Top Banner
LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 1 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang mendasar dan sangat penting bagi manusia manusia dan makhluk hidup lainnya. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung0 diminum, sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. ( Hamidah Harahap, 2007) Dengan peranannya yang sangat penting , air akan dipengaruhi dan mempengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Pemanfaatan air untuk menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan bijaksana dalam pengelolaanya akan mengakibatkan kerusakan pada sumberdaya air. Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan untuk keperluan manusia sebagai tempat penampungan air, alat transportasi, mengairi sawah, dan keperluan peternakan, keperluan industri, perumahan, sebagai daerah tangkapan bajir. Ini harus terus dijaga kelestariannya dari bahan pencemar (Diana Hendrawan,2005). Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu Dengan demikian, kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air minum. Air yang jernih bukan berarti air yang baik bagi ikan, karena jernih bukan satu-satunya sarat air berkualitas bagi ikan. Sering dijumpai ikan hidup dan berkembang dengan "subur" justru pada air yang bagi manusia menimbulkan kesan jorok. Ikan hidup dalam lingkungan air dan melakukan interaksi aktif antara keduanya. Ikan-air boleh dikatakan sebagai suatu sistem terbuka dimana terjadi pertukaran materi (dan energi), seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), garam-garaman, dan bahan buangan. Pertukaran materi ini terjadi pada antarmuka (Interface) ikan-air pada bahan berupa membran semipermeabel yang terdapat pada ikan. Kehadiran bahan-
34

Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

Jan 18, 2016

Download

Documents

Pemantauan Kualitas Air Baku dan Air sungai Kabupaten Bone 2014
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 1

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan yang mendasar dan sangat penting bagi manusia

manusia dan makhluk hidup lainnya. Air minum adalah air yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung0 diminum, sedangkan air

bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum apabila

telah dimasak. ( Hamidah Harahap, 2007)

Dengan peranannya yang sangat penting , air akan dipengaruhi dan

mempengaruhi oleh kondisi/komponen lainnya. Pemanfaatan air untuk

menunjang seluruh kehidupan manusia jika tidak dibarengi dengan tindakan

bijaksana dalam pengelolaanya akan mengakibatkan kerusakan pada

sumberdaya air. Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak

dimanfaatkan untuk keperluan manusia sebagai tempat penampungan air,

alat transportasi, mengairi sawah, dan keperluan peternakan, keperluan

industri, perumahan, sebagai daerah tangkapan bajir. Ini harus terus dijaga

kelestariannya dari bahan pencemar (Diana Hendrawan,2005).

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan

dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu Dengan demikian, kualitas air

akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas

air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan air

minum. Air yang jernih bukan berarti air yang baik bagi ikan, karena jernih

bukan satu-satunya sarat air berkualitas bagi ikan. Sering dijumpai ikan hidup

dan berkembang dengan "subur" justru pada air yang bagi manusia

menimbulkan kesan jorok. Ikan hidup dalam lingkungan air dan melakukan

interaksi aktif antara keduanya. Ikan-air boleh dikatakan sebagai suatu

sistem terbuka dimana terjadi pertukaran materi (dan energi), seperti oksigen

(O2), karbon dioksida (CO2), garam-garaman, dan bahan buangan.

Pertukaran materi ini terjadi pada antarmuka (Interface) ikan-air pada bahan

berupa membran semipermeabel yang terdapat pada ikan. Kehadiran bahan-

Page 2: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 2

bahan tertentu dalam jumlah tertentu akan mengganggu mekanisme kerja

dari membran tersebut, sehingga ikan pada akhirnya akan terganggu dan

bisa tewas. Ikan telah berevolusi selama jutaan tahun pada kondisi

lingkungan yang stabil. Oleh karena itu, dalam lingkungan alamiahnya

mereka tidak perlu beradaptasi dengan berbagai perubahan drastis yang

terjadi. Bahkan kondisi lingkungan mereka memiliki mekanisme tertentu

untuk menjaga terjadinya perubahan mendadak. Sedangkan pada

lingkungan akuarium, sebagai sebuah sistem tertutup, perubahan mandadak

dan drastis terhadap parameter air kerap terjadi (seperti suhu, pH,

kandungan amonia dll), sehingga akan menyebabkan ikan stres dan tidak

jarang menyebabkan kematian (Purwakusuma, 2009).

Kualitas Air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan

air untuk penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan,

pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah

mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan kelestarian dalam

penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian

tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji

kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna)

Kecenderungan semakin meningkatnya pencemaran dan perusakan

lingkungan hidup jelas tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena akan

mengancam kesinambungan pembangunan serta keselamatan, kesehatan

lingkungan hidup dan masyarakat. Karena itu Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup mengamanatkan perlunya pengendalian pencemaran dan

perusakan lingkungan hidup guna pelestarian fungsi lingkungan hidup,

dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan penanggungjawab

usaha dan / atau kegiatan sesuai kewenangan, peran dan tanggungjawab

masing-masing (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009

Pasal 13 ayat (1) dan (3).

Page 3: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 3

2. Rumusan Masalah

Sungai mempunyai sifat dinamis dimana dapat berubah dalam

dimensi ruang dan waktu maka dalam pemanfaatan potensinya

perubahan sifat dapat mengurangi nilai manfaat sungai dan

membahayakan lingkungan sekitar. Bencana luapan banjir, akibat

penyempitan palung sungai karena adanya intervensi. Permukiman liar,

pembuangan sampah atau limbah padat dan sedimentasi. Pembawa

polusi akibat pembuangan limbah kimia industri, pertanian, limbah

domestik dan limbah organik.

Bahan organik mengalami proses pembusukan mengeluarkan

bau busuk ke lingkungan. Warna air sungai berubah menjadi keruh

kehitaman. Sementara itu bahan anorganik banyak mengendap di dasar

sungai atau terapung di air menutup permukaan sungai, kondisi demikian

ditambah lagi busa detergent dan bahan beracun maka sempurnalah

pencemaran sungai di daerah yang demikian. Oleh karena itu

pemantauan kualitas sungai sangat diperlukan Kondisi dan Tekanan

Terhadap Sumber Daya Air

3. Maksud dan Tujuan

3.1. Maksud

Mendapatkan informasi atau gambaran kualitas air di Kabupaten Bone

sehingga dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan kebijakan

Pemerintah Kabupaten Bone dalam perencanaan pengelolaan kualitas

air dan pengembangan standar kualitas air dan peraturan pembuangan

limbah cair dalam rangka menciptakan lingkungan sumber air yang

bersih dan sehat.

