Top Banner
LAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI Trauma spinal adalah injuri/cedera/trauma yang terjadi pada spinal, meliputi spinal collumna maupun spinal cord, dapat mengenai elemen tulang, jaringan lunak, dan struktur saraf pada cervicalis, vertebralis dan lumbalis akibat trauma berupa jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan olah raga, dan sebagainya. Trauma spinalis menyebabkan ketidakstabilan kolumna vertebral (fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang vertebra) atau injuri saraf yang aktual maupun potensial (kerusakan akar-akar saraf yang berada sepanjang medula spinalis sehingga mengakibatkan defisit neurologi). KLASIFIKASI Klasifikasi cedera medulla spinalis berdasarkan lokasi cedera, antara lain : a. Cedera Cervikal Lesi C1-C4 Pada lesi C1-C4, otot trapezius, sternomastoideus, dan otot platisma masih berfungsi. Otot diafragma dan interkostal mengalami paralisis dan tidak ada gerakan volunter (baik secara fisik maupun
22

LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

Jan 18, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina

NIM : 0610723010

MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury

DEFINISI

Trauma spinal adalah injuri/cedera/trauma yang terjadi pada spinal,

meliputi spinal collumna maupun spinal cord, dapat mengenai elemen tulang,

jaringan lunak, dan struktur saraf pada cervicalis, vertebralis dan lumbalis

akibat trauma berupa jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan

olah raga, dan sebagainya. Trauma spinalis menyebabkan ketidakstabilan

kolumna vertebral (fraktur atau pergeseran satu atau lebih tulang vertebra)

atau injuri saraf yang aktual maupun potensial (kerusakan akar-akar saraf

yang berada sepanjang medula spinalis sehingga mengakibatkan defisit

neurologi).

KLASIFIKASI

Klasifikasi cedera medulla spinalis berdasarkan lokasi cedera, antara lain :

a. Cedera Cervikal

Lesi C1-C4

Pada lesi C1-C4, otot trapezius, sternomastoideus, dan otot

platisma masih berfungsi. Otot diafragma dan interkostal mengalami

paralisis dan tidak ada gerakan volunter (baik secara fisik maupun

Page 2: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

fungsional). Di bawah transeksi spinal tersebut. Kehilangan sensori

pada tingkat C1-C3 meliputi oksipital, telinga dan beberapa daerah

wajah.

Pasien pada quadriplegia C1, C2 dan C3 membutuhkan

perhatian penuh karena ketergantungan terhadap ventilator mekanis.

Orang ini juga tergantung semua aktivitas kebutuhan sehari-harinya.

Quadriplegia pada C4 mungkin juga membutuhkan ventilator mekanis

tetapi dapat dilepas. Jadi penggunaannya secara intermitten saja.

Lesi C5

Bila segmenC5 medulla spinalis mengalami kerusakan, fungsi

diafragma rusak sekunder terhadap edema pascatrauma akut. Paralisis

intestinal dan dilatasi lambung dapat disertai dengan depresi

pernafasan. Quadriplegia pada C5 biasanya mengalami ketergantungan

dalam melakukan aktivitas seperti mandi, menyisir rambut, mencukur,

tetapi pasien mempunyai koordinasi tangan dan mulut yang lebih baik.

Lesi C6

Pada lesi segmen C6, distress pernafasan dapat terjadi karena

paralisis intestinal dan edema asenden dari medulla spinalis. Biasanya

akan terjadi gangguan pada otot bisep, triep, deltoid dan pemulihannya

tergantung pada perbaikan posisi lengan. Umumnya pasien masih

dapat melakukan aktivitas higiene secara mandiri, bahkan masih dapat

memakai dan melepaskan baju.

Lesi C7

Lesi medulla pada tingkat C7 memungkinkan otot diafragma

dan aksesoris untuk mengkompensasi otot abdomen dan interkostal.

Fleksi jari tangan biasanya berlebihan ketika kerja refleks kembali.

Quadriplegia C7 mempunyai potensi hidup mandiri tanpa perawatan

dan perhatian khusus. Pemindahan mandiri, seperti berpakaian dan

melepas pakaian melalui ekstrimitas atas dan bawah, makan, mandi,

pekerjaan rumah yang ringan dan memasak.

Lesi C8

Page 3: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

Hipotensi postural bisa terjadi bila pasien ditinggikan pada

posisi duduk karena kehilangan control vasomotor. Hipotensi postural

dapat diminimalkan dengan pasien berubah secara bertahap dari

berbaring ke posisi duduk. Jari tangan pasien biasanya mencengkram.

