1 p LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Upaya meningkatkan hasil belajar ipa melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw pada siswa kelas IV sd Negeri 12 Sragen tahun pelajaran 2009/2010 Oleh : Siti Mukminatun Nim. X.8806518 PROGRAM PJJ S-1 PGSD JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
50
Embed
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS - …/Upaya... · Lampiran 8 Rekapitulasi Penilaian Guru 2(APKG 2) Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian Lampiran 10 Curiculum Vitae Peneliti Lampiran
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
p
LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Upaya meningkatkan hasil belajar ipa melalui
pembelajaran kooperatif model jigsaw pada
siswa kelas IV sd Negeri 12 Sragen
tahun pelajaran 2009/2010
Oleh :
Siti Mukminatun
Nim. X.8806518
PROGRAM PJJ S-1 PGSD
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2
TAHUN 2009
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
1 Judul Penelitian UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 12 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010
2 a. Mata Pelajaran b. Bidang Kajian
IPA Desain dan Strategi Pembelajaran di Kelas
3 Peneliti : a. Nama Lengkap dan Gelar b. Jenis Kelamin c. NIM d. Program Studi/Jurusan e. Fakultas f. Institut / Universitas g. Alamat Rumah h. No. HP
SITI MUKMINATUN, A.Ma Perempuan X. 8806518 PJJ S-1 PGSD / Ilmu Pendidikan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Gerdu Rt. 01 Rw. V Sragen Tengah, Sragen 081 56758571
4 Nama Anggota Peneliti 1. Mursito, S.Pd 2. Hj. Anik Aningsih 5 Lama Penelitian 6 bulan dari bulan Juli sampai dengan
bulan Desember 2009 6 Biaya yang diperlukan :
a. Sumber dari Ditjen Dikti b. Sumber lain, sebutkan dana
pribadi c. Jumlah
Rp. 600.000 Rp. 777.500 + Rp. 1.377.500 (Satu juta tiga ratus tujuh puluh tujuh ribu lima ratus rupiah)
Mengetahui Surakarta, Desember 2009 Kepala Seklah Peneliti Mursito, S.Pd Siti Mukminatun NIP.19610703 198201 1 007 NIM. X8806518
Mengetahui a.n. Dekan
Pembantu Dekan I
3
Prof. Dr.rer.nat. Sajidan, M.Si NIP. 19660415 199103 1 002
4
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Laporan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “UPAYA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PEMBELAJARAN
KOOPERATIF MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 12
Tabel 2 Perolehan Hasil Evaluasi Siklus 1 ........................................................ 26
Tabel 3 Perolehan Hasil Evaluasi Siklus II ....................................................... 29
Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Evaluasi Siklus II .................................................... 33
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Ilustrasi yang menunjukkan Tim Jigsaw .............................................. 13
Gambar 2 Kerangka Berpikir ................................................................................ 16
Gambar 3 Spiral Penelitian Tindakan Kelas ......................................................... 18
Gambar 4 Gambar Alur Perbaikan dengan Dua Siklus ......................................... 23
Gambar 5 Grafik Histogram Nilai Kognitif, Afektif, Psikomotor ......................... 33
Gambar 6 Grafik Histogram Ketuntasan, Aktifitas Kegiatan Guru ...................... 33
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 RPP Siklus 1 dan 2
Lampiran 2 Daftar Hadir Mahasiswa
Lampiran 3 Daftar Hadir Siswa
Lampiran 4 Rekapitulasi Penilaian
Lampiran 5 Daftar Nilai Formatif Siswa
Lampiran 6 Angket Pendapat Siswa
Lampiran 7 Rekapitulasi Penilaian Guru 1(APKG 1)
Lampiran 8 Rekapitulasi Penilaian Guru 2(APKG 2)
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 10 Curiculum Vitae Peneliti
Lampiran 11 Foto-foto
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembelajaran ditunjukan oleh dikuasainya tujuan
pembelajaran oleh siswa. Kita semua mengakui bahwa salah satu faktor
keberhasilan dalam pembelajaran adalah faktor kemampuan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran efektif tidak
akan muncul dengan sendirinya tetapi guru harus menciptakan pembelajaran
yang memungkinkan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
optimal.
Secara umum tugas guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator
yang bertugas menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses
belajar pada diri siswa, dan sebagai pengelola pembelajaran yang bertugas
menciptakan kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa mencapai
tujuan pembelajaran yang optimal.
Permasalahan yang masih penulis hadapi sebagai guru kelas IV SD N
Sragen 12 Kabupaten Sragen adalah rendahnya hasil belajar IPA. Dari
pengalaman penulis beberapa kali ulangan tentang konsep Struktur Organ
Tubuh Manusia Dengan Fungsinya dari 40 siswa hanya berkisar 15 (37,5 %)
siswa yang tuntas (pada tes penjajagan) dengan nilai rata – rata kelas 5,6
padahal ketuntasan minimal adalah 6,8.
Gejala yang nampak adalah siswa kurang bergairah dalam menerima
pembelajaran dan kecenderungan bersikap pasif dan suka mencontoh. Siswa
hanya menghafal sehingga kurang memahami konsep.
