Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM ILMU BEDAH KHUSUS “OVARIOHISTERECTOMY” Oleh : Mohan Ari 105130101111076 Yusvani Nur R 105130101111082 Wisdiani Putri 105130101111083 Dwi Tintus G.C.P.S 105130101111084 Bayu Noviaji 105130101111085 PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJYA MALANG
26

Laporan OH

Jul 20, 2016

Download

Documents

Anie Putri

ilmu bedah khusus
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan OH

LAPORAN

PRAKTIKUM ILMU BEDAH KHUSUS“OVARIOHISTERECTOMY”

Oleh :

Mohan Ari 105130101111076

Yusvani Nur R 105130101111082

Wisdiani Putri 105130101111083

Dwi Tintus G.C.P.S 105130101111084

Bayu Noviaji 105130101111085

PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS BRAWIJYA

MALANG

2013

Page 2: Laporan OH

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang

garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed),

seperti persia, siam, manx, sphinx. Kucing seperti ini biasanya dibiakkan di tempat pemeliharaan

hewan resmi. Jumlah kucing ras hanyalah 1% dari seluruh kucing di dunia, sisanya adalah

kucing dengan keturunan campuran seperti kucing liar atau kucing kampung. Dimana kucing

saat ini telah dijadikan hewan kesayangan. Tetapi dari pemeliharaan tersebut ada salah satu hal

yang bisa menjadi masalah besar bagi manusia yaitu terlalu banyak populasi kucing. Dimana

semakin banyak populasi maka menyebabkan dan menularkan penyakit.

Maka dari itu, salah satu untuk menyelesaikan persoalan tersebut adalah dengan

melakukan tindakan sterilisasi baik pada jantan maupun betina. Sterilisasi pada hewan jantan

dapat dilakukan dengan kastrasi. Sedangkan Sterilisasi pada hewan betina dapat dilakukan

dengan hanya mengangkat ovariumnya saja (ovariectomy) atau operasi pengambilan atau

pemotongan organ ovarium, uterus, atau ovarium dan uterus dari rongga abdomen

(ovariohisterectomy). Operasi dilakukan pada hewan betina untuk terapi adanya tumor,

pyometra, cyste ovari, dan sterilisasi. Ovariohisterektomi biasanya dilakukan pada hewan

domestikasi atau hewan peliharaan dan bukan pada hewan ternak.

Tetapi tindakan yang dilakukan seperti ovariohisterektomi ini akan menimbulkan efek

pada hewan seperti perubahan tingkah laku seperti hewan tidak berahi, tidak bunting, dan tidak

dapat menyusui. Perubahan tingkah laku ini dapat terjadi akibat ketidakseimbangan hormonal.

1.2 Tujuan

a.    Untuk dapat mengetahui definisi dari Ovariohisterectomy (OH).

b.    Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian dilakukan Ovariohisterectomy (OH)

c.    Untuk mengetahui persiapan dan penggunaan obat anastesi yang tepat.

Page 3: Laporan OH

d.   Untuk mengetahui alat-alat yang digunakan dalam melakukan teknik bedah

Ovariohisterectomy (OH).

e.    Untuk mengetahui teknik bedah Ovariohisterectomy (OH).

f.     Untuk mengetahui perawatan post operasi.

Page 4: Laporan OH

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ovariohisterectomy (OH) istilah kedokteran yang terdiri dari ovariectomy dan

histerectomy. Ovariectomy adalah tindakan pengamputasian, mengeluarkan dan menghilangkan

ovarium dari rongga abdomen. Sedangkan Hysterectomy adalah tindakan pengamputasian,

mengeluarkan dan menghilangkan organ uterus dari dalam tubuh. Jadi ovariohisterectomy

merupakan tindakan bedah / operasi pengangkatan organ reproduksi betina dari ovarium sampai

dengan uterus.

Ovariohisterectomy ini menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan sayatan

medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada daerah abdominal

(flank) bagian posterior, tepatnya di anterior dari vesica urinaria.

