jay aley, Milton Erickson, dan paul Watzlawick dengan nama symtomp

prescription, maupun dengan salah satu teknik di dalam terapi Gestalt yang di kembangkan

oleh F pels. Semua terapi ini diarahkan pada penghapusan gejala mealui cara yang

paradoks, yakni meminta kepada pasien agar ia dengan sengajamenampilkan gejalayang

dialaminya , tetapi dengan melebih-lebihkan dan mengejek atau berhumor atas gejalanya itu.

Menurut teori model eksistensial gangguan perilaku atau gangguan jiwa terjadi bila

individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki

kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami gangguan dalam Bodi-

image-nya

Page 11: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan individu agar berpengalaman

bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup orang lain yang dianggap sukses atau

dapat dianggap sebagai panutan(experience in relationship), memperluas kesadaran diri

dengan cara introspeksi (self assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan

(conducted in group), mendorong untuk menerima jati dirinya sendiri dan menerima kritik

atau feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and control

behavior).

Psikoterapi memperkuat proses pembelajaran seseorang untuk sepenuhnya menjadi

dirinya sendiri. Rogers yakin bahwa penyakit jiwa terjadi akibat kegagalan mengembangkan

diri sendiri sepenuhnya sebagai manusia. Ahli terapi harus tulus dan tanpa ada yang ditutup-

tutupi ketika berhubungan dengan klien. Ahli terapis harus bersikap aktif dan

mengekspresikan perasaan serta emosinya sendiri secara langsung dan jujur. Perilaku klien

berubah kea rah fungsi diri yang positif bila ahli terapinya mau menerima, menghargai dan

secara tulus berempati terhadap klien.

Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk berperan serta dalam

memperoleh pengalaman yang berarti untuk mempelajari dirinya dan mendapatkan feed

back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas kelompok. Terapist berupaya untuk

memperluas kesadaran diri klien melalui feed back, kritik, saran atau reward & punishment.

c. Terapi Gestalt

Terapi gestalt dirintis oleh Frederick “Fritz” Perls, menekankan identifikasi peraaan dan

oikiran individu saat ini. Perls yakin bahwa kesadaran diri menyebabkan penerimaan diri

dan tanggungjawab terhadap pemikiran dan perasaan individu sendiri.

Asusmsi dasar terapi gestalt adalah bahaw individu-individu mampu menangani masalah-

masalah hidupnya secara efktif. Tugas utama seorang terapis adalah membantu klien agar

mengalami sepenuhnya keberadaannya disini dan sekarang dengan menyadarkan atas

tindakannya mencegah diri sendiri merasadakan dan mengalami saat sekarang.

Konsep-konsep utama

a. Pandangan tentang sifat utama

Page 12: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

Konsep-konsep seperti perluasan kesadaran, penerimaan tanggung jawab pribadi,

kesatuan pribadi, dan mengalami cara-cara yang menghambat kesadaran.

Pandangan gestalt adalah bahwa individu memiliki kesanggupan memikiul

tanguung jawab priabdi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu.

b. Saat Sekarang

Sumbangan utama dari terpai gestalt adalah penekanannya pada disini dan

sekarang serta pada belajar mengahargai dan mengalami sepenuhnya saat sekarang.

Polster dan polster (1973) mengembangkan tesis bahwa “ kekuatan ada apada saat

sekarang “. Perls (1969a) menerangkan kecemasan sebaga “ senjang antara saat

sekarang dan saat kemudian “.

Setting kelompok, terapis bisa meminta klien melaporkan bahwa dirinya begitu

sadar atas kesukaannya menyenangkan dan memenuhi pengaharapan orang lain, agar

bertindak menyenangkan sesame anggota kelompoknya pada saat itu juga.

c. Urusan yang tak selesai

Dalam terapi Gestalt terdapat konsep tentangurusan yang tak selesai, yakini

mencakup perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, kemarahan,

kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan, dan

sebagainya. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan

dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapakan di

dalam kesadaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal bpada latar belakang dan

dibawa kepada kehidupan sekarang dengan cara-cara yang menghambat hubungan

yang efektif dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain. Urusan yang tak selesai

itu akan bertahan sampai ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak

terungkapakan itu.

Ketika berbicara tentang pengaruh-pengaruh urusan yang tak selesai, Polster dan

Polster (1973) mengatakan, “Arah-arah yang tak selesai itu mencari penyelesaian

dan, apabila arah-arah tersebut memperoleh cukup kekuatan, maka individu

Page 13: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

disulitkan oleh pikiran yang tak berkesudahan, tingkah laku kompulsif, kehati-hatian,

energy yang menekan, dan banyak perilaku mengalahkan diri”.

Bagaimana urusan yang tak selesai menghambat kreativitas dan spontanitas

individu, diuraikan oleh Polster dan Polster sebagai berikut. “Bilamana urusan yang

tak selesai membentuk pusat keberadaan seseorang, maka semangat pemikiran orang

itu menjadi terhambat. Idealnya, orang yang tak terhambat memiliki kebebasan untuk

terlibat secara spontan dengan apa saja yang diminatinya sampai minatnya itu

terpuaskan dan sesuatu yang lain mengundang perhatiannya. Itu adalah suatu proses

yang alamiah, dan oaring yang hidup menurut irama ini merasa dirinya luwes,

terbuka, dan efektif’.