Hasil diskusi penulis dengan teman sejawat dan kepala sekolah
diindikasikan bahwa rendahnya hasil belajar tersebut antara lain disebabkan
tidak tepatnya guru dalam pembelajaran. Dimana pembelajaran yang
diterapkan adalah pembelajaran secara konvensional yang mana hanya
dipergunakan metode ceramah dan guru sebagai satu-satunya sumber belajar,
1
14
kurang maksimalnya penggunaan media pembelajaran sehingga pembelajaran
sangat verbal.
Dengan ceramah sebagai alternatif utama secara otomatis pembelajaran
didominasi oleh guru (teacher centered) sehingga pembelajaran kurang
melibatkan siswa, dan komunikasi antar siswa dengan siswa atau guru dengan
siswa kurang terbangun, kebermaknaan dalam belajarpun sangat kurang dan
cenderung siswa tidak menyenangi ketrampilan berbicara mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Seperti pada Wina Sanjaya (2006 : 147) ”Guru yang kurang
memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap metode
yang membosankan. Sering terjadi, walaupun secara fisik siswa ada didalam
kelas, namun secara mental siswa sama sekali tidak mengikuti jalannya proses
pembelajaran; pikirannya melayang ke mana – mana, atau siswa mengantuk,
oleh karena gaya bertutur guru yang tidak menarik.”
Padahal kita ketahui bahwa pembelajaran IPA merupakan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah.
Sehingga tidaklah tepat jika pembelajaran hanya dilaksanakan dengan metode
ceramah yang kemungkinan kecil dapat memberikan pengalaman langsung
kepada siswa.Seperti dalam (Depdiknas 2003 : 2):
“Pendidikan Sains di sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.”
Memperhatikan pentingnya pembelajaran IPA materi pokok Struktur
Organ Tubuh Manusia Dengan Fungsinya di kelas IV SD Negeri Sragen 12
Kabupaten Sragen pada khususnya dan di SD–SD pada umumnya, berdasar
hasil diskusi dengan teman sejawat perlu adanya Penelitian Tindakan Kelas
guna meningkatkan hasil belajar, membangkitkan kreatifitas dan ide-ide siswa,
menyenangkan bagi siswa, melalui pembelajaran kooperatif model Jigsaw.
15
Dengan pembelajaran kooperatif model Jigsaw selain untuk membangun
tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab kelompok juga untuk merubah
pembelajaran yang selama ini banyak dilaksanakan oleh para guru. Dimana
guru tidak merupakan satu–satunya sumber belajar (teacher centered) bagi
siswa, sebab rekan sebaya (peer teaching) juga sebagai sumber pengatahuan
bagi dirinya.
Tehnik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan orang lain. Seperti dalam Anita lie (2002: 56 ):
”Keunggulan dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Dengan metode klasikal yang memungkinkan hanya satu siswa maju dan membagikan hasilnya untuk seluruh kelas, teknik ini memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasinya mereka kepada orang lain.”
Berdasarkan uraian diatas penulis mengadakan penelitian dengan judul
“Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Kooperatif
Model Jigsaw pada Siswa Kelas IV SD Negeri 12 Sragen.”
B. Rumusan Masalah dan Pemecahannya
1. Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas dan hasil diskusi peneliti, teman
sejawat dan Kepala Sekolah diketahui permasalahan yang masih dihadapi
siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen bahwa faktor penyebabnya antara lain
adalah:
a. Dengan menggunakan metode ceramah, pembelajaran didominasi oleh
guru ( teacher centered ) sehingga kesempatan siswa untuk berpartisipasi
aktif sangat kecil, komunikasi yang terjadi hanya komunikasi satu arah.
b. Dengan metode ceramah kebermaknaan belajar sangat rendah karena
keterlibatan siswa secara langsung tidak ada.
c. Dengan metode ceramah guru merupakan satu – satunya sumber belajar
siswa, sehingga teman sebaya ( peer teaching ) yang juga sumber belajar
siswa terabekan.
16
Berdasar identifikasi masalah, analisa dan latar belakang masalah yang
telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian
ini adalah:
Apakah Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dapat meningkatkan
hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun
Pelajaran 2009/2010?
Sedangkan upaya menjawab permasalahan diatas agar indikator
keberhasilan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini tercapai dilakukan berbagai
upaya yang antara lain adalah:
a. Dipergunakan pembelajaran kooperatif model Jigsaw dengan segala prinsip
dan unsurnya yaitu: saling ketergantungan positif; interaksi tatap muka,
akuntabilitas individual, evaluasi proses kelompok, dan keterampilan untuk
menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja
diajarkan.
b. Ditingkatkannya keterlibatan siswa dalam pembelajaran sehingga terwujud
pembelajaran yang student centered.
c. Dimaksimalkannya penggunaan media pembelajaran sehingga selain
meminimalisir verbalisme juga meningkatkan kebermaknaan dan
keterlibatan siswa, yang akan membentuk long term memory seperti yang
kita harapkan.
d. Dilaksanakan penilaian yang komprehensif dan dapat mengukur ranah
kognitif, afektif dan psikomotor.
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka tujuan
Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: untuk mengetahui bahwa Pembelajaran
Kooperatif Model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV
SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 atau tidak.