Adapun indikasi dari ovariohisterectomy (OH) yaitu :

a.       Sterilisasi, penyembuhan penyakit saluran reproduksi (pyometra, tumor ovary, cysteovary)

tumor uterus (leiomyoma, fibroma, fibroleiomyoma).

b.      Tumor mammae, veneric sarcoma, prolapsus uterus dan vagina

c.       Hernia inguinalis, modifikasi tingkah laku agar mudah dikendalikan.

d.      Penggemukan

e.       Modifikasi tingkah laku yaitu, lebih mudah dikendalikan, lebih jinak, membatasi jumlah

populasi.

2.2    Keuntungan dan kerugian Ovariohisterectomy

a.    Keuntungan

Secara umum keuntungan melakukan ovariohisterectomy adalah :

1.         Menghilangkan ‘keributan’ hewan pada periode estrus

2.         Mencegah lahirnya anak anjing/kucing yang tidak diinginkan.

3.         Menghilangkan stress akibat kebuntingan.

4.         Mengurangi resiko terkena kanker mammae, ovarium dan uterus.

5.         Menghilangkan resiko pyometra dan infeksi uterus lain.

Page 5: Laporan OH

6.         Terapi terhadap penyakit-penyakit uterus dan ovarium.

b.    Kerugian

Adapun kerugian dari dilakukannya ovariohisterectomy yaitu :

1.         Terjadinya obesitas

2.         Hilangnya potensi breed dan nilai genetic.

Tindakan operasi yang dilakukan tanpa memperhatikan prosedur dan kebersihan maka

secara tidak sengaja akan menimbulkan berbagai hal misalnya :

1.      Terjadinya komplikasi akibat perdarahan (hemoragi) karena pembuluh ovarium yang

rupture ketika ligamentum suspensorium ditarik.

2.      Terjadinya Ovariant remnant syndrome sehingga dapat menyebabkan hewan tetap estrus

pasca ovariohysterectomy karena pengambilan ovarium pada saat operasi yang tidak

sempurna.

3.      Uterine stump pyometra, inflamasi dan granuloma.

4.      Fistula pada traktus reproduksi terjadi karena berkembang dari adanya respon inflamasi

terhadap material operasi (benang).

5.      Urinary incontinence menyebabkan tidak dapat mengatur spincter vesica urinary karena

adanya perlekatan (adhesi) atau granuloma pangkal uterus (sisa) yang mengganggu fungsi

spincter vesica urinary.

2.3    Premedikasi dan anastesi

Premedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sebelum pemberian anastesi yang

dapat menginduksi jalannya anastesi. Premedikasi dilakukan beberapa saat sebelum anastesi

dilakukan. Tujuan premedikasi adalah untuk mengurangi rasa takut, amnesia, induksi anastesi

lancar dan mudah mengurangi keadaan gawat anastesi saat operasi seperti hipersalivasi,

bradikardia dan muntah.

Premidikasi yang digunakan adalah Acepromazine dan Atropin. Acepromazine dengan

dosis 0,02 mg/kg BB secara intramuskuler (IM) sedangkan Atropin sulfat dengan dosis 0,04

mg/kg BB secara subkutan selama 15 menit kemudian dilanjutkan dengan pemberian ketamin

dengan dosis 10 mg/kgBB, xilazin dengan dosis 2 mg/kgBB secara intramuskular.

Page 6: Laporan OH

Anastesi berasal dari bahasa Yunani yaitu An berarti tidak dan Aesthesis yang berarti

rasa atau sensasi nyeri. Agar anestasi umum dapat berjalan dengan sebaik mungkin,

pertimbangan utamanya adalah memilih anestetika ideal. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa

pertimbangan yaitu keadaan penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan

peralatan serta obat yang tersedia. Sifat anestetika yang ideal antara lain mudah didapat, murah,

tidak menimbulkan efek samping terhadap organ vital seperti saluran pernapasan atau jantung,

tidak mudah terbakar, stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan relaksasi otot yang cukup baik,

kesadaran cepat kembali, tanpa efek yang tidak diingini (Gan, 1987).