Menurut Polster dan Polster terdapat dua kutub penghalang yang menghambat

proses :

1. Obsesi atau kompulsi yang mengarah pada suatu kebutuhan yang kaku untuk

menyelesaikan urusan yang tak selesai.

2. Pengalaman belalang yang fokusnya begitu cepat berlalu sehingga penyelesaian

menjadi terhambat.

Proses terapeutik

a. Tujuan-tujuan Terapi

Terapi Gestalt memiliki beberapa sasaran penting yang berbeda. Sasaran dasarnya

adalah menantang klien agar berpindah dari “didukung oleh lingkungan” kepada

“didukung oleh diri sendiri”. Menurut Perls (1969), sasaran terapi adalah menjadikan

pasien tidak bergabtung pada orang lain, menjadikan pasien menemukan sejak awal

bahwa dia bisa melakukan banyak hal, lebih banyak dari pada yang dikiranya”.

Dan tujuan terapi selanjutnya adalah membantu klien agar menemukan pusat dirinya.

Perls (1969)mengatakan “jika anda berpusat pada diri anda sendiri, maka anda tidak

harus disesuaikan lagi – maka, apa pun yang lewat dan diasimilasi oleh anda, anda bisa

memahaminya dan anda berhubungan dengan apa pun yang terjadi.

Page 14: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

b. Fungsi dan Peran Terapis

Terapi Gestalt difokuskan pada perasaan-perasaan klien, kesadaran atas saat

sekarang, pesan-pesan tubuh, dan penghambat-penghambat kesadaran. Menurut Perls,

terapi Gestalt berhubungan dengan hal yang jelas, dan orang yang neurotik tidak mampu

melihat hal yang jelas. Jadi, tugas terapis adalah menantang klien. Melalui cara ini klien

belajar menggunakan kesadarannya secara penuh. Terapi Gestalt menggunakan mata dan

telinga terapis untuk menyangga saat sekarang. Terapis menghindari intelektualisasi

abstrak, diagnosis, penafsiran, dan ucapan yang berlebihan. Mengenai kebersahajaan

terapi Gestalt, Polster dan Polster (1973) sependapat dengan Perls. Mereka menyatakan

bahwa penafsiran-penafsiran dan diagnosis-diagnosis yang cerdik tidak diperlukan, tetapi

yang terpenting adalah menciptakan iklim di mana klien membangkitkan proses-proses

perkembangannya sendiri serta menjadi lebih terfokus pada pengubahan kesadrannya dari

waktu ke waktu. Salah satu kelemahan terapi Gestalt, bahwa terapis dapat tergelincir ke

dalam peran teknis dan impersonal, dan dengan demikian terapis menyembunyikannya

serta menjadi pengatur latihan-latihan dan permainan-permainan yang tidak

berkesudahan. Jika terapis tidak menggunakan kepribadiannya sebagai instrumen bagi

perubahan terapeutik, maka terapis akan menjadi sekadar responden, katalisator, dan

teknisi yang memainkan permainan terapeutik dengan klien. Penggunaan teknik-teknik

Gestalt dengan cara yang mekanis adalah cara lain yang mendorong klien untuk

meneruskan kehidupannya yang tidak otentik.

Gagasan-gagasan pokok Perls tentang peran terapis. Pertama-tama Perls

menyatakan bahwa sasaran terapis adalah kematangan klien dan pembongkaran

“hambatan-hambatan yang mengurangi kemampuan klien berdiri di atas kaki sendiri”.

Tugas terapis adalah membantu klien dalam melaksanakan peralihan dari dukungan

ekternal kepada dukungan internal dengan menentukan letak jalan buntuk. Jalan buntu

yang dimaksud memiliki pengertian diantaranya, merupakan titik tempat individu

menghindari mengalami perasaan-perasaan yang mengancam karena klien merasa tidak

nyaman, atau penolakan terhadap langkah menghadapi diri sendiri terhadap perubahan.

Menurut Perls, orang-orang “merasa terpaku”, karena mereka menyimpan pengharapan-

pengharapan katastrofik. Klien membayangkan bahwa sesuatu yang mengrikan akan

timbul. Fantasi-fantasi katastrofik menghambat merekea menjalani hidup secara penuh,

Page 15: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

dan akibat dari ketakutan-ketakutan yang tidak masuk akal, maka mereka akan menolak

mengambil risiko yang diperlukan untuk menjadi lebih matang.

Pada jalan buntu, klien berusaha mengelak dari lingkungannya dengan

memainkan peran-peran palsu sebagai orang yang lemah, tidak berdaya, bodoh, dan tolol.