17
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil Penelitian Tidakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan informasi,
pada peningkatan kualitas pembelajaran IPA di kelas IV SD Negeri Sragen
12 Kabupaten Sragen secara nyata seperti ditunjukkan dengan indikator
keberhasilan sebagai berikut:
1) Sekurang-kurangnya 75 % siswa mendapat nilai prestasi belajar IPA ≥ 68
(enam puluh delapan).
2) Sekurang-kurangnya 75 % nilai rata – rata kelas dalam pembelajaran IPA
Indonesia ≥ 68 (enam puluh delapan).
b. Memperkaya kasanah pendidikan yang berhubungan dengan proses
pembelajaran IPA.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian diharapkan dapat bermanfaat:
a. Untuk Peserta Didik
Sebagai masukan bagi siswa untuk lebih berminat dalam belajar IPA agar
prestasi belajar meningkat.
b. Untuk Guru
Sebagai masukan bagi guru dapat mengetahui variasi dari beberapa model
pembelajaran, menjadi peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran
dikelasnya, meningkatkan kinerja yang lebih profesional dan penuh inovasi
serta memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam
terhadap apa yang terjadi dikelasnya.
c. Bagi Sekolah
Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini akan memberikan sumbangan yang
bermanfaat bagi SD Negeri 12 Sragen dalam rangka memperbaiki
pembelajaran IPA khususnya dan pembelajaran lain pada umumnya.
18
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Mata Pelajaran IPA
Pengertian: Sains merupakan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-
prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan Sains di
sekolah dasar bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk
“mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
(Depdiknas, 2003 : 2).
Adapun fungsi dan tujuan mata pelajaran Sains di Sekolah Dasar (SD)
dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) seperti pada Depdiknas (2004:2) berfungsi
untuk menguasai konsep dan manfaat sains dalam kehidupan sehari-hari serta
untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau
Madrasah Tsanawiyah (MTs), serta bertujuan:
a. Menanamkan pengetahuan dan konsep-konsep sains yang bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positip terhadap sains dan
teknologi.
c. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
d. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
e. Mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
6
19
f. Menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan
Tuhan.
Ruang lingkup mata pelajaran Sains Depdiknas (2004:2) meliputi dua
aspek:
a. Kerja ilmiah yang mencakup: penyelidikan/penelitian, berkomunikasi
ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan nilai
ilmiah.
b. Pemahaman konsep dan penerapannya, yang mencakup:
1). Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan;
2). Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan
gas;
3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana;
4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya;
5) Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat (salingtemas)
merupakan penerapan konsep sains dan saling keterkaitannya dengan
lingkungan, teknologi dan masyarakat melalui pembuatan suatu karya
teknologi sederhana termasuk merancang dan membuat.
Dari beberapa pendapat yang telah diutarakan diatas dapat disimpulkan:
Prestasi belajar dipengaruhi beberapa faktor yang digolongkan menjadi tiga
macam, yaitu faktor stimuli belajar, faktor metode belajar dan faktor individual
(Wasty Sumanto, 1998 : 3).
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistim pengelompokan / tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen). Sistim penilaian dilakukan terhadap kelompok dan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan
20
semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan ketrampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok” (Wina Sanjaya, 2006 : 240).
Sedangkan Johnson (Lie, 2003:17) “cooperative learning adalah
kegiatan pembelajaran secara kelompok yang terstruktur. Siswa belajar dan
bekerjasama untuk sampai kepada pengalaman kegiatan belajar yang optimal,
baik secara individu maupun kelompok”. Pembelajaran kooperatif menurut
Nurhadi (2004:112) adalah “pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”
Nur (2005: 1) “Model pembelajaran kooperatif dapat memotivasi
seluruh siswa,memanfaatkan seluruh energi sosial siswa, saling mengambil
tanggung jawab.” Berdasarkan pendapat tersebut diatas, pembelajaran
kooperatif dapat menimbulkan rasa gotong royong yang tinggi, tidak
membeda-bedakan antar ras dan intelegensi, melatih siswa berpikir aktif dan
kreatif.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kelompok yang terstruktur untuk
mencapai suatu tujuan yaitu hasil belajar akademik, menerima terhadap
keragaman dan pengembangan terhadap ketrampilan sosial.
Banyak guru telah melaksanakan metode belajar kelompok, dengan
membagi para siswa dan memberikan tugas kelompok. Namun hasil
kegiatannya tidak seperti yang diharapkan. Siswa tidak memanfaatkan kegiatan
tersebut dengan baik dan kreatif untuk meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan mereka. Para siswa tidak dapat bekerja sama secara efektif dalam
kelompok, malah memboroskan waktu dengan bermain, bergurau, duduk diam,
bahkan ada kalanya siswa memanfaatkan kesempatan ini untuk mengerjakan
tugas mata pelajaran yang lainnya. Pada waktu yang sama ada beberapa siswa
mendominasi kelompoknya. Seperti dikatakan Roger dan David Johnson
“tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperatif learning.” Untuk
mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong
21
harus diterapkan yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab
perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, evaluasi proses
kelompok Pendapat tersebut di atas adalah yang membedakan pembelajaran
kooperatif dengan pembelajaran kelompok tradisional.
