Top Banner

Click here to load reader

20

Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

Nov 26, 2015

Download

Documents

buku
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

1

SOSIALISASI KANDUNGAN ZAT BERBAHAYA DALAM

MAKANAN DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Sebuah Kegiatan Community Relations pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Bekasi)

Oleh:

SARI MONIK AGUSTIN, S.Sos, M.Si

Dan:

Debby Lisnawati (Ilmu Komunikasi)

Diah Laila Putri (Ilmu Komunikasi)

Ekaristi Pratiwi (Bioteknologi)

Siti Rezita Aulia (Ilmu Komunikasi)

Universitas Al Azhar Indonesia

Jl Sisingamangaraja Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

BAB 1. P E N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang

Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi

dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Banyaknya asupan makanan pada anak

sekolah menjadi hal yang utama yang patut diperhatikan. Terkadang timbulnya masalah pada

anak salah satunya disebabkan oleh asupan makanan pada jajanan yang mereka beli tidaklah

higienis. Jajanan sekolah saat ini sedang menjadi perbincangan karena diduga adanya kandungan

bahan berbahaya.

Banyak penelitian medis membuktikan kekhawatiran itu, sehingga perlu diwaspadai.

Kebanyakan jajanan yang bermasalah itu mengandung boraks, formalin, zat pengawet, zat

pewarna, zat pemanis, dan garam yang digunakan tidak beryodium. Penyalahgunaan pemakaian

zat kimia yang terkandung dalam jajanan yang dimasukkan berlebihan sangatlah berbahaya.

Tentunya masuknya zat berbahaya tersebut kedalam tubuh dalam jangka waktu yang lama

tentunya akan berpengaruh terhadap kesehatan anak. Oleh karena itu, untuk menjaga generasi

muda bangsa Indonesia agar terhindar dari penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh bahan-bahan

kimia tersebut, maka dalam hal ini pemerintah sangat konsen dan memfokuskan kerja mereka

untuk menindaklanjuti jajanan-jajanan yang berada di sekitar sekolah.

Temuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam lima tahun terakhir (2006-

2010) menunjukkan, sebanyak 48 persen jajanan anak di sekolah tidak memenuhi syarat

Page 2: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

2

keamanan pangan karena mengandung bahan kimia yang berbahaya. Bahan tambahan pangan

(BTP) dalam jajan sekolah telah melebihi batas aman serta cemaran mikrobiologi. Sedang

berdasarkan pengambilan sampel pangan jajanan anak sekolah yang dilakukan di 6 ibu kota

provinsi (DKI Jakarta, Serang, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya), ditemukan 72,08

persen positif mengandung zat berbahaya. Temuan lain yang lebih mencengangkan lagi,

berdasarkan data kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan yang dihimpun oleh Direktorat

Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan- BPOM RI dari Balai Besar/Balai POM di seluruh

Indonesia pada tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa 17,26-25,15 persen kasus terjadi di

lingkungan sekolah dengan kelompok tertinggi siswa sekolah dasar (SD)1.

Salah satu indikasi zat berbahaya dalam jajanan di sekitar sekolah adalah bahan tambahan

pangan yang dimasukkan dalam jajanan sekolah. Salah satu contohnya, menurut Kepala Seksi

Farmasi, Makanan, Minuman, dan Alat Kesehatan Dinas Kesehatan Daerah Istimewa

Yogyakarta, Hardiyah Djuliani, sebanyak 37 dari 200 SD di Yogyakarta yang diuji sampel

jajanan sekolahnya menunjukkan adanya bahan tambahan pangan berbahaya. Jajanan sekolah itu

juga mengandung zat berbahaya yang bisa memicu kasus merebaknya penyakit, seperti hepatitis

A yang terjadi di Sleman beberapa waktu lalu2.

Lebih dari 85 persen jajanan sekolah yang diuji tidak lolos uji sanitasi kesehatan Dinas

Kesehatan DIY maupun Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Penggunaan pewarna dan bahan

berbahaya lain yang membahayakan kesehatan anak-anak masih dijumpai pada mayoritas produk

jajanan sekolah yang dijual3.

Jajanan tidak sehat itu mengandung setidaknya satu atau lebih dari zat-zat yang

berbahaya, yakni formalin, boraks, rhodamin, dan metanil yellow. Keempatnya bersifat

karsinogenik atau memicu kanker. Boraks dan formalin biasa digunakan sebagai pengawet,

1 NN. 11 Agustus 2012. “Jajanan Berbahaya di Sekitar Anak” dalam

http://www.bin.go.id/awas/detil/132/4/11/08/2012/jajanan-berbahaya-di-sekitar-anak diakses 26/8/2012, pkl 22:10 2 NN. 2 September 2010. “Kualitas Jajanan Sekolah Buruk” dalam http://regional.kompas.com/read/2010/09/02/17081437/Kualitas.Jajanan.Sekolah.Buruk. diakses 31/5/2012, pkl 20:03 3 ibid

Page 3: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

3

sedangkan rhodamin dan metanil yellow digunakan sebagai pewarna4. Pengambilan sampel yang

dilakukan BPOM tahun 2011, menemukan setidaknya ada empat jenis bahan berbahaya tersebut

dilarang digunakan untuk pangan, seperti formalin, boraks , rhodamin B , dan metanil yellow,

terkandung di berbagai makanan yang dijajakan di lingkungan sekolah.