Tugas terapis adalah membantu klien untuk menembus jalan buntu, sehingga

pertumbuhan dapat terjadi. Hal tersebut merupakan suatu tugas yang sulit, karena pada

titik jalan buntu, klien percaya bahwa dirinya tidak memiliki kesempatan

mempertahankan kelangsungan hidup dan tidak ingin menemukan cara-cara untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Terapis membantu kliennya, supaya menyadari

dan menembus jalan buntu dengan menghadirkan situasi-situasi yang mendorong

kliennya tersebut untuk mengalami keterpakuannya secara penuh. Saat mengalami

keterpakuan, klien mampu berhubungan dengan frustrasi-frustrasinya. Perls yakin bahwa

frustrasi-frustrasi itu prnting bagi pertumbuhan, karena tanpa frustrasi maka manusia

tidak merasa perlu menggali sumber-sumber dirinya dan menyadari bahwa klien dapat

memanipulasi dirinya sendiri sebaik manipulasi yang dilakukannya terhadap orang lain.

Apabila tidak hati-hati, maka terapis pun akan tersedot ke dalam manipulasi-manipulasi

klien.

Perls mengemukakan bahwa cara untuk menghindari manipulasi yang mungkin

dilakukan klien yaitu dengan membiarkan klien untuk menemukan sendiri potensi-

potensinya sendiri yang hilang. Klien menggunakan terapis sebagai “layar proyeksi” dan

memandang terapis sebagai pemberi segala sesuatu yang hilang dari dirinya. Selain itu

Perls pun menyatakan bahwa semua orang memiliki “lubang” dalam kepribadiannya.

Lubang itu boleh jadi mencakup penyerahan mata dan telinganya sendiri, serta lebih suka

meminta orang lain supaya melihat dan mendengar untuk dirinya, daripada melihat dan

mendengar sendiri. Menurut Perls, lubang-lubang tersebut kentara. Tugas terapis

kemudian adalah menyajikan situasi yang menunjang pertumbuhan dengan jalan

mengonfrontasikan klien pada titik tempat dirinya menghadapi suatu keputusan, apakah

akan atau tidak akan mengembangkan potensi-potensinya. Frustrasi menghasilkan

penemuan bahwa jalan buntu tidak ada dalam kenyataan, tetapi hanya ada dalam fantasi.

Klien meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia tidak memiliki sunber-sumber yang patut

digali, dan akibat ketakutan yang ditimbulkan oleh “pengharapan-pengharapan

Page 16: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

katastrofik”, dia mencegah dirinya sendiri untuk menggunakan sumber-sumber diri.

Apabila klien dapat menghadapi dan menembus ketakutannya, maka kecemasan neurotik

yang dialami klien akan berubah menjadi kegembiraan yang positif.

Salah satu yang penting dari terapis Gestalt adalah memberikan perhatian pada

bahasa tubuh kliennya. Isyarat-isyarat nonverbal dari klien menghasilkan informasi yang

kaya bagi terapis, karena isyarat itu sering “mengkhianati”perasaan-perasaan klien, yang

klien sendiri tidak menyadarinya. Perls mengatakan bahwa postur, gerakan-gerakan,

mimik muka, keraguan, dan sebagainya, dapat menceritakan kisah ynag sesungguhnya.

Perls juha mengingatkan, bahwa komunikasi verbal sering mengandung kebohongan,

serta bila terapis terpusat pada isi, maka dirinya akan kehilangan esensi pribadi klien.

Oleh sebab itu, terapis harus waspada terhadap celah-celah dalam perhatian dan

kesadaran, serta harus mengawasi ketidakselarasan antara apa yang diucapkan dan apa

yang dilakukan oleh klien dengan tubuhnya. Saat klien memperlihatkan betapa dirinya

menghindari hubungan yang sungguh-sungguh dengan kenyataan sekarang, maka terapis

dapat mengarahkan klien untuk berbicara mewakili dan menjadi gerakan tangan atau

bagian-bagian tubuh lainnya.

Pada saat klien tertawa saat diberikan suatu pertanyaan oleh terapis, maka terapis

dapat meminta klien untuk mengakui bahwa tertawanya tersebut menutupi kesakitannya,

atau meminta klien untuk menyadari bahwa tertawa digunakan sebagao topeng untuk

menyembunyikan perasaan-perasaan marah dan sakit. Perhatian terhadap pesan-pesan

yang disampaikan oleh klien secara nonverbal akan sangat membantu, dan terapis perlu

berfokus pada isyarat-isyarat nonverbal

c. Pengalaman Klien dalam Terapi

Perls mengungkapkan sikap skeptisnya tentang orang-orang yang mendatangi terapis

dan menunjukkan bahwa tidak begitu banyak orang yang sungguh-sungguh bersedia

berkerja keras untuk mencapai perubahan. Salah satu tanggung jawab klien yang paling

pertama yaitu menetapkan apa yang diinginkan mereka dari terapis, jika klien

menyatakan bahwa mereka bingung dan tidak tahu, atau jika klien mengharapkan

terpialah yang akan menetapkan tujuan-tujuan, maka inilah tempat terapis untuk mulai

bekerja. Terapis bersama dengan klien dapat mengeksplorasi penghindaran klien dari

tanggung jawab ini.