Adapun unsur-unsur atau elemen tersebut seperti yang dinyatakan
Abdurrahman & Bintoro (Nurhadi ,2004:112) adalah sebagai berikut:
a. Saling ketergantungan positif, dalam pembelajaran kooperatif, guru
menciptakan suasana yang mendorong siswa merasa saling membutuhkan.
Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling
ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui : saling
ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan
tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber, saling ketergantungan
peran, dan saling ketergantungan hadiah.
b. Interaksi tatap muka, interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap
muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya
dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa
merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.
c. Akuntabilitas individual, pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya
dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui
penguasaaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil
penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada
kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota
kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan
bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua
anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan
sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan
atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini
yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.
d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi, keterampilan sosial seperti
tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan
22
mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi
orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin
hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya
diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat
menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga
dari sesama siswa.
Dari pendapat diatas pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa
keuntungan antara lain: dapat meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan
sosial, memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial, menghilangkan sifat
mementingkan diri sendiri atau egois, meningkatkan rasa saling percaya,
meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasa lebih baik,
membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
Selain beberapa keuntungan diatas pembelajaran kooperatif
memposisikan siswa sebagai manusia yang memiliki pengetahuan lewat
pengalaman hidupnya, sehingga dalam menerima informasi tidak hanya dari
guru melainkan lingkungan yang memiliki suatu peran besar dalam
membentuk kepribadian siswa. Siswa akan menggali kepedulian khususnya
terhadap lingkungan, jika pendekatan yang dipergunakan dalam pembelajaran
kooperatif ini berorientasi lingkungan. Lingkungan sekeliling sebagai pusat
kegiatan. Guru sebagai fasilitator yang membimbing kegiatan pembelajaran
siap melayani pertanyaan atau perdebatan. Dalam pembelajaran ini diharapkan
guru dapat menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa
membentuk makna dari kegiatan yang telah mereka lakukan dan amati melalui
pembelajaran. Pembelajaran ini lebih menekankan pada proses daripada hasil
dengan asumsi mengembangkan kompetensi dan potensi siswa melalui
pendidikan.
23
Tabel 1. Sintak Pembelajaran Kooperati
Dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif langkah (fase) dapat
bervariasi disesuaikan dengan pendekatan (model) yang digunakan. Adapun
salah satu contoh langkah langkah (sintak) model pembelajaran kooperatif dari
Muslimin Ibrahim dkk (2000: 10) adalah sebagai berikut:
3. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
Ada berbagai model pembelajaran kooperatif seperti diutarakan oleh
Mohamad Nur (2005 : 5):
“Lima model Pembelajaran Tim Siswa telah dikembangkan dan diteliti secara luas. Terdapat tiga model pembelajaran yang cocok untuk hampir seluruh mata pelajaran dan tingkat kelas: Students Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw II. Dua yang lain merupakan kurikulum komprehensif yang dirancang untuk digunakan pada mata pelajaran tertentu :Cooperative Reading ad Composition (CIRC) untuk pengajaran membaca dan menulis di Kelas II-VIII dan Team Accelerated Instruktion (TAI) untuk Matematika pada kelas III-VI.”
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw pertama kali dikembangkan
oleh Elliot Aronson di Universitas Texas dan kemudian di adopsi Slavin.
Fase Tingkah laku guru 1. Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bahan bacaan
3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4.Membimbing kelompok bekerja
dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.
5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6. Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
24
Dalam penerapannya siswa dibagi menjadi kelompok dan setiap anggota
kelompok bertanggung jawab untuk mempelajari materi pembelajaran yang
ditugaskan kepadanya dan selanjutnya mengajarkan materi tersebut kepada
kelompoknya. Anggota dari kelompok-kelompok yang mendapat tanggung
jawab sama berkumpul untuk mempelajari materi pembelajaran, kelompok ini
disebut Tim Ahli.
Adapun langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebagai
berikut :
a. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 4–5);
b. Materi pelajaran dibagi kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-
bagi menjadi beberapa sub bab;
c. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, yang dipelajari
“memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.
Maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari struktur akar dan
fungsinya”. Kelompok satunya mempelajari tentang struktur batang dan
fungsinya, siswa yang lainnya tentang struktur daun dan fungsinya dan
lainnya lagi struktur bunga dan fungsinya;
d. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya;
e. Setelah anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas
mengajar temannya secara bergilir;
f. Setelah seluruh siswa selesai melaporkan guru menunjukkan satu kelompok
untuk menyampaikan hasilnya, kelompok lain menanggapi dan guru
mengklarifikasi;
g. Membuat kesimpulan
Tiap-tiap siswa dikenai tagihan secara individu.
25
Gambar 1. Ilustrasi yang menunjukkan Tim Jigsaw (Diadopsi Muslimin
Ibrahim, 2001 : 22)
Kelompok Ahli
(Tiap kelompok ahli memiliki satu anggota dari tim-tim asal)
B. Temuan Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yakni yang ditulis oleh:
Agus Muji Widodo (2004) dengan judul Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Model Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD Negeri Pilangsari 1, Kecamatan
Ngrampal Kabupaten Sragen Tahun 2004.
Dalam penelitian tersebut didapat suatu kesimpulan bahwa dengan
pembelajaran kooperatif model Jigsaw hasil belajar siswa meningkat
dibanding dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, dan guru
dalam proses pembelajaran dikatagorikan baik dilihat dari hasil persentase
pengamatan penampilan guru.