Umumnya jajanan dikonsumsi oleh para siswa ketika mereka sedang berada pada waktu

istirahat. Mereka mengkonsumsi jajanan sebagai makanan pengganti waktu makan siang. Ketika

waktu istirahat telah tiba, para pedagang di sekitar sekolah akan aktif menjajakan barang

dagangan mereka dan berharap para siswa yang sedang beristirahat akan membeli jajanan

mereka, daripada makanan seperti nasi dan sebagainya.

Menurut Bosar Pardede dari Direktorat Surveilans dan Penyuluhan Keamanan Pangan

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Sekitar 44 persen jajanan sekolah di Indonesia

tidak sehat. Persoalan jajanan sekolah itu merupakan masalah klasik yang membutuhkan peran

berbagai pihak untuk terus menurunkan persentasenya. jajanan anak yang tidak sehat, antara lain,

karena menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti formalin, boraks, dan rhodamin A maupun

rhodamin B.5

Temuan zat berbahaya pada berbagai jajanan yang dijajakan di lingkungan sekolah plus

hasil investigasi media atas penggunaan bahan makanan atau jajanan yang tidak higienis

hendaknya menjadi perhatian bersama. Seluruh pemangku kepentingan harus simultan

memberikan edukasi kepada orang tua, sekolah (guru, murid, pengelola kantin dan atau penjaja

jajanan) dan masyarakat.

Pemerintah dalam peringatan Hari Ulang Tahun Ke-10 BPOM 31 Januari 2012,

mencanangkan "Gerakan Menuju Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang Aman, Bermutu,

dan Bergizi". Aksi Nasional Gerakan ini meliputi promosi keamanan pangan melalui

komunikasi, penyebaran informasi, dan edukasi bagi komunitas sekolah, termasuk guru, murid,

4 Lukas Adi Prasetya. Kamis, 14 Januari 2010. “Jajanan Sekolah, Masih Ada yang Mengandung Zat-zat Berbahaya”

dalam http://regional.kompas.com/read/2010/01/14/21183786/Jajanan.Sekolah.Masih.Ada.yang.Mengandung.Zat-zat.Berbahaya diakses 31/5/2012, pkl 20:05 5 Nasru Alam Aziz. Kamis, 26 Mei 2011. “44 Persen Jajanan Sekolah Tidak Sehat” dalam http://regional.kompas.com/read/2011/05/26/19002781/44.Persen.Jajanan.Sekolah.Tidak.Sehat diakses pada 31/5/2012, pkl 20:10

Page 4: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

4

orang tua murid, pengelola kantin sekolah, dan penjaja PJAS. Langkah lain yang perlu terus

distimulasi adalah peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam pengolahan dan penyajian

PJAS yang benar, peningkatan pengawasan keamanan pangan yang dilaksanakan secara mandiri

oleh komunitas sekolah, dan pemberdayaan masyarakat, termasuk penerapan sanksi sosial

(social enforcement)6.

Maka dari itu, untuk mendukung program pemerintah tersebut, diperlukan dukungan dan

beragam upaya yang dimaksudkan untuk memberikan edukasi dan pembelajaran kepada para

siswa tersebut yang biasa mengkonsumsi jajanan agar dapat lebih hati – hati ketika akan

membeli dan mengkonsumsi jajanan yang dijual oleh para pedagang, di lingkungan sekolah

mereka.

Salah satu upaya tersebut adalah kegiatan sosialisasi zat berbahaya dalam makanan.

Program Studi Bioteknologi Universitas Al Azhar Indonesia telah melakukan sebuah penelitian

tentang kandungan bahan-bahan pada jajanan yang ada di sekolah, seperti kandungan bakteri e-

coli dalam es batu, bahaya zat pewarna, pemanis, dan pengawet dalam makanan. Program Studi

Bioteknologi kemudian bekeja sama dengan Program Ilmu Komunikasi, khususnya dengan

mahasiswa peminatan Public Relations untuk mengomunikasikan hasil penelitian mereka dengan

tujuan agar pesan yang disampaikan kepada siswa sekolah sebagai konsumen langsung jajanan

sekolah di lingkungan mereka dapat menjadikan hasil penelitian sebagai bahan pertimbangan

dalam memilih jajanan sehat.