Obat anestesi umum yang ideal menurut Norsworhy (1993) mempunyai sifat-sifat yaitu :

1.    Pada dosis yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup,

2.    Cara pemberian mudah,

3.    Mulai kerja obat yang cepat dan

4.    Tidak mempunyai efek samping yang merugikan.

Selain itu obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas

keamanan yang luas, tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan kondisi hewan. Obat anastesi yang

sering digunakan pada hewan antara lain Ketamin dan Xylasin. Ketamin merupakan larutan yang

tidak berwarna, stabil pada suhu kamar dan relative aman dengan kerja singkat. Sifat

analgesiknya sangat kuat untuk sistim somatik tetapi lemah lemah untuk sistim visceral, tidak

menyebabkan relaksasi otot lurik bahkan kadang-kadang tonusnya sedikit meninggi. Secara

kimiawi, ketamin analog dengan phencyclidine. Ketamin HCl berwarna putih dan berbentuk

bubuk kristal yang mempunyai titik cair 258-261ºC. Satu gram ketamin dilarutkan dalam 5 ml

aquades dan 14 ml alkohol. Ketamin yang digunakan sebagai agen anestesi untuk injeksi

dipasaran biasanya mempunyai pH antara 3,5-5,5

Ketamin HCl bekerja dengan memutus syaraf asosiasi serta korteks otak dan thalamus

optikus dihentikan sementara, sedangkan sistem limbik sedikit dipengaruhi. Ketamin HCl

merupakan analgesia yang tidak menyebabkan depresi dan hipnotika pada syaraf pusat tetapi

berperan sebagai kataleptika. Setelah pemberian ketamin, refleks mulut dan menelan tetap ada

dan mata masih terbuka.

Ketamin dapat dipakai oleh hampir semua spesies hewan. Ketamin bersama xylazine

dapat dipakai untuk anastesi pada kucing. Ketamin dengan pemberian tunggal bukan anastetik

Page 7: Laporan OH

yang bagus. Dosis pada kucing 10-30 mg/kg secara intra muskuler, mula kerja obat 1-5 menit,

lama kerja obat 30-40 jam dan recoverinya 100-150 menit. Menurut Kumar (1997) dosis ketamin

pada anjing dan kucing ialah 10-20 mg/kg diberikan secara intra muskuler.

2.4    Perawatan Post Operasi

Perawatan post operasi meliputi pemberian nutrisi yang cukup, obat-obatan untuk

membantu proses persembuhan luka, dan obat-obat untuk mencegah munculnya infeksi sekunder

seperti antibiotic. Selain itu kebersihan terhadap hewan harus tetap dijaga, menginngat luka

operasi sangat mudah untuk dimasuki oleh agen infeksi. Perawatan post operasi dilakukan

selama 14 hari untuk dapat maximal sampai proses penutupan luka secara sempurna.

Page 8: Laporan OH

BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Materi

3.1.1 Alat

a.   Alice forceps

b.   Duk kleem

c.    Arteri kleem (klem bengkok besar kecil dan klem lurus besar kecil)

d.    Needle holder

e.    Spuit 5 ml & 1 cc

f.    Kapas dan tampon

g.   Scalpel dan Blades

h.   Pinset (Anatomis dan Chirurgis)

i.     Gunting lurus tajam-tumpul, tumpul-tumpul

j.   Catgut chromic 3.0 & silk

k. Needle

l. Spy Hook

m. IV cateter

3.1.2 Bahan

a.   Seekor kucing betina dengan berat badan 1,5 kg

b. Acepromazine dosis 0,02 mg/kg, BB 1,5 kg. (0,02 mg x 1,5 kg) = 0,03 ml

c.   Atropin dosis 0,04 mg/kg , sediaan 1 mg/ml, BB 1,5 kg. (0,04 mg x 1,5 kg) / 1 mg/cc =

0,06 ml

d.    Xylaxin dosis 2 mg/kg, sediaan 20 mg/ml, BB 1,5 kg. (2 mg/kg x 1,5 kg) / 20 mg/ml= 0,15

ml

e.   Ketamin dosis 10 mg/kg, sediaan 100 mg/ml, BB 1,5 kg. (10 mg/kg x 1,5 kg ) / 100 mg/ml

= 0.15 ml

f. Asam Tolfenamic dosis 4 mg/kg, sediaan 80 mg/ml, BB 1,5 kg. (4 mg/kg x 1,5 kg) / 80

mg/ml = 0,075 ml

Page 9: Laporan OH

g. Interflox dosis 4 mg/kg, sediaan 100 mg/ml, BB 1,5kg. (4 mg/kg x 1,5 kg) / 100 mg/ml =