Agus Muji Widodo (2005) dengan judul Penerapan Pembelajaran
Kooperatif Model TGT Meningkatkan Ketrampilan Berbicara Siswa Kelas III
SD N Pilangsari 1, Ngrampal, Sragen.
Dari hasil penelitian tersebut didapat bahwa penerapan Pembelajaran
Kooperatif Model TGT pada siswa kelas III dari hasil antar siklus meningkat
dengan cukup signifikan. Siswa dapat mengungkapkan suatu hasil pikirannya
dengan kalimat yang cukup panjang dibanding sebelum menggunakan model
26
pembelajaran kooperatif. Peningkatan tersebut disebabkan dengan
Pembelajaran Kooperatif selain terbangun peer teaching, masyarakat belajar
juga siswa merasa senang karena karakteristik dari Pembelajaran Kooperatif
model TGT belajar dengan nuansa bermain.
Agus Muji Widodo (2007) dengan judul “Penerapan Kombinasi
Problem Base Learning dengan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) meningkatkan ketrampilan berbicara siswa kelas III SD Negeri
Pilangsari 1.”
Dari hasil penelitian didapat hahwa dengan kombinasi model
pembelajaran tersebut selain ketrampilan berbicara meningkat siswa dapat
mengungkapkan hasil pemecahan masalah dengan bahasanya sendiri. Kelas III
menggunakan Pembelajaran Tematik pembelajaran ini dapat dihubungkan
dengan masalah dari mata pelajaran yang lain.dimana kelas dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil dengan mempertimbangkan kehiteroginannya baik
prestasi, ras, status sosial dan sebagainya. Kelompok satu dengan yang lain
dapat memiliki bobot yang sama, ini terjadi sebab didalam pembagian
kelompok berdasarkan kehetoroginan ranking.
C. Kerangka Pikir
Bahwa pembelajaran dilaksanakan untuk mencapai hasil belajar sebagai
tujuan. Terhadap proses pembelajaran, guru dituntut kreativitasnya untuk
meningkatkan kemandirian dan keaktifan siswa dalam belajar dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk mencari, mengusahakan dan menemukan
sendiri ilmu pengetahuan.
Usaha peningkatan hasil belajar siswa bagi guru merupakan suatu
kewajiban dan wujud keprofesionalan seorang guru. Guru menurut kodratnya
sebagai agen perubahan haruslah selalu tanggap dan peka terhadap apa yang
terjadi baik dilingkungannya maupun di luar lingkungannya. Pembelajaran
kooperatif model Jigsaw diharapkan siswa secara aktif membangun
27
pengetahuannya baik secara individu maupun dengan bantuan teman sebaya
(peer teaching).
Menurut pemikiran penulis, pembelajaran kooperatif model Jigsaw
yang mungkin dapat memecahkan masalah rendahnya hasil belajar IPA pada
siswa kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen. Sebab Pembelajaran
kooperatif model Jigsaw memiliki karakteristik-karakteristik yang
berhubungan erat dengan permasalahan yang ada. Pembelajaran kooperatif
model Jigsaw, selain melatih membiasakan siswa melaksanakan tanggung
jawabnya secara pribadi maupun kelompok juga melatih siswa mau menerima
saran, kritik, koreksi dari semua orang.
Demikian pula dengan sistem pengelolaan kelas dan lingkungan belajar
yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pembelajaran. Hasil belajar
yang mengakomodasikan kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan
psikomotorik direncanakan pencapaiannya dengan pengukuran lewat instrumen
penilaian yang tepat. Siswa diusahakan dapat membangun pengetahuannya
secara runtut melalui demonstrasi keterampilan dan penyajian informasi tahap
demi tahap dengan bimbingan dan pelatihan dari guru. Proses belajar
diusahakan sedapat mungkin dihubungkan dengan lingkungan sehingga siswa
dapat menerapkan konsep yang dipelajari dalam kehidupan sehari hari.
Penerapan Pembelajaran kooperatif model Jigsaw dapat digambarkan
dalam kerangka berpikir sebagai berikut:
28
Gambar2. Kerangka Berpikir
Gambar diatas menunjukkan bahwa penggunaan Pembelajaran
kooperatif model Jigsaw guru mempunyai pengaruh signifikan terhadap hasil
belajar siswa, yang terdiri dari kognotif, afektif dan psikomotor. Selain
berpengaruh pada hasil belajar. Pembelajaran kooperatif model Jigsaw juga
dapat meningkatkan proses pembelajaran. Sebagai contoh, ketika tanpa
menggunakan Pembelajaran kooperatif model Jigsaw dimana siswa hanya
datang, duduk, diam, catat dan hafal seolah-olah pembelajaran hanya oleh guru
saja (teacher centered), tetapi setelah menggunakan Pembelajaran kooperatif
model Jigsaw antara guru dan siswa sama-sama dalam kondisi aktif.
D. Hipotesis Tindakan
Bertolak dari latar belakang, identifikasi masalah, maka dapat
diputuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar IPA
siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Tahun 2009/2010.