Sekolah yang menjadi sasaran sosialisasi yaitu di Madrasah Aliyah Negeri 1 Bekasi (MAN

1 Bekasi). Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Bekasi merupakan SLTA yang berciri-khas Islami.

Penunjukan sekolah ini didasarkan oleh kesamaan ciri khas Islami dengan Universitas Al Azhar

Indonesia, sehingga kegiatan ini juga sekaligus sebagai kegiatan pengabdian pada sesama umat

Islam dan kondisi status sosial MAN 1 Bekasi yang terbilang menengah ke bawah. Kondisi itu

dapat dilihat dari lokasi dan fasilitas kantin yang terbilang kurang memadai. Tak sedikit siswa

MAN 1 Bekasi yang kemudian memutuskan untuk membeli jajanan di luar kantin sekolah yang

murah. Kegiatan ini tentu saja di luar pengawasan pihak sekolah karena sudah berada di luar

6 NN. 11 Agustus 2012. “Jajanan Berbahaya di Sekitar Anak”. opcit

Page 5: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

5

teritori sekolah. Oleh karenanya, MAN 1 Bekasi dirasa tepat sebagai salah satu sekolah yang

menjadi sasaran sosialisasi ini.

1.2. Tujuan

Tujuan dari pengabdian masyarakat “Sosialisasi Kandungan Zat Berbahaya dalam Jajajnan di

Lingkungan Sekolah” ini diantaranya adalah :

1. Memberikan edukasi dan informasi kepada para siswa mengenai kandungan berbahaya

yang terdapat dalam jajanan sekolah

2. Menumbuhkan kesadaran dan merangsang siswa sekolah agar memperhatikan konsumi

jajanan di lingkungan sekolah

1.3. Signifikansi dan Manfaat

Adapun signifikansi kegiatan ini adalah sebagai berikut:

Bagi para peserta yang tergabung dalam siswa/i MAN 1 Bekasi

1. Agar siswa/i mengetahui kandungan zat berbahaya yang terkandung dalam jajanan makanan

di lingkungan sekitarnya.

2. Agar siswa/i menyadari dampak yang ditimbulkan dari jajanan yang berbahaya bagi

kesehatan.

3. Sebagai salah satu bentuk tambahan ilmu yang selama ini diberikan secara sekilas oleh guru

di sekolah

Bagi dosen dan mahasiswa/i UAI

1. Sebagai salah satu wujud community relations, dalam menunjukkan tanggung jawab sosial

dengan lingkungan sekitarnya.

2. Sebagai medium dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dalam

bentuk aktivitas langsung ke masyarakat.

3. Membuat mahasiswa senantiasa terbiasa dengan dinamika sosial yang menuntut kita untuk

berpikir secara kritis mengenai realita sosial yang ada di sekitar untuk kemudian

mengupayakan berlangsungnya sebuah perbaikan.

Page 6: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

6

Manfaat kegiatan ini adalah:

a. Diharapkan kegiatan ini bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan

pemahaman adik-adik di MAN 1 Bekasi terhadap bahaya zat kimia yang terkandung

dalam jajanan serta mengetahui yang akan ditimbulkan.

b. Setelah diadakan kegiatan ini akan ada perubahan terhadap kebiasaan siswa MAN 1

Bekasi dalam memilih dan membeli jajanan di lingkungan sekitar sekolah dan rumah.

c. Khusus bagi pemerintah, kegiatan sosialisasi ini diharapkan dapat menjadi awal yang

baik dalam mendukung program pemerintah yaitu peningkatan gizi pada anak di usia

sekolah, demi menunjang kemampuan adik-adik dalam menerima pelajaran di sekolah.

1.4. Sistematika Penulisan Laporan

Sistematika laporan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN, berisi latar belakang mengapa kegiatan ini dilakukan. Latar

belakang dilengkapi dengan referensi dan data yang menyatakan bahwa jajanan di lingkungan

sekolah, berdasarkan beberapa penelitian diketahui mengandung bahan tambahan pangan

berbahaya. Selain itu, pada bagian ini dikemukakan pula tujuan, signifikansi serta manfaat dari

kegiatan sosialisasi ini.

BAB 2 KERANGKA TEORI, berisi landasan berpikir dan konsep-konsep yang

digunakan dalam membangun logika berpikir yang menjadi dasar dari diadakannya kegiatan

sosialiasi ini.

BAB 3 METODE DAN PELAKSANAAN KEGIATAN, membahas mengenai waktu

kegiatan dan bagaimana pelaksanaan serta evaluasi kegiatan dilakukan.

BAB 4 PENUTUP, berisi kesimpulan dan saran yang diperoleh setelah kegiatan

dilaksanakan.

Page 7: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

7

BAB 2. KERANGKA KONSEP

Pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan mengacu pada landasan berpikir ilmiah.

Pada bab ini akan dijabarkan konsep-konsep penting yang menjadi kerangka berpikir kegiatan

sosialisasi kandungan zat berbahaya dalam makanan di lingkungan sekolah.

2.1.Community Relations

Community Relations merupakan bagian dari Public Relations yang fokus pada

hubungan lembaga dengan komunitas. Community Relations adalah partisipasi dari lembaga

yang terencana, aktif, dan terus-menerus dengan masyarakat, dalam rangka memelihara dan

meningkatkan lingkungannya untuk memperoleh keuntungan, bagi lembaga maupun bagi

komunitas7.

Menurut Yosal Iriantara, community relations dapat dipandang dalam 2 pendekatan8.