3.2 Tujuan

1. Mengukur Kualitas Air sungai dan Air Tanah

2. Menilai status mutu Air Sungai dan Air Tanah Dalam

Page 4: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 4

4. Sasaran

Sasaran kegiatan pemantuan kualitas air , meliputi :

1. Sungai Walanae

2. Sungai Teko

3. Sungai Kaju

4. Air tanah dalam lokasi Ex. Pasar Sentral Watampone

5. Air tanah dalam lokasi Rumah Sakit Umum Tenriawaru

6. Air Baku PDAM

7. Air tanah dalam Perumahan

8. Air laut pelabuhan

9. Air laut sekitar pemukiman

5. Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan pemantauan kualitas air di Kabupaten Bone meliputi

1. Penentuan Tujuan Pemantauan

2. Penentuan lokasi pemantauan

3. Pelaksanaan sampling

4. Pelaksanaan analisis laboratorium

5. Penyusunan Laporan

6. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan sampling kualitas air (air sungai, air tanah dan air laut) di

lapangan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 17 November – 19

November 2013, jam 08.00 (Wita) sampai dengan jam 17.30 (Wita) dan

selanjutnya di analisis di Laboratorium Balai Besar Kesehatan

Kementerian Kesehatan di Makassar

7. Acuan Kerja

Jenis air permukaan yang terdapat di Kabupaten Bone terutama bersumber

dari sungai-sungai besar yaitu Sungai Walanae, S. Cenrana, S. Palakka,

S.Pattiro, Jaling, Unyi, Maradda, Lerang, Pallengoreng, Bengo, Dekko, Melle,

Paccing, dan beberapa sungai lainnya yang sebagian bermuara ke Teluk

Bone. Potensi jenis air permukaan ini difungsikan untuk keperluan pertanian

Page 5: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 5

dan rumah tangga, sedangkan jenis air tanah dipergunakan untuk keperluan

rumah tangga sebagai sumber air bersih, namun kualitas air tanah dangkal

(sampai kedalaman 6 meter) banyak mengandung kapur.

Untuk mengetahui gambaran kualitas air di Kabupaten Bone, maka dilakukan

pengujian pada beberapa lokasi.

Melakukan analisa (uji laboratorium) terhadap sampling air sungai, air tanah

dan air laut dengan mengacu kepada :

Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 492/MENKES/PER/IV/2010

Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum

Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2010

Tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup.

Peraturan perundangan lainnya yang mengatur tentang Baku mutu

air sungai, air tanah dan air laut dengan parameter sbb :

A. Fisika

1. Temperatur

2. Zat Padat Terlarut (TDS)

3. Zat Padat Tersuspensi (TSS)

4. Warna

5. Suhu

6. Kekeruhan

B. Kimia

1. pH

2. Besi (Fe)

3. Mangan (Mn)

4. Barium (Ba)

5. Tembaga (Cu)

Page 6: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 6

6. Seng (Zn)

7. Krom Heksavalen (Cr6+)

8. Cadmium (Cd)

9. Air Raksa (Hg)

10. Timbal (Pb)

11. Arsen (As)

12. Selenium (Se)

13. Sulfat (SO4)

14. Sianida (CN)

15. Hidrogen Sulfida (H2S)

16. Florida (F)

17. Klorin Bebas (NH3-N)

18. Nitrat (NO3-N)

19. Nitrit sebagai N

20. BOD5

21. COD

22. DO

23. Chloride

24. Total Fosfat

25. Minyak dan Lemak

26. Kromium (Cr)

27. Nikel (Ni)

28. Kesadahan (CaCO3)

29. Salinitas

C. Mikrobiologi

1. Total Coliform

2. Coli

Page 7: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 7

II. TINJAUAN AREA PEMANTAUAN

2.1 Kondisi Geografis

a) Kabupaten Bone

sebagai salah satu daerah

yang berada dipesisir Timur

Sulawesi Selatan memiliki

posisi strategis dalam

perdagangan barang dan jasa

di Kawasan Timur Indonesia,

yang secara administratif

terdiri dari 27 Kecamatan, 333

Desa dan 39 Kelurahan, yang

letaknya 174 km kearah timur

Kota Makassar, berada pada

posisi 4° 13’- 506’ Lintang

Selatan dan antara 119° 42’-

120° 30’ Bujur Timur.

Gbr. 1. Peta Topografi Kabupaten Bone

b) Luas wilayah Kabupaten Bone 4.559 km2 dengan rincian lahan sebagai

berikut :

- Persawahan : 88.449 Ha

- Tegalan/Ladang : 120.524 Ha

- Tambak/Empang : 11.148 Ha

- Perkebunan Negara/Swasta : 43.052,97 Ha

- Rutan : 145.073 Ha

- Padang rumput dan lainnya : 10.503,48 Ha

c) Batas Wilayah

- Sebelah Utara berbatasan Kabupaten Wajo, Soppeng

- Sebelah Selatan berbatasan Kabupaten Sinjai,Gowa

Page 8: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 8

- Sebelah Timur berbatasan Teluk Bone

Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Maros, Pangkep, Barru

2.2. Kondisi Lahan

Penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Bone dapat digolongkan kedalam

beberapa tipe penggunaan seperti hutan, persawahan,padang

rumput/rawa,tambak /kolam /empang dan perkampungan. Penggunaan lahan

yang terbesar yaitu untuk hutan baik hutan Negara maupun hutan rakyat

seluas ±114.416 Ha atau 29,02% dari luas lahan dikabupaten Bone pada

tahun 2005. · Lahan tanah, kayu-kayuan, hutan Rakyat : 3,69% · Lahan

Kering sementara tidak ditanami : 3,10% · Tambak, Kolam,Tebat/Empang :

2,32% · Ladang/Huma, Padang rumput, Rawa-rawa : 1,08% · Tegal/Kebun :

16,66% · Pekarangan/Bangunan : 5,40% · Hutan Negara : 25,33% ·

Perkebunan : 15,06% · Sawah : 23,10% · Lainnya. : 4,24%

2.3. Penggunaan Lahan

Kabupaten Bone memiliki dua jenis musim yakni musim penghujan dan

musim kemarau dengan tipe iklim sedang. Pada priode bulan April-

September, bertiup angin timur yang membawa hujan.Sebaliknya pada

priode Oktober-Maret bertiup angin barat, yang pada waktu itu Kabupaten

Bone akan mengalami musi kemarau, tetapi terdapat juga sektor peralihan

dimana Kecamatan Bontocani dan Libureng yang sebagian wilayahnya

mengikuti serktor barat dan sebagiannya lagi mengikuti sektor timur. Suhu

minimum di Kabupaten Bone adalah 260 C dan suhu maksimum 430 C.