Page 17: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

Orientasi umum dari terapi Gestalt adalah pemikulan tanggung jawab yang lebih

besar oleh klien bagi mereka sendiri, seperti pikiran-pikiran, perasaan-perasaan, dan

tingkah laku mereka. Terapis mengonfrontasikan kliennya dengan cra-cara mereka saat

menghindari tanggung jawab mereka, serta meminta mereka supaya membuat keputusan-

keputusan tentang kelanjutan terapi, tentang apa yang ingin mereka pelajari dari terapi,

dan tentang bagaimana mereka ingin menggunakan waktu terapinya. Para klien dalam

terapi Gestalt adalah partisipan-partisipan sktif yang membuat penafsiran-penafsiran dan

makna-maknanya sendiri, serta mencapai peningkatan kesadaran dan yang menentukan

apa yang akan dan tidak akan dilakukan dalam proses belajarnya.

d. Hubungan antara Terapis dan Klien

Sebagai terpai eksistensial, praktik terapi Gestalt yang efektif melibatkan hubungan

pribadi ke pribadi antara terapis dan klien. Pengalaman-pengalaman, kesadaran, dan

persepsi-persepsi terapis menjadi latar belakang, sedangkan kesadaran dan reaksi-reaksi

klien membentuk bagian muka proses terapi. Hal yang terpenting adalah terapis secara

aktif berbagi persepsi-persepsi dan pengalaman-pengalaman saat sekarang, saat

menghadapi klien disini dan sekarang. Selain itu, terapis memberikan umpan balik,

terutama yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh klien melalui tubuhnya. Umpan

balik memberikan alat kepada klien untuk mengembangkan kesadran atas apa yang

sesungguhnya mereka lakukan. Terapis harus menghadapi klien dengan reaksi-reaksi

yang jujur dan langsung, serta menantang manipulasi-manipulasi klien tanpa menolak

klien sebagai pribadi. Terapi bersama dengan klien, perlu mengeksplorasi ketakutan-

ketakutan, pengharapan-pengharapan katastrofik, penghambatan-penghambatan, dan

penolakan-penolakan klien.

Perls, Polster dan Polster, dan Kempler menekankan pentingnya kepribadian

terapis, yang tidak hanya teknik-teknik yang mereka miliki sebagai bahan vital dalam

proses terapi. Perls menentang orang-orang yang menggunakan teknik-teknik sebagai

muslihat yang menghambat pertumbuhan klien dan yang menjadi merk “terapi palsu”.

Polster dan polster memperingatkan bahwa jika terapis mengabaikan kualitas-kualitas

pribadinya sebagai instrumen dalam terapi, maka dia hanya akan menjadi seorang teknisi.

Mereka menganjurkan penggunaan tingkah laku terapis yang berlingkup luas, dan

Page 18: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

memperingatkan bahaya dari tindakan mengindentikan terapi dengan teknik-teknik yang

berlingkup terbatas. Mereka juga menganjurkan terapis untuk membangkitkan

spontanitas diri dan menggunakan hubungan dengan klien sebagai teknik terapeutik.

Kempler menyebutkan hubungan yang aktual antara klien dan terapis sebagai inti dari

proses terapeutik, dan menentang “penggunaan taktik-taktik yang dapat

menyembunyikan identitas nyata dari terapis dihadapan kliennya”. Kempler

menandasakan bahwa penggunaan permainan peran dapat menjadi godaan bagi terapis

untuk menjaga, supaya respons-respons pribadinya tetap tersembunyi, meskipun mungkin

dapat menjadi cara yang efektif, permainan itu bukanlah tujuan akhir dari terapi. Kempler

juga menyebutkan bahwa teknik-teknik sering menjadi alat bantu yang bernilai bagi

proses terapeutik, dan menenkan juga bahwa proses hubungan terapis dan klien dengan

alasan bahwa kualitas hubungan terapis dengan klien tersebut menentukan apa yang

terjadi pada keduanya.

Penerapan:Teknik-teknik dan prosedur teraputik

 

a. Teknik-teknik terapi gestalt

 

Terapi gestalt adalah lebih dari sekadar sekumpulan teknik atau “permainan-

permainan”.Apabila interaksi pribadi antara terapis dank lien merupakan inti dari proses

teraputi,teknik-teknik bisa berguna sebagai alat untuk membantu klien guna memperoleh

kesadaran yang lebih penuh,mengalami konflik-konflik internal,menyelesaikan

inkonsensti-inkonsensti dan dikotomi-dikotomi,dan menembus jalan buntu yang

menghambat penyelesaian urusan yang tak selesa.teknik-teknik dalam terapi gestalt

digunakan sesuai dengan gaya pribadi terapis.

Levitsky dan Perls menyajikan suatu uraian ringkas tentang sejumlah permainan yang

bisa digunakan dalam terapi Gestalt.Pembahasan taknik-teknik terapi Gestalt berikut

berdasarkan uraian permainan-permainan dari Levitsky dan Perls dengan modifikasi

bahan dan tambahan petunjuk-petunjuk dari penulis untuk pelaksanaannya.