Pertama, dalam konsep lama PR yang memposisikan organisasi sebagai pemberi donasi, maka

program community relations hanyalah bagian dari aksi dan komunikasi dalam proses PR. Bila

berdasarkan pengumpulan fakta dan perumusan masalah ditemukan bahwa permasalahan yang

mendesak adalah menangani komunitas, maka dalam perencanaan akan disusun program

community relations ini kemudian dijalankan melalui aksi dan komunikasi. Kedua, yang

memosisikan komunitas sebagai mitra, dan konsep komunitasnya bukan sekedar kumpulan orang

yang berdiam di sekitar wilayah operasi organisasi, community relations dianggap sebagai

program tersendiri yang merupakan wujud tanggung jawab sosial organisasi.

2.2.Sosialisasi

Sosialisasi adalah satu konsep umum yang bisa dimaknakan sebagai sebuah proses di

mana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir, merasakan, dan

bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan

7 Lafif Thoyibie. 8 Januari 2011. “Proses Community Relations” dalam http://komunikasi-indonesia.org/2011/01/proses-community-relations/ diakses 26/8/2012, pkl 23.05 8 Yosal Irianta. 2004. Community Relations. Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. h. 36

Page 8: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

8

partisipasi sosial yang efektif. Sosialisasi merupakan proses yang terus terjadi selama hidup

seseorang9.

Sosialisasi juga merupakan suatu proses dimana seseorang belajar menjadi mahluk sosial,

yang dijalani tiap hari melalui interaksi dengan mahluk sosial lain baik itu secara langsung

maupun tidak langsung10

. Tanpa sosialisasi, masyarakat tidak akan berkembang. Di dalam proses

sosialisasi ini, seseorang belajar bagaimana untuk bertindak seperti anggota masyarakat lainnya,

dalam hal ini yang dimaksud dengan belajar atau pembelajaran adalah modifikasi perilaku

seseorang yang relatif permanen yang diperoleh dari pengalamannya di dalam lingkungan

sosial/ fisik11

.

Pada dasarnya, sosialisasi memberikan dua kontribusi fundamental bagi masyarakat.

Pertama, memberikan dasar atau fondasi kepada individu bagi terciptanya partisipasi yang

efektif dalam masyarakat, dan kedua, memungkinkan lestarinya suatu masyarakat – karena tanpa

sosialisasi akan hanya ada satu generasi saja sehingga kelestarian masyarakat akan sangat

terganggu12

. Agen-agen sosialisasi adalah individu-individu, kelompok atau organisasi yang

memengaruhi perilaku dan keberadaan diri seseorang13

. Terdapat empat agen sosialisasi utama

yang dilalui seorang anak: keluarga, peer-group (teman sebaya), sekolah, dan media massa

(Macionis, 1997)14

.

Keluarga adalah agen sosialisasi pertama yang akan dilalui seorang anak, karena

kehidupan awal seorang anak terpusat pada lingkungan keluarga. Di dalamnya seorang anak

secara bertahap belajar mengenai bentuk lingkungan yang diciptakan masyarakat, dan apa yang

akan diserap oleh seorang anak dipengaruhi pula oleh cara-cara orangtua mereka dalam

melakukan proses sosialisasi tersebut. Secara perlahan, keluarga juga mengajarkan posisi sosial

seorang anak, tidak hanya secara fisik tapi juga mengajarkan tempat mereka di masyarakat sesuai

9 Howard J. Sherman & James L. Wood. 1979. Sociology: Traditional and Radical Perspective. New York: Harper & Row Publisher. H. 143-162 10

Kingsley Davis. 1986. “Socialization” dalam Richard J. Peterson & Charlotte A. Vaughan (ed.) Structure and Process: Reading in Introducing Sociology. California: Wadsworth Publishing Company. h. 59-60 11 W. Wiggins & Zanden. 1994. Early Socialization. London: Sage Publishing. h. 87. 12 Howard J. Sherman & James L. Wood, op.cit. 13 Richard J. Gelles. & Ann Levine. 1999. Sociology. USA: McGraw-Hill Company. h. 131 14

John J. Macionis. 1997. Sociology, 6th ed. London: Prentice-Hall International, Inc. h. 360

Page 9: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

9

dengan ras, suku-bangsa, agama dan dari kelas mana mereka berasal.15

Melalui keluarga ini,

seseorang belajar mengenai berbagai macam hal, yang paling utamanya adalah bagaimana

seseorang tersebut dapat berkomunikasi dan kemampuan berbahasa dengan sesamanya. Berbagai

macam nilai yang didapat seorang anak dalam melalui keluarga ini, biasanya terus terbawa

hingga orang tersebut menjadi dewasa16

.

Agen sosialisasi berikutnya adalah sekolah. Melalui sekolah, seseorang belajar banyak

hal, bukan saja ilmu pelajaran formal yang didapat, melainkan pengetahuan lain, yang berguna

bagi seseorang untuk mempersiapkan masa depannya. Pada masa sekolah, wawasan seorang

semakin diperluas dengan diajarkannya latar-latar belakang sosial yang berbeda dari latar

belakang mereka. Seorang anak berhadapan langsung dengan keaneka-ragaman sosial. Selain

mengajarkan pengetahuan dan keahlian secara formal, sekolah secara informal juga mengajarkan

hidden-curriculum (kurikulum yang tersembunyi), seperti ajaran moral yang baik, kesuksesan

dan penghargaan. Selain itu, sekolah juga mengajarkan formalitas yang tegas, seperti jadwal

sekolah yang ketat. Nilai-nilai yang bisa didapatkan dari agen ini mencakup nilai prestasi, nilai

kemandirian, dan sebagainya.

