LAPORAN PEMANTAUAN KUALITAS UDARADINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN
BANTUL
DATA HASIL PEMANTAUAN KUALITAS UDARA
TAHUN 2020
3 Oksidan µg/Nm5 20.5 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 8.4 160
5 PM10 µg/Nm7 7.6 150
6 PM2,5 µg/Nm8 0.6 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 19.6 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.01 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 67.29 70
Periode : November
3 Oksidan µg/Nm5 2.6 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 1.5 160
5 PM10 µg/Nm7 12 150
6 PM2,5 µg/Nm8 4.5 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 20.8 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.022 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 67.5 70
2. Klodran
Periode : April
3 Oksidan µg/Nm5 27.4 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 12.3 160
5 PM10 µg/Nm7 5.7 150
6 PM2,5 µg/Nm8 0.5 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 20.6 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.1 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 67.29 70
Periode : November
3 Oksidan µg/Nm5 2.2 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 5.4 160
5 PM10 µg/Nm7 16.4 150
6 PM2,5 µg/Nm8 10.2 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 21.7 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.109 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 72.6 70
3. Perempatan Jejeran
3 Oksidan µg/Nm5 38.1 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 3 160
5 PM10 µg/Nm7 5.7 150
6 PM2,5 µg/Nm8 0.5 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 21.2 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.04 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 69.71 70
Periode : November
3 Oksidan µg/Nm5 3.7 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 2.5 160
5 PM10 µg/Nm7 15.1 150
6 PM2,5 µg/Nm8 7.9 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 22.3 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.066 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 71.7 70
4. Pertigaan Piyungan
3 Oksidan µg/Nm5 9.6 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 9.9 160
5 PM10 µg/Nm7 7.9 150
6 PM2,5 µg/Nm8 0.6 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 16.5 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.1 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 68.44 70
Periode : November
3 Oksidan µg/Nm5 3.8 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 1.1 160
5 PM10 µg/Nm7 17.5 150
6 PM2,5 µg/Nm8 9 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 20.1 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.113 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 71.4 70
5. Depan Brimob
3 Oksidan µg/Nm5 18.9 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 12.4 160
5 PM10 µg/Nm7 9.5 150
6 PM2,5 µg/Nm8 0.6 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 22.7 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.1 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 65.82 70
Periode : November
3 Oksidan µg/Nm5 5.7 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 2.7 160
5 PM10 µg/Nm7 18.5 150
6 PM2,5 µg/Nm8 11.3 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 23.5 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.116 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 71.1 70
6. Ketandan
3 Oksidan µg/Nm5 48.7 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 7.7 160
5 PM10 µg/Nm7 7.7 150
6 PM2,5 µg/Nm8 0.8 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 21.6 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.1 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 64.6 70
November
3 Oksidan µg/Nm5 1.8 235
4 Hidrokarbon µg/Nm6 1 160
5 PM10 µg/Nm7 14.3 150
6 PM2,5 µg/Nm8 9 65
7 Debu (TSP) µg/Nm9 22.7 230
8 Timbal (Pb) µg/Nm10 0.078 2
9 Kebisingan (Lsm) dBA 72.5 70
Data pada tabel diatas merupakan hasil pemantauan udara ambien
selama satu
tahun yang diambil dalam dua periode. Periode pertama dilakukan
pada bulan April
2020 dan periode kedua dilakukan pada bulan November 2020. Dasar
hukum
pemantauan udara mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No.41
Tahun 1999 dengan waktu pengukuran 24 jam.
PEMBAHASAN
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama konsentrasi
tertinggi
berada pada titik pantau Ketandan sebesar 19.7 µg/Nm3 sedangkan
konsentrasi
terendah pada titik pantau Piyungan sebesar 7.5 µg/Nm3. Periode
kedua
konsentrasi tertinggi berada pada titik pantau Piyungan sebesar
225.6 µg/Nm3
sedangkan konsentrasi terendah pada titik pantau Madukismo sebesar
115.3
µg/Nm3.
Berdasarkan data tersebut , semua titik pantau udara ambien di
wilayah
Kabupaten Bantul masih berada di bawah Baku Mutu Udara ambien yang
telah
ditetapkan sesuai PP No 41 tahun 1999 yaitu 365 µg/Nm3.
Sulfur dioksida adalah salah satu spesies dari gas-gas oksida
sulfur (SOx).
Gas ini sangat mudah terlarut dalam air, memiliki bau namun tidak
berwarna,SO2
dan gas-gas oksida sulfur lainnya terbentuk saat terjadi pembakaran
bahan bakar
fosil yang mengandung sulfur. Sulfur sendiri terdapat dalam hampir
semua
material mentah yang belum diolah seperti minyak mentah, batu bara,
dan bijih-
bijih yang mengandung metal seperti alumunium, tembaga,seng,timbal
dan besi.
Tingginya kadar SO2 di udara merupakan salah satu penyebab
terjadinya hujan
asam.
a. Sumber Bergerak
b. Melakukan Uji Emisi dan KIR kendaraan berkala
b. Sumber tidak bergerak
c. Menggunakan bahan bakar minyak atau batubara dengan kadar
sulfur
rendah.