29
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
PenelitianTindakan Kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 12 Sragen,
Kabupaten Sragen pada minggu ke dua dan minggu ke tiga bulan Agustus
2009. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap
siklusnya 2 x 35 menit (1 x Pertemuan). Selama pelaksanaan penelitian, untuk
mengamati proses pembelajaran, dan membantu pengumpulan data peneliti
dibantu oleh 2 observer teman sejawat dari SD Negeri 12 Sragen, Kabupaten
Sragen.
B. Subjek Penelitian
Siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Kabupaten Sragen yang berjumlah
40 siswa, dan guru kelas IV sekaligus sebagai peneliti, dengan mata pelajaran
IPA materi pokok konsep Struktur Organ Tubuh Manusia dengan Fungsinya.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research) dengan pusat penekanan pada upaya penyempurnaan dan
peningkatan kualitas proses serta praktek pembelajaran. Penelitian ini lebih
memfokuskan pada penggunaan media pembelajaran Kooperatif model Jigsaw
sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan siswa atau meningkatkan
hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen
dalam kegiatan yang berbentuk Randoms Siclus, sebanyak 2 (dua) siklus,
dengan mengacu pada model yang diadaptasi dari Hopkins (1993:) dalam
Supardi (2006) Setiap siklus prosedur atau langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan terdiri dari empat komponen
kegiatan pokok, yaitu: (a) perencanaan (planning); (b) tindakan (acting); (c)
pengamatan (observing); (d) refleksi (reflecting), yang pada pelaksanaannya
keempat komponen kegiatan pokok itu berlangsung secara terus menerus
17
30
dengan diselipkan modifikasi pada komponen perencanaan berupa perbaikan
perencanaan.
Keempat komponen kegiatan pokok ini dari sebuah siklus dalam
penelitian tindakan kelas ini digambarkan sebagai sebuah spiral penelitian
seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 3. Spiral Penelitian Tindakan Kelas.
Sumber : Suharsimi Arikunto, 2002:84
Bagan di atas menunjukkan bahwa langkah yang pertama adalah
planning / persiapan, yang ke dua adalah perlakuan dan pengamatan. Hasilnya
dijadikan dasar untuk menentukan refleksi (mencermati apa yang sudah
terjadi). Dari terselesaikannya satu siklus lalu disusun sebuah rencana yang
akan digunakan untuk siklus berikutnya dengan mengacu pada hasil refleksi
siklus sebelumnya sampai tercapainya target yang diinginkan. Jangka waktu
setiap siklus sangat tergantung pada keadaan yang terjadi di lapangan.
Sebelum melakukan tindak penelitian melakukan penjajagan sebagai
dasar untuk mengetahui kondisi awal siswa Kelas IV SD Negeri Sragen 12
Kabupaten Sragen tentang keterampilan menulis. Selanjutnya melaksanakan
tindakan yang direncanakan dalam siklus-siklus sebagai berikut:
31
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Guru Kelas IV (peneliti) SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen dan
pengamat (teman sejawat) mendiskusikan tentang materi, kegiatan
pembelajaran dan alat evaluasi serta menyiapakan alat peraga/instrumen dan
pedoman pengamatan.
b. Pelaksanaan tindakan
Dalam pelaksanaan ini peneliti (guru) melaksanakan sesuai rencana yang
ada dalam rencana pembelajaran seperti berikut ini:
1) Kegiatan awal : Apersepsi, penjelasan tujuan pembelajaran dan
pemberian materi.
2) Kegiatan inti : Presentasi kelas, pembagian kelompok, Pelaksanaan
pembelajaran kooperatif model jigsaw, pengerjaan
LKS skavolding dan pelaksanaan penilaian
pengamatan, presentasi kelas hasil pengerjaan LKS
dan penyimpulan maupun penyamaan persepsi
dilanjutkan evaluasi.
3) Kegiatan akhir : Pemberian reward, penegasan kembali hal–hal
pokok/penting, perbaikan/pengayaan dan penutup.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama tindakan berlangsung. Pengamatan mencakup
aktivitas siswa dan aktivitas guru dengan lembar pengamatan. Guru dan
pengamat mengamati dampak pelaksanaan. Apakah telah sesuai dengan
rencana dan hambatan atau kendala apa yang dihadapi siswa maupun guru.
Adapun perolehan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1). Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan diambil selama kegiatan pembelajaran diperoleh
dengan cara melakukan observasi, dokumentasi, dan tes.
a). Observasi dilaksanakan dengan menggunakan instrumen pengukuran
kinerja afektif maupun psikomotor, untuk mengukur indikator-
32
indikator kerja, efisiensi, dan kerja sama antara siswa, guru dan
kolaborator dalam proses pembelajaran.
b). Tes dilaksanakan dengan menggunakan tes tertulis dan tes unjuk
kerja untuk mengukur kemampuan dan keterampilan siswa dalam
menguasai materi pembelajaran matematika
2). Validasi Data
Untuk menjamin validasi temuan perlu dilakukan pengecekan terhadap
data yang diperoleh. Untuk itu perlu dilakukan trianggulasi yaitu tehnik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu (Moleong, 1997:178). Trianggulasi yang digunakan adalah
trianggulasi yang memanfaatkan penggunaan isi dengan jalan
membandingkan data hasil pekerjaan siswa, observasi, catatan lapangan
Disamping itu juga dilakukan diskusi antara guru, kepala sekolah,
pengamat dan rekan-rekan guru yang lain
3). Alat Pengumpul Data
a). Butir soal penjajakan diambil dari soal-soal dari meteri yang
berkaitan dengan materi pokok .Untuk mengidentifikasi kemampuan
siswa sebelum diberi tindakan dan sekaligus untuk menentukan
tingkatan/rangking tiap-tiap siswa guna membentuk kelompok
kooperatif.