Melihat kondisi tersebut, maka daerah ini memungkinkan untuk

menghasilkan berbagai jenis komoditi pertanian yang memiliki nilai Ekonomi

tinggi

2.4. Kondisi Hidrologi

Sumber air baku potensial yang dapat dimanfaatan sebagai air baku air

bersih penduduk maupun untuk kegiatan pertanian, tersebar di beberapa

tempat atau daerah genangan dengan luasan yang bervariasi, antara lain:

Page 9: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 9

a. Genangan Paccapaseng di Kecamatan Ponre dengan luas 2.000 ha.

b. Genangan Paropo di Kecamatan Lappariaja dengan luas 2.300 ha.

c. Genangan Waru-Waru di Kecamatan Cina dan Mare dengan luas 2.000

ha.

d. Genangan bendungan Salomekko di Kecamatan Salomekko dengan luas

1.722 ha.

e. Genangan Ponre-Ponre di Kecamatan Libureng seluas 10.000 ha.

f. Pengembangan Waduk Sanrego di Kecamatan Kahu dengan luas 10.000

ha.

g. Genangan di desa Ujung di Kecamatan Dua Boccoe seluas 450 ha; dan

h. Tangkapan Air atau rawa pasang surut di desa Uloe di Kecamatan Dua

Boccoe seluas 800 ha.

Untuk kebutuhan air minum, penduduk kota Watampone dan sekitarnya

memanfaatkan air bersih yang bersumber dari PDAM dengan jumlah

pelanggan tahun 2010 sebanyak 10.947 satuan sambungan.

Page 10: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 10

III. METODE PELAKSANAAN PEMANTAUAN

3.1. Penentuan Titik Sampling

Agar diperoleh gambaran mengenai kualitas air maka penentuan titik

sampling dilakukan dengan pertimbangan bahwa air sungai pada titik

tersebut telah betul-betul homogen atau tercampur dengan baik. Untuk

memverifikasi bahwa pada titik sampling tersebut sudah terjadi percampuran

air sungai yang baik maka perlu dilakukan pemeriksaan homogenitas dengan

cara pengambilan beberapa sampel pada titik sepanjang lebar dan

kedalaman sungai untuk dianalisis beberapa parameter yang khas seperti

pH, temperatur dan oksigen terlarut. Jika hasil yang diperoleh tidak berbeda

secara signifikan maka suatu titik sampling dapat ditentukan di tengah aliran

atau titik lain yang mudah pengambilannya. Bila hasil analisis berbeda

nyata dari satu titik dengan yang lainnya maka perlu diambil sampel dari

beberapa titik yang dilalui aliran. Umumnya semakin banyak sampel yang

dikumpulkan akan semakin mewakili.

Berdasarkan ketentuan di atas, kegiatan pemantauan kualitas air di

kabupaten Bone ditetapakan 13 (Tigabelas) lokasi sampling pada

pemantauan kualitas air di Kabupaten Bone 2013 :

a. Sungai, yang terdiri dari 8 titik

1. Sungai Walanae (bagian muara), yaitu di muara di Desa

Cenrana, Kecamatan Cenrana

2. Sungai Walane (bagian tengah), yaitu di jembatan Leppangeng,

di Desa Patongkai, Kecamatan Lappariaja.

3. Sungai Walanae (bagian hulu), yaitu di jembatan sungai

Kalumpang, lokasi di desa Pole-Onro, Kecamatan Libureng

4. Sungai Teko, sebelum Out Let limbah cair (out let) PT. Basis

Indah (Alkohol dan Spiritus), di desa Luppereng, Kecamatan

Cina.

5. Sungai Teko, sesudah Out Let limbah cair PT. Basis Indah

(Alkohol dan Spiritus), di desa ArasoE, Kecamatan Cina

Page 11: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 11

6. Sungai Kaju, sesudah bercampur limbah cair (out let) Pabrik

Gula Bone, (ArasoE), lokasinya di desa Massenrempulu –

Kecamatan Sibulue.

7. Sungai SalokaE, sebelum memasuki kota Watampone (bagian

hulu), di Kelurahan Mattirowalie, Kecamatan Tanete Riattang

Barat

8. Sungai SalokaE, sesudah melewati kota Watampone (bagian

hilir), di Kelurahan Massumpu, Kecamatan Tanete Riattang.

b. Sampling Kualitas Air Tanah 4 (Empat) lokasi atau titik sampling,

yaitu :

1. Air tanah dalam lokasi Ex. Pasar Sentral Watampone, Dijalan

D.I Panjaitan di Kelurahan Biru, Kecamatan Tanete Riattang

2. Air tanah dalam lokasi Rumah Sakit Umum Tenriawaru, di

Jalan Wahidin Sudirohusodo, Kelurahan Macanang

Kecamatan Tanete Riattang Barat

3. Air Tanah (Mata Air Wollangi) sebagai air baku PDAM

Wollangi, di Desa Wollangi, Kecamatan Barebbo

4. Air tanah dalam Perumahan BTN Harfana Halim Indah, di

Jalan Wahidin Sudirohusodo, Kelurahan Macanang

Kecamatan Tanete Riattang Barat.

c. Sampling kualitas air laut 2 (Dua) lokasi atau titik sampling, yaitu:

1. Air laut sekitar pelabuhan Ferry Bajoe, di Kelurahan Bajoe,

Kecamatan Tanete Riattang Timur.

2. Air laut sekitar pelabuhan Perikanan, di Kelurahan LonraE,

Kecamatan Tanete Riattang Timur.

3.2 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Metode pengambilan sampel atau contoh uji air adalah proses pengambilan

air di lokasi yang telah ditentukan, mengukur parameter yang dapat diukur

langsung di lapangan (misalnya: pH, temperatur, dan oksigen terlarut),

mengawetkan, menyimpan dan membawa contoh uji ke laboratorium yang

telah ditunjuk sesuai metode yang telah dibakukan.