Quadriplegia C8 harus mampu hidup mandiri, mandiri dalam

berpakaian, melepaskan pakaian, mengemudikan mobil, merawat

rumah, dan perawatan diri.

b. Cedera Torakal

Lesi T1-T5

Lesi pada region T1-T5 dapat menyebabkan pernafasan dengan

diafragmatik. Fungsi inspirasi paru meningkat sesuai tingkat

penurunan lesi pada toraks. Hipotensi postural biasanya muncul.

Timbul paralisis parsial dari otot adductor pollici, interoseus, dan otot

lumrikal tangan, seperti kehilangan sensori sentuhan, nyeri, dan suhu.

Lesi T6-T12

Lesi pada tingkat T6 menghilangkan semua refleks adomen.

Dari tingkat T6 ke bawah, segmen-segmen individual berfungsi, dan

pada tingkat 12, semua refleks abdominal ada. Ada paralisis spastik

pada tubuh bagian bawah. Pasien dengan lesi pada tingkat torakal

harus befungsi secara mandiri.

Batas atas kehilangan sensori pada lesi torakal adalah:

T2 Seluruh tubuh sampai sisi dalam dari lengan atas

T3 Aksilla

T5 Putting susu

T6 Prosesus xifoid

T7, T8 Margin kostal bawah

T10 Umbilikus

T12 Lipat paha

c. Cedera Lumbal

Lesi L1-L5

Kehilangan sensori lesi pada L1-l5 yaitu:

Page 4: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

L1 Semua area ekstrimitas bawah, menyebar ke lipat paha &

bagian belakang dari bokong.

L2 Ekstrimitas bagian bawah kecuali sepertiga atas aspek

anterior paha

L3 Ekstrimitas bagian bawah dan daerah sadel.

L4 Sama dengan L3, kecuali aspek anterior paha.

L5 Aspek luar kaki dan pergelangan kaki serta ekstrimitas

bawah dan area sadel.

d. Cedera Sakral

Lesi S1-S6

Pada lesi yang mengenai S1-S5, mungkin terdapat beberapa

perubahan posisi dari telapak kaki. Dari S3-S5, tidak terdapat paralisis

dari otot kaki. Kehilangan sensasi meliputi area sadel, skrotum, dan

glans penis, perineum, area anal, dan sepertiga aspek posterior paha.

e. Klasifikasi berdasarkan keparahan

1. Klasifikasi Frankel :

Grade A : motoris (-), sensoris (-)

Grade B : motoris (-), sensoris (+)

Grade C : motoris (+) dengan ROM 2 atau 3, sensoris (+)

Grade D : motoris (+) dengan ROM 4, sensoris (+)

Grade E : motoris (+) normal, sensoris (+)

2. Klasifikasi ASIA (American Spinal Injury Association)

Grade A : motoris (-), sensoris (-) termasuk pada segmen sacral

Grade B : hanya sensoris (+)

Grade C : motoris (+) dengan kekuatan otot < 3

Grade D : Motoris (+) dengan kekuatan otot > 3

Grade E : motoris dan sensoris normal

ETIOLOGI

1. Kecelakaan lalu lintas/jalan raya adalah penyebab terbesar.

Page 5: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

2. Injuri atau jatuh dari ketinggian.

3. Kecelakaan karena olah raga. Di bidang olahraga, tersering karena

menyelam pada air yang sangat dangkal

4. Luka jejas, tajam, tembak pada daerah vertebra.

5. Pergerakan yang berlebih: hiperfleksi, hiperekstensi, rotasi berlebih, stress

lateral, distraksi (stretching berlebih), penekanan.

6. Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis seperti

spondiliosis servikal dengan mielopati, yang menghasilkan saluran sempit

dan mengakibatkan cedera progresif terhadap medulla spinalis dan akar;

mielitis akibat proses inflamasi infeksi maupun noninfeksi; osteoporosis

yang disebabkan oleh fraktur kompresi pada vertebrata; siringmielia;

tumor infiltrasi maupun kompresi; dan penyakit vaskuler.

FAKTOR RESIKO

a. Pria 80 % sedangkan wanita hanya 20 %.

b. Usia 16-30 tahun. Kecelakaan sering terjadi pada usia di bawah 65 tahun

dibandingkan usia di atas 65 tahun, tersering pada usia 16-30 tahun.

c. Beberapa kegiatan olah raga seperti gulat, menyelam, berselancar, roller-

skating, in-line skating, hockey, berselancar di atas salju.

d. Memiliki kelainan tulang atau sendi seperti arthritis dan osteoporosis.