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama konsentrasi
tertinggi
berada pada titik pantau Klodran sebesar 11.1 µg/Nm3, sedangkan
konsentrasi
terendah berada pada titik pantau Jejeran sebesar 5.9 µg/Nm3. Pada
pemantauan
periode kedua konsentrasi tertinggi berada pada titik pantau Depan
Brimob
sebesar 74.9 µg/Nm3 dan konsentrasi terendah berada pada titik
pantau
Madukismo sebesar 51.2 µg/Nm3.
Berdasarkan data tersebut , semua titik pantau udara ambien di
wilayah
Kabupaten Bantul masih berada di bawah Baku Mutu Udara ambien yang
telah
ditetapkan sesuai PP No 41 tahun 1999 yaitu 150 µg/Nm3.
Nitrogen Dioksida terbentuk dan dipancarkan dari semua mesin
pembakaran. Inilah sumber terbentuknya senyawa berbahaya ini. Mulai
dari
asap kendaraan bermotor (terutama mobil, truk, dan bis), asap buang
dari
kompor minyak tanah, kompor gas, pemanas air di kamar mandi
yang
menggunakan minyak tanah, asap rokok, pembakaran generator pada
industri,
serta Nitrogen Dioksida yang terbentuk dari kebakaran hutan.
Pencegahan terbentuknya Nitrogen Dioksida :
2. Mengemudilah dengan putaran mesin rendah
3. Rawat mesin kendaraan dan ukur emisi gas buangnya
4. Buat ventilasi dan gunakan exhaust fan
5. Mengurangi temperatur pembakaran generator
c. O3 (Oksidan)
NO LOKASI HASIL
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama konsentrasi
tertinggi
berada pada titik pantau Ketandan sebesar 48.7 µg/Nm3, sedangkan
konsentrasi
terendah berada pada titik pantau Piyungan sebesar 9.6 µg/Nm3.
Untuk periode
kedua konsentrasi tertinggi berada pada titik pantau Depan Brimob
sebesar 5.7
µg/Nm3, sedangkan konsentrasi terendah berada pada titik pantau
Ketandan
sebesar 1.8 µg/Nm3.
ditentukan dalam Baku Mutu Udara Ambien Nasional dalam lampiran
Peraturan
Pemerintah No.41 tahun 1999 yaitu 235 µg/Nm3.
Dampak yang ditimbulkan ozon dapat dikurangi antara lain dengan
:
mengontrol emisi kendaraan bermotor, mengontrol emisi sumber
stationer,
menghindari reseptor dari daerah tercemar dan control
lingkungan.
d. HC (Hidrokarbon)
NO LOKASI HASIL
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama konsentrasi
tertinggi
berada pada titik pantau Depan Brimob dengan konsentrasi sebesar
12.4 µg/Nm3
sedangkan konsentrasi terendah berada pada titik pantau Jejeran
dengan
konsentrasi sebesar 3 µg/Nm3. Pada pemantauan periode kedua
konsentrasi
tertinggi berada pada titik pantau Klodran dengan konsentrasi
sebesar 5.4
µg/Nm3 sedangkan konsentrasi terendah berada pada titik pantau
Ketandan
dengan konsentrasi sebesar 1 µg/Nm3.
Konsentrasi Hidrokarbon yang terukur masih memenuhi baku mutu
yang
ditentukan dalam Baku Mutu Udara Ambien Nasional dalam lampiran
Peraturan
Pemerintah No.41 tahun 1999 yaitu 160 µg/Nm3.
Struktur Hidrokarban (HC) terdiri dari elemen hidrogen dan korbon
dan
sifat fisik HC dipengaruhi oleh jumlah atom karbon yang menyusun
molekul HC.
HC adalah bahan pencemar udara yang dapat berbentuk gas, cairan
maupun
padatan. Semakin tinggi jumlah atom karbon, unsur ini akan
cenderung berbentuk
padatan.
Sumber HC dapat berasal dari sarana transportasi. Kondisi mesin
yang
kurang baik akan menghasilkan HC. Pada umumnya pada pagi hari kadar
HC di
udara tinggi, namun pada siang hari menurun. Sore hari kadar HC
akan meningkat
dan kemudian menurun lagi pada malam hari.
e. PM 10
NO LOKASI HASIL
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama konsentrasi
tertinggi
berada pada titik pantau Depan Brimob sebesar 9.5 µg/Nm3
sedangkan
konsentrasi terendah berada pada titik pantau Klodran dan Jejeran
sebesar 5.7
µg/Nm3. Periode Kedua konsentrasi tertinggi berada pada titik
pantau Depan
Brimob sebesar 18.5 µg/Nm3 dan konsentrasi terendah berada pada
titik pantau
Madukismo sebesar 12 µg/Nm3.