Page 12: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 12

Urutan pelaksanaan pengambilan contoh kualitas air adalah sebagai berikut :

a. Membuat perencanaan pengambilan contoh uji

b. Menentukan lokasi pengambilan contoh

c. Menentukan pengambilan contoh

d. Melakukan pengambilan contoh

e. Melakukan pemeriksaan kualitas air di lapangan

f. Melakukan pengolahan pendahuluan dan pengawetan contoh

g. Pengepakan contoh dan pengangkutan ke Laboratorium

Teknik Pengambilan Contoh

Teknik pengambilan contoh harus disesuaikan dengan tujuan

pengambilan contoh yaitu pengambilan contoh sesaat (grab sample) adalah

contoh yang menunjukkan sifat contoh pada saat contoh diambil. Hal lain

yang perlu diperhatikan adalah:

Contoh air sungai sebaiknya diambil dari bagian yang mengalir

dan dekat dengan permukaan.

Bagian sungai yang diam sebaiknya dihindari.

Untuk sungai yang lebar dan lurus, contoh diambil dari tepi tetapi

pada jarak paling sedikit 1 m dari tepi sungai.

Pengambilan contoh air sungai yang tidak terjangkau tangan,

contoh air dapat diambil dengan botol pemberat

Gb. 2. Teknik Pengambilan Sampel

Page 13: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 13

3.3 Cara Pengolahan dan Analisa Data Cara Pengolahan dalam Pengawetan contoh

Pengawetan contoh untuk parameter tertentu diperlukan apabila

pemeriksaan tidak dapat langsung dilakukan setelah pengambilan contoh.

Jenis bahan pengawet yang digunakan dan lama penyimpanan berbeda-

beda tergantung pada jenis parameter yang akan diperiksa. Adapun cara

pengawetan ada 2 (dua) macam yaitu dengan cara fisika dan kimia.

Pengawetan secara fisika dilakukan dengan cara pendinginan contoh pada

suhu 40C atau pembekuan, sedangkan pengawetan dengan cara kimia

dapat dilakukan sebagai berikut :

a. Pengasaman yaitu penambahan HNO3 pekat atau HCl pekat atau

H2SO4 pekat kedalam contoh air sampai pH <2.

b. Penambahan larutan basa ke dalam contoh air sampai pH mencapai

10-11

Analisa Data

Mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115

Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air, salah satu

metode yang digunakan untuk menentukan status mutu kualitas air sungai

adalah dengan metode STORET. Dengan metode STORET ini dapat

diketahui parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air.

Secara prinsip metode STORET adalah membandingkan antara data kualitas

air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannya guna

menentukan status mutu air.

Prosedur Penggunaan Metode STORET

Penentuan status mutu air dengan menggunakan metode STORET

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Melakukan pengumpulan data kualitas air, sehingga membentuk data

b. Membandingkan data dan hasil pengukuran dari masing-masing

parameter air dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air

Page 14: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 14

c. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran

< baku mutu) maka diberi skor 0

d. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi baku mutu air atau (hasil

pengukuran > baku mutu) maka diberi skor sesuai dengan Tabel di

bawah ini

Tabel 1. Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air dengan Metode STORET

Jumlah Contoh

Nilai Parameter

Fisika Kimia Biologi

< 10

Maksimum -1 -2 -3

Minimum -1 -2 -3

Rata Rata -3 -6 -9

>10

Maksimum -2 -4 -6

Minimum -2 -4 -6

Rata Rata -6 -12 -18

e. Jumlah negatif dari seluruh parameter dihitung dan ditentukan status

mutunya dari jumlah skor yang didapat dengan menggunakan sistem

nilai.

f. Cara untuk menentukan status mutu air adalah dengan menggunakan

sistem nilai dari US-EPA (United State - Environmental Protection

Agency) dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas

seperti pada Tabel di bawah ini :

Tabel 2. Sistem Nilai Penentuan Status Mutu Air

No. Kategori Skor Status

1 Kelas A Baik Sekali 0 Memenuhi BL

2 Kelas B Baik -1 s/d -10 Cemar Ringan

3 Kelas C Sedang -11 s/d -30 Cemar Sedang

4 Kelas D Buruk >-31 Cemar Berat

3.4. Penjamin Mutu

Dalam kegiatan Pemantauan Kualitas Air di Kabupaten Bone,

bekerjasama dengan Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar, hal ini

dilakukan sebagai upaya penjamin mutu hasil analisis laboratorium. Sebagai

salah satu Laboratorium yang sudah terakreditasi

Page 15: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 15

VI. HASIL PEMANTAUAN

Penyelamatan sumber daya air di Kabupaten Bone, dilakukan

secara terpadu, sistematis dan terarah. Dalam rangka melestarikan

fungsi air telah dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian

pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan

kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta keseimbangan

ekologis, guna menunjang pembangunan yang berkelanjutan.

Sesuai dengan Peraturan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan

Nomor 69 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan

Lingkungan Hidup, dan Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.

492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan

Kualitas Air Minum Kabupaten Bone melalui Badan Lingkungan

Hidup Daerah telah dilakukan upaya antara lain berupa kegiatan

menginventarisasi dan mengidentifikasi sumber daya air dan sumber

pencemaran, dan pemantauan kualitas pada sumber daya air.

4.1 Data Hasil Pemantauan

Pemilihan sungai atau avour yang dipantau sesuai dengan prioritas

masing-masing yang rawan atau berpotensi menimbulkan dampak

lingkungan, seperti sungai yang berada di sekitar daerah industri,

industri rumah tangga, dan permukiman penduduk. Selain itu juga

dipilih sungai yang melintasi batas kabupaten/kota atau sungai lintas

propinsi tanpa mengabaikan sungai / saluran yang ada di pusat kota

dan Titik Air Tanah dalam Kota. Adapun data laboratorium kualitas air

sungai atau avour yang dipantau dilampirkan pada bagian akhir

laporan ini

4.2 Hasil Analisis Kualitas Air

Sebagaimana yang telah ada pada Bab III, metode untuk

menentukan status mutu air adalah dengan metode STORET dimana

prinsipnya metode ini adalah dengan membandingkan antara data

Page 16: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 16

kualitas air yang diambil secara series dan baku mutu air yang

disesuaikan dengan peruntukannya, guna menentukan status mutu

air.

Merujuk pada Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69

Tahun 2010 Tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan

Hidup tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air, sungai / avour di Kabupaten Bone diklasifikasikan

sebagai badan air kelas II. Dimana air yang peruntukannya dapat

digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan

air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut. Sedangkan untuk uji kualitas air baku merujuk

pada Peraturan Menteri Kesehatan RI. No.