Peer-group (kelompok bermain) adalah agen sosialisasi yang berikutnya yang didapat

seorang individu. Kelompok bermain ini, dapat diartikan sebagai teman sekolah, kerabat,

tetangga, rekan kerja. Melalui agen sosialisasi ini, seseorang mempelajari bagaimana bersikap,

bertindak dan berinteraksi dengan sesama yang sederajat. Peer-group merupakan kelompok

sosial yang anggotanya memiliki persamaan kepentingan, posisi sosial dan umur. Tidak seperti

di keluarga dan sekolah, dalam peer-group seorang anak dapat melepaskan diri dan menemukan

dunia penuh kebebasan dari pengawasan orang dewasa, dengan berbagi pengalaman dan

kesukaan yang tidak dapat dibagi dengan orang dewasa.17

Nilai-nilai yang diperoleh melalui

peer-group ini seringkali lebih mudah diterima karena hubungan yang setara yang terjalin18

.

Media massa diyakini sebagai agen sosialisasi yang cukup penting pada masa ini. Media

memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan dalam cakupan yang luas dan tidak terbatas.

15 Elbert W. Stewart. 1981. Sociology: The Human Science. USA: McGraw-Hill Book Company. h 133 16 Caroline Hodges Persell. 1984. Understanding Society: An Introduction to Sociology. London: Harper & Row Publisher Inc. h.132 17 Elbert W. Stewart, op.cit, h. 135 18

Howard J. Sherman, op.cit.

Page 10: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

10

Melalui media massa ini, seseorang dapat mengetahui bagaimana kehidupan di luar ”dunianya”

dan bagaimana kemudian kehidupan tersebut menginspirasikan seseorang untuk melakukan hal-

hal yang mungkin baru sama sekali19

.

Media massa adalah komunikasi impersonal yang disajikan untuk pemirsa yang sangat

luas, seperti media cetak dan media elektronik, televisi adalah salah satunya. Jauh sebelum anak

dapat membaca, menonton televisi sudah menjadi satu kegiatan rutin, bahkan mereka lebih

banyak menghabiskan waktunya di depan televisi dibandingkan di sekolah.

Menurut Graber, dalam Croteau dan Hoyness, pada masyarakat kontemporer, media

berperan sebagai agen terkuat dari sosialisasi. Dalam masyarakat kontemporer, media massa

berperan sebagai agen yang berkuasa untuk melalukan sosialisasi. Dari isi hasil produksi media

massa, pemirsa belajar dan menginternalisasikan suatu nilai, kepercayaan, dan norma dari hasil

produksi media, hal itulah yang menggambarkan media sebagai agen sosialisasi.

2.3.Makanan Jajanan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan tentang pedoman persyaratan hygiene

sanitasi makanan jajanan20

, makanan jajanan dapat didefinisikan sebagai makanan dan minuman

yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan

siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan

hotel.

Menurut Winarno dan Allain (1986)21

, makanan jajanan adalah makanan dan minum siap saji

yang dijual dan disiapkan di tempat umum, khususnya jalanan.

“The term "street foods" describes a wide range of ready-to-eat foods and

beverages sold and sometimes prepared in public places, notably streets”

19

Kingsley Davies, op.cit. 20

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 942/MENKES/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Bab 1. Ketentuan Umum. Pasal 1 dalam http://dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/Peraturan/kmk%20persyaratan%20hygiene%20sanitasi%20makanan%20jajan%20942-2003.pdf diakses 26/8/2012, pkl 23:10 21 F.G. Winarno dan A. Allain. 1986. Street Foods in Developing Countries: Lessons from Asia. FAO Regional Workshop on Street Foods in Asia, held in Jogjakarta, Indonesia

Page 11: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

11

2.4.Zat Berbahaya dalam Makanan22

Secara kasat mata memang agak sulit untuk menentukan apakah produk pangan

olahan yang ditemukan mengandung bahan-bahan kimia berbahaya atau tidak. Apalagi bila

dosisnya sangat sedikit. Akan tetapi, apabila dosisnya cukup banyak, maka kita bisa

mengetahuinya dari penampilan luar yang nampak nyata (penampilan visual).

Dasar hukum pelarangan :

Untuk menjaga kesehatan manusia, maka ada beberapa regulasi pemerintah yang mengatur hal

ini, seperti :

Undang-undang Pangan No. 8 Tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen.

Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI No. 208/Menkes/Per/IV/85, tentang

Pemanis Buatan. Pemanis buatan hanya digunakan untuk penderita diabetes (sakit

gula dan penderita yang memerlukan diet rendah kalori, yaitu : aspartame, Na

sakarin, Na siklamat, dan sorbitol.

Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1998, tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan

Alat Kesehatan),

Peraturam Pemerintah No. 69 Tahun 1999, tentang Label dan Iklan Pangan.

Macam-macam bahan kimia berbahaya:

Bahan kimia yang digunakan sebagai tambahan makanan yang dikategorikan berbahaya di

antaranya adalah sebagai berikut :

Pengawet Berbahaya: biasanya terdapat dalam bentuk Formalin, Benzoat (bila terlalu

banyak, dan lain-lain

Pewarna Berbahaya: biasanya terdapat dalam bentuk pewarna merah Rhodamin-B,

pewarna kuning Methanyl Yellow, dan lain-lain

Pemanis Buatan (yang berlebihan): biasanya dalam bentuk Natrium (sodium) –

Saccharine (sakarin), Na-Cycla-mate (siklamat), aspartame, sorbitol, dan lain-lain

Pengenyal (Bakso) Berbahaya: biasanya dalam bentuk boraks

Dampak negatif bagi kesehatan manusia:

22 Nanung Danar Dono. 9 Maret 2012. “Zat Berbahaya dalam Makanan” dalam http://www.kibar-uk.org/2012/03/09/zat-berbahaya-dalam-makanan/ diakses 26/08/2012, pkl 22:15

Page 12: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

12

Terdapat banyak efek (dampak) negatif penyalahgunaan (kontaminasi) bahan kimia ber-

bahaya yang dipakai sebagai bahan tambahan pangan. Di antara efek negatif yang sering muncul

adalah : Keracunan, mulai gejala ringan hingga efek yang fatal (kematian); Kanker, seperti

kanker leher rahim, paru-paru, payudara, prostat, otak, dan lain-lain; Kejang-kejang, mulai

tremor hingga berat; Kegagalan peredaran darah (gangguan fungsi jantung, otak, reproduksi,

endokrin); Gejala lain, seperti : muntah-muntah, diare berlendir, depresi, gangguan saraf, dan

lain-lain; serta Gangguan berat, seperti : kencing darah, muntah darah, kejang-kejang, dan lain-

lain.

2.4.1. Formalin

Formalin adalah nama populer dari zat kimiaformaldehid yang dicampur dengan air.

Larutan formalin tidak berwarna, berbau menyengat, larut dalam air dan alkohol.

Larutan formalin mengandung 37% formalin gas dan methanol. Formalin

diperuntukkan untuk pengawet mayat, disinfektan, antiseptik, anti jamur, fiksasi

jaringan, industri tekstil dan kayu lapis, juga sebagai germisida dan fungisida (pada

tanaman/sayuran), sebagai pembasmi lalat dan serangga lainnya.

Penyimpangan dalam industri pangan terjadi ketika formalin sering digunakan untuk

mengawetkan produk mie basah, tahu, dan ikan segar. Formalin sangat berbahaya

bagi tubuh karena jika terhirup, formalin akan menyebabkan rasa terbakar pada

hidung dan tenggorokan, sukar bernapas, napas pendek, sakit kepala, dan kanker

paru-paru. Di antara efek formalin pada kulit adalah munculnya warna kemerahan,

gatal, dan ter-bakar. Pada mata, senyawa ini akan menyebabkan kemerahan, gatal,

berair, kerusakan, pandangan kabur hingga kebutaan. Kalau kandungannya sudah

sangat tinggi, formalin akan mengakibatkan iritasi pada lambung, alergi, muntah,

diare bercampur darah, dan kencing bercampur darah. Bukan itu saja, formalin juga

bisa mengakibatkan kematian karena kegagalan peredaran darah.

2.4.2. Boraks

Boraks (asam borat) adalah senyawa berbentuk kristal putih, tidak berbau, dan stabil

pada suhu serta tekanan normal. Boraks diperuntukkan untuk mematri logam, proses

Page 13: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

13

pembuatan gelas dan enamel, sebagai pengawet kayu, dan pembasmi kecoa.

Penyimpangan dalam industri pangan terjadi ketika boraks banyak dipakai pada

bakso, kerupuk, mie bakso, tahu, batagor dan pangsit. Efek negatif boraks pada tubuh

yaitu, pemakaian yang sedikit dan lama akan terjadi akumulasi (penimbunan) pada

jaringan otak, hati, lemak, dan ginjal. Pemakaian dalam jumlah banyak

mengakibatkan demam, anuria, koma, depresi, dan apatis (gangguan yang bersifat

sarafi).

2.4.3. Rhodamin-B

Rhodamin-B adalah pewarna sintetis berbentuk kristal, tidak berbau, berwarna merah

keunguan, dalam larutan berwarna merah terang berpendar. Rhodamin-B

diperuntukkan sebagai pewarna kertas, tekstil dan cat tembok. Penyimpangan dalam

industri pangan yang sering terjadi adalah penggunaan pada minuman, lipstik,

permen, obat dan saos. Efek negatif bagi tubuh yaitu, jika terhirup dapat

menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan. Dapat pula menimbukan iritasi pada

kulit, iritasi pada mata (kemerahan, oedema pada kelopak), iritasi pada saluran

pencernaan (keracunan, air seni ber-warna merah, kerusakan ginjal), dan lain-lain.