b). Butir soal evaluasi untuk mengetahui kemajuan dan prestasi hasil
belajar setiap siklusnya dibuat sesuai materi pokok yang dipelajari.
c). Instrumen observasi, yaitu berupa skala penilaian yang akan diisi
oleh pengamat pada saat proses pembelajaran yang berhubungan
perilaku pengajar dan aktifitas belajar siswa.
Adapun contoh instrumen pengamatan yang dipergunakan dalam
penelitian ini terlampir pada daftar lampiran.
33
Penilaian membuat perencanaan pembelajaran dan kemampuan
mengajar guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh pengamat
dengan lembar pengamatan yang mengacu pada APKG 1 dan APKG 2
(terlampir). APKG 1 berguna untuk mengetahui kemampuan guru dalam
mempersiapkan pembelajaran, sedangkan APKG 2 berguna untuk mengetahui
kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran .Kriteria yang dipergunakan
untuk menilai dengan APKG 1 maupun APKG 2 dalam melaksanakan proses
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah dengan pemberian skala 1–5.
Dengan ketentuan bahwa: nilai 1 (tidak satu deskriptor pun nampak), nilai 2
(satu deskriptor tampak), Nilai 3 (dua diskriptor tampak) nilai 4 (tiga deskriptor
tampak), nilai 5 (Empat diskriptor tampak).
d. Catatan lapangan
Catatan lapangan meliputi catatan tentang kegiatan selama pengajaran
dan kegiatan siswa sebagai subjek peneliti, baik secara objektif maupun
tafsiran. Adapun untuk menjamin validasi temuan perlu dilakukan pengecekan
terhadap data yang diperoleh. Untuk itu perlu dilakukan trianggulasi yaitu
tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu (Moleong, 1997:178). Trianggulasi yang digunakan adalah
trianggulasi yang memanfaatkan penggunaan isi dengan jalan membandingkan
data hasil pekerjaan siswa, observasi, catatan lapangan dan hasil wawancara.
Disamping itu juga dilakukan diskusi antara guru, kepala sekolah, pengamat
dan rekan-rekan guru yang lain.
e. Refleksi
Guru dan pengamat mendiskusikan tentang hasil pembelajaran, jalannya
pembelajaran, peningkatan motivasi belajar dan mengkaji ulang tentang
kekurangan dan kelebihan pada siklus ini. Selanjutnya penyempurnaan dari
kekurangan siklus ini dilaksanakan pada siklus berikutnya.
34
2. Siklus 2
1) Perencanaan
Guru dan teman sejawat (kolaboratif) mendiskusikan tentang
pelaksanaan rencana pembelajaran mengacu dari hasil refleksi siklus
pertama serta menyampaikan alat-alat pendukung beserta lembar
pengamatan.
2) Pelaksanaan tindakan
Pada pelaksanakan ini guru dan pengamat melaksanakan tindakan
yang mengacu pada refleksi yang telah diperbaiki/disempurnakan pada
siklus sebelumnya.
3) Pengamatan
Pengamatan dilakukan selama tindakan berlangsung. Pengamatan
mencakup aktivitas siswa dan aktivitas guru dengan lembar
pengamatan. Guru dan pengamat mengamati dampak pelaksanaan.
Apakah telah sesuai dengan rencana dan hambatan atau kendala apa
yang dihadapi siswa maupun guru.
4) Refleksi
Diskusi bersama guru dan pengamat tentang pelaksanaan. Apakah
pelaksanaan telah membawa hasil peningkatan hasil belajar IPA siswa
Kelas IV SD Negeri Sragen 12 Kabupaten Sragen?. Dan masih adakah
kekurangan (kelemahan) dari sikus ini? Jika kekurangan (kelemahan)
dirasa sudah tidak ada dan hasil telah memenuhi batas minimal
ketuntasan (indikator kerja) maka tindakan berakhir. Namun jika
masih ada kekurangan (kelemahan) dalam pelaksanaan pembelajaran
dan belum terlihat adanya peningkatan hasil belajar IPA maka
dilanjutkan dengan tindakan siklus ke-3 dan siklus selanjutnya yang
langkah-langkahnya seperti pada siklus sebelumnya.