 

b. Permainan dialog

Page 19: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

 

Terapis Gestalt menaruh perhatian yang besar pada pemisahan dalam fungsi

kepribadian.Ynag paling utama adalah pemisahan antara “top dog”dan”underdog”.Terapi

sering difokuskan pada pertentangan antara top dog dan underdog itu.

Top dog itu adil,otoriter,moralistic,menuntut,nerlaku sebagai majkan dan

manipulatif.Sedangkan underdog memanipulasi dengan memainkan peran sebgai

korban,defensive,membela diri,tak berdaya,lemah,dan tak berkekusaan.Top dog dan

underdog terlibat dalam pertarungan yang tak berkesudahan untuk memperoleh

kendali.Pertarungan itu bisa mrmbantu menerangkan ,mengapa resolusi-resolusi dan

janji-janji sering tidak terlaksana dan mengapa kelambanan menjdai menetap.Sebagai

akibat dari pertarungan untuk memperoleh kendali tiu,individu menjadi terpecah kedalam

situasi sebagai pengendali sekaligus sebagai yang dikendalikan.

Konflik antara dua sisi kepribadian yang berlawanan itu berakar pada mekanisme

introyeksi yang melibatkan penggabungan aspek-aspek dari orang lain,biasanya orang

tua,kedalam system ego individu.Perls menunjukan bahwa pengambilan nilai-nilai dan

sifat-sifat orang lain tiu perlu dan diharapkan.Akan tetapi ada bahayanya apabila

seseorang menerima seluruh nilai orang lain secara tidak kritis,yakni menyebabkan orang

itu sulit untuk menjadi pribadi yang otonom.

Teknik kursi kosong adalah suatu cara untuk mengajak klien agar mengeksternalisasi

introyeksinya.Teknik kursi kosong adalah suatu teknik permainan peran yang semua

perannya dimainkan klien.Melalui teknik ini introyeksi-introyeksi bisa dimunculkan ke

permukaan,dank lien bisa mengalami konflik lebih penuh.Teknik ini membantu klien

agar bisa berhubungan dengan perasaan atau sisi dari dirinya sendiri yang

diingkarinya;klien mengintensifkan dan mengalami secara penuh perasaan-perasaan yang

bertentangan,ketimbang hanya membicarakannya.

Dialog antara dua kecenderungan yan berlawanan memiliki sasaran meningkatkan

taraf integrasi polaritas-polaritas dan koflik-konflik yang ada pada diri seseorang ke taraf

yang lebih tinggi.Perls yakin bahwa pendekatan-pendekatan terapi lain terlalu

menitikberatkan perubahan.Iaq menandaskan bahwa perubahan tidak bisa dipaksakan dan

bahwa melalui penerimaan atas polaritas-polaritas. integrasi bisa terjadi serta klien akan

menghentikan permainan menyiksa dirinya.Contoh konflik umum yang bisa digunakan

Page 20: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

pada permainan dialog diantaranya adalah:sisi orang tua lawan sisi anak,sisi yang

bertanggungjawab lawan sisi yang implusif,sisi yang puritan lawan sisi yang sexy.

Teknik permainan dialog dapat digunakan baik dalam konseling individual maupun

dalam konseling kelompok.Teknik semacam ini sering bisa menggerakan para klien kea

rah sungguh-sungguh mengalami peran-peran yang mereka mainkan untuk

seterusnya,yang acap kali menghasilkan peneuan kembali aspek-aspek diri yang otonom.

 

c. Berkeliling

 

Berkeliling adalah suatu latihan terapi Gestalt dimana klien diminta untuk berkeliling

ke anggota-anggota kelompoknya,dan berbicara atau melakukan sesuatu dengan setiap

anggota itu.

 

d. Latihan”Saya bertanggungjawab atas…..”

 

Dalam latihan ini,terapis meminta untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian

menambahkan pada pernytaan itu kalimta “dan saya bertanggungjawab untuk itu”.Teknik

ini merupakan perluasan kontinum kesadaran dan dirancang untuk membantu orang-

orang agar mengakui dan menerima perasaan-perasaannya alih-alih memproyeksikan

perasaan-perasaanya itu kepada orang lain.

 

e. “Saya memiliki suatu rahasia”

 

Teknik ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi perasaan-perasaan berdosa dan

malu.Terapis meminta kepada para klien umtuk berkhayal tentang suatu rahasia pribadi

yang terjga dengan baik,membayangkan bagaimana perasaan mereka dan bagaimana

orang lain bereaksi jiks mereka membuka rahasia itu.

Teknik ini juga bisa digunakan sebagai metode pembentukan kepercayaan dalam

rangka mengeksplorasi mengapa para klien tidak mau membukakan rahasiannya dan

mengeksplorasi ketakutan-ketakutan menyampaikan hal-hal yang mereka anggap

memalukan atau menimbulkan rasa berdosa.