Particulate matter (PM) adalah istilah untuk partikel padat atau
cair yang
ditemukan di udara.PM-10 termasuk partikel dengan diameter 10
mikrometer atau
kurang. Standar kesehatan berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999 untuk
PM-10
adalah 150 µg/Nm3 (24 jam). Dari beberapa titik pantau di Kabupaten
Bantul tidak
ditemukan konsentrasi PM10 yang melebihi Baku Mutu yang
dipersyaratkan.
f. PM 2.5
NO LOKASI HASIL
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama konsentrasi
tertinggi
ada di titik pantau Ketandan sebesar 0.8 µg/Nm3 dan konsentrasi
terendahada
di titik pantau Klodran dan Jejeran sebesar 0.5 µg/Nm3 . Sedangkan
periode
kedua konsentrasi tertinggi berada pada titik pantau Depan Brimob
dengan nilai
11.3 µg/Nm3 dan konsentrasi terendah berada pada titik pantau
Madukismo
dengan nilai 4.5 µg/Nm3.
Partikulat (PM2.5) adalah Partikel udara yang berukuran lebih kecil
dari 2.5
mikron (mikrometer). Nilai Ambang Batas (NAB) adalah batas
konsentrasi polusi
udara yang diperbolehkan berada dalam udara ambien. NAB PM2.5 =
65
ugram/m3. Dari beberapa titik pantau di Kabupaten Bantul tidak
ditemukan
konsentrasi PM 2.5 yang melebihi Baku Mutu.
g. Debu (Total Suspended Particulat)
NO LOKASI HASIL
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama konsentrasi
tertinggi
berada pada titik pantau Brimob dengan nilai 22.7 µg/Nm3 dan
konsentrasi
terendah berada pada titik Piyungan dengan nilai 16.5 µg/Nm3. Pada
periode
kedua konsentrasi tertinggi berada pada titik pantau Brimob dengan
nilai 23.5
µg/Nm3 dan konsentrasi terendah berada pada titik pantau Piyungan
20.1
µg/Nm3.
pencemaran udara yang berupa partikel-partikel tersuspensi di udara
permukaan
(Udara ambient), mengacu pada semua partikel yang ukurannya kurang
dari 100
mikrometer. Sumber manusia meliputi produk pembakaran dari
pemanasan
ruang, proses industri, pembangkit listrik, cerobong asap,
insinerator dan
penggunaan kendaraan bermotor. Dari beberapa titik pantau di
Kabupaten
Bantul tidak ditemukan konsentrasi TSP yang melebihi Baku Mutu
yaitu 230
µg/Nm3.
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama
konsentrasi
tertinggi berada pada titik pantau Klodran, Piyungan dan Brimob
sebesar 0.1
µg/Nm3 sedangkan konsentrasi terendah berada pada titik pantau
Jejeran
sebesar 0.04 µg/Nm3. Pada periode kedua konsentrasi tertinggi
berada pada titik
pantau Brimob sebesar 0.116 µg/Nm3 sedangkan titik terendah berada
pada titik
pantau Madukismo sebesar 0.022 µg/Nm3.
Salah satunya dampak aktivitas transportasi adalah terjadinya
pencemaran udara, yaitu terjadinya emisi gas buang yaitu Timbal
(Pb) . Timbal
(Pb) merupakan logam berat yang bersifat toksin yang
mempengaruhi
lingkungan dan kesehatan manusia dan bersifat akumulatif.
Sumber-sumber lain
yang menyebabkan timbal terdapat dalam udara ada bermacam-macam.
Di
antara sumber alternatif ini yang tergolong besar adalah pembakaran
batu bara,
asap dari pabrik-pabrik yang mengolah senyawa timbal alkil, timbal
oksida,
peleburan biji timbal dan transfer bahan bakar kendaraan bermotor,
karena
senyawa timbal yang terdapat dalam bahan bakar tersebut dengan
sangat
mudah menguap. Dari beberapa titik pantau di Kabupaten Bantul
tidak
ditemukan konsentrasi Timbal yaitu 2 µg/Nm3.
i. Kebisingan
Dari tabel diatas, pada pemantauan periode pertama kebisingan
tertinggi
berada pada titik pantau Jejeran dengan nilai kebisingan 69.71 dB,
sedangkan
kebisingan terendah berada pada titik pantau Brimob dengan nilai
kebisingan
65.82 dB. Pada periode kedua kebisingan tertinggi pada titik pantau
Klodran 72.6
dB, sedangkan kebisingan terendah pada titik pantau Madukismo
sebesar 67.5
dB.
Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY No. 40 Tahun 2017 tentang
Baku
Tingkat Kebisingan, kawasan perdagangan dan jasa ditetapkan sebesar
70 dB(A)
untuk Leq. Semua titik pantau merupakan perempatan besar yang padat
lalu
lintas, maka penyumbang utama kebisingan untuk setiap titik pantau
diperkirakan
berasal dari aktifitas transportasi, industri kecil dan besar di
sekitar titik pantau.
HASIL PASSIVE SAMPLER UJI KUALITAS UDARA
KABUPATEN BANTUL TAHUN 2020