492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan

Kualitas Air Minum

4.2.1. Sungai Walannae

Wilayah sungai Walanae-Cenranae meliputi 9 Kabupaten (Kab.

Maros, Kab. Pangkep, Kab. Barru, Kab. Sidrap, Kab. Enrekang, Kab.

Luwu, Kab. Soppeng, Kab. Wajo dan Kab. Bone), dengan potensi

9.418 juta m3/tahun, sungai utama adalah sungai Walanae (panjang

= 250 km, luas DAS = 740 km2) dengan lebar sungai rerata 100

meter dan DAS seluas 3.170 km2. Oleh karena itu untuk memantau

kualitas air sungai Walannae maka dilakukan 3 (tiga) titik

pengambilan sampel. Lokasi pengambilan sampel dilakukan Kel.

Cenrana sebagai Muara, Jembatan Bengo di Desa Samaenre, dan

Jembatan Desa Swadaya Kec. Libureng.

Page 17: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 17

Gbr 3. Pengambilan Sampel di Muara Sungai Walannae, lokasi Cenrana

Gbr 4. Pengambilan Sampel Air Sungai Walannae di Jembatan Lappariaja

Gbr 5. Pengambilan Sampel Air Sungai Walannae di Jembatan Tanabatue

Page 18: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 18

Tabel 3. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai Walannae (Cenrana-Lappariaja-Tanabatue)

No. Parameter Satuan BML

Kelas II

Hasil Pemantauan Skor

Hulu Tengah Muara

FISIKA

1 Temperatur °C Deviasi 3 28,8 29,8 29,2 0

2 Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 1000 76,4 271 142 0

3 Zat Padat Tersuspensi (TSS) mg/L 50 58 112 22 -3

KIMIA

1 Amoniak Sebagai N mg/L ( - ) 0,05 0,06 0,34 0

2 Arsen (As) mg/L 1 <0.01 <0.01 <0.01 0

3 Barium (Ba) mg/L ( - ) <0.07 <0.07 <0.07 0

4 Besi (Fe) mg/L ( - ) 0,28 0,51 0,56 0

5 BOD mg/L 3 21,43 14,3 16.68 -6

6 Cadmium (Cd) mg/L 0.01 <0.003 <0.003 <0.003 0

7 Chlorida (Cl) mg/L ( - ) 20,75 18,86 47,15 0

8 Chromium (Cr=6) mg/L 0.05 <0.01 <0.01 <0.01 0

9 COD mg/L 25 53,58 35,72 41,71 -6

10 Cyanida (CN) mg/L 0.02 <0.01 <0.01 <0.01 0

11 DO mg/L 4 5,6 7,2 5,6 -6

12 Fluorida (F) mg/L 1.5 <0.1 <0.1 <0.1 0

13 Fosfat (PO4) mg/L 0.2 0,29 0,32 0,17 -4

14 Mangan (Mn) mg/L ( - ) <0.01 <0.01 3,36 0

15 Minyak dan Lemak mg/L 0.8 <0,1 <0.1 <0.1 0

16 Nitrat sebagai N mg/L 10 1,8 2,44 1,92 0

17 Nitrit sebagai N mg/L 0.06 0,01 0,02 0,02 0

18 pH 6 – 8.5 8,8 8,83 8,52 -6

19 Raksa (Hg) mg/L 0.002 <0.0005 <0.0005 <0.0005 0

20 Selenium (Se) mg/L 0.05 <0.001 <0.001 <0.001 0

21 Seng (Zn) mg/L 0.05 0,06 <0.01 <0.01 -2

22 Sulfat (SO4) Seng (Zn) mg/L ( - ) 14,2 10,7 22,46 0

23 Sulfida (H2S) mg/L 0.002 <0.002 <0.002 <0.002 0

24 Tembaga (Cu) mg/L 0.02 <0.005 <0.005 <0.005 0

25 Timbal (Pb) mg/L 0.03 <0.005 <0.005 <0.005 0

26 Sisa Chlor mg/L 0.03 <0.01 <0.01 <0.01 0

MIKROBIOLOGI

1 Total Coli MPN/100ml 3300 1000 80 920000 -3

TOTAL SKOR -36

Page 19: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 19

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor Kualitas Air

Sungai Walannae pada tiga titik lokasi Cenrana-Lappariaja-

TanaBatue adalah sebesar -36, sehingga status mutu airnya adalah

tercemar berat (dibandingkan dengan baku mutu badan air kelas II ).

Parameter air yang perlu mendapat perhatian adalah zat padat

tersuspensi, BOD, COD, DO, Fosfat, pH, dan Seng (Zn)

4.2.2. Sungai Teko

Sungai Teko yang berada di wilayah Kecamatan Cina, dan

Kecamatan Sibulue, ini mengalir di sepanjang wilayah Industri PT.

Basis Indah dan Pabrik Gula Arasoe sehingga beban cemar sungai

juga tinggi, untuk itu di Daerah Aliran Sungai ini ditetapkan 3 (tiga)

titik pengambilan contoh air, yakni di Jembatan Desa Cinnong /

Sungai Luppereng Kec.Cina bagian Hulu Sungai Teko (sebelum

limbah cair outlet Pt. Basis Indah), Jembatan Di Desa Arasoe

(sesudah limbah cair outlet PT. Basis Indah, bagian tengah), dan

Terakhir di Jembatan Desa Kaju

Gbr 6. Pengambilan Sampel Air Sungai Teko DI Desa Cinnong Kec. Cina

Page 20: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 20

Gbr 7. Pengambilan Sampel Air Sungai Teko Di Jembatasan Desa Arasoe Kec. Cina

Gbr 8. Pengambilan Sampel Air Sungai Teko DI Jembatasan Desa Kaju Kec. Sibulue

Page 21: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 21

Tabel 4. Hasil Penentuan Status Mutu Air Sungai Teko (Jembatan Desa Cinnong, Desa Arasoe dan Desa Kaju)

No. Parameter Satuan BML Kelas II Hasil Pemantauan

Skor Hulu Tengah Muara

FISIKA

1 Temperatur °C Deviasi 3 31.7 30.7 30.5 0

2 Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 1000 1290 113 252 -1

3 Zat Padat Tersuspensi (TSS) mg/L 50 64 60 110 -3

KIMIA

1 Amoniak Sebagai N mg/L ( - ) 0.06 <0.05 <0.05

0

2 Arsen (As) mg/L 1 <0.01 <0.01 <0.01

0

3 Barium (Ba) mg/L ( - ) <0.07 <0.07 <0.07

0

4 Besi (Fe) mg/L ( - ) 0.81 0.91 0.54

0

5 BOD mg/L 3 14.3 21.43 28.6

-6

6 Cadmium (Cd) mg/L 0.01 <0.003 <0.003 <0.003

0

7 Chlorida (Cl) mg/L ( - ) 35.83 18.86 66

0

8 Chromium (Cr=6) mg/L 0.05 <0.01 <0.01 <0.01

0

9 COD mg/L 25 35.72 53.58 71.44

-6

10 Cyanida (CN) mg/L 0.02 <0.01 <0.01 <0.01

0

11 DO mg/L 4 7.2 5.6 4.8

-6

12 Fluorida (F) mg/L 1.5 <0.1 <0.1 <0.1

0

13 Fosfat (PO4) mg/L 0.2 0.11 0.13 0.12

-6

14 Mangan (Mn) mg/L ( - ) <0.01 <0.01 0.03

0

15 Minyak dan Lemak mg/L 0.8 <0.1 <0.1 <0.1

0

16 Nitrat sebagai N mg/L 10 0.46 0.46 0.46

0

17 Nitrit sebagai N mg/L 0.06 0.01 0.02 <0.01

0

18 pH 6 – 8.5 8.93 8.92 8.94

-6

19 Raksa (Hg) mg/L 0.002 <0.0005 <0.0005 <0.0005

0

20 Selenium (Se) mg/L 0.05 <0.001 <0.001 <0.001

0

21 Seng (Zn) mg/L 0.05 <0.01 0.09 <0.01

0

22 Sulfat (SO4) Seng (Zn) mg/L ( - ) 20.27 24.40 38.21

0

23 Sulfida (H2S) mg/L 0.002 <0.002 <0.002 <0.002

0

24 Tembaga (Cu) mg/L 0.02 <0.005 <0.005 <0.005

0

25 Timbal (Pb) mg/L 0.03 <0.005 <0.005 <0.005

0

26 Sisa Chlor mg/L 0.03 <0.01 <0.01 <0.01

0

MIKROBIOLOGI

1 Total Coli MPN/100ml 5000 130000 22000 13000 -9

TOTAL SKOR -37

Page 22: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 22

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor Kualitas Air

Sungai Teko pada tiga titik lokasi Desa Cinnong, Jembatan Luppereng

dan Desa Kaju adalah sebesar -37, sehingga status mutu airnya adalah

tercemar Sedang (dibandingkan dengan baku mutu badan air kelas II ).

Parameter air yang perlu mendapat perhatian adalah zat padat

tersuspensi, zat padat terlarut, BOD, COD, DO, Fosfat, pH.

4.2.3. Sungai Salokae

Sungai Salokae pada dasarnya ada Sungai yang peruntukannya lebih

banyak untuk mengairi persawahan, dalam hal ini sebagai saluran Irigasi

yang melintasi Kota Watampone, namun karena alirannya melintasi

daera Kota Watampone, sehingga beban cemarnya juga harus

identifikasi melalui pengambilan contoh air, untuk itu titik sampel ada dua,

yaitu Jembatan Sungai Latekko sebagai Hulu (sebelum melewati kota)

dan Saluran Irigasi Sekunder di Jalan STKIP Watampone (setelah

melewati kota)

Gbr 9. Pengambilan Sampel Air Sungai Salokae di Jembatan Latekko Kec. Awangpone

Page 23: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 23

Gbr 10. Pengambilan Sampel Air Sungai Salokae di Jembatan di Dekat STKIP Watamone Kec. Tanete Riattang

Tabel 5. Penentuan Status Mutu Air Sungai Salokae (Jembatan Latekko – Jembatan STKIP Watampone)

No. Parameter Satuan BML Kelas II Hasil Pemantauan

Skor Sebelum Setelah

FISIKA

1 Temperatur °C Deviasi 3 27.2 28.08 0

2 Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 1000 271 251 0

3 Zat Padat Tersuspensi (TSS) mg/L 50 194 58 -2

KIMIA

1 Amoniak Sebagai N mg/L ( - ) 0.19 <0.05 0

2 Arsen (As) mg/L 1 <0.01 <0.01 0

3 Barium (Ba) mg/L ( - ) <0.07 <0.07 0

4 Besi (Fe) mg/L ( - ) 0.12 0.19 0

5 BOD mg/L 3 8.34 50 -4

6 Cadmium (Cd) mg/L 0.01 <0.003 <0.003 0

7 Chlorida (Cl) mg/L ( - ) 41.49 28.29 0

8 Chromium (Cr=6) mg/L 0.05 <0.01 <0.01 0

9 COD mg/L 25 20.85 125.02 -2

10 Cyanida (CN) mg/L 0.02 <0.01 <0.01 0

11 DO mg/L 4 7.2 3.6 -4

12 Fluorida (F) mg/L 1.5 0.1 <0.1 0

13 Fosfat (PO4) mg/L 0.2 <0.1 1.12 -2

14 Mangan (Mn) mg/L ( - ) <0.01 <0.01 0

15 Minyak dan Lemak mg/L 0.8 <0.1 <0.1 0

Page 24: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 24

16 Nitrat sebagai N mg/L 10 0.83 3.70 0

17 Nitrit sebagai N mg/L 0.06 <0.01 0.20 0

18 pH 6 – 8.5 9.35 8.54 -2

19 Raksa (Hg) mg/L 0.002 <0.0005 <0.0005 0

20 Selenium (Se) mg/L 0.05 <0.001 <0.001 0

21 Seng (Zn) mg/L 0.05 <0.01 <0.01 0

22 Sulfat (SO4) Seng (Zn) mg/L ( - ) 24.51 16.67 0

23 Sulfida (H2S) mg/L 0.002 <0.005 <0.002 0

24 Tembaga (Cu) mg/L 0.02 <0.005 <0.005 0

25 Timbal (Pb) mg/L 0.03 <0.005 <0.005 0

26 Sisa Chlor mg/L 0.03 <0.01 <0.01 0

MIKROBIOLOGI

1 Total Coliform MPN/100ml 5000 3300 3300 -9

TOTAL SKOR -25

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor Kualitas Air

Sungai Salokae (sebelum dan sesudah melewati kota Watampone) pada

tiga titik Jembatan Sungai Latekko- dan Jemabatn STKIP Watampone

adalah sebesar -25, sehingga status mutu airnya adalah tercemar

Sedang (berdasarkan Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69

Tahun 2010 Tentang Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan

Hidup kelas II). Parameter air yang perlu mendapat perhatian adalah zat

padat tersuspensi, BOD, COD, DO, Fosfat (P04), pH dan Total Coliform

4.3.1 Hasil Pemantauan Kualitas Air Tanah

Untuk mewakili pemantauan kualitas air tanah Kabupaten Bone, di kategorikan

dalam Zone permukiman, Zona Limbah Rumah sakit, dan Zona bekas Aktivitas

padat. Untuk itu ditetapkan pengambilan sampel air tanah yakni : Perumahan BTN

Harfana Halim Indah-RSUD Tenriawaru Bone-Ex.Pasar Sentral Watampone, masing

masing 1 (satu) titik.

Page 25: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 25

Gbr 11. Pengambilan Sampel Air Tanah Perumahan BTN Harfana Halim Indah

Gbr 12. Pengambilan Sampel Air Tanah RSUD Tenriawaru Bone

Page 26: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 26

Gbr 13. Pengambilan Sampel Air Tanah Ex. Pasar Sentral Watampone Tabel 6. Statu Mutu Air Tanah Kabupaten Bone (BTN Harfana Halim Indah-RSUD Tenriawaru Bone-Ex. Pasar Sentral Watampone)

No. PARAMETER UJI SATUAN Maksimum

Limit (Kelas I) HASIL UJI Skor

1. No. Sampel - - A21 A22 A24

A. FISIKA

1 Temperatur °C Deviasi 3 31.6 32.1 29.9 0

2 Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 800 370 224 354 0

3 Zat Padat Tersuspensi (TSS) mg/L 50 48 52 130 -2

B. KIMIA

1 Amoniak Sebagai N - 0.5 <0.05 *0.07 0.05 -2

2 Arsen (As) mg/L 1 <0.01 <0.01 <0.01 0

3 Barium (Ba) mg/L 1 <0.07 <0.07 <0.07 0

4 Besi (Fe) mg/L 0.3 <0.02 <0.02 *0.81 -2

5 BOD mg/L 2 *8.34 *8.34 *8.34 -6

6 Cadmium (Cd) mg/L 0.01 <0.003 <0.003 <0.003 0

7 Chlorida (Cl) mg/L 600 47.15 75.44 94.29 0

8 Chromium (Cr=6

) mg/L 0.05 <0.01 <0.01 <0.01 0

9 COD mg/L 10 *20.85 *20.85 *20.85 -6

10 Cyanida (CN) mg/L 0.02 <0.01 <0.01 <0.01 0

11 DO mg/L 6 *7.2 *7.2 *7.2 -6

12 Fluorida (F) mg/L 0.5 <0.1 <0.1 <0.1 0

13 Fosfat (PO4) mg/L 0.2 <0.1 <0.1 0.12 0

14 Mangan (Mn) mg/L 0.1 <0.01 <0.01 0.07 0

15 Minyak dan Lemak mg/L 0.6 <0.1 <0.1 <0.1 0

16 Nitrat sebagai N mg/L 10 1.25 1.22 1.21 0

17 Nitrit sebagai N mg/L 0.06 *0.07 <0.01 0.01 0

18 pH - 6 – 8.5 *8.60 8.30 *8.49 -4

19 Raksa (Hg) mg/L 0.001 <0.0005 <0.0005 <0.0005 0

20 Selenium (Se) mg/L 0.01 <0.001 <0.001 <0.001 0

21 Seng (Zn) mg/L 0.05 <0.01 <0.01 <0.01 0

22 Sulfat (SO4) Seng (Zn) mg/L 400 48.77 12.13 43.80 0

23 Sulfida (H2S) mg/L 0.002 <0.002 <0.002 <0.002 0

24 Tembaga (Cu) mg/L 0.02 <0.005 <0.005 <0.005 0

25 Timbal (Pb) mg/L 0.03 <0.005 <0.005 <0.005 0

Page 27: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 27

26 Sisa Chlor mg/L 0.03 <0.01 <0.01 <0.01 0

Mikrobiologi

27 Total Coliform MPN/ 100ml 5000 >2400 >2400 >2400 -9

-35

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor Kualitas Air Tanah

dalam kota Watampone pada tiga titik BTN Harfana Halim Indah-RSUD

Tenriawaru Bone-Ex. Pasar Sentral Watampone adalah sebesar -35,

sehingga status mutu airnya adalah tercemar Berat (berdasarkan Peraturan

Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu dan

Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup kelas I ). Parameter air yang perlu

mendapat perhatian adalah zat padat tersuspensi, Amoniak sebaga N, Besi,

BOD, COD, DO, pH, dan Total Coliform

4.4. Hasil Pemantauan Air Baku

Masyarakat Watampone Kabupaten Bone, hampir sekitar 60% menggunakan

Air bersih dari PDAM milik daerah, dimana salah satu sumber Mata airnya

berada di Desa Wollangi Kec. Barebbo, untuk itu ditetapkan Air Baku PDAM

Wollangi sebagai Titik pengambilan Sampel Air baku PDAM

Gbr 14. Pengambilan Sampel Air Baku di Desa Wollangi

Page 28: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 28

Tabel 7. Statu Mutu Air Baku Kabupaten Bone (PDAM Desa Wollangi)

NO. PARAMETER UJI SATUAN (Max. Yang

diperbolehkan) HASIL UJI Skor

No. Sampel A23

A FISIKA

1 Suhu °C Suhu udara+30C 30.2 0

2 Kekeruhan Skala NTU 5 0.389 0

3 Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 500 246 0

B. KIMIA

1 Amonia – N) mg/L 1.5 0.05 0

2 Arsen (As) mg/L 0.01 <0.01 0

3 Barium (Ba) mg/L 0.7 <0..07 0

4 Besi (Fe) mg/L 0.3 <0.02 0

5 Cadmium (Cd) mg/L 0.003 <0.003 0

6 Chlorida (Cl) mg/L 250 7.73 0

7 Chromium (Cr) mg/L 0.05 <0.01 0

8 Cyanida (CN) mg/L 0.07 <0.01 0

9 Fluorida (F) mg/L 1.5 <0.1 0

10 Kesadahan (CaCO3) mg/L 500 138.5 0

11 Mangan (Mg) mg/L 0.4 <0.01 0

12 Nikel (Ni) mg/L - <0.01 0

13 Nitrat, sebagai NO3 mg/L 50 1.24 0

14 Nitrit, sebagai NO2 mg/L 3 <0.01 0

15 pH - 6.5 – 8.5 8.40 0

16 Air Raksa (Hg) mg/L 0.001 <0.0005 0

17 Seng (Zn) mg/L 3 <0.01 0

18 Selenium (Se) mg/L 0.01 <0.001 0

19 Tembaga / (Cu) mg/L 2 <0.005 0

C BAKTERIOLOGI

21 Coli Jml/ 100ml 230 2000 0

0

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor Kualitas Air Baku

PDAM Wollangi Desa Wollangi Kec. Barebbo adalah 0, sehingga status

mutu airnya adalah memenuhi baku mutu (berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan RI. No. 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Syarat-Syarat dan

Pengawasan Kualitas Air Minum).