Page 21: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

 

f. Bermain proyeksi

 

Dinamika proyeksi terdiri atas seseorang melihat pada orang lain hal-hal yang justru ia

tidak mau melihatnya dan menerimanay pada dirinya sendiri.

Dalam permainan “bermain proyeksi”,terapis meminta kepada klien yang

mengatakan”Saya tidak bisa mempercayaimu”untuk memainkan peran sebagai orang

yang tidak bisa menaruh kepercayaan guna menyingkapkan sejauh mana

ketidakpercayaan itu menjadi konflik dalam dirinya.Dengan perkataan lain,terapis

meminta klien untuk “mencobakan”pernyataan-pernyataan tertentu yang ditujukan

kepada orang lain dalam kelompok.

 

 

g. Teknik pembalikan

 

Gejala-gejala dan tingkah laku tertentu sering kali mempresentasikan pembalikan

impuls-impuls yang mendasari atau yang laten.Jadi terapis bisa meminta klien yang

mengaku menderita inhibisi-inhibisi yang kuat dan rasa malu yang berlebihan agar

memainkan peran sebagai seorang ekshibisionis dalam kelompok.

 

h. Permainan ulangan

 

Menurut Perls,banyak pemikiran kita yang merupakan pengulangan.Dalam fantasi,kita

mengulang-ulang peran yang kita anggap masyarakat mengharapkan kita

memainkannya.Ketika tiba saat menampilkannya,kita mengalami demam panggung atau

kecemasan,yakni kita takut tidak mampu memainkan peran kita itu dengan

baik.Pengulangan internal menghabiskan banyak energi serta acap kali menghambat

spontanitas dan kesediaan kita untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru.

Para anggota kelompok terapi melakukan permainan berbagi pengulangan satu sama

lain dalam upaya meningkatkan kesadaran atas pengulangan-pengulangan yang dilakukan

oleh mereka dalam memenuhi tuntutan memainkan peran-peran social.

Page 22: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

 

i. Permainan melebih-lebihkan

 

Permainan ini berhubungan dengan konsep peningkatan kesadaran atas tanda-tanda

dan isyarat-isyarat halus yang dikirimkan oleh seseorang melalui bahasa tubuh.Gerakan-

gerakan,sikap-sikap badan,dan mimic muka bisa mengomunikasikan makna-makna yang

penting,begitupun isyarat-isyarat yang tidak lengkap.

Tingkah laku yang bisa digunakan dalam permainan melebih-lebihkan itu misalnya

adalah tersenyum sambil mengungkapkan  kesakitan atau perasaan yang negative,gemetar

(tangan dan kaki),duduk lunglai dan menurunkan pundak,mengepalkan tinju,mengerutkan

dahi,menyeringai,dan menyilangkan tangan.

Sebagai variasi darai bahasa tubuh,tingkah laku verbal juga bisa digunakan dalam

permainan melebih-lebihkan.

j. Tetap dengan perasaaan

 

Teknik ini bisa digunakan pada saat klien menunjuk pada perasaan atau suasana hati

yang tidak menyenangkan yang ia sangat ingin menghindarinya.Terapis mendesak klien

untuk tetap dengan atau menahan perasaan yang ia ingin menghindarinya itu.

d. Terapi Relias

William Glesser menggunakan pendekatan yang disebut terapi realitas, yang berfokus

pada perilaku individu dan bagaimana perilaku tersebut membuat individu terus mencapai

tujuan hidup. Ia mengembangkan pendekatan ini saat menangani individu yang berperilaku

buruk, berprestasi tidak memuaskan di sekolah, dna mengalami masalah emosional. Ia

meyakini bahwa individu yang tidak berhasil sering menyalahkan orang lain, sistem, atau

masyarakat untuk masalah mereka. Ia yakin mereka perlu menemukan identitas diri melalui

perilaku yang bertanggungjawab. Pada terapi realitas klien ditantang untuk mempelajari cara

perilaku mereka menghambat upaya untuk mencapai tujuan hidup.

Page 23: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

D. PERAN PASIEN DAN TERAPIS

Model existensial lebih berfokus menolong klien dalam menemukan arti/makna

filosofis untuk menghadapi kecemasan dengan memilih berpikir dan bertindak secara

otentik dan bertanggung jawab. Menurut terapi existensial, masalah utama yang individu

hadapi terlekat dalam kecemasan akan kesendirian, pengasingan diri, keputusasaan, dan

kematian. Kreativitas, cinta kasih, keotentikan, serta kebebasan dianggap sebagai cara

yang berpotensi terhadap perubahan, yang memampukan individu untuk hidup bermakna

dalam menghadapi ketidakpastian serta penderitaan. Setiap individu pernah mengalami

suatu kehilangan (misalnya kematian teman, berakhirnya hubungan), dan kehilangan-

kehilangan tersebut dapat mengakibatkan kecemasan sebab mereka menjadi teringat akan

keterbatasan manusia dan kematian yang tidak dapat terelakkan. Terapis existensial

menyadari bahwa faktor biologis, budaya serta keberuntungan adalah faktor-faktor yang

mempengaruhi kehidupan manusia.