Untuk lebih jelasnya pelaksanan antar siklus dapat dilihat pada gambar
berikut :
35
GAMBAR ALUR PERBAIKAN PEMBELAJARAN DENGAN DUA
SIKLUS
Gamar 4. Gambar Alur Perbaikan Dengan Dua Siklus
Permasalahan P
Permasalahan baru
hasil refleksi
TERCAPAI/ Apabhila permasalahan belum terselesaikan
Diadopsi dari Suharjono ( 2006 : 74 )
Perencanaan tindakan 1
Pelaksanaan tindakan 1
Refleksi 1 Pengamatan/pengumpulan data 1
Perencanaan tindakan 2
Pelaksanaan tindakan 2
Refleksi 2 Pengamatan/pengumpulan data 2
Dilanjutkan ke siklus berikutnya
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kondisi Awal
Telah dikemukakan pada bab pendahuluan bahwa prestasi belajar IPA
siswa kelas IV SD Negeri 12 Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010
Sragen rendah. Rendahnya prestasi ini disebabkan oleh guru di SD Negeri 12
Sragen Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 masih menggunakan
pendekatan tradisional yang didominasi oleh lebih banyaknya penggunaan
metode ceramah, dan pemberian tugas menulis kepada para siswanya.
Akibatnya para siswa menjadi tidak bergairah dalam pembelajaran, jenuh, dan
tumbuhnya perasaan acuh tak acuh.
Proses pembelajaran IPA dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut :
pertama guru menjelaskan sedikit tentang materi, kedua siswa disuruh
membaca buku teks dan merangkum sementara guru sibuk melaksanakan
kegiatan lain ,yang antara lain mengerjakan administrasi, ketiga siswa disuruh
mengerjakan soal soal yang ada dalam kumpulan LKS, dan selanjutnya hasil
pekerjaan dikumpulkan untuk dinilai.
2. Diskripsi Siklus 1.
a. Perencanaan
Perencanaan sebelum tindakan dilakukan kegiatan sebagai berikut :
1) Guru kelas IV (peneliti) bersama teman sejawat (kolabolator) mengadakan
diskusi dan selanjutnya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
menyiapkan media pembelajaran dan instrumen–instrumen lainnya.
2) Mempersiapkan instrumen pengamatan (observasi) aspek-aspek proses
pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
24
37
3) Mengadakan tes penjajagan yang sekaligus untuk menentukan ranking
guna membagi siswa dalam kelompok. Adapun dalam penelitian ini siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok (tim), yang masing-masing anggotanya
4(empat)-5 (lima) orang. Dari 40 siswa kelas SD Negeri 12 Sragen 1 hasil
tes penjajagan rata-rata kelas nilai IPA dengan materi macam-macam alat
indra manusia dan fungsi alat indra manusia adalah ≤ 67 (16 siswa), ≥ 68
(24 siswa).
4) Melakukan koordinasi dengan tim pengamat (I dan II) dan penjelasan cara
pengisian lembar pengamatan (observasi).
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Guru melakukan langkah pembelajaran sesuai dengan skenario
pembelajaran (rencana pembelajaran terlampir).
2) Siswa mengikuti kegiatan pembelajaran dan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan skenario kegiatan belajar mengajar.
3) Pengamat melakukan pengamatan sesuai dengan instrumen pengamatan
tentang aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru dan
aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.
c. Observasi
Sasaran observasi penelitian adalah aspek-aspek proses pembelajaran
yang dilakukan guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, yaitu
aspek, afektif dan psikomotor yang berhubungan dengan materi pokok
macam-macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia.
Data hasil penilaian baik kognitif (tertulis) maupun afektif dan
psikomotor (pengamatan) untuk siswa, dan indikator aspek-aspek proses
pembelajaran yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran sesuai
dengan instrumen pengamatan
Data hasil penilaian baik kognitif (tertulis) maupun afektif dan
psikomotor (pengamatan) untuk siswa dan indikator aspek-aspek proses
pembelajaran yang dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran sesuai
dengan instrumen pengamatan yaitu aspek-aspek proses pembelajaran yang
38
dilakukan guru meliputi perencanaan, kegiatan utama dan pemantapan sesuai
dengan pedoman APKG 1 dan APKG 2. Adapun data hasil evaluasi dalam
kegiatan pembelajaran materi pokok macam-macam alat indra manusia dan
fungsi alat indra manusia. adalah seperti pada tabel berikut:
Tabel 2 Perolehan Hasil Evaluasi Siklus 1
Data pada tabel diatas menunjukkan hasil nilai kognitif (evaluasi),
Afektif dan psikomotor (pengamatan), terlihat bahwa rata-rata kelas ada
peningkatan. Baik rata-rata prestasi atau persentasenya, artinya rata-rata nilai
prestasi meningkat dari 58 (pada pra siklus) menjadi 72 dan ketuntasan dari
37,5 % menjadi 60%.
Sedangkan pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai prestasi
individu siswa juga sudah meningkat dari 15 siswa yang mendapat nilai
dibawah ≤68 menjadi 24 siswa. Namun dari data di atas terlihat masih 16
siswa (40 %) yang belum mencapai nilai ketuntasan (indikator kerja). Berarti
masih banyak siswa yang belum menguasai Matematika materi pokok macam-
macam alat indra manusia dan fungsi alat indra manusia.
Data indikator aspek-aspek proses pembelajaran yang dilakukan guru
dengan instrumen pengamatan yaitu aspek-aspek proses pembelajaran yang
dilakukan guru meliputi perencanaan, kegiatan utama dan pemantapan.
Adapun data hasil pengamatan pada siklus I tentang aspek-aspek proses
pembelajaran yang dilasanakan guru sudah mencapai 60 % untuk pelaksanaan
dan 81 % untuk perencanaan/instrumen pembelajaran.