Akumulasi dalam waktu lama berakibat gangguan fungsi hati hingga kanker hati,

merusak kulit wajah, pengelupasan kulit, hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dan lain-

lain.

2.4.4. Methanyl Yellow

Methanyl yellow adalah pewarna sintetis berwarna kuning menyala, yang

diperuntukkan untuk pewarna kertas, tekstil dan cat tembok. Penyimpangan dalam

industri pangan, yaitu banyak digunakan pada minuman sirup/limun, agar-agar/jelly,

manisan (pisang, mangga, kedondong), dan lain-lain. Efek negatif yang muncul bagi

tubuh serupa dengan efek negatif pada konsumsi Rhodamin-B.

Page 14: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

14

BAB 3. METODE DAN PELAKSANAAN KEGIATAN

Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai metode kegiatan yang dilakukan, perencanaan waktu

kegiatan, pelaksanaan, serta evaluasi pelaksanaan.

o Metode Kegiatan

Metode kegiatan yang dipilih adalah bentuk sosialisasi dengan menggunakan

metode interaktif dua arah. Artinya, cara penyampaian sosialisasi dilakukan

dengan pemberian informasi dari mahasiswa dan dosen Ilmu Komunikasi melalui

penjabaran materi menggunakan power point, pemberian contoh zat-zat

berbahaya, pembagian makanan sehat dan proses tanya jawab interaktif.

o Perencanaan Waktu Kegiatan

Kegiatan pengabdian masyarakat ini disesuaikan dengan time table yang telah

dibuat, sebagai berikut:

Tahun 2012 Maret April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

Maret - April

Perencanaan

& Persiapan

Survey &

Perijinan

Mei Pelaksanaan

Juni-Juli Laporan

Awal

Revisi

Agustus-

September

Pengayaan Laporan

Selesai

o Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema “Sosialisasi Kandungan Zat

Berbahaya dalam Makanan di Lingkungan Sekolah” diselenggarakan pada:

Hari/tanggal : Kamis, 24 Mei 2012

Pukul : 10.30 – 12.00

Tempat : MAN 1 Bekasi, Jl Markisa Raya II Taman Wisma Asri, Teluk

Pucung, Bekasi Utara, 17121

o Evaluasi

Page 15: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

15

Evaluasi dilakukan segera setelah kegiatan berlangsung. Evaluasi dilakukan

dengan mewawancarai para siswa langsung setelah pelaksanaan kegiatan.

Beberapa masukan dari para siswa antara lain:

1. Penjabaran materi harus dibuat lebih menarik, bila perlu dengan menggunakan

audio visual

2. Penguasaan materi dan lokasi sosialisasi harus diutamakan sehingga

pembahasan sesuai dengan konteks sosialisasi dilakukan

3. Waktu interaktif yang lebih panjang dan dilakukan untuk seluruh siswa (tidak

hanya perwakilan kelas saja)

Evaluasi lainnya adalah diskusi interaktif antara dosen dan mahasiswa mengenai

perencanaan, pelaksanaan dan penulisan laporan. Hasil evaluasi ini menghasilkan:

1. Perencanaan dalam pembuatan dan penguasaan materi harus dilakukan secara

lebih matang

2. Penjabaran materi harus dibuat semenarik mungkin dengan dukungan audio

visual

3. Proses perijinan dan waktu pelaksanaan pada pihak sekolah harus dilakukan

dengan lebih mempertimbangkan kebutuhan dan isi materi

4. Penulisan laporan pelaksanaan harus ditambahkan dengan data yang lebih

kekinian dan dilakukan pengayaan pada isi laporan agar sesuai kerangka

berpikir

Page 16: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

16

BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.Kesimpulan

Pelaksanaan kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan berdasarkan kepedulian

terhadap jajanan sekolah yang mengandung zat-zat berbahaya seperti boraks,

formalin, pewarna tekstil, dan lainnya. Sosialisasi dilakukan secara langsung dan

bersifat interaktif dua arah. Pelaksanaan kegiatan telah dilakukan dengan baik di

MAN 1 Bekasi dan kegiatan telah dilakukan sesuai dengan perencanaan kegiatan

dan mendapatkan evaluasi baik dari siswa MAN 1 Bekasi selaku target

pelaksanaan pengabdian masyarakat, dan dari dosen dan mahasiswa selaku

pelaksana kegiatan.

Dalam kegiatan ini, diharapkan pesan yang disampaikan secara langsung kan

akan berdampak baik ke pada siswa sekalian. Kegiatan sosialisasi ini berlangsung

dengan sukses dan memunculkan kesan baik dari para siswa MAN 1 Bekasi, hal

ini dapat dilihat dari keinteraktifan para siswa ketika pelaksana menyampaikan

presentasi. Banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang diberikan menjadi salah satu

bukti adanya ketertarikan mereka atas presentasi yang kami berikan.

4.2.Saran

Adapun saran untuk kegiatan pengabdian masyarakat di masa depan, antara lain:

1. Kegiatan ini dapat ditujukan tidak hanya bagi khalayak tertentu saja, tapi juga

pada khalayak secara luas, mulai dari anak sampai dewasa.