Model terapi existensial yakin beranggapan bahwa permasalahan individu bukan

berasal berlatih memilih dan menilai cukup atau cukup baik sesuatu untuk membentuk

makna dalam hidup, dan setiap individu bertanggungjawab dalam membuat makna dalam

kehidupan. Tekanan dari luar dapat berkontribusi terhadap keterbatasan kemampuan

individual untuk menggunakan pilihan serta menjalani kehidupan yang bermakna. Untuk

Page 24: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

terapis exsistensial, kehidupan jauh lebih dari sebuah pertentangan dengan tekanan

negatif dari dalam dibandingkan dengan terapis humanistik.

Pendekatan Existensial Terhadap Terapi

Pendekatan existensial terhadap terapi menekankan enam proporsi berikut :

1. Setiap individu memiliki kemampuan akan kesadaran diri

2. Sebagai makhluk bebas, setiap individu harus menerima tanggungjawab

yang datang bersama dengan kebebasan tersebut

3. Setiap individu memiliki identitas unik yang hanya dapat diketahui melalui

hubungan dengan individu lain.

4. Setiap individu harus terus-menerus memperbaharui dirinya sendiri. Arti

kehidupan dan eksistensi tidak pernah statis melainkan mengalami

perubahan konstan

5. Kecemasan merupakan bagian dari kondisi manusia

6. Kematian merupakan kondisi dasar manusia yang memberikan makna

dalam kehidupan

Pertanyaan utama yang dibahas dalam terapi exsistensial adalah " How do I exist?

(Bagaimana saya ada?)" dalam menghadapi ketidakpastian, konflik, atau kematian.

Seorang individu mencapai suatu keotentikkan melalui semangat/keberanian dan dengan

demikian individu tesebut dapat mendefinisikan serta menemukan sendiri makna

kehidupan di masa kini dan masa depan. Ada banyak pilihan penting yang harus

dilakukan (misalnya, untuk memiliki kebebasan sejati dan bertanggung jawab atas

kehidupan seseorang, seseorang harus menghadapi ketidakpastian dan menyerah terhadap

rasa aman semu).

Karakteristik utama pandangan exsistensial yaitu bahwa seorang individu adalah

"being in the world (berada dalam dunia)" yang memiliki kebutuhan biologis, sosial, dan

psikologis. Berada di dunia melibatkan dunia secara fisik, hubungan dengan orang lain,

dan hubungan dengan diri sendiri (Mei dan Yalom, 1995). Ke-"otentik"-kan individu

digunakan untuk menilai simbolisasi, imajinasi, dan keputusan serta menggunakannya

untuk terus menciptakan makna secara pribadi.

Page 25: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

Terapi eksistensial berfokus pada masalah tertentu yang berakar pada eksistensi

individu tersebut. Seorang psikoterapis exsistensial kontemporer, Irvin Yalom,

mengidentifikasi masalah tersebut sebagai kematian, pengasingan diri, kebebasan, dan

kekosongan. Terapi exsistensial berfokus pada kecemasan yang terjadi ketika klien

menghadapi konflik yang melekat dalam kehidupannya. Peran terapis adalah membantu

klien berfokus pada tanggung jawab pribadi dalam membuat keputusan, dan terapis dapat

mengintegrasikan pendekatan beberapa pendekatan dan teknik humanistik. Yalom,

misalnya, memandang terapis sebagai "fellow traveler (teman seperjalanan)" dalam

kehidupan, dan dia menggunakan empati serta dukungan untuk mendapat pemahaman

dan pilihan. Dia berkeyakinan kuat bahwa karena terdapat kehadiran individu lain dalam

suatu kehidupan individu, secara konteks relasional terapi kelompok merupakan

pendekatan yang efektif (Yalom, 1980).

Teori existensial menekankan bahwa kedudukan antara terapis dan pasien setara

dalam hal persamaan humanity. Terapis berperan sebagai pemandu bagi klien yang

tersesat dalam pencarian keotentikan dirinya sendiri. Terapis langsung menunjukkan

area/daerah dimana pasien harus mempertimbangkan untuk berubah. Akan tetapi,

perilaku caring serta kehangatan sang terapis juga ikut ditekankan dalam pendekatan

model ini. Terapis dan pasien harus bersikap terbuka serta selalu jujur. Pengalaman

terapeutik merupakan model bagi pasien; perilaku baru dapat diuji terlebih dahulu

sebelum risiko tlangsung diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pasien diharapkan untuk berasumsi dan menerima tanggungjawab atas perilaku.

Ketergantungan pada sang terapis sangat tidak dianjurkan. Pasien dirawat diberlakukan

sebagai individu dewasa. Pasien dipandang sebagai pribadi yang terasingkan dari dirinya

sendiri maupun orang lain, tetapi ada harapan sang terapis dipercaya serta petunjuknya

diikuti pasien. Pasien selalu berperan aktif dalam terapi,serta berupaya untuk memenuhi

tantangan yang disajikan sang terapis.