MANIFESTASI KLINIS

Cedera tulang belakang harus selalu diduga pada kasus di mana setelah

cedera pasien mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan leher dan

pinggang. Deformitas klinis mungkin tidak jelas dan kerusakan neurologis

mungkin tidak tampak pada pasien yang juga mengalami cedera kepala atau

cedera berganda. Tidak lengkap pemeriksaan pada suatu cedera bila fungsi

anggota gerak belum dinilai untuk menyingkirkan kerusakan akibat cedera

tulang belakang. Tanda dan gejala trauma spinal antara lain adalah:

Nyeri pada area spinal atau paraspinal

Nyeri kepala bagian belakang, pundak, tangan, kaki

Kelemahan/penurunan/kehilangan fungsi motorik (kelemahan, paralisis)

Page 6: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

Penurunan/kehilangan sensasi (mati rasa/hilang sensasi nyeri, kaku,

parestesis, hilang sensasi pada suhu, posisi, dan sentuhan)

Paralisis dinding dada menyebabkan pernapasan diafrgma

Shock dengan kecepatan jantung menurun

Priapism

Kerusakan kardiovaskuler

Kerusakan pernapasan

Kesadaran menurun

Tanda spinal shock (pemotongan komplit rangsangan), meliputi: Flaccid

paralisis di bawah batas luka, hilangnya sensasi di bawah batas luka,

hilangnya reflek-reflek spinal di bawah batas luka, hilangnya tonus

vasomotor (hipotensi), Tidak ada keringat dibawah batas luka,

inkontinensia urine dan retensi feses jika berlangsung lama akan

menyebabkan hiperreflek/paralisis spastic

Pemotongan sebagian rangsangan: tidak simetrisnya flaccid paralisis, tidak

simetrisnya hilangnya reflek di bawah batas luka, beberapa sensasi tetap

utuh di bawah batas luka, vasomotor menurun, menurunnya bladder atau

bowel, berkurangnya keluarnya keringat satu sisi tubuh.

POHON MASALAH

(Terlampir)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Spinal X-ray: melihat fraktur / pergeseran vertebra

2. Myelogram: Lokasi obstuksi aliran CSF, melihat lebih jelas saraf spinal

3. CT Scan: melihat lebih jelas kelainan yang ditemukan pada hasil X-ray

4. MRI: membantu melihat spinal cord dan mengidentifikasi adanya

pembekuan darah atau massa lain yang mungkin menekan spinal cord.

PENATALAKSANAAN

1. Cidera pada cervikal

- Immobilisasi sederhana

Page 7: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

- Traksi skeletal

- Pembedahan untuk spinal dekompresi

2. Cidera pada thoracal dan lumbal

- Immobilisasi pada lokasi fraktur

- Hiperekstensi dan branching

- Bed-rest

3. Obat: adrenal corticosteroid untuk mencegah dan mengurangi edema

medulla spinalis

PRINSIP-PRINSIP UTAMA PENATALAKSANAAN TRAUMA

SPINAL:

1. Immobilisasi

Tindakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat

kejadian/kecelakaan sampai ke unit gawat darurat.. Yang pertama ialah

immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal; dengan

menggunakan ’cervical collar’. Cegah agar leher tidak terputar (rotation).

Baringkan penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempat/alas

yang keras. Pasien diangkat/dibawa dengan cara ”4 men lift” atau

menggunakan ’Robinson’s orthopaedic stretcher’.

2. Stabilisasi Medis

Terutama sekali pada penderita tetraparesis/etraplegia:

a. Periksa vital signs

b. Pasang ’nasogastric tube’

c. Pasang kateter urin

d. Segera normalkan ’vital signs’.

Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang

baik. Berikan oksigen, monitor produksi urin, bila perlu monitor AGD

(analisa gas darah), dan periksa apa ada neurogenic shock. Pemberian

megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam kurun waktu 6

jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis.

Page 8: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

3. Mempertahankan posisi normal vertebra (”Spinal Alignment”)

Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong

atau Gardner-Wells tong dengan beban 2.5 kg perdiskus. Bila terjadi

dislokasi traksi diberikan dengan beban yang lebih ringan, beban ditambah

setiap 15 menit sampai terjadi reduksi.

4. Dekompresi dan Stabilisasi Spinal

Bila terjadi ’realignment’ artinya terjadi dekompresi. Bila

’realignment’ dengan cara tertutup ini gagal maka dilakukan ’open

reduction’ dan stabilisasi dengan ’approach’anterior atau posterior.

5. Rehabilitasi.

Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin. Termasuk dalam

program ini adalah ’bladder training’, ’bowel training’, latihan otot

pernafasan, pencapaian optimal fungsi – fungsi neurologik dan program

kursi roda bagi penderita paraparesis/paraplegia.

KOMPLIKASI

- Perubahan tekanan darah, bisa menjadi ekstrim (autonomic hyperreflexia)

- Komplikasi akibat imobilisasi:

o Deep vein thrombosis

o Infeksi pulmonal : atelektasis, pneumonia

o Kerusakan integritas kulit : dekubitus

o Kontraktur

- Peningkatan resiko injuri pada bagian tubuh yang mati rasa

- Meningkatkan resiko gagal ginjal

- Meningkatkan resiko infeksi saluran kemih

- Hilangnya kontrol pada bladder

- Hilangnya kontrol pada bowel

- Kehilangan sensasi

- Disfungsi seksual (impoten pada pria)

- Spasme otot

Page 9: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

- Nyeri

- Paralysis otot pernapasan

- Paralysis (paraplegia, quadriplegia)

- Shock

PROGNOSIS

Pada awal tahun 1900, angka kematian 1 tahun setelah trauma pada

pasien dengan lesi komplit mencapai 100 %. Namun kini, angka ketahanan

hidup 5 tahun pada pasien dengan trauma quadriplegia mencapai 90 %.

Perbaikan yang terjadi dikaitkan dengan pemakaian antibiotik untuk

mengobati pneumonia dan infeksi traktus urinarius. Pasien dengan trauma

tulang belakang komplit berpeluang sembuh < 5 %. Jika terjadi paralisis

komplit dalam waktu 72 jam setelah trauma, peluang perbaikan adalah 0 %.

Prognosis trauma tulang belakang inkomplit lebih baik. Jika fungsi sensoris

masih ada, peluang pasien untuk dapat berjalan kembali > 50 %.

PENGKAJIAN

A. Data subyektif

- Pengetahuan pasien tentang penyakit (cedera dan akibat dari gangguan

neurologis)

- Inforasi tentang kejadian cidera, bagaimana sampai terjadi

- Adanya dyspnea

- Sensasi yang tidak biasannya (parasthesia)

- Riwayat hilangnya kesadaran

- Tidak adanya sensasi - gangguan sensorik

B. Data Obyektif

- Tingkat Kesadaran (Sadar/tidak sadar), GCS, pupil

- Status respirasi (Bervariasi)

- Orientasi tempat, waktu dan orang

- Sikap tubuh pasien, kekuatan motorik

- TTV (TD, Temp, Nadi), Integritas kuli

- Distensi bowel dan bladder

Page 10: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang

punggung, disfungsi neurovaskular, kerusakan sistem muskuloskeletal.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi

ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler.

3. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk.

4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan fungsi motorik

dan sesorik.

5. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan

immobilitas, penurunan sensorik.

6. Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih

atau kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih

sekunder terhadap cedera medulla spinalis.

7. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter

sekunder terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks

sakrum yang terlibat (S2-S4).

8. Nyeri berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama, cedera psikis

dan alat traksi

9. Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf

simpatis sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom.

10. Risiko tinggi aspirasi yang berhubungan dengan kehilangan kemampuan

untuk menelan.

11. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap

paralisis.

12. Kurang perawatan diri (mandi, gigi, berpakaian) yang berhubungan

dengan paralisis.

13. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit

dan prosedur perawatan

Page 11: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola napas yang berhubungan dengan kerusakan tulang

punggung, disfungsi neurovaskular, kerusakan sistem muskuloskeletal.

Tujuan: Mempertahankan pola nafas klien efektif

Kriteria hasil :

- RR = 12-20x/menit

- Nadi = 60-100x/menit

- Pernafasan cuping hidung (-)

- Retraksi dinding dada (-)

- Bunyi nafas vesikuler

- Cyanosis (-)

- CRT < 2 detik

Rencana Tindakan

1. Beri posisi kepala netral, tinggikan sedikit kepala tempat tidur jika

dapat ditoleransi klien

2. Observasi TTV

3. Auskultasi suara nafas

4. Kaji tanda-tanda pola nafas tidak efektif (penggunaan otot-otot bantu

pernafasan, pernafasan cuping hidung, cyanosis)

5. Ajarkan teknik nafas dalam

6. Lakukan suction jika diperlukan

7. Beri tambahan O2 sesuai indikasi

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi

ventilasi dan perubahan membran alveolar kapiler.

Tujuan: Mengoptimalkan pertukaran gas pernafasan

Kriteria hasil :

- BGA dalam batas normal :

pH : 7,35-7,45

CO2 : 20-26 mEq (bayi), 26-28 mEq (dewasa)

PO2 (PaO2): 80-110 mmHg

PCO2 (PaCO2): 35-45 mmHg

Page 12: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

SaO2 : 95-99 %

- Cyanosis (-)

- CRT < 2 detik

- RR = 12-20x/menit

- Suhu = 36,5 – 37,50 C

Intervensi

1. Istirahatkan klien dalam posisi semifowler.

2. Pertahankan oksigenasi NRM 8-10 L/menit.

3. Observasi TTV tiap jam atau sesuai respon klien.

4. Kolaborasi pemeriksaan BGA

3. Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret yang menumpuk.

Tujuan : jalan napas bersih

Kriteria hasil : Batuk efektif, pasien mampu mengeluarkan seket, bunyi

napas normal, jalan napas bersih, respirasi normal, irama dan jumlah

pernapasan.

Rencana Tindakan

a. Kaji kemampuan batuk dan reproduksi sekret

R/ Hilangnya kemampuan motorik otot intercosta dan abdomen

berpengaruh terhadap kemampuan batuk.

b. Pertahankan jalan nafas (hindari fleksi leher, bersihkan sekret)

R/ Menutup jalan nafas.

c. Monitor warna, jumlah dan konsistensi sekret, lakukan kultur

R/ Hilangnya refleks batuk beresiko menimbulkan pnemonia.

d. Lakukan suction bila perlu

R/ Pengambilan secret dan menghindari aspirasi.

e. Auskultasi bunyi napas

R/ Mendeteksi adanya sekret dalam paru-paru.

f. Lakukan latihan nafas

R/ mengembangkan alveolu dan menurunkan prosuksi sekret.

g. Berikan minum hangat jika tidak kontraindikasi

Page 13: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

R/ Mengencerkan sekret

h. Berikan oksigen dan monitor analisa gas darah

R/ Meninghkatkan suplai oksigen dan mengetahui kadar olsogen dalam

darah.

i. Monitor tanda vital setiap 2 jam dan status neurologi

R/ Mendeteksi adanya infeksi dan status respirasi.

4. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan fungsi

motorik dan sesorik.

Tujuan : Memperbaiki mobilitas

Kriteria Hasil : Mempertahankan posisi fungsi dibuktikan oleh tak

adanya kontraktur, footdrop, meningkatkan kekuatan bagian tubuh yang

sakit /kompensasi, mendemonstrasikan teknik /perilaku yang

memungkinkan melakukan kembali aktifitas.

Rencana Tindakan

a. Kaji fungsi-fungsi sensori dan motorik pasien setiap 4 jam.

R/ Menetapkan kemampuan dan keterbatasan pasien setiap 4 jam.

b. Ganti posisi pasien setiap 2 jam dengan memperhatikan kestabilan

tubuh dan kenyamanan pasien.

R/ Mencegah terjadinya dekubitus.

c. Beri papan penahan pada kaki

R/ Mencegah terjadinya foodrop

d. Gunakan otot orthopedhi, edar, handsplits

R/ Mencegah terjadinya kontraktur.

e. Lakukan ROM Pasif setelah 48-72 setelah cedera 4-5 kali /hari

R/ Meningkatkan stimulasi dan mencehag kontraktur.

f. Monitor adanya nyeri dan kelelahan pada pasien.

R/ Menunjukan adanya aktifitas yang berlebihan.

g. Konsultasikan kepada fisiotrepi untuk latihan dan penggunaan otot

seperti splints

R/ Memberikan pancingan yang sesuai.

Page 14: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

5. Resiko terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan

penurunan immobilitas, penurunan sensorik.

Tujuan : Mempertahankan Intergritas kulit

Kriteria Hasil : Keadaan kulit pasien utuh, bebas dari kemerahan, bebas

dari infeksi pada lokasi yang tertekan.

Rencana Tindakan

a. Kaji faktor resiko terjadinya gangguan integritas kulit

R/ Salah satunya yaitu immobilisasi, hilangnya sensasi, Inkontinensia

bladder /bowel.

b. Kaji keadaan pasien setiap 8 jam

R/ Mencegah lebih dini terjadinya dekubitus.

c. Gunakan tempat tidur khusus (dengan busa)

R/ Mengurangi tekanan 1 tekanan sehingga mengurangi resiko dekubitas

d. Ganti posisi setiap 2 jam dengan sikap anatomis

R/ Daerah yang tertekan akan menimbulkan hipoksia, perubahan posisi

meningkatkan sirkulasi darah.

e. Pertahankan kebersihan dan kekeringan tempat tidur dan tubuh pasien.

R/ Lingkungan yang lembab dan kotor mempermudah terjadinya

kerusakan kulit

f. Lakukan pemijatan khusus / lembut diatas daerah tulang yang menonjol

setiap 2 jam dengan gerakan memutar.

R/ Meningkatkan sirkulasi darah

g. Kaji status nutrisi pasien dan berikan makanan dengan tinggi protein

R/ Mempertahankan integritas kulit dan proses penyembuhan

h. Lakukan perawatan kulit pada daerah yang lecet / rusak setiap hari

R/ Mempercepat proses penyembuhan

6. Gangguan BAK berhubungan dengan penurunan isyarat kandung kemih

atau kerusakan kemampuan untuk mengenali isyarat kandung kemih

sekunder terhadap cedera medulla spinalis.

Tujuan : Peningkatan eliminasi urine

Page 15: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

Kriteria Hasil : Pasien dpat mempertahankan pengosongan blodder tanpa

residu dan distensi, keadaan urine jernih, kultur urine negatif, intake dan

output cairan seimbang.

Rencana tindakan

a. Kaji tanda-tanda infeksi saluran kemih

R/ Efek dari tidak efektifnya bladder adalah adanya infeksi saluran kemih

b. Kaji intake dan output cairan

R/ Mengetahui adekuatnya gunsi gnjal dan efektifnya blodder.

c. Lakukan pemasangan kateter sesuai program

R/ Efek trauma medulla spinalis adlah adanya gangguan refleks berkemih

sehingga perlu bantuan dalam pengeluaran urine

d. Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter setiap hari

R/ Mencegah urine lebih pekat yang berakibat timbulnya ........

e. Cek bladder pasien setiap 2 jam

R/ Mengetahui adanya residu sebagai akibat autonomic hyperrefleksia

f. Lakukan pemeriksaan urinalisa, kultur dan sensitibilitas

R/ Mengetahui adanya infeksi

g. Monitor temperatur tubuh setiap 8 jam

R/ Temperatur yang meningkat indikasi adanya infeksi.

7. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya kontrol sfingter volunter

sekunder terhadap cedera medulla spinalis di atas T11 atau arkus refleks

sakrum yang terlibat (S2-S4).

Tujuan : Memperbaiki fungsi usus

Kriteria hasil : Pasien bebas konstipasi, keadaan feses yang lembek,

berbentuk.

Rencana tindakan

a. kaji pola eliminasi bowel

R/ Menentukan adanya perubahan eliminasi

b. b. Berikan diet tinggi serat

R/ Serat meningkatkan konsistensi feses

c. Berikan minum 1800 – 2000 ml/hari jika tidak ada kontraindikasi

Page 16: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

R/ Mencegah konstipasi

d. Auskultasi bising usus, kaji adanya distensi abdomen

R/ Bising usus menentukan pergerakan perstaltik

e. Hindari penggunaan laktasif oral

R/ Kebiasaan menggunakan laktasif akan tejadi ketergantungan

f. Lakukan mobilisasi jika memungkinkan

R/ Meningkatkan pergerakan peritaltik

g. Berikan suppositoria sesuai program

R/ Pelunak feses sehingga memudahkan eliminasi

h. Evaluasi dan catat adanya perdarah pada saat eliminasi

R/ Kemungkinan perdarahan akibat iritasi penggunaan suppositoria

8. Nyeri yang berhubungan dengan pengobatan immobilitas lama, cedera

psikis dan alt traksi

Tujuan : Memberikan rasa nyaman

Kriteria hasil : Melaporkan penurunan rasa nyeri /ketidak nyaman,

mengidentifikasikan cara-cara untuk mengatasi nyeri, mendemonstrasikan

penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai kebutuhan

individu.

Rencana tindakan

a. Kaji terhadap adanya nyeri, bantu pasien mengidentifikasi dan

menghitung nyeri, misalnya lokasi, tipe nyeri, intensitas pada skala 0 – 1-

R/ Pasien biasanya melaporkan nyeri diatas tingkat cedera misalnya dada /

punggung atau kemungkinan sakit kepala dari alat stabilizer

b. Berikan tindakan kenyamanan, misalnya, perubahan posisi, masase,

kompres hangat / dingin sesuai indikasi.

R/ Tindakan alternatif mengontrol nyeri digunakan untuk keuntungan

emosionlan, selain menurunkan kebutuhan otot nyeri / efek tak diinginkan

pada fungsi pernafasan.

c. Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya, pedoman imajinasi

visualisasi, latihan nafas dalam.

Page 17: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

R/ Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol, dan dapat

meningkatkan kemampuan koping

d. kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi, relaksasi otot, misalnya

dontren (dantrium); analgetik; antiansietis.misalnya diazepam (valium)

R/ Dibutuhkan untuk menghilangkan spasme /nyeri otot atau untuk

menghilangkan-ansietas dan meningkatkan istrirahat.

9. Risiko tinggi cidera berhubungan dengan stimulasi refleks sistem saraf

simpatis sekunder terhadap kehilangan kontrol otonom, ketidakstabilan

kolumna spinalis

Tujuan: Membebaskan klien dari cidera karena menurunnya fungsi reflex

Kriteria hasil:

- Cidera tidak terjadi

- Klien tidak terjatuh

- Ala-alat imobilisasi terpasang paten

Intervensi

1. Pertahankan tirah baring dan alat-alat imobilisasi tetap terpasang

dengan paten

R/ memastikan pasien aman dan menghindari terjadinya cedera

2. Pasang penghalang samping tempat tidur dan beri bantalan lunak

R/ mencegah agar pasien tidak jatuh dari tempat tidur

3. Atur posisi tempat tidur serendah mungkin

R/ meminimalkan kemungkinan pasien jatuh dari tempat yang tinggi

4. Atur posisi tempat tidur klien sedekat mungkin dengan jangkauan

pantauan perawat

R/ memudahkan perawat dalam memberikan penanganan pada pasien

10. Resiko aspirasi berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk

menelan.

Tujuan : Tidak terjadi aspirasi

Kriteria Hasil:

Page 18: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

Makanan dan minuman tidak lagi kembali keluar melalui hidung, jalan

nafas paten dari aspirasi makanan dan minuman

Intervensi:

1. kaji status pernapasan tiap jam

R/ Takipnu, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris sering

terjadi karena adanya sekret.

2. lakukan suction

R/ Menurunkan resiko aspirasi atau aspiksia dan osbtruksi.

3. miringkan pasien untuk drainase

R/ Memudahkan dan meningkatkan aliran sekret dan mencegah lidah

jatuh yang menyumbat jalan nafas.

4. Pertahankan kepatenan jalan nafas dan bersihkan mulut.

R/ Memaksimalkan fungsi pernafasan untuk memenuhi kebutuhan tubuh

terhadap oksigen dan pencegahan hipoksia.

5. Kolaborasi: Pemberian oksigen

R/ Memaksimalkan oksigen untuk kebutuhan tubuh dan membantu dalam

pencegahan hipoksia.

11. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan ketidakmampuan menelan sekunder terhadap

paralisis.

Tujuan: Status nutrisi terpenuhi

Kriteria Hasil:

Intake cukup, makan dan minuman yang masuk lewat mulut tidak kembali

lagi melalui hidung, BB meningkat, protein atau albumin ≥ 3,5 mg%

Intervensi:

1. Pasang dan pertahankan NGT untuk intake makanan.

R/ Intake nutrisi yang seimbang dan adekuat akan mempertahankan

kebutuhan nutrisi tubuh

2. Kaji bising usus bila perlu

R/ Bising usus membantu dalam menentukan respon untuk makan atau

mengetahui kemungkinan komplikasi dan mengetahui penurunan obsrobsi air

Page 19: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

3. Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan protein.

R/

4. Timbang berat badan sesuai protokol

R/

Intervensi Rasional

5. Pasang dan pertahankan NGT untuk

intake makanan.

6. Kaji bising usus bila perlu, dan hati-hati

karena sentuhan dapat merangsang

kejang.

7. Berikan nutrisi yang tinggi kalori dan

protein.

8. Timbang berat badan sesuai protokol

1. Suplai kalori dan protein yang adekuat

mempertahankan metabolisme tubuh.

2. Mengevalusai kefektifan atau kebutuhan

mengubah pemberian nutrisi.

Dx.7 Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan tirah baring dan

aktifitas kejang.

Tujuan : Kebutuhan aktifitas sehari-hari/perawatan diri terpenuhi

Kriteria Hasil:

Kejang (-), bed rest (-), bau badan (-), gigi bersih, rambut bersih, tempat

tidur bersih, iritasi kulit (-).

Intervensi Rasional

1. Pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-

hari.

2. Bantu pasien dalam memenuhi

kebutuhan aktifitas , BAB/BAK,

membersihkan tempat tidur dan

1. Kebutuhan sehari-hari terpenuhi secara

adekuat dapat membantu proses

kesembuhan.

2. mempertahankan status kesehatan dan

kebersihan diri pasien.

Page 20: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

kebersihan diri juga oral hygiene.

3. Libatkan keluarga dalam perawatan diri

sehari-hari.

3. Keluarga dapat meningkatkan motivasi

pasien untuk melakukan aktivitas kebersihan

diri

Dx. 8 Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan pasien tentang

penanganan penyakitnya dikarenakan kurangnya informasi.

Tujuan : pasien menunjukan rasa cemas berkurang atau hilang

Kriteria Hasil:

Takut <<, tegang (-), gelisah (-), nadi 80-100 x/menit, RR 16-20x/menit,

klien dan keluarga dapat mengulang informasi yang diberikan.

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat kecemasan pasien

2. Jelaskan tentang aktifitas kejang yang

terjadi dan semua prosedur tindakan

yang akan dilakukan pada pasien

3. Ajarkan pasien untuk mengekspresikan

perasaannya

4. Gunakan komunikasi dan sentuhan

terapeutik

1. Tingkat kecemasan yang berbeda butuh

penanganan yang berbeda pula.

2. Dengan mengetahui semua prosedur dan

kondisi tubuhnya, pasien akan merasa lebih

tenang dan rasa cemas berkurang

3. Ekspresi perasaan secara verbal dapat

membantu mengurangi rasa cemas

4. Memberikan ketenangan rasa nyaman bagi

pasien

DAFTAR PUSTAKA

Andi, Tulus. 2009. Asuhan Keperawatan Spinal Cord Injury (SCI). http://tulus-

andi.blogspot.com/2009/06/asuhan-keperawatan-spinal-cord-injury.html

Diakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 10:59 WIB.

Bedah Umum. 2009. Penanganan Konservatif Fraktur Kompresi Vertebrae.

Diakses dari http://bedahumum.wordpress.com/2009/03/04/penanganan-

konservatif-fraktur-kompresi-vertebra/ Tanggal 9 september 2009 pukul

13:42 WIB

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

Page 21: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

Doengoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC

Hudak, carolyn M. 1996. Keperawatan Kritis vol 2 Pendekatan Holistik. Jakarta :

EGC

Pinzon, Rizaldy. 2007. Mielopati Servical Traumatika: Telaah Pustaka terkini.

www.kalbe.co.id/files/cdk/files.154_13_mielopatiservicaltraumatika.pdf/154

_13_ mielopatiservicaltraumatika.html. diakses tanggal 6 Nopember 2009

pukul 09.45 WIB.

Sunardi. 2008. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Trauma Medula Spinalis.

http://nardinurses.files.wordpress.com/2008/10/askep-pasien-dengan-

trauma-medspin.ppt.Diakses tanggal 31 Agustus 2009 Pukul 10:58 WIB

http://www.scribd.com/doc/29042954/Penatalaksanaan-Trauma-Spinal-Dan-

Cedera-Cervikal

http://www.mayoclinic.com/health/spinal-cord-

injury/DS00460/DSECTION=treatments-and-drugs

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18784/1/mkn-jun2007-

40%20%287%29.pdf Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40 � No. 2 �

Juni 2007 Penatalaksanaan Trauma Spinal

Hafas Hanafiah

Divisi Ilmu Bedah Orthopaedi dan Traumatologi

Departemen Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol.

3 . Jakarta : EGC.

Carpenito, L. T, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 6. Jakarta ; EGC

Doengoes, M. E, 1999, Rencana Asuham Keperawatan Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta ;

EGC

Luckman, J. and Sorensens R.C. 1993. Medical Surgical Nursing a

Psychophysiologic approach, Ed : 4. Philadelphia ; WB, Souders Company.

Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3 Jakarta : FKUI

Page 22: LAPORAN PENDAHULUANdocshare01.docshare.tips/files/9171/91718030.pdfLAPORAN PENDAHULUAN Nama Mahasiswa : Fitria Chrusta Karlina NIM : 0610723010 MASALAH UTAMA : Spinal Cord Injury DEFINISI

Pearce Evelyn C. 1997. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.

Gramedia.