0,06 ml

h. Baytril dosis 0,6 mg

i. Vicilin dosis 1 ml

j.    Alkohol 70%

k.    Antibiotic Penstrep (penicillin-sterptomycyn)

l.    Betadine

m. Lactac Ringer

n. Bioplacenton

3.2 Metode Operasi

a.  Setelah kucing tersebut teranastesi atau pingsan dengan baik, kucing tersebut diletakkan

diatas meja operasi dengan posisi dorsal recumbency.

b.  Kemudian bersihkan bulu dan semprotkan terlebih dahulu sabun pada area yang akan

dicukur, kemudian cukur di daerah abdomen, posterior umbilical.

c.  Bersihkan dan disinfeksi daerah sekitar dengan menggunakan betadine.

d.  Setelah itu, buatlah sayatan pada midline di posterior umbilikal dengan panjang kurang

lebih 3 - 4 cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan.

e.  Daerah di bawah subkutan kemudian dipreparir sedikit hingga bagian peritoneum dapat

terlihat. Setelah itu, bagian peritoneum tersebut dijepit menggunakan pinset kemudian

disayat sedikit tepat pada bagian linea alba sekitar 2-3 cm dari umbilicus dengan

menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat.

f.  Kemudian, sayatan tersebut diperpanjang ke arah anterior dan posterior menggunakan

gunting tajam- tumpul (bertujuan agar tidak melukai organ bagian dalam), dengan panjang

sesuai dengan sayatan yang telah dilakukan pada kulit. Setelah rongga abdomen terbuka,

kemudian dilakukan pencarian organ uterus dan ovarium.

g.   Pencarian uterus dan ovarium dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk yang

dimasukkan ke rongga abdomen. Setelah itu, uterus ditarik keluar dari rongga abdomen

hingga posisinya adalah ekstra abdominal.

h.   Pada bagian ujung tanduk uteri ditemukan ovarium dan dipreparir hingga posisinya ekstra

abdominal. Saat mempreparir, beberapa bagian yang dipotong diantaranya adalah

Page 10: Laporan OH

penggantung uterus (mesometrium), penggantung tuba falopi (mesosalphinx), dan

penggantung ovarium (mesoovarium). Pada saat mempreparir uterus dan jaringan

sekitarnya, dinding uterus tetap dijaga jangan sampai robek atau rupture.

i.   Dengan menggunakan klem arteri, dilakukan penjepitan pada bagian penggantung ovarium

dan termasuk pembuluh darahnya. Penjepitan dilakukan menggunakan dua klem arteri

yang dijepitkan pada penggantung tersebut secara bersebelahan.

j.   Pada bagian anterior dari klem arteri yang paling depan, dilakukan pengikatan

menggunakan benang silk.

k.  Setelah itu, dilakukan pemotongan pada penggantung tersebut menggunakan gunting pada

posisi diantara dua klem arteri tadi.

l.   Klem arteri yang menjepit penggantung dan berhubungan dengan uterus tidak dilepas

sedangkan klem arteri yang satunya lagi dilepas secara perlahan-lahan, sebelumnya

pastikan tidak ada perdarahan lagi.

m.  Berikan cairan infuse agar organ tidak terlalu kering. Dan lakukan hal yang sama pada

bagian uterus yang disebelahnya. Dilakukan penjepitan, pengikatan,dan pemotongan

dengan cara yang sama.

n.   Setelah kedua tanduk uteri beserta ovariumnya dipreparir, maka selanjutnya adalah bagian

corpus uteri yang dipreparir. Pada bagian corpus uteri, dilakukan penjepitan menggunakan

klem yang agak besar. Kemudian diligasi dengan penjahitan corpus uteri menggunakan

catgut chromic 3,0. Dilakukan pengikatan dengan kuat melingkar pada corpus uteri

menggunakan benang catgut chromic, dan pada ikatan terakhir dikaitkan pada corpus uteri

agar ikatan lebih kuat.

o.   Setelah itu, dilakukan pemotongan menggunakan scalpel pada bagian corpus uteri yaitu

pada posisi diantara dua klem tadi.

p.   Kemudian, uterus dan ovarium dilepas dan diangkat keluar tubuh, dan jika sudah tidak ada

perdarahan, klem yang satunya lagi dapat dilepas secara perlahan dan sebelum ditutup

jangan lupa berikan antibiotik

q.   Selanjutnya dilakukan teknik penjahitan dengan menuggunakan catgut chromic 3,0

dilakukan penjahitan aponeurose m obliqous abdominis externus m. abdominis externus

dengan menggunakan teknik terputus sederhana (simple interrupted). Pastikan jahitan tidak

Page 11: Laporan OH

melukai atau mengenai organ didalamnya, gunakan alice forcep untuk membantu

penjahitan.

r.    Penjahitan terakhir dilakukan pada kulit dengan teknik jahitan simple interupted

menggunakan benang chromic, dan dilanjutkan dengan jahitan tunggal sederhana

menggunakan benang silik.

s.   Dalam proses menjahit jangan lupa diberi vicilin sebagai antibiotik pada bagian dalam

organ sedikit demi sedikit secara merata pada semua bagian.

t. Setelah operasi selesai, desinfeksi jahitan dengan mengusap bagian jahitan dengan

betadine , beri bioplacenton pas pada jahitan secara merata dan kemudian tutup dengan

hypavix dan dipasang gurita untuk melindungi jahitan supaya kering, tidak ada

kontaminasi dan tidak digigit sehingga jahitan tidak lepas.

Page 12: Laporan OH

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Ovariohisterectomy (OH) merupakan tindakan bedah / operasi pengangkatan organ

reproduksi betina dari ovarium sampai dengan uterus. Sebelum operasi ovariohisterectomy

dilakukan, alat – alat operasi dipersiapkan. Alat tersebut berupa :

1.    Duk yang berfungsi sebagai pelindung pasien dari kontaminan dan sebagai alas untuk

meletakkan alat – alat operasi yang digunakan selama operasi berlangsung.

2.    Towel clamp berfungsi untuk menjepit duk agar menempel / melekat pada kulit.

3.    Needle holder yang berfungsi untuk memegang jarum.

4.    Pinset yang berfungsi untuk memegang jaringan.

5.    Gunting yang berfungsi untuk memotong jaringan.

6.    Pisau scalpel berfungsi untuk menginsisi kulit.

7. Spy Hook berfungsi untuk mencari organ yang dikehendaki.

Perlakuan awal yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik (PE) yang meliputi suhu tubuh,

pulsus (detak jantung), nafas. Pemeriksaan fisik dilakukan selama proses operasi, harus dipantau

setiap 15 menit sekali. Setelah diberikan Atropin seharusnya kita infus dengan IV cateter tetapi

kita tidak memakai infus karena yang pertama alat belum dipersiapkan sehingga darah membeku

dan tidak bisa mengalir yang kedua terjadi hematoma dikarenakan penusukan jarum terlalu

dalam dan menembus otot, sehingga saat cairan dimasukkan terjadi pembengkakan.

Sebelum obat anastesi diberikan pasien diberikan obat premedikasi berupa Acepromazine

sediaan dengan dosis 0,02 mg/kg dengan berat kucing 1,5 kg, sehingga dosis yang di injeksikan

secara intramuscular (IM) pada kucing adalah (0,02 mg/kg x 1,5 kg) = 0,03 mg/kg BB. Setelah

diberikan kemudian ditunggu selama 30 menit. Atropin sediaan dengan dosis 0,04 mg/kg dengan

berat kucing 1,5 kg, sehingga dosis yang di injeksikan secara subcutan (SC) pada kucing

tersebut adalah (0,04 mg / 1 mg/cc) x 1,5 Kg BB = 0,06 mg/kgBB. Setelah premedikasi

diberikan kemudian tunggu 10-15 menit , dilanjutkan dengan pemberian obat anastesi, yaitu

Ketamin dan xylazine dicampur dengan dosis masing-masing Ketamin dengan dosis 10 mg/kg

Page 13: Laporan OH

BB x 1,5 kg / 100 mg/ml = 0,15 ml dan xylazine dengan dosis 2 mg/kg BB x 1,5 kg / 20 mg/ml

= 0,15 ml, pemberian obat anastesi tersebut di berikan secara intramuscular (IM) pada kaki

sebelah kanan.

Ovariohisterectomy ini menggunakan teknik laparotomi posterior dimana dengan sayatan

medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut berada pada daerah abdominal

(flank) bagian posterior, tepatnya di anterior dari vesica urinaria.

Setelah kucing tersebut teranastesi atau pingsan , kucing tersebut diletakkan diatas meja

operasi dengan posisi dorsal recumbency. Kemudian bersihkan bulu dan semprotkan terlebih

dahulu alcohol pada area yang akan dicukur, kemudian cukur di daerah abdomen, posterior

umbilical. Bersihkan dan disinfeksi daerah sekitar dengan menggunakan betadine. Setelah itu,

buatlah sayatan sekitar 2-3 cm dari umbilicus arah caudal, pada linea alba dengan panjang

kurang lebih 3 - 4 cm. Lapisan pertama yang disayat adalah kulit kemudian subkutan. Daerah di

bawah subkutan kemudian dipreparir sedikit hingga bagian peritoneum dapat terlihat. Setelah itu,

bagian peritoneum tersebut dijepit menggunakan pinset, disayat sedikit tepat pada bagian linea

alba menggunakan scalpel hingga ruang abdomen terlihat. Kemudian, sayatan tersebut

diperpanjang ke arah anterior dan posterior menggunakan gunting dengan panjang sesuai dengan

sayatan yang telah dilakukan pada kulit. Diusahakan sayatan seminimal mungkin dengan tujuan

agar proses penjahitan dan penyembuhan tidak terlalu lama. Setelah rongga abdomen terbuka,

kemudian dilakukan pencarian organ uterus dan ovarium. Setelah di dapat organ uterus, uterus

ditarik keluar hingga daerah percabangan uterus (bivurcatio uteri). Klem tepat diatas ovarium

dan tepat diatas cervix. Ligasi diatas klem pertama (diatas ovarium) dan klem kedua (diatas

cervix). Setelah diligasi dengan kuat potong uterus, lepas klem. Pastikan ligasi kuat dan tidak

lepas, serta tidak ada rembesan darah dari saluran yang telah di potong. Setelah proses

pemotongan selesai, masukkan kembali peritoneum. Bagian linea alba ditutup kembali tapi

sebelum itu diberi antibiotic kemudian ditutup dengan penjahitan aponeurose di m.obliqous

abdominis externus m. abdominis externus dengan menggunakan teknik terputus sederhana. Dan

pastikan jahitan tidak melukai atau mengenai organ didalamnya. Penjahitan pada kulit dengan

menggunakan benang silik dengan teknik jahitan simple terputus, dan dilanjutkan dengan jahitan

terputus sederhana. Selama penjahitan diberi vicilin sebagai antibiotik pada bagian dalam organ

sedikit demi sedikit hingga merata, kemudian diusap dengan betadin diatas jahitan, diberi

Page 14: Laporan OH

bioplacenton pas pada jahitan secara merata kemudian ditutup dengan hypavix dan gurita untuk

melindungi jahitan agar cepat kering, tidak ada kontaminasi dan tidak lepas.

4.2 Perawatan Post Operasi

Tepat setelah operasi dilaksanakan, kucing telah sadar. Namun setelah dilakukan

pengaturan suhu tubuh, pasien mengalami penurunan suhu hingga 35,3o C, pada pukul 15.30.

dan berhasil normal pada suhu 36,6o C pada pukul 22.30 (lampiran). Terapi yang diberikan saat

suhu turun selama kurang lebih 7 jam dengan pemberian lampu di atas kandang sebagai

penghangat, pemberian kain handuk sebagai alas kandang, pemberian nutrigel plus yang

bertujuan agar nafsu makan pasien segera kembali, serta pemberian makan dan minum dalam

kandang. Sekitar 3 jam post operasi, pasien masih mengalami muntah, kelompok kami

menyimpulkan adanya vomitus pada pasien dikarenakan masih adanya efek ketamin.

Penghangatan menggunakan lampu hanya dilakukan saat post operasi keesokan harinya lampu

dilepas dan suhu sudah mulai naik menjadi 37,5°C.

Keesokan harinya perawatan post operasi dilakukan dengan pemberian baytril tablet 1x1

selama 5 hari, serta pemberian bioplacenton salep 2x1 hingga jahitan mengering. Sebelum diberi

bioplacenton luka dibersihkan dengan menggunakan cairan NS. Diberikan injeksi Asam

Tolfenamic dengan dosis 0,075 ml secara subkutan (SC) 2 hari sekali sebanyak 3x. Selain

pemberian obat dan slep, pembersihan kandang, pemberian makan dan minum, serta

pemeriksaan fisik sederhana (suhu, pulsus, nafas, dan CRT) juga tidak kalah pentingnya.

Jahitan pada pasien lepas dengan sendirinya setelah kurang lebih 10 hari post operasi,

namun pasien masih tetap dalam pengawasan karena ditakutkan terjadi pembukaan luka kembali

atau infeksi yang diakibatkan bakteri. Sehingga pengawasan akan tetap dilakukan hingga

seminggu kedepan sampai dipastikan bahwa pasien benar - benar sembuh dan sehat kembali.

Page 15: Laporan OH

Log Monitoring Pasien

Hari / tanggal Selasa, 12 November 2013

Jenis Hewan Kucing Prosedur Operasi :

Ovariohisterectomy (OH)Umur 8 Bulan

Jenis Kelamin Betina Kelompok :

C-5Berat Badan 1,5 kg

Sinyalemen : Belangtelon

Pemeriksaan Fisik (PE) :

- Suhu : 39,3 °C

- BB : 1,5 kg

- Nafas : 48

- Pulsus : 120

Monitoring

Waktu 12.45 13.00 13.15 13.30 13.45 14.00 14.15 14.30 14.45

Nafas 48 48 44 60 44 40 40 40 44

Pulsus 110 112 108 120 100 102 104 104 108

Temperatu

r

39,3°C 39,0°C 38,5°C 38,3°C 38,4°C 38,4°C 38,6°C 37,3°C 36,5°C

Waktu Operasi

Mulai Anastesi : 13.15

Mulai Operasi : 13.45

Selesai Operasi : 15.30

Recovery

Waktu 15.30 15.45 17.30 18.30 18.45 19.00 19.15 19.30 19.45 20.00

Temperatur 35,3°C 35,5°C 35,6°C 35,4°C 35,6°C 35,2°C 35,8°C 36,0°C 36,1°C 35,8°C

Pulsus 112 112 120 120 124 124 124 124 124 124

Page 16: Laporan OH

Nafas 40 56 56 60 60 60 60 60 60 60

CRT 2 dtk 2 dtk 2 dtk 2 dtk 2 dtk 2 dtk 2 dtk 2 dtk 2 dtk 2 dtk

Penghangat lampu lampu lampu lampu lampu lampu lampu lampu lampu lampu

Waktu 20.30 21.00 21.30 22.30

Temperatu

r

36,2°

C

36,1°

C

36,5°

C

36,6°

C

Pulsus 124 124 124 124

Nafas 60 60 60 60

CRT 2 dtk 2 dtk 2 dtk 2 dtk

Penghanga

t

lampu lampu lampu lampu

Page 17: Laporan OH

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Tindakan bedah ovariohistectomy dilakukan pada kucing betina dengan berat 1,5 kg.

ovariohisterectomy merupakan tindakan bedah / operasi pengangkatan organ reproduksi betina

dari ovarium sampai dengan uterus. Ovariohisterectomy ini menggunakan teknik laparotomi

posterior dimana dengan sayatan medianus sesuai dengan posisi ovarium uterus. Uterus tersebut

berada pada daerah abdominal (flank) bagian posterior, tepatnya di anterior dari vesica urinaria.

Setelah dilakukan operasi, kucing tersebut dirawat kurang lebih selama 2 minggu. Setiap

harinya dilakukan Pemeriksaan Fisik (PE) meliputi suhu, pulsus, nafas, dan CRT. Treatment

yang dilakukan memberikan baytril tablet 1x1 selama 5 hari, serta pemberian bioplacenton salep

2x1 hingga jahitan mengering. Sebelum diberi bioplacenton luka dibersihkan dengan

menggunakan cairan NS. Diberikan injeksi Asam Tolfenamic dengan dosis 0,075 ml secara

subkutan (SC) 2 hari sekali sebanyak 3x. Selain pemberian obat dan slep, pembersihan kandang,

pemberian makan dan minum, Pembukaan jahitan dilakukan setelah daerah tersebut susah benar

– benar kering.

Page 18: Laporan OH

Lampiran Gambar

Page 19: Laporan OH