Page 26: Laporan Penugasan Konsep Dan Model
Page 27: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

BAB II

PEMBAHASAN

Tokoh model exsistensial seperti Albert Ellis dan Rogers tepat digunakan untuk klien

yang merasa putus asa, sedih, sepi, kurang kesadaran akan dirinya dan penerimaan diri yang

mencegah partisipasi dan penghargaan pada hubungan dengan orang lain. Pada model exsistensi

ini,proses tindakan teraupetik lebih ditujukkan untuk dilakukan secara kelompok sehingga

umumnya dilakukan konseling.

Dalam setiap praktik model keperawatan jiwa mempunyai suatu ciri khas tersendiri.

Sebagai contoh model psikoanalitis yang berpandangan bahwa penyimpangan perilaku pada usia

dewasa berhubungan dengan perkembangan pada masa anak,sehingga proses penanganannya

dengan memperbaiki pengalaman traumatik masa lalu dengan interpretasi resistens klien.

Sedangkan untuk model interpersonal menekankan bahwa penyimpangan perilaku klien

berhubungan dengan ancaman yang menimbulkan kecemasan yang timbul dan dialami klien

akibat konflik saat berhubungan dengan orang lain,menurut model ini ketakutan seseorang

diakibatkan karena ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya. Sehingga proses

penanganannya dengan menumbuhkan dan membina hubungan saling percaya dan medapatkan

kepuasan.

Setiap bentuk penyimpangan perilaku memiliki cara tersendiri dalam

penanganannya.Dalam penanganan penyimpangan perilaku individu terhadap dirinya sendiri

dapat menggunakan model exsistensial. Klien dalam model exsistensi ini dibantu untuk

menerima dirinya sebagai mana adanya bukan karena apa yang dilakukan,meneliti arti dari suatu

kehidupan agar induvidu sadar akan tanggung jawabnya,menyadari target kehidupannya dan cara

untuk mencapainya.

Teori ini memiliki beberapa kelebihan dan kekuangan untuk diterapkan.

Kelebihan :

1. Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati

nurani, perubahansikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.

Page 28: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

2. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah pasiem merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar

dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.

3. Pasien diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur

pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak oranglain atau melanggar aturan,

norma, disiplin atau etika yangberlaku.

Kekurangan

Pasien yang tidak mau memahami potensi dirinya akan kesulitan dalam proses terapi.

Page 29: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Menurut Ludwig Binswanger analisis eksistensial pada dasarnya bertujuan untuk

menemukan arti dalam penyakit gila dengan menerjemahkan pengalaman para pasien ke

dalam teori psiko-analisis.

Menurut teori model eksistensial, gangguan perilaku dan gangguan jiwa terjadi apabila

individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya.

Dalam proses terapi menurut model eksistensial, bertujuan untuk mengupayakan

perluasan kesadaran diri klien melalui feedback, kritik, saran atau reward dan punishment

melalui Rasional Emotif Therapy dan terapi logo.

Teori eksistensial menekankan bahwa terapis berperan sebagai pemandu bagi klien yang

tersesat dalam pencarian keotentikan dirinya sendiri. Dalam hal ini membutuhkan sikap

terbuka serta selalu jujur antar terapis dan klien.

Penerapan model teori eksistensial memiliki kelebihan untuk diterapkan dalam materi

pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian hati nurani, perubahan sikap dan

analisis terhaadap fenomena social. Kekurangan teori ini pada pasien yang tidak mau

memahami potensi dirinya akan kesulitan dalam proses terapi.

B. Saran

Diharapkan perawat dapat menguasai teori model eksistensial untuk mempermudah

dalam melakukan proses keperawatan gangguan perilaku dan gangguan jiwa terutama

dalam menentukan jati diri dan tujuan hidup pasien.

Diharapkan perawat dapat mengaplikasikan terapi berdasarkan model eksistensial dalam

keperawatan gangguan jiwa.

Diharapkan perawat dan mahasiswa dapat mengembangkan teori model eksistensial

sehingga dapat mempermudah dan menambah variasi pengaplikasian terapi model

eksistensial.

Page 30: Laporan Penugasan Konsep Dan Model

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Umum. Jakarta, PT Rineka Cipta

Ann Isaacs. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik. Ed.3. Jakarta: EGC.

Hall, C.S & Gardner Lindzey. 1993. Psikologi kepribadian 2 TEORI-TEORI HOLISTIK

(ORGANISMIK-FENOMENOLOGIS) . Yogyakarta: Kanisius

Psikoterapis.com (2012). Terapi Gestalt/Gestalt therapy. Diakses pada 10 Desember 2012 dari

http://www.psikoterapis.com/?en_gestalt-therapy-terapi-gestalt,56

Scribd (2012). Terapi Gestalt. Diakses pada 10 Desember 2012 dari

http://www.scribd.com/doc/57466807/TERAPI-GESTALT

US Department of Health and Human Services. 2011. Brief intervention and brief therapiest for

substance Abuse: Treatment Improvement Protocol (TIP) Series 34. Rockville :HHS

Publication

Videbeck, S.L. 2001. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC