BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuda merupakan hewan yang telah lama digunakan untuk membantu
manusia sejak ribuan tahun lalu. Hubungan kuda dengan manusia dapat
dilihat dari pemanfaatan kuda sebagai ternak yang dipekerjakan
bahkan sebagai sumber pangan manusia di awal peradaban. Kuda
sekarang merupakan hasil domestikasi sehingga peranannya lebih
beragam dalam kehidupan manusia.
Masyarakat Indonesia banyak memanfaatkan kuda untuk penarik
andong. Transportasi andong merupakan transportasi darat yang
tradisional namun masih banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Penggunaan transportasi andong tidak lagi menjadi transportasi
utama tetapi digunakan untuk fasilitas wisata. Kawasan-kawasan
wisata di Yogyakarta masih banyak yang menawarkan wisata
andong.
Seiring dengan fungsi kuda yang kian beragam maka perlu adanya
pemeliharaan yang intensif terhadap ternak kuda. Kuda merupakan
ternak yang sensitif sehingga perlu adanya pemeliharaan yang baik.
Pemeliharaan yang baik memperhatikan berbagai aspek mulai dari
perkandangan hingga ke asupan pakan kuda. Sistem pemeliharaan yang
baik menghasilkan ternak yang baik pula. Sehingga stamina saat
digunakan untuk andong dapat terjaga.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ternak kerja komoditas kuda andong yaitu
untuk mengetahui pemeliharaan ternak kuda yang baik dan benar yang
digunakan untuk menarik andong. Praktikan mengetahui majnajemen
pakan, perawatan dan pengendalian penyakit, serta analisis usaha
andong.Manfaat
Manfaat dari praktikum ternak kerja komoditas kuda andong yaitu
mampu mengetahui perawatan kuda andong yang baik dan mengetahui
manajemen pakan, pengendakian penyakit serta potensi usaha kuda
andong di Indonesia, terutama di Yogyakarta.
BAB IIKEGIATAN PRAKTIKUMProfil Perusahaan
Pemilik andong yang diwawancarai adalah bapak Wisnu yang berumur
28 tahun. Bapak Wisnu beralamat di Segoroyoso, Bantul, Yogyakarta.
Pekerjaan pokok bapak Wisnu adalah sebagai kusir andong di
Malioboro. Pendidikan terakhir bapak Wisnu adalah SMA. Lama usaha
andong adalah 10 tahun, dengan jumlah ternak yang dimiliki ada 3
ekor kuda. Waktu pagi hari digunakan untuk merawat kuda-kuda yang
digunakan untuk andong, dan sore hari digunakan untuk menarik
andong di kawasan Malioboro.
Manajemen Pakan
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemilik andong, berikut ini
bahan pakan yang diberikan berserta jumlah pemberian, frekuensi,
waktu pemberian, asal dan harga bahan pakan.
Tabel 1. Bahan pakan yang digunakanBahan
pakanJumlah pemberianFrekuensi pemberianMetode pemberianWaktu
pemberianAsal bahan pakanHarga
1. Hijauan
Rendeng3 ikat/ekor2 kali sehariDicacah dan dicampur
konsentratPagi dan soreBantulRp 1000/ikat
2. Konsentrat
Bekatul6 kg/ekor2 kali sehariDicampur hijauan dan airPagi dan
soreBantulRp 50.000/ sak
3. Pakan Tambahan
Madu dan Telur ayam kampungMadu:1 botol kecil
Telur:10 butirSebulan sekaliDicampur dan di minumkanPagiBantulRp
50.000
Pemberian pakan tambahan bermanfaat untuk mempertahankan stamina
kuda yang digunakan untuk andong. Menurut Guay (2002), kuda sebagai
ternak herbivora merupakan ternak yang mengkonsumsi hijauan.
Hijauan mempunyai arti penting dalam makanan kuda. Performan yang
dihasilkan oleh kuda akan sama dengan kualitas hijauan yang
dimakannya. Hijauan yang bagus tentunya tidak hanya sebagai sumber
energi saja, tetapi juga sebagai sumber protein, vitamin, mineral,
dan nutrisi lainnya.
Menurut Mansyur et. al. (2006), sumber serat utama bagi kuda
adalah rumput. Beberapa jenis sumber serat yang dapat digunakan
sebagai pakan kuda adalah rumput Panicum muticum, Brachiaria
brizantha, dan Australian grass. Selain diberikan hijauan, kuda
juga dapat diberi makanan penguat (konsentrat) non hijauan, tetapi
kebanyakan peternak di Indonesia memberikan konsetrat yang bukan
merupakan dalam arti sebenarnya seperti dedak halus, pollard, atau
onggok. Hijauan yang digunakan untuk pakan kuda andong adalah
rendeng atau jerami kacang tanah, hal ini dikarenakan rendeng
jumlahnya melimpah di Indonesia. Rendeng merupakan limbah pertanian
yang kandungan nutriennya cukup baik. Penggunaan dedak dikarenakan
harganya yang lebih murah. Manajemen pakan yang diterapkan oleh
bapa wisnu sebenarnya sudah baik.
Perawatan dan Pengendalian Penyakit
Perawatan rutin yang dilakukan antara lain dimandikan, grooming
dan pemijatan kuda setiap harinya, serta pergantian tapal kuda
setiap bulannya. Penyakit yang sering muncul pada kuda andong milik
bapak Wisnu adalah pilek, kembung, dan scabies. Tindakan yang
dilakukan apabila kuda terkena kembung adalah pemberian minuman
soda pada kuda, kemudian apabila kuda terkena scabies, maka kuda
akan dimandikan dengan detergen. Biaya yang dikeluarkan dalam
sebulan untuk pengobatan berkisar Rp 20.000 sampai Rp 50.000 setiap
bulannya. Pencegahan penyakit yang dilakukan adalah dengan
perawatan rutin seperti pemandian kuda dan grooming setiap
hari.
Grooming yaitu menyikat tubuh kuda dengan sikat khusus (body
brush) dan rosecomb. Grooming bertujuan untuk menyingkirkan
kotoran-kotoran yang berada di kulit kuda. Frekuensi grooming yang
tepat adalah dilakukan dua kali sehari yaitu sebelum dan setelah
kuda beraktivitas (Gredley, 1999). Alat-alat yang digunakan untuk
grooming antaaa lain cungkil kuku atau nail picker berbahan besi
baja, sisir logam atau stanless steel comb untuk perawatan rambut
kuda agar tidak kusut, kerok atau brush comb berbahan plat tebal
bergerigi. Selain itu digunakan juga peralatan seperti hoof pick,
dandy brush, body brush, curry comb, dan mane comb (Sellnow, 2013).
Menurut Gredley (1999), kuda tidak perlu sering dimandikan. Hanya
kuda yang terlihat kotor yang wajib untuk dimandikan. Frekuensi
mandi yang terlalu sering akan membuat kulit kuda menjadi kering
karena kelembaban tubuhnya hilang. Kegiatan memandikan dan grooming
kuda yang dilakukan sudah sesuai untuk mencegah penyakit pada kuda
andong.Menurut Brandy (2002), kuda adalah hewan yang sangat
sensitif dan tidak tahan terhadap rasa sakit. Apabila kuda
terserang suatu penyakit maka kuda akan lebih cepat mati jika tidak
segera ditangani sehingga peran dokter hewan dalam kesehatan seekor
kuda sangat penting. Penanganan kesehatan yang dilakukan pada kuda
andong masih kurang baik. Penanganan penyakit hanya terbatas pada
penanganan tradisional.
Analisis UsahaOutput :
Pendapatan : Rp 200.000 x 30 hari = Rp 6.000.000
Input :
Biaya pakan :
Rendeng = 3 ikat x 2 kali x 30 hari x Rp 1.000 = Rp 180.000
Konsentrat = 6 kg x 2 kali x 30 hari x Rp 1.700 = Rp 612.000
Biaya pengobatan
= Rp 50.000
Total= Rp 742.000Keuntungan :
Output Input = Rp 6.000.000 Rp 742.000 = Rp 5.258.000Pemasukan
yang diperoleh dari kuda andong adalah biaya penggunaan andong oleh
wisatawan. Pendapatan andong setiap harinya berkisar Rp 100.000
sampai Rp 150.000 tiap hari di hari biasa dan Rp 300.000 sampai Rp
700.000 tiap hari di hari libur. Berdasarkan hasil perhitungan
diketahui pendapatan keuntungan setiap bulannya adalah Rp
5.258.000.
PERMASALAHAN DAN SOLUSI
Berdasarkan praktikum, maka dapat diketahui bahwa masih banyak
permasalahan yang ada pada peternak-peternak kuda andong. Beberapa
permasalahan yang ada adalah penanganan penyakit yang masih secara
tradisional. Solusi yang dapat diberikan pada permasalahan tersebut
yaitu perlu adanya penyuluhan pentingnya penangana penyakit secara
medis yang tepat.KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Manajemen pakan yang dilakukan sudah cukup baik. Pemberian pakan
tambahan untuk mempertahankan stamina diberikan secara rutin.
Perawatan rutin yang dilakukan adalah pemandian dan grooming kuda
setiap hari serta penggantian tapal setiap bulannya. Penyakit yang
sering muncul antara lain pilek, kembung dan scabies. Pencegahan
penyakit yang dilakukan adalah dengan rutin perawatan mandi dan
grooming. Berdasarkan hasil analisis usaha yang dilakukan diketahui
bahwa usaha kuda andong cukup menguntungkan.Saran
Penyuluhan mengenai penanganan ternak yang baik dan benar perlu
dilakukan. Sehingga penanganan penyakit yang benar bisa dilakukan
oleh para peternak andong.
DAFTAR PUSTAKA
Brandy, C. 2002. Introduction to Horse Health. Diakses pada
tanggal 16 Mei 2014 di http://www.ces.purdue.edu/marketing.
Guay, K. A. 2002. Matua Bronegrass Hay for Mares in Gestation
and Lactation. J. anim sci. 80:2960-2966. London.
Gredley, E. 1999. Hoof Care. Diakses pada tanggal 16 Mei 2014 di
http://www.acreageequines.com/horsecare/horsecare3.htm.Mansyur,
Hidayat U., dan Deny, R. 2006. Eksplorasi Hijauan Pakan Kuda dan
Kandungan Nutrisinya. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran.
Bandung.Sellnow, Les. 2013. Grooming Your Horse: Deep Down Clean.
Availeble at
http://www.thehorse.com/articles/10028/grooming-your-horse-deep-down-clean.
Diakses pada tanggal 21 Mei 2014
BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuda merupakan hewan herbivore yang telah lama digunakan untuk
membantu manusia dalam suatu menjalankan suatu pekerjaan. Hubungan
kuda dengan manusia dapat dilihat dari pemanfaatan kuda sebagai
ternak yang dapat dipekerjakan untuk membantu dalam pekerjaan
manusia, baik untuk transportasi, membajak dan lain-lain. Kuda
sekarang merupakan hasil domestikasi sehingga peranannya lebih
beragam dalam kehidupan manusia.
Pengelompokan kuda kemudian menjadi berkembang pesat berdasarkan
berbagai hal seperti kemampuan dalam beraktivitas yaitu cold blood,
hot blood, dan warm blood. Pengelompokan terakhir adalah
berdasarkan breed, yaitu kuda yang telah dikawin silangkan dengan
kuda jenis lain dan dihasilkan kuda jenis baru yang berkualitas
baik. Breed yang terkenal antara lain Thoroughbred, Angloarab, dan
Shire, dengan semakin baiknya kualitas kuda, maka perkembangan
dunia kuda juga semakin maju.
Perkembangan dunia perkudaan ini ditandai dengan semakin
banyaknya stable khususnya di Indonesia. Stable ini bertujuan
menghasilkan kuda-kuda berkualitas tinggi yang mempunyai daya saing
dalam pacuan dan tunggang. Apabila kuda mempunyai kualitas tinggi
dan mampu berasaing dengan kuda-kuda lain maka harga kuda tersebut
akan tinggi. Oleh karena itu, usaha ternak kerja dan olahraga
khususnya ternak kuda akan menjadi usaha yang sangat menjanjikan
melihat perkembangan dunia kuda sekarang ini. Seiring dengan fungsi
kuda yang kian beragam maka perlu adanya pemeliharaan yang intensif
terhadap ternak kuda. Kuda merupakan ternak yang sensitif sehingga
perlu adanya pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan yang baik
memperhatikan berbagai aspek mulai dari perkandangan hingga ke
asupan pakan kuda. Sistem pemeliharaan yang baik menghasilkan
ternak yang baik pula.
Tujuan
Tujuan praktikum pemeliharaan kuda yaitu untuk mengetahui
pemeliharaan ternak kuda yang baik dan benar serta pelatihan yang
dilakukan terhadap ternak kuda yang disesuaikan dengan tujuan
pemeliharaannya.
Manfaat
Manfaat praktikum pemeliharaan ternak kuda adalah untuk
mengetahui bagaimana cara pemeliharaan kuda yang baik, permasalahan
yang ada dalam manajemen pemeliharaan ternak kuda dan mengetahui
solusinya agar manajemen pemeliharaan ternak kuda yang dilakukan
menjadi lebih baik.BAB II
KEGIATAN PRAKTIKUM
Pemeliharaan
Manajemen Perkandangan
Alamat kandang. Alamat kandang kuda dapat diketahui dengan cara
pengamatan secara langsung terhadap alamat kandang. Berdasarkan
pengamatan, maka dapat diketahui bahwa alamat kandang Gadjah Mada
Equestrian Centre (GMEC) terletak di Jalan Gambir no.3, Kelurahan
Catur Tunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Luas area kandang. Luas area kandang kuda dapat diketahui dengan
cara pengamatan secara langsung terhadap luas kandang secara
keseluruhan. Berdasarkan pengamatan, maka dapat diketahui bahwa
luas area kandang adalah 1 hektar.Layout kandang. Setelah lokasi
ditentukan, peternak harus menentukan tata letak kandang. Hal
pertama yang harus ditentukan dalam pembuatan tata letak adalah
fasilitas apa saja yang akan dibuat, berapa kapasitasnya, serta
bagaimana ukuran dan bentuknya. Letak kandang dan fasilitas lainya
harus ditata sedemikian rupa sehingga lahan yang tersedia dapat
digunakan secara efektif dan efisien. Efektif dalam arti
fungsi-fungsinya dapat dioptimalkan dan pengelolaan farm mudah
dilakukan. Efisien dalam arti tidak banyak lahan kosong di area
peternakan yang tidak termanfaatkan (Widi, 2007). Penyususunan lay
out kandang meliputi pengaturan denah kandang, tata ruang kandang
dan penempatan fasilitas pendukungnya. Pertimbangan penting dalam
penyusunan lay out kandang adalah: memudahkan mekanisme kerja,
penggunaan tenaga kerja efisien, memudahkan dalam penanganan
ternak, menudahkan dalam penanganan limbah. Dinanika fisiologi
lingkungan berada pada posisi yang kondusif, nyaman dan memberikan
kehidupan yang ideal bagi ternak, efisiensi dalam pemanfaatan area
kandang. Pembuatan kandang dengan luas yang sesuai denga kapasitas
pemeliharaan, alokasi dana untuk pembuatan kandang dapat efisien.
Bedasarkan pertimbangan tersebut, sebelum lay out kandang dibuat,
perlu dilakukan pengamatan terhadap wilayah disekitar lingkungan
kandang antara lain lokasi daerah pemukiman, arah sinar matahari,
ketinggian tanah, letak sumber air, dan lain-lain (Baliarti et al,
1999).
Berikut ini adalah layout kandang kuda yang digunakan sebagai
lokasi praktikum:
Gambar 1. Layout kandang
Kandang kuda umumnya berbentuk single stall. Tempat untuk
latihan (exercise) sebaiknya disediakan di areal perkandang.
Kandang untuk ternak kuda dapat dibuat dari bahan bangunan yang
sederhana dan murah, namun harus memiliki konstruksi yang cukup
kuat (Ningtiyas, 2010). Membangun kandang di daerah tropis,
diusahakan agar ada ventilasi sehingga pertukaran udara bisa
berjalan lancar dan tidak menimbulkan hawa panas didalamnya. Air
hujan jangan sampai masuk ke dalam kandang. Kandang yang agak
tertutup digunakan untuk kuda yang akan beranak (Jacoeb, 1994).
Karakteristik kandang. Karakteristik kandang yang diamati adalah
meliputi jenis kandang, jumlah kandang, luas kandang, volume tempat
pakan, volume tempat minum, bahan baku kandang, dan alas kandang.
Parameter jenis kandang, jumlah kandang, bahan baku kandang, dan
alas kandang dapat diketahui dengan cara pengamatan secara langsung
terhadap kandang kuda. Parameter luas kandang dapat diketahui
dengan cara mengukur panjang dan lebar kandang dengan alat roll
meter. Volume tempat pakan dan minum dapat diketahui dengan cara
mengukur diameter dan tinggi tempat pakan dan minum dengan alat
roll meter.
Berdasarkan praktikum, maka data yang didapatkan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 2. Karakteristik kandang
Parameter
Jenis kandangIndividu
Jumlah kandang6 kandang
Luas kandang12 m2
Volume tempat pakan0,069 m3
Volume tempat minum0,025 m3
Bahan baku kandang
1. Atap2. Dinding3. Lantai4. Tempat pakan5. Tempat minumSeng,
gableSemen
Semen, bedding serbuk gergaji
Plastik (PVC)
Plastik (PVC)
Alas kandangBedding serbuk gergaji
Kandang kuda yang berada di lokasi praktikum merupakan kandang
individu permanen yang berjumlah 6 kandang dengan ukuran panjang 4
m, lebar 3 m, dan tinggi dinding 2 m untuk setiap kandangnya.
Kandang dilengkapi dengan tepat pakan dan tempat minum yang terbuat
dari tong plastik. Tempat pakan dan minum berbentuk silinder dengan
ukuran jari-jari 25 cm dan tinggi 35 cm untuk tempat pakan,
sedangkan tempat minum berukuran tinggi 36 cm dan jari-jari 15 cm
sehingga volume tempat pakan yaitu 0,069 m3 dan volume tempat minum
0,025 m3. Model atap kandang yaitu gable dengan bahan baku seng.
Model dinding yaitu setengah terbuka dengan bahan baku batako dan
semen. Model alas kandang yaitu lantai berbahan semen dengan litter
serbuk gergaji.
Menurut Midwest (2009), kandang yang sesuai untuk satu ekor kuda
seberat 1000 ponds atau 2200 kg adalah kandang individu berukuran
3,6 m x 3,6 m atau dengan luas sekitar 13 m2. Tembok kandang harus
mempunyai ketinggian di atas 3 m. Kandang sebaiknya terbuat dari
bahan yang kuat tetapi tidak mencelakai dan mencederai kuda. Tempat
pakan dan tempat minum sebaiknya dipilih dengan kualitas yang baik
dan tahan lama karena kuda adalah hewan yang kuat dan tempat pakan
dan tempat minum yang berkualitas buruk akan mudah rusak. Tempat
pakan dan tempat minum sebaiknya dikaitkan di dinding kandang
setinggi dada kuda sehingga kuda merasa nyaman. Khusus tempat
minum, lebih baik digunakan automatic drinker agar ketersediaan air
selalu terjaga.
Selain ukuran dan tempat pakan serta minum, alas kandang menjadi
aspek penting untuk kenyamanan kuda. Alas kandang harus
dikondisikan sebaik-baiknya agar kuda nyaman berada di dalam
kandang. Alas kandang sebaiknya dapat menyerap air dan amonia
sehingga, tidak keras untuk menghindari cedera pada kaki-kaki kuda,
dan tidak butuh perawatan yang sulit seperti harus diganti setiap
hari (Midwest, 2009). Kandang kuda di GMEC bermodel atap gable
dengan bahan seng, hal ini menyebabkan kandang menyebabkan suhu di
dalam kandang lebih panas. Menurut McBane (1991) atap pada kandang
kuda lebih baik jika jaraknya semakin tinggi, karena dapat
menghasilkan sirkulasi udara yang baik. Ketersediaan udara yang
baik sangat dibutuhkan pada perkandangan kuda karena kuda mudah
terkena penyakit pernafasan. Udara yang bersih sangat penting untuk
kesehatan dan kenyamanan kuda serta akan mempengaruhi kekuatan dari
kuda tersebut. Ventilasi yang baik adalah berbentuk puncak pada
atapnya dan akan sangat berpengaruh pada posisi sejajar kepala
kuda.
McBane (1991) menyatakan bagian kandang harus tersedia air
bersih. Air minum harus diperhatikan bagi kuda betina yang sedang
menyusui, karena jika kuda betina tersebut kekurangan air dalam
kondisi menyusui maka air susu induk akan berkurang pula. Kandang
juga harus memiliki sistem pembuangan kotoran yang baik dan adanya
ketersediaan listrik untuk lampu, kipas, dan lain sebagainya.
Ketersediaan air di kandang GMEC sudah cukup untuk kebutuhan kuda.
Sumber air didapat dari sumur yang dibuat di sebelah utara areal
kandang kuda. Tempat pembuangan kotoran juga bisa dikatakan baik
dengan tempat pembuangan yang agak jauh dari kandang kuda.
Ketersediaan listrik juga sudah memenuhi kebutuhan untuk
penerangan, pengaliran air, dan sebagainya.
Fasilitas pendukung kandang. Fasilitas pendukung kandang dapat
diketahui dengan melakukan pengamatan fasilitas-fasilitas yang
tersedia di sekitar kandang untuk menunjang kelancaran manajemen
pemeliharaan. Berdasarkan pengamatan tersebut, maka data yang
didapatkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3. Fasilitas pendukung kandang
No.Fasilitas KandangFungsi
12345678910Tempat latihan
Tempat groomingRuang karyawan
Kamar mandi
Lahan hijauan
Gudang peralatan
Gudang pakan
Ruang diskusi
Sumur
LoadingTempat latihan menunggang
Tempat grooming kudaTempat karyawan
Tempat mandi
Tempat penyedia hijauan
Tempat penyimpan alat
Tempat penyimpan pakan
Tempat diskusi
Sumber air
Tempat menurunkan atau menaikkan kuda
Kandang kuda yang berada di GMEC memiliki fasilitas pendukung
yaitu tempat latihan (paddock), tempat grooming, ruang karyawan dan
asisten, kamar mandi, lahan hijauan, gudang peralatan, gudang
pakan, ruang diskusi, sumur dan loading. Menurut McBane (1991)
paternakan kuda lebih baik dilengkapi dengan fasilitas pendukung
seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan pakan,
ruang groom pada setiap kandang sehingga memudahkan dalam
pengawasan kuda.
Peralatan kandang. Peralatan kandang dapat diketahui dengan
melakukan pengamatan peralatan yang tersedia di sekitar kandang
untuk menunjang kelancaran manajemen pemeliharaan. Berdasarkan
pengamatan tersebut, maka data yang didapatkan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 4. Peralatan pendukung kandang
No.Peralatan KandangFungsi
123456EmberSelang
Tali
Sekop
Troli
HalterTempat pakan dan minumSaluran air
Mengendalikan kuda
Mengambil feses
Mengangkut kotoran
Mengendalikan kuda
Peralatan dan perlengkapan pendukung yang dibutuhkan untuk
memperlancar proses pemeliharaan di antaranya sekop, garpu, sabit
atau arit, kereta dorong, ember, sapu, sikat, sprayer, dan selang
(Fikar dan Ruhyadi, 2012). Berdasarkan praktikum, maka dapat
diketahui bahwa peralatan pendukung yang ada di kandang Gadjah Mada
Equestrian Centre telah sesuai dan sangat mendukung kegiatan
pemeliharaan kuda.Pemilihan dan Pengadaan Kuda
Komposisi ternak. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,
terdapat sebanyak enam ekor kuda yang dipelihara di lokasi
praktikum. Data populasi kuda tersaji pada tabel 1.
Tabel 5. Populasi kuda
NoNamaSexUmurBangsaCiri-ciri
1
2
3
4
5
6Dona
Valley
Joey
Raoul
Qolbun
RawitBetina
Betina
Jantan
Jantan
Jantan
Jantan5 th
4 th
2,5 th
10 th
10 th
3 thKP
G3
KP
KP
KPI
KangeanBlast, Nafas
Star, Jargem
Star, Jargem
Star, Black
Star, Jragem
Bopong
Menurut SNI (1996), KPI merupakan hasil persilangan antara kuda
betina lokal Indonesia dengan pejantan bangsa Thouroughbred sampai
generasi ke-3 atau generasi ke-4 dan atau hasil perkawinan
diantaranya (inter-semating). KPI tidak dipersyaratkan warna
spesifik, bentuk badan langsing, kakinya kuat dan ringan, bentuk
mengarah ke kuda Thouroughbred, temperamen aktif, tinggi gumba pada
umur 6 tahun minimal 150 cm dan maksimal 170 cm, serta mempunyai
berat badan minimal 350 kg. Dahlan (2007) menambahkan bahwa
kuda-kuda pacu yang tidak masuk ke dalam skema persilangan KPI
tetapi mempunyai darah Thouroughbred biasa disebut Kuda Pacu
(KP).Menurut Dahlan (2007), sebelum adanya grading-up kuda, di
Indonesia terdapat beberapa jenis kuda lokal. Kuda lokal di
Indonesia terdiri atas kuda Gayo, kuda Sulawesi, kuda Kangean, kuda
Sumbawa, kuda Sandel, dan kuda Batak. Ukuran tubuhnya relatif lebih
kecil dan mempunyai tinggi di bawah 150 cm.
Konformasi secara garis besar dapat menjelaskan penampilan umum
seekor kuda. Konformasi tubuh dan kaki diketahui memiliki
heritabilitas yang tinggi. Hal ini diketahui bahwa penilaian
subyektif dari konformasi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor
bukan genetik. Faktor bukan genetik ini meliputi tim penilai, jenis
kelamin, kondisi tubuh, dan menajemen pemeliharaan kuda, bulan dan
tahun judging, serta perawatan anak kuda. Semua faktor ini dihitung
bersama dengan data konformasi tubuh jika digunakan untuk melakukan
seleksi kuda dan analisa genetik (Ningtyas, 2010).
Kriteria pemilihan kuda. Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan, diketahui bahwa pemilihan kuda dibagi menjadi dua
kategori, yaitu pemilihan untuk equestrian dan pemilihan untuk kuda
pacu. Pemilihan kuda untuk equestrian meliputi proporsi tubuh yang
bagus, silsilah jelas, tempramen baik, umur diatas 2 tahun, dan
biasanya bekas kuda pacu (afkir). Pemilihan untuk kuda pacu
meliputi hidung besar dengan harapan respirasinya baik, kapasitas
paru-paru besar, proporsi tubuh bagus, silsilah jelas dengan adanya
recording dari BRK (biro registrasi kuda) stamina bagus, dan umur
minimal 1,5 tahun.
Menurut Dahlan (2007), kuda yang cocok untuk kuda tipe tunggang
adalah kuda dengan tinggi minimal 1,45 sampai 1,7 meter dengan
berat 450 sampai 700 kg. Beberapa jenis kuda yang baik untuk tipe
tunggang adalah kuda Arab, kuda Thouroughbred, kuda Morgan, dan
Kuda Appalosa serta kuda hasil silangan dan keturunannya. Kuda yang
cocok untuk tipe pacu adalah kuda dengan tinggi 1,45 sampai 1,65
meter dengan berat 450 sampai 600 kg. Beberapa jenis kuda yang baik
untuk tipe pacu adalah kuda Thouroughbred, kuda Standarbred dan
kuda Quarter.
Asal dan transportasi. Kuda yang berada di lokasi praktikum
berasal dari berbagai daerah, yang dibawa dengan menggunakan alat
transportasi yaitu mobil box. Kuda dengan nama Qolbul berasal dari
Salatiga, Valley berasal dari Solo, Raoul berasal dari Yogyakarta,
sedangkan Joey, Dona, dan Rawit berasal dari Fakultas Peternakan
UGM. Menurut Rianto dan Endang (2010), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengangkutan, yaitu alat angkut, volume
angkutan, dan waktu pengangkutan. Hal tersebut perlu diperhatikan
agar pengangkutan lebih efektif dan efisien serta tidak mengganggu
kenyamanan ternak. Menurut Rianto et al. (2010), transportasi
memegang peranan yang penting dalam pemasaran ternak. Penggunaan
alat transportasi ini untuk ternak umumnya diangkut menggunakan
mobil pick up dan truck. Beberapa yang hal yang perlu diperhatikan
dalam pengangkutan yaitu alat angkut, volume angkutan dan waktu
pengangkutan. Berdasarkan praktikum, maka dapat diketahui bahwa
alat dan transportasi yang ada di kandang Gadjah Mada Equestrian
Centre telah sesuai dan sangat mendukung kegiatan pemeliharaan
kuda.Manajemen Pakan
Bahan pakan yang diberikan. Berdasarkan praktikum yang
dilakukan, didapatkan data pemberiaan bahan pakan yang tersaji pada
tabel 2 berikut,
Tabel 6. Bahan pakan yang diberikan
Bahan pakanAsalPengadaanHarga (Rp)Jumlah pemberianFrekuensi
pemberian
Rendeng
Rumput lapangan
Pellet ExtraproJl. Palagan
HMT Fapet
Salatiga2 hari sekali
2 hari sekali
1 bulan sekali50.000/40 ikat
Gratis
230.000/25 kg24 ikat/hari
Secukupnya
26 kg/ 6ekor/hari 2 kali sehari
2 kali sehari
3 kali sehari
Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa bahan pakan yang
diberikan pada 6 ekor kuda yaitu rendeng dengan jumlah pemberian 24
ikat per hari dengan frekuensi 2 kali sehari. Rumput lapangan
diberikan secukupnya, diberikan 2 kali sehari. Pellet extrapro
jumlah pemberian 26 kg per hari diberikan 3 kali sehari.
Kuda sebagai ternak herbivora merupakan ternak yang mengkonsumsi
hijauan. Hijauan mempunyai arti penting dalam makanan kuda.
Performan yang dihasilkan oleh kuda akan sama dengan kualitas
hijauan yang dimakannya. Hijauan yang bagus tentunya tidak hanya
sebagai sumber energi saja, tetapi juga sebagai sumber protein,
vitamin, mineral, dan nutrisi lainnya (Guay, 2002).
Menurut Mansyur et al. (2006), sumber serat utama bagi kuda
adalah rumput. Beberapa jenis sumber serat yang dapat digunakan
sebagai pakan kuda adalah rumput Panicum muticum, Brachiaria
brizantha, dan Australian grass. Selain diberikan hijauan, kuda
juga dapat diberi makanan penguat (konsentrat) non hijauan, tetapi
kebanyakan peternak di Indonesia memberikan konsetrat yang bukan
merupakan dalam arti sebenarnya seperti dedak halus, pollard, atau
onggok. Pakan yang diberikan di GMEC sudah cukup baik.
Metode pemberian. Berdasarkan praktikum yang dilakukan,
diketahui metode memberian pakan yang tersaji pada tabel 3 berikut
ini,
Tabel 7. Metode pemberian pakan
Bahan pakanJam pemberianJumlahMetode
Konsentrat
Hijauan
06.00
11.00
17.00
13.00
19.007 kg
6,5 kg
14 kg
12 kg
12 kgKering
Kering
Kering
Dilayukan
Dilayukan
Ketersediaan pakan yang baik akan menunjang kelangsungan hidup
dan pertumbuhan kuda sehingga pakan merupakan faktor penting dalam
peternakan kuda. Pakan utama kuda adalah rumput dengan berbagai
jenis rumput seperti Panicum maticum dan Brachiaria mutica. Pakan
rumput hanya cukup untuk digunakan bagi kelangsungan hidup tetapi
untuk kuda pacu atau olahraga perlu tambahan konsentrat dan
vitamin. Pakan konsentrat merupakan pakan tambahan energi bagi
kuda. Konsentrat yang dapat diberikan antara lain konsentrat sereal
yang terdiri dari gandum, jagung, produk tepung, sorgum, berbagai
produk padi, dan produk non sereal yang terdiri dari gula bit,
rumput kering, kacang-kacangan (legume) seperti kedelai dan kacang
(McBane, 1994).
Pakan kuda yang diberikan harus sesuai denga umur dan fungsi
kuda tersebut. Umur kuda dibagi menjadi empat koelompok, yaitu 1
sampai 6 bulan, 6 sampai 12 bulan, 12 sampai 24 bulan, dan diatas
24 bulan. Kuda yang berumur 1 sampai 6 bulat tidak disediakan pakan
khusus, karena masih dalam masa menyusu dengan induknya. Induk kuda
yang sedang menyusui memerlukan kebutuhan pakan yang cukup banyak
baik untuk induk kuda maupun anaknya. Induk menyusui dan induk
bunting memerlukan pakan tiga kali lipat terutama untuk vitamin dan
mineral, kacang-kacangan, dan bungkil yang dapat membantu
pembentukan air susu dalam jumlah yang cukup. Pengaturan pemberian
pakan dapat dilakukan 2 sampai 3 kali sehari yaitu pagi, siang,
sore hari tergantung dari kuda dan fungsi kuda tersebut (Jacoebs,
1994).
Penanganan LimbahMacam-macam limbah yang dihasilkan. Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, kandang kuda yang digunakan
menghasilkan limbah seperti feses, urin, bedding, dan sisa pakan
ternak. Menurut Rianto dan Purbowati (2010), kotoran ternak terdiri
dari feses dan sisa pakan yang tidak habis dimakan oleh sapi
merupakan limbah peternakan. Menurut Widi (2007) usaha pemeliharaan
ternak potong, limbah yang paling utama dihasilkan adalah kotoran
ternak (manure), disusul urine, sisa pakan, serta alas
(bedding).
Sanitasi kandang dan lingkungan. Berdasarkan praktikum yang
dilakukan dapat diketahui bahwa sanitasi kandang dan lingkungan
yang dilakukan yaitu pembersihan feses setiap hari, pengantian
bedding secara berkala, pembersihan tempat pakan dan minum, serta
pembersihan kandang secara berkala. Menurut Soehardjono (1990)
keadaan permukaan alas kandang dan lingkungan juga berpengaruh
terhadap kesehatan kuda. Kuda dengan lingkungan alas kandang yang
buruk seperti becek dan berbatu akan menjadi presdisposisi terhadap
penyakit-penyakit kuku kuda sehingga keadaan tanah lingkungan
tempat kuda dan sekitar kandang perlu dikondisikan seperti keadaan
tanah normal kuda saat berada di alam.
Penanganan limbah. Berdasarkan praktikum yang dilakukan
penanganan limbah yang dilakukan yaitu pembersihan limbah,
penampungan limbah, kemudian pembuangan limbah tanpa adanya
pengolahan limbah apapun. Feses kuda merupakan limbah padat dari
proses metabolisme ternak kuda. Feses kuda seperti feses ternak
pada umumnya berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan, untuk
itu perlu dilakukan pengolahan terhadap feses tersebut. Salah satu
pengolahan yang mudah dan dapat dilakukan adalah dengan proses
pengomposan. Feses kuda mengandung karbon yang tinggi dan nitrogen
yang rendah sehingga dalam pembuatan kompos perlu adanya sumber
nitrogen tambahan (Hidayati et. al. 2010). Menurut Sinaga (2009),
kandang adalah sumber polusi udara dan pencemaran air yang
menimbulkan masalah sosial. Selain pengaliran limbah juga perlu
diberikan penyerap bau dengan penambahan kapur, zeolit, dan
sebagainya.Perawatan
Perawatan Kuda
Grooming. Grooming yaitu menyikat tubuh kuda dengan sikat khusus
(body brush) dan rosecomb. Grooming bertujuan untuk menyingkirkan
kotoran-kotoran yang berada di kulit kuda. Frekuensi grooming yang
tepat adalah dilakukan dua kali sehari yaitu sebelum dan setelah
kuda beraktivitas (Gredley, 1999).
Alat-alat yang digunakan untuk grooming antaaa lain cungkil kuku
atau nail picker berbahan besi baja, sisir logam atau stanless
steel comb untuk perawatan rambut kuda agar tidak kusut, kerok atau
brush comb berbahan plat tebal bergerigi. Selain itu digunakan juga
peralatan seperti hoof pick, dandy brush, body brush, curry comb,
dan mane comb (Sellnow, 2013)
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, alat-alat yang digunakan
untuk grooming meliputi sikat halus untuk membersihkan kotoran dan
debu, hoof pick untuk membersihkan kotoran pada kuku, sikat kasar
untuk membersihkan rambut dan ekor kuda. Alat yang digunakan sudah
sesuai literatur.
Pemandian kuda. Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat
diketahui bahwa pemandian kuda dilakukan untuk memastikan
kebersihan kuda. Pemandian kuda biasanya dilakukan seminggu sekali
sampai sebulan sekali. Pemandian dilakukan setelah kuda selesai
ditunggang dan pada pagi hari. Menurut Gredley (1999), kuda tidak
perlu sering dimandikan. Hanya kuda yang terlihat kotor yang wajib
untuk dimandikan. Frekuensi mandi yang terlalu sering akan membuat
kulit kuda menjadi kering karena kelembaban tubuhnya hilang.
Kegiatan memandikan kuda yang dilakukan saat praktikum telah sesuai
karena dilakukan hanya seminggu sekali.
Kuda perlu dimandikan apabila kuda dalam keadaan kotor setiap
kali selepas latihan atau ketika cuaca yang panas. Berikut ini cara
memandikan kuda: 1) ikatkan kuda pada tiang, 2) basahi tubuh kuda,
3) buang kotoran, 4) ratakan shampo keseluruh tubuh, 5) keringkan
tubuh kuda. Praktikum yang dilakukan menggunakan shampo biasa
(shampo manusia). Menurut Anonim (2014), shampo yang diberikan
khusus dibuat untuk kuda, tetapi shampo manusia juga bisa
digunakan.
Pemasangan tapal (shoeing). Berdasarkan praktikum yang dilakukan
dapat diketahui bahwa pemasangan tapal dilakukan agar kuku kuda
tidak mudah rusak. Pemasangan tapal biasanya dilakukan sebulan
sekali tergantung panjang pendeknya kukuataupun dilakukan saat
tapal lepas dengan sendirinya. Pengukuran panjang kuku yaitu dengan
batasan 4 jari dari pangkal. Kuku dipotong menggunakan pisau, lalu
dilepas tapalnya dan di pasang tapal yang baru. Menurut Gledley
(1999), perawatan kuku penting artinya bagi kesehatan kuda.
Perawatan kuku yang diperlukan bagi kesehatan kuda adalah
pembersihan kuku, pemotongan kuku, pemasangan tapal, dan
pemeriksaan kesehatan kuku.
Pemasangan tapal perlu dilakukan oleh orang yang ahli untuk
memasang tapal, menguasai dan paham terhadap kuda dan dapat
memperlakukan kuda secara baik. Biasanya kuda yang baru pertama
kali ditapal akan panik, pemasangan kendali pada kuda akan
mempermudah pemasangan tapal. Pemasangan tapal selanjutnya
dilakukan secara rutin yaitu antara 35 sampai 40 hari. Apabila besi
tapal lepas sebelum waktunya maka segera ditapal kembali. Apabila
kuda sulit untuk ditapal, maka perlu penyesuaian dan latihan rutin
pada kaki dengan cara diangkat dan dikondisikan seperti pada saat
ditapal. Apabila kuda masih tetap sukar untuk dipasang tapal, maka
pemasangan dilakukan dengan cara dipaksa menggunakan alat pembantu
seperti box dan klosker (Mc Bane, 1994).
Peralatan untuk perawatan kuda. Berdasarkan praktikum yang
dilakukan maka peralatan untuk perawatan kuda dapat diketahui pada
tabel di bawah ini:
Tabel 8. Peralatan untuk perawatan kuda
No.Peralatan KandangFungsi
1.RosecombMembersihkan rambut
2.Sikat brushMembersihkan rambut
3.Sisir kawatMenyisir rambut
4.Hoof pickMembantu membersihkan kuku kuda
5.HalterMembantu handling kuda
6.7.TaliLap Membantu mengikat kudaMemandikan ternak
Salah satu perawatan untuk kuda adalah grooming. Kegiatan ini
merupakan kegiatan khusus ternak kuda dan membutuhkan alat-alat
khusus untuk kelancaran grooming itu sendiri. Menurut Gredley
(1999), grooming yaitu menyikat tubuh kuda dengan sikat khusus
(body brush) dan rosecomb. Menurut Panjono (2014), alat yang
digunakan untuk grooming meliputi hoof pick, dandy brush, rubber
curry comb, plastic curry comb, body brush, metal curry comb,
stable rubber, strapping pad, water brush, tail bandage.
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, alat yang digunakan untuk
perawatan kuda masih belum lengkap, tetapi sudah bisa mewakili
semuanya.Penyakit yang Sering Muncul
Penyakit merupakan salah satu aspek yang harus dihindari karena
akan menimbulkan kerugian. Berdasarkan praktikum, penyakit yang
sering muncul adalah luka yang disebabkan oleh kecelakaan, kolik
yang disebabkan oleh bakteri dan cacing dengan gejala klinis kuda
selalu gelisah, mencret yang disebabkan oleh keracunan pakan dengan
gejala klinis feses yang cair, cacingan yang disebabkan oleh cacing
yang masuk melalui makanan dengan gejala klinis nafsu makan turun,
kuku pecah yang disebabkan oleh kecelakaan, dan scabies yang
disebabkan oleh tungau dengan gejala klinis rambut rontok. Lemas,
disebabkan karena kuda kecapaian latihan. Penyakit-penyakit
tersebut mempunyai penanganan yang berbeda-beda. Penyakit-penyakit
ini sangat berpotensi menyebabkan penurunan kesehatan, penularan
dan bahkan dapat menyebabkan kematian. Menurut Brandy (2002), kuda
adalah hewan yang sangat sensitif dan tidak tahan terhadap rasa
sakit. Apabila kuda terserang suatu penyakit maka kuda akan lebih
cepat mati jika tidak segera ditangani sehingga peran dokter hewan
dalam kesehatan seekor kuda sangat penting.
Kolik merupakan gangguan pencernaan yang disebabkan oleh makan
yang berlebihan, minum berlebihan pada waktu panas, makanan
berjamur, dan bahkan oleh investasi cacing gelang. Usus terhalang
atau terjepit, dan menimbulkan rasa sakit, sedangkan kuda sangat
sensitif. Penanganannya adalah dengan membawa kuda berjalan-jalan
sampai dokter hewan datang. Pemberian minyak mineral dilakukan
terhadap kuda yang sakit. (Blakely dan Bade, 1991).Pengobatan
Pencegahan medis dan perawatan rutin sangat vital terhadap
kesehatan kuda dan mencegah masalah yang tidak diinginkan.
Manajemen yang baik sangat diperlukan dalam hal ini, terdapat
beberapa hal veteriner yang spesifik dan perlu diperhatikan dalam
perawatan kuda meliputi pemberian obat cacing, vaksinasi, dan
pemerikasaan gigi (McBane, 1991). Pengobatan harus segera dilakukan
apabila kuda sudah mengalami gejala klinis suatu penyakit.
Berdasarkan praktikum, pengobatan yang biasanya dilakukan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 9. Peralatan untuk perawatan kuda
Nama obatFungsiDosis
B-
complexPenstrepBiosolamineNovaldonGussanexFlunixinMultivitamin
Obat abses
Penguat otot
Analgesik, antipyretic
Lanti larva
Obat kolik1 ml / 10 kg BB
1 ml / 10 kg BB
1 ml / 10 kg BB
Secukupnya
Secukupnya
1 ml / 45 kg BB
Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa obat yang
sering digunakan adalah vitamin B-complex, multivitamin injection,
novaldon, biosolamine, gussanex, penstrep, dan flunixin. Menurut
Norbrook Laboratories (2014), multivitamin berfungsi sebagai
perawatan terhadap kuda yang kekurangan vitamin ataupun sedang
dalam periode penyembuhan. Dosis yang digunakan untuk satu ekor
kuda adalah sekitar 20 sampai 30 ml dan dapat diulang selama 10
sampai 14 hari. Selain itu, obat penstrep dapat digunakan untuk
mengobati berbagai macam penyakit seperti enteritis, infeksi
saluran pencernaan dan reproduksi dan infeksi akibat bakteri dan
virus. Dosis yang dapat digunakan adalah 1 ml per 25 kg berat
badan. Daunt (2002) menambahkan bahwa, obat-obat yang bersifat
analgesik dapat digunakan sebagai obat penyakit kolik pada kuda
karena obat tersebut bersifat painkiller. Pengobatan dan persediaan
obat di kandang Gadjah Mada Equestrian Centre sudah cukup lengkap
dan penggunaanya sudah sesuai.Pelatihan
Pelatihan Rutin
Horse riding and training equestrian. Berdasarkan pengamatan
maka horse riding and training equestrian dilakukan pada kuda umur
mulai 2 tahun, dilakukan dengan melatih keseimbangan langkah dari
kuda dengan cara di lungeing kemudian kuda diperintah untuk
coolingdown sebagai tahap relaksasi, serta dilakukan pengenalan
alat. Latihan dilakukan untuk pembentukan stamina.
Menurut Krystle (2012), melatih kuda dapat dilakukan dengan cara
beberapa tahap.Tahap pertama adalah becoming a good trainer dengan
kemampuan horsemanship yang baik. Tahap kedua adalah training
groundwork, dapat dilakukan dengan menjinakkan kuda dengan cara
mengelus kepala, mengajarkan menikuti pelatih, mengajarkan berjalan
dan berhenti. Tahap ketiga adalah longeing untuk melatih
keseimbangan kuda dan melatih gerakan dasar. Tahap keempat adalah
melatih keberanian kuda dengan alat-alat yang dirasa menakuti kuda
seperti kayu, plastik, atau tali. Tahap kelima adalah melatih kuda
menggunakan saddle agar lebih terbiasa dengan beban.
Horse driving. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diketahui
bahwa horse driving dapat dilakukan dengan cara melatih kuda agar
berjalan walk, trot, canter, dan gallop. Menurut Krystle (2012),
melatih kuda perlu kesabaran dan ketegasan. Tegas bukan berarti
kasar tetapi jangan biarkan kuda meremehkan pelatih dan menunjukkan
kebiasaan buruk di kemudian hari. Selalu gunakan pakaian pengaman
seperti helm, sepatu tunggang, dan pakaian yang sesuai yang dapat
melindungi pelatih. Buatlah ikatan batin antara pelatih dengan kuda
diluar jam latihan dengan cara grooming sebelum dan sesudah
dipekerjakan.
Peralatan Latihan Kuda
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diketahui peralatan yang
digunakan untuk latihan kuda meliputi:
Tabel 10. Peralatan latihan kuda
No.Nama alatFungsi
1
2
3
4
5
6
7
8Saddle
Ambent
Bridle
Cambuk
Topi
Saddle pad
Bandage
BootUntuk tempat duduk penunggang
Mengencangkan saddle dengan kuda
Mengendalikan kuda
Mengontrol kuda
Pelindung kepala
Alas dari saddle
Melindungi kaki kuda saat berjalan
Melindungi kaki kuda saat berjalan
Peralatan untuk latihan kuda yang ada di GMEC antara lain saddle
utuk tempat duduk penunggang, ambent untuk mengencangkan saddle
dengn kuda, bridle untuk mengendalikan kuda, cambuk untuk
mengontrol kuda (dalam berjalan), topi untuk pelindung kepala
penunggang, saddle pad untuk melindungi punggung kuda sebagai alas
dari saddle, bandage dan boot untuk melindungi kaki kuda saat
berjalan.
Pemasangan perlengkapan seperti alat tunggang (selimut, cambuk,
ambent, sabrak, sanggurdi, pelana, dan alas punggung). Dapat
dilakukan apabila kuda sudah agak jinak, setelah tahap perkenalan
kuda terbiasa dipasang perlengkapan tersebut. Tahap perkenalan alat
tunggang dilakukan agar kuda tidak terkejut dan tidak takut
terhadap alat-alat tunggang. Tahap pengenalan dilakukan secara
hati-hati, karena kuda yang berontak dapat membahayakan pelatih.
Kuda tidak dipaksa ketika latihan pengenalan, tetapi secara
perlahan dan terus diulang sampai kuda tidak takut. Pengenalan alat
tunggang dilakukan dengan cara memegang satu persatu alat tunggang
kepala dengan tangan kanan kemudian diperhatikan, didekatkan secara
perlahan-lahan, diciumkan dan disentuhkan kebagian leher, serta
menggosok-gosokkan dengan perlahan kebagian punggung yang akan
dipasang alat tunggang sehingga mengerti peralatan yang dikenalkan
tidak berbahaya bagi kuda (Anonim, 2014).PERMASALAHAN DAN
SOLUSI
Permasalahan
Berdasarkan praktikum, maka dapat diketahui bahwa masih banyak
permasalahan yang ada di kandang Gadjah Mada Equestrian Centre.
Beberapa permasalahan yang ada adalah Kandang ternak kuda masih
belum sesuai, seperti atap kandang yang terbuat dari bahan seng
padahal lokasi peternakan berada pada daerah yang cukup panas,
sehingga akan membuat suhu kandang lebih panas, penanganan dan
pengolahan limbah yang belum optimal karena limbah kuda yang berupa
feses hanya dibuang begitu saja.
Solusi
Solusi yang dapat diberikan pada permasalahan tersebut yaitu
sebaiknya atap kandang disesuaikan dengan kondisi lingkungan makro
peternakan tersebut, seperti bahan atap seng diganti dengan bahan
genteng. Limbah feses sebaiknya juga diolah menjadi produk yang
lebih berguna dan mempunyai harga jual seperti pupuk kompos yang
mempunyai nilai jual yang lebih ataupun dapat digunakan untuk
memupuk lahan hijauan milik kandang Gadjah Mada Equestrian Centre
sendiri.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum pemeliharaan kuda yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa manajemen dan usaha ternak kerja dan olahraga
khususnya ternak kuda telah dilakukan secara baik. Selain itu,
pelatihan yang dilakukan sudah terjadwal dengan baik sehingga
diharapkan mampu menghasilkan kuda-kuda dengan kualitas baik.
Saran
Pelatihan sebaiknya dilakukan dua kali sehari sehingga apabila
terjadi kendala cuaca pada saat pelatihan kuda dan praktikan masih
dapat melakukan pelatihan. Perlu adanya bimbingan yang lebih
intensif dari asisten agar praktikan bisa menerima ilmu yang
disampaikan dengan baik.DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2014. The Horse.
Available at http://www.thehorse.com/. Diakses pada tanggal 10 Mei
2014.
Baliarti, e., Ngadiyono, N., Basuki, P., Panjono. 1999. Ilmu
Manajeman Ternak Potong. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Blakely. J. dan D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Dahlan, Achmad. 2007. Multivariat Craniometrics pada Kuda
Peranakan Thouroughbred dan Kuda Lokal (Kuda Sumba dan Priyangan).
Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Daunt, D.A. 2002. Alpha-2 Adrenergic Agonists as Analgesics in
Horses. Vet Clin North Am Equine Pract.
Fikar, S., dan Ruhyadi, D. 2012. Penggemukan Sapi 4 Bulan Panen.
AgroMedia Pustaka. Jakarta.Gredley, E. 1999. Hoof Care. Available
at http://www.acreageequines. com/horsecare/horsecare3.htm. Diakses
pada tanggal 18 Mei 2014.Guay, K. A. 2002. Matua Bronegrass Hay for
Mares in Gestation and Lactation. J. anim sci. London.
Jacoebs, T.N. 1994. Budidaya Ternak Kuda. Kanisius.
Yogyakarta.
Krystle. 2012. How to Train Horse. Available at
http://www.wikihow.com/ Train-a-Horse. Diakses pada tanggal 19 Mei
2014.
Mansyur, Hidayat U., dan Deny, R. 2006. Eksplorasi Hijauan Pakan
Kuda dan Kandungan Nutrisinya. Fakultas Peternakan Universitas
Padjajaran. Bandung.McBane, S. 1991. Horse Care and Riding.
David&Carles plc. Hongkong.
Midwest. 2009. Horse Handbook Housing and Equipment.
Pennsylvania State University. Pennsylvania.Ningtyas, S. Cipta.
2010. Manajemen Pemeliharaan Kuda (Equus caballus) untuk Upacara
Kenegaraan dan Sarana Kesenjataan di Datasemen Kavaleri Berkuda
(Denkavkud) TNI-AD Parompong. Departemen Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor.
Rianto, E., dan Endang, P. 2010. Panduan Lengkap Sapi Potong.
Penebar Swadaya. Jakarta.Sellnow, Les. 2013. Grooming Your Horse:
Deep Down Clean. Availeble at
http://www.thehorse.com/articles/10028/grooming-your-horse-deep-down-clean.
Diakses pada tanggal 21 Mei 2014.
Sinaga, Sauland. 2009. Available at http://blogs.unpad.ac.id/
SaulandSinaga/. Diakses pada tanggal 19 Mei 2014.
SNI. 1996. SNI 01-4226-1996 Kuda Pacu Indonesia. Dewan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
Soehardjono, O. 1996. Kuda. Yayasan Pamulang. Jakarta.
Widi, T.S.M. 2007. Beternak Domba. Cipta Aji Parama.
Yogyakarta.BAB IPENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuda sudah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia sebagai
sumber daging, alat transportasi dan kemudian berkembang menjadi
hewan yang digunakan sebagai hobi serta sarana olahraga. Salah satu
pemanfaatan kuda sebagai sarana olahraga yang berkembang di
Indonesia adalah kuda pacu. Berdasarkan hasil keputusan lokakarya
di dalam Munas III PORDASI tahun 1975, arah pembentukan kuda pacu
Indonesia dilakukan dengan menyilangkan kuda betina lokal dengan
kuda
Thoroughbred yang bertujuan untuk melakukan grading up kuda
lokal Indonesia. Tahun 1996 merupakan puncak keberhasilan dari
pembentukan Kuda Pacu Indonesia dengan diterbitkannya Standar
Nasional Indonesia (SNI) tentang Kuda Pacu Indonesia dengan nomor
registrasi SNI 01-4226-1996. Pemilihan kuda Thoroughbred sebagai
pejantan dilakukan karena bangsa Thoroughbred merupakan bangsa kuda
pacu yang mempunyai kemampuan tinggi dalam kecepatan berlari. Kuda
Thorougbred merupakan kuda yang terkenal sebagai kuda pacu tercepat
di dunia, sehingga hampir di semua arena pacuan kuda, kuda
Thorougbred menjadi juara. Adapun kuda lokal yang paling banyak
disilangkan dengan kuda Thorougbred adalah kuda Sandel yang
memiliki daya tahan terhadap iklim tropis, kaki yang cukup kuat,
intelegensia yang tinggi, dan kecepatan lari yang baik.
Salah satu penilaian performa kuda pacu yang baik adalah dengan
melihat kecepatan kuda pada jarak lari yang ditempuh. Nilai
kecepatan yang baik menjadi lebih baik lagi saat kecepatan tersebut
dapat dipertahankan. Kemampuan kuda mempertahankan kecepatan
berlari akan menunjukkan keunggulan dari individu kuda yang akan
mempengaruhi nilai jual kuda yang bersangkutan. Keunggulan kuda
pacu dapat dilihat dari catatan juara yang pernah diraih.
Tujuan
Praktikum acara pacuan kuda bertujuan untuk mengetahui teknis
pelaksanaan pacuan kuda, pelaku pelaksana pacuan kuda beserta
tugasnya, syarat peserta pacuan kuda, pembagian kelas dalam pacuan
kuda, dan layout lintasan pacuan kuda.Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari praktikum acara pacuan kuda
adalah memperoleh pengetahuan mengenai pelaksanaan kuda yang
dimulai dari pelaku pelaksana pacuan kuda, syarat peserta pacuan
kuda hingga teknis pelaksanaan pacuan kuda.
BAB II
KEGIATAN PRAKTIKUM
Pelaksanaan Pacuan Kuda
Nama acara. Nama acara pacuan kuda pada saat praktikum adalah
Pacuan Kuda Bupati Bantul Cup IV 2014.
Tempat pelaksanaan. Tempat pelaksanaan pacuan kuda pada saat
praktikum adalah Lapangan Pacuan Kuda Sultan Agung.
Waktu pelaksanaan. Pelaksanaan pacuan kuda pada tanggal 26 april
sampai 27 april 2014.
Panitia penyelenggara. Panitia yang menyelenggarakan pacuan kuda
yaitu Kementrian Pemuda dan Olahraga Bantul yang bekerja sama
dengan PORDASI.
Maksud dan tujuan pelaksanaan. Pelaksanaan pacuan kuda bertujuan
untuk mendorong kegiatan olahraga berkuda dan menjalin hubungan
baik antar stable.
Gambaran umum pelaksanaan. Pelaksanaan pacuan kuda dimaksudkan
untuk membangkitkan olahraga berkuda baik lokal maupun internasiona
(khususnya kuda pacu).
Pelaku Pelaksana Pacuan Kuda Dan Tugasnya
Joki
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa joki adalah
penunggang kuda yang bertugas mengarahkan kuda sampai ke garis
finish. Menurut Anonim (2009), joki (dari bahasa Inggris: jockey)
ialah seseorang yang memacu kudanya dalam suatu pertandingan pacuan
kuda, biasanya sebagai profesi. Joki biasanya swakerja,
dinominasikan oleh pelatih kuda untuk memacu kudanya dalam
pertandingan untuk hadiah (yang dibayarkan tanpa memandang uang
yang diterima kuda untuk sebuah pertandingan) dan potongan uang
dompet. Biasanya, warna yang dikenakan oleh joki "terdaftar" oleh
pemilik atau pelatih mereka. Joki memiliki reputasi bertubuh
pendek, namun tidak ada pembatasan tinggi badan, hanya berat badan.
Joki kuda adalah olahragawan yang rentan akan cedera tetap dan
cenderung mengancam hidupnya.Dewan stewardBerdasarkan hasil
praktikum diketahui bahwa dewan steward adalah wasit yang bertugas
menentukan juara. Menurut Elva (2011), dewan stewards atau disebut
juga dewan juri adalah suatu komisi yang bertanggung jawab atas
jalannya lomba pacuan. Menentukan apakah pacuan bisa diteruskan
atau diberhentikan, menentukan apakah kuda boleh dilarikan atau
tidak, menentukan siapakah pemenang suatu lomba, menentukan apakah
jockey telah melakukan pelanggaran dan juga memberikan
peringatan.Petugas starting gateBerdasarkan hasil praktikum
diketahui bahwa petugas starting gate bertugas membukakan pintu
starting gate. Menurut Elva (2011), gate master adalah petugas yang
melakukan pekerjaan dilingkungan startgate, memasukkan kuda-kuda
kedalam kotak-kotak start, menutup pintu start, memindahkan
startgate, dan sebagainya.Stall masterBerdasarkan hasil praktikum
diketahui bahwa stall master bertugas mempersiapkan kuda masuk ke
starting gate. Menurut Elva (2011), start master adalah petugas
dalam lomba pacuan sebagai pelepas kuda.
TrainerBerdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa trainer
merupakan pelatih kuda pacu. Islami (2007) menyatakan bahwa pelatih
memiliki peranan penting dalam menghasilkan kuda pacu yang
berprestasi. Pelatih yang baik dan berpengalaman akan sangat
mengenali kuda yang akan dilatih dan menetapkan pola latihan yang
tepat bagi kuda tersebut. Hal ini akan mempengaruhi kondisi kuda
pada saat di arena pacuan.Teknis Penyelenggaraan Pacuan Kuda
Penimbangan joki
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa penimbangan joki
dilakukan untuk melihat kesesuaian berat badan joki berdasarkan
kriteria yang ada. Berat badan joki maksimal 50 kg. Menurut Dolok
(2000), berat badan joki yang ideal adalah 50 sampai 60 kilogram.
Semakin ringan joki maka akan semakin ringan beban bagi kudanya.
Menurut Wilson (1991), berat badan joki berpengaruh terhadap waktu
yang dibutuhkan kuda untuk mencapai garis finishPos kuda
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa pos kuda merupakan
tempat pemasangan peralatan pacu pada kuda sebelum kuda memasuki
race.
Mounting yardBerdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa
mounting yard merupakan tempat pemanasan (warming up) bagi kuda dan
tempat joki menunggangi kuda sebelum masuk arena pacuan kuda.
Menurut Iskandar (2003), mounting yard adalah tempat pemanasan
pacuan kuda yang tujuannya adalah untuk pemanasan sebelum pacuan.
Mounting yard merupakan salah satu kegiatan melibatkan gerakan
otot, sendi dan tulang dalam intensitas yang cukup besar. Kegunaan
atau manfaat dari latihan itu sendiri adalah untuk memperkuat otot,
tulang, jantung, paru-paru dan sirkulasi darah. Tanpa dilakukannya
yang memadai sebelum melakukan latihan aktivitas yang dominan
menggerakkan otot-otot, sendi dan tulang dapat mengakibatkan cedera
pada otot dan cedera sendi.Starting gateBerdasarkan hasil praktikum
diketahui bahwa starting gate merupakan garis start pacuan kuda,
dimana kuda dimasukan dalam kotak-kotak starting gate dan pintu
starting gate akan dibuka ketika semua joki beserta kudanya sudah
siap ikut pacuan. Menurut Elva (2011), startgate adalah peralatan
untuk melakukan start dalam suatu lomba. Bentuknya adalah rangkaian
besi untuk memasukkan kuda dan jockey sebelum aba-aba "start"
dilakukan. Startgate berbentuk sebuah rangkaian beberapa kotak yang
longgar sehingga kuda bisa berhenti dan menunggu untuk lepas
melesat kedepan. Sebuah pintu tertutup rapat didepan dan akan
terbuka secara bersamaan setelah bendera start dan tuas start
ditekan oleh seorang start master. Sebuah startgate bersifat mobil
dapat dipindahkan sesuai garis start yang ditentukan dengan bantuan
sebuah kendaraan penarik.
RaceBerdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa race merupakan
tempat lintasan pacuan kuda yang berbentuk oval. Menurut Elva
(2011), race atau disebut juga run adalah istilah untuk menyebut
pertandingan pacuan kuda. Satu hari pacuan biasanya terdapat 10
hingga 13 race. Masing-masing kuda hanya boleh lari pada 1 race
sesuai dengan kelas yang dipilih dan atau aturan ukuran kuda. Race
ditentukan saat drawing.
Box winningBerdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa box
winning merupakan tempat penyerahan hadiah dan pengumuman peraih
juara 1, 2 dan 3. Kuda-kuda yang meraih juara 1, 2 dan 3 dimasukkan
ke winning box tanpa ditunggangi joki (hanya dituntun) untuk
diserahkan hadiah.Penyerahan hadiah
Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa penyerahan hadiah
diperuntukkan bagi peraih juara 1, 2 dan 3, hadiah yang diberikan
berupa piala dan foto bersama. Edi (1999), penyerahan hadiah
dilakukan oleh panitia penyelenggara perlombaan pacuan kuda kepada
pemenang. Penentuan pemenang dilakukan terhadap para peserta yang
berhasil memperoleh kemenangan pada urutan 1,2,3 pada perlombaan
pacuan kuda. Pemenang yang telah ditentukan kemudian diberikan
hadiah dari panitia lomba.Syarat Kuda Peserta Pacuan
Berdasarkan hasil praktikum diketahui syarat-syarat kuda yang
dapat dijadikan peserta pacuan adalah menyerahkan sertifikat dan
memenuhi syarat pengukuran kuda pacu (sesuai kelas pacuan), harus
memiliki BRK, untuk kelas Derby kuda harus berumur minimal 3 tahun,
dan untuk kelas terbuka tidak ada batasan umur. Menurut Iskandar
(2003), setiap kuda pacu memiliki sertifikat yang diterbitkan oleh
badan registrasi kuda (BRK). Sertifikat tersebut digunakan sebagai
prasyarat berpacu dalam kejuaraan nasional. Kuda pacu yang dilatih
berumur rata-rata tiga tahun, yang dibagi kedalam beberapa kelas
sesuai dengan umur masing-masing kuda yaitu, kelas pemula C/D (P
C/D), kelas pemula A/B (P A/B), kelas remaja (R), kelas derby (D),
dan kelas empat tahun A/B.Kelas tersebut dikelompokkan berdasarkan
umur dan tinggi. Kelompok pemula merupakan kuda yang baru berusia
dua tahun, sedangkan kuda derby dan remaja adalah kuda yang berumur
tiga tahun dimana syarat tinggi kuda yang ideal untuk kuda derby
yaitu lebih tinggi atau sama dengan 153 cm dan tinggi kuda remaja
kurang dari 153 cm. Hal tersebut berlaku pada A/B dan C/D. Terdapat
juga kelas tambahan atau ekstra (E) yang terdiri dari kuda dengan
tinggi kurang dari 150 cm. Tinggi rata-rata kuda kelas A/B yang
terdiri dari kelas derby dan kuda kelas pemula A/B masing-masing
adalah 156,7 dan 159 cm. Kuda kelas C/D yang terdiri dari kelas
remaja dan kelas pemula C/D memiliki tinggi rata-rata masing-masing
150,75 dan 152 cm. Kuda kelas ekstra dengan tinggi rata-rata 147
cm. Kuda kelas empat tahun A/B dengan tinggi 156 cm (Iskandar,
2003).Pembagian kelas dalam pacuan kuda
Jenis pembagian kelas dalam pacuan kuda yang terdapat pada saat
praktikum acara pacuan kuda dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 11. Pembagian kelas dalam pacuan kuda
No.KelasJarak (meter)Spesifikasi kuda peserta
1Kelas terbuka (Pra PON)2000Tidak ada batasan umur dan
tinggi
2Kelas terbuka1300Tidak ada batasan umur dan tinggi
3Kelas calon remaja1400Minimal 3 tahun
4Kelas pemula A/B1000Minimal 2 tahun
5Kelas pemula C/D800Minimal 2 tahun
6Kelas pemula perdana A/B800Minimal 2 tahun
7Kelas pemula perdana C/D1600Minimal 2 tahun
8Kelas calon Derby1600Minimal 3 tahun
9Kelas B1800153 sampai 154,9 cm
10Kelas C (Pra PON)1600148 sampai 152,9 cm
11Kelas C sprint1100148 sampai 152,9 cm
12Kelas D (pra PON)1400143 sampai 147,9 cm
13Kelas D sprint1000143 sampai 147,9 cm
14Kelas E (pra PON)1200139 sampai 142,9 cm
15Kelas F1000134 sampai 138,9 cm
Pacuan kuda adalah olahraga berkuda yang paling alami. Kuda
dirancang menggunakan kecepatannya untuk mengalahkan
lawan-lawannya. Seekor kuda pacu harus dilatih untuk dapat menahan
berat penunggangnya atau joki dan sejumlah kendali tertentu, tetapi
faktor yang paling menentukan keberhasilan adalah kondisi kuda.
Seekor kuda harus benar-benarfituntuk pacuan-pacuan tertentu yang
diseleksi secara ketat. Jarak pacu dalam pacuan kuda terdiri dari
bermacam-macam jarak, mulai dari 5 sampai 20furlongs(sekitar 1000
sampai 4000 meter) dan seperti pelari-pelari manusia, setiap kuda
memiliki jarak terbaiknya. Kuda cenderung dipertahankan lebih baik
sampai kuda tersebut bertambah umurnya. Sebagai contoh, kuda yang
berumur dua tahun lebih baik tidak dipacu pada jarak lebih dari
delapan furlongs(1600 m) (Pilliner, 1993).Pacuan kuda dibagi sesuai
jenis keturunannya, kelamin, umur, jarak, tempuh, dan prestasi. Di
negara-negara lain untuk pacuan komersial hanya dipergunakan kuda
jenisThoroughbred, sedang di Indonesia sesuai kondisi, pacuan
mempergunakan kuda lokal, silang, danThoroughbredkelahiran
Indonesia, baik jantan, betina, atau kebiri. Berbagai pacuan untuk
memperebutkan bermacam-macam piala, diperebutkan oleh kuda berusia
2 sampai 4 tahun, disertai hadiah uang (prize money) dalam jumlah
besar. Jarak tempuh kuda pacu di negara lain bervariasi antara 800
sampai 3200 m. Di Indonesia antara 400 sampai 2200 m (Soehardjono,
1990).
Selain pacuan komersial, kita mengenal pacuan yang sifatnya
besar dan klasik. Pacuan besar adalah untuk memperingati suatu
peristiwa atau hal yang terjadi. Pacuan klasik ditentukan oleh
badan atau organisasi perkudaan, hanya untuk kuda berumur tiga
tahun, jantan, betina, atau kebiri. Di Indonesia kita mengenal
pacuan-pacuan untuk memperebutkan Tiga Mahkota yaitu terdiri dari
pacuan Derby jarak 1400 m, pacuan Pordasi jarak 1200 m dan pacuan
Pordasi jarak 1600 m (Soehardjono, 1990).
Tanggapan dan kesan
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh kesan baik yaitu acara
pacuan kuda cukup seru tetapi cuaca di arena pacuan kuda sangat
panas, teknis pelaksanaan pacuan kuda sudah bagus, dan penontonnya
sudah cukup tertib.
Layout lokasi pacuan kuda
Berdasarkan praktikum acara pacuan kuda didapatkan layout arena
pacuan kuda yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 2. Layout lintasan pacuan kuda
Keterangan: 1, 2, 3= winning box
4= race
5= mounting yard 6= tempat dewan steward 7= tribun penonton
8= tempat persiapan kuda
9= starting gate portable
10= garis finishBAB III
PERMASALAHAN DAN SOLUSI
Permasalahan
Permasalahan yang ditemui pada saat praktikum pacuan kuda yaitu
penjagaan jalan masuk menuju bangku penonton yang kurang ketat atau
kurang steril karena terbukti banyaknya pedagang asongan yang bebas
keluar-masuk menjajakan dagangannya. Penjagaan lintasan pacuan kuda
juga kurang ketat karena masih banyak penonton yang menerobos
dengan bebas untuk menyeberang dari satu sisi arena pacuan ke sisi
arena pacuan lainnya. Kondisi bangku penonton tidak dibuat
permanen, dikhawatirkan dapat membahayakan bagi penonton karena
bangku tersebut sangatlah mudah untuk patah.
Solusi
Solusi untuk beberapa permasalahan yang ada pada saat praktikum
pacuan kuda yaitu lebih memperketat penjagaan pintu masuk dan
keluar bangku penonton, dan juga ada pemeriksaan barang bawaan
penonton agar dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Penjagaan di sekitar lintasan pacuan kuda juga lebih diperketat
supaya tidak ada penonton yang bebas berlalu lalang menyeberangi
satu sisi arena pacuan ke sisi arena pacuan lainnya. Hal ini
dikarenakan sangat berbahaya bagi penonton, terlebih bila kuda yang
dipacu sedang melintas. Kondisi bangku penonton lebih diperbaiki
supaya keselamatan dan kenyamanan penonton terjamin.BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Teknis pelaksanaan pacuan kuda pada acara Pacuan Kuda Bupati
Bantul Cup IV-2014 sudah cukup baik dan sudah sesuai standar
pelaksanaan pacuan kuda.Saran
Saran yang dapat diberikan dari praktikum pacuan kuda tingkat
nasional Bupati Bantul Cup IV B 2014 adalah lintasan yang digunakan
dalam pacuan kuda sebaiknya menggunakan lintasan yang tidak dapat
memungkinkan dilewati oleh penonton agar tidak membahayakan bagi
penonton maupun peserta lomba pacuan kuda.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Joki. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Joki.
Accessed date on 26 mei 2014 pukul 13.59 WIB.
Dolok, Joko. 2000. Pacuan Kuda. Available at
http://lms.aau.ac.id/
library/ebook/R_2364_05_PB/files/res/downloads/download_0466.pdf.
Accessed date on 26 mei 2014 pukul 14.41 WIB.Edi. 1999. Pacuan
Kuda. Available at http://nagasundani.blogsom
e.com/2005/11/21/pacuan-kuda/. Accessed date on diakses pada
tanggal 21 Mei 2014.
Elva. 2011. Istilah pada Lomba Pacuan Kuda. Available at
http://elvane nda.wordpress.com/category/olahraga-pacuan-kuda/.
Accessed date on 26 mei 2014 pukul 15.45 WIB.Iskandar. 2003. Seni
Budaya Daerah Sumbawa. Dinas pendidikan kabupaten Sumbawa.
Sumbawa
Islami, R.Z. 2007. Evaluasi Performa Kuda Pacu Indonesia dan
Variasi Sekuen DNA Mitokondria Kuda (Equus caballus). Tesis.
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Piliner, S. 1993. Getting Horses Fit. Second Edition. Blackwell
Science Ltd, London.Soehardjono, O. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang,
Jakarta.Wilson. D. E. 1991. Genetics of Racing Performance in the
American Quarter Horse : Adjustments for Jockey Weight. In: Proc.
4th World Congr. on Genetics Appl. to Anim. Prod. XVI. p 198.
Edinburgh, Scotland.
9
10
3
2
1
5
4
7
6
8