Page 29: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 29

4.5. Hasil Pemantauan Air Laut

Pemantauan air laut Kabupaten Bone, di kategorikan dalam Air Laut

Pelabuhan, dimana Dimabil pada bagian terluar pelabuhan sampai di bagian

terdalam perairan (Ujung Pelabuhan Feri Bajoe-Pelabuhan Perikanan

Lonrae)

Gbr 15. Pengambilan Sampel Air Laut Pelabuhan (Bajoe)

Gbr 16. Pengambilan Sampel Air Laut Pelabuhan (Bajoe)

Page 30: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 30

Tabel 8. Statu Mutu Air Laut (Bajoe-Lonrae)

NO. PARAMETER UJI SATUAN Bastas

Maksimum (Pelabuhan)

HASIL UJI Skor

1 No. Sampel A25 A26

A FISIKA

1 Kebauan - Tidak Berbau Normal Normal 0

2 Suhu 0C Alami 29.4 28.9 0

3 Kecerahan - >3 *>6 *>6 0

4 Sampah - Nihil Nihil Nihil 0

5 Total Lapisan Minyak - Nihil Nihil Nihil 0

6 Zat Pada Tersuspensi mg/L 80 *1850 *1890 -2

B. KIMIA

1 Ammonia Total (NH3 - N) mg/L 0.3 *0.17 *0.10 -4

2 Detergen mg/L 1 <0.05 <0.05 0

3 Minyak dan Lemak mg/L 5 <0.1 <0.1 0

4 pH - 6.5 – 8.5 7.88 7.90 0

5 Sulfide (H2S) mg/L 0.03 <0.01 <0.01 0

6 Salinitas 0/00 Alami 27 30 0

7 Phenol Total mg/L 0.002 <0.002 <0.002 0

8 Cadmium (Cd) mg/L 0.01 <0.001 <0.001 0

9 Raksa (Hg) mg/L 0.003 <0.0005 <0.0005 0

10 Seng (Zn) mg/L 0.1 <0.01 <0.01 0

11 Tembaga (Cu) mg/L 0.05 <0.005 <0.005 0

12 Timbal (Pb) mg/L 0.05 <0.005 <0.005 0

D. BIOLOGI

1 Total Coliform MPN/100ml 1000 7900 0 -3

Total Skor -9

Berdasarkan perhitungan dengan metode STORET, skor Kualitas Air Laut

Pelabuhan adalah sebesar -9, sehingga status mutu airnya adalah tercemar

ringan (Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun 2010 Tentang

Baku Mutu dan Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup). Yang perlu

diperhatikan adalah Zat Padat Tersuspensi dan Amoniak.

Page 31: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 31

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Perlakuan yang salah terhadap sumber daya alam oleh kegiatan

manusia dan kalangan industri bahwa sungai dianggap sebagai tempat

membuang limbah harus diubah. Belum lagi masalah sampah yang

dibuang pada badan air, buangan limbah domestik dan pembuangan

limbah cair industri ke sungai / air badan air menyebabkan kualitas air

sungai menurun dan meningkatkan beban pencemaran. Dimana kondisi

ini telah terjadi pada 13 badan air yang dipantau oleh Kantor Badan

Lingkungan Hidup Daerah Kabupatren Bone bekerjasama dengan CV.

Abitama Karya Consulindo

Pemantauan kualitas air adalah bagian pokok dari strategi

pengelolaan kualitas air, dengan tujuan untuk memberikan informasi

kondisi kualitas air badan air dari waktu ke waktu kepada pengambil

kebijakan sehingga dapat menyusun strategi pengelolaan kualitas air di

Kabupaten Bone

B. Saran

Upaya pencegahan pencemaran air :

a. Melakukan gerakan kebersihan sungai tercemar secara

berkala, pembersihan segmen sungai tercemar minimal 2 kali

setahun

b. Pemasangan papan himbauan sepanjang bantaran sungai

dan peletakkan tempat sampah

c. Melakukan normalisasi alur sungai, mengeruk sedimen

sungai, mendirikan blok penyaring sampah, menertibkan

Permukiman di bantaran sungai

Page 32: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 32

d. Mendirikan demplot peningkatan kualitas air secara vegetatif

pada sempadan dan bantaran sungai

e. Mengevaluasi hasil kegiatan pemantauan serta menganalisis

kualitas air sungai dengan baku mutu yang telah ditetapkan

Mudah – mudahan laporan hasil pengujian kualitas air di Kabupaten

Bone tahun 2013 ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan

dalam penentuan kebijakan – kebijakan di bidang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup sesuai amanat Undang-Undang No. 32

Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.-

Watampone, Desember 2013

KEPALA BADAN,

ANDI SYAIFUL, S.H, M.Si NIP. 19670515 199312 1 001

Page 33: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 33

DAFTAR PUSTAKA

Diana H,2005 Pencemaran Lingkungan Air Hamidah H, 2007 Pengenalan Kualitas Lingkungan Hidup. Yogyakarta Anonim, 2009 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun

2009, Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Anonim, 2010 Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 492/MENKES/

PER/IV/ 2010, tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

Anonim, 2010 Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 69 Tahun

2010, Tentang Baku dan Kriteria Kerusakan Lingkungan Hidup Lampiran III.A, (Baku Mutu Udara Ambient), Lampiran IV.C.1, Baku Tingkat Kebisingan untuk Kenyamanan dan Kesehatan dan Lampiran IV. E.1. Baku Tingkat Kebauan yang beroperasi di Provinsi Sulawesi Selatan.

Wisnu, A.W., 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit: ANDI,

Yogyakarta.

Page 34: Laporan Pemantauan Kualitas Air Bone 2014

LAPORAN HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR KABUPATEN BONE TAHUN 2013 34

LAMPIRAN