2. Kegiatan ini harus didukung dan dibimbing oleh orang-orang yang ahli dalam

bidang Bioteknologi, terutama penguasaan pada materi mengenai zat berbahaya

pada makanan

3. Pembekalan mengenai bukti hasil penelitian penting dimiliki oleh pelaksana

kegiatan sebagai bukti yang bisa dipertanggungjawabkan.

4. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan kemasan yang lebih audio visual sehingga

pesan dapat sampai dan diingat untuk waktu yang lama

Page 17: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

17

DAFTAR PUSTAKA

Buku.

Davis, Kingsley. 1986. “Socialization” dalam Richard J. Peterson & Charlotte A. Vaughan (ed.)

Structure and Process: Reading in Introducing Sociology. California: Wadsworth

Publishing Company.

Gelles, Richard J.. & Ann Levine. 1999. Sociology. USA: McGraw-Hill Company.

Irianta, Yosal. 2004. Community Relations. Konsep dan Aplikasinya. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media.

Macionis, John J.. 1997. Sociology, 6th ed. London: Prentice-Hall International, Inc.

Persell, Caroline Hodges. 1984. Understanding Society: An Introduction to Sociology. London:

Harper & Row Publisher Inc.

Sherman, Howard J. & James L. Wood. 1979. Sociology: Traditional and Radical Perspective.

New York: Harper & Row Publisher.

Stewart, Elbert W.. 1981. Sociology: The Human Science. USA: McGraw-Hill Book Company.

Wiggins, W. & Zanden. 1994. Early Socialization. London: Sage Publishing.

Paper.

Winarno, F.G. dan A. Allain. 1986. Street Foods in Developing Countries: Lessons from Asia.

FAO Regional Workshop on Street Foods in Asia, held in Jogjakarta, Indonesia

Undang-undang.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 942/MENKES/SK/VII/2003 Tentang

Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan. Bab 1. Ketentuan Umum. Pasal

1 dalam http://dinkes-

sulsel.go.id/new/images/pdf/Peraturan/kmk%20persyaratan%20hygiene%20sanitasi%20

makanan%20jajan%20942-2003.pdf diakses 26/8/2012, pkl 23:10

Website.

Page 18: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

18

Aziz, Nasru Alam. Kamis, 26 Mei 2011. “44 Persen Jajanan Sekolah Tidak Sehat” dalam

http://regional.kompas.com/read/2011/05/26/19002781/44.Persen.Jajanan.Sekolah.Tidak.

Sehat diakses pada 31/5/2012, pkl 20:10

Dono, Nanung Danar. 9 Maret 2012. “Zat Berbahaya dalam Makanan” dalam http://www.kibar-

uk.org/2012/03/09/zat-berbahaya-dalam-makanan/

NN. 11 Agustus 2012. “Jajanan Berbahaya di Sekitar Anak” dalam

http://www.bin.go.id/awas/detil/132/4/11/08/2012/jajanan-berbahaya-di-sekitar-anak

diakses 26/8/2012, pkl 22:10

NN. 2 September 2010. “Kualitas Jajanan Sekolah Buruk” dalam

http://regional.kompas.com/read/2010/09/02/17081437/Kualitas.Jajanan.Sekolah.Buruk.

diakses 31/5/2012, pkl 20:03

Prasetya, Lukas Adi. Kamis, 14 Januari 2010. “Jajanan Sekolah, Masih Ada yang Mengandung

Zat-zat Berbahaya” dalam

http://regional.kompas.com/read/2010/01/14/21183786/Jajanan.Sekolah.Masih.Ada.yang.

Mengandung.Zat-zat.Berbahaya diakses 31/5/2012, pkl 20:05

Thoyibie, Lafif. 8 Januari 2011. “Proses Community Relations” dalam http://komunikasi-

indonesia.org/2011/01/proses-community-relations/ diakses 26/8/2012, pkl 23.05

Page 19: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

19

DOKUMENTASI KEGIATAN

Diah pada saat memberikan penjelasan mengenai Antusias siswa memperhatikan materi yang

zat berbahaya pada makanan. sedang dijelaskan.

Debby, Eka, Rezita (kiri-kanan:depan) saat Siswa pada saat memberikan pertanyaan

menjelaskan materi slide kepada siswa/i terhadap materi yang diberikan.

MAN 1 Bekasi.

Siswi yang berpartisipasi dengan memberikan pen- Siswa yang menjawab pertanyaan

dapatnya yang diketahui terhadap materi sosialisasi. yang diberikan dalam sesi kuis.

Page 20: Laporan Pengmas Zat Berbahaya Jajanan Sekolah Academia.edu

20

Pemberian goodie bag kepada siswa yang telah Pembagian snack kepada siswa sebagai

Berpartisipasi dalam sesi tanya jawab. contoh salah satu jajanan sehat

Foto bersama dengan para siswa MAN 1 Bekasi Penyerahan pelakat oleh Ibu Monik kepada

kelas XI IPA 1 Ibu Nur sebagai perwakilan guru MAN 1

Bekasi